BAB I
PENDAHULUAN
Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae.) yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke
negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia,
ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di
Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik
khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan
dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau
bird’s eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya
lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya
mencapai 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama
dengan varitas cabai lainnya.
Cabai rawit dapat tumbuh baik didataran tinggi , maupu di dataran rendah . bertanam cabai rawit
dapat memberikan nila ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan sungguh –
sungguh .Satu hektar tanaman cabai rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabai rawit karena
tanaman cabai rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim
tanam .
Tanaman cabai rawit menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl.
Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas
bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung
meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5
cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau
2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya
buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung
meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah
muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang.
Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri
dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada
tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah
muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda
berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu
masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap.Cabal rawit dapat diperbanyak
dengan biji.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah yang dapat kami susun
adalah sebagai berikut :
a. Apa funsi dari cabai rawit?
b. Seberapa besar kegunaan cabe rawit di Indonesia?
c. Seberapa besar keuntungan menanam cabe rawit?
d. Bagaimana bercocok tanam cabe rawit yg baik dan benar?
e. Hal – hal apa saja yang berhubugan dalam pembudidayaan cabai rawit?
Dalam rumusan masalah diatas terdapat beberapa tujuan dan manfaat yang dapat kami petik
diataranya :
a. Untuk mengetahui keuntungan budidaya cabe rawit.
b. Bisa mengetahui peluang pasar dari budidaya cabe rawit.
c. Bisa mengetahui bagaimana menanam cabe rawit yang baik dan benar.
Metode yang diambil oleh penulis dalam penyusunan makalah ini dalam penelitian cabe rawit
adalah sebagai berikut :
a. Terjun langsung ke lapangan.
b. Melakukan wawancara dengan narasumber
c. Praktek langsung dalam pembudidayaan cabe rawit.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pesemaian
Pesemaian merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit tanaman atau calon tanaman yang baik
. adapun tahapan pesemaian adalah sebagai berikut :
a. Membuat bedeng atau tempat persemaian.
Ukuran bedeng persemaian sebagai berikut :
Lebar bedeng 1 – 1,2 m
Panjang bedeng 3 – 5 m
Tingi bedeng 15 – 20 cm
b. Penyemaian Benih
kebutuhan benih untuk satu hektar berkisar antar 300 – 500 benih . sebelum benih disemai atau
ditabur , tempat pesemaian disiram merata. beberapa cara menyemai benih cabai rawit sebagai
berikut :
semai bebas atau ditabur merata
semai dalam baris
semai berkelompok
3. Penanaman
bibit tanaman cabai rawit yang telah berumur 1 bulan segera ditanam . penanaman sebaiknya
pada sore hari agar tanaman tidak layu.
a. Ciri – ciri bibit yang siap tanam adalah sebagai berikut :
telah berumur satu bulan
tidak terserang hama dan penyakit
pertumbuhan tanaman seragam
b. Cara Penanaman
siram bibit yang akan ditanam
pilih bibit yangakan ditanam
lepaskan bumbung atau pelastik dari bibit
padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukan kelubang agar tidak rebah
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau di sesuaikan dengan keadaan tanah.
b. Penyiangan
rumpu liar yang tumbuh disekita tanaman harus dicabit atau di siang dengan kored atau sabit.
c. Pemupukan
Jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam satu hektar adalah:
urea = 200 kg
TSP = 200 kg
KCI = 150 kg
d. Hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman cabai rwit adalah sebagai berikut :
tungau marah
kutu daun berwarna kuning
kutu gurem atau thrips
Tanda – tanda tanaman terserang diantaranya :
tanaman berwarna seperti perak
tanaman tampak pucat
daun menjadi layu
Pengendalian.
cabut tanaman yang terserang berat
kumpulkan bagian tanaman yang terserang ,lalu dibakar
Panen merupakan kegiatan yang dinanti – nanti untuk menikmati jerih payah selama
penanaman , produksi cabai rawit hampir sama dengan cabai besar , hanya saja umur cabai rawit
lebih lama yaitu 2 – 3 tahun , sehingga produksi cabai rawit lebih tinggi dari pada cabai besar .
Cabai rawit dapat dipanen hijau ( muda ) dan dipanen merah atau sudah masak . bila cabai rawit
di panen hijau, cabai kelihatan bernas dan berisi.
Pemanenan cabai rawit dapat dilakukan 4 – 7 hari sekali atau tergantung pada situasi harga
pasaran .
BAB III
ASPEK PRODUKSI
3.1. Gambaran dari Produk
Cabai rawit (Capsicum sp.) merupakan tanaman hortikultura sayur–sayuran buah semusim untuk
rempah-rempah yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan
penghangat badan. Kebutuhan terhadap mata dagangan ini semakin meningkat sejalan dengan
makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini. Selain itu, cabai
rawit sebagai rempah-rempah merupakan salah satu mata dagangan yang dapat mendatangkan
keuntungan bagi petani dan pengusaha. Karena selain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri juga termasuk mata dagangan yang mempunyai peluang pemasaran ekspor non
migas yang sangat baik.
Pada umumnya tanaman cabai rawit dapat ditanam di daerah dataran tinggi maupun di dataran
rendah, yaitu lebih dari 500 – 1200 m di atas permukaan laut, yang terdapat di seluruh Indonesia
terutama di Pulau Jawa. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabe masih sangat luas, tetapi
penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman cabai rawit,
lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di bawah 800 m di atas
permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun. Di
Indonesia, menurut catatan terakhir tersedia lahan yang cocok untuk tanaman cabai seluas
7.570.600 ha. Dari jumlah tersebut yang telah dimanfaatkan 162.283 ha (1991), dan sampai akhir
1995 menjadi 173.161 ha, meningkat sebesar 12,5%. Peningkatan luas tanam ini tidak diikuti
oleh peningkatan luas panen, sehingga jika diukur dari rata-rata luas panen cabai selama kurun
1991 sampai 1995, maka dari total luas lahan yang cocok untuk cabai, baru teroleh sebanyak
167.722 ha atau hanya sekitar 0,45% (Tabel 4).
Budidaya atau usaha tani tanaman cabai rawit selama ini dilakukan secara monokultur dan pola
rotasi tanaman. Pada pola rotasi tanaman. Pada pola rotasi tanaman maka pola yang lazim dianut
para petani adalah dengan melakukan pergiliran tanaman pola 1 : 2 yaitu satu kali tanaman cabai
rawit dan 2 – 3 kali tanaman palawija/sayuran lainnya yang tidak sama family tanamannya
dengan cabai rawit. Untuk model kelayakan ini digunakan monokultur cabai merah sepanjang
tahun, dengan masa lahan kosong selama 1 bulan di antara siklus tanam.
3.4. Aspek Teknik Budidaya
Keberhasilan usaha produksi cabai rawit sangat ditentukan oleh aspek taknis budidaya di
lapangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan baik dalam pelaksanaan teknis budidaya
tanaman cabai merah adalah sebagai berikut:
a. Pemakaian benih cabai rawit yang unggul yang tidak terkontaminasi virus.
b. Ketersediaan air yang cukup sepanjang periode tanam/sepanjang tahun.
c. Pola tanaman yang baik dan sesuai dengan iklim.
d. Pengolahan tanah yang disesuaikan dengan kemiringan lereng dan arah lereng.
e. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman cabai merah dilaksanakan secara teratur
f. sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit
g. Cara panen serta penanganan pasca panen cabai merah yang baik dan benar.
Keberhasilan produksi cabai rawit sangat dipengaruhi oleh dan ditentukan oleh kualitas benih
yang digunakan. Sifat unggul tersebut dicerminkan dari tingginya produksi. Ketahanan terhadap
hama dan penyakit serta tingkat adaptasi tinggi terhadap perubahan iklim. Musim tanam di
daratan tinggi dilakukan antara bulan April – Mei untuk periode tanam pertama dan antara bulan
September – Oktober untuk periode tanam ke dua. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai
rawit yaitu lahan yang tanahnya berstruktur remah atau gembur, subur dan kaya akan bahan
organik, pH tanah antara 6.0 dan 7,0. Oleh karena itu pengolahan tanah yang baik dengan
menggunakan traktor atau menggunakan cangkul, harus mencapai kedalaman olah Aspek
Produksi
Uraian mengenai unit luasan kebun dan biaya-biaya dalam usaha tani cabai merah ini ditentukan
berdasarkan asumsi-asumsi kemampuan seorang petani dalam menangani budidaya tanaman
cabai merah hibrida (hot beauty). Unit luasan lahan kebun untuk usaha tani cabai merah tersebut
ditetapkan satu hektar. Bilamana diasumsikan bahwa petani rata-rata saat ini memiliki lahan
seluas 0,5 ha, maka perlu menyewa 0,5 hektar lagi. Beban biaya yang diperlukan pada periode
awal untuk usaha tani cabai merah seluas satu hektar tersebut adalah sebagai berikut:
Modal sendiri yang diasumsikan harus dimiliki petani adalah Rp. 619.000,-, sehingga besarnya
permohonan pembiayaan untuk modal usaha (investasi dan modal kerja) adalah sebesar Rp.
21.019.000,-, di mana Rp. 400.000 diantaranya untuk keperluan pembayaran premi asuransi.
3.6. Prasarana dan Sarana yang Diperlukan
Prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam usaha tani cabai rawit mencakup dua hal pokok
yaitu:
a. Investasi yang berupa tanah, peralatan dan administrasi.
b. Alat dan Bahan produksi kerja termasuk di dalamnya bibit, mulsa plastik, pupuk, pestisida,
tenaga kerja, gaji pengelola, transportasi dan traktor
Organisasi dan manajemen usaha tani cabai rawit dalam pola kemitraan ini terdiri dari unsur-
unsur proyek sebagai berikut:
a. Petani cabai merah sebagai anggota suatu KUD
Dalam hal ini kedudukan petani cabai rawit sudah jelas sebagai anggota organisasi suatu
Koperasi Unit Desa (KUD) dengan hak dan kewajiban yang jelas, serta dapat memanfaatkan
berbagai fasilitas termasuk fasilitas permodalan berupa pembiayaan perbankan (dengan dana
yang berasal dari KLBI dan yang non KLBI) non perbankan.
b. Petani cabai rawit sebagai anggota Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA)
Kelompok usaha bersama agribisnis cabai merah memiliki organisasi dan manajemen yang
sederhana, tentunya ada anggota dan ketua kelompoknya, kelompok ini bisa dibawah KUD bisa
juga di luar keanggotaan KUD.
c. Perusahaan Besar
Baik yang bergerak di hulu dan di hilir KUD dan para anggotanya, yang memasok kebutuhan
produksi maupun sebagai pengolah/distributor lebih lanjut cabai merah yang dihasilkan para
petani produsen cabai merah. Dalam rangka keterkaitan usaha (Modal Kelayakan PKT), maka
umumnya para pengusaha swasta besar (baik yang diposisikan di hulu maupun yang di hilir atau
yang berfungsi ganda) menyediakan program pendampingan. Program tersebut di mulai dari
proses seleksi, pemberian informasi dan melaksanakan penyuluhan sehingga pelaksanaan
budidaya cabai merah s/d pemasaran yang dilaksanakan para petani produsen, dapat terlaksana
secara baik dan benar.
BAB V
PENUTUP
Profile Narasumber
Nama : Moh. Badrie
Alamat : Sukorejo, Banyuputih, Situbondo
RT 02 RW 06
TTL : Situbondo, 3 Pebruari 1968
Pekerjaan : Tani
Pendidikan terakhir : SMP
oto - Foto