Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Indonesia memiliki banyak sumber daya alam dalam bidang

agrobisnis. Salah satu sumber daya alam yang potensial adalah jeruk purut.Jeruk purut termasuk suku Rutaceae yang berasal dari Asia Tenggara yang banyak ditanam di beberapa negara termasuk Indonesia. Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Daun jeruk purut mengandung sabinena dan limonena yang berguna untuk kosmetik, aromaterapi, pencuci rambut, antelmintik, obat sakit kepala, nyeri lambung dan biopestisida. Daunnya juga sering digunakan sebagai rempah yang berfungsi untuk memberi aroma yang khas pada masakan. Minyak atsiri umumnya merupakan komponen pemberi bau yang khas, atau disebut minyak eteris, minyak menguap atau essential oil yaitu bahan aromatis alam yang berasal dari tumbuhan. Ciri minyak atsiri antara lain mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya dan bersifat larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Guenther, 1987). Minyak memiliki bau mirip tanaman asalnya yang diambil atsiri

dari bagian-bagian

tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis. Dari sekian ratus minyak atsiri yang diperdagangkan di dunia, tanaman dari jenis jeruk-jerukan (genus Citrus) adalah yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku minyak atsiri. Terdapat sekitar 12 jenis minyak atsiri dengan nama dagang berbeda yang diproduksi dari tanaman famili Rutaceaeini. Salah satunya adalah kaffir lime oil atau minyak atsiri daun jeruk purut. Menurut Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, yang dikutip dari situs balitjestro.litbang.deptan.go.id, bahwa setiap tahun mampu dihasilkan 10 ton daun jeruk purut per 1 Ha luasnya.

1.2. Tujuan 1. Untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam jeruk purut 2. Untuk mengetahui kandungan minyak atsiri dan manfaat minyak atsiri 3. Serta untuk menganalisis ekonomi minyak atsiri

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Jeruk Purut Jeruk (atau limau/limo) purut (Citrus hystrix D.C.) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir lime. Jeruk purut merupakan tanaman yang termasuk dalam anggota suku jerukjerukan(rutaceae), sub family aurantioidae, genus citrus, sub genus papeda dan spesies citrus hystrix(sarwono,1986). Jeruk purut banyak ditanam orang di pekarangan atau di kebun. Daunnya merupakan daun majemuk menyirip beranak daun satu. Tangkai daun sebagian melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjang 8 -15 cm, lebar 2 6 cm, kedua permukaan licin dengan bintik bintik kecil berwarna jernih, permukaan atas warnanya hijau tua agak mengilap, permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuningan, buram, jika diremas baunya harum. Bunganya berbentuk bintang, berwarna putih kemerah-merahan atau putih kekuningkuningan. Bentuk buahnya bulat telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjolbenjol, rasanya asam agak pahit. Jeruk purut termasuk suku rutaceae yang berasal dari Asia Tenggara yang banyak ditanam dibeberapa negara termasuk Indonesia. Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Daun jeruk purut mengandung sabinena dan limonena yang berguna untuk kosmetik, aroma terapi, pencuci rambut, antelmintik, obat sakit kepala, nyeri lambung, dan biopestisida. Daunnya juga sering digunakan sebagai rempah yang berfungsi untuk memberi aroma yang khas pada masakan.

2.2. Minyak Atsiri Minyak atsiri yang berasal dari daun jeruk purut disebut combava petitgrain dalam bahasa afrika, yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, flavor, parfum, pewarna, dan lain-lain. Misalnya dalam

industri pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam produk-produk olahan. Minyak daun jeruk purut mengandung senyawa aldehida yang sangat tinggi sehingga cocok sebagai antibakteri dan mikroorganisme lain. Aromanya yang menyegarkan, membersihkan dan mengurangi peradangan saluran pernafasan.Minyak daun jeruk purut dalam perdagangan internasional disebut kaffir lime oil. Minyak atsiri ini banyak diproduksi di Indonesia dengan output beberapa ton pertahun. Harga kaffir lime oil asal Indonesia yaitu sebesar USD 65,00-75,00 perkilogram. Minyak atsiri merupakan minyak yang terkandung dalam bahan-bahan alami seperti dari tanaman cengkeh, serai, nilam, jeruk purut dan lain-lain (Somantri, 2009). Jeruk purut mengandung citronelal merupakan salah satu minyak atsiri. Minyak atsiri dapat diperoleh melalui proses destilasi atau penyulingan. (Guenther, 1987).

2.3. Komponen dan Kandungan Kimia Minyak Daun Jeruk Purut Tabel 1. KANDUNGAN KIMIA Komponen Kimia Kalori Kadar air Lemak Protein Karbohidrat Fiber Kadar abu Ca(mg) P(mg) Fe(mg) Karoten Vitamin : Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Asam Askorbat (mg) Komposisi (%) 146,0 57,1 3,1 6,8 29,0 8,2 4,0 1,672 20,0 3,8 1,185 0,20 0,35 1,0 20,0

2.4. Proses Penyulingan dan Ekstraksi Minyak Atsiri Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak. Didunia komersil, metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain :
1. 2. 3.

Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation) Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation) Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation) Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa

pertimbangan seperti jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi. Berikut ini masing-masing metode penyulingan diatas :

1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation) Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja. Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi seperti mawar dan melati. Meskipun demikian bunga mawar, melati dan sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem enfleurasi, bukan destilasi.Yang perlu diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti karat seperti stainless steel, tembaga atau besi berlapis aluminium. 2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation) Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.Cara ini
5

adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri danproses difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation).Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan.

3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation) Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll. 2.5. Minyak daun jeruk purut (Kaffir lime oil) Minyak atsiri ini dihasilkan dari penyulingan daun jeruk lime (Citrus hystrix) dan dalam perdagangan disebut kaffir lime oil. Daun jeruk purut seharihari diperdagangkan dan diguna-kan sebagai bumbu atau penyedap dalam berbagai masakan. Bila dilihat dari aspek kimia, komponen utama dari minyak ini adalah senyawa sitral, menyerupai minyak sereh dapur atau lemon grass oil. Flavor minyak daun jeruk purut agak berbeda dari flavor minyak sereh dapur, minyak daun jeruk purut lebih segar dan lebih lembut, sehingga banyak digunakan
6

dalam pengolahan makanan, sementara minyak sereh dapur banyak digunakan dalam formula parfum. Penyulingan minyak daun jeruk purut belum banyak dilakukan, namun dengan berkembang-nya industri makanan, minuman dan flavor, minyak daun jeruk purut merupakan salah satu alternatif yang potensial. Hasil penyulingan yang di-lakukan di Balittro, rendemen minyak daun jeruk purut berkisar antara 1,0-1,5% (Anonimous, 2004). Berikut ini karakteristik minyak daun jeruk purut hasil penyulingan.

Tabel 2. Karakteristik minyak daun jeruk purut Karakteristik Berat jenis Indeks bias Putaran optik Kelarutan dalam ethanol Bilangan ester Kadar sitral Nilai 0,86 1,46 -2o 30 Larut jernih 1:1 10,10 32,5

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). Shriner et al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan like dissolve like. Tabel 3. Komponen Minyak Daun Jeruk Purut Komponen Prosentase Sitronelal 81,49% Sitronelol 8,22% Linalol 3,69% Geraniol 0,31% Komponen Lain 6,29%

Sitronellal merupakan senyawa monoterpena yang mempunyai gugus aldehid, ikatan rangkap dan rantai karbon yang memungkinkan untuk mengalami reaksi siklisasi aromatisasi.

2.6. Kaya Senyawa Bermanfaat Kandungan daun jeruk purut cukup beragam antara lain zat tannin, steroid triterpenoid dan juga minyak atsiri. Sumber bau harum pada daun jeruk purut sesungguhnya berasal dari kandungan minyak atsirinya yang tinggi. Minyak ini dikenal juga dengan nama minyak Eteris atau Aetheric Oil. Merupakan komponen terbesar minyak nabati. Wujudnya kental dan mudah menguap di suhu ruang sehingga menebarkan aroma yang khas. Mintak atsiri sering dijadikan dasar wewangian dan disebut sebagai bibit minyak wangi. Khasiat minyak atsiri bagi kesehatan cukup beragam antara lain, sebagai median relaksasi, mengolah stress, sebagai antibiotic konvensional yang sangat aktif terhadap mikroba seperti bakteri, virus dan juga jamur. Dengan menggunakan daun jeruk, khasiat minyak atsiri bisa Anda dapatkan. Manfaat daun jeruk purut yang paling utama adalah sebagai penambah aroma masakan. Bisa dalam keadaan segar maupun kering. Jika Anda penggemar masakan Thailand seperti Tom Yam dan Tom Khaa, pasti Anda sudah familiar dengan nikmatnya pengaruh rasa daun jeruk purut. Kandungan daun jeruk purut seolah melebur dalam cita rasa masakan dan menjadikannya istimewa. Tak hanya Thailand, Negara seperti Kamboja, Semenanjung Malaya dan lainnya juga gemar menjadikan daun jeruk purut sebagai penguat rasa. Indonesia juga demikian, pasti Anda sudah tidak asing dengan rempeyek. Penganan yang satu ini akan lebih nikmat jika ditambahkan irisan segar daun jeruk purut. Sementara itu, di Pulau Sumatera dan juga Pulau Bali, daun jeruk purut sering dijadikan bumbu pelengkap ayam dan ikan bakar.

2.7. Analisis ekonomi pasar minyak atsiri Impor minyak atsiri dari tahun ke tahun terus meningkat baik nilai maupun jenisnya. Besarnya nilai impor minyak atsiri serta pesatnya perkembangan usaha industri di dalam negeri memberi petunjuk bahwa potensi pasardi dalam negeri cukup besar dan semakin berkembang. Dengan demikian dari segi kebutuhan dalam negeri saja peluang pengembangan minyak atsiri Indonesia cukup terbuka. Dari segi potensi sumberdaya, bahan tanamanpenghasil minyak-minyak atsiri tersebut cukup tersedia dan dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia.Daun jeruk purut sudah sejak lama dikembangkan dan digunakan sebagai penyedap pada berbagai masakan. Penyulingan daun jeruk purut menjadi minyak atsiri merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kerusakan karena penyimpanan atau kerusakan lain yang umum terjadi pada hasil tanaman hortikultura (Wijaya et al., 2000). Disamping ketersediaan bahan tanaman, ragam lingkungan yang luas (jenis tanah dan iklim) memberi peluang dan pilihan yangsangat besar untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman minyak atsiri baru. Setiap hari Samsudin merajang 1.200-1.500 Kg campuran ranting dan daun "Citrus hystrix" segar. Bahan baku dicacah supaya minyak yang tersimpan di dalam jaringan tanaman lebih mudah terangkat saat disuling. Cacahan itu lantas dikukus dalam 2 tungku berkapasitas 250 kg selama 5 jam.

Dalam sehari Samsudin 3 kali menyuling. Dari 250 kg bahan baku menghasilkan 1,5 kg minyak atau rendemen 0,6%. Artinya Samsudin mendulang 9 kg kaffir lime oil dalam sehari. Dengan harga jual Rp600.000-Rp700.000/kg, omzetnya Rp5,4-juta-Rp6,3-juta/hari alias Rp162-juta-Rp189-juta/bulan.

Bahan baku diperoleh dari pekebun jeruk purut yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Tulungagung. Kabupaten berjarak 154 km dari Surabaya itu memang salah satu sentra jeruk purut. Luas penanaman mencapai 150 ha.

Samsudin hanya mengambil bahan segar. 'Idealnya 1-2 jam setelah panen,' ujarnya. Berdasarkan pengalaman, bila daun layu aroma khas minyak jeruk purut berkurang. Bahkan kalau sampai kering aroma minyak nyaris hilang.

Dari penyulingan minyak jeruk purut pria 42 tahun itu mengutip laba Rp100.000-Rp200.000 per kg atau Rp900.000-Rp1,8-juta per hari. Nilai itu memang lebih kecil dibandingkan keuntungannya waktu menyuling nilam.

Keuntungan lebih tipis karena biaya produksi minyak kaffir lebih tinggi daripada nilam Minyak kaffir Rp500.000-Rp600.000/kg, nilam rata-rata Rp300.000/kg. Biaya menjulang karena rendemen hanya separuh dari produksi nilam yang mencapai 1,2%. Sedangkan pengeluaran lainnya seperti konsumsi bahan bakar dan biaya tenaga kerja, sama.

Dari pencarian itu ia berhasil mengumpulkan beberapa komoditas sumber minyak asiri seperti jeruk purut Citrus hystrix, lajagowah "Alpinia malaccensis", jahe "Zingiber officinale", dan adas "Foeniculum vulgare'. Harga minyak keempat komoditas itu tergolong tinggi, berkisar Rp600.000-Rp700.000/kg. Sebagai percobaan, aneka jenis bahan baku itu disuling dengan alat penyuling mini berkapasitas 50 kg.

10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.

Kesimpulan 1. Jeruk (atau limau/limo) purut (Citrus hystrix D.C.) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. 2. Penyulingan daun jeruk purut menjadi minyak atsiri merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kerusakan karena penyimpanan atau kerusakan lain yang umum terjadi pada hasil tanaman hortikultura. 3. Kandungan daun jeruk purut cukup beragam antara lain zat tannin, steroid triterpenoid dan juga minyak atsiri. 4. Impor minyak atsiri dari tahun ke tahun terus meningkat baik nilai maupun jenisnya. Besarnya nilai impor minyak atsiri serta pesatnya perkembangan usaha industri di dalam negeri memberi petunjuk bahwa potensi pasardi dalam negeri cukup besar dan semakin berkembang. Saran Penerapan penggunaan metode-metode penyulingan untuk mendapatkan

3.2.

minyak atsiri dari jeruk purut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi. Untuk itu saat proses penyulingan dilakukan sebaiknya memperhatikan pertimbangan tersebut agar mendapatkan hasil yang baik.

11

Anda mungkin juga menyukai