Anda di halaman 1dari 24

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

INDUSTRI KECIL KIMIA

Oleh :
Ir. Erna Styani, M.Si
Dra. Sri Redjeki Setyawati, M.Si
Ika Widiana, M.T

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOGOR
BOGOR
2023
1
PRAKTIKUM I
PENYULINGAN MINYAK ATSIRI
Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan minyak atsiri yang mempunyai
nilai ekonomis.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyuling minyak atsiri dari
bermacam-macam bahan alami.
c. Mahasiswa mampu membuat minyak atsiri yang dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif dalam membangun industri rumah tangga.

Dasar Teori

Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile oil) diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti akar, batang,
daun, bunga ataupun buah. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent tase), berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air.

Gambar 1. Berbagai sumber minyak atsiri

Beberapa minyak atsiri penting


Minyak atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya.
• Minyak adas (fennel/foeniculi oil)
• Minyak cendana (sandalwood oil)
• Minyak bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf clove oil)

2
• Minyak kayu putih (cajuput oil)
• Minyak bunga kenanga (ylang-ylang oil)
• Minyak lawang
• Minyak mawar
• Minyak nilam
• Minyak serai

Minyak atsiri sangat bermanfaat, antara lain sebagai bahan pewangi dan
penyedap; bahan antiseptik internal dan eksternal, bahan analgesik, haemolitik atau
sebagai antizymatik, sebagai sedatif, stimulats untuk obat sakit perut, dan sebagai obat
cacing; penyedap makanan yang mempunyai bau yang menyenangkan dan juga
membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi; penetralisir bau yang
tidak enak dari suatu bahan. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis
tanaman penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut yang telah
digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara komersil. Pengembangan produk minyak
atsiri sangat dimungkinkan untuk penganekaragaman minyak atsiri di Indonesia.
Penyulingan (distillation). Penyulingan merupakan metode yang paling banyak
digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan terhadap minyak
atsiri yang tidak larut dalam air. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan
baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan
minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air (boiler) ke
dalam ketel penyulingan. Contoh Diagram balok proses pembuatan minyak atsiri dapat
dilihat pada Gambar 2. Sedangkan skema alat penyulingannya dapat dilihat pada Gambar
3.

3
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Minyak Nilam

Gambar 3. Skema Alat Penyulingan Minyak Nilam

Bahan
Daun tanaman yang mengandung minyak atsiri seperti daun jeruk purut, daun
cengkeh, dan lain sebagainya
Alat
Alat-alat yang diperlukan dalam penyulingan tergantung pada banyaknya bahan dan
metode penyulingan yang dilakukan. Ada tiga bagian alat yang merupakan peralatan

4
dasar, yaitu : ketel suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung hasil
kondensasi (receiver). Sedangkan untuk penyulingan uap diperlukan bagian
tambahan yaitu ketel uap. Adapun fungsi dari masing-masing bagian alat
penyulingan adalah sebagai berikut :
 Ketel Suling (retor), berfungsi sebagai wadah air dan atau uap untuk mengadakan
kontak dengan bahan serta untuk menguapkan minyak atsiri.
 Pendingin (kondensor), berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap
minyak menjadi fase cair.
 Penampung hasil kondensasi (receiver) yang berupa alat pemisah minyak
(decanter) yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air suling sehingga air
suling akan terpisah secara otomatis dari minyak atsiri.
 Ketel uap berfungsi sebagai sumber penghasil uap.

Pembuatan Minyak Atsiri.


Berikut contoh pembuatan berbagai macam minyak atsiri :
 Minyak nilam diproduksi dengan cara penyulingan, baik dengan uap (kukus)
maupun uap bertekanan tinggi.
 Minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan melalui proses penyulingan
selama 3 – 4 jam. Rendemen rata-rata minyak sereh wangi sekitar 0,6 – 1,2%
tergantung jenis sereh wangi serta penanganan dan efektifitas penyulingan.
 Minyak cengkeh cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkannya
adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama penyulingan sekitar 7 – 8
jam untuk daun basah dan 6 - 7 jam untuk penyulingan daun kering.
 Minyak kenanga diperoleh dengan cara penyulingan bunga kenanga. Di daerah
biasanya dilakukan dengan cara rebus. Hasil sulingan terdiri dari beberapa fraksi
yang mempunyai komposisi dan mutu yang berbeda. Fraksi dengan mutu paling
baik adalah yang mengandung kadar ester dan eter yang tinggi, sesquiterpen yang
rendah.
 Minyak cendana diperoleh dari hasil pengulingan jantung kayu cendana dengan
waktu penyulingan cukup lama karena titik didih minyak ini cukup tinggi.
Rendemennya sekitar 3-5%.
 Minyak kayu putih yang diperoleh dengan cara menyuling daun tanaman kayu
putih berwarna biru sampai hijau, sementara minyak kayu putih yang telah
dimurnikan berwarna kuning sampai tidak berwarna dan berbau seperti kamfer.

5
 Minyak adas secara komersil dihasilkan dengan cara penyulingan buah (biji) adas
menggunakan sistem penyulingan uap. Rendemennya sekitar 1-6%. Penyulingan
sebaiknya langsung dilakukan setelah biji dipanen. Selama proses penyulingan,
harus dijaga agar suhu kondensor agak tinggi, untuk mencegah pembekuan
minyak dalam tabung kondensor.
Selanjutnya minyak atsiri yang dihasilkan diuji kualitasnya (Tidak dipraktikkan)

Tugas :

A. Laporkan data pengamatan anda sebagai berikut :


a. Deskripsi bahan baku yang digunakan :
Nama Bahan :
Warna :
Bau :
b. Massa bahan baku yang digunakan
c. Deskripsi Minyak atsiri yang dihasilkan:
Nama Minyak :
Warna :
Bau :
d. Massa Minyak atsiri yang dihasilkan =
e. Volume Minyak atsiri yang dihasilkan =
f. BJ minyak atsiri yang dihasilkan =
B. Hitung rendemen dari minyak atsiri yang dihasilkan!
C. Parameter apa saja yang diuji untuk menentukan kualitas minyak atsiri yang anda
buat
(Cari standar kualitas minyak atsiri yang anda buat dan tuliskan sumber
referensinya).

6
PERCOBAAN II
PEMBUATAN Hand Sanitizer

Tujuan :
a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan hand sanitizer yang mempunyai
nilai ekonomis.
b. Mahasiswa mampu membuat hand sanitizer yang dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif dalam membangun industri rumah tangga.

Dasar Teori
Hand sanitizer (penyanitasi tangan) adalah cairan atau gel yang umumnya
digunakan untuk mengurangi patogen pada tangan atau merupakan pembersih tangan
yang memiliki kemampuan antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri.
Pemakaian penyanitasi tangan berbasis alkohol lebih disukai daripada mencuci tangan
menggunakan sabun dan air pada berbagai situasi di tempat pelayanan kesehatan.
Penyanitasi tangan umumnya lebih efektif membunuh mikroorganisme dan lebih
ditoleransi oleh tangan dibandingkan sabun dan air. Walaupun demikian, mencuci tangan
harus tetap dilakukan jika kontaminasi dapat terlihat atau setelah menggunakan toilet.
Penyanitasi tangan tersedia dalam bentuk cairan, gel, dan busa. Banyak hand
sanitizer yang berasal dari bahan alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan
bahan pengental, misal karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, gel atau busa
untuk mempermudah dalam penggunaannya. Gel ini mulai populer digunakan karena
penggunaanya mudah dan praktis tanpa membutuhkan air dan sabun. Gel sanitasi ini
menjadi alternatif yang nyaman bagi masyarakat.

Penyakit Akibat Tangan Kotor

Menurut Kemenkes RI (2014), penyakit yang diakibatkan oleh tangan kotor dan dapat
dicegah dengan mencuci tangan pakai sabun yaitu:
a. Diare
Diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak
balita. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat
sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air
kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini.

7
Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika kuman masuk mulut melalui
tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah dan
peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat
makannya yang kotor.
Tingkat keaktifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare
dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah mencuci tangan dengan sabun
(44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%),
penyediaan air (25%), sumber air bersih diolah (11%).
b. Infeksi Saluran Pernafasan
Infeksi saluran pernafasan merupakan penyebab kematian utama untuk anak-anak
balita. Mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi angka infeksi saluran pernafasan
ini dengan dua langkah yaitu dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang
terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen
(kuman penyakit) lainnya yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala
penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga
kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sudah makan/buang air
besar/kecil, dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%. Penelitian lain menemukan
bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang
berkaitan dengan pneumonia pada anak-anak balita hingga lebih 50%.

Bahan
 Etanol 96%
 Hidrogen Peroksida 3%
 Gliserin
 Aquadest
 Pewangi/ Parfum

Alat
 Gelas Piala
 Gelas Ukur
 Pipet Ukur
 Batang Pengaduk
 Botol Semprot

8
Cara Kerja:

- Pembuatan hidrogen peroksida


1. Siapkan gelas piala kapasitas 100ml
2. Tambahkan aquadest 30 ml
3. Tambahkan 10 ml hydrogen peroksida
4. Tambahkan aquadest hingga 100 ml
5. Aduk hingga homogen

- Pembuatan hand sanitizer


1. Etanol 96% sebanyak 250 ml dimasukkan ke dalam wadah 500 ml
2. Tambahkan 13 ml hydrogen peroksida 3% ke dalam wadah
3. Tambahkan 5 ml gliserin
4. Tambahkan 0,5 ml pewangi
5. Tambahkan aquadest hingga volume tepat 300 ml
6. Homogenkan larutan hand sanitizer dengan mengaduk secara perlahan
7. Pindahkan larutan hand sanitizer ke dalam kemasan akhir
8. Tunggu selama 72 jam sebelum digunakan

Tugas :

1. Lakukan pengamatan terhadap hasil yang didapatkan


2. Jelaskan sifat-sifat dari bahan pembuatan Hand Sa\nitizer dan cara
penanganannya.

9
PERCOBAAN III
PEMBUATAN SABUN CUCI PIRING

Tujuan :
a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sabun cuci piring cair yang
mempunyai nilai ekonomis.
b. Mahasiswa mampu membuat sabun cuci piring cair yang dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif dalam membangun industri rumah tangga.

Dasar Teori
Berdasarkan kemampuan fisiknya ada tiga macam bentuk sabun, yakni berbentuk
serbuk, berbentuk pasta, lebih populer dengan nama sabun colek, dan berbentuk cairan,
lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan memiliki aroma yang khas menjadikan
cairan pencuci piring mempunyai nilai lebih dibanding yang lain, bahkan keberadaannya
menggeser sabun colek yang lebih dahulu digunakan jauh sebelum munculnya sabun
pencuci piring cair. Sejak kemunculan sabun pencuci cair, masyarakatpun banyak yang
beralih ke cairan pencuci piring dengan alasan kepraktisan, kecepatan dan karena
bentuknya yang cair, maka lebih mudah larut dalam air dan menghasilkan busa
berlimpah dapat membersihkan dengan baik.
Penggunaan cairan pencuci piring lebih disukai masyarakat karena harganya
terjangkau dan hasilnya dalam membersihkan kotoran terutama yang menempel pada
peralatan makan. Bahkan tersedia berbagai merek dan varian aroma yang bisa dipilih
sesuai kebutuhan. Namun hal yang tidak boleh dilupakan dalam memilih produk adalah
keamanannya bagi kesehatan.
Kelebihan sabun cuci piring cair bila dibanding dengan yang padat, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Praktis, karena sabun cuci piring cair tersedia dalam bentuk kemasan botol, sehingga
dapat mudah dibawa ataupun disimpan.
2. Mudah larut dalam air dan ketika dicampur dengan air sebentar langsung berbusa.
3. Mudah berbusa dengan menggunakan spon kain, dengan begitu dapat menghemat
biaya pada saat pemakaianya.
4. Biasanya lebih ampuh dalam membersihkan lemak pada peralatan memasak.

10
Bahan
 Air Bersih
 Sodium Lauryl Ether Sulfate (SLES)
 Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LABS)
 Cocomidoprophyl betaine (CAPB)
 Pewarna
 Pewangi
 Butylated Hydroxytoluene (BHT)
 Ethylene Diamine Tetraacetic (EDTA)
 NaCl

Alat
 Timbangan
 Ember
 Wadah Plastik
 Pengaduk

Cara Pembuatan

1. Tampung air dalam wadah besar sebanyak 13,5 L


2. Tambahkan surfaktan (SLES) sebanyak 0,9 kg, kemudian diaduk hingga larut.
3. Tambahkan LABS sebanyak 0,57 kg, kemudian diaduk hingga larut.
4. Tambahkan bahan aktif CAPB sebanyak 0,75 kg, kemudian diaduk hingga larut.
5. Tambahkan pewarna sebanyak 50 mL, kemudian diaduk.
6. Tambahkan pewangi sebanyak 20 mL, kemudian diaduk.
7. Tambahkan pengawet BHT sebanyak 15 gram, kemudian diaduk.
8. Tambahkan EDTA sebanyak 15 gram, kemudian diaduk.
9. Tambahkan garam jenuh, kemudian diaduk hingga campuran mengental
10. Setelah semua larut dan mengental, produk didiamkan selama semalam untuk
menghilangkan busa yang masih terdapat di permukaan produk.
11. Produk dikemas ke dalam kemasan yang telah tersedia.

11
Tugas:
 Amati Hasil yang didapatkan
 Jelaskan fungsi dari masing-masing bahan yang digunakan
 Jelaskan pengujian apa saja yang diperlukan untuk memastikan mutu dari produk
yang dihasilkan

12
PRAKTIKUM IV
PEMBUATAN SABUN MANDI PADAT
Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sabun mandi padat yang mempunyai
nilai ekonomis.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menciptakan inovasi sabun mandi
dengan penambahan ekstrak bahan alami.
c. Mahasiswa mampu membuat sabun mandi padat atau batangan yang dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam membangun industri rumah tangga.

Dasar Teori

Sabun merupakan alat pembersih yang telah lama digunakan orang karena dapat
menghilangkan kotoran-kotoran seperti debu, bakteri dan sisa metabolisme/keringat
sehingga dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit. Selain sebagai pembersih, idealnya
sabun sekaligus sebagai perawat struktur kulit. Ukuran normal pH kulit dalam keadaan
sehat biasanya berkisar 4,5-6,5 maka untuk mempertahankan keadaan normal kulit
tersebut sebaiknya menggunakan sabun dengan pH yang tidak jauh dari kondisi kulit.
(Haryono, 1988).
Pada dasarnya sabun adalah bahan kimia yang terbuat dari bahan alam, seperti
minyak dan lemak yang direaksikan dengan bahan kimia lain yang disebut basa. Contoh
bahan kimia basa, yaitu kalium hidroksida (KOH) dan natrium hidroksida (NaOH).
Proses reaksi antara asam lemak dengan natrium atau kalium hidroksida untuk
menghasilkan garam asam lemak atau sabun dan gliserol atau gliserin yang disebut
saponifikasi.
Ketika menggunakan NaOH maka akan menghasilkan sabun padat/keras/batang,
jika menggunakan KOH, maka akan menghasilkan sabun lembut, apabila dilarutkan ke
dalam air akan menjadi sabun cair. Untuk sabun komersial pada umumnya sudah
dipisahkan gliserin yang dihasilkan dalam proses pembuatannya yang bersifat menjaga
kelembaban dan kelembutan kulit dan melindungi dari sinar matahari.

Bahan

 100 g Minyak Sawit

13
 56 g Minyak Kelapa
 40 g Minyak Jagung
 30 g NaOH + 85 g Air
 4 ml fragrance + pewarna

Alat

 APD, Masker, Kacamata pelindung dan sarung tangan


 Neraca (dengan skala terkecil 1 atau 5 gram).
 Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene - Untuk tempat larutan NaOH/KOH
dengan air.
 Wadah dari plastik - Untuk menimbang serta tempat air dan minyak.
 Kain - Untuk menutup cetakan setelah diisi sabun.
 Plastik tipis - Untuk melapisi cetakan.
 Cetakan
 Blender
 Kain - Untuk menutup blender.

Cara Pembuatan

1. Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH /
KOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium.
Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan
menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air
sedikit demi sedikit. Aduk hingga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan
berwarna keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk
didinginkan sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.
2. Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun,
Minyak Jagung, Minyak Kedelai) sesuai dengan Resep.
3. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
4. Hati-hati dalam menuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak.
5. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari
cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat
14
ke muka atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat
tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan
merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran
sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik
bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.
6. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau
aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
7. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk
insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari.
Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-
kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.

Tugas
1. Jelaskan fungsi dari masing-masing bahan
2. Tuliskan cara analisis sabun mandi padat

15
PRAKTIKUM V
PEMBUATAN SABUN LERAK

Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sabun lerak yang mempunyai nilai
ekonomis.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menciptakan inovasi produk ramah
lingkungan
c. Mahasiswa mampu membuat sabun lerak yang dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam membangun industri rumah tangga.

Dasar Teori

Lerak (Sapindus rarak DC) merupakan salah satu bahan alam yang tumbuh
mayoritas di pulau Jawa. Tanaman Lerak termasuk tumbuhan berukuran besar dengan
tinggi tanaman dapat mencapai 42 m dan diameter batang sekitar 1m. Daun berbentuk
oval, perbungaanya majemuk, berujung runcing, dan berwarna putih kekuningan.
Buahnya berbentuk bundar seperti kelereng. Buah yang tua berwarna cokelat kehitaman
dengan permukaan buah yang licin dan mengkilap. Bijinya bundar dan berwarna hitam,
daging buahnya sedikit berlendir, dan mengeluarkan aroma wangi. Buah Lerak terdiri
dari 75% daging buah dan 25% biji. Selain racun, buah Lerak juga mengandung sekitar
26% sejenis minyak yang tidak mudah mengering yang terdiri dari gliserida, asam
palmitat, dan asam stearate.

Senyawa yang terdapat pada buah Lerak didominasi saponin sebesar 28% dan
senyawa lainnya seperti alkaloid, polifenol, senyawa antioksidan, flavonoid, dan tannin.
Buah, kulit batang, biji, dan daun tanaman Lerak mengandung saponin, alkaloid, steroid,
antikuinon, flavoniod, polifenol, dan tannin. Saponin terdapat pada semua bagian
tanaman Lerak dengan kandungan tertinggi terdapat pada bagian buah. Saponin
merupakan salah satu dari metabolit sekunder yang banyak terdapat di tumbuhan.
Saponin inilah yang akan menghasilkan busa sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pencuci dan dapat pula digunakan sebagai pembersih berbagai peralatan dapur, lantai
bahkan memandikan hewan peliharaan. Saponin akan menghasilkan busa ketika

16
direaksikan dengan air. Hal inilah yang menjadi dasar penggunaan saponin sebagai
bahan pencuci dan buih yang dihasilkan akan bertahan lama.

Bahan
 Buah Lerak
 Carboxymethyl Cellulose
 Aquades

Alat

 Beaker glass
 Gelas ukur
 Kertas saring
 Pengaduk

Cara Pembuatan

1. Timbang buah lerak kurang lebih 60 gram


2. Rendam Buah lerak dengan air sebanyak 500 ml dan biarkan hingga 2x24 jam
3. Setelah direndam pisahkan daging buah dengan bijinya sambil diremas untuk
mengeluarkan saponinnya dan buang bijinya
4. Campuran dipanaskan hingga 100°C selama 15 menit.
5. Saring sehingga terpisah antara cairan dan ampas dan ukur volume yang
didapatkan.
6. Timbang CMC 2 gram kemudian masukkan ke dalam sabun cair yang telah
dibuat dalam keadaan panas.
7. Dinginkan dan amati hasil dan didapatkan

17
Tugas

1. Amati Produk yang dihasilkan dengan pengamatan :


a. Warna
b. Hasil busa ( dengan cara dimasukkan ke dalam gelas ukur, ditambahkan
aquades dan dikocok)
c. Bau
d. Tekstur
2. Jelaskan mekanisme sabun dalam membersihkan kotoran

18
PRAKTIKUM VI
PEMBUATAN KRIM SCRUB KOPI

Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan krim scrub yang mempunyai nilai
ekonomis.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menciptakan inovasi kosmetika
dengan penambahan bahan alami
c. Mahasiswa mampu membuat krim scrub kopi yang dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif dalam membangun industri rumah tangga.

Dasar Teori

Krim scrub/ lulur merupakan salah satu kosmetik perawatan kulit yang berfungsi
membersihkan pori-pori serta mengangkat sel-sel kulit mati, sehingga akan membantu
mengeluarkan toksin dari dalam tubuh dan membantu memudahkan masuknya bahan
yang mengandung gizi kedalam tubuh. Ciri-ciri lulur adalah dapat dioleskan pada kulit,
memiliki scrub atau tekstur kasar yang berguna utuk membantu pengelupasan sel-sel
kulit mati serta terdapat unsur zat yang bermanfaat untuk kulit. Perkembangan kosmetik
lulur dibuat dengan penambahan bahan alami lain yang berasal dari bahan yang sudah
tidak terpakai lagi, namun masih memiliki kandungan sesuai dengan fungsi lulur.
Bahan–bahan pada sediaan lulur mempunyai kegunaan disetiap masing–masing
bahan. Pemilihan bahan yang tepat mempengaruhi hasil sediaan lulur aman atau tidak
dalam penggunaanya. Pemilihan bahan dari alam mengurangi resiko berbahaya dalam
menggunakan sediaan lulur. Lulur adalah kosmetik perawatan yang digunakan untuk
merawat dan membersihkan kulit dari kotoran dan sel kulit mati.

Bahan

19
Komponen Jumlah
Setil Alkohol 1 g
Asam Stearat 15 g
Trietanolamin 2 g
Propilen glikol 5 g
Gliserin 5 g
Propil paraben 0,1 g
Metil paraben 0,6 g
Kopi 10 g
Aquadest 100 ml

Alat
 Batang pengaduk,
 beaker gelas,
 hot plate,
 penangas air,

Cara Kerja
1. Ditimbang semua bahan yang diperlukan.
2. Pisahkan bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air.
3. Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol, dilebur di atas penangas air
dengan suhu 70ºC, kemudian ditambahkan propil paraben (bahan A).
4. Fase air yang terdiri dari propilen glikol, trietanolamin dan metil paraben
dilarutkan di dalam air panas dengan suhu 70°C (bahan B).
5. Masukkan Bahan A ke dalam wadah, lalu masukkan bahan B sedikit demi sedikit
diaduk konstan sampai terbentuk massa krim.
6. Setelah terbentuk massa krim, dicampurkan dengan kopi yang sudah sedikit demi
sedikit, diaduk sampai terbentuk krim yang homogen
7. Simpan krim dalam wadah bertutup.

Tugas
1. Jelaskan fungsi dari masing-masing bahan

20
2. Tuliskan pengujian apa saja yang diperlukan untuk memastikan mutu krim scrub

PRAKTIKUM VII
PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemanfaatan minyak jelantah menjadi biodiesel


yang mempunyai nilai ekonomis.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menciptakan inovasi dalam
pengolahan limbah rumah tangga dan industry kecil
c. Mahasiswa mampu membuat biodiesel yang dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam membangun industri rumah tangga.

Dasar Teori

Minyak goreng bekas atau yang dikenal dengan minyak jelantah berpotensi
memiliki nilai pasar yang tinggi. Minyak jelantah berpeluang untuk diolah menjadi
biodiesel yang dapat digunakan menjadi subtitusi minyak solar bagi mesin diesel. Bahan
Bakar Nabati adalah bahan bakar yang berasal dari bahan-bahan nabati dan/atau
dihasilkan dari bahan-bahan organik lain. Bahan Bakar Nabati terdiri dari Biodiesel,
Bioetanol dan Minyak Nabati Murni.

Biodiesel adalah bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa ester
metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau
lemak hewani melalui proses esterifikasi/ transesterifikasi. Biodiesel dapat diaplikasikan
baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat
konsentrasi tertentu seperti B20

Siklus pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel diawali dengan proses


pemurnian kemudian disaring kemudian dicampur dengan arang aktif lalu dinetralkan.
Setelahnya dilakukan transferivikasi yang menghasilkan biodiesel kasar dan dimurnikan
untuk menghasilkan biodiesel

21
Bahan

 Minyak jelantah
 KOH
 Methanol
 Aquades
 Karbon aktif

Alat

 Gelas beaker
 Burete
 Corong pemisah
 Corong
 Kain penyaring

Cara Kerja

1. Buatlah larutan 1 g KOH dalam 1 liter air (larutan titrasi)


2. Campurkan 1 ml minyak dengan 10 ml isopropil alkohol
3. Tambahkan 2-3 drops indikator PP
4. Titrasi sampai berubah warna, ulangi 3 kali
5. Rata – ratakan volume larutan titrasi.
6. Volume ditambah 7

Rumus kebutuhan katalis KOH = V minyak x (V titrasi + 7)

V Methanol = 20% V minyak

7. Saring minyak jelantah dengan kain


8. Rendam minyak jelantah dengan karbon aktif selama 24 jam dan saring kembali
9. Siapkan 100 ml minyak jelantah
10. Campurkan KOH dengan methanol (methoxide)

22
11. Campurkan larutan methoxide ke minyak jelantah dengan pemanasan 80 °C
12. Aduk sampai rata dan dibiarkan 8-10 jam sampai terbentuk dua lapisan biodiesel
dan gliserol.
13. Pindahkan ke corong pemisah, pisahkan masing masing lapisan.
14. Cuci biodiesel dengan air dan kocok.
15. Cuci hingga air pencuci masih jernih.
16. Panaskan biodisel pada suhu 130 °C selama 10 menit.
17. Biarkan biodiesel dingin kemudian simpan dalam wadah tertutup rapat

Tugas
1. Jelaskan Reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan biodiesel
2. Tuliskan pengujian apa saja yang diperlukan untuk memastikan mutu biodiesel

23
DAFTAR PUSTAKA

Ayucitra Aning, Nani Indraswati, 2011, Potensi Senyawa Fenolik Bahan Alam Sebagai
Antioksidan Alami Minyak Goreng Nabati, Jurnal, Widya Teknik Vol. 10, No 1,
2011 (1-10) www.academia.edu/3589535/POTENSI_SENYAWA_
FENOLIK_BAHAN

Djaeni, dkk., 2002, Pengolahan Limbah Minyak Goreng Bekas menjadi Gliserol dan
Minyak Diesel melalui Proses Trans-Esterifikasi, UNDIP, Semarang, Prosiding
Seminar Nasional, Kejuangan Teknik Kimia Yogyakarta

Doyle, M.P. Beuchat. L. R and Montville, T.J, 2001, Food Microbiology, Fundamentall
and Frontier ASM Press, Washington.

Fathony Achmad, Ananta Wira Pratama, Dinaino Nabiu, 2011, Edible Coating dan
Edible Film. Makalah, Fakultas Perikanan dan Teknik Kelautan, UnBra

Guenther, E, 1987, Minyak Atsiri, diterjemahkan oleh R.S. Ketaren dan R. Mulyono,
Jakarta IU Press.

Kingsley, P. (2003). The Hair Bible: A Complete Guide to Health and Care. Aurum
Press Ltd.

Purwandari, V. Silitonga, M. Thaib, C.I. Sitohang, I. Formulasi Sediaan Krim Lulur


Kopi Arabika (Coffea Arabica) Sebagai Anti-Aging. Farmanesia Vol 5 2018

Root , Morris J.1972. Cosmetics Sience and Technology 2nd Volume 2, John Wiley &
Sons, Inc

S. Ketaren, 1991, Minyak dan Lemak, UI Press, Jakarta.

Wijayanti,F. Sari, M. Suprayitno, R. Aminin, D. Sabun Gel Berbahan Buah Lerak


(Sapidus rarak DC). Jurnal Sains dan Terapan Kimia. 2020

24

Anda mungkin juga menyukai