KIMIA FARMASI
DISUSUN OLEH :
FITRI MELINIA
PO.71.39.1.18.053
REGULER 2B
DOSEN PEMBIMBING :
Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M,kes.
B. Senyawa Kompleks
Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan
yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini
dalamkompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun
ini tidak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik
Contoh Senyawa Kompleks :
1. Hemoglobin
Hemoglobin adalah salah satu komponen sel darah merah yang bertugas mengangkut
oksigen merupakan salah satu senyawa kompleks dengan atom pusat Fe(II)
2. Klorofil
Merupakan zat hijau daun dan berperan aktif dalam proses fotosintesis adalah suatu
senyawa kompleks dengan atom pusat Mg.
3. Vitamin B12
Merupakan salah satu senyawa kompleks dengan atom pusat Co. Strukturnya yang
sangat kompleks membuat Vitamin B12 sulit untuk di produksi dalam industri.
4. EDTA
Atau etilen diamin tetra asetat. EDTA banyak digunakan untuk memperkirakan kadar
Mg2+ dan Ca2+ dalam air sadah.
5. Ligan
Ligan adalah sebuah ion atau molekul netral yang mampu mengikat secara
kordinasi atom atau ion logam pusat dalam senayawa kompleks. Molekul ini berperan
sebagai basa Lewis (donor pasangan elektron), dan logam pusat yang mengikatnya
berperan sebagai asam lewis (akseptor pasangan elektron). Ligan mempunyai paling
tidak satu atom donor dengan sepasang elektron yang digunakan untuk membentuk
ikatan kovalen atom dengan atom atau ion logam pusat.
Terbagi menjadi 4 :
a. Monodentat
Hanya mempunyai satu atom donor yang digunakan untuk mengikat ion atau
atom pusat. Contoh monodentat: ion klorida, air, ion hidroksida, dan amonia.
b. Bidentat
Jenis ini mempunyai dua atom donor dan keduanya dapat digunakan untuk
mengikat ion atau atom pusat. Contohnya : etilendiamin (en), ion oksalat (ox).
Gambar di bawah ini merupakan etilendiamin, dimana warna biru merupakan atom
nitrogen, masing-masing atom nitrogen mempunyai satu pasang elektron bebas yang
dapat digunakan untuk mengikat ion pusat.
c. Polidentat
Mempunyai lebih dari dua atom donor yang digunakan untuk mengikat logam
atau ion pusat. Contohnya : EDTA. Karena mempunyai enam atom donor yang
mempunyai pasangan elektron yang dapat digunakan untuk mengikat logam atau ion
pusat.
Khelasi merupakan proses dimana molekul polidentat mengikat ion logam
membentuk suatu cincin. Kompleks yang dihasilkan melalui proses ini disebut Khelat,
dan ligan polidentat disebut sebagai agen khelasi.
2. penutupan (masking)
ketika menguji suatu ion spesifik dengan suatu pereaksi, mungkin akan muncul gangguan
karena adanya ion lain yang ada dalam larutan. Gangguan ini dapat dicegah dengan
menambahkan pereaksi yang disebut zat penutup, yang membentuk kompleks yang stabil
dengan ion pengganggu. Ion yang akan diidentifikasi tidak perlu lagi dipisahkan secara fisika.
Misalnya, pada uji kadmium dengan H2S dengan adanya tembaga. Ion tembaga dapat
bereaksi dengan H2S juga, karena itu perlu ditutupi dengan cara pembentukan kompleks
dengan CN- menjadi [Cu(CN)4]2-, dimana kompleks tetrasiano ini tidak akan membentuk
endapan tembaga sulfida. Sedangkan kompleks [Cd(CN)4]2- tetap dapat membentuk endapan
kadmium sulfida.
3. Pelarutan kembali endapan
Pembentukan kompleks dapat menyebabkan kenaikan kelarutan, sehingga suatu endapan
dapat larut kembali. Contohnya pada endapan AgCl jika ditambahkan NH3 maka endapan
tersebut akan larut kembali.Hal ini terjadi karena terbentuknya kompleks Ag+ dengan NH3
membentuk kompleks [Ag(NH3)2]+.
Contoh Pembentukan Kompleks :
H2O + HCL (H2O HCL) H3O+ + CL-
Basa asam
f. Perhitungan
Kelompok 1
VtitranxNxBeratsetara
% Kadar = x 100 %
BeratsampelxFaktorkoreksi
8,6 mLx 0,0867 Nx 8,072mg
= x 100 %
100 mgx 0,08 N
6,018
= x 100%
8
= 75,225 %
Kelompok 2
VtitranxNxBeratsetara
% Kadar = x 100%
BeratsampelxFaktorkoreksi
8,4 mLx 0,0867 Nx 8,072 mg
= x 100%
100,2 mgx 0,08 N
5,878
= x 100%
8
= 73,475%
Kelompok 3
VtitranxNxBeratsetara
% Kadar = x 100%
BeratsampelxFaktorkoreksi
29,5 mLx 0,0867 Nx 8,072 mg
= x 100%
100 mgx 0,08 N
20,645
= x 100%
8
= 258,062 %
Kelompok 4
Vt itranxNxBeratsetara
% Kadar = x 100%
BeratsampelxFaktorkoreksi
20,2mLx 0,0867 Nx 8,072 mg
= x 100%
100 mgx 0,08 N
14,136
= x 100%
8
= 176,7 %
g. Pembahasan
Metode kerja dari pada percobaan ini adalah pada larutan sampel ditambahkan
larutan dapar pH 10. maksud dari penambahan larutan dapar ini adalah untuk
menjaga pH larutan agar pembentukan kompleks magnesium dan seng sulfat
stabil dan tidak terganggu olehion logam lain. Selain itu, ditambahkan larutan
NaOH untuk memberi suasana basa pada larutan.
Titrasi kompleksometri digunakan indikator EBT. Indikator ini diberikan
sebelum titrasi, agar terjadi reaksi antara logam dengan indikator terlebih dahulu
untuk membentuk kompleks. Penambahan indikator ini tidak boleh berlebih,
karena indikator EBT dalam keadaan bebas warnanya berbeda tergantung dari pH
larutan. Pada saat titrasi dengan larutan baku Na2EDTA , terjadi persaingan antara
kompleks logam-indikator dengan EDTA dimana pada akhirnya indikator terlepas
dalam keadaan bebasnya kembali dan terbentuk kompleks EDTA dengan logam.
Warna biru yang nampak pada titik akhir titrasi adalah arna dari indikator EBT
bebas dan merupakan titik akhir titrasi.
Indikator EBT yang digunakan termasuk dalam indikator logam. Kompleks
dari indikator logam ini dan ion logam yang bila bereaksi dengan ion logam akan
berubah warna, selain itu persyaratan lain yaitu kompleks indikator dan ion logam
tidak boleh sama, stabil dengan kompleks pembentuk khelat yang ada dalam
larutan pengukuran ion logam atau dengan kata lainlogam harus bereaksi terlebih
dahulu dengan ion logam pada waktu larutan pengukur yang ditambahkan atau
sebaliknya ion logam harus dibebaskan kembali, jika larutan pengukur
ditambahkan.
Dimana 1 ml EDTA 0,05 N setara dengan 14,38 mg ZnSO4.H2O Sehingga
diperoleh untuk kelompok 1 kadar ZnSO4 100 mg yaitu sebesar 75,225 %,
kelompok 2 kadar ZnSO4 100,2 mg yaitu sebesar 73,475 %, kelompok 3 kadar
ZnSO4 100 mg yaitu sebesar 258,062 %, dan kelompok 4 kadar ZnSO4 100 mg
yaitu sebesar 176,7 %. Sedangkan dalam Farmakope Indonesia kadar Zink Sulfat
tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 108,7 %.
Adapun ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dari praktikum mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ketidaksterilanbahan dan alat yang
digunakan, kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi, dan bahan yang
digunakan sudah tersimpan cukup lama.
Dalam dunia farmasi, metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar
suatu senyawa obat yang mengandung ion logam, misalnya ZnSO4. Penentuan
kadar ZnSO4 yang digunakan sebagai laksativum dan berguna sebagai adstrigen.
Pada analisis kuantitatif ini hanya digunakan untuk zat-zat anorganik yang
mengandung ion-ion logam seperti Zink sehingga kita menggunakan titrasi secara
kompleksometri.
E. Soal Hitungan
1. Sebanyak 200 mg sampel kalsium karbonat murni diasamkan dan dilarutkan dalam 500
mL larutan. Sebanyak 50,0 mL sampel membutuhkan 25,0 mL larutan EDTA utk titrasi.
Tentukan berapa molaritas larutan EDTA.
Penyelesaian :
Diketahui : g CaCO3 = 200 mg
V CaCO3 = 500 ml
V sampel = 50 ml
V EDTA = 25 ml
Ditanya : M EDTA=....?
Jawab :
mol CaCO3 =g/Mr = 0,2/100 =0,002
M CaCO3 =n/v = 0,002/0,5 =0,004
M CaCO3 = M sampel
(MxV)sampel = (MxV) EDTA
M EDTA = (MxV)sampel
V EDTA
= 0,004 M x 50 ml
25 ml
= 0,008 M
= 8x10-3 M
2. Pada pembakuan EDTA 0,05 M menurut F.I.Ed. III, ternyata 200 mg CaCO 3 dapat dititrasi
dengan 40,20 ml larutan EDTA tersebut . hitunglah molaritas larutan EDTA tersebut!
Penyelesaian : M= W
100,09 V
= 200 = 0,04971 M
100,09 x 40,20
3. Berapa mg CaCI2 (110,99) terdapat dalam larutan yang bila dititrasi memerlukan 25,22 ml
EDTA 0,01350M ?
Jawab = Ca2+ + H2Y = CaY= + 2H+
mmol CaCI2 = mmol EDTA
=VxM
= 25,22 x 0,01350 x 110,99
= 37, 79 mg