Anda di halaman 1dari 5

PART 1 : INDUSTRY DESCRIPTION

A. History
Tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi) atau eucalyptus oil pertama kali
ditemukan oleh penjelajah Eropa pada abad ke- 18 di Australia. Pada akhir abad ke-19,
seorang penjelajah dan ahli botani Inggris bernama Joseph Bosisto mengekstrak
minyak kayu putih dan mempelajari sifat antiseptiknya. Bosisto kemudian
memperkenalkan minyak kayu putih sebagai antiseptik pada tahun 1920-an, yang
kemudian digunakan dalam pengobatan medis. Pada awal abad ke-20, Indonesia
menjadi salah satu produsen utama minyak kayu putih (Melaleuca laucadendron Linn).
Pohon ini biasanya ditemukan pada ketinggian 5-400 mdpl dengan curah hujan
rata-rata 1.300-1.750 mm per tahun (Doran et al., 1998). Kayu putih dikenal karena
daunnya yang mampu menghasilkan minyak yang disebut sebagai minyak kayu putih
dan sering digunakan sebagai obat kayu putih adalah tanaman yang banyak
dibudidayakan di Indonesia terutama di Maluku, Sulawesi Tengara, Bali, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua. Sedangkan yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Jawa Barat berupa hutan tanaman kayu putih (Mulyadi 2005). Menurut data dari
Kementerian Perindustrian, produksi minyak kayu putih di Indonesia pada tahun 2022
mencapai 4.000 ton. Angka ini meningkat sebesar 5% dibandingkan dengan produksi
pada tahun 2021.
Komponen utama dari minyak kayu putih merupakan golongan terpenoid.
Komponen terbesarnya merupakan 1,8-sineol yang merupakan senyawa monoterpena.
Senyawa 1,8-sineol berperan sebagai antimikrob, antioksidan, kekebalan tubuh,
analgesik, dan spasmolitik (Angela & Davis 2010). Selain itu, senyawa 1,8-sineol juga
berpotensi sebagai antiinflamasi (Juergens et al. 2003). Minyak kayu putih
mengandung khasiat yang bermanfaat bagi kulit. Eucalyptus kaya akan antioksidan dan
flavonoid, keduanya melindungi kulit dari stres oksidatif.
Minyak kayu putih memiliki berbagai penggunaan, baik dalam konteks pengobatan
tradisional, produk perawatan pribadi maupun dalam industri. Seperti menghasilkan
berbagai produk obat dan salep, menghasilkan produk-produk perawatan kulit (sabun,
krim, losion), aromaterapi dan antiseptik.
B. Trends and Projected Growth
Masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, salah satunya
dengan mengonsumsi produk-produk herbal. Leuca Oil merupakan salah satu produk
herbal yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, sehingga permintaannya akan
terus meningkat. Tentunya hal ini menyebabkan pasar minyak kayu putih tidak hanya
terbatas di Indonesia, tetapi juga dapat diperluas ke luar negeri. Ekspansi pasar ini
akan mendorong pertumbuhan bisnis minyak kayu putih di Indonesia. Selain itu, trend
pasar minyak kayu putih terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan
peningkatan kebutuhan konsumen terhadap aromaterapi, antiseptik, dan antibakteri.

Gambar 1. Diagram Forecast CAGR tahun 2018-2027 industri minyak


kayu putih di pasar global
Sumber : https://www.kbvresearch.com/eucalyptus-oil-market/

Pasar minyak kayu putih global diproyeksikan akan mencatatkan CAGR (Compound
Annual Growth Rate) mencapai $213,4 juta pada tahun 2028, meningkat dengan
pertumbuhan pasar sebesar 6,7% CAGR selama periode perkiraan. Investasi besar pada
peralatan khusus diperlukan untuk memproduksi minyak kayu putih, yang dapat
menghambat pertumbuhan pasar minyak kayu putih internasional. Selain itu, terdapat
peningkatan penggunaan minyak kayu putih dalam berbagai aplikasi, yang diperkirakan
akan mendorong pertumbuhan pasar dalam waktu dekat. Kolaborasi dan merger perusahaan
serta peluncuran solusi baru, memungkinkan pelaku pasar untuk berekspansi ke seluruh
dunia.
C. Key Success Factors
Kunci keberhasilan dari perusahaan minyak kayu putih yang kami bangun terletak
pada beberapa faktor di bawah ini :
1. Permintaan konsumen
Meningkatnya permintaan industri farmasi, kosmetik, dan pangan seiring
dengan meningkatnya kesadaran tentang manfaat kesehatan dari minyak kayu putih
merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan pasar minyak kayu putih.
Peningkatan penggunaan produk minyak kayu putih di sektor pangan semakin
populer di dunia karena memiliki sifat antibakteri, sehingga banyak konsumen
menjadi lebih tertarik dengan produk makanan organik, yang dapat memberikan
potensi pertumbuhan yang baik untuk pasar organik. Selain itu, eucalyptus oil juga
mengandung khasiat penyembuhan luka sehingga berguna untuk mengatasi gigitan
serangga, luka kecil, bisul, dan memar.
2. Kualitas Minyak Kayu Putih
Kunci keberhasilan dalam pengembangan minyak kayu putih adalah
berdasarkan dari kualitas minyak kayu putih. Dalam mengolah daun pohon kayu
putih menggunakan metode penyulingan, metode ini akan mempengaruhi kualitas
minyak kayu putih yang dihasilkan. Selain itu, kadar sineol yang menjadi
komponen utama minyak kayu putih memiliki aroma dan khasiat yang khas, dimana
kadar sineol yang tinggi akan menunjukkan bahwa minyak kayu putih memiliki
kualitas yang baik. Dapat dilihat dari perkembangan pasar global minyak kayu putih
saat ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dapat meningkatkan faktor
keberhasilan dalam industri minyak kayu putih.. Minyak kayu putih semakin
berkembang di pasaran dan menjadi peluang bagi perusahaan untuk
mengembangkan produk dengan kualitas terbaik dan harga yang sebanding. Nama
produk minyak kayu putih dari perusahaan kami adalah “Leuca Oil” yang diolah
dengan teknologi modern sehingga menghasilkan kualitas produk yang baik dan
terjaga bagi konsumen.
3. Metode Pengolahan
Pengolahan daun kayu putih untuk mendapatkan minyak yang terkandung
dalam daunnya disuling melalui tangki destilasi atau tangki suling. Air yang
letaknya bersatu atau dibawah daun kayu putih dipanaskan hingga mencapai suhu
tertentu untuk mendapatkan uap yang berfungsi untuk menguapkan minyak kayu
putih yang berada pada daun kayu putih. Uap yang masih mengandung air
dijernihkan untuk mendapatkan minyak pada tangki pendinginan menggunakan air.
Minyak kayu putih yang diperoleh dari hasil pendinginan kemudian dimurnikan
dan dikemas untuk di pasarkan.
Ada tiga metode yang digunakan untuk melarutkan minyak yang terkandung
dalam daun minyak kayu putih, yaitu :
a. Metode rebus atau menggunakan air
Metode rebus merupakan metode dengan bahan yang disuling berkontak
langsung dengan air yang mendidih dalam sebuah tangki destilasi atau
ketel, tergantung jumlah atau berat jenis bahan yang akan disuling yang
dimasukkan langsung kedalam ketel. Bahan bersatu dengan air atau
mengapung diatas air, dengan sistem pemanasan langsung. Cara ini cocok
digunakan untuk penyulingan dengan kapasitas kecil.
b. Metode kukus atau menggunakan air dan uap
Metode kukus adalah suatu metode yang memisahkan antara air dan uap
melalui saringan atau rak berlubang yang ditempatkan antara air dan uap.
Daun kayu putih ditempatkan diatas rak berlubang, air berada di bawah rak
sehingga daun kayu putih tidak bercampur atau berkontak dengan air
mendidih. Cara ini sangat cocok digunakan untuk penyulingan dengan
kapasitas kecil.
c. Metode Penguapan atau menggunakan uap
Metode Penguapan merupakan metode destilasi yang memisahkan
antara ketel uap dengan tangki sulingan minyak kayu putih. Uap dihasilkan
pada ketel uap kemudian akan didistribusikan ke tangki sulingan yang
merupakan tempat diletakannya daun kayu putih melalui pipa sirkulasi
yang menghubungkan antara ketel uap dengan tangki suling. Uap yang
digunakan berupa uap jenuh pada tekanan 1 atm atau uap lewat panas diatas
tekanan 1 atm. Cara ini sangat cocok untuk memproduksikan minyak kayu
putih dengan kapasitas besar.

Berdasarkan tiga metode diatas, kami menggunakan metode penyulingan uap.


Karena metode ini dapat menghasilkan minyak kayu putih dengan kualitas yang
baik, yaitu memiliki rendemen dan kadar sineol yang tinggi, warna minyak kayu
putih yang jernih, serta metode ini hanya memerlukan biaya yang lebih terjangkau.
D. Eucalyptus Oil, Inc’s Fit in The Industry
Minyak kayu putih telah dimanfaatkan secara komersial dalam skala industri besar
sejak tahun 1924. Minyak kayu putih merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang
banyak digunakan untuk bahan berbagai produk kesehatan atau farmasi sehingga
minyak kayu putih menjadi produk yang banyak dicari. Pemanfaatannya dalam
berbagai industri seperti pada industri parfum, kosmetik, farmasi, dan lain lain. Hal
ini dikarenakan komponen terbesar yang terdapat dalam minyak kayu putih adalah
1,8-sineol yang merupakan senyawa monoterpena. Senyawa 1,8-sineol dalam minyak
kayu putih berperan sebagai antimikroba, antioksidan, kekebalan tubuh, analgesik,
dan spasmolitik.
Minyak kayu putih sebagai produk kesehatan yang dapat meredakan sakit kepala,
mengatasi hidung tersumbat, dan meredakan nyeri sendi telah dipasarkan secara luas.
Selain itu, aroma minyak kayu putih dari kandungan 1,8 sineol dipercaya memiliki
efek menenangkan pada tubuh saat menghirupnya dan dapat meredakan stres serta
kecemasan. Produk minyak kayu putih juga sangat membantu konsumen dalam
perlindungan tubuh dari gigitan serangga. Berbagai manfaat ini dapat meningkatkan
minat konsumen sehingga dapat memperluas industri minyak kayu putih.
Sifat insektisida dari minyak kayu putih sangat cocok untuk diinovasikan menjadi
produk perlindungan tubuh dari gigitan serangga, dalam hal ini diperlukan pula
inovasi pada cara penggunaan produk agar lebih praktis. Salah satunya adalah
mengaplikasikan cara penyemprotan menggunakan spray atau diuapkan
menggunakan vaporizer. Selain lebih praktis, cara penyemprotan dengan spray atau
diuapkan menggunakan vaporizer dapat membuat larutan lebih tersebar dengan
merata ke sekitar konsumen.

Anda mungkin juga menyukai