Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI [Ni{NH3}6]I2

Kelompok : 5 (lima)
Anggota :

Aprilia (06101381419053)
Ari Yanti (06101281419034)
Icha Sinthyana Y. (06101381419039)
Intan Wulandari (06101281419029)
Melita Fitriana (06101281419033)
Nabilah Hasanah (06101281419031)
Rabeka Yulina Fitri (06101281419028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
I. Judul Percobaan : Pembuatan Senyawa Koordinasi, [Ni{NH3}6]I2

II. Tujuan Percobaan : Mempelajari pembuatan senyawa koordinasi


[Ni{NH3}6]I2.

III. Dasar Teori

Senyawa koordinasi adalah senyawa karakteristik dari logam-logam


transisi. Senyawa koordinasi terbentuk dari ion sederhana (kation maupun anion)
serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat membentuk berbagai
jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam transisi dan ligan.
Ligan adalah molekul atau ion yang terikat pada kation logam transisi. Interaksi
antara kation logam transisi dengan ligan merupakan reaksi asam-basa Lewis.
Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai spesi
pendonor (donator) elektron. Sementara itu, kation logam transisi merupakan
asam Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan
demikian, terjadi ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation
logam transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam transisi
kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang elektron
bebas (PEB).
(https://www.scribd.com/doc/214746883/Percobaan-5-Pembuatan-Senyawa-
Koordinasi)

Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat


kepada ion logam. Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan
adalah H2O, NH3, CO, dan ion Cl-. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-
ion halida atau molekul-molekul H2O atau NH3, adalah monodentat, yaitu ligan
itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu
pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau ion
ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan
elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan
adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang
sama; ligan seperti ini disebut bidentat dan sebagai contohnya dapatlah
diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina) kobalt(III), [Co(en)3]3+. Dalam
kompleks oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(III), setiap molekul
etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron
menyendiri dari kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga
cincin beranggota-5, yang masing-masing meliputi ion logam itu; proses
pembentukan cincin ini disebut penyepitan.
(http://just4lovely.blogspot.co.id/2013/05/laporan-praktikum-kimia-organik.html)

Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada


molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam.
Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion
melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa
kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak di antara mereka yang
memiliki ikatan yang cukup kuat. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang
terikat pada kation logam transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada
ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+
adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah enam.
Bilangan koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6.
(http://zilazulaiha.blogspot.co.id/2011/11/laporan-praktikum-kimia-anorganik-
2.html)

Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas


(PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, dan
polidentat. H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu pasang
elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2, sering disebut dengan
istilah en) merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan dua pasang elektron).
Ligan bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen chelat (mampu
mencengkram kation logam transisi dengan kuat). Muatan ion kompleks adalah
penjumlahan dari muatan kation logam transisi dengan ligan yang
mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-, bilangan oksidasi masing-
masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt (kation
logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion [Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi
masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0 (nol). Dengan demikian, bilangan
oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
(https://www.scribd.com/doc/214746883/Percobaan-5-Pembuatan-Senyawa-
Koordinasi)

Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-


reaksi yang menghasilkan pembentukan senyawa kompleks. Suatu ion (atau
molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang
terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan
koordinasi yaitu angka bulat yang menunjukan jumlah
ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengn satu atom
pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6, (seperti dalam kasus
Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+, Cd2+) kadang-kadang 4(Cu2+, Cu+, Pt2+), tetapi
bilangan 2 (Ag+)dan 8 (beberapa ion dari golongan platinum) juga terdapat.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia disekitar atom atau
ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya
dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat
adalah simetris. Jadi, suatu kompleks dengan atom pusat dengan bilangan
koordinasi 6, terdiri dari ion pusat, dipusat suatu octahedron, sedangkan keenam
ligannya menempati ruang-ruang yang dinyatakan oleh sudut-sudut octahedron.
Bilangan koordinasi 4 biasanya menunjukkan susunan simetrisyang berbentuk
tetrahedron meskipun susunannya datar dimana ion pusat berada dipusat suatu
bujur sangkar dan keempat ionnya menempati keempat sudut bujursangkar itu.
(http://zilazulaiha.blogspot.co.id/2011/11/laporan-praktikum-kimia-anorganik-
2.html)

Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu
ion kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa ionik
pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian
dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat
dilihat pada Tabel Nama Ligan.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan awalan
di-, tri, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi
akhiran at.

Senyawa Nikel (II)


Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri
oktahedrom, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedron dan bujursangkar.
Ion heksaakuanikel(II) berwarna hijau; penambahan amonia menghasilkan ion
biru heksaaminanikel(II) menurut persamaan reaksi :

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq) [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O (l)

Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(II)


menghasilkan endapan gelatin hijau nikel(II) hidroksida menurut persamaan
reaksi:

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)

Seperti halnya kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri


tertrahedron yaitu halide, misalnya ion tertrakloronikelat(II) yang berwarna biru.
Senyawa kompleks ini terbentuk dari penambahan HCl pekat kedalam larutan
garam nikel(II) dala air menurut persamaan reaksi:

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq) [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)


Hijau biru

Senyawa kompleks nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion


tetrasianonikelat(II). [Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis
(dimetilglioksimato) nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink.
Warna yang karakteristik pada kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi
penguji terhadap ion nikel(II) ; senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari
penambahan larutan dimetilglikosim (C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan
nikel(II) yang dibuat tepat basa dengan penambahan amonia menurut persamaan
reaksi: [Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMGH (aq) + 2OH- [Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)

a. Sifat-Sifat
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.
Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor
yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-
kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.

b. Kegunaan
Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat
dan alloy lain yang bersifat tahan korosi. Alloy tembaga-nikel berbentuk tabung
banyak digunakan untuk pembuatan instalasi proses penghilangan garam untuk
mengubah air laut menjadi air segar.

Nikel, digunakan untuk membuat uang koin,dan baja nikel untuk melapisi
senjata dan ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang sangat halus, digunakan
sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur (menjadikannya padat).
Nikel juga digunakan dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan baterai
penyimpanan Edison.

Senyawa Iodida
Ditemukan oleh Courtois ada tahun 1811. Iod tergolong unsur halogen,
terdapat dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut,
sendawa Chili, tanah kaya nitrat (dikenal sebagai kalis, yakni batuan sedimen
kalsium karbonat yang keras), air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam
air payau dari sumur minyak dan garam. Iod atau Yodium yang sangat murni
dapat diperoleh dengan mereaksikan kalium iodida dengan tembaga sulfat. Ada
pula metode lainnya yang sudah dikembangkan.
a. Sifat-sifat
Iod adalah padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, menguap
pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk
senyawa dengan banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang
kemudian menggeser iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod
mudah larut dalam kloroform, karbon tetraklorida, atau karbon disulfida yang
kemudian membentuk larutan berwarna ungu yang indah. Iod hanya sedikit larut
dalam air. Ada 30 isotop yang sudah dikenali. Tapi hanya satu isotop yang stabil,
127 131
I yang terdapat di alam. Isotop buatan I, memiliki masa paruh waktu 8 hari,
dan digunakan dalam proses penyembuhan kelenjar tiroid. Senyawa yang paling
umum adalah iodida dari natrium dan kalium (KI), juga senyawa iodatnya
(KIO3). Kekurangan iod dapat menyebabkan penyakit gondok.

b. Kegunaan
Senyawa iod sangat penting dalam kimia organik dan sangat berguna
dalam dunia pengobatan. Iodida dan tiroksin yang mengandung iod, digunakan
sebagai obat, dan sebagai larutan KI dan iod dalam alkohol digunakan sebagai
pembalut luar. Kalium iodida juga digunakan dalam fotografi. Warna biru tua
dengan larutan kanji merupakan karakteristik unsur bebas iod.

IV. Alat dan Bahan


Alat:
Beaker gelas 100 mL
Batang pengaduk
Corong Hirsch
Kertas saring
Silinder pengukur 10 mL
Tabung reaksi dengan label
Bahan:
H2O2 3%
Ammonia 1 M
Etanol
Nikel klorida heksahidrat
Potassium iodide
Indikator amilum

V. Prosedur
1. Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang berisi 5
mL air.
2. Letakkan gelas beker tersebut dalam lemari asam dan tambahkan 10 mL
larutan NH3 pekat (15 M).
3. Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 gr potassium iodide. Biarkan
campuran tersebut beberapa menit.
4. Kumpulkan kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali
dengan 2 mL larutan etanol 1:1 dan kemudian tambahkan 2 mL etanol.
5. Keringkan kristal di udara terbuka dengan diangin-angin selama beberapa
menit.
6. Pindahkan kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas saring.
7. Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau
memampatkan kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.
8. Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya dan
diberi label. Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah persentase
berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida heksahidrat yang
digunakan.
9. Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara: larutkan sedikit
sampel (0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan NH3 (5 M) dan
kemudian tambahkan 5 tetes larutan dimetil glioksim, maka akan
terbentuk endapan merah strawberry bila larutan mengandung nikel (II).
Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara: larutkan sedikit
sampel (0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan asam sulfat 5
M, kemudian tambahkan larutan H2O2 3%. Ujilah larutan tersebut dengan
indikator amilum. Timbulnya warna biru kehitam-hitaman menunjukkan
bahwa dalam larutan tersebut mengandung iodin.

VI. Hasil Pengamatan

No. Prosedur Hasil Pengamatan

1. 1 gr nikel klorida + 5 mL air Nikel klorida (hijau) + air (tak berwarna)


nikel larut dalam air dan larutan berwarna
hijau.

2. Campuran no.1 + 10 mL NH3 15 M Campuran (hijau) + NH3 (tak berwarna)


larutan berubah menjadi berwarna biru.

3. Campuran no.2 + KI 2,6 gr Campuran (biru) + KI (s) (putih) KI larut


dalam larutan dan larutan berwarna ungu
muda.

Diamkan beberapa menit Terdapat endapan berupa padatan


berwarna ungu dan larutan biru muda.

4. Kristal disaring dan dicuci dengan Kristal tidak berubah warna.


etanol

5. Kristal dikeringkan beberapa menit Kristal mengering dan tetap berwarna ungu.

6. Pindahkan kelebihan pelarut dengan Kristal menjadi lebih kering.


menekan Kristal diantara 2 lembar
kertas saring

7. Pindahkan kristal pada wadah dan Hasil timbangan:


ditimbang. - Gelas kimia = 35,173 gr
- Gelas kimia + kristal = 36,5401 gr
- Berat Kristal = 36,5401 gr 35,173 gr =
1,3311 gr

Uji ion nikel


8. 0,1 gr kristal larutkan dalam 0,5 mL Larutan biru keunguan + NH3
air Larutan tak berwarna.

Endapan biru + 5 tetes dimetil


Larutan berwarna merah strawberry
glioksim.
menunjukkan adanya nikel.

Uji ion iodin


0,1 gr kristal larutkan dalam 0,5 mL Larutan berwarna biru keunguan +
9.
air + 2 tetes H2SO4 5 M + H2O2 3% H2SO4 (tak berwarna) larutan bening
kehijauan, ada endapan ungu.
Uji dengan indikator amilum
larutan biru kehitaman.

Analisis Data

Massa NiCl3 = 1 gr
Mr NiCl3 = 129,69 gr/mol
1 gr
n NiCl3 = = 0,00771 mol
129,69 gr/mol

Massa H2O =.V


= 0,996 gr/ml. 5 ml
= 4,98 gr
4,98 gr
n H2O = = 0,277 mol
18 gr/mol

n NH3 = V. M
= 0,01 L. 5 M
= 0,05 mol

Massa KI = 2,6 gr
2,6 gr
n KI = = 0,0157 mol
166 gr/mol
Reaksi Pembentukan :

NiCl3 (s) + 6 H2O (s) Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)


M 0,00771 0,277 - - -
R 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771
S - 0,026929 0,00771 0,00771 0,00771

Ni 2+ (aq) + 6 NH3 (aq) [Ni{NH3}6] 2+ (aq)


M 0,00771 0,05 -
R 0,00771 0,00771 0,00771
S - 0,04229 0,00771

[Ni (NH3)] 2+ (aq) + 2 KI (aq) + 2 OH- (aq) [Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 KOH (aq)
M 0,00771 0,0157 0,00771 - -
R 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771
S - 0,00799 - 0,00771 0,00771

Massa [Ni{NH3}6]I2 secara teori = n . Mr


= 0.00771 mol . 414,69 gr/mol
= 3,19 gr
Massa [Ni{NH3}6]I2 secara praktek
Gelas kimia = 35,173 gr
Gelas kimia + kristal = 36,5401 gr
Berat Kristal = 36,5401 gr 35,173 gr = 1,3311 gr

% Error = produk secara teori produk secara praktek x 100 %


Produk secara teori
= 3,19 gr 1,3311 gr x 100 %
3,19 gr
= 58,27 %

VII. Reaksi

Reaksi Pembentukan Senyawa Koordinasi


NiCl3 (s) + 6 H2O (s) NiCl3.6H2O (aq)
NiCl3.6 H2O (aq) Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)
Ni 2+ (aq) + 2 NH3 (aq) + 2 H2O (aq) Ni (OH)2 (s) + 2 NH3 (aq)
Ni (OH)2 (s) + 6 NH3 (aq) [Ni{NH3}6] 2+ (aq) + 2 OH- (aq)
[Ni (NH3)] 2+ (aq) + 2 KI (aq) + 2 OH- (aq) [Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 KOH (aq)

Reaksi Pengujian Ion Nikel


[Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 H2O (l) + NH3 (aq) Ni 2+ (aq) + 7NH3 (aq) + 2 I- (aq)
+ 2 OH-(aq) + 2H+(aq)
CH3-C=N-OH
Ni 2+(aq) + 2 + 2 OH- (aq) Ni(C4H7N2O2)2 (s) + 2H2O(l)
CH3-C=N-OH (aq)
(dimetil glioksim) (nikel dimetil glioksim)

Reaksi Pengujian Ion Iod


[Ni{NH3}6]I2(s) + H2O(l) + H2SO4(aq) [Ni{NH3}6]2+(s) + 2I- (aq) +
H2SO4(aq) + H2O (aq)
H2O2 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) I2 (aq) + 2 H2O (aq)
VIII. Pembahasan

Pada percobaan keempat ini mengenai pembuatan senyawa koordinasi


[Ni{NH3}6]I2. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari langkah-
langkah pembuatan senyawa koordinasi. Pada percobaan ini dilakukan pengujian
adanya ion nikel dan ion iodida pada senyawa koordinasi yang dibuat.

Hal pertama yang dilakuakan pada percobaan ini adalah melarutkan serbuk
nikel klorida berwarna hijau kedalam 5 ml aquadest. Kemudian terbentuk larutan
NiCl3.6H2O, kemudian nikel klorida tersebut terionisasi menjadi ion Ni 3+ dan Cl-
. Nikel klorida tersebut larut dalam air dan menghasilkan larutan berwarna hijau.

Selanjutnya larutan yang terbentuk tersebut di tambahkan dengan larutan


NH3 pekat dengan konsentrasi 15 M. Kemudian dihasilkan larutan yang berwarna
biru. Kemudian campuran tersebut ditambahkan lagi dengan KI sebanyak 2,6
gram. Kemudian dihasilkan larutan yang berwarna ungu muda. Campuran tersebut
lalu didiamkan beberapa menit sehingga terlihat adanya endapan atau kristal
berwarna ungu dan larutan yang berwarna biru muda. Kristal yang terbentuk
tersebutlah yang merupakan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2. Kristal ungu
tersebut merupanakan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2 yang didapat dari reaksi
antara ion heksa amin nikel (II) yang bermuatan +2 yang berikatan dengan ion
iodide yang berasal dari kalium iodide (https://www.scribd.com).

Agar didapatkan produk utama kristal yang lebih murni, maka dilakukan
penyaringan untuk memisahkan endapan tersebut dari filtratnya. Kristal
[Ni{NH3}6]I2 tersebut dicuci dua kali dengan menggunakan etanol. Etanol yang
digunakan tersebut befungsi sebagai pelarut. Larutan etanol ini akan
membersihkan kristal-kristal [Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk dengan mengikat sisa-
sisa air dan KOH yang tersisa pada endapan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena
etanol memiliki titik didih rendah sehingga mudah menguap dan mengakibatkan
mudah tebentuknya kristal. Etanol juga tidak bereaksi dengan endapan yang
didapatkan (http://marenachemist.web.unej.ac.id/2015/03/05/rekristalisasi/).
Setelah Kristal dicuci dengan etanol, kristal tidak mengalami perubahan warna.
Setelah dicuci dengan etanol, kristal dikeringkan beberapa menit dengan
diangin-anginkan di udara terbuka untuk menghilangan sisa kandungan air yang
masih terkandung dalam kristal. Kristal tersebut kemudian mengering dan tetap
berwarna ungu. Lalu, kristal-kristal yang telah kering tersebut dipindahkan
kedalam kertas saring. Kelebihan pelarut yang ada dipindahkan dengan menekan
atau memampatkan kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.
Sehingga didapatkan kristal menjadi lebih kering.

Setelah benar-benar kering kemudian kristal tersebut ditimbang. Setelah


ditimbang didapat massa kristal [Ni{NH3}6]I2 tersebut adalah sebesar 1,3311
gram. Sedangkan, menurut perhitungan teori seharusnya massa kristal
[Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk adalah sebesar 3,19 gram. Sehingga persentase error
pada percobaan ini adalah sebesar 58,27 %. Kesalahan yang terjadi pada
pembuatan kristal [Ni{NH3}6]I2 ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
adalah kekurangtelitian praktikan dalm mnimbang massa bahan seperti NiCl3 dan
KI, atau kekurangtelitian dalam menukar volume larutan yang digunakan, terlalu
lamanya waktu yang digunakan saat mendiamkan campuran setelah penambahan
KI, sehingga ada kemungkinan endapan [Ni{NH3}6]I2 yang sudah terbentuk
melarut kembali, kurang maksimalnya proses penyaringan yang dilakukan,
misalnya masih terasa endapan dalam larutan sehingga jumlah endapan yang
didapat berkurang, serta adanya kemungkinan kurang maksimalnya reaksi yang
terjadi, sehingga jumlah endapan atau produk yang dihasilkan tidak maksimal
(https://www.scribd.com).

Selanjutnya adalah pengujian adanya ion nikel,. Kristal [Ni(NH3)6]I2


terlebih dulu dilarutkan kedalam air, lalu didapatkan larutan berwarna biru
keunguan. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan larutan ammonia dan
didapatkan larutan tidak berwarna dengan endapan biru. Fungsi penambahan
ammonia adalah agar larutan berada dalam suasana basa
(http://izmiestiyaningsih.blogspot.co.id/20121001archive.html). Selanjutnya
campuran yang didapatkan tadi ditambahkan dengan dimetil glioksim sehingga
didapatkan larutan berwarna merah stroberi yang menunjukkan adanya ion nikel
dalam larutan tersebut.
Kemudian yang terakhir adalah pengujian adanya uji iodide. Kristal
[Ni(NH3)6]I2 terlebih dulu dilarutkan kedalam air, lalu didapatkan larutan keruh
berwarna biru keunguan. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan larutan
asam sulfat dan didapatkan larutan bening kehijauan dengan endapan ungu.
Ketika ditambahkan dengan asam sulfat endpan yang terbentuk sedikit larut.
Fungsi asam sulfat disini sebagai pemberi suasana asam pada larutan, sehingga
akan mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat pengoksidasi
(https://www.scribd.com). Selanjutnya campuran yang didapatkan tadi
ditambahkan dengan larutan amilum perubahan warna biru yang dihasilkan
menjadi lebih pekat. Selanjutnya ditambahkan dengan larutan amilum sehingga
didapatkan larutan berwarna biru kehitaman. Larutan amilum tersebut berfungsi
sebagai indikator. Warna biru kehitaman yang dihasilkan menunjukkan adanya
ion iodide pada larutan.

IX. Kesimpulan
1. Metode dalam pembuatan senyawa koordinasi [Ni(NH3)6]I2 adalah
dengan cara kristalisasi.
2. Warna merah stroberi pada reaksi akhir pengujian ion nikel
menandakan bahwa dalam larutan tersebut terkandung ion nikel.
3. Warna biru kehitaman pada reaksi akhir pengujian ion iodida
menandakan bahwa dalam larutan tersebut terkandung ion iodida.
4. Fungsi penambahan ammonia pekat pada uji nikel adalah agar larutan
berada dalam suasana basa.
5. Penambahan larutan asam sulfat pada tes pengujian iodida karena
kegunaanya sebagai katalis dan menunjukkan bahwa reaksi dalam
keadaan asam sehingga dapat melepaskan iod.
6. Kristal [Ni{NH3}6]I2 yang dihasilkan adalah sebanyak 1,3311 gram.
X. Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Laporan Praktikum Kimia Anorganik. (online).


http://www.ziddu.com/download (diakses pada tanggal 23 Februari 2017).
Anonim. 2015. Rekristalisasi. (online). http://marenachemist.web.unej.ac.id
(diakses pada tanggal 23 Februari 2017).
Azzahra, Fleur. 2011. Pembuatan Senyawa Koordinasi [Ni{NH3}6]I2. (online).
http://fleurazzahra.blogspot.co.id (diakses pada tanggal 23 Februari 2017).
Dwiwati, Sri. 2014. Pembuatan Senyawa Koordinasi. (online).
https://www.scribd.com (diakses pada tanggal 23 Februari 2017).
Gulo, Fakhili dan Desi. 2014. Panduan Praktikum Kimia Anorganik I.
Indralaya: Laboratorium PSB Kimia Universitas Sriwijaya.
Zulaiha, Zila. 2011. Laporan Praktikum Kimia Anorganik 2. (online).
http://zilazulaiha.blogspot.co.id (diakses pada tanggal 23 Februari 2017).
XI. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai