Anda di halaman 1dari 11

II.

DISTILASI UAP

I. TUJUAN
Untuk mengisolasi minyak atsiri dari suatu contoh yang mengandung minyak
atsiri.

II. TEORI
Distilasi uap adalah suatu metode pemisahan dengan bantuan uap air panas
yang dialirkan pada sampel. Cara distilasi uap digunakan untuk mengambil senyawa
organik yang dapat ikut diuapkan bersama uap air. Biasanya metode distilasi uap
hanya digunakan untuk pengambilan senyawa organik golongan minyak atsiri. Pada
prinsipnya ada dua teknik pengerjaan dalam metode ini, yakni uap air dihasilkan
tersendiri, atau bahan alam langsung ditambahkan air dan dipanaskan. Untuk
sampel yang mempunyai volume besar, metode terpisah merupakan hal yang lebih
baik. Sedangkan untuk sampel (bahan dasar) yang mempunyai volume yang dapat
dimampatkan, metode pencampuran bahan baku dan air dapat digunakan.
Pada penetapan kadar minyak atsiri, bahan yang diperiksa dikeringkan di
atas kapur tohor, jika perlu digiling menjadi serbuk kasar atau dimemarkan.
Sebaiknya digunakan penggiling sederhana yang digerakkan dengan tangan, supaya
penggiling tidak menjadi panas. Pememaran dikerjakan dalam sebuah mortir,
kemudian mortir diuji dengan cairan penyuling. Alat-alat yang digunakan untuk
distilasi uap ini seluruhnya terbuat dari kaca. Dan yang perlu diperhatikan, sebelum
digunakan, buret diuji dulu dengan etanol 90%, kemudian dibebaslemakkan dengan
asam pencuci dan dibilasi dengan air hingga bebas asam. Untuk cara penetapan
dapat dibagi dua, yaitu :
1. Cara I
Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang
alat, isi buret dengan air hingga penuh, panaskan dengan penangas sehingga
penyulingan berlangsung lambat tapi teratur. Setelah penyulingan selesai,

Distilasi Uap
biarkan selama lebih kurang 15 menit, catat volume minyak atsiri pada
buret, lalu hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b.

2. Cara II
Dilakukan menurut cara yang tertera pada cara I. Sebelum buret diisi penuh
dengan air, lebih dulu diisi dengan 0,2 mL xilene yang diukur seksama.
Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca
dengan volume xilene.

Tabel 1 : Cara Penyulingan Simplisia dan Lama Penyulingannya


Simplisia Cara penyulingan Wkt
Jml Jml Cara (jam)
Nama Keadaan Jenis
(g) (mL)
Akar valerian 20 digiling air 200 II 5
Buah adas 10 utuh gliserol-air 50 I 4
Herba serpiti 30 utuh air 300 I 2
Herba timi 20 utuh air 200 I 2
Kulit jeruk diiris-iris
20 asam 100 I 5
manis (15x15) mm
Kulit kayu 20 digiling air 200 II 5
manis
Laos 40 digiling air 300 I 5
Temulawak 5 digiling air 50 I 5
Cengkeh 2 dimemarkan air 25 II 4

Ket: asam adalah campuran 1 bagian volume asam klorida encer dan 10 bagian air.

Jadi, minyak atsiri merupakan salah satu produk alam yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dimana minyak atsiri ini merupakan bahan
yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang
terdapat dalam tumbuhan. Melalui distilasi uap minyak atsiri dari jaringan
tumbuhan dapat dipisahkan. Mengikuti cara ini, uap air dialirkan dalam tumpukan
jaringan tumbuhan sedemikian rupa sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama

Distilasi Uap
dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk lapisan yang
terpisah dari air.
Beberapa contoh hasil penyulingan dari minyak atsiri yaitu :
1. minyak atsiri dari daun sereh yang mengandung kurang lebih (0,5-1,2)%
minyak,
2. minyak atsiri dari kulit kayu manis dengan proses distilasi uap dan ekstrasi.
Sebelumnya kulit kayu manis harus dihaluskan, lalu diletakkan di atas pelat
yang berlubang dalam ketel distilasi. Proses distilasipun dimulai dengan
mengalirkan uap ke dalam ketel distilasi yang berlangsung pada tekanan
atmosfer, lalu minyak yang diperoleh dipisahkan secara dekantasi dan
sentrifugasi, sedangkan residu hasil distilasi yaitu padatan kulit kayu manis
selanjutnya diekstrasi dengan pelarut untuk diambil oleoresinnya.
Pemisahan ini dilakukan dengan cara penguapan vakum. Pengaruh
perolehan dan mutu minyak atsiri dipelajari dengan menvariasikan ukuran
kulit manis dan waktu penyulingan.
Sedangkan secara umum ada sekitar dua belas jenis minyak atsiri antara
lain: minyak nilam (Patcholili oil), minyak akar wangi (Vertiver oil), minyak sereh
wangi (Cintronella oil), minyak kenanga (Cananga oil), minyak kayu putih (Cajeput
oil), minyak sereh dapur (Lemon grass), minyak cengkeh (Cloves oil), minyak
cendana (Sandalwood oil), minyak pala (Nutmeg oil), minyak kayu manis (Anamon
oil), minyak kemukus (Cubeb oil), dan minyak lada (Pepper oil).
Berdasarkan SITC (Standard International Trade Classification), minyak atsiri
dikelompokkan menjadi :
1. SITC 5513 (essential oil),
2. SITC 55131 (essential oil citrus fruit),
3. SITC 55132 (other essential oil).
Pada umumnya minyak atsiri yang dihasilkan akan mempunyai rasa getir
(pungent), berbau wangi, larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Tanaman penghasil minyak atsiri termasuk dalam family Pinaceae, Labiatae,

Distilasi Uap
Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferae dimana biasanya diambil
dari organ daun, bunga, biji, batang, kulit, akar atau rizhoma.
Secara umum pengolahan minyak atsiri dapat dilakukan melalui proses
ekstraksi dan distilasi dan alat-alat yang harus disediakan yaitu boiler, distilator,
kondensator, dan separator. Sistem pengerjaannya yaitu :
1. Boiler berisi air diatas dudukan ansang yang bahan bakarnya bisa minyak
tanah ataupun kayu bakar sampai tekanan uap mencapai 1 atm atau lebih
dialirkan ke distilator,
2. Distilator yang berisi bahan dengan kadar air yang terkandung kurang dari
20% dan sebelum dimasukkan terlebih dahulu dipotong/ diiris agar minyak
atsiri yang dikandung pada bahan mudah lepas pada tekanan 1 atm,
3. Sparator berfungsi untuk memisahkan air dan minyak atsiri yang berat
jenisnya berkisar 0,89 – 0,98
4. Pemotongan bahan dan pemanasan perlu diperhatikan untuk mendapatkan
hasil yang baik. Contohnya saja dari proses pengerjaan yang berbeda
kualitasnya juga akan menghasilkan minyak atsiri yang berbeda pula
kualitasnya. Seperti minyak cengkeh yang berwarna kuning dan minyak
cengkeh yang berwarna bening. Dari segi ekonomi minyak cengkeh bening
dapat menghasilkan keuntungan 7½ kali lipat lebih banyak dibanding minyak
cengkeh kuning tiap tahunnya. Hal ini ternyata dipengaruhi oleh rendemen
dari minyak cengkeh tersebut yang berhubungan dengan alat distilasi yang
terbagi dua, yaitu konvensional dan modern.

III. PROSEDUR KERJA


3.1. Alat dan Bahan
1. Labu didih 5. Standard/ klem
2. Trapping 6. Bahan/ sampel yang segar
3. Pendingin 7. Erlenmeyer
4. Pemanas 8. Kondensor

Distilasi Uap
3.2. Skema Kerja

memasang alat distilasi uap

sampel dipotong kecil-kecil (tidak dihaluskan)

sampel dimasukkan ke labu (± ½ labu) + air hingga ⅔ labu

didistilasi (dipanaskan) dan ukur


volume yang dihasilkan

Distilasi Uap
3.3. Skema Alat

1 3

8
5

7
Keterangan gambar :
1. Standard
2. Klem
3. Kondensor
4. Traping lurus
5. Labu didih
6. Pelarut + sampel
7. Pemanas
8. Erlenmeyer

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Hasil yang didapatkan dari percobaan ini antara lain :
1. jumlah daun kunyit yang disuling : 250 gram
2. bobot jenis daun kunyit : 0,82 g/mL
3. lama penyulingan : pukul 09.00-11.00 (2 jam),
4. volume minyak atsiri yang didapatkan : 0,1 mL,
5. trapping yang digunakan : trapping segitiga.

4.2. Pembahasan
Dari hasil terlihat walaupun proses distilasi uap berlangsung selama
dua jam namun hanya menghasilkan 0,1 mL minyak atsiri daun kunyit,
sedangkan secara teori penyulingan daun kunyit sejumlah 250 g dengan waktu
penyulingan lebih kurang 5 jam akan menghasilkan minyak atsiri yang lebih
banyak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jumlah minyak atsiri yang didapat
dipengaruhi oleh :
1. jenis alat distilasi, karena berdasarkan hasil penelitian dari minyak atsiri
cengkeh diketahui bahwa alat distilasi uap konvensional menghasilkan lebih
sedikit minyak atsiri dan kualitasnyapun kurang baik, hal ini terlihat dari
warna minyak atsiri yang kekuningan dan tidak bening,
2. teknik pengolahan sampel sebelum dimasukkan ke labu distilasi, karena
setiap sampel memiliki sifat fisika dan kimia serta kandungan yang berbeda-
beda sehingga setiap sampel harus diolah sesuai dengan karakter masing-
masing, contoh :
 Akar valerian harus digiling
 Buah adas harus dalam keadaan utuh
 Kulit jeruk harus diiris-iris (15x15) mm
 Cengkeh harus dimemarkan.
3. jumlah sampel dan lama waktu penyulingan, contohnya daun kunyit
sejumlah 250 g disuling dalam waktu 5 jam. Jadi, jika jumlah sampel atau
lama waktu penyulingan dikurangi akan mempengaruhi banyak minyak atsiri
yang diperoleh,
4. jumlah cairan penyuling harus memiliki keseimbangan dengan jumlah
sampel, karena sampel yang sedikit dengan jumlah cairan penyuling yang
banyak akan menyebabkan proses distilasi berlangsung lebih lama dan
minyak atsiri yang diperoleh lebih sedikit,
5. ketepatan pemasangan dan pemakaian alat, karena pemasangan yang tidak
baik bisa menimbulkan resiko terbentuknya celah kecil pada alat yang
memungkinkan minyak atsirinya menguap ke udara.
Karena daun kunyit memiliki bobot jenis yang lebih kecil dari air yaitu
0,82g/mL maka trapping yang digunakan adalah trapping segititga, karena pada
trapping minyak atsiri akan terkumpul di atas air sehingga resiko minyak atsiri jatuh
kembali ke labu distilasi uap sangat kecil. Sedangkan pada sampel yang memiliki
bobot jenis lebih besar daripada air, digunakan trapping lurus, karena minyak atsiri
yang terkumpul berada di bawah air. Perlu diperhatikan bahwa sampel yang lebih
ringan akan lebih cepat menguap sehingga minyak atsiri yang diperoleh juga lebih
banyak.
Selain itu, ternyata sifat fisika kimia dari minyak juga berbeda dimana distilat
yang mempunyai berat jenis dan viskositas (0,8971 g/mL; 1,07 cp) yang lebih
rendah dari residu (1,07 g/mL; 3,1-3,9 cp). Optimalisasi penggunaan unit distilasi
uap skala ketel zat pada bagian tutup atas dan tempat aliran uap akan
meningkatkan hasil rendemen dari 1,27 menjadi 2,06 (meningkat 62,2%),
sedangkan penggunaan alat distilasi uap yang modern akan meningkatkan hasil
rendemen 1,75 kali.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Dari percobaan ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. distiasi uap adalah suatu metode pemisahan dengan bantuan uap air panas
yang dialirkan ke sampel,
2. minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman yang mempunyai
sifat yang mudah menguap, berasa getir, dan berbau wangi,
3. pelarut yang digunakan adalah air karena minyak atsiri hanya dapat larut
dengan pelarut organik dan tidak dapat larut dalam air, sehingga antara
minyak atrsiri dan air di dalam air dapat dipisahkan,
4. untuk sampel yang bobot jenisnya lebih kecil dari air, digunakan trapping
segitiga, sedangkan sampel yang bobot jenisnya lebih besar dari air
digunakan trapping lurus.

5.2. Saran
Pada percobaan ini disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. daun kunyit yang digunakan pada praktikum sebaiknya diperbanyak
jumlahnya karena tidak seimbang dengan jumlah air yang ada pada labu,
2. daun kunyit sebaiknya diiris lebih besar lagi karena minyak atsirinya mudah
menguap saat irisannya terlalu halus,
3. sebaiknya lamanya waktu distilasi uap diperpanjang untuk mendapatkan
minyak atsiri yang lebih banyak.
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa atsiri?
Jawab :
Senyawa atsiri adalah senyawa organik yang berasal dari tumbuhan yang
berbau khas atau minyak yang berasal dari bahan alam yang alami yang
tidak larut dalam air dan mudah menguap.

2. Jelaskan metode lain yang dapat digunakan untuk mengekstrak senyawa


atsiri!
Jawab :

 Metode ekstraksi secara sokletasi


Yaitu melakukan penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan
pelarut tertentu.
 Perkolasi
Yaitu perendaman yang dilakukan dengan menggunakan pelarut
organik dan memakai alat perkolaktor.
 Maserasi (perendaman)
Yaitu jika senyawa organik yang ada dalam bahan alam tersebut cukup
banyak persentasenya dan ditemukan suatu pelarut yang dapat
melarutkan senyawa organik tersebut tanpa dilakukan pemanasan.
 Pemerasan (penekanan)
Yaitu khusus untuk senyawa bahan alam yang mengandung banyak
senyawa organik, terutama dalam lemak dan minyak atsiri.

3. Jelaskan jenis-jenis senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada sampel


alam!
Jawab :
Metabolit sekunder adalah bahan yang dihasilkan makhluk hidup tapi tidak
dibutuhkan oleh makhluk hidup tersebut namun bermanfaat bagi
lingkungannya. Jenis-jenisnya antara lain vitamin, minyak atsiri, senyawa
flavonoid, alkohol, polifenol, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1972. Farmakope Indonesia .Edisi III. Jakarta
Ernest, Guenther. 1990. Minyak Atsiri Jilid III A. Jakarta : UI Press
Siallagan, Johnson. 2001. Isolasi, Sitronelal, Minyak Sereh. Papua: Universitas
Cendrawasih
Sundari, Elmi. 2001. Pengambilan Minyak Atsiri dan Oleoresin dari Kulit Kayu Manis.
Bandung : Institut Teknologi Bandung
Suadi. 2002. Pengembangan Minyak Atsiri di Kalbar, Kenapa Tidak?. Pontianak :
Pontianak Post
Majang, Yunazar. 1985. Kimia Analisa Organik. Padang :Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai