Anda di halaman 1dari 45

ACARA III

DESTILASI

A. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum Acara III “Destilasi” adalah:
a. Mempelajari dan mengenal proses destilasi untuk mendapatkan minyak atsiri.
b. Menghitung debit tetesan, kadar minyak dalam tetesan, rendemen, minyak.
c. Mengamati visualisasi fisik minyak atsiri yang meliputi warna, aroma, massa jenis.
Metodologi
1. Alat
a. Unit destilasi
b. Timbangan
c. Baskom
d. Pisau
e. Gelas ukur
f. Corong pemisah
2. Bahan
a. Kunyit simplisia
b. Kunyit bubuk
c. Air
3. Cara Kerja
B. Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Destilasi Kukus Simplisia Kunyit
No Keterangan Hasil
A Volume air yang dimasukkan destilator Secukupnya
B Volume tetesan yang keluar dari destilator -
C Volume air yang masih tertinggal -
D Volume air yang menguap (A-B+C) -
E Api menyala 08.00 WIB
F Mulai keluar tetesan 08.30 WIB
G Api dimatikan 10.30 WIB
H Total waktu pengapian (G-E) 2,5 jam
I Waktu mulai keluar tetesan (F-E) 0,5 jam
J Waktu berlangsungnya tetesan (G-F) 2 jam
K Debit rata – rata tetesan (B/J) -
L Volume minyak atsiri yang didapat 35,88 cc
M Debit rata – rata minyak atsiri (L/J) -
N Kadar rata – rata minyak atsiri -
O Berat minyak atsiri yang didapat 1200 gram
P Berat bahan yang didestilasi 3000 gram
Q Rendemen minyak atisiri 0,04%
R Massa jenis minyak atsiri 0,03344 gr/cc
S Total padatan terlarut 0o Brix
T Kelarutan dalam alcohol 1:1
U Warna Lebih cerah dari
bahan baku
V aroma Menyengat khas
kunyit (lebih lemah)
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Destilasi Kukus Kunyit Segar
No Keterangan Hasil
A Volume air yang dimasukkan destilator Secukupnya
B Volume tetesan yang keluar dari destilator -
C Volume air yang masih tertinggal -
D Volume air yang menguap (A-B+C) -
E Api menyala 08.35 WIB
F Mulai keluar tetesan 09.53 WIB
G Api dimatikan 13.50 WIB
H Total waktu pengapian (G-E) 5 jam 15 menit
I Waktu mulai keluar tetesan (F-E) 1 jam 18 menit
J Waktu berlangsungnya tetesan (G-F) 4 jam 57 menit
K Debit rata – rata tetesan (B/J) -
L Volume minyak atsiri yang didapat 35.727
M Debit rata – rata minyak atsiri (L/J) -
N Kadar rata – rata minyak atsiri -
O Berat minyak atsiri yang didapat 1,129 gram
P Berat bahan yang didestilasi 3000 gram
Q Rendemen minyak atisiri 0,0376%
R Massa jenis minyak atsiri 0,0316 gr/cc
S Total padatan terlarut 0o Brix
T Kelarutan dalam alcohol 1:1
U Warna Kuning bening
V aroma Menyengat khas
kunyit
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Destilasi Air Kunyit Bubuk dengan Variasi Mesh
Kel Sampel Keterangan Hasil
Api Menyala 8.05 WIB
Mulai Kelur tetesan
Api dimatikan 8.40 WIB
Titak waktu pengapian 35 menit
Waktu mulai keluar tetesan
Waktu berlangsungnya
tetesan
Debit rata – rata tetesan
Kadar rata – rata tetesan
minyak atsiri pada tetesan
Berat minyak atsiri yang
Rempah didapat
2,3,4 bubuk 20 Berat bahan 75 gram
mesh Rendemen
Volume minyak atsiri
Berat minyak atsiri
Massa jenis minyak atsiri
Viskositas
Indeks bias
Debit rata – rata minyak
atsiri yang didapat
Kelarutan alcohol
Warna Kuning
Aroma Menyengat khas
kunyit
Api Menyala 8.06 WIB
Mulai Kelur tetesan
Api dimatikan 8.40 WIB
Titak waktu pengapian 34 menit
Waktu mulai keluar tetesan
Waktu berlangsungnya
tetesan
Rempah
Debit rata – rata tetesan
5, 6, 7 bubuk 30
Kadar rata – rata tetesan
mesh
minyak atsiri pada tetesan
Berat minyak atsiri yang
didapat
Berat bahan 75 gram
Rendemen
Volume minyak atsiri
Berat minyak atsiri
Kel Sampel Keterangan Hasil
Massa jenis minyak atsiri
Viskositas
Indeks bias
Rempah Debit rata – rata minyak
5, 6, 7 bubuk 30 atsiri yang didapat
mesh Kelarutan alcohol
Warna Kuning (gosong)
Aroma Menyengat khas
kunyit
Api Menyala 8.08 WIB
Mulai Kelur tetesan
Api dimatikan 8.30 WIB
Titak waktu pengapian 22 menit
Waktu mulai keluar tetesan
Waktu berlangsungnya
tetesan
Debit rata – rata tetesan
Kadar rata – rata tetesan
minyak atsiri pada tetesan
Berat minyak atsiri yang
Rempah didapat
8, 9,
bubuk 80 Berat bahan 75 gram
10
mesh Rendemen
Volume minyak atsiri
Berat minyak atsiri
Massa jenis minyak atsiri
Viskositas
Indeks bias
Debit rata – rata minyak
atsiri yang didapat
Kelarutan alcohol
Warna Kuning (gosong)
Aroma Menyengat khas
kunyit
Sumber: Laporan Sementara
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, proses destilasi kunyit dilakukan dengan destilasi
kukus. Hasil proses destilasi ini ditampilkan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2. Sampel yang digunakan
adalah sampel destilasi kukus kunyit simplisia dan kunyit segar. Dari praktikum yang dilaksanakan,
dapat dilihat dari total waktu pengapian, proses destilasi kukus kunyit simplisia lebih cepat
dibandingkan dengan proses destilasi kukus kunyit segar. Dari rendemen yang dihasilkan, kunyit
simplisia sebesar 0,04% lebih besar dibanding dengan hasil destilasi minyak atsiri dengan sampel
kunyit. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menggunakan sampel serai dari Dewi dan Titik
(2014), yang menghasilkan hasil rendemen minyak atsiri dengan sampel simplisia memiliki rendemen
minyak atsiri yang lebih banyak dibanding dengan rempah segar.
Selain percobaan untuk mencari tahu perbedaan hasil destilasi kukus kunyit simplisia dan kunyit
segar, pada praktikum juga dilakukan percobaan lain. Percobaan berikutnya dilakukan untuk
mengetahui pengaruh perbedaan ukuran mesh dari sampel terhadap hasil proses destilasi air kunyit
bubuk. Pada praktikum yang dilaksanakan, tidak didapati minyak atsiri dalam jumlah banyak. Namun,
diperoleh hanya beberapa tetes sehingga tidak dapat diukur secara kuantitatif. Kemudian secara
kualitatif, minyak atsiri yang didapatkan pada semua perlakuan adalah warna kuning dan aroma khas
kunyit. Namun, terjadi kegosongan pada sampel dengan ukuran 30 dan 80 mesh.
Distilasi adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen-komponen suatu campuran,
membuat suatu kenyataan bahwa suatu komponen lebih cepat menguap dibanding komponen lain.
Apabila uap terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli campuran, akan tetapi
dalam proporsi yang ditentukan oleh daya menguap komponen tersebut. Uap mengandung komponen
tertentu yang lebih banyak yaitu yang mudah menguap, sehingga terjadi proses pemisahan. Pada
distilasi berfraksi, uap dimampatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut
terjadi (Earle, 1969).
Pada prinsipnya distilasi merupakan cara untuk mendapatkan air bersih melalui proses
penyulingan air kotor. Pada proses penyulingan terdapat proses perpindahan panas, penguapan, dan
pengembunan. Perpindahan panas terjadi dari sumber panas menuju ke air kotor. Air kotor jika terus –
menerus dipanaskan akan menguap menjadi uap jenuh. Jika uap jenuh dari hasil penguapan ini
bersentuhan dengan permukaan yang dingin, maka akan terjadi proses kondensasi pada permukaan yang
dingin tersebut. Pada proses kondensasi uap jenuh akan berubah fase menjadi air (kondensat). Karena
pengaruh gravitasi kondensat akan mengalir kebawah mengikuti kemiringan kaca dan akan tertampung
dalam reservoa (Catrawedarma, 2008).
Terdapat berbagai jenis destilasi yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi
azeotrop, destilasi uap dan destilasi vakum. Destilasi sederhana ialah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Senyawa yang
terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing. Destilasi Fraksionasi
(Bertingkat) ialah suatu proses destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional.
Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik
plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan
cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak kondensat. Destilasi Azeotrop adalah memisahkan
campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam
prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan
menggunakan tekanan tinggi. Sedangkan destilasi Uap adalah memurnikan zat / senyawa cair yang
tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum
digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara
mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap
pada temperature yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Terakhir ialah destilasi
Vakum yaitu memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang digunakan
adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga
menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi
(Walangare, 2013).
Pada alat destilasi terdapat beberapa bagian seperti termometer yang berguna untuk mengukur
suhu ketika proses destilasi. Labu alas bulat sebagai tempat menyimpan sampel yang akan didestilasi.
Kondensor sebagai mendinginkan zat dan mengubahnya dari wujud uap ke cair. Erlenmeyer sebagai
wadah untuk menampung destilat dari hasil destilasi. Pipa adaptor berguna untuk menghubungkan antar
kondensor dan wadah penampung destilat. Pemanas ialah berguna untuk memanaskan bahan yang ada
di dalam labu destilat (Walangare, 2013).
Pada distilasi kali ini digunakan dua sampel yaitu simplisia kunyit dan kunyit bubuk. Simplisia
kunyit didapatkan dengan cara mengeringkan kunyit yang telah dipotong-potong pada cabinet dryer.
fungsi dari pretreatment ini sudah sesuai dengan teori dari Munawaroh dan Handayani (2010) yang
mengatakan bahwa perlakuan pendahuluan berupa perajangan dan pengeringan ini bertujuan untuk
mempersingkat waktu ekstraksi yang dilakukan. Sedangkan kunyit bubuk didapatkan dari hasil
simplisia kunyit kemudian dibuat tepung dan diayak. Perlakuan pretreatment pengecilan ukuran pada
proses destilasi ini dimaksudkan untuk membuka jaringan dalam bahan yang menyebabkan jumlah
minyak yang terekstrak lebih tinggi, serta ukuran bahan yang kecil menyebabkan proses difusi semakin
cepat. Hal ini akan berpengaruh terhadap nilai rendemen yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah
minyak yang diekstrak maka semakin tinggi pula nilai rendemen yang dihasilkan dari proses destilasi
tersebut (Yuliarto, 2012).
Menurut Khasanah dkk (2015) terdapat enam uji mutu minyak atsiri yaitu uji rendemen, berat
jenis, putaran optik, indeks bias, kelarutan dalam alkohol, viskositas dan senyawa aktif. Pada uji
rendemen perlakuan pendahuluan sangat mempengaruhi hasil rendemen. Bahan destilasi yang masih
segar menghasilkan destilat yang lebih sedikit. Sedangkan pada berat jenis bahan segar memiliki berat
jenis yang lebih tinggi. Pada putaran optik bahan dengan proses perlakuan pendahuluan lebih memiliki
hasil yang lebih baik. Sedangkan kelarutan dalam alkohol pada umumnya minyak atsiri yang
mengandung senyawa terpena teroksigenasi lebih mudah larut dalam alkohol dari pada yang
mengandung terpena tak teroksigenasi. Semakin tinggi kandungan terpena tak teroksigenasi maka
makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut dalam alkohol (pelarut polar), karena senyawa
terpena tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol
70%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik.
Menurut Sihombing (2007) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering dihasilkan
1.3-5.5% minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga kemerahan. Sedangkan kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 2.5-7.5%, tergantung pada varietas kunyit dan tempat
tumbuhnya. Dilihat dari hasil yang dipaparkan dari penelitian Sihombing (2007), praktikum kali ini
menyimpang dari segi warna dan rendemen yang dihasilkan. Rendemen yang dihasilkan pada
praktikum jauh dibawah rendemen menurut sumber yang ada. Sedangkan dari uji mutu lain tidak ada
data yang diambil saat praktikum. Penyimpangan ini terjadi kemungkinan karena perbedaan metode
destilasi yang digunakan, perbedaan spesies dan kualitas bahan yang digunakan, serta kondisi alat dan
pelarut yang digunakan berbeda.
Menurut Munawaroh dan Handayani (2010), pada mulanya istilah minyak atsiri adalah istilah
yang digunakan untuk minyak yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang
mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri yang mudah
menguap terdapat di dalam kelenjar minyak yang harus dibebaskan sebelum disuling yaitu dengan
merajang/memotong jaringan tanaman dan membuka kelenjar minyak sebanyak mungkin, sehingga
minyak dapat dengan mudah diuapkan. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas
minyak dan kadar komponen utamanya. Menurut Cepeda dkk (2011), distilasi dihentikan pada saat
sudah tidak ada lagi minyak atsiri yang menetes dari kondensor. Minyak atsiri yang tertampung
dipisahkan dari air dengan menggunakan labu pemisah minyak. Minyak atsiri yang diperoleh dikemas
dalam botol. Faktor yang mempengaruhi mutu minyak atsiri meliputi jenis metode destilasi yang
dilakukan, ukuran bahan, jumlah bahan, lamanya proses destilasi, besarnya tekanan serta mutu uap yang
dipakai (Yuliarto, dkk, 2012).
Menurut Jayanudin (2011), minyak atsiri merupakan salah satu produk yang dibutuhkan pada
berbagai industri seperti industri kosmetik, obat-obatan, makanan dan minuman. Minyak atsiri juga dapat
digunakan sebagai aroma terapi. Kualitas minyak merupakan salah satu faktor yang menentukan produk
minyak untuk berkompetisi di pasar lokal maupun internasional. Minyak esensial dapat dibuat dengan
berbagai metode. Metodologi yang berbeda mempunyai efek yang berbeda pula dengan kualitas minyak
yang diproduksi (Kebede, 2008).
Menurut Rahadian (2014), karakter umum minyak atsiri ialah bukan trigliserida atau turunannya,
sifatnya mudah menguap pada suhu kamar, larut pada pelarut organik (pada umumnya), berbeda
komposisi antara satu jenis dan yang lain, berbeda satu antara satu jenis dan yang lain, baunya khas
tergantung senyawa penyusunnya. Lebih spesifik lagi, menurut FDA (2xxx) minyak atsiri dari kunyit
memiliki warna orange kekuningan.
Minyak atsiri dari kunyit ini sangat berfungsi atau berguna dan sampai sekarang terus
berkembang seiring kemajuan teknologi. Karena diketahui minyak atsiri kunyit memiliki efek
antimikroba, baru – baru ini kerap dilakukan penelitian mengenai perkembangan hal tersebut. Dari
banyak sumber, minyak atsiri kunyit kerap dipercobakan sebagai edible film dalam usahanya untuk
menjaga ketahanan produk pangan dari mikroba perusak. Menurut FDA (2XXX) minyak atsiri kunyit
kerap digunakan sebagai pewarna dan bahan tambahan makanan serta sebagai preservative.

C. Kesimpulan
Kesimpulan dari Acara III “Destilasi” adalah
a. Destilasi merupakan proses pemisahan komponen suatu campuran untuk mengambil
komponen mudah menguap yang merupakan minyak atsiri suatu bahan
b. Rendemen minyak atsiri yang didapatkan pada destilasi kukus kunyit simplisia adalah 0,04%
sedangkan dengan sampel kunyit segar adalah 0,0376%
c. Karakteristik minyak atsiri yang didapat dari semua perlakuan, didapat warna minyak atsiri
berwarna kuning (beberapa gosong) dan dengan aroma menyengat khas kunyit.
Kertas Saring
(2mm x 2mm 15
g)

Perendaman
dalam 250 ml
aquades (24 jam)

Penambahan 250
Bubuk Kitosan ml aquades
0,45 g

Pelarutan dalam
Penghancuran 5
100 ml asam
menit
asetat 1%
Oleoresin 0, 2, 4,
6, 8 %

Pengadukan 5
Pulp
menit

Penambahan 50
ml aquades
Larutan Kitosan
Pencampuran 5
dalam asam
menit
asetat
Pengadukan (2
menit)

Suspensi tapioka
Pencampuran 5
(4,5 gram/50 ml Penambahan
menit
aquades) tween-80 2-3
tetes/sampai
terbentuk emulsi

Pencampuran 5
Emulsi oleoresin
menit

Pencetakan (20
cm x 30 cm)

Penekanan
dengan beban 2,0
kg (10 menit)

Pengeringan
(30oC; 48 jam;
pembalikan setiap
24 jam

Kertas aktif

Anda mungkin juga menyukai