Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Destilasi
Fraksinasi” dengan lancar.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Alat Industri Kimia Pemisahan dan ingin mengenal lebih
jauh mengenai proses pemisahan campuran dalam kimia.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu/Bapa dosen, teman-teman, dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan sabar memberikan
bimbingannya serta dukungan hingga selesainya makalah ini .
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Malang, Maret 2020

Tim Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
Bab I..................................................................................................................................3
Pendahuluan.....................................................................................................................3
1.1    Latar Belakang....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................4
Bab II................................................................................................................................5
Tinjauan Pustaka.............................................................................................................5
2.1 Pengertian Umum.................................................................................................5
2.2 Karakteristik Bahan Olahan................................................................................6
2.3 Dasar Teori (Mekanisme Pemisahan)..................................................................6
2.4 Peralatan Destilasi Fraksinasi (skala industri)...................................................6
2.5 Proses Destilasi Fraksinasi....................................................................................7
Bab III...............................................................................................................................8
Pembahasan......................................................................................................................8
3.1 Deskripsi Distilasi Fraksinasi...............................................................................8
3.2 Metode Distilasi......................................................................................................9
3.3 Prinsip Distilasi.....................................................................................................11
3.4 Komponen alat distilasi fraksionasi dalam skala pilot plant............................11
3.5. Proses Tahapan Distilasi Fraksinasi pada skala pilot plant............................12
3.5.1 Sektor 1....................................................................................................12
3.5.2 Sektor 2....................................................................................................14
3.5.3 Sektor 3....................................................................................................15
3.5.4 Sektor 4....................................................................................................16
3.5.5 Sektor 5....................................................................................................17
3.5.6 Sektor 6....................................................................................................18
1) Tahap Start-Up.................................................................................................19
2) Tahap Operasi..................................................................................................20
3) Tahap Shutdown..............................................................................................21
Bab IV...............................................................................................................................23
Kesimpulan......................................................................................................................23
Daftar Pustaka...............................................................................................................25

ii
Bab I

Pendahuluan
1.1    Latar Belakang

Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama
masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya
permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan
rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil
menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada
masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada
pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik,
bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan
distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir
Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan
tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga telah menemukan banyak
peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini.
Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan


bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Pada proses penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat
yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.

Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa,
dan termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan panas. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya.  

Pada proses pemisahan secara destilasi, fasa uap akan segera terbentuk setelah
campuran dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling kontak sedemikian
hingga pada suatu saat, semua komponen yang terdapat dalam campuran akan
terdistribusi dalam kedua fasa membentuk keseimbangan, Setelah keseimbangan
dicapai, uap segera dipisahkan dari cairannya, kemudian
dikondensasikan membentuk destilat (kondensasi uap menjadi cairan), dan residu.

Terdapat berbagai macam cara destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi


fraksi, destilasi tekanan rendah, destilasi uap air, dan microscale destilasi. Dalam
prakteknya pemilihan prosedur destilasi tergantung pada sifat cairan yang akan
dimurnikan dan sifat pengotor yang ada di dalamnya. Sedangkan  komponen dari
alat destilasi yaitu tabung reaktor, kondensor, pipa penyalur, dan burner.

Secara teori, hasil destilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan
tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer, dapat pula dengan menggunakan destilasi
azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua destilasi
tambahan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air
baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek tidak
ada destilasi yang mencapai 100%.

1.2 Rumusan Masalah

1.        Bagaimana pengertan distilasi fraksinasi ?

2.        Bagaimana cara penetapan metode distilasi fraksinasi?

3.        Bagaimana penjelasan prinsip kerja distilasi fraksinasi ?

4.        Bagaimana penjelasan mengenai proses pada rangkaian alat distilasi fraksinasi


skala pilot plant?

1.3 Tujuan

1.        Mendeskripsikan pengertian distilasi fraksinasi.

2.        Mendeskripsikan tentang metode distilasi fraksinasi.

3.        Mendeskripsikan prinsip kerja distilasi fraksinasi.

2
4.        Mendeskripsikan proses pada rangkaian alat distilasi fraksinasi skala pilot plant.

Bab II

Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Umum

Distilasi fraksinasi merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan


yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30 oC
atau lebih. Dalam destilasi fraksional atau destilasi bertingkat proses pemisahan
parsial diulang berkali-kali dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih lanjut. Hal
ini berarti proses pengayaan dari uap yang lebih volatil juga terjadi berkali-kali
sepanjang proses destilasi fraksional itu berlangsung.

Distilasi bertingkat (fraksionasi) adalah proses pemisahan destilasi ke dalam


bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya
pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi
bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat
pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda
jauh dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain,
destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran
yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil.
Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra
klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi
yang dipasang pada labu destilasi.

Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran
senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan
adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya
sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan
naik terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan

3
senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya
maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang
akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik didihnya.
Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai destilat.

Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan.Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki
kondensor yang lebih banya sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan
substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak.

2.2 Karakteristik Bahan Olahan

Karakteristik bahan pada distilasi fraksinasi adalah cairan yang


mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30 oC atau
lebih . Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah,
untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah

2.3 Dasar Teori (Mekanisme Pemisahan)

Destilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena terdapat suatu
kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses refluks pada
destilasi ini dilakukan agar pemisahan campuran dapat terjadi dengan baik. Kolom
fraksionasi berfungsi agar kontak antara cairan dengan uap terjadi lebih lama.
Sehingga komponen yang lebih ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan
terus menguap dam masuk kondensor. Sedangkan komponen yang lebih besar
akan kembali kedalam labu destilasi.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya
kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin
ke atas, semakin tidak volatil cairannya.

4
2.4 Peralatan Destilasi Fraksinasi (skala industri)

Kolom fraksionasi: digunakan untuk memberikan luas permukaan yang


besar agar uap yang berjalan naik dan cairan yang turun dapat bersentuhan.dalam
praktek, kolom tutup gelembung kurang efektif untuk pekerjaan di laboratorium.
Hasilnya relatif terlalu sedikit bila dibandingkan dengan besar bahan yang
tergantung di dalam kolom. Dengan kata lain kolom tutup gelembung memiliki
keluaran yang kecil dengan sejumlah besar bahan yang masih tertahan di dalam
kolom.

Keefektifan kolom ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti


cara pengaturan materi di dalam kolom, pengaturan temperatur, panjang kolom
dan kecepatan penghilangan hasil destilasi. Satuan dasar efisiensi adalah tinggi
setara dengan sebuah lempeng teoritis (HETP atau H). Besarnya H sama dengan
panjang kolom dibagi dengan jumlah plat teoritis. Banyaknya plat teoritis H
bergantung pada sifat campuran yang dipisahkan.

2.5 Proses Destilasi Fraksinasi

Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace


(tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan
tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber
(biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga
suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air
panas dan bertekanan tinggi).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian
atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke
bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke
bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke
atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga
setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan
komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi.

5
Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah
komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini
disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum
Gas). Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak
bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon
sejumlah lebih dari 20.

Bab III

Pembahasan

3.1 Deskripsi Distilasi Fraksinasi

Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,


dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi
ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang
dari 20°C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.

Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak


mentah,untuk memisahkan komponen- komponen dalam minyak
mentah.  Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya
kolom fraksionasi. Dikolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin
ke atas,

semakin tidak volatil cairannya.

6
Gambar distilasi fraksinasi

Saat uap mencapai kolom, uap tersebut akan mengalami kondensasi dan
membentuk cairan. Cairan tersebut memiliki komposisi sama dengan uap
darimana dia berasal dan diperkaya dengan cairan dengan titik didih rendah.
Cairan terkondensasi tersebut akan ditahan pada kolom dan menetes secara
pelahan-lahan.

      Uap campuran akan  terus terbentuk dan bergerak ke arah bagian atas


kolom. Ketika uap tersebut bertemu dengan tetesan cairan, maka uap akan
terkondensasi dan mentransfer energi panasnya pada cairan. Energi panas ini
dapat menyebabkan tetesan cairan mendidih, membentuk uap baru. Uap yang baru
terbentuk ini akan makin banyak pada cairan bertitik didih rendah dibanding uap
pada bagian awal. Uap baru ini akan bergerak ke atas dan berkondensasi lagi.
Proses ini berulang sehingga uap/cairan mengalir pada kolom fraksi. Uap cairan
yang keluar pada bagian atas kolom sebagain besar mengandung cairan dengan
titik didih rendah, kadang-kadang sampai 100%, tergantung panjang kolom. Uap
ini berkondensasi dan ditampung.

7
3.2 Metode Distilasi

Metode destilasi termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan panas.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-
masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi
didasarkan pada hukum raoult dan hukum dalton.

Hukum raoult menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan tertentu, tekanan
parsial uap komponen A (PA) dalam campuran sama dengan hasil kali antara
tekanan uap komponen murni A (PAmurni) dan fraksi molnya XA

PA = PAmurni . XA       (1)

Sedang tekanan uap totalnya adalah,

Ptot = PAmurni . XA + PBmurni . XB     (2)

Dari persamaan tersebut di atas diketahui bahwa tekanan uap total suatu
campuran cairan biner tergantung pada tekanan uap komponen murni dan fraksi
molnya dalam campuran.

Menurut hukum dalton adalah tekanan gas total suatu campuran biner, atau
tekanan uap suatu cairan (P), adalah jumlah tekanan parsial dari masing-masing
komponen A dan B (PA dan PB)

P = PA + PB       (3)

Hukum Dalton dan Raoult merupakan pernyataan matematis yang dapat


menggambarkan apa yang terjadi selama destilasi, yaitu menggambarkan
perubahan komposisi dan tekanan pada cairan yang mendidih selama proses
destilasi. Uap yang dihasilkan selama mendidih akan memiliki komposisi yang
berbeda dari komposisi cairan itu sendiri. Komposisi uap komponen yang
memiliki titik didih lebih rendah akan lebih banyak (fraksi mol dan tekanan
uapnya lebih besar). Komposisi uap dan cairan terhadap suhu tersebut dapat
digambarkan dalam suatu grafik diagram fasa berikut ini.

8
Jika uap dipindahkan dari campuran cairan, maka pada suatu waktu tertentu,
komposisi campuran cairan akan berubah. Fraksi mol cairan yang memiliki titik
didih lebih tinggi akan meningkat di dalam campuran. Karena komposisi
campuran cairan berubah, maka titik didih akan berubah, biasanya yang diukur
adalah suhu uap.

3.3 Prinsip Distilasi

Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada
tekanan tertentu. Pemisahan dengan destilasi melibatkan penguapan differensial
dari suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material yang menguap
dengan cara pendinginan dan pengembunan.

Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut
didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode
yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponennya yang terdapat dalam
salah satu larutan atau campuran dan bergantung pada distribusi komponen-
komponen tersebu antara fasa uap dan fasa air. Syarat utama dalam operasi
pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi adalah komposisi uap
harus berbeda dengan komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-
larutan, dengan komponen-komponennya cukup dapat menguap.

Beberapa teknik destilasi lebih cocok untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif di


laboraturium dan industri. Sebagai contoh adalah pemurnian alkohol, pemisahan
minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya, pembuatan minyak atsiri dan sebagainya.
Pemisahan dengan destilasi berbeda dengan pemisahan dengan cara penguapan.
Pada pemisahan dengan cara destilasi semua komponen yang terdapat di dalam
campuran bersifat mudah menguap (volatil). Tingkat penguapan (volatilitas)
masing-masing komponen berbeda-beda pada suhu yang sama. Pemisahan
senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam
campuran.

Ada beberapa tahapan proses destilasi adalah sebagai berikut :

9
1.      Evaporasi atau memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan

2.       Pemisahan uap-cairan didalam kolom dan untuk memisahkan komponen


dengan titik didih lebih rendah yang lebih mudah menguap komponen lain yang
kurang volatil.

3.      Kondensasi dari uap, serta untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih
volatil.

3.4 Komponen alat distilasi fraksionasi dalam skala pilot plant


1) Rangkaian alat destilasi 1 unit

Gambar Rangkaian destilasi Pilot Plant

3.5. Proses Tahapan Distilasi Fraksinasi pada skala pilot plant


Pembagian Sektor

Unit destilasi dibagi menjadi 6 sektor, yaitu :


1. Sektor 1 adalah sektor pengumpanan / feed area.

10
2. Sektor 2 adalah sektor jalur zat yang dipanaskan.
3. Sektor 3 adalah sektor jalur pemanas.
4. Sektor 4 adalah sektor kolom kesetimbangan.
5. Sektor 5 adalah sektor sistem pendingin.
6. Sektor 6 adalah sektor sektor sistem control pengendali.

3.5.1 Sektor 1

V
TR-13 a
SECTION 1
V
a
Jalur Umpan Steam
W5

A1
FI-17

Vent

V
Va a W4
-
Va
- FI-14
T1

Va- Va Va-
1.2 - Sample 1.8

Feed P2
Va Va- Va
- -
Va- 1.6
1.5
Drain

Terdiri dari pengalir umpan dan tempat penmpungan umpan


T1, pompa yang mengatur sirkulasi umpan P2.
a) T1 (Feed Tank)
Untuk menampung cairan umpan (air keran) sebelum
disirkulasikan atau dialirkan ke sumptank.
b) P2 (Feed Pump)
Untuk memompa / mengalirkan cairan umpan (air keran) ke
dalam kolom distilasi sehingga akhirnya cairan tersebut masuk
ke dalam sumptank. Feed pump juga berfungsi ketika
mensirkulasikan cairan dari T1-T1.

11
c) A1 (Vapor Trap)
Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh steam yang
keluar dari pre-heater.
d) W5 (Pre-Heater)
Sebagai pemanas awal cairan umpan.
e) W4 (Distilat Cooler)
Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas
f) TR-13 (Temp Feed)
Untuk mengukur temperatur cairan umpan masuk kolom
distilasi.
g) FI-14 (Flow Distilat)
Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan.
h) FI-17 (Flow Feed)
Untuk mengukur laju alir umpan.
i) Va-1.1-Va-1.12 (Valve)
Berfungsi untuk mengatur laju alir cairan untuk suatu tujuan tertentu.

3.5.2 Sektor 2
SECTION 2
TI
2
Jalur Zat yang 2
Dipanaskan
W2
P
R
1
8
LI
A T3 T
1 R
9 2
6
T
R
2
1
Va-2.1
Va-2.2 FI
2
8
W3 P3
Va-2.4 Va-2.5
Va-2.3

12
Terdiri dari tempat penampungan zat yang dipanaskan yaitu
T3 dan pompa yang mengatur sirkulasinya P3.
a) P3 (Pompa Sirkulasi)
Untuk mengalirkan cairan dari tangki penampung (sumptank) ke
reboiler.
b) V5 (Evaporator Feed from P3)
Untuk mengatur laju alir cairan yang masuk ke FFE.
c) W2 (Falling Film Evaporator)
Merupakan tempat terjadinya pemanasan.
d) W3 (Cooler)
Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang/dikeluarkan dari
Sump Tank.
e) T3 (Sump Tank)
Untuk menampung cairan umpan yang akan dan sudah
dipanaskan pada FFE. Pada bagian atas cairan dalam sumptank
terdapat uap yang akan masuk ke kolom distilasi.
f) TR 21 ( Temperature Recorder Sumptank Bottom)
Untuk mengukur temperatur cairan yang akan masuk ke FFE.
g) TR 26 (Temperature Sumptank Vapor)
Untuk mengukur temperature uap di dalam Sump Tank.
h) F128 (Flow Feed Recycle)
Untuk mengukur laju alir cairan yang direcycle ke dalam FFE.
3.5.3 Sektor 3

SECTION
3
Jalur
Pemanas
V V STEA
3 4 M
T FI
R 2
2 4
3

KONDENSAT
TI
2 FI
5 2 13
7
Pada tahap ini Steam dialirkan ke dalam FFE dan kondensat
hasil proses dikeluarkan.
a) W2 (Falling Film Evaporator)
Untuk memanaskan cairan umpan dengan menggunakan steam
yang tidak kontak secara langsung dengan cairan yang akan
dipanaskan.
b) A2 (Steam Trap)
Untuk mengambil kondensat yang keluar dari FFE.
c) FI 27 (Flow Condensat)
Untuk mengukur laju alir kondensat.
d) FI 24 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengukur laju alir massa steam yang masuk ke FFE.
e) TR 23 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengukur suhu steam yang masuk FFE
f) TI 25 (Evaporator Steam Outlet)
Untuk mengukur suhu kondensat yang keluar dari FFE.
g) V3 dan V4 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengontrol laju alir umpan yang masuk ke FFE.
3.5.4 Sektor 4

SECTION 4

PR Kolom Kontak
6
TR
8

PI
C1
2 K1 TR
9

PR
18 TR
10

Pada sektor ini terjadi


T 3 kontak antara fluida.
a) TR 8 (Temperature Column Top Vapor)

14
Untuk mengukur suhu pada kolom paling atas
b) TR 9 (Temperature 2nd Column Feed Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat kedua.
c) TR 10 (Temperature 1st Column Feed Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat pertama.
d) PR 18 (Column Bottom Absolute Pressure)
Untuk mengukur tekanan pada kolom bagian bawah.
e) PR 6 (Column Top Absolute Pressure)
Untuk mengukur tekanan pada bagian atas kolom distilasi.

3.5.5 Sektor 5

a) W1 (Condenser)
Sebagai tempat terjadinya perubahan uap distilat menjadi cairan
dikarenakan adanya penyerapan panas oleh air pendingin yang
masuk
b) V1 (Condenser Cooling Water)
Untuk mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor
c) F14 (Condensor Cooling Water)

15
Untuk mengukur laju alir air pendingin yang masuk ke
kondensor
d) F5 (Condensor Cooling Water flow observer)
Untuk mengatur laju alir air pendingin secara otomatis karena
dihubungkan dengan laju steam yang masuk ke FFE.
e) TR 1 (Condensor water Supply Temperature)
Untuk mengukur temperatur air pendingin yang masuk ke
kondensor
f) TR 7 (Reflux Temperature at Column Entry)
Untuk mengukur temperatur cairan yang direflux.
g) TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature)
Untuk mengukur temperatur distilat yang keluar dari kondensor
h) TIA 21 (Condensor Vent High Alarm)
Untuk mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika
suhunya terlalu tinggi maka alarm akan menyala.
i) TRC 3 (Condensor Water Outlet)
Untuk mengukur suhu air pendingin yang keluar dari kondensor.

3.5.6 Sektor 6
Sektor ini merupakan panel pengontrol seluruh operasi
destilasi.
a) 2 Controller yaitu Pressure Controller (∆PIC) dan Temperature
Controller
Untuk mengatur besarnya tekanan dan temperatur seduai dengan
yang diinginkan
b) 2 indikator dimana setiap indikator terdiri dari 6 buah rekorder
yang menunjukan nilai suhu dan tekanan pada Temperatur
Recorder dan Pressure Recorder yang ada pada alat distilasi.
c) Tombol on-off
Untuk menyalakan/mematikan P1 (distillate pump), P2 (feed
pump) dan P3 (sump pump)
d) Main Switch

16
Untuk mensupply udara tekan
e) Control Air Pressure Switch
Untuk membuka aliran udara tekan

1) Tahap Start-Up
a. Membuka katup udara tekan.
Hal ini dilakukan untuk mengkonsumsikan tekanan
pada setiap instrumen yang menggunakan sistem pneumatik
sehingga dapat difungsikan secara baik. Di samping itu
dengan adanya udara tekan maka akan menghilangkan
kotoran/ debu-debu pada bagian dalam panel kontrol yang
dapat mengganggu kinerja kontrol instrumen pengendali.
b. Pengaktifan panel kontrol (control panel).
Kontrol panel diaktifkan sebagai suatu instrumen yang
akan mengatur pengoperasian alat dari unit distilasi secara
elektrik ataupun secara pneumatik. Pada kontrol panel ini kita
atur laju keluar air pendingin dengan suhu yang kita set pada
suhu tertentu dan katup akan beroperasi secara otomatis. Pada
kontrol panel ini terdapat tombol On-Off untuk pompa.
c. Pengisian umpan.
Umpan dimasukan ke dalam labu (T1), di mana pada
percobaan ini umpan yang digunakan adalah air, sehingga air
dialirkan dengan cara membuka valve pada pipa berwarna
hijau dengan laju alir tertentu.

d. Sirkulasi umpan.
Umpan (air) disirkulasikan melalui jalur pipa yang terdapat
pada bagian bawah labu dan di alirkan kembali dengan
bantuan pompa (P2) masuk kembali pada labu melalui bagian
atas labu. Sirkulasi dilakukan agar proses pengadukan pada
labu berlangsung effisien dengan memanfaatkan jalur-jalur
pipa yang terdapat pada unit ini sebelum di alirkan ke bagian

17
berikutnya sehingga berfungsi sebagai by-pass dan tidak
diperlukan metoda pengadukan yang lainnya (misalnya
dengan menggunakan stirer, pengaduk atau dengan panas).
Dengan pengadukan diharapkan campuran yang akan
dipisahkan akan homogen, sehingga memenuhi sebagai
larutan umpan yang homogen. Sedangkan by-pass berfungsi
untuk menghindari shock-load umpan, sehingga besar laju
alir umpan akan terjaga dan resiko kerusakan alat dapat
dihindari.
e. Pengisian kolom pendingin.
Kolom pendingin diisi dengan air pendingin dengan
cara membuka inlet dan outlet kolom pendingin yang dapat
kita atur secara otomatis pada bagian kontrol panel dengan
memasukan nilai suhu outlet yang diinginkan atau mengatur
besarnya bukaan pada bagian inlet secara manual. Kolom
pendingin harus terisi terlebih dahulu sebelum dilakukan
proses pemanasan diaktifkan agar tidak terjadi over-heating
pada unit distilasi yang akan menyebabkan kegagalan operasi
distilasi ataupun kerusakan alat.
f. Pengaliran umpan ke dalam tangki tampung.
Umpan dialirkan kedalam tangki tampung dengan
melalui by-pass pada proses sirkulasi dan masuk melalui
bagian tengah kolom dengan membuka valve dan
mengaktifkan pompa (P3) melalui panel kontrol sehingga air
akan menuju tangki penampungan (T3) dan akan tersirkulasi
melalui pemanas.
g. Pengaliran steam.
Pengaliran steam diberikan agar terjadi proses
pemanasan pada bagian pemanas. Pengisian steam dilakukan
denga cara membuka valve steam pada pipa berwarna abu-
abu dengan laju alir uap yang harus terkontrol dan dapat
terlihat pada FI 24. Pada operasi distilasi kali ini tidak

18
dilakukan pengaliran steam ke preheater, sehingga tidak
adanya pemanasan awal terhadap umpan.
2) Tahap Operasi
Pada tahap ini dilakukan proses distilasi setelah unit distilasi
dipersiapkan dengan melakukan start-up terlebih dahulu. Pada tahap ini
umpan mengalami suatu rangkaian perlakuan untuk dimurnikan. Pada
percobaan ini laju umpan ±140 l/jam. Kemudian umpan akan masuk
kedalam tangki penampungan T3.

Dengan pompa P3 air di tangki penampungan T3 disirkulasikan


masuk kedalam reboiler yang akan menaikan suhunya menjadi 100 o C
dengan bantuan steam. Oleh karena air pada tangki penampungan
sudah berada diatas titik didihnya, maka air akan menguap dari T3
melalui kolom pemisahan P2 yang terdiri dari 12 tray. Uap ini akan
berkontak dengan air yang baru akan masuk dari T1 menuju kolom
penampungan T3, sehingga ada air yang akan ikut menguap dan ada
sebagian yang turun kebawah menuju tangki penampungan. Uap yang
naik keatas akan melalui pendingin sehingga suhunya akan turun dan
terkondensasi. Kemudian pada pendingin terdapat aliran counter-
current air pandingin yang masuk pada suhu 25o C (TR 1) agar terjadi
perpindahan panas secara efektif. Uap yang mengalami pendinginan
akan mengembun dan tertampung pada T2, sedangkan air pendingin
tadi akan mengalami kenaikan suhu (TR3) karena adanya perpindahan
panas. Sampel atau produk dapat diperoleh melalui bagian bawah T2
tersebut karena pada percobaan ini tidak digunakan reflux.

3) Tahap Shutdown
a. Menutup valve laju alir steam.
Setelah operasi selesai untuk mengakhiri proses distilasi
maka pada tahap shut down hal utama yang harus dimatikan
adalah laju alir steam. Hal ini dilakukan agar suhu pada unit
distilasi terkontrol secara baik dan tidak akan terjadi over-
heating.
b. Mengalirkan air pendingin pada W3.

19
Siklus pada kolom penampungan tetap dilanjutkan
tetapi W3 yang berfungsi sebagai pendingin diaktifkan agar
suhu air pada T3 akan turun.
c. Menutup valve umpan (F17).
Laju alir umpan dimatikan karena proses sudah akan
diakhiri dan tidak ada penambahan umpan pada T1.
d. Mematikan P2.
P2 dapat dimatikan melalui kontrol panel karena umpan
tidak perlu lagi dilakukan pensirkulasian ataupun pengisian
keseluruh kolom.
e. Mematikan P3.
P3 dapat dimatikan melalui kontrol panel jika
temperatur pada tangki penampungan sudah mencapai 50°C.
Hal ini dilakukan agar suhu akhir tidak terlalu tinggi sehingga
peralatan akan aman pada proses pengosongan (pembuangan)
juga dimaksudkan untuk keselamatan operator.
f. Menutup valve steam.
g. Mematikan tombol power pada kontrol panel.
Pematian kontrol panel dilakukan jika sudah tidak ada
instrumen lain yang digunakan.
h. Menutup valve udara tekan.

20
Bab IV
Kesimpulan
1. Distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen
cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan
titik didihnya.
2. Metode destilasi termasuk sebagai unit operasi kimia
jenis perpindahan panas. Penerapan proses ini didasarkan
pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model
ideal destilasi didasarkan pada hukum raoult dan hukum
dalton.
3. Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih
cairan pada tekanan tertentu.
4. Hal yang membedakan antara distilasi sederhana dengan distilasi
skala pilot plant adalah pada skala pilot plant terdapat pengendali
yang berada pada control panel dan juga sistem yang dilakukan
merupakan sistem kontinyu. Selain itu, pada distilasi skala pilot
plant proses distilasi dibagi kedalam 6 sektor penting untuk
mempermudah mempelajari jalur proses sehingga kesalahan
dalam proses dapat dianalisa.
Proses operasi destilasi yang dilakukan dengan unit destilasi
harus dilakukan secara bertahap yaitu :
a. Proses Start Up
b. Proses Operasi
c. Proses Shut down
Unit destilasi terbagi atas beberapa sektor, yaitu :
a. Sektor umpan

b. Sektor zat yang dipanaskan

c. Sektor Jalur Pemanas

d. Sektor Pemisahan

21
e. Sektor Pendinginan

f. Sektor Kontrol Panel


Sirkulasi pada distilasi pilot plant dilakukan agar proses
pengadukan pada labu berlangsung efisien dengan memanfaatkan
jalur-jalur pipa yang terdapat pada unit ini sebelum dialirkan ke
bagian berikutnya dan tidak diperlukan metoda pengadukan yang
lainnya (misalnya dengan menggunakan stirrer). Dengan
pengadukan (menggunakan sistem sirkulasi) diharapkan
campuran yang akan dipisahkan akan homogen, sehingga
memenuhi syarat sebagai larutan umpan yang dapat di distilasi.
Sedangkan by-pass berfungsi untuk menghindari shock-load
umpan, sehingga besar laju alir umpan akan terjaga dan resiko
kerusakan alat dapat dihindari.

22
Daftar Pustaka
Ahmad. Y. 2007. Alcohol and distilation of wine in Arabic sources. Online. http://alcohol and
distiltion/wekipedia.html (Akses 16 Maret 2017)

Anwar. N. 2009. Destilasi. Laporan. Laboratorium Kimia Dasar. Jurusan Teknologi Pangan.
Universitas Pasundan. Bandung

Bacher. AD. 2007. Chemistry distilation. Online. http://distilasi wikepedia bahasa


indosia/ensiklopedia bebas.html (Akses 16 Maret 2017)

Chang. R. 2007 Distilation. Edisi ke-9. New York. Mc Graww- Hill

Mahardikha. P.A.S. 2012. Destilasi. Laporan. Laboratorium Kimia Dasar. Jurusan Teknologi
Pangan. Universitas Pasundan. Bandung

Syukri. S. 1999. Kimia Dasar jilid 1. Bandung. ITB

Silberberg. MS. 2006. Chemistry the molecular nature of matter and change. Jurnal. Edisi ke-4.
New York. Mc Graww-Hill

Laporan praktikum destilasi Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung. 2012.
Bandung

Khayam, Oemar, Ir. MT. 2010. Buku II Bahan Ajar Pilot Plant “Plate Heat Exchanger”.
Bandung : Jurusan Teknik Kimia Polban.

McCabe, Warren L. dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid I. Jakarta : PT. Erlangga.

23
MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA
DISTILASI FRAKSINASI

24

Anda mungkin juga menyukai