Anda di halaman 1dari 51

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Proses Distilasi


Proses pengambilan minyak atsiri di PT. Rumah Atsiri Indonesia dilakukan
dengan cara penyulingan atau distilasi. Distilasi yang digunakan menggunakan dua
macam metode, yaitu metode suling kukus (distilasi dengan uap-air) dan suling uap
(distilasi dengan uap). Metode suling kukus digunakan pada penyulingan skala
kecil. Penyulingan ini terdapat di area taman PT. Rumah Atsiri Indonesia yang
berfungsi sebagai sarana edukasi bagi pengunjung. Sedangkan metode suling uap
digunakan pada penyulingan skala besar. Penyulingan ini terdapat di Gedung B
yang berfungsi sebagai area produksi PT. Rumah Atsiri Indonesia.

IV.1.1 Distilasi Metode Uap – Air (Metode Suling Kukus)


Lokasi proses distilasi dengan metode uap-air berada di Mini Green House.
Tanaman yang disuling setiap harinya bervariasi dan satu kali proses distilasi dapat
menggunakan 2 – 3 jenis tanaman atsiri.
Proses distilasi diawali dengan pencacahan bahan terlebih dahulu. Bahan
dicacah secara manual dengan ukuran 5 – 10 cm kemudian dimasukkan ke dalam
ketel. Kapasitas dari ketel besar yaitu 5 kg serai dengan 25 liter air, sedangkan pada
skala laboratorium kapasitas ketel sebesar 2.5 kg dengan 10 liter air. Proses
pemanasan dilakukan selama satu jam sebelum terbentuk distilat, pada bagian
separator diisi air terlebih dahulu agar minyak yang terkondensasi dapat tertampung
di atas air dan tidak terbuang.
Pada proses penyulingan, air dan minyak dalam tanaman akan menguap dan
mengalir ke kondensor. Uap yang didinginkan kondensor akan menetes ke bawah
menuju separator. Pada separator didapatkan minyak atsiri pada lapisan atas dan air
pada lapisan bawah. Proses ini berlangsung selama 4 – 5 jam. Air hasil penyulingan
dinamakan hidrosol. Baik minyak maupun hidrosol disimpan dalam botol yang
kemudian akan diolah oleh tim Research and Development PT. Rumah Atsiri
commit to user
Indonesia.

19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tanaman yang disuling bervariasi, menyesuaikan hasil panen di PT. Rumah


Atsiri Indonesia. Biasanya tanaman yang paling banyak disuling yaitu sereh dapur,
sereh wangi, cengkeh, sirih, dan pandan. Di tempat ini, proses penyulingan
dilakukan satu kali dalam satu hari dengan satu jenis tanaman.
Peralatan yang digunakan dalam proses distilasi dapat dilihat pada Gambar
IV.1 Rangkaian Alat Proses Distilasi Metode Uap dan Air dibawah ini.

Luaran (moncong)

Ketel

Kondensor

Separator
Statif

Gambar IV.1 Rangkaian Alat Proses Distilasi Metode Uap dan Air
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Rangkaian alat yang digunakan dalam proses distilasi yaitu:


1. Ketel
Ketel digunakan untuk menghasilkan uap dengan jalan memanasi air yang
ada di dalamnya oleh gas panas hasil pembakaran bahan bakar. Pada proses distilasi
metode uap dan air, ketel berisi air dan bahan yang nantinya akan dipanaskan secara
bersamaan untuk menghasilkan uap yang mengandung minyak atsiri. Bahan yang
digunakan untuk pembuatan ketel terbuat dari tembaga dan stainless steel. Ketel
dari bahan tembaga maupun stainless steel memiliki kelebihan dan kekurangan,
yaitu:
a. Ketel dari tembaga, minyak yang dihasilkan berwarna pekat atau
kecokelatan tetapi memiliki ketahanan bau yang lama.
commit to user

20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Ketel dari stainless steel, warna minyak yang dihasilkan cerah tetapi
bau tidak tahan lama.
2. Luaran (moncong), luaran ini yang nantinya mengalirkan uap hasil
pemanasan yang mengandung minyak atsiri dan distilat menuju kondensor.
3. Kondensor, berfungsi untuk mengkondensasi kondensat yang mengandung
minyak atsiri fase uap menjadi fase cair.
4. Corong, berfungsi mengalirkan kondensat menuju ke separator.
5. Separator, berfungsi memisahkan antara minyak atsiri dan air hasil sulingan.
Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan massa jenis.
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume. Minyak
memiliki massa jenis sekitar 0.8 gram/cm3 dan air memiliki massa jenis sekitar 1
gram/cm3. Fluida yang memiliki massa jenis lebih berat akan berada di bawah
fluida yang memiliki massa jenis lebih kecil. Maka dari itu, umumnya minyak atsiri
akan berada di atas air seperti yang dapat dilihat pada Gambar IV.2 Minyak Hasil
Distilasi berikut.

Gambar IV.2 Minyak Hasil Distilasi


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Namun pada beberapa tanaman, seperti cengkeh dan akar wangi, massa jenis
minyak yang dihasilkan akan lebih besar daripada massa jenis air, maka fase
commit to user

21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

minyak akan berada di bawah air, seperti yang ditunjukkan pada Tabel IV.1 Standar
Mutu Minyak Daun Cengkeh menurut SNI, 1991.
Tabel IV.1 Standar Mutu Minyak Daun Cengkeh menurut SNI, 1991.
Minyak Daun Cengkeh Karakteristik
Massa jenis pada 15oC 1.03 – 1.06 gram/cm3
Kadar Eugenol (%) 78 – 93%
(Anonim, 1991).

Selain peralatan yang dibutuhkan dalam proses distilasi, terdapat utilitas


sebagai bahan utama yang digunakan dalam proses distilasi. Adapun utilitas yang
digunakan pada proses penyulingan ini antara lain:
1. Air, berasal dari sumur pegunungan.
2. Bahan bakar, menggunakan tabung gas. Tabung gas yang digunakan yaitu
tabung gas elpiji 3 kg dan 20 kg.
3. Bahan baku, didapatkan dari hasil panen di PT. Rumah Atsiri Indonesia.
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk proses penyulingan yaitu:
a. Serai dapur, proses penyulingan dapat berlangsung selama 4 – 5 jam
b. Serai wangi, proses penyulingan dapat berlangsung selama 4 – 5 jam
c. Sirih
d. Daun pandan
e. Cengkeh
f. Cendana
g. Kayu putih, proses penyulingan dapat berlangsung selama 5 – 6 jam
h. Lavender
i. Daun pinus
Setiap proses penyulingan akan menghasilkan produk utama dan produk
samping. Produk utama dari hasil penyulingan berupa minyak atsiri dan produk
samping yang dihasilkan berupa air hasil sulingan (hidrosol), air limbah proses
penyulingan, dan limbah tanaman hasil proses penyulingan.
Pemanfaatan limbah yang dihasilkan di PT. Rumah Atsiri Indonesia yaitu:
commit to user
1. Air hasil sulingan (hidrosol). Hidrosol merupakan produk yang terbentuk

22
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bersamaan dengan minyak atsiri. Hidrosol merupakan cairan berwarna


bening dan umumnya berbau khas tanaman itu sendiri. Hidrosol banyak
dimanfaatkan sebagai campuran kosmetik dan kesehatan, seperti air hasil
penyulingan sirih dapat dimanfaatkan untuk kesehatan dan kebersihan yaitu
dengan cara dibuat mandi. Untuk hydrosol daun pandan dan serai dapur dapat
dapat dicampurkan ke dalam minuman. Air hasil sulingan citronella dapat
digunakan untuk campuran produk disinfektan.
2. Limbah tanaman hasil penyulingan dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik.
Proses pemanfaatannya dengan cara dicacah dan dibiarkan di udara terbuka
selama tiga hari untuk mempercepat proses pengomposan.
3. Air limbah yang dihasilkan selama proses penyulingan akan dibuang ke dalam
saluran pembuangan air.
Setelah proses penyulingan selesai dilakukan, maka peralatan harus
dibersihkan untuk mengurangi kerusakan pada alat distilasi dan terjadinya
kontaminasi antara minyak atsiri satu dengan yang lain di dalam alat distilasi.
Urutan pembersihan peralatan dilakukan dengan cara:
1. Setelah proses distilasi selesai, gas dimatikan dan alat harus didiamkan
selama kurang lebih 30 menit, hal ini bertujuan untuk mendinginkan peralatan
distilasi terlebih dahulu.
2. Limbah tanaman yang terdapat di dalam ketel diambil secara manual dan
diletakkan di dalam wadah yang telah disediakan.
3. Air limbah hasil proses distilasi dibersihkan dari dalam ketel dengan cara
disedot menggunakan selang. Pastikan tidak ada air yang tersisa di dalam
ketel.
4. Kondensor, separator, corong dan alat dari gelas kaca lainnya dibersihkan
dengan air sabun. peralatan dibersihkan sampai sudah tidak ada bau yang
muncul dan dikeringkan.
5. Ketel dibersihkan dengan menggunakan sabun kemudian dilanjutkan dengan
pemberian ‘porstex’.

commit to user

23
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.1.2 Distilasi Metode Uap (Metode Suling Uap)


Proses distilasi dengan metode uap langsung dapat dilihat di gedung B PT.
Rumah Atsiri Indonesia. Gedung B PT. Rumah Atsiri Indonesia ditunjukkan
melalui Gambar IV.3 Lokasi Proses Distilasi PT. Rumah Atsiri Indonesia dibawah
ini.

Gambar IV.3 Lokasi Proses Distilasi PT. Rumah Atsiri Indonesia


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Proses distilasi yang terdapat di gedung B menggunakan enam buah ketel,


enam buah kondensor, dan sebuah boiler bertekanan sebagai penghasil uap (steam).
Ketel yang terdapat di Gedung B ditunjukkan melalui Gambar IV.4 Ketel berikut.

Gambar IV.4 Ketel


commit to user
(Sumber: Dokumen Pribadi)

24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tiap ketel yang terdapat di dalam gedung B memiliki kapasitas 1.4 kwintal
dan tiap ketel digunakan untuk menyuling tanaman yang berbeda. Untuk ketel 3
digunakan untuk menyuling palmarose, ketel 4 digunakan untuk menyuling
citronella, ketel 5 digunakan untuk menyuling tanaman kayu putih, dan ketel 6
digunakan untuk menyuling tanaman lain yang sedang panen. Ketel 6 jarang
digunakan. Ketel yang ada terbuat dari bahan stainless steel, pemilihan bahan
dilakukan karena minyak yang dihasilkan cenderung berwarna kuning jernih
karena tidak terjadi reaksi antara minyak dan stainless steel, tetap untuk proses
pemanasan cenderung lebih lama.
Pada bagian ketel, terdapat manometer yang berfungsi mengetahui tekanan
di dalam ketel, tetapi manometer pada ketel rata-rata sudah rusak, jadi hanya
dengan menggunakan pengamatan visual untuk mengetahui kurang atau tidaknya
tekanan di dalam ketel. Pada bagian bawah ketel terdapat valve yang berfungsi
membuang limbah air dari ketel.
Steam masuk melalui bagian bawah ketel dan memanasi tanaman sampai
terbentuk uap hasil distilasi, kemudian uap ini dialirkan melalui pipa menuju
kondensor. Kondensor berfungsi untuk mengkondensasi uap hasil distilasi. Hasil
dari kondensasi berupa cairan yang mengandung hidrosol (air hasil sulingan) dan
minyak atsiri. Ketel dan kondensor yang terdapat di PT. Rumah Atsiri Indonesia
ditunjukkan melalu Gambar IV.5 Ketel dan Kondensor.

Gambar IV.5 Ketel dan Kondensor


commitDokumen
(Sumber: to user Pribadi)

25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil kondensasi akan dialirkan menuju separator yang ditunjukkan melalui


Gambar IV.6 Separator dibawah ini.

Gambar IV.6 Separator


(Sumber: Dokumen Pribadi)
Pada bagian separator terdapat valve yang berfungsi membuka dan menutup
separator. Ketika valve dibuka, maka hidrosol akan keluar melalui pipa di bagian
dalam separator. Ketika valve ditutup, cairan di dalam separator akan terus naik
hingga mencapai pipa bagian tengah di separator, kemudian minyak akan ke luar
dari separator.
Hasil dari proses penyulingan terdiri atas produk utama dan produk samping.
Produk utama yaitu minyak atsiri dan hydrosol sedangkan produk samping berupa
limbah cair dan limbah tanaman. Hidrosol hasil distilasi biasanya digunakan
sebagai produk disinfektan di PT. Rumah Atsiri Indonesia. Hidrosol mampu
bertahan selama 4 hari di suhu ruang. Untuk satu kali proses penyulingan, tiap ketel
mampu menghasilkan 40 liter hidrosol.
Steam yang digunakan untuk proses distilasi di PT. Rumah Atsiri Indonesia
dihasilkan oleh Boiler. Boiler merupakan alat penghasil steam. Steam digunakan
untuk memanaskan ketel dengan kapasitas di atas satu kwintal. Pada proses distilasi
di PT Rumah Atsiri Indonesia, tekanan yang mampu dihasilkan oleh boiler
mencapai 4 bar. Tekanan maksimum yang digunakan sebesar 2.5 bar untuk tiap
ketelnya, hal ini dikarenakan tekanan yang terlalu panas akan merusak tanaman dan
commitpun
rendemen minyak atsiri yang dihasilkan to user
lebih kecil,

26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bagian-bagian boiler dapat dilihat pada Gambar IV.7 Boiler berikut


1

2
3
4

5
6
7

Keterangan :
1. Pipa aliran uap
2. Valve pengaturan aliran uap
3. Boiler
4. Penunjuk volume air di dalam boiler
5. Valve pembuangan air di dalam boiler
6. Pompa air
7. Pipa aliran air menuju boiler
Gambar IV.7 Boiler
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Selain boiler, pada proses penyulingan dibutuhkan utilitas. Utilitas yang


digunakan pada proses distilasi yaitu:
1. Bahan baku.
Bahan yang digunakan dalam proses penyulingan dicacah terlebih dahulu.
Ada jenis bahan yang dicacah dan tidak dicacah. Untuk tanaman yang berbentuk
seperti batang (palmarose) harus terlebih dahulu dicacah, sedangkan pada tanaman
serai tidak perlu dicacah. Proses pencacahan dilakukan agar jumlah bahan yang
commit to user
dapat masuk ke ketel maksimal.

27
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Proses penyulingan dapat berlangsung 3 – 4 jam dan dilakukan sebanyak dua


kali dalam seminggu. Pencacahan dilakukan secara manual dengan menggunakan
golok dikarenakan alat pencacah otomatis yang ada justru tidak maksimal dalam
mencacah bahan. Panen di PT. Rumah Atsiri Indonesia biasanya dilakukan pada pagi
hari kemudian hasil panen digunakan untuk proses penyulingan. Hasil minyak
terbaik dilakukan pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena apabila dilakukan
pada musim hujan, kandungan air dalam tanaman lebih banyak dan mengurangi
rendemen minyak yang dihasilkan.
Total minyak atsiri yang dapat dihasilkan oleh setiap tanaman bervariasi,
yaitu:
a. Palmarose dengan kapasitas suling sebesar 90 kg mampu
menghasilkan minyak atsiri sebanyak rata-rata 400 ml. Masa panen dari
palmarose selama 3 – 4 bulan. Palmarose banyak dimanfaatkan sebagai
parfum dan kosmetik karena memiliki aroma mawar.
b. Lemongrass dengan kapasitas suling sebesar 140 kg mampu
menghasilkan minyak atsiri sebanyak rata-rata 300 ml. Masa panen dari
palmarose selama 3 – 4 bulan.
c. Citronella dengan kapasitas suling sebesar 100 kg mampu
menghasilkan minyak atsiri sebanyak rata-rata 800 ml. Serai wangi
digunakan sebagai campuran (aroma) dalam minyak urut.
d. Kayu putih dengan kapasitas suling sebesar 90 kg mampu
menghasilkan minyak atsiri sebanyak rata-rata 700 ml.
2. Air
Air yang berasal dari sumber mata air pegunungan dialirkan menuju media
filter untuk diolah terlebih dahulu. Proses pengolahan air bertujuan agar air yang
diproses di dalam boiler bebas dari kotoran dan endapan. Apabila air tidak diolah
terlebih dahulu maka zat pengotor dapat terbawa ke dalam pipa dan membentuk
kerak. Kerak dapat menyebabkan terganggunya laju transfer panas di dalam boiler
dan ketel.
Produk samping yang dihasilkan di PT. Rumah Atsiri Indonesia yaitu limbah
commit to user
hasil distilasi. Limbah hasil distilasi ada dua macam, yaitu limbah cair (berupa air

28
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang berwarna pekat kehitaman) dan juga limbah tanaman. Limbah tanaman dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk kompos organik untuk pertanian di sawah PT. Rumah
Atsiri Indonesia.
Untuk hidrosol tanaman serai dapur dapat dimanfaatkan sebagai campuran
minuman kesehatan oleh PT Rumah Atsiri Indonesia. Sebagai pupuk kompos,
tanaman terlebih dahulu dicacah dan dibiarkan di udara terbuka selama 4 hari untuk
mempercepat proses pembusukan. Limbah cair yang dihasilkan akan langsung
dibuang. Berikut Gambar IV.8 Hidrosol yang dihasilkan di PT. Rumah Atsiri
Indonesia.

Gambar IV.8 Hidrosol


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Proses pembersihan peralatan distilasi dilakukan sebanyak dua kali seminggu


setelah proses penyulingan selesai dilakukan. Pembersihan dilakukan dengan
proses penguapan tanaman ketela rambat yang dimasukkan ke dalam ketel yang
berfungsi untuk menetralkan bau dari ketel. Setelah proses penguapan selesai, maka
pekerja akan masuk ke dalam tangki dan dilakukan proses pembersihan secara
manual dengan digosok dengan sapu ijuk dan menggunakan hidrosol dari tanaman
yang suling, atau menggunakan sabun. Pernah digunakan air kapur putih namun
pada bagian ketel harus dibersihkan lagi dengan cara dialiri air agar sisa kapur dapat
terbuang.
commit to user

29
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.2 Produk Turunan Rumah Atsiri Laboratorium


Produk turunan yang dihasilkan di Rumah Atsiri Laboratorium yaitu produk
yang dibuat dengan tambahan bahan utama berupa minyak atsiri dan merupakan
produk aman serta mudah dibuat anak-anak maupun orang dewasa.
IV.2.1 Mosquito Repellent
Mosquito Repellent adalah cairan anti nyamuk atau serangga. Bahan utama
yang digunakan untuk membuat produk ini adalah hidrosol. Hidrosol dapat
digunakan untuk pengusir serangga karena baunya menyengat dan tidak disukai
oleh serangga. Essential oil yang ditambahkan pada produk adalah essential oil
yang mempunyai khasiat dapat mengusir serangga seperti lavender atau citronella.
Bahan pembuatan mosquito repellent ditunjukkan pada Tabel IV.2 Bahan
Pembuatan Mosquito Repellent.
Tabel IV.2 Bahan Pembuatan Mosquito Repellent
No Nama Bahan Jumlah
1 Aquadest 13 mL
2 Hidrosol (produk samping hasil penyulingan 7 ml
minyak atsiri)
3 Essential oil lavender dan citronella 0.67 ml
Diagram Alir Pembuatan Mosquito Repellent dapat dilihat pada Gambar IV.9
Skema Pembuatan Mosquito Repellent.

Aquadest 13 ml Hidrosol 7 ml Essential Oil 10 tetes ≈ 0,67 𝑚𝑙

Pencampuran dalam gelas


beker dan pengadukan
(menggunakan pengaduk
kaca), t = 5 menit

Penyimpanan dalam botol spray

Mosquito Repellent
V = 20,67 ml
≈ 21 ml
commit to user
Gambar IV.9 Skema Pembuatan Mosquito Repellent

30
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Apabila akan dibuat sebanyak 100 ml produk mosquito repellent maka


kebutuhan spesifik aquadest yaitu:
13 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Kebutuhan aquadest = 𝑥 100 𝑚𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 62 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
21 𝑚𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Maka kebutuhan spesifik produksi mosquito repellent adalah 62 ml


aquadest/100 ml produk.

IV.2.2 Bath Salt


Bath salt merupakan garam yang digunakan untuk mandi. Bath salt memiliki
manfaat untuk mempertahankan suhu panas dalam tubuh, memperlancar sirkulasi
darah di dalam tubuh, serta memiliki aroma yang dapat merelaksasi.
Bahan yang digunakan adalah garam krosok atau garam kasar, yaitu garam
mentah yang belum diproses. Garam krosok memiliki kandungan NaCl sebanyak
85%. Garam ditambahkan pewarna makanan dan disemprot alkohol sebanyak 2 ml.
Kemudian ditambah dengan essential oil. Fungsi penambahan alkohol adalah untuk
memfiksasi pewarna pada garam. Penambahan essential oil ditujukan untuk
menambah aroma pada bath salt. Bahan pembuatan Bath Salt ditunjukkan pada
Tabel IV.3 Bahan Pembuatan Bath Salt.
Tabel IV.3 Bahan Pembuatan Bath Salt
No Nama Bahan Jumlah
1 Garam krosok (NaCl kadar 85%) 20 gram
2 Etanol 70% 2 mL
3 Pewarna makanan (Ponceau 4R sebagai 0,2 ml
pewarna merah, Brilliant Blue sebagai
pewarna biru, Tartrazine sebagai
pewarna kuning)
4 Essential oil lavender, lemongrass, dan 0.54 ml
geranium

commit to user

31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Diagram Alir Pembuatan Bath salt dapat dilihat pada Gambar IV.10 Skema
Pembuatan Bath salt.

20 gram garam krosok


dimasukkan dalam gelas beker

Pemanasan menggunakan
Bunsen, T=60oC, t = 2 menit
2 ml alkohol 70% +
3 tetes pewarna (0,2 Essential oil 0,54 ml
ml) dicampur dalam
botol spray
Pengadukan (dengan pengaduk
kaca), t = 5 menit

Penyimpanan dalam botol kaca

Bath salt
Massa = 20 gram

Gambar IV.10 Skema Pembuatan Bath salt

Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk bath salt maka kebutuhan
spesifik garam krosok (NaCl 85%) yaitu:
20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
Kebutuhan garam = 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚

Maka kebutuhan spesifik produksi bath salt adalah 20 gram garam krosok
(NaCl 85%) /100 gram produk.

IV.2.3 Liquid soap


Liquid soap merupakan sabun cair yang digunakan untuk cuci tangan. Bahan
yang digunakan pada produk ini adalah texapon, aquades, NaCl, EDTA,
camperland, gliserin, pewarna, dan Essential oil. Texapon (Sodium lauril sulfat)
merupakan jenis surfaktan sebagai bahan utama dalam pembuatan sabun.
commit to user
Camperland merupakan bahan yang dapat menghasilkan lebih banyak busa. Fungsi

32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penambahan gliserin adalah untuk melembutkan tangan. Berikut ini merupakan


bahan dan skema pembuatan liquid soap. Bahan pembuatan liquid soap ditunjukkan
pada Tabel IV.4 Bahan Pembuatan Liquid Soap.
Tabel IV.4 Bahan Pembuatan Liquid Soap
No Nama Bahan Jumlah
1 Texapon (Sodium laureth sulfat) 5 gram
2 Aquades 15 mL
3 NaCl (Natrium Chlorida) 2 gram
4 EDTA (Ethylenediaminetetraacetic acid) 0,1 gram
5 Camperland (Cocomidoprophyl betaine) 2 mL
6 Gliserol 2 mL
7 Pewarna makanan (Ponceau 4R sebagai 0,2 mL
pewarna merah, Brilliant Blue sebagai pewarna
biru, Tartrazine sebagai pewarna kuning)
8 Essential oil lavender, rose, lemongrass 0,54 ml
Diagram Alir Pembuatan Liquid Soap dapat dilihat pada Gambar IV.11 Skema
Pembuatan Liquid Soap.

5 gram texapon Pengadukan sampai larut 15 ml aquades


t = 2 menit

2 gram NaCl Pencampuran bahan dan 0,1 gram EDTA


pengadukan
t= 5 menit

2 ml camperland 2 ml gliserol

0,2 ml pewarna Pencampuran dan


makanan pengadukan 0,54 ml essential oil
t = 5 menit

Penyimpanan dalam botol

Liquid Soap
V = 20 ml
commitPembuatan
Gambar IV.11 Skema to user Liquid Soap

33
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Apabila akan dibuat sebanyak 100 ml produk liquid soap maka kebutuhan
spesifik aquadest yaitu:
15 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Kebutuhan aquadest = 𝑥 100 𝑚𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 75 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
20 𝑚𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Maka kebutuhan spesifik produksi liquid soap adalah 75 ml aquadest/100 ml


produk.

IV.2.4 Minyak telon


Minyak telon adalah minyak yang biasa dibalurkan pada tubuh bayi atau
anak-anak untuk menghangatkan tubuh. Minyak telon berasal dari kata telu dalam
bahasa Jawa berarti tiga. Bahan utama dalam pembuatan produk ini ada tiga macam
yaitu minyak kayu putih, minyak adas, dan virgin coconut oil (VCO). Minyak yang
digunakan kadarnya berbeda-beda. Dalam pembuatan produk ini, perbandingan
komposisi minyak kayu putih dengan minyak adas dan virgin coconut oil (VCO)
adalah 1:1:3. Minyak atsiri yang biasa ditambahkan dalam pembuatan minyak telon
adalah lemongrass (sereh dapur), citronella (sereh wangi), dan lavender.
Penambahan minyak atsiri ditujukan untuk menambah aroma pada minyak telon
dan mempunyai khasiat lain seperti dapat mengusir nyamuk. Bahan pembuatan
minyak telon ditunjukkan pada Tabel IV.5 Bahan Pembuatan Minyak Telon.
Tabel IV.5 Bahan Pembuatan Minyak Telon
No Nama Bahan Jumlah
1 Minyak kayu putih (cajuput oil) 4 mL
2 Minyak adas (fennel oil) 4 mL
3 Virgin Coconut Oil (VCO) 12 mL
Essential oil citronella, lemongrass, dan
4 0.54 mL
lavender

Diagram Alir Pembuatan Minyak Telon dapat dilihat pada Gambar IV.12
Skema Pembuatan Minyak Telon.

commit to user

34
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4 mL minyak kayu putih 4 mL minyak adas

12 ml Virgin Coconut Oil (VCO) 0,54 ml essential oil

Pencampuran semua
bahan dan pengadukan
(dengan pengaduk kaca)
t = 5 menit

Penyimpanan dalam botol

Minyak telon
V = 20 ml

Gambar IV.12 Skema Pembuatan Minyak Telon


Apabila akan dibuat sebanyak 100 ml produk minyak telon maka kebutuhan
spesifik virgin coconut oil yaitu:
12 𝑚𝑙 𝑉𝐶𝑂
Kebutuhan VCO = 20 𝑚𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑥 100 𝑚𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 60 𝑚𝑙 𝑉𝐶𝑂

Maka kebutuhan spesifik produksi minyak telon adalah 60 ml VCO/100 ml


produk.

IV.2.5 Soap bar


Soap bar adalah sabun padat yang digunakan untuk mencuci tangan. Sabun
dibuat dari soap base yang dilelehkan dan diberi pewarna serta essential oil
kemudian dicetak dan dibiarkan mengering. Setelah mengering, sabun dikeluarkan
dari cetakan dan disimpan dalam botol wadah. Dalam pembuatan soap bar perlu
diberi tambahan pewarna agar tampilan lebih menarik. Selain itu, ditambahkan
essential oil yang berfungsi untuk menambah aroma pada sabun yang dibuat. Bahan
pembuatan soap bar ditunjukkan pada Tabel IV.6 Bahan Pembuatan Soap Bar.
commit to user

35
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel IV.6 Bahan Pembuatan Soap Bar


No Nama Bahan Jumlah
1 Soap base (sabun padat tanpa pewarna dan 20 gram
pewangi)
2 Pewarna (Ponceau 4R sebagai pewarna merah, 0,2 ml
Brilliant Blue sebagai pewarna biru, Tartrazine
sebagai pewarna kuning)
3 Essential oil lemongrass, rose, lavender, geranium 0.54 ml
Diagram Alir Pembuatan Soap Bardapat dilihat pada Gambar IV.13 Skema
Pembuatan Soap Bar.

20 gram soap base

Panaskan menggunakan
Bunsen sampai meleleh
T = 60 oC, t = 5 menit

0,2 ml pewarna Pengadukan (dengan 0,54 ml essential oil


pengaduk kaca)
t = 3 menit

Penuangan ke dalam
cetakan

Pendinginan
T = 30 oC, t = 15 menit

Soap bar
m ≅ 20 gram

Gambar IV.13 Skema Pembuatan Soap bar


Apabila akan dibuat sebanyak 100 ml produk soap bar maka kebutuhan
spesifik soap base yaitu:
20 𝑔𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑝 𝑏𝑎𝑠𝑒
Kebutuhan soap base = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 100 gram soap base
20 𝑔𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Maka kebutuhan spesifik produksi soap bar adalah 100 gram soap base/100 gram
produk. commit to user

36
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.2.6 Facemask
Facemask adalah masker yang digunakan untuk mengatasi masalah kulit
wajah. Bahan yang digunakan adalah caolin clay, sodium bikarbonat, olive oil,
vitamin E, aquades, serta essential oil. Essential oil yang digunakan disesuaikan
dengan manfaat yang ingin didapatkan dari produk ini. Bahan pembuatan facemask
ditunjukkan pada Tabel IV.7 Bahan Pembuatan Facemask.
Tabel IV.7 Bahan Pembuatan Facemask
No Nama Bahan Jumlah
1 Kaolin clay 8 gram
2 Olive oil 3 ml
3 Sodium bikarbonat 3 gram
4 Aquades 7 ml
5 Tokopherol (Vitamin E) 0.6 ml
6 Essential oil geranium, tea tree, dan lavender 0.54 ml

Diagram Alir Pembuatan Facemask dapat dilihat pada Gambar IV.14 Skema
Pembuatan Facemask.

8 gram Kaolin clay 3 gram sodium bikarbonat

7 ml aquades
Pencampuran bahan dan
pengadukan,
t = 1 menit

3 ml olive oil 0.6 ml vitamin E

Pencampuran semua bahan 8 tetes essential oil


dan pengadukan ≈ 0,54 𝑚𝐿
t = 5 menit

Penuangan ke dalam wadah

Face mask
m ≅ 20 gram

commit to user
Gambar IV.14 Skema Pembuatan Face mask

37
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk face mask maka kebutuhan
spesifik aquadest yaitu:
7 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Kebutuhan aquadest = 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 35 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡

Maka kebutuhan spesifik produksi face mask adalah 35 ml aquadest/100 gram


produk.

IV.2.7 Hand Sanitizer gel


Hand Sanitizer gel adalah cairan pencuci tangan tanpa menggunakan air yang
berbentuk gel. Produk ini terbuat dari aloe vera gel (gel lidah buaya), etanol 70%,
gliserol, dan essential oil. Aloe vera gel merupakan bahan yang dapat melembabkan
dan melembutkan tangan. Selain itu, bahan ini digunakan agar hand sanitizer dapat
berbentuk gel. Produk ini menggunakan bahan aktif berupa alkohol 70% yang
berfungsi untuk membunuh kuman. Selain itu, bahan ini menggunakan gliserol
yang berfungsi untuk melembutkan tangan. Dalam pembuatan produk ini
ditambahkan essential oil yang berfungsi untuk menambah aroma. Essential oil
yang biasa ditambahkan adalah lemongrass (sereh dapur), rose (mawar), citronella
(sereh wangi) dan lavender. Bahan pembuatan hand sanitizer gel ditunjukkan pada
Tabel IV.8 Bahan Pembuatan Hand Sanitizer Gel.
Tabel IV.8 Bahan Pembuatan Hand Sanitizer Gel
No Nama Bahan Jumlah
1 Aloe vera gel 5 gram
2 Etanol 70% 12 ml
3 Gliserol 3 ml
Essential oil lemongrass, rose, lavender,
4 0.67 ml
dan citronella

Diagram Alir Pembuatan Hand Sanitizer Gel dapat dilihat pada Gambar IV.15
Skema Pembuatan Hand Sanitizer Gel.

commit to user

38
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5 gram aloe vera gel 12 mL Alkohol 70 %

Pengadukan sampai larut


t = 5 menit
3 ml gliserin 0,67 ml essential oil

Pengadukan
t = 3 menit

Hand sanitizer gel


V = 20 ml

Gambar IV.15 Skema Pembuatan Hand Sanitizer gel


Apabila akan dibuat sebanyak 100 ml produk hand sanitizer gel maka
kebutuhan spesifik alkohol 70 % yaitu:
12 ml alkohol 70 %
Kebutuhan alkohol 70% = 𝑥 100 𝑚𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =
20 𝑚𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

60 𝑚𝑙 alkohol 70 %
Maka kebutuhan spesifik produksi hand sanitizer gel adalah 60 ml
aquadest/100 ml produk.

IV.2.8 Lotion bar


Lotion bar adalah lotion dalam bentuk padat atau batangan yang berfungsi
untuk melembabkan kulit. Produk ini dibuat dari beeswax, olive oil, grape seed oil,
dan Essential oil. Beeswax adalah lemak atau lilin yang dihasilkan dari sarang
lebah. Olive oil adalah minyak zaitun yang berfungsi untuk melembabkan kulit.
Grape seed oil yaitu minyak yang dihasilkan dari biji anggur. Fungsinya adalah
untuk melembabkan kulit. Penambahan essential oil berfungsi untuk menambah
aroma pada produk, sehingga produk lebih disukai. Selain itu, penambahan
essential oil juga mempunyai manfaat sesuai dengan jenis essential oil yang
ditambahkan. Bahan pembuatan lotion bar ditunjukkan pada Tabel IV.9 Bahan
Pembuatan Lotion Bar.
commit to user

39
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel IV.9 Bahan Pembuatan Lotion Bar


No Nama Bahan Jumlah
1 Beeswax (2-methyloksirane) 3 gram
2 Olive oil 3 ml
3 Grape seeds oil (minyak dari biji anggur) 7 ml
4 Essential oil geranium, lemongrass, dan 0.67 ml
lavender

Diagram Alir Pembuatan Lotion Bar dapat dilihat pada Gambar IV.16 Skema
Pembuatan Lotion Bar.

3 gram beeswax 3 ml olive oil

Pemanasan dengan Bunsen


7 ml grape seeds oil
sampai meleleh dan pengadukan
T = 60 oC, t = 5 menit

10 tetes Essential Oil


≅ 0,67 mL Penurunan dari gelas beker
dan pengadukan

Penuangan ke dalam cetakan


(T = 30 oC, t = 20 menit)

Lotion bar
m = 12 gram

Gambar IV.16 Skema Pembuatan Lotion bar


Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk lotion bar maka kebutuhan
spesifik beeswax yaitu:
3 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑒𝑠𝑤𝑎𝑧
Kebutuhan beeswax = 12 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 25 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑒𝑠𝑤𝑎𝑥

Maka kebutuhan spesifik produksi lotion bar adalah 25 gram beeswax/100


gram produk.
commit to user

40
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.2.9 Aromatic Slime


Slime adalah mainan anak-anak yang berupa mainan berlendir yang terbuat
dari bahan baku lem dan campuran activator kimia. Produk ini merupakan slime
yang mempunyai aroma karena ditambahkan Essential oil pada saat proses
pembuatannya. Bahan pembuatan aromatic Slime ditunjukkan pada Tabel IV.10
Bahan Pembuatan Aromatic Slime
Tabel IV.10 Bahan Pembuatan Aromatic Slime
No Nama Bahan Jumlah
1 Lem Povinal (Povinal Liquid Adhesive) 20 gram
2 Liquid Soap 10 ml
3 Activator (terbuat dari obat mata 350 ml dan sodium 5 ml
bikarbonat 5 gram)
4 Essential oil rose, lavender, dan lemongrass 0.4 ml
5 Pewarna (Ponceau 4R sebagai pewarna merah, Brilliant 0,2 ml
Blue sebagai pewarna biru, Tartrazine sebagai pewarna
kuning)
Diagram Alir Pembuatan Aromatic Slime dapat dilihat pada Gambar IV.17
Skema Pembuatan Aromatic Slime.

20 gram lem povinal 10 ml liquid soap

Pencampuran semua bahan


0,2 ml pewarna dan pengadukan, 0,4 ml essential oil
t = 5 menit

Penyemprotan dengan
5 ml activator activator dan pengadukan
sampai slime tidak lengket,
t = 10 menit

Slime
m = 20 gram

Gambar IV.17 Skema Pembuatan Aromatic Slime

commit to user

41
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk aromatic slime maka
kebutuhan spesifik lem povinal yaitu:
20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚 𝑝𝑜𝑣𝑖𝑛𝑎𝑙
Kebutuhan lem povinal = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Kebutuhan lem povinal = 100 gram


Maka kebutuhan spesifik produksi aromatic slime adalah 100 gram lem
povinal/100 gram produk.

IV.2.10 Solid perfume


Solid perfume adalah parfum berbentuk padat yang dioleskan di tubuh,
biasanya di pergelangan tangan. Bahan yang digunakan adalah beeswax, olive oil,
BHT (Butil Hidroksi Toluena), DMDM Hydyantonin, Vitamin E (Tokopherol), dan
essential oil. Beeswax merupakan saripati madu yang dibiarkan membeku lalu
diolah sehingga memiliki tekstur seperti lilin. Penambahan beeswax ditujukan agar
produk menjadi padat. Penambahan BHT memiliki fungsi untuk mengurangi
ketengikan dan memperpanjang daya simpan produk. Penambahan DMDM
Hydyantonin berfungsi sebagai pengawet untuk mencegah timbulnya jamur dan
bakteri. Vitamin E (Tokopherol) memiliki fungsi untuk menutrisi kulit. Jenis
essential oil yang digunakan disesuaikan dengan khasiat yang diinginkan dari
produk yang dibuat. Misalnya essential oil lavender memiliki manfaat untuk
relaksasi, geranium untuk meregenerasi kulit, lemongrass untuk mencerahkan kulit.
Bahan pembuatan solid perfume ditunjukkan pada Tabel IV.11 Bahan Pembuatan
Solid Perfume.
Tabel IV.11 Bahan Pembuatan Solid Perfume
No Nama Bahan Jumlah
1 Beeswax (2-methyl oxirane) 3 gram
2 Olive oil 7 ml
3 BHT (Butil Hidroksi Toluena) 0.1 gram
4 DMDM H (Dimethyloldimethyl hydantoin) 0.067 ml
5 Tokopherol (Vitamin E) 0.6 ml
6 Essential oil geranium, lavender, dan 0.67 ml
lemongrass
commit to user

42
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Diagram Alir Pembuatan Solid Perfume dapat dilihat pada Gambar IV.18
Skema Pembuatan Solid Perfume.

3 gram Beeswax 7 ml Olive oil

Pemanasan dengan Bunsen


Sampai meleleh
T = 60 oC, t = 5 menit
1 tetes DMDM Hydyantonin
≅ 0,067 ml
0,1 gram BHT
1 kapsul vitamin E
(Tokopherol) ≅ 0,6 ml
Pemanasan dengan Bunsen
dan Pengadukan (dengan
pengaduk kaca)
T = 60 oC, t = 5 menit

10 tetes Essential Oil


≅ 0,67 ml

Pengadukan dengan
pengaduk kaca,
t = 1 menit

Penuangan ke
dalam cetakan

Pendinginan dengan suhu ruang,


t =10-15 menit

Solid Perfume
m = 10 gram

Gambar IV.18 Skema Pembuatan Solid Perfume

commit to user

43
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk solid perfume maka
kebutuhan spesifik beeswax yaitu:
3 𝑔𝑟𝑎𝑚 beeswax
Kebutuhan beeswax = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚 beeswax

Maka kebutuhan spesifik produksi solid perfume adalah 30 gram beeswax


/100 ml produk.

IV.2.11 Bath bomb


Bath bomb adalah salah satu produk spa yang banyak digunakan untuk
campuran air mandi. Produk ini terbuat dari bahan-bahan seperti sodium bikarbonat
(soda kue), garam teknis (garam Epsom), tepung maizena, asam sitrat, minyak jarak
(castor oil), pewarna dan essential oil. Bahan dicampurkan menjadi satu lalu dicetak
dan dibiarkan semalaman agar mengeras sehingga bisa dikeluarkan dari cetakan
dan dapat dipakai. Bahan utama dalam pembuatan produk ini adalah sodium
bikarbonat dan asam sitrat, kedua bahan ini membuat bath bomb meletup-letup
ketika menyentuh air. Penambahan essential oil pada produk ini berfungsi untuk
menambah aroma, selain itu juga bermanfaat untuk melembutkan dan
melembabkan kulit. Bahan pembuatan bath bomb ditunjukkan pada Tabel IV.12
Bahan Pembuatan Bath Bomb.
Tabel IV.12 Bahan Pembuatan Bath Bomb
No Nama Bahan Jumlah
1 Sodium bikarbonat 20 gram
2 Garam Epsom (Magnesium Sulfat 10 gram
heptahidrat)
3 Tepung maizena 10 gram
4 Asam sitrat 10 gram
5 Minyak jarak (castor oil) 4 ml
6 Essential oil lavender, lemongrass, dan 0,27 ml
rose
7 Pewarna (Ponceau 4R sebagai pewarna 0,13 ml
merah, Brilliant Blue sebagai pewarna
biru, Tartrazine sebagai pewarna kuning)

commit to user

44
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Diagram Alir Pembuatan Bath Bomb dapat dilihat pada Gambar IV.19 Skema
Pembuatan Bath Bomb.

10 gram garam teknis


20 gram sodium bikarbonat 10 gram tepung maizena

Pencampuran bahan dan


pengadukan menggunakan
tangan, t = 3 menit
2 tetes pewarna
4 ml castor oil ≅ 0,13 ml

4 tetes essential oil


Pengadukan menggunakan ≅ 0,27 ml
tangan, t = 3 menit
10 gram asam sitrat

Pengadukan menggunakan
tangan, t = 3 menit

Masukkan ke dalam
cetakan, t = 24 jam

Bath bomb
m = 50 gram

Gambar IV.19 Skema Pembuatan Bath bomb

Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk bath bomb maka kebutuhan
spesifik sodium bikarbonat yaitu:
20 𝑔𝑟𝑎𝑚 sodium bikarbonat
Kebutuhan sodium bikarbonat = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =
50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

40 𝑔𝑟𝑎𝑚 sodium bikarbonat


Maka kebutuhan spesifik produksi bath bomb adalah 40 gram sodium
bikarbonat /100 gram produk.
commit to user

45
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.2.12 Lip balm


Lip balm adalah produk kecantikan yang digunakan untuk melembabkan
bibir. Bahan yang digunakan adalah beeswax, cocoa butter, shea butter, olive oil,
vitamin E (tokopherol), dan essential oil. Produk ini menggunakan bahan yang
berfungsi untuk melembabkan, khusus untuk produk ini menggunakan bahan yang
sifatnya food grade, yang artinya bahan tidak untuk dikonsumsi secara langsung,
namun aman jika tertelan.
Beeswax merupakan saripati madu yang yang memiliki manfaat untuk
melembabkan dan berfungsi untuk memadatkan produk. Cocoa butter merupakan
mentega yang berasal dari biji kakao yang memiliki manfaat untuk melembabkan
bibir dan mengatasi masalah bibir pecah-pecah. Shea butter adalah mentega dari
kacang shea yang memiliki manfaat untuk melembabkan. Olive oil memiliki
manfaat untuk melembabkan dan sebagai antioksidan. Vitamin E ditambahkan
untuk melembabkan bibir. Essential oil yang digunakan adalah Cananga dan
Peppermint. Essential oil ini dipilih karena sifatnya food grade dan memiliki sifat
emolien yang dapat melembabkan bibir. Bahan pembuatan Lip balm ditunjukkan
pada Tabel IV.13 Bahan Pembuatan Lip balm.
Tabel IV.13 Bahan Pembuatan Lip balm
No Nama Bahan Jumlah
1 Beeswax (2-methyloxirane) 1 gram
2 Cocoa butter (Glyceryl 1,3-distearate-2-oleate) 1 gram
3 Shea butter (mentega dari kacang shea) 2 gram
4 Olive oil 1,5 ml
5 Tokopherol (Vitamin E) 0.6 ml
6 Essential oil peppermint dan cananga 0.13 ml

Diagram Alir Pembuatan Lip balm dapat dilihat pada Gambar IV.20 Skema
Pembuatan Lip balm.

commit to user

46
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1 gram cocoa butter


1 gram beeswax 2 gram shea butter

Pemanasan dengan Bunsen


sampai meleleh, t = 5 menit 1 kapsul vitamin E
1,5 ml olive oil
≅ 0,6 ml

Pemanasan dan
pengadukan, t = 3 menit

2 tetes essential oil


≅ 0,13 ml Penurunan dari bunsen dan
pengadukan, t = 1 menit

Masukkan ke dalam
cetakan, t = 24 jam

Lip balm
m = 5,8 gram

Gambar IV.20 Skema Pembuatan lip balm

Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk lip balm maka kebutuhan
spesifik beeswax yaitu:
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 beeswax
Kebutuhan beeswax = 5,8 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Kebutuhan beeswax = 17,24 gram beeswax


Maka kebutuhan spesifik produksi lip balm adalah 17,24 gram beeswax/100
gram produk.

commit to user

47
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.2.13 Playdough soap


Playdough adalah mainan anak-anak berupa adonan mainan plastisin. Pada
produk ini, playdough dapat digunakan juga sebagai sabun. Bahan yang digunakan
untuk membuat produk ini adalah tepung maizena, liquid soap (sabun cair), gliserin
(glycerol), camperland, pewarna dan essential oil.
Liquid soap digunakan sebagai bahan pembuatan sabun. Liquid soap
merupakan sabun cair yang tidak berwarna dan tidak memiliki aroma. Camperland
merupakan nama dagang dari Cocomidoprophyl betaine /CAB/CAPB yang berupa
cairan kental sebagai pengental dan penambah busa. Fungsi penambahan
camperland dalam produk ini adalah untuk meningkatkan jumlah busa yang
dihasilkan pada saat mencuci tangan. Fungsi penambahan gliserin adalah untuk
melembutkan kulit. Essential oil ditambahkan untuk menambahkan aroma pada
play dough. Jenis essential oil yang ditambahkan adalah lavender, lemongrass
(sereh dapur), dan rose (mawar). Bahan pembuatan play dough soap ditunjukkan
pada Tabel IV.14 Bahan Pembuatan Play Dough Soap.
Tabel IV.14 Bahan Pembuatan Play Dough Soap
No Nama Bahan Jumlah
1 Tepung maizena 20 gram
2 Sabun cair (liquid soap) 10 ml
3 Gliserol 2 ml
4 Camperland (Cocomidoprophyl betaine) 2 ml
5 Essential oil lavender, lemongrass, dan 0,34 ml
rose
6 Pewarna makanan (Ponceau 4R sebagai 0,13 ml
pewarna merah, Brilliant Blue sebagai
pewarna biru, Tartrazine sebagai pewarna
kuning)
7 Olive oil 1,5 ml

Diagram Alir Pembuatan Play Dough Soap dapat dilihat pada Gambar IV.21
Skema Pembuatan Play Dough Soap.

commit to user

48
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2 ml gliserol
10 ml liquid soap 2 ml camperland

2 tetes pewarna Pencampuran bahan cair 5 tetes essential oil


≅ 0,13 ml ≅ 0,34 ml

20 gram tepung maizena

Pengadukan menggunakan
tangan, t = 3 menit
1,5 ml olive oil

Pengadukan menggunakan
tangan, t = 3 menit

Masukkan ke dalam wadah


jelly cup

Play dough soap,


m = 50 gram

Gambar IV.21 Skema Pembuatan play dough soap

Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk play dough soap maka
kebutuhan spesifik tepung maizena yaitu:
20 𝑔𝑟𝑎𝑚 tepung maizena
Kebutuhan tepung maizena = 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =
50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

40 𝑔𝑟𝑎𝑚 tepung maizena


Maka kebutuhan spesifik produksi play dough soap adalah 40 gram tepung
maizena /100 gram produk.

commit to user

49
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.2.14 Boreh Body Scrub


Boreh merupakan salah satu perawatan tubuh tradisional khas Indonesia.
Boreh berasal dari bahasa Jawa yang artinya balur. Boreh digunakan dengan cara
membalurkan pada permukaan kulit. Boreh dibuat dari rempah-rempah yang
berfungsi menghangatkan tubuh seperti jahe, pala, kencur, kunyit. Bahan lain yang
digunakan adalah tepung beras, olive oil, vitamin E, dan Essential oil. Boreh
memiliki manfaat untuk menghangatkan tubuh, memperlancar peredaran darah dan
mengurangi nyeri otot.
Dalam pembuatan produk ini menggunakan vaselin yang berfungsi sebagai
emolien atau untuk menjaga kelembaban kulit. Olive oil ditambahkan untuk
melembabkan kulit dan sebagai antioksidan. Vitamin E (tokopherol) ditambahkan
untuk melembabkan kulit. Penambahan essential oil berfungsi untuk menambah
aroma pada produk. Selain itu, essential oil juga memiliki manfaat untuk relaksasi,
meregenerasi kulit, mencerahkan kulit, dan memperbaiki fokus. Bahan pembuatan
Boreh Body Scrub ditunjukkan pada Tabel IV.15 Bahan Pembuatan Boreh Body
Scrub.
Tabel IV.15 Bahan Pembuatan Boreh Body Scrub
No Nama Bahan Jumlah
1 Vaseline 5 gram
2 Olive oil 6 ml
3 Tepung beras 7 gram
4 Bubuk jahe 7 gram
5 Bubuk kencur 3 gram
6 Bubuk pala 3 gram
7 Bubuk kunyit 1 gram
8 Tokopherol (Vitamin E) 0.6 ml
9 Essential oil lavender, geranium, 0.67 ml
lemongrass, lemon, rosemary

commit to user

50
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Diagram Alir Pembuatan Boreh Body Scrub dapat dilihat pada Gambar IV.22
Skema Pembuatan Boreh Body Scrub.

5 gram vaseline 7 gr tepung beras, 7 gr bubuk


jahe, 3 gr bubuk kencur, 3 gr
bubuk pala, 1 gr bubuk kunyit

Pemanasan dengan
Bunsen sampai meleleh
Pencampuran bahan
T = 60oC, t = 5 menit
bubuk ke dalam
mangkok
6 ml Olive oil

1 kapsul vitamin E Pemanasan dengan Bahan bubuk


≅ 0,6 ml Bunsen dan pengadukan
T = 60oC, t = 5 menit

10 tetes essential
oil ≅ 0,67 ml Penurunan dari Bunsen
dan pengadukan
t = 3 menit

Penyimpanan dalam
wadah

Boreh body scrub


m = 30 gram

Gambar IV.22 Skema Pembuatan Boreh Body Scrub

Apabila akan dibuat sebanyak 100 gram produk boreh body scrub maka
kebutuhan spesifik vaseline yaitu:
5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑣𝑎𝑠𝑒𝑙𝑖𝑛𝑒
Kebutuhan vaseline = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Kebutuhan Vaseline = 16.67 gram vaseline


Maka kebutuhan spesifik produksi boreh body scrub adalah 16,67 gram
vaseline/100 gram produk. commit to user

51
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.3 Pengembangan Eksperimen Rumah Atsiri Laboratorium


IV.3.1 Hair Mask
Hair mask merupakan masker rambut yang berfungsi untuk memperbaiki
kerusakan sekaligus memberi nutrisi pada rambut. Produk ini dibuat dengan bahan
baku berupa gel lidah buaya dan olive oil. Bahan yang dibutuhkan pada pembuatan
Hair Mask ditunjukkan pada Tabel IV.16 Bahan Pembuatan Hair Mask berikut
Tabel IV.16 Bahan Pembuatan Hair Mask
No Nama Bahan Jumlah
1 Aloe vera gel 98% 6 gram
2 BHT (Butil Hidroksi Toluena) 0.1 gram
3 Olive oil 4 ml
4 Polysorbate (Polyoxyethylene (20) sorbitan 1.5 ml
monooleate)
5 Tokopherol (Vitamin E) 1 kapsul

Diagram Alir Pembuatan Hair Mask dapat dilihat pada Gambar IV.23 Skema
Pembuatan Hair Mask.
1 kapsul vitamin E
Aloe vera gel 6 gram Olive oil 4 ml ≅ 0,6 ml

Pencampuran dalam gelas


beker dan pengadukan
(menggunakan pengaduk
kaca), t = 5 menit

Pengadukan 0.1 gram BHT


1.5 ml Polysorbate
(menggunakan pengaduk kaca)

Hair Mask

Gambar IV.23 Skema Pembuatan Hair Mask.

commit to user

52
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hair mask yang dibuat masih
memiliki beberapa kekurangan seperti yang dapat ditunjukkan pada Tabel IV.17
Hasil Pengembangan Produk Hair Mask berikut.
Tabel IV.17 Hasil Pengembangan Produk Hair Mask
No Kelemahan Produk Pengembangan Selanjutnya
1 Tekstur berminyak dan pecah Penambahan polysorbate
2 Kurang lembab di kulit Penambahan almond oil, minyak kemiri
3 Tidak tahan penguapan air Disimpan di wadah tertutup

Setelah dilakukan uji coba produk melalui beberapa penambahan bahan


didapatkan hasil bahwa tekstur hair mask sudah menyatu (tidak terbentuk dua fase
antara minyak dan air) tetapi apabila diaplikasikan ke kulit, hair mask masih
bersifat kering dan kurang lembab walaupun sudah ditambahkan almond oil dan
minyak kemiri.

IV.3.2 Shampoo Bar


Shampoo bar merupakan sampo untuk rambut dalam bentuk sabun padat atau
batangan. Produk ini menggunakan bahan berupa soap base atau sabun padat tanpa
warna dan aroma, minyak kemiri, olive oil, polysorbate, castor oil, dan camperland.
Bahan yang dibutuhkan pada pembuatan Shampoo Bar ditunjukkan pada Tabel
IV.18 Bahan Pembuatan Shampoo Bar berikut.
Tabel IV.18 Bahan Pembuatan Shampoo Bar
No Nama Bahan Jumlah
1 Soap base (Sabun padat) 10 gram
2 Minyak kemiri 1.5 ml
3 Olive oil 1.5 ml
4 Polysorbate (Polyoxyethylene (20) sorbitan 1 ml
monooleate)
5 Castor oil (minyak jarak) 1.5 ml
6 Camperland (Cocomidoprophyl betaine) 1 ml

commit to user

53
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Diagram Alir Pembuatan Hair Mask dapat dilihat pada Gambar IV.24 Skema
Pembuatan Shampoo Bar berikut.

10 gram soap base

Pemanasan menggunakan
Bunsen sampai meleleh
(T = 60 oC, t = 5 menit)

Olive oil 1.5 ml Pengadukan Minyak kemiri 1.5 ml


(dengan pengaduk kaca)
Castor oil 1.5 ml t = 3 menit Camperland 1 ml

Polysorbate 1 ml Pengadukan dan pemanasan

Penuangan ke dalam wadah

Shampoo Bar

Gambar IV.24 Skema Pembuatan Shampoo Bar

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, shampoo bar yang dibuat masih
memiliki beberapa kekurangan seperti yang dapat ditunjukkan pada Tabel IV.19
Hasil Pengembangan Produk Shampoo Bar berikut.
Tabel IV.19 Hasil Pengembangan Produk Shampoo Bar
No Kelemahan Produk Pengembangan Selanjutnya
1 Tekstur pecah, tidak menyatu Penambahan polysorbate
2 Busa yang terbentuk sedikit Mengganti soap base dengan
sodium cocoyl isotinat
commit to user
Konsentrasi sabun diperbanyak

54
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setelah dilakukan trial kedua kali dengan penambahan polysorbate, tekstur


pada shampoo bar lebih menyatu dan tidak pecah. Penambahan jumlah sabun (soap
base) menyebabkan busa yang terbentuk lebih banyak dan shampoo lebih padat
daripada trial sebelumnya. Dilakukan dua pengujian berbeda yaitu dengan
mengganti soap base dengan sodium cocoyl isotinat dan hasilnya busa yang
dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan soap base tetapi
produk lebih susah untuk memadat (mengeras menjadi shampoo batangan).

IV.4 Standar Operasional Prosedur Penyimpanan Alat dan Bahan


Laboratorium
Pada laboratorium kimia alat-alat praktikum kimia dikelompokkan kedalam
8 golongan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, didapatkan data-data alat
yang terdapat di dalam laboratorium PT. Rumah Atsiri Indonesia yaitu ditunjukkan
pada Tabel IV.20 Pengelompokkan Alat Laboratorium berikut ini.
Tabel IV.20 Pengelompokkan Alat Laboratorium
Golongan Alat
I Tabung reaksi, pengaduk kaca, gelas beaker, erlenmeyer, gelas
ukur, corong, Bunsen, pipet tetes
II Pemadam kebakaran, sendok, kaki tiga
III Rak tabung reaksi, penjepit kayu
IV Cawan porselin, mortar,piring porselin, gelas porselin
V Cup plastik, baskom, wadah bahan, pipet plastik, ember plastik
VI Gloves
VII Neraca digital listrik
VIII Neraca digital

Berdasarkan hasil pengelompokkan yang telah dilakukan berdasarkan


golongannya, perawatan alat laboratorium yang benar ditunjukkan pada Tabel
IV.21 Perawatan Alat Laboratorium berikut ini.

commit to user

55
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel IV.21 Perawatan Alat Laboratorium


Golongan Peralatan Cara Perawatan
I Alat yang terbuat 1. Pembersihan dilakukan dengan
dari gelas/kaca: menggunakan sabun atau detergen.
- Tabung Reaksi 2. Untuk alat gelas yang terkontaminasi
- Gelas Beaker dipisahkan dari alat gelas yang lain, bila
- Erlenmeyer perlu dilakukan sanitasi.
- Corong 3. Peralatan yang sering digunakan disimpan
- Pipet di tempat yang mudah terjangkau.
- Termometer 4. Masing-masing tempat penyimpanan alat
- Gelas Ukur diberi nama agar mudah mencari alat yang
diperlukan.
5. Lakukan inventarisasi alat gelas, perlu
pengecekan apakah ada kerusakan
(pecah).
II Alat yang terbuat Simpan di tempat yang kering, tidak lembab,
dari besi/logam dan bebas dari uap yang korosif.

III Alat yang terbuat Simpan pada tempat yang kering.


dari kayu/fiber
IV Alat yang terbuat 1. Simpan di tempat yang kering dan mudah
dari bahan porselen terjangkau
2. Pembersihan dilakukan dengan
menggunakan sabun atau detergen.
3. Lakukan inventarisasi, perlu pengecekan
apakah ada kerusakan (pecah).
4. Peralatan yang pecah dibuang ke tempat
sampah khusus.
V Alat yang terbuat Simpan di tempat yang kering pada suhu kamar
dari plastik terlindung dari debu dan panas.
commit to user

56
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel IV.21 Perawatan Alat Laboratorium


Golongan Peralatan Cara Perawatan
VI Alat yang terbuat Simpan di tempat yang kering pada suhu
dari karet kamar terlindung dari debu dan panas.

VII Alat-alat listrik Simpan di tempat yang kering dan terpisah,


jauh dari zat-zat kimia, bebas dari zat atau uap
korosif serta bebas goncangan.

VIII Alat-alat kimia 1. Matikan timbangan saat tidak digunakan


yang memerlukan 2. Bersihkan timbangan secara berkala dari
penyimpanan debu dan kotoran menggunakan kuas
khusus: 3. Letakkan timbangan pada tempat yang
- Neraca digital datar
4. Hindari menaruh barang diatas
timbangan saat tidak digunakan
5. Jauhkan dari alat elektronik lainnya
6. Simpan ditempat sejuk dan jauhkan dari
sinar matahari secara langsung
7. Lakukan tera ulang timbangan setiap
sebelum pemakaian

Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk pengoperasian
(manual operation). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan, dimana
buku manual merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya. Beberapa peralatan
yang dimiliki harus disusun secara teratur pada tempat tertentu, berupa rak atau
meja yang disediakan. Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan
berdasarkan penggunaannya. Setelah selesai digunakan, harus segera dibersihkan
kembali dan disusun seperti semula. Semua alat-alat ini sebaiknya diberi penutup
misalnya plastik transparan, terutama bagi alat-alat yang memang memerlukannya.
commit to user

57
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat
merusak alat yang bersangkutan (Sahabuddin, 2020).

A. Lembaran Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet)


Lembaran data keselamatan bahan (Material Safety Data Sheet atau MSDS)
untuk bahan kimia dapat ditemukan di laboratorium.
MSDS memuat informasi mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan,
penanganan zat yang berbahaya. Informasi yang termuat dalam MSDS meliputi:
1. Identifikasi bahan (Material Identification)
2. Komposisi bahan berbahaya (Hazardous Ingredients)
3. Sifat fisika dan kimia (Physical and Chemical Characteristics)
4. Data potensi bahaya kebakaran dan ledakan (Fire and Explosion
Hazard Data)
5. Data potensi bahaya terhadap kesehatan (Health Hazard Data)
6. Data reaktifitas (Reactivity Data)
7. Prosedur safety penanganan, tumpahan, kebocoran dan limbah
(Precaution for Safety Handling and Use)
8. Tindakan pengendalian untuk mengurangi bahaya (Control Measures)
B. Penanganan dan Penyimpanan Bahan Kimia
Penanganan dan penyimpanan bahan kimia yang benar yaitu:
1. Chemical splash goggles (atau pelindung wajah) dan sarung tangan
karet harus dipakai ketika menuangkan asam pekat. Peralatan itu juga
harus dikenakan ketika menggunakan bahan kimia yang sangat reaktif
atau beracun, seperti unsur natrium atau sianida
2. Lemari asam atau exhaust fan harus dinyalakan setiap menggunakan
pelarut yang mudah terbakar atau gas beracun.
3. Semua bahan kimia harus disimpan di rak atau di lemari. Salah satu cara
untuk mengatur bahan kimia adalah dengan menyimpan bahan organik
berdasarkan jumlah atom karbon dan memisahkannya dari bahan
commit
anorganik, penyimpanan to user
sesuai urutan abjad. Setelah bahan kimia

58
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diterima, beri tanggal dan inisial label agar lama persediaan dapat
ditentukan.
4. Asam dan basa pekat sebaiknya disimpan dalam nampan dan
dipisahkan dari bahan kimia lainnya.
5. Semua bahan kimia di laboratorium harus diberi label dengan label
permanen. Label harus menunjukkan nama lengkap dan bahaya utama
yang terkait dengan zat tersebut (mis. mudah terbakar, toksik). Jangan
gunakan singkatan. Sertakan tanggal mulai penggunaan.
6. Hanya "bahan tidak berbahaya” yang dapat dibuang ke dalam wastafel.
7. Botol reagen kimia, garam, dan pelarut yang rusak dapat dibuang ke
tempat sampah. Sebelum dibuang, wadah harus dibilas hingga bersih.
Jika ada label kimia, label tersebut harus dihilangkan.
8. Dikromat dalam asam sulfat dan asam kuat lainnya atau larutan
oksidator tidak boleh digunakan untuk keperluan pembersihan. Karena
pembebasan chromyl chloride yang sangat beracun, dikromat/asam
sulfat boleh digunakan hanya dalam lemari asam.
9. Agen pengoksidasi
a. Peroksida, hidroperoksida, dan peroksiester. Senyawa-senyawa
ini adalah semua bahan kimia yang mengandung oksigen aktif
yang dapat terurai menghasilkan oksigen atau zat pengoksidasi.
Bahan-bahan ini secara kimiawi tidak stabil. Peroksida organik
adalah salah satu bahan kimia paling berbahaya yang ada di
laboratorium.
b. Banyak senyawa organik, termasuk jenis berikut ini, diketahui
membentuk peroksida yang sangat berbahaya :
1. Aldehida
2. Eter, terutama eter siklik seperti THF
3. Senyawa yang mengandung atom hidrogen benzilik, mis.
cumene.
4. Senyawa yang mengandung allylene (CH2 = struktur
CHCH R).commit to user
2

59
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Keton
6. Senyawa vinyl dan vinylidena; seperti vinyl asetat dan
vinylidena klorida. Contoh bahan kimia yang membentuk
peroksida berbahaya jika terpapar lama di udara adalah:
Cyclohexene, Cyclooctene, Decalin, p-Dioxane, Ethyl
ether, Isopropyl ether, Tetrahydrofuran (THF) dan Tetralin
10. Racun Kimia
a. Sianida dan Nitril adalah zat yang paling beracun yang ditemukan
di laboratorium kimia. Senyawa ini beracun jika terhirup, tertelan
atau diserap melalui kulit. HCN akan menggantikan posisi situs
pengikatan oksigen pada molekul hemoglobin dalam sel darah
merah, menyebabkan kematian oleh kekurangan oksigen.
b. Toksisitas pelarut harus diketahui.
Pelarut yang membutuhkan perawatan khusus meliputi:
1. Hidrokarbon aromatik tertentu
2. Ester asam organik
3. Glikol, ester glikol, dan eter glikol
4. Hidrokarbon terhalogenasi
5. Turunan alkohol - metanol, etanol, dll.
6. Senyawa nitrogen seperti amina
7. Benzene tidak boleh digunakan kecuali benar-benar
diperlukan.
11. Pelarut yang mudah terbakar
Sifat-sifat cairan yang mudah terbakar:
a. Titik Nyala (flash point): suhu dimana tekanan uap membentuk
suatu campuran yang mudah terbakar dengan udara.
b. Temperatur Pengapian (ignition temperature): suhu minimum
yang menyebabkan terjadinya pembakaran.
(Hasanah, 2015).

C. commit
Prinsip Pemeliharaan Alat dan to Laboratorium
Bahan user

60
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Prinsip pemeliharaan alat dan bahan laboratorium:


1. Menjaga kebersihan alat dan kebersihan tempat penyimpanan bahan
dilakukan secara periodik
2. Mempertahankan fungsi dari peralatan dan bahan dengan
memperhatikan jenis, bentuk serta bahan dasarnya
3. Mengemas, menempatkan, menjaga, mengamankan peralatan dan
bahan praktek serta membersihkan peralatan pada waktu tidak
digunakan lagi atau sehabis digunakan untuk praktek
4. Alat-alat yang menggunakan skala ukur harus dikalibrasi secara berkala
sesuai dengan jenis alat
5. Penyimpanan alat dan bahan harus diperhatikan sesuai dengan jenisnya
6. Bahan disimpan dalam wadah tertutup
7. Cara pemeliharaan alat laboratorium yaitu:
8. Alat-alat yang terbuat dari kaca atau bahan yang tidak mudah
mengalami korosi: Pembersihan menggunakan detergen. Alat yang
terbuat dari kaca yang berlemak atau terkena noda yang sulit hilang
dengan deterjen dapat dibersihkan dengan merendamnya didalam
larutan kalium bikromat 10 % dalam asam sulfat pekat (Dibuat dari 100
g Kalium Bikromat dilarutkan ke dalam 100 ml asam sulfat pekat, lalu
dimasukkan kedalam 1 liter air) atau dengan menuangkan alkohol 70%
sebanyak 5 ml.
9. Alat-alat yang bagian-bagian utamanya terbuat dari logam mudah
mengalami korosi diberi perlindungan dan perlu diperiksa secara
periodik. Alat-alat logam akan lebih aman jika diletakkan (disimpan)
ditempat yang kering, tidak lembab dan bebas dari uap yang korosif
10. Alat-alat yang terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja tahan karat
(stainless steel), cukup dijaga dengan menempatkannya di tempat yang
tidak terlalu lembab
11. Alat-alat yang terbuat dari karet, lateks, plastik dan silikon ditempatkan
pada suhu kamar terlindung dari debu dan panas
12. commit
Alat dari kayu dan fiber to user
disimpan pada tempat yang kering

61
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV.5 Standar Operasional Prosedur Pengolahan Minyak Atsiri


1. Gambaran Prosedur:
Unit distilasi uap vertikal bahan stainless steel, terdiri dari boiler, tangki
biomassa, kondensor dan separator, digunakan untuk distilasi “uap kering” bahan
tanaman. Uap yang dihasilkan dalam boiler bergerak ke atas ke dalam tangki
biomassa tempat minyak esensial dan senyawa yang larut dalam air dibuang ke
dalam aliran uap. Aliran uap ini mengalir melalui kepala luaran, mengembun di
kondensor berpendingin air, dan terkumpul di separator, tempat minyak esensial
dan air hasil sulingan dipisahkan.
2. Informasi kesehatan dan keselamatan untuk bahan yang digunakan:
Peralatan dari bahan gelas atau kaca harus ditangani dengan hati-hati selama
perakitan, pembongkaran dan pembersihan untuk mencegah kerusakan. Tangki
panas, pipa panas dan air mendidih / uap dapat menyebabkan luka bakar
3. Tindakan Pengendalian Bahaya:
a. kacamata pengaman
b. Sarung tangan tahan panas untuk menangani peralatan panas
c. Kaos kaki dan sepatu tertutup untuk mencegah kaki terkena tanaman
yang tajam
d. Pelindung telinga untuk mencegah telinga mendengar suara bising
dalam jangka waktu lama
4. Prosedur Pembuangan Limbah:
Biomassa dapat diolah menjadi pupuk kompos atau dibuang ke tempat
sampah biasa dan tidak berbahaya.
5. Prosedur penahanan tumpahan dan pembersihan:
Biomassa dapat disapu atau diseka dengan kain basah dandibuang ke tempat
sampah.
6. Deskripsi Peralatan:
Unit destilasi uap vertikal terbuat dari bahan stainless steel, terdiri dari boiler,
tangki biomassa, kepala luaran, kondensor dan separator, digunakan untuk distilasi
"uap kering" dari bahan tanaman (lihat Gambar IV.25, IV.26, IV.27 dibawah). Uap
commit to user
diproduksi dalam boiler dengan memanaskan air hasil filtrasi. Uap ini bergerak ke

62
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

atas melalui pipa ke dalam tangki biomassa. Di dalam tangki uap akan memanaskan
biomassa dan menghasilkan minyak atsiri serta air dalam fase uap. Aliran uap
bergerak melalui kepala luaran, mengembun di kondensor berpendingin air, dan
terkumpul di separator, tempat lapisan minyak esensial dan air akan dipisahkan.
Separator dirancang khusus untuk menahan minyak yang lebih berat dari air dan
minyak yang lebih ringan dari air. Distilasi uap berbeda dengan distilasi uap
“basah” karena biomassa tidak secara langsung kontak dengan air dan desain
vertikal memungkinkan air yang terkondensasi pada biomassa mengalir kembali
ke dalam tangki biomassa.
Pipa uap

Boiler

Pompa air

Penunjuk volume Pipa aliran air


air dalam boiler
Gambar IV.25 Boiler

Gambar IV.26 Ketel dan Kondensor Gambar IV.27 Proses Pemisahan Minyak
(Sumber: Dokumen Pribadi) commit to user(Sumber: Dokumen Pribadi)

63
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Distilasi uap umumnya menghasilkan dua produk: minyak esensial dengan


kemurnian relatif tinggi dan sebuah kondensat berair yang disebut hidrosol. Minyak
esensial terdiri dari senyawa hidrofobik, terkadang minyak atsiri diproduksi dalam
konsentrasi yang sangat kecil sebagai metabolit sekunder dalam tumbuhan.
Hidrosol juga mengandung metabolit sekunder tetapi senyawa ini lebih hidrofilik.
Bagian tanaman yang biasa digunakan untuk menghasilkan minyak esensial adalah
adas, biji-bijian (almond, pala, jintan), kulit kayu (kayu manis), kayu (cedar,
rosewood, cendana), rimpang (jahe), daun (kemangi, daun salam, sage, eucalyptus,
oregano, peppermint, pine, rosemary, spearmint, tea tree, thyme, wintergreen, serai
dapur), resin bunga (chamomile, cengkeh, geranium, hop, melati, lavender,
marjoram, mawar), kulit (jeruk, lemon, jeruk nipis, grapefruit), dan akar (valerian).
Sebelum proses distilasi dilakukan, terdapat beberapa prosedur pengecekan
yang terbagi menjadi:
1. Pemeriksaan Pra-distilasi
Daftar periksa berikut ini harus dilakukan setiap kali sebelum menyiapkan
distilasi.
a. Air dingin untuk kondensor tersedia di bak cuci dan adaptor keran yang
tepat tersedia terpasang.
b. Kabel listrik dalam kondisi baik.
c. Biomassa tersedia dan disiapkan. Minyak atsiri paling baik diekstraksi
dari biomassa segar segera setelah dipanen. Jika biomassa segar perlu
disimpan antara panen dan ekstraksi, simpan di dalam kantong plastik
berlabel. Biomassa kering juga bisa digunakan. Untuk siapkan, buang
bagian tanaman yang tidak mengandung minyak dan pecah atau potong
biomassa untuk diekstraksi menjadi potongan-potongan dengan lebar
sampai 1 inchi. Secara umum, lebih kecil dan semakin tipis potongan
biomassa (bukan bubuk), semakin efisien ekstraksi.
d. Semua bagian penyuling (boiler, pipa, tangki biomassa, kepala luaran,
kondensor, separator, klem, statif, tangki untuk mengumpulkan
hidrosol, gelas kimia untuk menampung minyak atsiri) disiapkan dan
dalam keadaan bersih.commit to user

64
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Prosedur Penyulingan
a. Periksa semua peralatan apakah ada serpihan atau retakan. Bahkan
retakan kecil pun bisa menjadi masalah besar saat dipanaskan
b. Masukkan bahan biomassa yang akan diekstraksi ke dalam tangki
biomassa dengan kapasitas maksimal 1.4 kwintal
c. Isi boiler dengan air hasil filtrasi sesuai dengan penunjuk volume air
yang terpasang pada boiler
d. Alirkan air dingin ke dalam kondensor
e. Nyalakan listrik dan panaskan boiler sampai tekanan dalam boiler
mencapai 2 bar
f. Putar aliran uap di atas boiler untuk mengalirkan uap menuju tangki
biomassa. Tangki dialiri uap berurutan dari tangki yang berada paling
jauh dari boiler
g. Pastikan semua valve pada tangki biomassa (selain valve aliran uap)
dalam keadaan tertutup
h. Isi separator dengan hydrosol yang sesuai dengan isian biomassa
dengan volume ¼ dari separator. Hal ini dilakukan untuk mencegah
adanya minyak atsiri yang terbuang saat tetesan pertama
i. Atur valve aliran uap ketika penunjuk tekanan dalam tangki biomassa
melebihi 2 bar atau kurang dari 2 bar. Pengaturan uap dilakukan untuk
mencegah tangki terlalu panas dan tekanan terlalu besar karena akan
menyebabkan ledakan pada tangki, pipa
j. Ketika kondensat masuk ke dalam separator, maka akan terbentuk dua
lapisan, yaitu minyak esensial dan hidrosol. Tergantung dari bahan
yang disuling, minyak akan berada di atas hidrosol atau minyak akan
berada di bawah hidrosol.
1. Apabila minyak berada di atas hidrosol, buka valve separator
untuk membuang hidrosol ke dalam bak penampung kemudian
siapkan gelas beaker untuk menampung minyak esensial.
2. Apabila minyak berada di bawah separator, pastikan valve
separator dalam commit
keadaantotertutup
user dan siapkan gelas beaker untuk

65
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menampung minyak. Buka valve dan pastikan bahwa hanya


minyak yang akan keluar, hati-hati saat batas lapisan minyak dan
hidrosol sangat tipis.
i. Lanjutkan distilasi hingga lapisan minyak esensial tidak muncul dalam
½ jam terakhir atau hingga hidrosol yang terkumpul di separator tidak
berbau lagi (dapat diperiksa dengan mengumpulkan beberapa tetes dari
separator dalam gelas kimia kecil).
k. Untuk menghentikan distilasi, matikan boiler. Biarkan seluruh
pengaturan dingin hingga tangki biomassa cukup dingin untuk
dibersihakn (sekitar 30-40 menit).
l. Gunakan stopcock untuk menguras sisa hidrosol dengan hati-hati
m. Jika diinginkan, simpan sampel hidrosol di dalam botol berlabel.
n. Tunggu sekitar 5 menit, lalu masukkan minyak esensial ke dalam botol.
Tutup dan beri label vial. Jika minyak esensial memiliki sedikit bau
“gosong” hal itu disebabkan minyak mengandung beberapa senyawa
fenolik hidrofobik. Bau ini dapat dihilangkan dengan membiarkan botol
minyak esensial tidak ditutup selama satu hari atau dua hari. selama
waktu ini, senyawa fenolik akan menguap dan minyak esensial akan
memiliki bau lebih baik.
3. Pembersihan Alat
a. Ambil biomassa yang telah digunakan, limbah biomassa dapat
digunakan sebagai pupuk dengan cara didiamkan selama tiga hari
diudara terbuka untuk mempercepat proses pengomposan.
b. Air sabun hangat digunakan untuk mencuci peralatan gelas kaca. Gelas
harus cuci di bak rubbermaid, jangan di bak cuci tak berlapis untuk
mencegah pecahnya gelas
c. Taruh separator ke dalam bak untuk direndam.
d. Matikan air yang mengalir ke kondensor. Buang air dalam kondensor
e. Alirkan air filter ke dalam tangki untuk membersihkan sisa kotoran dari
pipa, tangki, kondensor
commit to user

66
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Proses pembersihan dapat dilakukan dengan Teepol, De grease dengan


konsentrasi 0.1% proses ini dilakukan hingga tidak ada lagi minyak
maupun bahan lain yang menempel pada pipa, tangki. Selama proses
sebaiknya pipa bypass dibuka dan ditutup untuk membersihkan pipa
dan pompa. Pipa dropline sebaiknya selalu dibuka
9. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
a. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi setiap pekerja. Alat
perlindungan diri meliputi: sarung tangan (hand gloves), masker, sepatu
yang tertutup bagian atasnya, dan jas laboratorium atau pakaian kerja.
b. Menyediakan kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K)
di tempat kerja.
c. Menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), selimut tahan api
(fire blanket), safety shower, dan eye wash.
d. Peralatan keselamatan kerja diletakkan di tempat yang strategis agar
dapat segera digunakan apabila terjadi bahaya.

IV.6 Standar Operasional Prosedur Penanganan dan Pembuangan Limbah


Rumah Atsiri Laboratorium
Sebelum melakukan proses penanganan limbah, limbah terlebih dahulu
melalui proses identifikasi dan klasifikasi. Berikut adalah tahan posedur
penanganan limbah
1. Klasifikasi Limbah
Dilakukan pemisahan limbah menurut jenisnya: limbah berbahaya dan tidak
berbahaya. Limbah tidak berbahaya terdiri dari limbah padat (organik dan non-
organik) serta limbah cair (yang tidak mengandung senyawa berbahaya). Limbah
berbahaya sesuai dengan sifat dan jenis nya dalam daftar yang dapat mengganggu
lingkungan.
2. Penanganan Limbah
Limbah yang tidak berbahaya dibuang di tempat yang sudah ditentukan.
Limbah padat ditampung ditempat ditentukan kemudian dibuang sedangkan limbah
commit pembuangan.
cair langsung dibuang melalui saluran to user Penanangan limbah yang

67
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berbahaya disimpan di wadah/ penampungan sementara menurut jenisnya


(oksidator, bersifat asam dan lain-lain). Wadah diberikan label menurut jenisnya,
kemudian pengolahan dilakukan oleh institusi pengolah limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3B). Wadah tidak bisa diambil tanpa nama bahan kimia.
Penanganan pembuangan limbah:
a. Dibungkus dengan benar. (Wadah dengan label yang jelas dan sesuai dengan
isi limbah). Wadah dari gelas kaca lebih disukai.
b. Wadah plastik polietilen dapat digunakan untuk limbah padat yang non-
reaktif.
c. Wadah Kaleng logam tidak boleh digunakan karena masalah korosi.
d. Beri label nama setiap wadah dengan benar.
e. Limbah dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu: limbah padat, limbah cair
asam kuat, limbah cair basa kuat.
f. Limbah cair asam kuat dan basa kuat sebelum dibuang, diencerkan terlebih
dahulu sampai pH netral kemudian dibuang pada wastafel khusus/ tempat
yang disediakan
g. Pipet Pasteur dan lain-lain yang tidak kontak dengan limbah kimia berbahaya,
dapat dibuang ke kotak tempat mengumpulkan limbah pecahan kaca,
kemudian dibuang di tempat sampah biasa.
h. Petugas kebersihan mengambil limbah yang dapat dibuang pada tempat
pembuangan umum.
i. Setelah fasilitas IPAL tersedia, limbah berbahaya dikumpulkan dalam satu
tempat dan kemudian diserahkan kepada pihak pengelola limbah yang
ditunjuk
3. Alat Pelindung Diri
a. Kenakan jas lab berkancing yang pas untuk seluruh prosedur.
b. Pastikan sepatu tertutup dipakai, dan rambut panjang diikat ke
belakang.
c. Kenakan sarung tangan sekali pakai (misalnya lateks atau nitril)
d. Gunakan masker sekali pakai
4. commit
Potensi Bahaya dan Tindakan to userKeamanan
Pencegahan

68
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Pastikan menyadari risiko yang terkait dengan limbah kimia yang akan
dihadapi. Dapat membaca MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk
semua bahan kimia yang terlibat. Tahu lokasi eyewash, safety shower,
pemadam kebakaran dan selimut api.
b. Pastikan laboratorium memiliki ventilasi dan pencahayaan yang baik.
c. Selalu gunakan corong berukuran sesuai untuk memindahkan cairan ke
dalam wadah limbah.
d. Bahan kimia harus dituangkan atau dibuang ke drum plastik yang sesuai
atau botol kaca yang sesuai dengan label akurat yang menampilkan isi,
perkiraan konsentrasi dan simbol berbahaya, yaitu korosif, mudah
terbakar, iritan, dll.

commit to user

69

Anda mungkin juga menyukai