Kelompok : 5 (lima)
Anggota :
Aprilia (06101381419053)
Ari Yanti (06101281419034)
Icha Sinthyana Y. (06101381419039)
Intan Wulandari (06101281419029)
Melita Fitriana (06101281419033)
Nabilah Hasanah (06101281419031)
Rabeka Yulina Fitri (06101281419028)
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu
ion kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa ionik
pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian
dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat
dilihat pada Tabel Nama Ligan.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan awalan
di-, tri, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi
akhiran at.
a. Sifat-Sifat
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.
Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor
yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-
kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.
b. Kegunaan
Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat
dan alloy lain yang bersifat tahan korosi. Alloy tembaga-nikel berbentuk tabung
banyak digunakan untuk pembuatan instalasi proses penghilangan garam untuk
mengubah air laut menjadi air segar.
Nikel, digunakan untuk membuat uang koin,dan baja nikel untuk melapisi
senjata dan ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang sangat halus, digunakan
sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur (menjadikannya padat).
Nikel juga digunakan dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan baterai
penyimpanan Edison.
Senyawa Iodida
Ditemukan oleh Courtois ada tahun 1811. Iod tergolong unsur halogen,
terdapat dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut,
sendawa Chili, tanah kaya nitrat (dikenal sebagai kalis, yakni batuan sedimen
kalsium karbonat yang keras), air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam
air payau dari sumur minyak dan garam. Iod atau Yodium yang sangat murni
dapat diperoleh dengan mereaksikan kalium iodida dengan tembaga sulfat. Ada
pula metode lainnya yang sudah dikembangkan.
a. Sifat-sifat
Iod adalah padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, menguap
pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk
senyawa dengan banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang
kemudian menggeser iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod
mudah larut dalam kloroform, karbon tetraklorida, atau karbon disulfida yang
kemudian membentuk larutan berwarna ungu yang indah. Iod hanya sedikit larut
dalam air. Ada 30 isotop yang sudah dikenali. Tapi hanya satu isotop yang stabil,
127 131
I yang terdapat di alam. Isotop buatan I, memiliki masa paruh waktu 8 hari,
dan digunakan dalam proses penyembuhan kelenjar tiroid. Senyawa yang paling
umum adalah iodida dari natrium dan kalium (KI), juga senyawa iodatnya
(KIO3). Kekurangan iod dapat menyebabkan penyakit gondok.
b. Kegunaan
Senyawa iod sangat penting dalam kimia organik dan sangat berguna
dalam dunia pengobatan. Iodida dan tiroksin yang mengandung iod, digunakan
sebagai obat, dan sebagai larutan KI dan iod dalam alkohol digunakan sebagai
pembalut luar. Kalium iodida juga digunakan dalam fotografi. Warna biru tua
dengan larutan kanji merupakan karakteristik unsur bebas iod.
V. Prosedur
1. Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang berisi 5
mL air.
2. Letakkan gelas beker tersebut dalam lemari asam dan tambahkan 10 mL
larutan NH3 pekat (15 M).
3. Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 gr potassium iodide. Biarkan
campuran tersebut beberapa menit.
4. Kumpulkan kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali
dengan 2 mL larutan etanol 1:1 dan kemudian tambahkan 2 mL etanol.
5. Keringkan kristal di udara terbuka dengan diangin-angin selama beberapa
menit.
6. Pindahkan kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas saring.
7. Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau
memampatkan kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.
8. Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya dan
diberi label. Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah persentase
berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida heksahidrat yang
digunakan.
9. Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara: larutkan sedikit
sampel (0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan NH3 (5 M) dan
kemudian tambahkan 5 tetes larutan dimetil glioksim, maka akan
terbentuk endapan merah strawberry bila larutan mengandung nikel (II).
Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara: larutkan sedikit
sampel (0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan asam sulfat 5
M, kemudian tambahkan larutan H2O2 3%. Ujilah larutan tersebut dengan
indikator amilum. Timbulnya warna biru kehitam-hitaman menunjukkan
bahwa dalam larutan tersebut mengandung iodin.
5. Kristal dikeringkan beberapa menit Kristal mengering dan tetap berwarna ungu.
Analisis Data
Massa NiCl3 = 1 gr
Mr NiCl3 = 129,69 gr/mol
1 gr
n NiCl3 = = 0,00771 mol
129,69 gr/mol
n NH3 = V. M
= 0,01 L. 5 M
= 0,05 mol
Massa KI = 2,6 gr
2,6 gr
n KI = = 0,0157 mol
166 gr/mol
Reaksi Pembentukan :
[Ni (NH3)] 2+ (aq) + 2 KI (aq) + 2 OH- (aq) [Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 KOH (aq)
M 0,00771 0,0157 0,00771 - -
R 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771
S - 0,00799 - 0,00771 0,00771
VII. Reaksi
Hal pertama yang dilakuakan pada percobaan ini adalah melarutkan serbuk
nikel klorida berwarna hijau kedalam 5 ml aquadest. Kemudian terbentuk larutan
NiCl3.6H2O, kemudian nikel klorida tersebut terionisasi menjadi ion Ni 3+ dan Cl-
. Nikel klorida tersebut larut dalam air dan menghasilkan larutan berwarna hijau.
Agar didapatkan produk utama kristal yang lebih murni, maka dilakukan
penyaringan untuk memisahkan endapan tersebut dari filtratnya. Kristal
[Ni{NH3}6]I2 tersebut dicuci dua kali dengan menggunakan etanol. Etanol yang
digunakan tersebut befungsi sebagai pelarut. Larutan etanol ini akan
membersihkan kristal-kristal [Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk dengan mengikat sisa-
sisa air dan KOH yang tersisa pada endapan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena
etanol memiliki titik didih rendah sehingga mudah menguap dan mengakibatkan
mudah tebentuknya kristal. Etanol juga tidak bereaksi dengan endapan yang
didapatkan (http://marenachemist.web.unej.ac.id/2015/03/05/rekristalisasi/).
Setelah Kristal dicuci dengan etanol, kristal tidak mengalami perubahan warna.
Setelah dicuci dengan etanol, kristal dikeringkan beberapa menit dengan
diangin-anginkan di udara terbuka untuk menghilangan sisa kandungan air yang
masih terkandung dalam kristal. Kristal tersebut kemudian mengering dan tetap
berwarna ungu. Lalu, kristal-kristal yang telah kering tersebut dipindahkan
kedalam kertas saring. Kelebihan pelarut yang ada dipindahkan dengan menekan
atau memampatkan kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.
Sehingga didapatkan kristal menjadi lebih kering.
IX. Kesimpulan
1. Metode dalam pembuatan senyawa koordinasi [Ni(NH3)6]I2 adalah
dengan cara kristalisasi.
2. Warna merah stroberi pada reaksi akhir pengujian ion nikel
menandakan bahwa dalam larutan tersebut terkandung ion nikel.
3. Warna biru kehitaman pada reaksi akhir pengujian ion iodida
menandakan bahwa dalam larutan tersebut terkandung ion iodida.
4. Fungsi penambahan ammonia pekat pada uji nikel adalah agar larutan
berada dalam suasana basa.
5. Penambahan larutan asam sulfat pada tes pengujian iodida karena
kegunaanya sebagai katalis dan menunjukkan bahwa reaksi dalam
keadaan asam sehingga dapat melepaskan iod.
6. Kristal [Ni{NH3}6]I2 yang dihasilkan adalah sebanyak 1,3311 gram.
X. Daftar Pustaka