Anda di halaman 1dari 11

DESTILASI MINYAK ATSIRI

DISUSUN OLEH :
FITRI MELINIA (PO.71.39.1.18.053)
Reguler IIB
Praktikum Fitokimia

Dosen pembimbing :
1. Mindawarnis, S,Si, Apt, M.kes
2. Ade Agustianingsih, S,Farm, Apt
3. Eddy Sutikno, AMF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas
kasih dan rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
serta memahami dan mengerti tentang ”DESTILASI MINYAK ATSIRI” dalam bidang
Praktikum Fitokimia. Namun dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu saya mohon kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun untuk
penyempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini saya buat, atas perhatian serta kritik dan sarannya, saya
ucapkan terima kasih.

Palembang. Maret 2020

Praktikkan
DAFTAR ISI
Halaman judul................................................................................................................. i
Kata pengantar................................................................................................................ ii
Daftar Isi......................................................................................................................... iii
BAB 1 (Pendahuluan)..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Tujuan Percobaan....................................................................................................... 1

BAB II (Pembahasan)..................................................................................................... 2
A. Metode Minyak Atsiri................................................................................................ 2
B. Metode Percobaan...................................................................................................... 3
C. Contoh Destilasi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk....................................................... 5

BAB III (Penutup)........................................................................................................... 7


A. Kesimpulan................................................................................................................ 7

Daftar Pustaka................................................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap
pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, (pungent
taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak mudah larut dalam air.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam
tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan
adanya air. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-
200 spesies tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae,
Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada
setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang, dan akar atau
rhizome. Beberapa tanaman penghasil minyak atsiri yaitu nilam, kenanga (Cananga
odorata Hook), mawar (Rose alba L.), melati, cengkeh ( Caryophyllus aromaticus L.),
sereh wangi (Cymbopogon nardus L.), daun kayu putih (Melaleuca leudendron L.),
akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapf), lada (Piper ningrum L.), cempaka (Michelia
champaca L.), kayu manis (Cinnamomun zeylanioum Nees),dan lain-lain.
Minyak atsiri dari tanaman dapat diperoleh melalui ekstraksi. Ekstraksi
minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan cara penyulingan,
ekstraksi dengan pelarut, dan proses enfluerasi. Proses penyulingan adalah proses
yang paling umum digunakan. Ada 3 jenis proses penyulingan yaitu penyulingan
dengan air, penyulingan dengan uap, dan penyulingan denagan uap dan air.

B. Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa (praktikan) mengetahui bentuk
minyak atsiri dan mampu melakukan proses ekstraksi minyak atsiri dengan cara
penyulingan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode minyak atsiri
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, ethereal oils atau
volatile oils adalah senyawa yang mudah menguap yang tidak larut di dalam air dan
merupakan ekstrak alami dari tanaman, baik yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-
bijian, ataupun kulit buah (Adityo dkk., 2008).

Proses ekstraksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 (tiga) cara, yaitu:
(1) pengempaan (pressing),
(2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan
(3) penyulingan (distillation).

Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk


mendapatkan minyak atsiri (Molide, 2009). Penyulingan atau distilasi adalah suatu
metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan
menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Bangkaha, 2011)

Ada tiga jenis proses penyulingan yaitu :

1. Penyulingan dengan air, pada sistem ini bahan yang akan disuling langsung kontak
dengan air mendidih. Penyulingan ini baik digunakan untuk menyuling bahan yang
berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah berbentuk gumpalan jika terkena
panas. Bentuk bahan-bahan yang berupa cairan misalnya menyuling getah pinus,
perlu ditambahkan air secara berkala dengan tujuan supaya sisa penyulingan jangan
sampai hangus.
2. Penyulingan dengan uap ( steam distillation), pada sistem ini, air sebagai sumber uap
panas terdapat dalam “ boiler” yang letaknya terpisah dari ketel penyuling. Uap yang
dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar.
3. Penyulingan dengan air dan uap, pada sistem penyulingan ini, bahan diletakkan diatas
piring yang berupa ayakan yang terletak beberapa sentimeter diatas permukaan air
dalam ketel penyuling.
Proses penyulingan yang dilakukan adalah penyulingan air dan uap. Alat penyuling
air dan uap ini memiliki 3 komponen yaitu:

1. Ketel penyuling (retort)


Ketel penyuling adalah tempat bahan yang akan disuling, dan bahan dapat
berhubungan langsung dengan air dan uap. Ketel penyuling umumnya berbentuk
selinder yang terbuat dari seng tebal ( galvanized sheet metal ) yang dilengkapi
dengan penutup yang dapt ditutup rapat. Pada tutup tersebut dipasang pipa untuk
mengalirkan uap ke kondensor. bagian penutup ketel disambung dengan pipa untuk
mengalirkan uap ke pendingin.

2. Bak Pendingin (kondensor)


Bak pendingin adalah suatu alat yang berupa bak atau selinder dan di dalamnya
terdapat pipa lurus atau berbentuk spiral yang berfungsi untuk merubah uap
menjadi bentuk cair. Kondensor ada 2 macam yaitu “coil kondensor” dan “tubular
kondensor”. Pengeluaran panas dari uap lebih efektif dengan menggunakan “tabular
kondensor”, karena mempunyai permukaan yang lebih luas.

3. Penampung hasil kondensasi (receiver)


Hasil kondensasi (kondensat) ditampung didalam alat pemisah minyak dan air,
disebut “florentine flask”. Untuk mencegah penguapan dan kehilangan minyak,
maka suhu minyak dalam “florentine flask” dipertahankan pada suhu 20-25 0C.

B. Metode Percobaan
1. Bahan dan Alat
 Bahan
daun dan batang sereh wangi dan daun kayu putih.
 Alat
ketel suling lengkap dengan sistem uap, pisau, ember, dan lain-lain.

2. Cara Kerja

Dilakukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang akan disuling yaitu meliputi:
perajangan/pengecilan ukuran, pengeringan, dan lain-lain. Masing-masing bahan berbeda
perlakuan pendahuluannya tergantung pada sifat bahan tersebut.
1. Disusun alat penyuling dan diisi ketel dengan air secukupnya.
2. Diisi ketel uap dengan bahan yang akan disuling sampai bahan mencapai 5 cm
dibawah tutup ketel.
3. Dipanaskan ketel air.
4. Dialirkan air yang melalui kondensor dengan arah yang berlawanan dari arah
keluarnya uap.
5. Dilakukan penyulingan sampai uap yang diembunkan dalam kondensor tidak
mengandung minyak lagi.
6. Dipisahkan minyak dari air dengan menggunakan labu pisah.
7. Disimpan minyak atsiri yang diperoleh dalam wadah kaca tertutup.
8. Dilakukan analisa terhadap mutu minyak atsiri yang diperoleh.

*Pengamatan.
1. Diamati jumlah kumulatif minyak atsiri yang dihasilakan setiap 10 menit. Dibuat
tabel dan grafiknya.
2. Dihitung rendemen dengan persamaan:
Berat min yak
% Rendemen = Beratbahan x 100%
3. Diamati warna dan bau secara visual terhadap minyak yang dihasilkan.
4. Dicari komponen kimia yang dominan pada minyak tersebut, serta rumus molekulnya.
5. Dituliskan nama latin tanaman tersebut.

Minyak atsiri digunakan dan diolah berbagai macam buatan, sala satunya
sabun aromaterapi destilasi minyak atsiri dari kulit jeruk. Kulit jeruk mengandung
minyak atsiri yang dapat diekstrak sehingga mempunyai nilai jual tinggi. Minyak
atsiri ini digandrungi oleh konsumen, terutama kalangan menengah ke atas, untuk
keperluan kesehatan dan bahan pengharum, (Mizu, 2008)
Jeruk merupakan salah satu komoditas utama yang dihasilkan oleh Pontianak.
Pemanfaatan kulit jeruk Pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa) selama ini belum
banyak dilakukan. Distilasi minyak atsiri dari kulit jeruk ini dan penggunaannya
untuk pembuatan sabun mandi aromaterapi dilakukan guna meningkatkan nilai
ekonomis dari limbah kulit jeruk Pontianak
Jeruk Pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa) adalah jenis jeruk siam yang
telah lama menjadi salah satu komoditi unggulan tanaman hortikultura di Pontianak,
Kalimantan Barat. Jeruk Pontinak telah terkenal secara luas dan Distilasi Minyak
Atsiri dari Kulit Jeruk Pontianak dan Pemanfaatannya dalam Pembuatan Sabun
Aromaterapi (Hidayati) 40 BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 3 No. 2, Desember 2012
diakui memiliki rasa yang khas, berkulit tipis, manis dengan sedikit rasa asam (Sari,
2008). Sentral tanaman jeruk ini adalah Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas,
Provinsi Kalimantan Barat.
Produksi jeruk Pontianak di Kalimantan Barat pada tahun 2010 mencapai
145.663 ton (Badan Pusat Statistik, 2011). Jeruk Pontianak yang dikenal sebagai jeruk
siam atau jeruk keprok ini memiliki ciri antara lain buahnya berwarna hijau
kekuningan, mengkilat, dan permukaannya halus. Ketebalan kulitnya sekitar 2 mm.
Berat tiap buah sekitar 75,6 g. Bagian ujung buah berlekuk dangkal. Daging buahnya
bertekstur lunak dan mengandung banyak air dengan rasa manis yang segar.
Jenis minyak atsiri jeruk dibedakan berdasarkan varietasnya karena kulit jeruk
yang tersedia cukup banyak yaitu kulit jeruk manis, jeruk besar, jeruk siam, jeruk
siam madu, jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk keprok. Semua kulit jeruk dapat diambil
atau diekstrak minyak atsirinya (Mizu, 2008). Kulit jeruk mengandung minyak atsiri
yang terdiri dari berbagai golongan senyawa seperti terpen, sesquiterpen, aldehida,
ester dan sterol.
C. Contoh destilasi minyak atsiri dari kulit jeruk
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit jeruk Pontianak
(Citrus nobilis var. microcarpa), NaOH, minyak zaitun, minyak sawit, minyak kelapa,
pewarna (grade cosmetic) dan aquades
Peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat distilasi uap yang terdiri
dari boiler, distilator, kondensor dan dekanter; pisau; talenan; mixer; kompor; wajan
stainless steel, thermometer dan alat-alat gelas.
Proses Penyulingan
Kulit jeruk yang sudah dikeringkan dan sudah diperkecil ukurannya (0,3-0,5 cm)
ditimbang sebanyak 5 kg lalu dimasukkan ke dalam ketel distilasi uap berkapasitas 10
kg. Proses dari distilasi uap adalah kulit jeruk diletakkan di atas pelat berlubang dalam
ketel distilasi. Ketel tersebut dialirkan uap yang berasal dari steam boiler. Bahan yang
disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Hasil distilasi
menunjukkan sebagian minyak membentuk emulsi dengan fasa cair. Kemudian
campuran minyak dan air dipisahkan dengan menggunakan dekanter atau labu
pemisah
Pembuatan Sabun Mandi Aromaterapi
NaOH (soda api) sebanyak 9,6% dan air sebanyak 22% dicampurkan dan
diaduk dengan pengaduk plastik kemudian didiamkan hingga suhunya mendekati
45oC. Minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak sawit ditimbang masing-masing
sebanyak 41%, 13,7% dan 13,7% kemudian dimasukkan ke dalam panci stainless dan
dipanaskan hingga mencapai suhu 45oC.
NaOH cair dituangkan ke dalam minyak yang sudah dipanaskan dan diaduk
sebentar (sekitar 2-3 detik) dengan mixer. Dituang parfum (minyak atsiri kulit jeruk)
sesuai perlakuan (1,2%, 2,4% dan 3,6%) dan pewarna ke dalam adonan dan diaduk
lagi perlahan. Sabun dituang ke dalam cetakan yang sudah dialasi kertas minyak atau
plastik agar tidak lengket. Kemudian dibungkus dengan kain atau handuk,
permukaannya dilapisi dengan plastik agar sabun tidak menempel pada kain dan
didiamkan pada suhu ruang selama 12 jam. Sabun dikeluarkan dari cetakan dan
dipotong-potong. Sebelum digunakan, sabun tersebut didiamkan lagi pada suhu ruang
(simpan dalam wadah tertutup) selama 4-6 minggu hingga alkalinya hilang dan
menghasilkan gliserin (Intan, 2009).
GAMBAR DESTILASI

Contoh sabun aromaterapi menggunakan minyak atsiri dari kulit jeruk


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam
tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air.
 Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah kulit jeruk
 Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk
mendapatkan minyak atsiri (Molide, 2009). Penyulingan atau distilasi adalah
suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
 Ada tiga jenis proses penyulingan yaitu penyulingan dengan air, dengan uap
dan dengan uap dan air
 hasil penyulingan terlihat bahwa rendemen tertinggi diperoleh pada kondisi
penyulingan dengan waktu penyulingan 7 jam dan suhu 100°C yaitu sebesar
1,652%.
 Warna minyak atsiri kulit jeruk Pontianak yang diperoleh adalah kuning pucat
dengan bobot jenis 0,84, indeks bias 1,47, kelarutan dalam etanol 90% adalah
1:1 (jernih), bilangan asam 0,143% dan bilangan ester 5,37.
 Penambahan minyak atsiri kulit jeruk Pontianak sebanyak 3,6% pada Distilasi
Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Pontianak dan Pemanfaatannya dalam
Pembuatan Sabun Aromaterapi pembuatan sabun mandi aromaterapi
memberikan keharuman yang tinggi dengan kadar air terendah yaitu 17%.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati (17 Oktober 2012). DISTILASI MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK
PONTIANAK DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBUATAN SABUN
AROMATERAPI: Baristand Industri Pontianak
Kartasaputra, A.G. 1992. BUDIDAYA TANAMAN BERKHASIAT OBAT. Rineka Cipta, Jakarta.

Ketaren, S. 1981. MINYAK ATSIRI. IPB- Press, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai