Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

UKM MINYAK ATSIRI

“CLOVE OIL”

Disusun Oleh:

1. Ayu Enich Putri Fadila H0916015


2. Dinda Anggie A. H0916027
3. Fadhila Pertiwi H0916030
4. Gracya Valentina H0916039
5. Nanda Ayu Hapsari H0916062
6. Puti Rochmaning Tyas H0916069

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
A. Profil UKM
1. Nama UKM : Penyulingan Minyak Atsiri “Aroma Alam”
2. Pemilik : S. Broto Suseno
3. Alamat : Dukuh Watesih, RT 02 RW 03, Desa Sruni,
Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.
4. Produk : Minyak nilam, varian produk: air mawar yang
telah disuling dan minyak cengkeh
UKM minyak atsiri Aroma Alam didirikan sejak tahun 2007 silam
oleh Bapak Broto, status usaha ini adalah milik pribadi setelah dulu sempat
milik kelompok. Seiring berjalannya waktu, Bapak Broto mampu memiliki
mesin dan peralatan untuk mengekstraksi minyak atsiri daun nilam, daun
cengkeh, maupun bunga mawar merah atau putih yang banyak ditemukan
di daerah beliau tinggal. Bapak Broto beserta keluarganya sendiri yaitu
istri dan satu orang anaknya menjalankan usaha penyulingan rumahan ini.
Produksi minyak atsiri Bapak Broto dilakukan secara rutin 2 hari sekali.
Produk minyak atsiri yang dihasilkan dari UKM ini yaitu minyak daun
nilam, minyak daun cengkeh, dan air mawar, dengan produk utamanya
saat ini yaitu minyak nilam.

Gambar 1.1 Produk Minyak Nilam, Minyak Cengkeh, dan Air


Mawar UKM Aroma Alam
B. Pre-Treatment Bahan Baku
Produk minyak cengkeh yang diproduksi oleh UKM milik Pak Broto
ini murni dihasilkan dari proses destilasi kukus daun cengkeh tanpa
ditambahkan dengan bahan-bahan lain. Bahan utama yang digunakan
dalam proses destilasi ini adalah daun cengkeh kering. Bagian daun
tanaman cengkeh diberikan pre-treatment terlebih dahulu yaitu berupa
pengeringan/ diangin-anginkan. Kadar air daun cengkeh yang digunakan
kurang dari 10%, karena kenampakan fisik daun cengkeh yang digunakan
tidak layu melainkan kering. Daun cengkeh digunakan untuk
menghasilkan minyak cengkeh melalui proses destilasi. Bahan baku untuk
menghasilkan minyak cengkeh ini diperoleh dari daerah Boyolali yaitu
Kecamatan Musuk dan sekitarnya. Bapak Broto juga juga mempunyai
sebidang lahan di sekitar rumah yang ditanami pohon cengkeh sebagai
salah satu sumber bahan baku.
Minyak cengkeh (Eugenia caryophyllata Tumberg) diperoleh dengan
cara destilasi uap dari buah atau daun pohon cengkeh yang telah gugur.
Buah cengkeh yang kering mengandung sekitar 18,32% minyak atsiri
dengan kandungan eugenol sebesar 80,94%, sedangkan daun cengkeh
mengandung sekitar 2,79% minyak atsiri dengan kandungan eugenol
sebesar 82,13%. Minyak cengkeh hasil destilasi uap berwarna coklat
gelap, tetapi setelah didestilasi ulang akan diperoleh cairan berwarna
kekuningan jernih dengan indeks bias pada 20°C = 1,530, massa jenis pada
30°C = 0,9994. Senyawa yang terkandung dalam minyak cengkeh dibagi
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan senyawa fenolat
dan eugenol, dan kelompok kedua adalah senyawa nonfenolat yaitu β-
kariofilen, α-kubeben, α-kopaen, humulen, δ-kadien, dan kadina 1,3,5-
trien (Kadorahman, 2015).
Minyak atsiri yang diperoleh dari distilasi daun cengkeh tua atau
guguran daun cengkeh disebut minyak cengkeh (clove leaf oil). Kadar
minyak cengkeh tergantung pada jenis, umur, dan tempat tumbuh tanaman
cengkeh. Komponen utama minyak cengkeh adalah eugenol, yaitu sekitar
70-90%, dan merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat yang bila
terkena cahaya matahari berubah menjadi coklat hitam yang berbau
spesifik. Kelebihan cengkeh adalah aroma wangiyang berasal dari minyak
atsiri dalam jumlah yang cukup besar, baik dalam bunga (10-20%),
tangkai (510%), maupun daun (1-4%). Selain itu minyak cengkeh
mempunyai komponen eugenol dalam jumlah besar (70-80%) yang
mempunyai sifat sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik,
antiseptik, dan antispasmodic (Putri, dkk., 2014).

C. Proses produksi
1. Alat Utama
Terdapat beberapa jenis metode yang bisa dilakukan untuk
memisahkan atau mendapatkan minyak cengkeh, antara lain
penyulingan (distilasi) dan ekstraksi, yang sering digunakan adalah
penyulingan. Dari segi teknik distilasi yang digunakan, dengan
menggunakan metode distilasi uap-air (steam-hydro distillation) dapat
dihasilkan rendemen minyak cengkeh yang lebih bagus dibandingkan
dengan metode konvensional yang menggunakan distilasi air (water
distillation) (Setya dkk., 2012). Metode penyulingan minyak atsiri
dengan air dan uap lebih sering digunakan karena kualitas minyak
atsiri yang diperoleh lebih baik dibanding penyulingan dengan air dan
biaya yang dibutuhkan lebih rendah dibanding penyulingan dengan
uap. Metode distilasi air dan uap dipilih karena beberapa keuntungan,
yaitu uap air selalu jenuh, basah dan tidak akan terjadi superheated
(Schaduw dkk., 2012).
Bagian utama dari alat penyuling secara uap langsung yaitu
tungku api, ketel uap, ketel penyuling, kondensor (pendingin),
penampung/pemisah minyak. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi
dialirkan dari ketel perebus air ke ketel berisi daun nilam (ada dua
ketel). Uap air yang keluar dialirkan lewat pipa menuju kondensor
hingga mengalami proses kondensasi. Cairan (campuran air dan
minyak) yang menetes ditampung, selanjutnya dipisahkan untuk
mendapatkan minyak cengkeh murni. Dalam penyulingan daun
cengkeh perlu diikutsertakan tangkainya. Tangkai pohon cengkeh
tersebut mempunyai kadar minyak rendah, namun diperlukan agar
daun tidak terlalu padat ketika ditumpuk pada angsang (membentuk
ronga-rongga untuk melewatkan uap panas) karena daun cengkeh
cenderung menggumpal bila terkena uap air panas (Disbun Jatim).
Dalam destilator, terdapat ketel yang didalamnya terdapat
angsang. Angsang digunakan sebagai tempat untuk menampung bahan
baku yang akan didestilasi yang dilengkapi dengan angsang sebagai
tempat menampung bahan, serta penutup tangki yang berfungsi untuk
menutup bahan. Pada ketel tersebut terdapat sebuah pipa yang
menghubungkan ketel dengan kondensor. Kondensor merupakan pipa
berbentuk spiral yang berfungsi sebagai pendingin uap yang membawa
zat volatil bahan dengan cara mengubah fase uap menjadi fase cair
sehingga diperoleh hasil akhir berupa minyak cengkeh. Prinsip
kondensor sebagai pendingin dijelaskan oleh Tanasale (2012), bahwa
campuran uap (air + minyak) yang masuk ke pipa – pipa kondensor,
akan didinginkan oleh air pendingin yang mengalir di antara pipa –
pipa pendingin. Akibatnya uap diembunkan menjadi zat cair berupa
campuran (air + minyak) yang keluar melalui pipa pada bagian ujung
tabung pendingin.

Gambar 1.2 Alat Destilasi Utama


2. Tahapan Proses Penyulingan Minyak Cengkeh
Daun cengkeh kering

Sortasi

Pemasukkan dalam ketel

Pemanasan

Pendinginan dengan
kondensor

Minyak cengkeh dan air

Pemisahan minyak cengkeh Air sisa


dengan air penyulingan

Minyak Cengkeh

Pengemasan

Gambar 1.3 Proses Penyulingan Minyak Cengkeh dengan Destilasi Uap


Model Kukus
UKM ini menggunakan boiler berupa ketel sebagai penghasil uap
air yang nantinya akan menguapkan zat volatil daun cengkeh. Sebagai
sumber panas, Pak Broto masih menggunakan kayu bakar yang
disusun pada tungku pembakar, dimana Pak Broto dan pekerja tetap
selalu memantau kondisi panas api dan kayu bakar. Pak Broto
memilih menggunakan boiler karen hasil penyulingan minyak cengkeh
memiliki aroma yang lebih baik serta kenampakan yang lebih jernih
dibandingkan hasil dari usaha yang lain. Menurut Pak Broto, hal itu
karena bahan dengan air tidak berkontak langsung. Selain itu
pemisahan juga akan menghindari kemungkinan bahan menjadi
gosong karena kontak langsung dengan api. Sehingga hanya air saja
yang kontak langsung dengan tungku api.
Sebelum dilakukan penyulingan minyak cengkeh, daun cengkeh
yang disimpan dalam ruang penyimpanan diangkut menuju tempat
penyulingan. Kemudian dilakukan sortasi pada bahan baku untuk
memisahkan pohon cengkeh yang berkualitas kurang baik, dan juga
memisahkan pohon cengkeh kering dari benda asing. Pemisahan
tersebut bertujuan untuk mencegah kotoran atau benda asing supaya
tidak ikut terdestilasi karena dapat mempengaruhi kualitas produk.
Sebelumnya, ketel telah diisi dengan air sampai batas angsang.
Kemudian setelah terisi dengan air, api mulai dinyalakan.
Membutuhkan waktu 1-2 jam untuk air dapat mendidih. Daun cengkeh
yang sudah siap dimasukkan pada ketel, tidak dikecilkan ukurannya,
namun dalam peletakannya diatas angsang, dietakkan dengan tidak
terlalu padat, agar uap panas dapat melewati dan mengenai semua
permukaan bahan. Daun cengkeh kering langsung dimasukkan ke
dalam ketel, pekerja pun turut masuk ke dalam ketel untuk mengatur
bahan, agar tidak terlalu rapat. Bahan yang dimasukkan ke dalam
tangki harus ditata diatas angsang yang ada di dalam tangki. Setelah
semua bahan masuk ke dalam tangki, segera tangki ditutup dengan
rapat dan dicek agak tidak terjadi kebocoran sehingga tidak ada uap air
yang membawa minyak atsiri yang hilang ke udara.
Menurut bapak Broto, penguapan air dalam boiler memerlukan
waktu kira-kira 3 jam sampai air mendidih. Api pembakaran berkontak
langsung dengan ketel, dimana bagian bawah ketel adalah air. Kontak
panas api dengan air menyebabkan lama kelamaan air akan mendidih
yang kemudian menghasilkan uap panas. Uap panas tersebut akan
mengenai bahan yang berada di atas angsang. Uap panas akan
berkontak langsung dengan bahan tersebut. Uap akan mengenai bahan
sehingga zat volatil bahan diuapkan oleh uap panas kemudian dibawa
ke kondensor. Dalam kondensor terjadi proses pendinginan uap yang
membawa zat volatil bahan sehingga terjadi perubahan dari fase uap
menjadi fase cair. Sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
campuran uap (air + minyak) yang masuk ke pipa – pipa kondensor,
akan didinginkan oleh air pendingin yang mengalir di antara pipa –
pipa pendingin. Akibatnya uap diembunkan menjadi zat cair berupa
campuran (air + minyak) yang keluar melalui pipa pada bagian ujung
tabung pendingin (Tanasale, 2012).
Pada UKM Aroma Alam ini, destilasi minyak cengkeh
menggunakan air yang bersih selama proses penyulingan. Jika
penyulingan pada umumnya, air yang digunakan untuk mengukus
bahan merupakan proses sirkulasi dari bak kondensor yang digunakan
untuk mendinginkan uap volatil dan juga digunakan sebagai
mensuplay air yang masuk ke dalam tangki bahan. Namun, Pak Broto
memisahkan air hasil kondensasi pada bak tersendiri, ketika air dalam
ketel mulai menipis, Pak Broto menambahkan air dengan air baru yang
bersih, karena apabila tidak menggunakan air yang baru, menurut
beliau dapat mempengaruhi mutu minyak nilam. Selama proses
penyulingan, pekerja juga selalu memantau jumlah air yang masih
tersedia di dalam ketel.
Setelah diuapkan, zat volatile berubah dari fase uap menjadi fase
cair. Di UKM Pak Broto ini, pemisahan minyak cengkeh dengan air
masih dilakukan sederhana, yaitu dengan memanfaatkan kotak kaca
seperti aquarium yang bagian tengah dalamnya diberi batas pemisah.
Kotak ini merupakan penampungan hasil dari proses kondensasi.
Minyak cengkeh dengan air akan terpisah, minyak cengkeh akan
berada di sisi bawah kotak kaca, sedangkan air memenuhi sisi bagian
atas kotak. Berat jenis minyak cengkeh lebih besar dibandingkan berat
jenis air, maka minyak cengkeh akan berada di bawah air. Untuk
mengambi minyak cengkeh hasil penyulingan, terdapat kran yang
tersambung dari kotak kaca penampungan tersebut, kemudian minyak
ditampung dalam jerigen sebelum dikemas dengan botol atau tetap
dengan jerigen. Air hasil penyulingan ditampung dahulu sebelum
dibuang, namun biasanya ada pihak yang memesan dan membeli air
sisa hasil penyulingan minyak cengkeh tersebut, karena menurut Pak
Broto dalam air tersebut masih terkandung senyawa volatil atau
minyak atsiri, sehingga masih dapat dimanfaatkan. Penyulingan
minyak nilam membutuhkan waktu kira-kira 3 jam untuk mendapatkan
tetes pertama, biasanya penyulingan minyak nilam berakhir setelah 7-8
jam. Untuk mendapatkan rendemen minyak atsiri sebanyak 8kg,
dibutuhkan bahan baku 5 kwintal daun cengkeh untuk didestilasi.

D. Penanganan Limbah
Penanganan limbah pada UKM Aroma Alam milik Pak Broto
digunakan untuk mengurangi penggunaan kayu bakar dalam proses
destilasi. Limbah yang digunakan untuk pembakaran yaitu sisa-sisa
daun dan ranting setelah proses destilasi. Sehingga tidak ada bahan
yang terbuang karena limbah destilasi yang berupa daun dan ranting
ini digunakan untuk pembakaran proses destilasi selanjutnya.

E. Kendala
Dalam proses produksi minyak cengkeh, penyulingan UKM
Aroma Alam ini memiliki beberapa kendala diantaranya :
1. Daun cengkeh yang akan diambil minyak atsirinya terkadang
terkontaminasi oleh tanah dan kotoran-kotoran.
2. Apabila daun cengkeh yang digunakan kotor, maka tanah akan
mengendap. Alat harus dibersihkan dengan membuang airnya
setelah 3 sampai 4 kali pemakaian
3. Alat yang digunakan membutuhkan pembaharuan
4. Belum ada pemisah otomatis antara minyak dan air hasil destilasi
5. Karena ingin memperluas produksi berupa penyulingan empon-
empon, UKM Aroma Alam membutuhkan alat penyuling lagi
F. Jangkauan Pasar
Minyak cengkeh hasil penyulingan UKM Aroma Alam ini
dibanderol dengan harga Rp 15.000/15 ml, Rp 150.000 / ½ L, dan Rp
280.000 / L bergantung pada kondisi pasar. Karena, ketika musim
hujan akan tetap dilakukan produksi namun minyak yang dijual
harganya lebih rendah. Menurut Pak Broto, harga minyak cengkehnya
ini tetap stabil pada kisaran harga Rp 280.000/L, karena adanya
pengepul tetap di daerah Jakarta dan langsung dikirim ke Bogor.
Minyak cengkeh UKM Aroma Alam belum terdistribusi ke seluruh
wilayah Indonesia karena untuk minyak cengkeh sendiri proses
produksinya belum rutin. Selain pelanggan yang datang langsung ke
UKM untuk membeli secara langsung, UKM ini juga memasarkan
produknya secara online, sehingga mudah diakses secara nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Jawa TImur. Buku Pengolahan Nilam


Kadorahman, Asep. 2015. Eksplorasi Minyak Atsiri sebagai Bioaditif Bahan
Bakar Solar. Program Studi Kimia, FPMIPA, UPI Bandung.
Megawati., dan Astriliya Damayanti. 2012. Ekstraksi Minyak Atsiri Kamboja
Dengan Metode Distilasi Menggunakan Steam Basah Dengan Variasi Jenis
Bunga Kamboja (Plumeria Tourn. ex L). Program Studi Teknik Kimia.
Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Putri, Retty Liana, Nur Hidayat, Nur Lailatul Rahmah. 2014. Pemurnian Eugenol
dari Minyak Daun Cengkeh dengan Reaktan Basa Kuat KOH dan Ba(OH)2
(Kajian Konsentrasi Reaktan). Jurnal Industria 3(1): 1-12.
Schaduw, Jonathan., Jody A. Pojoh., dan Try Oktavia Djabar. 2012. Isolasi dan
Identifikasi Minyak Atsiri Pada Daun NIlam. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 3
(2)
Setya, Novita., Aprilia Budiarti, dan Mahfud. 2012. Proses Pengambilan Minyak
Atsiri dari Daun Nilam Dengan Pemanfaatan Gelombang Mikro. Jurnal
Tekbis Pomits Vol.1(1)
Suryani, Nurul., Sri Muhartini, dan Endang Hadipoentyanti. 2013. Pertumbuhan,
Hasil dan Mutu Minyak Atsiri 16 Aksesi Nilam Dipanen PAda Umur
Berbeda. Peneliti Balai Penelitian Tanman Rempah dan Obat Bogor.
Tanasale, Malon L. P. 2012. Aplikasi Perlakuan Bahan Baku dan Penyulingan
Air-UapTerhadap Rendemen dan Sifat Organoleptik Minyak Atsiri. Jurnal
Ekosains. Vol. 1 (1)
Yulianto., Diah Meilany, dan Bambang Priyadi. 2014. Rancang Bangun Kontrol
Tekanan Eksponensial Ruang EvaporasiMesin Destilasi Minyak Atsiri Daun
Cengkih. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (Snast).
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai