Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI TEORI

OBAT ANTIEPILEPSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

NAMA : 1. Febrina Milenia Utami


2. Fira Doramia
3. Fitri Melinia
4. Galang Rizka Prastya
5. Ilsa Nabila

Mata Kuliah : Teori Farmakologi


Dosen pembimbing : Dewi Marlina S,farm A,pt M,kes

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
teori Farmakologi tentang “Obat Antiepilepsi”
Makalah ini telah kami buat dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kamimenyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, November 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I
1.1 Pendahuluan ....................................................................................................1
1.2 Pembahasan ......................................................................................................1
A. Pembahasan........................................................................................................1
B. Mekanisme Kerja Antiepilepsi..........................................................................1
C. Kadar antiepilepsi dalam plasma......................................................................2
E. Jenis-jenis epilepsi...............................................................................................2
F. Efek Samping epilepsi.........................................................................................3
G. Penyebab..............................................................................................................4
H. Diagnosa...............................................................................................................4
I. Penanganan...........................................................................................................5
J. Obat-obat yang lazim digunakan.......................................................................5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

LAMPIRAN.............................................................................................................9

ii
BAB 1

1. 1 PENDAHULUAN
Antiepilepsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
sehingga sering dinamakan sebagai obat antilepsi . Antilepsi yang beredar di Indonesia masih
cukup banyak dan tiap-tiap obat memiliki spesifikasi tersendiri untuk setiap bangkitan
epilepsi sehingga diagnosis yang tepat akan menghasilkan pengobatan yang tepat pula.
Di Indonesia, fenobarbital masih banyak digunakan untuk pengobatan epilepsi walaupun di
luar negeri obat ini sudah mulai banyak ditinggalkan. Golongan fenitoin sampai saat ini
masih tetap merupakan obat utama antiepilepsi.

1. 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian
Epilepsi (Yun= serangan) atau sawan / penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf yang
timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran. Penyebabnya
adalah aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar sel-sel saraf di otak. Aksi ini
disertai pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron-neuron tersebut.
Serangan ini kadang kala bergejala ringan dan hampir tidak kentara, tetapi ada kalanya
bersifat demikian hebat sehingga perlu dirawat di rumah sakit.

B. Mekanisme Kerja Antiepilepsi

1. mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epilepton di dalam


fokus epilepsi
2. mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron yang normal akibat pengaruh
fokus epilepsi.
3. memperkuat efek GABA (gamma-aminobutiric acid) : valproat dan vigabatrin berifat
menghambat perombakan GABA oleh transaminase, sehingga kadarnya di sinaps
meningkat dan neurotransmisi lebih diperlambat.
4. menghambat kerjanya aspartat dan glutamat. Kedua asam amino ini adalah
neurotransmitter yang merangsang neuron dan menimbulkan serangan epilepsi.

1
5. mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya dalam SSP
yakni fenobarbital dan klonazepam.

C. Kadar Antiepilepsi dalam Plasma


Kadar obat antiepilepsi dalam darah sangat penting dalam menunjang berhasilnya
pengobatan penderita, peranan laboratorium farmakologi turut memegang peranan penting
dan sudah dimulai sejak tahun 1971. Penetapan kadar terapeutik dalam darah sangat penting
dalam individualisasi dosis obat antilepsi karena beberapa faktor individu dapat
menghasilkan kadar obat yang berbeda. Perbedaan faktor genetik dan fisiologik akan
memengaruhi absorbsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi obat tersebut.

Pengukuran kadar obat dalam plasma akan sangat membantu dalam


mengetahui :
1. kepatuhan penderita
2. kadar terapi obat antiepilepsi yang sudah diberikan
3. kadar toksik yang dapat terjadi pada pemakaian jangka panjang
4. kemungkinan interaksi obat bila memberikan terapi kombinasi.
Dengan mengetahui kadar terapeutik dalam darah, hampir 80% bangkitan kejang
dapat terkendali dengan baik serta dosis yang diberikan dapat secara individual sehingga efek
toksik dan kegagalan dalam pengobatan dapat dihindarkan.

D. Jenis-jenis Epilepsi
Dikenal sejumlah jenis epilepsi dan yang paling lazim adalah bentuk serangan luas
(grand mal, petit mal, abscence) pada mana sebagian besar otak terlibat dan serangan parsial
(sebagian) pada mana pelepasan muatan listrik hanya terbatas sampai sebagian otak. Terdapat
pula sejumlah bentuk campurannya.
1. Grand mal (perancis = penyakit besar) atau serangan tonis-klonis ‘generalized’.
Bercirikan kejang kaku bersamaan dengan kejutan-kejutan ritmis dari anggota badan dan
hilangnya untuk sementara kesadaran dan tonus. Pada umumnya serangan demikian diawali
oleh suatu perasaan alamat khusus (aura). Hilangnya tonus menyebabkan penderita terjatuh,
berkejang hebat dan otot-ototnya menjadi kaku. Fase tonis ini berlangsung kira-kira 1 menit
kemudian disusul oleh fase klonis dengan kejang-kejang dari kaki-tangan, rahang dan muka.
Penderita kadang-kadang menggigit lidahnya sendiri dan juga dapat terjadi inkontinensia urin
atau feces. Selain itu dapat timbul hentakan-hentakan klonis, yakni gerakan ritmis dari kaki-

2
tangan secara tak sadar, seringkali dengan jeritan, mulut berbusa, mata membelalak . lamanya
serangan berkisar antara 1 dan 2 menit yang disusul dengan keadaan pingsan selama
beberapa menit dan kemudian sadar kembali dengan perasaan kacau serta depresi.
 Serangan Mycolonis (yun. Myo = otot) adalah bentuk grand mal lainnya dan
becirikan kontraksi otot-otot simetris dan sinkron yang tak ritmis dari terutama
bahu dan tangan (tidak dari muka). Adakalanya berlangsung dalam jangka waktu
singkat sekali, kurang dari 1 detik.
 Status Epilepticus adalah serangan yang bertahan lebih dari 30 menit dan
berlangsung beruntun dengan cepat tanpa diselingi keadaan sadar. Sesudah 30
menit ini mulai terjadi kerusakan pada SSP. Situasi gawat ini bisa fatal, karena
kesulitan pernafasan dan kekurangan oksigen di otak. Pada umumnya dapat
disebabkan oleh ketidakpatuhan penderita minum obat, menghentikan pengoatan
secara tiba-tiba atau timbulnya demam.
2. Petit Mal (perancis = penyakit kecil) atau abscence (perancis= tak hadir). Bercirikan
serangan yang hanya singkat sekali, antara beberapa detik sampai setengah menit dengan
penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang. Seperti grand mal, pelit mal juga bersifat
serangan luas di seluruh otak. Gejalanya berupa keadaan termangu-mangu, kehilangan
kesadaran, muka pucat, pembicaraan terpotong-potong atau mendadak berhenti bergerak,
terutama anak-anak. Setelah serangan, anak kemudian melanjutkan aktivitasnya seolah-olah
tidak terjadi apa-apa. Bila serangan singkat tersebut berlangsung bertutut-turut dengan cepat,
maka dapat pula timbul suatu status epilepticus. Serangan petit mal pada anak-anak
berkembang menjadi grand mal pada usia pubertas.
3. Parsial (epilepsi psikomotor). Bentuk serangan parsial umumnya berlangsung dengan
kasadaran hanya menurun untuk sebagian tanpa hilangnya ingatan. Penderita memperlihatkan
kelakuan otomatis tertentu seperti gerakan mengunyam dan menelan atau berjalan dalam
lingkaran.

E. Efek Samping
Yang paling sering timbul berupa gangguan lambung-usus (nausea, muntah, obstipasi,
diare dan hilang cita rasa). Begitu pula efek SSP (rasa kantuk, pusing, ataxia, nystagmus, dan
ataxia). Kebanyakan antiepilepsi memengaruhi sistem endokrin, misalnya metabolisme
vitamin D, dengan akibat penurunan kadar kalsium dan fosfat dalam darah. Oleh karena itu

3
penderita yang menggunakan antiepileptika untuk jangka waktu lama, perlu periodik
diperiksa kadar kalsium dan fosfatmya.

F. Penyebab Epilepsi
Separuh dari kasus epilepsi disebabkan oleh cedera otak seperti gegar otak berat atau
infeksi (meningitis) juga infark otak dan pendarahan otak (beroerte), kekurangan oksigen
selama persalinan serta abses atau tumor dapat menimbulkan cacat dan epilepsi. Faktor
lainnya adalah penggunaan obat antikonvulasi dan tranquilizers dihentikan secara tiba-tiba.
Kadang-kadang serangan dapat dipicu oleh rangsangan-rangsangan sensoris khas seperti
kilatan cahaya dengan frekuensi tertentu (disco) atau juga oleh layar televisi yang berkilat-
kilat serta musik keras yang berdentum-dentum. Sekitar 20% dari kasus epilepsi tidak
diketahui penyebabnya, tetapi keturunan (faktor herediter0 memegang peranan.
 Konvulasi demam (kejang-kejang pada anak). Tidak semua serangan kejang
berdasarkan epilepsi. Misalnya kejang-kejang singkat pada anak-anak berusia 0,5-
5 tahun, yang dipicu oleh demam tinggi (diatas 39°C). Serangan khas ini biasanya
timbul pada awal infeksi virus, terutama dari saluran pernapasan. Risiko untuk
residif terletak antara 30-50%.

G. Diagnosa
Elektroencefalogram (EEG). Tes paling terpercaya untuk mendiagnosa jenis
epilepsi adalah melalui pemeriksaan EEG. Kegiatan listrik dari otak pertama kali
dikemukakan pada abad ke-19, tetapi baru dianalisis secara saksama oleh seorang ilmuwan
Jerman ( Dr Hans Berger). Psikiater ini memperkenalkan istilah Elektroencefalogra, yang
dapat mencatat variasi-variasi potensial dari aktivitas listrik di otak. Pencatatan ini berguna
untuk antara lain melokalisasi dan mendiagnosa proses-proses patologis di otak. Misalnya
luka di cortex menimbulkan gelombang khusus yang dapat dideteksi dalam EEG.
Serangan grand mal yang diawali oleh aura dan kemudian disusul oleh konvulasi
umum dengan kontraksi otot dan gerakan klonis, mempunyai pola EEG yang khusus.
Serangan petit mal memiliki EEG yang khas. Dengan demikian EEG memungkinkan
penentuan jenis epilepsi yang diderita pasien, yang ditunjang oleh gejala klinis khusus.
Berdasarkan analisa ini dapat dipilih obat antikonvulasi yang tepat bagi penderita. Penentuan
jenis epilepsidan pilihan obat serta dosisnya secara individual adalah penting sekali, karena
obat yang efektif terhadap petit mal bisa bekerja berlawanan pada grand mal dan sebaliknya.

4
H. Penanganan
Tindakan utama.Selalu diusahakan untuk meniadakan penyebab penyakit (misalnya
tumor otak) dan menjauhkan faktor yang dapat memicu serangan (alkohol, stress, keletihan,
demam, imunisasi, gejolak emosi).
Tindakan darurat. Pada waktu serangan hendaknya diusahakan jangan sampai
penderita melukai dirinya sendiri, misalnya menggigit lidah. Perlu diperhatikan pula bahwa
saluran pernapasannya bebas dan tidak tersumbat. Bila ada kecurigaan memengenai
hipoglikemia, yang juga dapat memicu konvulasi, kadar gula darahnya harus ditentukan dan
bila perlu diberikan glukosa secara intravena.
Tujuannya. Serangan epilepsi dapat merusak sel-sel otak, terutama serangan grand
mal dan menjadi suatu beban social dan psikologis bagi penderita. Oleh karena itu perlu
sekali terapi yang bertujuan utama untuk mencegah timbulnya kejang atau mengurangi
sebanyak mungkin jumlah serangan tanpa menggangu fungsi normal tubuh. Ini berarti bahwa
antiepileptika harus digunakan terus menerus. Dengan pengobatan dan dosis yang tepat
serangan epilepsi dapat ditekan, yakni frekuensinya dikurangi pada 70-80% penderita.
Syukurlah bahwa bentuk epilepsi tertentu kadang kala hilang secara spontan, sehingga pasien
menjadi bebas serangan untuk rentang waktu panjang, bahkan adakalanya permanen. Namun
pada umumnya penyembuhan tuntas sukar dicapai.

I. Obat-obat Epilepsi yang Lazim Digunakan.


1. Alpentin
Alpentin merupakan produk buatan Actavis dengan zat aktif Gabapentin 300mg.
Indikasi yang tertera adalah kejang parsial dan kejang parsial dengan generalisasi sekunder
yang tidak dapat dikendalikan dengan antikonvulsan standar. Dosis yang di anjurkan dewasa
dan anak 12thn. : 3 x sehari
2. Carbamazepin
Carbamazepin merupakan produk buatan Indofarma dengan zat aktif Karbamazepin
200mg. Indikasi yang tertera epilepsi, kejang tonik-klonik pada anak, neuralgia. Dosis yang
di anjurkan; Dewasa, dosis awal 2 x sehari. Untuk epilepsi 4-6 tab berhari, untuk neuralgia 3-
4 tab perhari. Anak 1-6 tahun ½-3 tab perhari, anak 6-12 tahun 1-2 tab perhari.
3. Nepatic
Nepatic merupakan produk buatan Kalbe Farma dengan zat aktif Gabapentin. Indikasi
yang tertera adalah terapi tambahan terhadap obat antiepilepsi standar pada penderita yang
tidak dapat dikendalikan serangannya dengan obat antiepilepsi secara tunggal maupun

5
kombinasi. Pasien yang tidak toleran terhadap dosis obat antiepilepsi standar. Untuk kejang
parsial sederhana dan kerjang parsial kompleks, serta kejang umum tonik klonik sekunder.
Dosis yang di anjurkan; dewasa dan anak 12 dosis efektif 900-1800 mg/hari.dengan
pentunjuk hari ke 1 300mg/hari, hari ke 2 300mg 2x/hari, hari ke 3 300mg 3x/hari,
selanjutnya di berikan 1200mg perhari terbagi menjadi 3 bagian.
4. Provelyn
Provelyn merupakanproduk buatan Kalbe Farma dengan zat aktif prgabalin 75mg dan
150mg. Dengan indikasi yang tertera adalah terapi nyeri neuropatik sentral dan perifer,
epilepsi, generalised anxiety disorder (GAD) dan sebagai tambahan pada pasien dewasa
dengan kejang parsial tanpa generalisasi sekunder. Dosis 150-600mg /hari dalam 2-3 dosis
terbagi.

6
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Epilepsi (Yun= serangan) atau sawan / penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf
yang timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran.
Jenis-jenis epilepsi
1. grand mal
2. pelit mal
3. parsial
Penanganan
Tindakan utama.Selalu diusahakan untuk meniadakan penyebab penyakit (misalnya
tumor otak) dan menjauhkan faktor yang dapat memicu serangan (alkohol, stress, keletihan,
demam, imunisasi, gejolak emosi).
Tindakan darurat. Pada waktu serangan hendaknya diusahakan jangan sampai
penderita melukai dirinya sendiri, misalnya menggigit lidah. Perlu diperhatikan pula bahwa
saluran pernapasannya bebas dan tidak tersumbat. Bila ada kecurigaan memengenai
hipoglikemia, yang juga dapat memicu konvulasi, kadar gula darahnya harus ditentukan dan
bila perlu diberikan glukosa secara intravena.

7
DAFTAR PUSTAKA

Staff Pengajar Departemen Farmakologi Fakutas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008,


Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi II, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC

Drs. Tjay Hoan Tan dan Drs. Rahardja Kirana.2015. obat-obat penting edisi ke VII. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo

8
Lampiran

Pertanyaan dan jawaban usai paparan.


1. Kalau tiba-tiba ada yang terkena serangan jenis grand mal, apa yang harus saya
lakukan? 
”Orang yang berada di sekitar dia hendaknya menunggu dan membiarkan hingga
serangannya mereda. Pastikan saja keadaan sekelilingnya aman dan dia bisa bernapas,”
kata The Encyclopedia of the Brain and Brain Disorders.Namun, buku itu menambahkan,
”Jika serangan berlangsung lebih dari lima menit, atau jika tak lama kemudian terjadi
serangan lagi, atau jika setelah serangan reda orang itu masih belum sadar juga, segera
panggil ambulans.”

2. Apa yang harus saya lakukan jika dia sudah sadar? 


Pertama, tenangkan dia. Lalu, bantu dia berdiri dan bawa dia ke tempat yang nyaman agar
bisa beristirahat. Orang yang baru kena serangan umumnya akan merasa bingung dan
mengantuk, meski ada juga yang bisa langsung pulih dan beraktivitas kembali.

3. Apakah setiap kali terkena serangan, orang akan kejang-kejang?


Tidak. Ada juga yang seperti bengong sesaat tetapi tidak sampai pingsan. Ini disebut juga
serangan petit mal, dan biasanya tidak ada efek yang berkepanjangan setelahnya. Beberapa
penderita epilepsi mengalami serangan petit mal yang lama, sekitar beberapa menit. Jika hal
itu terjadi, si penderita mungkin akan berputar-putar dalam ruangan, menarik-narik bajunya,
atau bersikap aneh. Setelah serangan, dia mungkin akan merasa pusing.

4. Apakah epilepsi sama dengan kesurupan?


Epilepsi adalah salah satu penyakit neurologis menahun yang diakibatkan adanya aktifitas
listrik abnormal di otak.

5. Apakah Epilepsi menular melalui air liur?


Epilepsi bukanlah suatu penyakit yang menular, jadi kita tidak akan tertular bila terkena
air liurnya. Epilepsi dapat terjadi di seluruh dunia tanpa batasan ras dan social-ekonomi.

6. Apakah bisa sembuh?


Sama halnya dengan penyakit-penyakit kronis lainnya seperti Hipertensi (penyakit darah
tinggi) atau Diabetes Mellitus (penyakit kencing manis), epilepsi juga penyakit yang dapat
diobati dan dikendalikan. Dengan meminum obat secara teratur diharapkan serangan dapat
dikendalikan bahkan hilang, sehingga orang dengan epilepsi dapat hidup layaknya orang
normal.

7. Apa yang dapat dilakukan apabila kita berada dengan orang dengan epilepsi yang
sedang mengalami serangan?
a. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari benda keras, tajam atau
panas. Jauhkan ia dari tempat/benda berbahaya.
b. Longgarkan bajunya. Miringkan kepalanya ke samping untuk mencegah lidahnya
menutupi jalan pernafasan.
c. Biarkan kejang berlangsung. JANGAN memasukkan benda keras diantara
giginya karena dapat menyebabkan gigi patah.
d. Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang. Biarkan ia istirahat.

9
e. Laporkan kepada keluarga dekatnya. Hal ini penting untuk pemberian pengobatan
oleh dokter.
f. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penderita terluka berat,
bawa segera ke dokter atau Rumah Sakit terdekat.

10

Anda mungkin juga menyukai