Anda di halaman 1dari 8

ACARA I

KALORIMETRI

A. TUJUAN
Tujuan praktikum Fisika Dasar Acara I Kalorimetri adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengerti fungsi dan prinsip kerja kalorimeter.
2. Mahasiswa dapat menentukan nilai kapasitas panas jenis (c) larutan garam
dan larutan gula dengan menggunakan asas Black dan faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya nilai kapasitas panas jenis (c).
3. Mahasiswa dapat memahami hubungan antara kalor dengan suhu melalui
grafik.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Panas, salah satu sifat material, bersifat penting sebagai salah satu
kriteria aplikasi material, sifat panas, perlakuan panas, perpindahan panas
mempunyai dampak yang besar dalam sifat material lainnya. Salah satu
bagian dari sifat panas adalah kapasitas panas. Daro kapasitas panas, ada
banyak informasi yang dapat diperoleh. Salah satu informasi tersebut
adalah panas yang diserap atau dilepaskan selama terjadi perpindahan
panas maka jumlah panas yang diberikan atau dilepaskan dapat diketahui.
Para peneliti melaporkan bahwa kapasitas panas berkaitan dengan sifat-
sifat lainnya (Juarlin dan Gareso, 2010).
Menurut Serway dan Jewet (2010), Bauer dan Westfall (2011),
kalor didefinisikan sebagai perpindahan energy yang melintasi batas
sistem berdasarkan perubahan suhu antara sistem dan lingkungannya. Bila
dalam suatu sistem terdapat gradien temperatur, atau bila ada dua sistem
yang temperaturnya berbeda bersinggungan, maka akan terjadi
perpindahan kalor. Proses dimana sesuatu yang dipindahkan diantara
sebuah sistem dan sekelilingnya akibat perbedaan temperatur ini
berlangsung disebut kalor (Halauddin, 2005).
Nilai kalor merupakan jumlah energi kalor yang dilepaskan bahan
bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia pada unsur
tersebut (Napitupulu, 2006). Menurut Nabawiyah (2010), Kalor jenis
biasanya bergantung suhu. Apabila perubahan suhu tidak terlalu besar,
kalor jenis biasanya dianggap tetap.
Nilai kalor atau (Heating Value) adalah jumlah energi yang
dilepaskan pada proses pembakaran persatuan volume atau persatuan
massanya. Nilai kalor bahan bakar menentukan jumlah konsumsi bahan
bakar tiap satuan waktu. Makin tinggi nilai kalor bahan bakar
menunjukkan bahan bakar tersebut semakin sedikit pemakaian bahan
bakar. Nilai kalor bahan bakar ditentukan berdasarkan hasil pengukuran
dengan kalorimeter dilakukan dengan membakar bahan bakar dan udara
pada temperatur normal, sementara itu dilakukan pengukuran jumlah kalor
yang terjadi sampai temperatur dari gas hasil pembakaran turun kembali
ke temperatur normal (Tazi, 2011).
Bila dua benda yang suhunya berbeda disentuhkan, maka energi
panas mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang
suhunya lebih rendah. Kalor (energi panas) benda yang suhunya tinggi
akan berkurang, dan kalor benda yang suhunya rendah akan bertambah,
sedemikian hingga suhu kedua benda sama (setimbang thermal). Jumlah
energi panas yang berpindah dalam selang suhu tertentu disebut kuantitas
panas, yang dinyatakan dengan lambang Q (Sukarmin, 2009).
Jumlah energi panas yang diperlukan oleh suatu benda sehingga
suhunya naik 1⁰C disebut kapasitas panas dari benda tersebut. Jumlah
energi panas yang diperlukan oleh 1 kg benda sehingga suhunya naik 1⁰C
disebut kapasitas panas jenis dari benda tersebut. Jumlah energi panas
yang diperlukan oleh 1 mol benda sehingga suhunya naik 1⁰C disebut
kapasitas panas jenis molekuler dari benda tersebut (Sukarmin, 2009).
Kapasitas panas suatu bahan didefinisikan sebagai kalor yang diserap oleh
satu mol bahan untuk menghasilkan satu satuan perubahan suhu. Kapasitas
panas dinyatakan dengan J K-1 mol-1 salam satuan SI. Akan tetapi lebih
biasa dipakai satuan alternative kal K-1 mol-1 (Alonso, 2005).
Pada abad ke-18 para peneliti telah mengakui bahwa jumlah kalor,
Q yang dibutuhkan oleh suatu bahan untuk mengubah suhu material
tertentu berbanding lurus dengan massa material dan dengan perubahan
suhu (Giancoli, 1997).
Q = m.c.(T2 – T1 )
Salah satu teknik pengukuran kalor jenis yang melibatkan
pemanasan sebuah sampel yang diketahui suhunya Tx, yaitu dengan cara
menempatkannya ke dalam sebuah bejana yang berisi air yang massa dan
suhunya diketahui sebagai Tw < Tx kemudian mengukur suhu air setelah
tercapai keseimbangan. Teknik ini dinamakan kalorimetri, dan alat tempat
terjadinya perpindahan energi disebut kalorimeter. Jika system dari sampel
dan air terinsulasi, hukum kekekalan energi berlaku, yaitu bahwa jumlah
energi yang meninggalkan sampel (yang tidak diketahui kalor jenisnya)
sama dengan jumlah energy yang masuk ke air (Serway dan Jewet, 2010).
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mempelajari
perubahan energi dalam dengan mengukur energi panas yang dihasilkan
(Bauer dan Westfall, 2011). Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kuantitas panas, menentukan kapasitas panas dan panas jenis
suatu zat. Kalorimeter berdinding ganda terdiri atas bejana logam
berdinding tipis, permukaan luarnya diberi lapisan nikel untuk mengurangi
kehilangan panas akibat radiasi. Bejana ini mempunyai harga kapasitas
panas yang diketahui dan mempunyai tutup yang berlubang dimana dapat
dimasukkan thermometer dan alat pengaduk (Sukarmin, 2009).
Dalam sistem kalorimeter berlaku hokum kekekalan energy panas,
artinya tidak ada energi kalor yang hilang. Jadi prinsip kerja kalorimeter
didasarkan pada Azas Black yang menyatakan sebagai berikut : Apabila
dua benda mempunyai suhu yang berbeda, kemudian didekatkan sehingga
terjadi kontak thermis, maka suhu akhir kedua benda setelah
kesetimbangan thermis akan tercapai sama (Sukarmin, 2009).
Suhu peleburan yang sangat tinggi akan memindahkan panas ke
seluruh lingkungan kerja dengan berbagai cara seperti: radiasi, konduksi
dan evaporasi. Perpindahan panas dari proses produksi ke lingkungan
kerja terjadi secara radiasi adalah proses perpindahan panas dimana
permukaan objek seluruhnya secara konstan memancarkan panas dalam
bentuk gelombang elektromagnetik. Laju pancaran ditentukan oleh suhu
dari permukaan radiasi. Konduksi adalah transfer panas dari atom ke atom
atau dari molekul ke molekul melalui transfer berturut-turut dari energi
kinetic (Ruslan, 2012).
Tidak ada usaha dikerjakan oleh sistem atau lingkungan, sebagai
akibat perubahan suhu lingkungan karena bahan yang dipertukarkan antara
air dan sistem. Perubahan suhu ini diukur dengan sebuah thermometer, dan
bahan yang dipertukarkan dihitung dari massa dan bahan jenis air yang
diketahui. Dari kekekalan tenaga, bahan yang diperoleh oleh sistem adalah
harga negative dari bahan yang hilang dari lingkungan, dan sebaliknya
dengan demikian calorimeter mengukur bahan yang dipertukarkan oleh
sistem dibawah syarat-syarat tertentu (Batchelor, 1967).
Radiasi Elektromagnetik (RE) berinteraksi dengan materi dan
tergantung pada energi dapat ditransmisikan, dipantulkan atau diserap oleh
bahan insiden. Kejadian energi radiasi EM terkuantisasi dan dinyatakan :
E= h.C.λ dimana C adalah kecepatan cahaya, λ adalah panjang gelombang
radiasi insiden dan h adalah konstanta papan tersebut. Energi yang lebih
tinggi diperoleh dari daerah UV dan panjang gelombang daerah lainnya
pendek seperti daerah VIS. Transmisi, refleksi, dan penyerapan cahaya
tergantung pada ketebalan insiden material (Kemei, 2012).
Sebagian besar pengusaha garam sedang beroperasi di sepanjang
pantai laut untuk memanen garam NaCl. Seluruh garam gradient kolam
surya dunia dibangun untuk mengumpulkan dan menyimpan energi surya.
NaCl dilarutkan dalam air dengan dekat saturasi banyak konsentrasi
digunakan untuk menyimpan energi cahaya matahari dan menyampaikan
dalam bentuk panas (Ramalingam dan Arumugam, 2012).
Konduktivitas panas suatu bahan adalah ukuran kemampuan bahan
untuk menghantarkan panas (termal). Berlaku untuk sebuah bahan
berbentuk balok dengan penampang lintang A, energi yang dipindahkan
persatuan waktu antara dua permukaan berjarak l, sehingga diperoleh dari

E λA(T 2−T 1)
persamaan =
t l
Dengan λ merupakan konduktivitas termal, T1 dan T2 merupakan
temperatur permukaan (Halauddin, 2006).
Pipa panas adalah salah satu perangkat transportasi panas yang
dapat mengangkut panas. Lebih dari itu dengan konduksi panas dan
beroperasi tanpa input daya. Di masa lampau, pipa panas telah memainkan
peran penting untuk control termal sistem perangkat elektronik, efisiensi
penggunaan energi alam seperti energi panas bumi, dan lain sebagainya
(Nagai et al. 2010).

C. METODE PENELITIAN
1. Alat
a. Gelas Beker
b. Kalorimeter
c. Panci
d. Pemanas Air
e. Pengaduk
f. Termometer
g. Timbangan
2. Bahan
a. Air (50gr)
b. Larutan Garam (50gr)
c. Larutan Kopi (50gr)
3. Cara Kerja

Kalorimeter Air

Larutan
Pemanasan
Garam/Kopi 50 Penimbangan Suhu
gr
70⁰C, 75⁰C,
Pengukuran
Penimbangan
Suhu
50gr

Pencampuran

Pengukuran
Suhu

Pencatatan Suhu

Pengulangan

Data

Gambar 1.1 Diagram Alir Percobaan Kalorimetri


DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcelo, Edward J. Finn. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas.


Erlangga.
Bauer, Wolfgang, Gary D Westfall. 2011. University Physics. Singapore.
Giancoli, Douglas C. 1997. Fisika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Burtovyy Ruslan, Binyamin Rubin, Mahmut O. Kesimci, Igor Luzinov, Jeffery
Owens, Konstantin G. Kornev. 2012. Surface Differential Scanning
Calorimeter for Evaluation of Evaporative Cooling Efficiency. Journal of
Engineered Fibers and Fabrics Special Issue.Fibers.
Desmon Kendek Allo, Dringhuzen J. Mamahit, Bahrun, M.Kes, Novi M.
Tulung. Rancang Bangun Alat Ukur Temperatur Untuk Mengukur Selisih
Dua Keadaan. E-Journal Teknik Elektro dan Komputer.
Halauddin. 2005. Penentuan Bilangan Performan Pompa Kalor Berdasarkan
Perbedaan Temperatur. Jurnal Gradien Vol.1 No.1
Halauddin, 2006. Pengukuran Konduktivitas Termal Bata Merah Pejal. Jurnal
Gradien Vol. 2 No. 2.
Kemei, S. K., 2012. Determination of Optical Band Gap and Heat Dissipation of
Gal-xMnxAs with Ligh in UV-VIS-IR Region using OSA SPECTRO 320.
Advances in Physics Theories and Applications. Vol. 8.
Nabawiyah, K. 2010. Penentuan Nilai Kalor Dengan Bahan Bakar Kayu. Jurnal
Neutrino. Vol. 3, No. 01.
Nagai, Niro, Akikazu Iwamotoa, Toyoji Onishi, Hideo Shingu. Advances and
opportunities in bubble-actuated Circulating heat pipe (Bach). Global
Digital Central. ISSN: 2155-658X
Napitupulu, F. 2006. Pengaruh Suatu Suhu Terhadap Suatu Bahan Bakar. Jurnal
Sistem Teknik Industri. Vol. 7, No. 1.
Risti Suryantari, M.Sc. Problem Solving dengan Metode Identifikasi Variabel
berdasarkan Skema: Tinjauan terhadap Formulasi Hukum 1
Termodinamika. Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, ISSN : 1410-
2994
Serway, Raymond A, John W. Jewett. 2010. Fisika unruk Sains dan Teknik.
Salemba Teknika. Jakarta.
Sukarmin. 2009. IPA Fisika.Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS
Surakarta. Surakarta.
Tazi, Imam, Sulistiana. 2011. Uji Kalor Bakar Bahan Bakar Campuran Bioetanol
dan Minyak Goreng Bekas. Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 2.
Zhang Ruguo et al. 2011. Thermal analysis of four insect waxes based on
differential scanning calorimetry (DSC). Procedia Engineering
Gambar 1.3 Kalorimetri Gambar 1.4 Gelas Beker Gambar 1.5 Penimbangan
Massa Larutan

Gambar 1.6 Pengukuran Gambar 1.7 Penuangan air Gambar 1.8 Pengukuran
Suhu Larutan dengan variasi suhu Suhu Air

Gambar 1.9 Pengadukan Gambar 1.10 Pengukuran


suhu yang dihasilkan

Anda mungkin juga menyukai