Anda di halaman 1dari 11

KOMPLEKSOMETRI

KIMIA FARMASI

DISUSUN OLEH :

FITRI MELINIA
PO.71.39.1.18.053
REGULER 2B

DOSEN PEMBIMBING :
Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M,kes.

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Kompleksometri

Kompleksometri adalah salah satu metode analisis zat dalam


v o l u m e t r i c y a n g berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks. Metode ini
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion utamanya yang umum
digunakan yaitu EDTA ( ethylene diamin tetraasetat). Titrasi Kompleksometri juga
dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan air ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terisolasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks yaitu dengan tingkat kelarutan tinggi selain titrasi kompleks
biasa seperti di atas, dikenal juga kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi di
atas ,disebut s e b a g a i k e l a t o m e t r i , y a n g m e r u p a k a n s u a t u j e n i n a s a m a m i n a
p o l i k a r b o k s i l a t . T i t r a s i kompleksometri dapat diukur langsung dengan EDTA pada
PH 10 yang mengunakan indikator EBT, EBT yaitu Eriochrome Black T, yang
merupakan suatu indikator titrasi kompleksometriyang merupakan bagian dari
titrasi pengkompleksan, contohnya pada proses determinasi kesadahan air.
D idalamnya bentuk protonasi EBT membentuk molekul komplek dengan
kalsium,magnesium atau ion logam lain. Kelemahan dari EBT ini adalah larutannya tidak
stabilbila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga dalam jangka waktu
tertentu indikator tidak dapat berfungsi lagi ,sebagai gantinya dapat diganti
dengan indikator calgamite.
Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
(Khopkar, 2002).

Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:


a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa
itusendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12.
Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.
Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasidalam
suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan
menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan
salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksi dentat yang
dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom
koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom
oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995). Suatu EDTA dapat membentuk senyawa
kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan
yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA
tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA
akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).
EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA
dituliskan sebagai H4Y dan netralisasinya adalah sebagai berikut :
H4Y → H3Y− + H+
H3Y− → H2Y2− + H+
H2Y2− → Y3− + H+
EDTA berpotensi sebagai ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan sebuah ion
logam melalui gugus dua nitrogen dan empat karboksilnya. Sebagai
penitrasi/pengompleklogam, biasanya yang digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y),
karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air. EDTA dalam
mengoplekkan hampir semuaion logam dengan perbandingan mol 1:1 berapapun bilangan
oksidasi logam tersebut.
Faktor – faktor yang membuatEDTAampuh sebagai pereaksititrimetri antara lain :
 Selalu membuat kompleks ketika direaksikan dengan ion logam.
 Kestabilannya dalam membuat kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan
sempurna (kecuali logam alkali).
 Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam.
 Telah dikembangkan dengan indikator secara khusus.
 Mudah diperoleh bahan baku primernya.

B. Senyawa Kompleks
Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan
yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini
dalamkompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun
ini tidak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik
Contoh Senyawa Kompleks :
1. Hemoglobin
Hemoglobin adalah salah satu komponen sel darah merah yang bertugas mengangkut
oksigen merupakan salah satu senyawa kompleks dengan atom pusat Fe(II)

2. Klorofil
Merupakan zat hijau daun dan berperan aktif dalam proses fotosintesis adalah suatu
senyawa kompleks dengan atom pusat Mg.

3. Vitamin B12
Merupakan salah satu senyawa kompleks dengan atom pusat Co. Strukturnya yang
sangat kompleks membuat Vitamin B12 sulit untuk di produksi dalam industri.
4. EDTA
Atau etilen diamin tetra asetat. EDTA banyak digunakan untuk memperkirakan kadar
Mg2+ dan Ca2+ dalam air sadah.

5. Ligan
Ligan adalah sebuah ion atau molekul netral yang mampu mengikat secara
kordinasi atom atau ion logam pusat dalam senayawa kompleks. Molekul ini berperan
sebagai basa Lewis (donor pasangan elektron), dan logam pusat yang mengikatnya
berperan sebagai asam lewis (akseptor pasangan elektron). Ligan mempunyai paling
tidak satu atom donor dengan sepasang elektron yang digunakan untuk membentuk
ikatan kovalen atom dengan atom atau ion logam pusat.

Terbagi menjadi 4 :
a. Monodentat
Hanya mempunyai satu atom donor yang digunakan untuk mengikat ion atau
atom pusat. Contoh monodentat: ion klorida, air, ion hidroksida, dan amonia.
b. Bidentat
Jenis ini mempunyai dua atom donor dan keduanya dapat digunakan untuk
mengikat ion atau atom pusat. Contohnya : etilendiamin (en), ion oksalat (ox).
Gambar di bawah ini merupakan etilendiamin, dimana warna biru merupakan atom
nitrogen, masing-masing atom nitrogen mempunyai satu pasang elektron bebas yang
dapat digunakan untuk mengikat ion pusat.
c. Polidentat
Mempunyai lebih dari dua atom donor yang digunakan untuk mengikat logam
atau ion pusat. Contohnya : EDTA. Karena mempunyai enam atom donor yang
mempunyai pasangan elektron yang dapat digunakan untuk mengikat logam atau ion
pusat.
Khelasi merupakan proses dimana molekul polidentat mengikat ion logam
membentuk suatu cincin. Kompleks yang dihasilkan melalui proses ini disebut Khelat,
dan ligan polidentat disebut sebagai agen khelasi.

C. Reaksi Pembentukan Kompleks


Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksi-reaksi yang
melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu
atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat tersebut. Atom pusat memiliki
bilangan koordinasi tertentu yang menunjukkan jumlah ruangan yang tersedia di sekitar atom
pusat
Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif digunakan untuk :
1. uji-uji spesifik
Beberapa reaksi pembentukan kompleks yang sangat peka dan spesifik dapat digunakan
untuk identifikasi ion. Berikut ini beberapa reaksi pembentukan kompleks yang sering
digunakan dalam analisis kualitatif
Cu2+(biru) + 4NH3 --> [Cu(NH3)4]2+(biru tua)
Fe3+ + SCN- --> [Fe(SCN-)6]3-
Ni2+ + dimetilglioksim(DMG) --> 1 Ni-DMG(endapan merah)

2. penutupan (masking)
ketika menguji suatu ion spesifik dengan suatu pereaksi, mungkin akan muncul gangguan
karena adanya ion lain yang ada dalam larutan. Gangguan ini dapat dicegah dengan
menambahkan pereaksi yang disebut zat penutup, yang membentuk kompleks yang stabil
dengan ion pengganggu. Ion yang akan diidentifikasi tidak perlu lagi dipisahkan secara fisika.
Misalnya, pada uji kadmium dengan H2S dengan adanya tembaga. Ion tembaga dapat
bereaksi dengan H2S juga, karena itu perlu ditutupi dengan cara pembentukan kompleks
dengan CN- menjadi [Cu(CN)4]2-, dimana kompleks tetrasiano ini tidak akan membentuk
endapan tembaga sulfida. Sedangkan kompleks [Cd(CN)4]2- tetap dapat membentuk endapan
kadmium sulfida.
3. Pelarutan kembali endapan
Pembentukan kompleks dapat menyebabkan kenaikan kelarutan, sehingga suatu endapan
dapat larut kembali. Contohnya pada endapan AgCl jika ditambahkan NH3 maka endapan
tersebut akan larut kembali.Hal ini terjadi karena terbentuknya kompleks Ag+ dengan NH3
membentuk kompleks [Ag(NH3)2]+.
Contoh Pembentukan Kompleks :
H2O + HCL (H2O HCL) H3O+ + CL-
Basa asam

R2N + HCL (R2N HCL) R3NH+ + CL-


Basa asam

Reaksi kompleks = reaksi netralisasi asam-basa

D. Contoh Penetapan Kadar Satu Senyawa Logam dengan Cara Kompleksometri


1. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan Baku EDTA 0,05 M
Larutkan 18,605 g EDTA dalam air suling sampai 1 Liter.
b. Pembuatan Larutan EDTA 0,05 M dengan MgSO4
Timbang saksama 12,325 m MgSO4.7H2O kemudiandilarutkan
dengan air suling dan cukupkan volume sampai 1 Liter.Pipet 10 ml larutan
tersebut, tambahkan 100 mL air suling dan 2 ml larutan dapar ammonia pH 10
(campuran 17,5 g NH4Cl dengan 142 ml ammonia pekat kemudian iencerkan
sampai 250 ml air suling). Tambahkan indicator EBT dan titrasi dengan
larutan EDTA 0,05 M sampai terjadi perubahan warna dari merah ke biru
Tiap ml EDTA 0,05 M setara dengan 12,319 MgSO4.7H2O.
c. Pembuatan kadar Zink Sulfat
Ditimbang saksama 100 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam
Erlenmeyer dengan 100 mL air suling, tambahkan NaOH encer tetes demi
tetes secukupnya hingga terbentuk endapan yang mantap. Tambahkan 5 mL
dapar ammonia pH 10, titrasi dengan EDTA 0,05 M menggunakan indicator
EBT-NaCl 20 mg hingga terjadi warna biru.
Tiap mL EDTA 0,05 M setara dengan 14,38 mg ZnSO4.7H2O
d. Cara Kerja
Pada percobaan Kompleksometri, pertama-tama disiapkan alat dan
bahan, kemudian ditimbang 100 mg Zink sulfat. Dipasang buret tegak lurus
pada statif dan diisi dengan larutan EDTA 0,05 M hingga volumenya kurang
lebih 40 ml. Dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan NaOH encer tetes
demi tetes sampai terbentuk endapan yang mantap. Kemudian ditambahkan 5
ml dapar ammonia pH 10, setelah itu dititrasi dengan EDTA 0,05 M dengan
menggunakan indicator EBT-NaCl 20 mg hingga terjadi warna biru.
e. Hasil Praktikum
- Data
KELOMPOK Volume titran
1 8,6 mL
2 8,4 mL
3 29,5 mL
4 20,2 mL

f. Perhitungan

Kelompok 1
VtitranxNxBeratsetara
% Kadar = x 100 %
BeratsampelxFaktorkoreksi
8,6 mLx 0,0867 Nx 8,072mg
= x 100 %
100 mgx 0,08 N
6,018
= x 100%
8
= 75,225 %
Kelompok 2
VtitranxNxBeratsetara
% Kadar = x 100%
BeratsampelxFaktorkoreksi
8,4 mLx 0,0867 Nx 8,072 mg
= x 100%
100,2 mgx 0,08 N
5,878
= x 100%
8
= 73,475%
Kelompok 3
VtitranxNxBeratsetara
% Kadar = x 100%
BeratsampelxFaktorkoreksi
29,5 mLx 0,0867 Nx 8,072 mg
= x 100%
100 mgx 0,08 N
20,645
= x 100%
8
= 258,062 %
Kelompok 4
Vt itranxNxBeratsetara
% Kadar = x 100%
BeratsampelxFaktorkoreksi
20,2mLx 0,0867 Nx 8,072 mg
= x 100%
100 mgx 0,08 N
14,136
= x 100%
8
= 176,7 %

g. Pembahasan
Metode kerja dari pada percobaan ini adalah pada larutan sampel ditambahkan
larutan dapar pH 10. maksud dari penambahan larutan dapar ini adalah untuk
menjaga pH larutan agar pembentukan kompleks magnesium dan seng sulfat
stabil dan tidak terganggu olehion logam lain. Selain itu, ditambahkan larutan
NaOH untuk memberi suasana basa pada larutan.
Titrasi kompleksometri digunakan indikator EBT. Indikator ini diberikan
sebelum titrasi, agar terjadi reaksi antara logam dengan indikator terlebih dahulu
untuk membentuk kompleks. Penambahan indikator ini tidak boleh berlebih,
karena indikator EBT dalam keadaan bebas warnanya berbeda tergantung dari pH
larutan. Pada saat titrasi dengan larutan baku Na2EDTA , terjadi persaingan antara
kompleks logam-indikator dengan EDTA dimana pada akhirnya indikator terlepas
dalam keadaan bebasnya kembali dan terbentuk kompleks EDTA dengan logam.
Warna biru yang nampak pada titik akhir titrasi adalah arna dari indikator EBT
bebas dan merupakan titik akhir titrasi.
Indikator EBT yang digunakan termasuk dalam indikator logam. Kompleks
dari indikator logam ini dan ion logam yang bila bereaksi dengan ion logam akan
berubah warna, selain itu persyaratan lain yaitu kompleks indikator dan ion logam
tidak boleh sama, stabil dengan kompleks pembentuk khelat yang ada dalam
larutan pengukuran ion logam atau dengan kata lainlogam harus bereaksi terlebih
dahulu dengan ion logam pada waktu larutan pengukur yang ditambahkan atau
sebaliknya ion logam harus dibebaskan kembali, jika larutan pengukur
ditambahkan.
Dimana 1 ml EDTA 0,05 N setara dengan 14,38 mg ZnSO4.H2O Sehingga
diperoleh untuk kelompok 1 kadar ZnSO4 100 mg yaitu sebesar 75,225 %,
kelompok 2 kadar ZnSO4 100,2 mg yaitu sebesar 73,475 %, kelompok 3 kadar
ZnSO4 100 mg yaitu sebesar 258,062 %, dan kelompok 4 kadar ZnSO4 100 mg
yaitu sebesar 176,7 %. Sedangkan dalam Farmakope Indonesia kadar Zink Sulfat
tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 108,7 %.
Adapun ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dari praktikum mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ketidaksterilanbahan dan alat yang
digunakan, kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi, dan bahan yang
digunakan sudah tersimpan cukup lama.
Dalam dunia farmasi, metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar
suatu senyawa obat yang mengandung ion logam, misalnya ZnSO4. Penentuan
kadar ZnSO4 yang digunakan sebagai laksativum dan berguna sebagai adstrigen.
Pada analisis kuantitatif ini hanya digunakan untuk zat-zat anorganik yang
mengandung ion-ion logam seperti Zink sehingga kita menggunakan titrasi secara
kompleksometri.

E. Soal Hitungan

1. Sebanyak 200 mg sampel kalsium karbonat murni diasamkan dan dilarutkan dalam 500
mL larutan. Sebanyak 50,0 mL sampel membutuhkan 25,0 mL larutan EDTA utk titrasi.
Tentukan berapa molaritas larutan EDTA.

Penyelesaian :
Diketahui : g CaCO3 = 200 mg
V CaCO3 = 500 ml
V sampel = 50 ml
V EDTA = 25 ml

Ditanya : M EDTA=....?

Jawab :
mol CaCO3 =g/Mr = 0,2/100 =0,002
M CaCO3 =n/v = 0,002/0,5 =0,004

M CaCO3 = M sampel
(MxV)sampel = (MxV) EDTA

M EDTA = (MxV)sampel
V EDTA

= 0,004 M x 50 ml
25 ml
= 0,008 M

= 8x10-3 M

2. Pada pembakuan EDTA 0,05 M menurut F.I.Ed. III, ternyata 200 mg CaCO 3 dapat dititrasi
dengan 40,20 ml larutan EDTA tersebut . hitunglah molaritas larutan EDTA tersebut!
Penyelesaian : M= W
100,09 V
= 200 = 0,04971 M
100,09 x 40,20
3. Berapa mg CaCI2 (110,99) terdapat dalam larutan yang bila dititrasi memerlukan 25,22 ml
EDTA 0,01350M ?
Jawab = Ca2+ + H2Y = CaY= + 2H+
mmol CaCI2 = mmol EDTA
=VxM
= 25,22 x 0,01350 x 110,99
= 37, 79 mg

Anda mungkin juga menyukai