mudah tidaknya dilakukan pencucian. Faktor yang mempengaruhi ukuran partikel adalah :
Suspensi koloid
Larutan semula berbentuk suspensi (tersebar di seluruh larutan) dengan adanya proses penuaan
akan terbentuk endapan koloid yang mempunyai karakteristik :
• Partikelnya kecil tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (ukuran diameternya 10 -7 –
10 -4 cm).
• Partikel koloid mempunyai kecenderungan mengendap dari larutan, tapi seperti masih
banyak cairannya.
• Tidak mudah disaring.
Suspensi Kristalin
Endapan yang tersebar di larutan, dapat membentuk kristal yang kecil-kecil atau dapat
membentuk satu kristal yang besar, endapan kristal ini mempunyai karakteristik :
• Partikel dengan dimensi lebih besar sekitar 0,1 mm atau lebih besar lagi.
• Kadang-kadang terdispersi dan secara spontan mengendap.
• Mudah disaring.
1. Zat Pereduksi
Pereaksi jenis ini mengubah analit menjadi bentuk unsurnya, unsur inilah yang kemudian
ditimbang. Berikut adalah tabel zat pereduksi untuk gravimetri.
Ligan dapat diklasifikasikan sesuai jumlah ikatan yang ada untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi
ke ion logam. Ikatan kovalen koordinasi adalah satu pasangan elektron milik bersama berkontribusi pada
ikatan hanya berasal dari salah satu atom dari dua atom yang terlibat: Dalam hal reaksi pembentukan
ion kompleks, kedua elektron selalu disumbangkan oleh ligan. Jika hanya satu pasangan elektron yang
tersedia tiap molekul atau ion , maka ligan disebut monodentat. Jika ada dua tiap molekul atau ion,
maka itu disebut bidentat, dll.
Ion kompleks yang terlibat ligan dengan dua ikatan atau lebih (bidentat, tridentat dll.) juga
disebut dengan chelat dan ligannya chelating agents. Contoh adalah EDTA adalah ligan
hexadentat. Selain empat atom bermuatan oksigen pada gugus karboksil, masing masing dua
nitrogen memiliki pasangan elektron yang tidak dibagikan, membuat keenam pasangan elektron
dapat membentuk ikatan kovalen koordinasi. Dalam pembentukan ion kompleks dengan ion
kalsium, sebagai contoh, keenam ikatan itu berikatan dengan kalsium, membentuk kumpulan
yang terdiri dari ligan EDTA mengikat ion kalsium.
Demikian reaksi dari titik satu ke titik lain terlibat, dan faktanya, seluruh reaksi EDTA dengan ion
logam (kebanyakan logam dapat bereaksi dengan EDTA) adalah satu titik ke titik lain. Karena itu,
tidak perlu khawatir dengan skema formal untuk menentukan bobot yang setara, selama ada
reaksi asam-basa.
Sumber EDTA yang biasa digunakan dalam analisa logam adalah garam disodium dihydrogen
dari asam ethylenediaminetetraacetic. Ini adalah garam EDTA yang diasamkan sebagian
Contoh penggunaan EDTA untuk analisis gravimetri
Titrasi EDTA secara rutin digunakan dalam penentuan kesadahan air dalam laboratorium.
Sampel air sumur mentah dapat memiliki jumlah mineral terlarut yang signifikan yang
berkontribusi terhadap berbagai masalah yang terkait dengan penggunaan air tersebut. Mineral
ini terdiri diantara kalsium dan magnesium karbonat, sulfat, dll. Masalah yang timbul sebagian
besar akibat dari pemanasan atau pendidihan air selama jangka waktu tertentu seperti
penguapan air , dan garam kalsium dan magnesium menjadi terkonsentrasi dan mengendap
dalam bentuk skala pada dinding wadah, maka istilahnya kesadahan. Situasi semacam ini
terbukti dalam boiler, domestik dan pemanas air komersial, pelembab, teko teh, dan sejenisnya.
Indikator yang sering digunakan disebut Eriochrome Black T (EBT) . EBT sebenarnya ligan yang
juga dapat bereaksi dengan ion logam , seperti EDTA. Dalam bentuk bebas, larutannya berwarna
menjadi biru langit, tapi jika menjadi bagian dari ion kompleks baik dengan ion kalsium atau
magnesium, akan menjadi warna merah ungu. Demikian, sebelum penambahan EDTA dari
buret, sampel kesadahan air mengandung pH=10 buffer ammonia dan beberapa tetes indikator
EBT akan menjadi warna merah ungu. Ketika EDTA ditambahkan, ligan EDTA bereaksi dengan
ion logam bebas dan kemudian akan bereaksi dengan kompleks ion logam-EBT,
pengkompleksan logam dan dihasilkan ligan EBT yang bebas, memberi warna biru langit pada
larutan.
Bertambahnya kelarutan suatu endapan dengan penambahan suatu zat pengendap seringkali
disebabkan oleh pembentukan ion kompleks. Suatu ion kompleks dibentuk dengan bersenyawanya
sebuah ion sederhana baik dengan ion lain yang muatannya berlawanan ataupun dengan molekul
netral. Ketika larutan kalium sianida ditambahkan kepada suatu larutan perak nitrat, mula-mula akan
terbentuk endapan putih perak sianida dan hasil kali kelarutan perak sianida dilampaui.
Dengan menerapkan hukum aksi massa, diperoleh tetapan disosiasi ion kompleks itu:
2
Kdiss =[Ag+] x [CN-] 1,0 x 10-21 mol2 dm-6 (2)
¿¿
Bila diingat bahwa terdapat ion sianida berlebih, maka konsentrasi ion perak sangatlah kecil, sehingga
hasil kali kelarutan perak sianida tidak dilampaui. Kebalikan persamaan (2) tetapan pembentukan ion
kompleks; :
Istilah lain yang terkait dengan ion kompleks adalah masking. Masking mengacu pada penggunaan ligan
dan reaksi pembentukan ion kompleks dengan tujuan menghindari gangguan. Ketika pembentukan ion
kompleks, keseimbangan terletak jauh ke kanan, sehingga kesetimbangan konstan. Ini terjadi karena ada
pengaruh “mengikat” atau masking, ion logam seperti itu tidak terjadi gangguan. Ligan digunakan dalam
aplikasi yang disebut masking agent.
Kemungkinan besar pembentukan endapan oleh senyawa organik melibatkan pembentukan senyawa
kompleks, khelat nonionik. Kebanyakan senyawa organik yang membentuk khelat dengan ion-ion logam
mengandung gugus asam dan basa. Ion logam berinteraksi dengan kedua gugus fungsi dan membentuk
cincin heterosiklik.
Pereaksi organik juga membentuk senyawa mirip garam dengan logam tertentu berupa
senyawa yang kelarutannya rendah. Contoh, garam natrium dari boron tetrafenil
mengendap dengan ion K+.
(C6H5)4BNa + K+ (C6H5)4BK + Na +
c. Pembentukan kompleks adsorpsi atau senyawa besar yang komposisinya tidak terdeteksi.
Senyawa besar yang terbentuk antara pereaksi organik dengan oksida logam terhidrat. Sifat
senyawa besar ini tidak diketahui dengan tepat. Penampakannya sama seperti partikel
koloid yang permukaannya berupa oksida yang menghasilkan warna tertentu. Pemakaian
senyawa ini banyak digunakan pada analisis kolorimetri dengan melibatkan cara gravimetri.
Tanin diketahui banyak digunakan untuk mengendapkan banyak logam hidroksida.
d. Reduksi menjadi logam.
Beberapa pereaksi organik telah digunakan untuk mereduksi logam mulia seperti platina
dan emas. Hidrokuinon dan senyawa lainnya yang sama telah digunakan sebagai pereduksi
dalam penentuan emas.
e. Penggunaan dalam endapan yang homogen.
Penggunaan pereaksi organik yang berbeda dalam pengendapan homogen telah dikenal.
Urea adalah salah satunya, dengan menaikkan pH larutan terjadi reaksi hidrolisis secara
perlahan dan mengendapkan oksida logam hidrat dan garam basa.Berangsur-angsur
hidrolisis dari ester yang terkait menghasilkan endapan fosfat, sulfat dan oksalat.
Tioasetamida sebagai sumber hidrogen sulfida yag baik sekali dan tidak merugikan untuk
menghasilkan endapan butiran logam sulfida.
Beberapa senyawa organik yang seringkali digunakan untuk gravimetri terdapat pada tabel berikut.
Dari senyawa pengendap organik yang digunakan sebagai pengendap ion logam yang mempunyai gugus
fungsi tertentu yang berperan dalam reaksi pengendapan. Gugus tersebut akan menghasilkan
perubahan kecil pada kereaktifan, kelarutan dan warna endapan. Perubahan ini dapat memperbaiki
penggunaan dari pereaksi organik tersebut.
Pengendapan fraksional bila suatu zat pengendap ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung dua
anion, keduanya membentuk garam yang sedikit larut dengan kation yang sama, misalnya bila
ditambahkan larutan perak nitrat kepada suatu larutan yang mengandung ion iodida maupun klorida.
Hasil kali kelarutan perak klorida dan perak iodida masing-masing adalah
perak iodida, yang kurang larut, akan diendapkan lebih dulu karena hasil kali kelarutannya lebih kecil.
Perak klorida akan diendapkan bila konsentrasi ion Ag + lebih besar daripada
−10
[Ag+] Ks( AgCl) = 1,2 x 10
¿¿ ¿¿
dan kemudian garam itu akan diendapkan bersamaan. Ketika perak klorida mulai mengendap, ion akan
berada dalam kesetimbangan dengan kedua garam itu, dan
[Ag+] =
Ks( AgI ) = Ks( AgCl)
¿¿ ¿¿
Ks( AgI ) 1,7 x 10−16
¿ ¿= = =1,4 x 10−6
Ks( AgCl) 1,2 x 10−10
Jadi ketika konsentrasi ion iodida telah menurun menjadi 1,4 x 10 -6 konsentrasi ion klorida, mulailah
perak klorida diendapkan.
Hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan elektrolit jenuh atau sukar larut
dipangkatkan koefisiennya. Untuk suatu elektrolit biner:
AB ↔ A+ + B-
Secara umum, untuk elektrolit ApBq terionisasi menjadi ion-ion pA q+ dan qBp-
Semakin besar Ksp maka kelarutan makin tinggi sehingga semakin mudah larut
Jika garam MA yang sangat sedikit larut itu adalah garam suatu asam lemah HA, maka asam-asam pada
umumnya akan mempunyai efek pelarut terhadap garam itu. Apabila asam klorida ditambahkan kepada
garam itu. Akan terjadi kesetimbangan berikut:
M+ + A- + H+ ↔ HA + M+
Jika tetapan disosiasi asam HA sangat kecil, A - akan terbuang dari dalam larutan dalam bentuk asam tak
terdisosiasi HA. Akibatnya garam akan larut lagi menggantikan anion yang terbuang, dan proses ini akan
berlanjut sampai kesetimbangan terjadi (yakni sampai [M+] x [A-] = hasil kali kelarutan (MA) atau sampai
garam itu melarut seluruhnya.
EFEK TEMPERATUR
Kelarutan endapan yang dijumpai dalam analisis kuantitatif meningkat dengan bertambahnya
temperatur. Pada beberapa zat, pengaruh temperatur ini kecil, tetapi pada zat-zat lain pengaruh itu
dapat sangat jelas. Dalam banyak hal, efek ion-sejenis mengurangi kelarutan menjadi begitu kecil,
sehingga efek temperatur yang meningkatkan kelarutan akan terlihat jelas bila tidak ada efek ion-
sejenis.
Dapat dinyatakan bahwa jika konsentrasi total ion sejenis hanya sedikit lebih tinggi dari yang diberikan
oleh senyawa asli, maka efek tersebut kecil; namun jika konsentrasi ion sejenis itu sangat dibesarkan
efek tersebut akan sangatlah besar.
EFEK PELARUT
Kebanyakan kelarutan senyawaan anorganik menurun dengan penambahan pelarut organik, seperti
metanol, etanol dan propan-1-ol, aseton, .dsb.
Pereaksi jenis ini membentuk garam yang sedikit larut atau oksida hidrous dengan analit. Beberapa
pereaksi anorganik adalah selektif, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Bila suatu logam dimasukan dalam suatu larutan yang mengandung ion dari logam itu, contohnya zink
dalam larutan zink sulfat, terjadilah selisih potensial antara logam dan larutan. Selisih potensial E untuk
suatu reaksi elektroda:
Mn+ + ne ↔ M
RT
E=EØ+ ln αMn+
nF
dengan memasukkan harga R dan F, dan mengubah ln menjadi log
0,0001983T
E=EØ+ log αMn+
n
Untuk temperatur 25°C dan menggantikan ɑM n+ dengan CMn+, :
0,0591
E=EØ+ log cMn+
n
Adalah Persamaan Nerst
Untuk menentukan selisih potensial antara suatu elektroda dan suatu larutan, perlu suatu elektroda dan
larutan lain yang selisih potensialnya diketahui. Kedua elektroda itu dapat digabung untuk membentuk
suatu sel Volta. Elektroda pembanding primer adalah elektroda hidrogen standar, deret elektrokimia
dari logam-logam adalah urutan logam berdasarkan kenaikan potensial elektroda standar (lihat di
literatur). Makin besar harga negatif potensial itu, makin besar kecenderungan logam itu untuk menjadi
ion.
SEL KONSENTRASI
Suatu potensial elektroda berubah bila konsentrasi ion dalam larutan berubah. Jadi dua elektroda yang
terbuat dari logam yang sama, tetapi yang dimasukan dalam larutan yang mengandung ion dengan
konsentrasi berbeda, dapat membentuk sebuah sel. Sel semacam itu disebut sel konsentrasi.
D.g.l. sel adalah selisih aljabar kedua potensial, jika disisipkan suatu jembatan garam untuk
menghilangkan potensial pertemuan cairan. dapat dihitung pada 25°C:
dimana c1 > c2
Salah satu sel volta yang sering digunakan adalah sel Daniell. Sel ini terdiri dari batang zink yang
dicelupkan dalam larutan zink sulfat dan suatu lembaran tembaga dalam larutan tembaga sulfat; Sel itu
dapat dipaparkan sebagai:
Reaksi kimia dalam sel ini adalah sebagai berikut:
Reaksi adalah:
Zn + Cu2+ ⇌ Zn2+ + Cu
Contoh dapat dihitung d.g.I sel Daniell dengan konsentrasi ion zink dan tembaga(II) satu molar:
Suatu sistem oksidasi-reduksi reversibel dapat ditulis dalam bentuk (oksidan = zat dalam keadaan
teroksidasi, reduktan = zat dalam keadaan tereduksi).
Potensial elektroda yang terjadi bila suatu elektroda dicelupkan ke dalam larutan yang
Jika konsentrasi oksidan dan reduktan itu sama, maka E 25̊ = EØ yakni potensial
reduksi standar.
Perhitungan pada gravimetri :
berat air
% kadar air= ×100
berat sampel
(berat sebelum pengeringan−berat setelah pengeringan)
¿
berat sebelum pengeringan
LOSS ON IGNITION
LoI adalah pengujian yang dilakukan pada analisis zat kimia anorganik, khususnya pada analisis mineral.
Pengujian didasarkan pada zat yang menghilang atau menguap ketika pemanasan. Pada beberapa
prosedur, sampel biasanya dikeringkan dahulu untuk menghilangkan kadar airnya
weight loss
% loss= ×100
weight of sample
¿¿¿
RESIDU ON IGNITION
Residue on Ignition adalah partikel mineral dan abu yang didapat setelah pemanasan. Di bidang farmasi,
sampel ditambahkan H₂SO₄ sebelum pemanasan untuk menangkap karbon dalam sampel, mineral dan
abu yang dihasilkan kadang disebut juga dengan abu sulfat. Prosesnya harus dilakukan berulang kali
hingga mendapatkan berat konstan.
berat residu
% residu pada pemanasan= × 100
berat sampel
Bahan yang tidak larut Insoluble Matter in Reagents
Bahan yang tidak larut ditentukan dengan menimbang larutan kemudian dipanaskan pada gelas beker
tertutup dengan suhu tinggi dan waktu tertentu hingga terjadi peleburan didalamnya. Setelah itu,
larutan disaring hingga residu yang didapat dikeringkan dan ditimbang.
- Total Solids :
Total solids didapatkan dengan menempatkan sampel pada cawan penguapan dalam jumlah tertentu,
penguapan dilakukan dalam oven. Residu yang dihasilkan merupakan padatan berupa suspended solids
dan dissolve solids. Dalam laporannya, hasil merupakan pembagian antara residu yang dihasilkan
dengan volume sampel yang digunakan (mg/L).
- Suspended Solids :
Padatan jenis ini merupakan padatan yang tersaring pada saringan (filter). Sebelumnya, saringan dicuci,
dikeringkan dan ditimbang berat bersih dari kertas saringnya. Kemudian sampel disaring dengan
bantuan vacuum pums, dikeringkan dan ditimbang kembali. Dalam pembuatan laporannya, berat residu
dibagi volume sampelnya (mg/L).
- Dissolved Solids :
Dissolved solids adalah hasil pengurangan antara Total Solids dengan Suspended Solids. Padatan ini
biasanya hanya terdapat pada air limbah. Penentuan kadarnya sama seperti prosedur pada Total Solids,
dan setelah dilakukan penyaringan untuk Suspended Solids, filtrat yang dihasilkan ditimbang volumenya
kemudian dimasukkan dalam cawan penguapan dan dipanaskan dalam oven untuk menghilangkan
kadar airnya.
- Volatile Solids :
Penentuan padatan ini sama seperti pada Loss in Drying dan Loss in Ignition, yaitu berat zat yang hilang
setelah pemanasan. Padatannya dapat dilakukan dalam sampel Total Solids atau Suspended Solids.
Setelah penentuan padatan pada Total Solids atau Suspended Solids dilakukan, padatan yang berada
dalam cawan dipanaskan pada pembakar Muffle.
- Settleable Solids :
Untuk bahan padat yang dapat menetap, sampel air limbah diambil setelah padatan tersuspensinya
dapat didiamkan dengan waktu tertentu. Padatan pada sampel ini kemudian ditimbang dengan cara
yang sama seperti pada Total Solids. Itu merupakan Nonsettleable Solids. The Settleable Solids
ditentukan dengan mengurangi dari total padatan sebelumnya.
Perhitungan bobot suatu bahan penyusun (konstituen) dalam endapan yang diberikan, diturunkan
langsung dalam perhitungan
MnAp : nM :: w : x
dimana :
MnAp = Mr endapan
M = Ar unsur
n = banyaknya M
W = Berat endapan
contoh : 1,000 gram dari suatu senyawa besi, setelah pengolahan yang sesuai, menghasilkan 0,1565 g
besi (III) oksida. Hitunglah presentase besi dalam senyawaan.
X = 111,68/159,68 x 0,1565
= 0,1095 gram Fe
Sekarang cara menghitung persen Fe dalam senyawa yang diketahui bratnya adalah :
x:W :: y : 100