id
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
1. Sintesis Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam
yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi (Elmila dan Martak,
2010), dimana ligan tersebut terdiri atas ion- ion yang menyumbangkan pasangan
elektron bebasnya dan tersusun mengelilingi suatu ion logam. Sintesis kompleks
dilakukan dengan cara mencampurkan ion logam dalam pelarut tertentu ke dalam
ligan dalam pelarut tertentu pada suhu tertentu pula. Senyawa kompleks telah
banyak disintesis dengan berbagai macam metode. Kompleks [CoL3 ] {L=2-
allyliminomethyl-phenol} disintesis oleh Khorshidifard et al., (2014) dengan cara
mencampurkan larutan 2-allyliminomethyl-phenol dalam metanol dan logam
CoCl2 .6H2 O dalam metanol kemudian distirrer selama 12 jam pada temperatur
kamar.
Sintesis kompleks juga dapat dilakukan melalui proses refluks. Znovjyak
et al., (2015) telah mensintesis kompleks [Co(L1 )2 Phen] {L1 =sodium-dimethyl
phenylsulfonylphosphoramidate} dengan cara mereaksikan logam Co(NO 3 )2 .6H2O
dalam pelarut 2-propanol dengan larutan ligan dalam pelarut aseton. Campuran
tersebut kemudian direfluks selama 10 menit. Larutan didiamkan lalu terbentuk
endapan NaNO 3 yang kemudian disaring. Filtrat diberi penambahan larutan 1,10-
phenanthroline monohydrate dalam propanol yang selanjutnya distirrer dalam
temperatur kamar selama 10 menit. Beberapa senyawa kompleks juga dapat
disintesis dengan pelarut yang berbeda antara garam logam dan ligannya.
Kompleks Co(4’-Cltpy)Cl2 disintesis dengan cara mencampurkan larutan ligan 4’-
Cltpy dalam pelarut CH2 Cl2 yang diteteskan ke dalam larutan CoCl2 .6H2 O dalam
pelarut metanol. Campuran tersebut kemudian distirrer selama 10 menit pada
suhu kamar, sehingga dihasilkan larutan hijau yang kemudian disaring. Filtrat
commit
tersebut diuapkan perlahan pada suhu to user
kamar selama 3 hari dan terbentuk lapisan
7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
hijau yang kemudian dicuci dengan metanol dan dikeringkan di udara ( Zhang et
al., 2015). Dijumpai pula suatu senyawa kompleks yang tidak stoikiometri.
Senyawa kompleks ini memiliki perbedaan antara mol ligan yang terkoordinasi
dengan mol ligan yang dicampurkan. Misalnya kompleks [Co(HL2 )2 (NO3 )2 ]
dengan L2 berupa ligan Schiff-base yaitu 4-pyridyl turunan hydrazone (Gambar 1).
Perbandingan mol Co2+ dan mol L2 saat dicampurkan adalah 1:1, namun kompleks
yang terbentuk adalah [Co(HL2 )2 (NO 3 )2 ] yang menunjukkan bahwa mol Co2+ dan
mol L2 yang terkoordinasi adalah 1:2 (Li et al., 2016).
dan satu pasang elektron atom Cl mengisi orbital hibrida sp3 d2 sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
2+
Selain itu, kompleks Co juga dapat membentuk geometri tetrahedral,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Bentuk Geometri dan Ikatan Hibrida dari Beberapa Orbital (Sharpe,
2005)
Bilangan Koordinasi Ikatan Hibrida Bentuk Geometri
2 sp linier
3 sp2 trigonal planar
4 sp3 tetrahedral
4 sp2 d square planar
5 sp3 d trigonal bipiramida
6 sp3 d2 oktahedral
sumbu z dan dx2 -y2 yang berada di sepanjang sumbu x dan y. Keduanya
memiliki orientasi arah tepat pada sumbu. Sedangkan orbital-orbital t 2g yaitu
dx-y, dy-z dan dx-z berada di antara sumbu x, y dan z. Bentuk orbital d
ditunjukkan oleh Gambar 6.
Orbital d z2 dan dx2 -y2 yang berada tepat pada sumbu oktahedral
mengalami tolakan lebih besar dibandingkan orbital dx-y, dy-z, dx-z yang
disebabkan tolakan dari ligan. Hal ini dikarenakan kenaikan tingkat energi
orbital eg (dz2 dan dx2 -y2 ) menjadi lebih besar daripada kenaikan energi pada
commiteto
orbital t 2g , sehingga pada orbital user mengalami kenaikan energi dan
g akan
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
1) Oktahedral
Pembentukan orbital molekul pada kompleks oktahedral
melibatkan enam orbital logam (orbital s, px, py,pz, dx2 y2 dan dz2 ) serta
enam orbital ligan (Sharpe et al., 2005). Orbital ligan yang memiliki
simetri sesuai dengan orbital logam akan saling tumpang tindih (overlap)
dan dapat membentuk orbital molekul bonding dan orbital molekul
antibonding. Sedangkan tiga orbital d logam t 2g (dxy, dxz, dyz) merupakan
orbital nonbonding yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan.
Ketiga orbital p membentuk orbital molekul bonding t 1u dan orbital
molekul antibonding t 1u *. Orbital dx2 y2 dan dz2 membentuk orbital
molekul bonding e1g dan orbital molekul antibonding e1g *. Orbital s
membentuk orbital molekul bonding a1g dan orbital molekul antibonding
a1g * (Huheey et al., 1993). Diagram tingkat energi orbital molekul pada
kompleks oktahedral ditunjukkan oleh Gambar 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
2) Tetrahedral
Lima orbital d pada ion logam terpisah menjadi dua kelompok
yaitu orbital e (dx2 y2 dan dz2 ) dan orbital t 2 (dxy, dxz, dyz). Orbital dx2 y2 dan
dz2 merupakan orbital nonbonding yang tidak terlibat dalam
pembentukan ikatan. Ketiga orbital p membentuk orbital molekul
bonding t 2 dan orbital molekul antibonding t 2 *. Orbital dxy, dxz, dyz
membentuk orbital molekul bonding t 2 dan orbital molekul antibonding
t 2 *. Orbital s membentuk orbital molekul bonding a1 dan orbital molekul
antibonding a1 * (Huheey et al., 1993). Sedangkan pada ligan terdapat
empat orbital yang memiliki simetri sama dengan orbital molekul
bonding dan orbital molekul antibonding. Diagram tingkat energi orbital
molekul pada kompleks tetrahedral ditunjukkan oleh Gambar 12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
3. Kompleks Kobalt
Kobalt merupakan suatu logam transisi yang masuk ke dalam golongan
VIII B dan periode ke-4 dalam tabel sistem periodik unsur. Unsur kobalt memiliki
nomor atom 27, massa atom 58,9332 g/mol, bersifat sedikit magnetis dan melebur
pada suhu 1490 ºC. Kobalt mudah larut dalam asam-asam mineral encer dan
memiliki bilangan oksidasi umumnya +2 dan +3, akan tetapi +2 relatif lebih stabil
(Cotton and Wilkinson, 1988). Konfigurasi elektron Co adalah [Ar] 3d7 4s2 ,
2+
sedangkan konfigurasi elektron Co adalah [Ar] 3d7 4s0 yang ditunjukkan oleh
Gambar 13.
2+
Gambar 13. Konfigurasi Elektron Co dan Co
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
2+
pusat Co (Solanki et al., 2015). Kompleks tersebut bersifat paramagnetik dan
memiliki harga momen magnet 4,32 BM yang mengindikasikan adanya tiga
2+
elektron tak berpasangan pada ion Co spin tinggi. Struktur kompleks ini
ditunjukkan oleh Gambar 16.
dan 4 F ditunjukkan dalam diagram orgel seperti yang ditunjukkan oleh Gambar
17. Elektron yang terdapat pada satu tingkat energi membutuhkan sejumlah energi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
untuk mencapai tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron yang terdapat pada satu
tingkat energi juga dapat melepaskan sejumlah energi untuk kembali ke tingkat
dasar.
2+
Gambar 17. Diagram Orgel Co dalam Medan Tetrahedral (Kiri) dan Medan
Oktahedral (Kanan) (Sharpe et al., 2005)
2+
Kompleks Co pada [Co(H2 O)6 ]2+ dengan sistem d7 oktahedral
menghasilkan tiga pita transisi yaitu 4 T1g(F) Ѝ 4 T2g(F) yang terletak di dekat
4 T1g(F) Ѝ 4 T1g(P) dengan energi transisi paling tinggi (Cotton and Wilkinson,
1988). Adapun transisi dan panjang gelombang maksimum serapan yang terjadi
disajikan oleh Tabel 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Tabel 2. Transisi dan Panjang Gelombang Maksimum [Co(H2 O)6 ]2+ (Lee, 1991)
Transisi Simbol Frekuensi (cm-1 ) Panjang Gelombang (nm)
Tabel 3. Transisi dan Panjang Gelombang Maksimum [CoCl4 ]2- (Lee, 1991)
Transisi Simbol Frekuensi (cm-1 ) Panjang Gelombang (nm)
4
A2g(F) Ѝ 4 T2g(F) v1 3000-5000 cm-1 3030,30
4
A2g(F) Ѝ 4 T1g(F) v2 7780 cm-1 1724,14
4
T1g(F) Ѝ 4 T1g(P) v3 16250 cm-1 666,67
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
2+
Tabel 4. Kadar Kobalt dalam Kompleks Co
Kompleks % Co Teori % Co Eksperimen
[Co(II)-(2- feniletilamin)2 11,42 % 11,29 %
(H2 O)4 ]Cl2 .4H2 O (Illiya et al., 2010)
[CoL6 (NO 3 )2 ] {L=3,4,12,13- 7,44 % 7,52 %
tetraphenyl-1,2,5,6,10,11,14,15-
octaazacyclooctadecane - 7,9,16,18 –
tetraone - 2,4,11,13-tetraene}
(Kumar and Chandra, 2011)
[Co2 L1 ].3H2O {L1 =1,2,4,5-tetra-amino 17,45 % 16,97 %
benzene with 2-hydroxy benzaldehyde}
(Ayad, 2012)
6. Analisis Termal
Analisis termal merupakan suatu pengukuran sifat fisika dan kimia dari
material sebagai fungsi temperatur (Skoog et al., 1998). Teknik dalam analisis
termal meliputi Thermogravimetric Analyzer (TGA) dan Differential Thermal
Analyzer (DTA). Analisis Thermogravimetric Analyzer (TGA) didasarkan pada
perubahan berat sampel sebagai fungsi temperatur atau waktu, sedangkan analisis
Differential Thermal Analyzer (DTA) didasarkan pada perubahan kandungan
panas antara sampel dan material pembanding inert (alumina, alumunium, silikon,
karbida, gelas) sebagai fungsi temperatur, jika temperatur keduanya dinaikkan
dengan kecepetan sama dan konstan (Skoog et al., 1998).
Peristiwa yang terjadi pada sampel yaitu eksotermis dan endotermis.
Kedua peristiwa ini ditampilkan dalam bentuk termogram diferensial sebagai
puncak minimum dan maksimum. Puncak minimum menunjukkan peristiwa
endotermis dimana terjadi penyerapan panas oleh sampel. Sedangkan puncak
maksimum menunjukkan peristiwa eksotermis dimana terjadi pelepasan panas
oleh sampel.
Secara umum TG dan DTA digunakan bersamaan dalam analisis
2+ 2+
kompleks Co yang disebut TG/DTA kompleks Co . TG/DTA ini digunakan
untuk mengetahui keberadaan commit
molekulto air
userdalam senyawa kompleks dan
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
diperkirakan apakah terkoordinasi pada atom pusat sebagai ligan atau hanya
sebagai counter ion.
Daya hantar listrik larutan elektrolit pada tiap temperatur tergantung pada
ion- ion yang terkandung di dalamnya. Larutan dengan jumlah ion yang banyak
akan menghantarkan arus lebih besar daripada larutan dengan jumlah ion sedikit.
Selain jumlah ion, daya hantar listrik juga dipengaruhi oleh ukuran ion,
konsentrasi larutan dan viskositas larutan (Szafran et al., 1991).
Daya hantar listrik yang ditimbulkan oleh satu mol zat disebut sebagai
daya hantar listrik molar (konduktivitas molar), yang dirumuskan oleh Persamaan
(2).
Λm = K ......................................................................................... (2)
C
Keterangan :
Λm = daya hantar molar (S.cm2 .mol-1 )
K = daya hantar listrik spesifik larutan elektrolit (S.cm-1 )
C = konsentrasi larutan elektrolit (mol.cm-3 )
Jika satuan Λm adalah S.cm2 .mol-1 dan satuan konsentrasi adalah mol.L-1
maka Persamaan (3) menjadi :
1000 K
Λm = ......................................................................................... (3)
C
Keterangan :
Jika daya hantar spesifik larutan merupakan daya hantar yang sudah
terkoreksi (K*) dalam satuan μ s cm-1 maka daya hantar molar larutan elektronik
dapat ditulis seperti Persamaan (4).
K
Λm = ......................................................................................... (4)
1000C
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
Gugus fungsi pada ligan yang terkoordinasi dengan atom pusat akan
commit to user
mengalami pergeseran bilangan gelombang. Hal ini terjadi pada kompleks
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
9. Sifat Magnetik
Suatu kompleks logam transisi dapat bersifat paramagnetik dan
diamagnetik. Sistem ion atau atom yang mempunyai satu atau lebih elektron pada
orbitalnya yang tidak berpasangan menimbulkan sifat paramagnetik. Jika senyawa
paramagnetik ditempatkan dalam medan magnet luar maka magnet permanen
dalam masing- masing atom akan bergerak dan tertarik ke arah yang sama seperti
medan magnet luar. Selain bersifat paramagnetik suatu kompleks juga bersifat
diamagnetik dengan elektron pada orbitalnya dalam keadaan berpasangan semua.
Sifat ini timbul akibat interaksi medan magnet luar dengan medan magnet induksi
dalam orbital elektron yang penuh, medan magnet induksi menolak medan
magnet luar. Oleh karena itu, kerentanan diamagnetik bertanda negatif (Canham
and Overton, 2010).
Senyawa kompleks dengan orbital d dan f yang belum terisi penuh, dapat
diketahui rentang sifat kemagnetannya, yang tergantung pada tingkat oksidasi,
konfigurasi elektron dan bilangan koordinasi atom logamnya. Perkalian
kerentanan spesifik (Xg) dari suatu senyawa dengan berat molekulnya akan
diperoleh harga kerentanan molar (XM) yang dapat dihubungkan dengan momen
paramagnetik permanen (μ) suatu molekul dengan Persamaan (5) (Huheey, 1993).
X M = N P ......................................................................................... (5)
2 2
3RT
N adalah bilangan Avogadro, R adalah tetapan gas ideal, T adalah suhu (dalam K)
dan μ dalam satuan BM (1 BM = eh/4mπ). Dari Persamaan (5) dapat diketahui
besarnya harga μ, yaitu dengan :
1 2
ª 3RTXM º
μ= « 2 »¼ ................................................................................. (6)
¬ N
μ = 2,84 (XM T) ½ ................................................................................. (7)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
Harga μ dapat diubah ke dalam jumlah spin elektron tak berpasangan, dengan
menyertakan kontribusi paramagnetik dan diamagnetik. Kontribusi diamagnetik
dari suatu senyawa dapat diperoleh dari jumlah kerentanan diamagnetik setiap
komponennya. Dengan demikian diperoleh kerentanan molar terkoreksi, seperti
ditunjukkan oleh persamaan 8.
X A = XM - Xl........................................................................................... (8)
Keterangan :
XA = kerentanan molar terkoreksi
XM = kerentanan molar
Xl = faktor koreksi diamagnetik
Harga faktor koreksi diamagnetik dari beberapa ion dan molekul
ditunjukkan oleh Tabel 6.
Tabel 6. Faktor Koreksi Diamagnetik Beberapa Kation, Anion, Atom Netral dan
Molekul (cgs 10-6 ) (Huheey et al., 1993)
No Kation/Anion/Atom Netral/Molekul Faktor Koreksi (10-6 cgs)
1. Co2+ -13,00
2. O -4,61
3. H -2,93
4. C aromatik -6,24
5. N alifatik -5,57
6. H2 O -13,00
Sehingga persamaan (9) dapat ditulis menjadi :
μs = 2 [S (S+1)]1/2 ...............................................................................(10)
Keterangan :
commit to user
μs = momen magnetik yang ditimbulkan oleh spin elektron (BM)
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
Tabel 7. Harga Momen Magnet pada Kompleks Spin Tinggi (Lee, 1991)
Momen magnet secara
Jumlah elektron teori Momen magnet
Ion
tak berpasangan
P eff 2 >s( s 1)@1 / 2 secara eksperimen
Tabel 8. Harga Momen Magnet Efektif dan Bentuk Geometri Beberapa Kompleks
μeff
No. Senyawa kompleks Geometri
(BM)
1 [CoL7 (NO 3 )2 ] {L7 =(3,4,12,13-tetraphenyl- 4,72 Oktahedral
1,2,5,6,10,11,14,15-octaazacyclooctadecane-
7,9,16,18-tetraone-2,4,11,13-tetraene}
(Kumar and Chandra, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
10. Dapson
Dapson (4,4’-diaminodiphenylsulfone) merupakan turunan anilin yang
termasuk dalam gugus sulfon sintetis (Wozel, 2014) yang memiliki aktivitas
antibakteri terutama terhadap Mycobacterium leprae (Grebogi, 2011). Dapson
memiliki atom donor N pada gugus NH2 , serta O dan S pada gugus SO2 seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 20.
Lima kompleks Cu(II)-Dapson telah disintesis oleh Tella and Obaleye (2009)
dengan menggunakan berbagai counter ion dari garam tembaga (sulfat, nitrat,
klorida) dan berbagai macam pelarut. Atom N pada gugus –NH2 dapson
terkoordinasi dengan atom pusat Cu(II) sehingga terjadi koordinasi monodentat
(Gambar 21).
Gambar 21. Struktur Kompleks [Cu(L8 )2 Cl2 ](CH3 OH)2 {L8 =dapson} (Tella
and Obaleye, 2009)
11. Bakteri
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada
membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut
nukleoid. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas ekson
saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid
yang berbentuk kecil dan sirkuler (Jawetz et al., 2008).
Berdasarkan klasifikasi komponen pada dinding sel, bakteri dibedakan
menjadi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif
memiliki satu lapisan dinding sel yang berupa peptidoglikan. Kandungan lipid
bakteri gram positif lebih rendah (1-4%). Lembar peptidoglikan bersifat rentan
terhadap lisosom sehingga dinding sel pada bakteri gram positif mudah rusak oleh
senyawa bakterisidal, salah satu bakteri gram positif adalah Staphylococcus
aureus. Sedangkan bakteri gram negatif memiliki tiga lapisan pada dinding sel
yaitu lipoprotein, membran luar dan lipopolisakarida. Kandungan lipid bakteri
gram negatif cukup tinggi, yaitu 11-22%. Bakteri gram negatif umumnya kurang
rentan terhadap lisosom dan kurang resisten terhadap gangguan fisik sehingga
tidak mudah dirusak oleh senyawa bakterisidal (Jawetz et al., 2008).
Beberapa bakteri diantaranya merupakan b akteri patogen yang sifatnya
lebih berbahaya dan dapat menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun
endemik, misalnya Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas
aeruginosa (Mpila et al., 2012).
a. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri anaerob fakultatif gram negatif
berbentuk batang, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora
seperti ditunjukkan pada Gambar 22. Bakteri ini merupakan penghuni normal
usus (Arisman, 2009), namun demikian serotipe tertentu dapat menyebabkan
sakit pada manusia (Djoepri, 2006).
Escherichia coli umumnya hidup pada rentang 20-40 o C, optimum
o
pada 37 C (Dwidjoseputro, 1988). Nilai pH optimum pertumbuhan
Escherichia coli adalah 6,0-8,0; dengan pH minimum 4,3-4,4 dan pH
maksimum 9,0-10; sedangkan suhu optimum untuk pertumbuhan Escherichia
commit to user
coli 37-41 °C, dengan suhu minimum 3-10 °C dan suhu maksimum 48-50 °C.
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
b. Staphylococcus aureus
Sel bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat atau kokus,
diameternya 0,5 sampai 1,5 μm, tidak menghasilkan spora dan pada sel-
selnya terdapat dalam kelompok seperti buah anggur atau membentuk tetrad
(Supardi dan Sukamto, 1999). Staphylococcus aureus bersifat non- motil,
nonspora, anaerob fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif seperti
ditunjukkan Gambar 23. Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5-46º C
dan pada pH 4,2-9,3. Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter
mencapai 4 mm.
Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat
antigenik dan merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel.
Peptidoglikan merupakan suatu polimer polisakarida yang mengandung
subunit-subunit yang tergabung dan merupakan eksoskeleton yang kaku pada
commit to user
dinding sel (Dewi, 2013).
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
12. Antibakte ri
Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan
mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan mencegah
pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971).
Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa
antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan
permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan
makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,
penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
Senyawa antibakteri dapat bekerja secara bakteriostatik, bakteriosidal, dan
bakteriolitik (Pelczar dan Chan, 1988).
Menurut Madigan et al., (2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,
senyawa antibakteri mempunyai tiga macam efek terhadap pertumbuhan bakteri
yaitu:
a. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi
tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis
protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
antibakteri pada kultur mikroba yang berada pada fase logaritmik. Setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total
maupun jumlah sel hidup adalah tetap.
b. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi
lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antibakteri
pada kultur mikroba yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan
zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap
sedangkan jumlah sel hidup menurun.
c. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah
sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antibakteri. Hal ini
ditunjukkan dengan penambahan antibakteri pada kultur mikrobia yang
berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase
logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.
2) Cara Sumuran
Suspensi bakteri diratakan pada medium agar, kemudian agar
tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu menurut kebutuhan.
Larutan antibiotik yang digunakan diteteskan ke dalam sumuran.
Diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Dibaca hasilnya seperti
pada cara Kirby-Bauer (Jawetz et al., 2008).
2. Kerangka Pe mikiran
Senyawa kompleks terbentuk jika terjadi ikatan kovalen koordinasi
antara ion logam yang mempunyai orbital kosong dengan ligan yang merupakan
2+
pendonor elektron. Co merupakan salah satu logam transisi dengan konfigurasi
d7 yang mempunyai orbital kosong sedangkan ion dapson berperan sebagai ligan
yang mempunyai beberapa gugus fungsi donor pasangan elektron bebas yaitu
gugus -NH2 dan –SO2 yang terikat pada benzena yang mempunyai kemungkinan
2+
terkoordinasi pada ion pusat Co .
2+
Pada senyawa kompleks Co -dapson ada beberapa kemungkinan atom
2+
donor N terikat pada atom pusat Co , antara lain ikatan atom N primer pada ligan
2+
dengan pusat Co karena N primer memiliki efek sterik yang lebih kecil sehingga
2+ 2+
lebih leluasa untuk berkoordinasi dengan Co . Pada umumnya Co lebih tertarik
untuk berikatan dengan atom N daripada O (Zhu et al., 2014; Solanki et al.,
2015; Mechria et al., 2015; Jing et al., 2016; Li et al, 2016). Hal ini dikarenakan
medan ligan N primer lebih kuat dari pada atom O pada gugus SO 2 . Kemungkinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
seperti ini sama halnya seperti kompleks [Cu(L8 )2 Cl2 ](CH3 OH)2 , dimana atom N
primer pada dapson terkoordinasi pada logam Cu(II) (Tella and Obaleye, 2009).
2+
Kompleks Co pada umumnya membentuk kompleks dengan bilangan
koordinasi 6 dengan struktur oktahedral. Kompleks dapson dengan Cu(II) dan
Ni(II) (Tyagi dan Kumar, 2014) dan Co(II) (Vijayalakshmi et al, 2015) bersifat
2+
paramagnetik, ini berarti dapson merupakan ligan lemah. Kompleks Co yang
mempunyai konfigurasi d7 dengan pengaruh medan ligan lemah berada dalam
keadaan spin tinggi dengan tiga elektron tidak berpasangan memiliki harga
2+
momen efektifnya (μeff) berkisar antara 4,3-5,2 BM (Lee, 1991). Co pada
medan oktahedral akan muncul tiga transisi yaitu 4T1g(F)→4T2g(F),
4T1g(F)→4A2g(F) dan 4T1g(F) →4T1g(P), namun biasanya transisi yang muncul
hanya dua atau bahkan satu.
Menurut Asemave et al., (2015) serta Tella and Obaleye (2009), suatu
ligan yang dikoordinasikan pada ion logam mampu meningkatkan aktivitas
antibakteri dibandingkan ligan bebas dan ion logamnya. Oleh karena itu ligan
2+
dapson yang dikomplekskan dengan Co diharapkan dapat meningkatkan sifat
2+ 2+
lipofilik Co sehingga memudahkan kompleks Co -dapson menembus dinding
sel bakteri. Gugus- gugus fungsi pada protein dan DNA bakteri seperti –SH dan –
2+
PO 3- dapat terkoordinasi pada atom pusat Co sehingga mengganggu
pembentukan dinding sel dan menghambat pertumbuhan bakteri.
3. Hipotesis
2+
1. Kompleks Co dengan dapson dapat disintesis dengan mereaksikan larutan
Co(NO3 )2 .6H2 O dan larutan dapson dalam metanol.
2+
2. Kompleks Co dengan dapson bersifat paramagnetik. Gugus fungsi yang
2+
terkoordinasi pada ion pusat Co adalah N-H dari gugus dapson dan
diperkirakan bergeometri oktahedral.
2+
3. Kompleks Co -dapson memiliki efektivitas antibakteri yang lebih tinggi
daripada dapson dan Co(NOcommit
3 )2 .6H2O.
to user