Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH OPERASI PERPINDAHAN KALOR

“NERACA MASSA EVAPORATOR (SINGLE UNIT DAN MULTIPLE


UNIT) DAN DRYING”

Dosen Pengampu :
Dr. Padil, ST., MT

Disusun Oleh :
Andi Budiyanto 1607112299
Anugerah Gusti 1607112335
Indra Abidayu Sagala 1607112465
Khalya Fathonah 1607112474
Rayshawulandari 1607112502
Riri Atria Pratiwi 1607112488

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sembahkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul Neraca Massa Evaporator (Single Unit
dan Multiple Unit) dan Drying. Makalah ini merupakan salah satu tugas pada
mata kuliah Operasi Perpindahan Kalor yang dibimbing oleh Dr. Padil, ST., MT
sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan agar dapat menjadi acuan untuk menyempurnakan makalah
ini. Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak dan sumber-sumber yang telah menjadi panduan
kami dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyelesaian makalah ini
Akhir kata, demikian yang bisa kami sampaikan semoga makalah ini dapat
menjadi sumber informasi bagi semua pihak. Dan semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Pekanbaru, 05 Desember 2018


Penulis,

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Makalah .......................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaporator ................................................................................... 2
2.1.1 Prinsip Kerja Evaporator ...................................................... 2
2.1.2 Bahan-Bahan Konstruksi Evaporator ................................... 4
2.1.3 Jenis – Jenis Evaporator ........................................................ 4
2.1.4 Aplikasi Evaporator ............................................................ 11
2.2 Drying (Pengeringan) ................................................................ 12
2.2.1 Faktor – Faktor yang mempengaruhi .................................. 14
2.2.2 Metode Umum Pengeringan ............................................... 16
2.3 Neraca Energi ............................................................................ 17
2.3.1 Single Unit Evaporator........................................................ 18
2.3.2 Multiple Unit Evaporator .................................................... 19
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Contoh Soal)

iii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Belahan dari pipa-pipa evaporator ................................................. 4
Gambar 2.2 Proses alat evaporator single unit .................................................. 5
Gambar 2.3 Proses alat evaporator multiple unit............................................... 6
Gambar 2.4 Proses alat falling film evaporator ................................................. 7
Gambar 2.5 Proses alat rising film evaporator .................................................. 8
Gambar 2.6 Proses alat horizontal tube evaporator........................................... 9
Gambar 2.7 Proses alat vertical tube evaporator ............................................ 10
Gambar 2.8 Proses alat plate evaporator ......................................................... 11
Gambar 2.9 Proses drying ............................................................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada banyak industri khususnya industri pertanian yang notabene
menggunakan bahan-bahan dari pertanian, proses pengeringan sering digunakan
untuk mendapatkan hanya bahan padat dari bahan baku tersebut. Bahan padat yang
masih mengandung kandungan air di dalamnya biasanya bervolume lebih besar,
umur simpannya juga singkat, serta lebih sulit untuk dipakai produksi dalam
beberapa proses. Selain itu bahan yang sudah dikeringkan biasanya memiliki massa
yang lebih kecil sehingga lebiha mudah dalam pemindahan (Rosdaneli, 2005).
Drying adalah proses menghilangkan zat cair dari suatu bahan yang
biasanya bahan ini adalah bahan pertanian padat yang memeiliki kandungan air di
dalamnya. Disebut proses pengeringan apabila bahan yang dikeringkan kehilangan
sebagian atau keseluruhan air yang dikandungnya (Rosdaneli, 2005).
Evaporasi adalah pengurangan kadar air dari bahan pangan dalam fase
liquid. Pemisahan terjadi karena adanya perbedaan volatilitas dari komponen
larutan tersebut. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas
dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika
molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam
berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Salah satu kegunaan
evaporasi diindustri adalah sebagai proses untuk memekatkan bahan sebelum
pengeringan. Contohnya dalam pembuatan susu dan kopi. Evaporasi memiliki
fungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kadar solid bahan. Contohnya dalam
pembuatan produk yang menghasilkan jam dan molasses.

1.2 Tujuan Makalah


1. Menjelaskan perbedaan antara Evaporator dan Drying
2. Menjelaskan proses dan kegunaan Single Unit dan Multiple Unit pada
bidang industri
3. Menjelaskan neraca energi yang digunakan untuk Single Unit dan Multiple
Unit

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaporator
Evaporator merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam proses
perindustrian. Evaporator adalah alat yang digunakan untuk mengevaporasi larutan.
Evaporasi sendiri artinya adalah menghilangkan air dari larutan dengan
mendidihkan larutan di dalam tabung evaporator. Evaporasi bertujuan untuk
memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap
dengan pelarut yang mudah menguap. Atau bisa dikatakan bahwa evaporasi adalah
proses penguapan. Evaporator berfungsi untuk mengubah sebagian atau
keseluruhan pelarut dari suatu larutan dari betuk cair menjadi uap.
Ada empat komponen dasar yang dibutuhkan untuk melakukan penguapan,
yaitu sebuah tabung penguapan, sebuah alat pindah panas, sebuah kondensor dan
sebuah metode untuk menjaga tekanan vakum. Keempat komponen ini harus
diperhatikan dalam merencanakan suatu evaporator. Sistem tekanan vakumnya
harus dapat mengalirkan gas yang tidak terkondensasi agar bisa menjaga tekanan
vakum yang diinginkan di dalam tabung penguapan. Panas yang cukup harus
dialirkan atau diberikan ke produk untuk penguapan sejumlah air yang diinginkan,
serta sebuah kondensor yang berguna untuk mengembangkan dan memindahkan
uap air yang diprosuksi melalui penguapan.

2.1.1 Prinsip Kerja Evaporator


Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan sehingga prinsip
kerjanya merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi itu sendiri. Prinsip
kerjanya yaitu :
1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar
antara zat-zatnya.
2. Titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan.
3. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4. Titik didih cairan yang mengandung zat tidak mudah menguap (misalnya :
gula) akan tergantung tekanan dan kadar zat tersebut.

2
3

5. Beda titik didih larutan dan titik didih cairan murni disebut Kenaikan titik
didih (boiling)
Selain itu, calandria adalah tabung dimana terjadi pergerakan bahan pangan.
Bahan cair yang akan ditingkatkan konsentrasinya akan bersikulasi terus menerus
pada alat calandria dalam upaya untuk memperoleh perpindahan/pergerakan yang
maksimal. Sirkulasi yang cepat akan mengurangi resiko terjadinya pengendapan
pada permukaan tabung dan cepat membebaskan gelembung” uap dari bahan cair
selama dalam perjalanan melalui evaporator. Beberapa peralatan penguapan dapat
langsung dipanasi dengan api. Api yang memanasi dinidng ketel dan secara
konduksi akan memanasi bahan yang terletak di dalam alat penguap.
Akan tetapi umumnya evaporator mempergunakan panas tidak langsung
dalam penguapannya.Umumnya medium yang membawa panas adalah uap yang
diperoleh dari boiler atau dari suatu tahapan penguapan dalam alat penguapan.
Perputaran bahan cair di dalam alat penguapan merupakan hal yang penting. Sebab
perputaran dapat mempengaruhi laju pindah panas dan dengan perputaran bahan
yang baik akan meningkatkan laju penguapan.
Proses evaporasi dengan skala komersial di dalam industri kimia dilakukan
dengan peralatan yang namanya evaporator. Ada empat komponen dasar yang
dibutuhkan dalam evaporasi yaitu :
1. Kondensor : Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat
exchanger) yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida
2. Injeksi uap
3. Perangkap uap : Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian
dari pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan
zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang
terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu
komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya
tidakdiadakan usaha untuk memisahkan komponen-
komponennya.
Bagian - bagian dari Evaporator dan fungsinya :
1. Steam : untuk mensuplay steam ke evaporator
2. Vent Condensat : sebagai tempat mengeluarkan embun
4

3. Vapor : sebagai tempat membuang uap hasil evaporasi


4. Feed : sebagai tempat memasukkan umpan
5. Product : sbagai tempat keluaran produk hasil evaporasi

2.1.2 Bahan – Bahan Konstruksi Evaporator


Bahan evaporator terbuat dari cost lion atau baja sedang material khusus
seperti Cu, Ni, Al, stainless steel, grafit, timah hitam sering digunakan sebagai feed
atau umpan. Pemilihan evaporator tergantung dari sifat fisika dan kimia liquid yang
digunakan.

Gambar 2.1 Belahan dari pipa-pipa evaporator

2.1.3 Jenis – Jenis Evaporator


Evaporator memiliki beberapa jenis, yaitu :
 Berdasarkan proses :
1. Evaporator Unit Tunggal (Single Unit)
Yang dimaksud dengan single unit adalah bahwa produk hanya
melalui satu buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu
luas permukaan pindah panas. Menggunakan satu evaporator saja,
uap dari zat cair yang mendidih dikondensasikan dan dibuang.
Walaupun metode ini sederhana, namun proses ini tidak efektif
dalam penggunaan uap. Untuk menguapkan l lb air dari larutan,
diperlukan 1 – 1.3 lb uap.
5

Gambar 2.2 Proses alat evaporator single unit


2. Evaporator Unit Ganda (Multiple Unit)
Evaporator yang digunakan dalam suatu metode lebih dari satu,
seperti misalnya uap dari evaporator kedua dimasukkan ke dalam
rongga uap evaporator ketiga, dan berlanjut sampai beberapa
evaporasi. Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua,
tiga, empat atau lebih dalam sekali proses, inilah yang disebut
dengan evaporator unit ganda. Penggunaan evaporator unit ganda
berprinsip pada penggunaan uap yang dihasilkan dari evaporator
sebelumnya. Tujuan penggunaan evaporator unit ganda adalah
untuk menghemat panas secara keseluruhan, hingga akhirnya dapat
mengurangi ongkos produksi. Keuntungan evaporator unit ganda
adalah merupakan penghematan yaitu dengan menggunakan uap
yang dihasilkan dari alat penguapan untuk memberikan panas pada
alat penguapan lain dan dengan memadatkan kembali uap tersebut.
Apabila dibandingkan antara alat penguapan n-efek, kebutuhan uap
diperkirakan 1/n kali, dan permukaan pindah panas berukuran n-kali
dari pada yang dibutuhkan untuk alat penguapan unit tunggal, untuk
pekerjaan yang sama.
6

Gambar 2.3 Proses alat evaporator multiple unit

Pada evaporator efek majemuk ada 3 macam penguapan, yaitu :


a. Evaporator Pengumpan Muka (Forward-feed)
b. Evaporator Pengumpan Belakang (Backward-feed)
c. Evaporator Pengumpan Sejajar (Parallel-feed)
Kegunaan Multiple Unit Evaporator :
a. Proses Desalinasi Air Laut
b. Produksi Garam
c. Industri Air ( Daur ulang air dari sungai penyulingan )
d. Pelepasan Senyawa Kimia dengan cairan 0 % (zero liquid)
e. Cat
 Berdasarkan bentuk :
1. Falling Film Evaporator
Pada evaporator jenis ini cocok untuk mengoparasikan zat yang
sensitif terhadap panas pada konsentrasi tinggi,contohnya pada
pemekatan orange juice. Evaporator ini berbentuk tabung panjang (4
- 8 meter) yang dilapisi dengan jaket uap (steam jacket). Distribusi
larutan yang seragam sangat penting. Larutan masuk dan
memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang menurun.
Kecepatan gerakan larutan akan mempengaruhi karakteristik
medium pemanas yag juga mengalir menurun. Tipe ini cocok untuk
menangani larutan kental sehingga sering digunakan untuk industri
kimia, makanan, dan fermentasi.
7

Gambar 2.4 Proses alat falling film evaporator


Prosesnya, yaitu :
Cairan yang akan dipekatkan dimasukkan dari bagian atas kolom
yang kemudian mengalir kebawah bagian tube yang telah
dipanaskan, (besarnya tube 1 2-10o diameter). Pada bagian bawah
dilengkapi pompa untuik mensirkulasi cairan keatas guna
mendapatkan konsentrasi yang diinginkan. Masalah utama alat ini
adalah bagaiman bisa dapat mendistribusikan liquid secara merata
ke tube bagian dalam sebagai film.
Dalam hal ini bisa memasang :
 Plate yang berlubang pada bagian atas tube
 Spider distributor pada masing-masing tube
 Spray nozzle pada masing-masing tube

2. Rising Film (Long Tube Vertical) Evaporator


Pada evaporator tipe ini, pendidihan berlangsung di dalam tabung
dengan sumber panas berasal dari luar tabung (biasanya uap). Buih air
akan timbul dan menimbulkan sirkulasi. Evaporator jenis ini memiliki
tabung yang panjang dan tidak terlalu lebar. Tabung dari evaporator
sendiri mempunyai panjang sekitar 12 sampai 20 feet dengan diameter
1 sampai 2 inci. Zat cair dan uap mengalir ke atas di dalam tabung
sebagai akibat dari peristiwa didih zat cair yang terpisah kembali ke
dasar tabung dengan gravitasi.
8

Gambar 2.5 Proses alat rising film evaporator


Prosesnya, yaitu :
Long tube vertical evaporator (kestner evaporator) dengan sirkulasi
alam (natural circulation) dimana liquida masuk kedalam tube dan
steam mengalir diluarnya (dalam steam chest) liquida yang masuk
tube tingginya tidak lebih dari 2 atau 3 ft diatas dasar tube. Setelah
mengalami pendidihan maka kecepatan liquida didalam akan tinggi,
sehingga pada vapor head dipasang buffle (deflektor) untuk
mencegah buih atau busa yang terjadi. Pada alat ini dipasang reflux
untuk mempertinggi ukuran tube. 1 1/4 - 2 1/2 inc diameter. 10 – 20
ft panjang.
Tube panjang gunanya:
 Memperlancar konduksi panas
 Memperbesar kecepatan aliran liquida dalam tube hingga
tidak terjadi kristalisasi dalam tube.
Alat ini cocok untuk cairan atau larutan yang berbusa dan sensitif
pada panas dan tidak cocok untuk larutan yang membentuk salting
(garam).

3. Evaporator Tabung Horizontal (Horizontal Tube Evaporator)


Disebut horizontal karena tube-tube nya terletak horizontal, karena
kondisinya yang demikian, harga evaporator ini relatif murah
dengan konstruksi design yang memudahkan penggantian tube-
tubenya. HTE merupakan evaporator yang sudah tua dan jarang
9

digunakan. Tube-tube dalam HTE merupakan tempat masaknya


pemanas (biasanya steam). Evaporator horizontal tabung merupakan
pengembangan dari panci terbuka, dimana panci tertutup dalam,
umumnya dalam silinder vertikal. Tabung pemanas disusun dalam
bundel horizontal direndam dalam cairan di bagian bawah silinder.
Sirkulasi cairan agak miskin dalam jenis evaporator.

Gambar 2.6 Proses alat Horizontal Tube Evaporator

Prosesnya, yaitu :
Feed masuk (diluar pipa), baru kemudian steam (didalam pipa),
didalam pipa atau tube terjadi perpindahan panas karena adanya
pemanasan, sehingga liquid yang diluarnya mendidih dan uap yang
terjadi mengalir keatas, kemidian liquidnya menjadi pekat, lalu
dikeluarkan melalui lubang bagian dasar evaporator, sedangkan
kondensat dikeluarkan melalui lubang yang sudah disediakan,
demikian juga gas non kondensat dikeluarkan melalui vent.

4. Tabung Vertikal Evaporator (Vertical Tube Evaporator)


Evaporator jenis ini yang sering digunakan adalah tipe standart. Pada
mulanya vertikal tube evaporator yang dibuat tanpa adanya “down
tube” ( ruang kosong antara 2 tube-sheet ) tetapi kemudian dengan
adanya “down tube” ini lebih menguntungkan pada perpindahan
panas. Dibanding dengan horizontal tube evaporator perpindahan
10

panas vertikal tube evaporator lebih baik. Aliran liquida yang ada
didalam vertikal tube evaporator terjadi karena perbedaan densitas.
Kerak-kerak yang mungkin terjadi mudah dibersihkan. Dengan
menggunakan tabung vertikal, bukan horizontal, sirkulasi alami dari
cairan dipanaskan dapat dibuat untuk memberikan transfer panas
yang baik.

Gambar 2.7 Proses alat vertical tube evaporasi


Prosesnya, yaitu :
 Standar
Feed masuk evaporator kemudian masuk tube melalui bawah
(tinggi cairan hampir sama dengan tinggi tube) steam masuk
ke pembungkus tube (dirongga steam). Jadi cairan berada
didalam tube sedangkan steam berada diluarnya, cairan akan
mendidih didalam tube. Cairan yang sudah pekat keluar
disalurkan melaluyi down take dan dikeluarkan dari bawah
evaporator, sedangkan kondensat, vapol, dan non kondensat
gas keluar dari tempat yang sudah disediakan. Luas down
take 75-100% dari luias gabungan seluruh tube.
 Basket
Feed masuk evaporator kemudian melalui bagian bawah
masuk kedalam tube-tubenya. Steam dimasukkan ke
pembungkus tube, hingga mendidihkan feed dalam tube.
11

Cairan yang telah pekat keluar melalui saluran bagian dasar


evaporator,sedangkan uap yang mungkin masih mengandung
air yang sangat halus ditangkap oleh deflector untuk
kemudian dimasukkan pipa lagi,sedangkan uap yang bebas
air keluar melalui saluran bagian atas evaporator.

5. Plate Evaporator
Mempunyai luas permukaan yang besar, Plate biasanya tidak rata dan
ditopangoleh bingkai (frame). Uap mengalir melalui ruang-ruang di
antara plate. Uap mengalir secara co-current dan counter current
terhadap larutan. Larutan dan uap masuk ke separasi yang nantinya
uap akan disalurkan ke condenser. Evaporator jenis ini sering dipakai
pada industri susu dan fermntasi karena fleksibilitas ruangan. Tidak
efektif untuk larutan kental dan padatan.

Gambar 2.8 Proses alat plate evaporator

2.1.4 Aplikasi Evaporator


Aplikasi dari evaporator antrara lain digunakan pada pabrik gula, pabrik,
garam, industri bahan kimia, industri makanan dan minuman, dan kilang minyak.
Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan
cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Kegunaan utama
dari evaporator adalah menguapkan air pada larutan sehingga larutan memiliki
konsentrasi tertentu. Pada industri makanan dan minuman, agar memiliki mutu
12

yang sama pada jangka waktu yang lama, dibutuhkan evaporasi. Misalnya untuk
pengawetan adalah pembuatan susu kental manis.
Evaporasi merupakan satu unit operasi yang penting dan biasa dipakai
dalam industri kimia dan mineral, misalnya industri aluminium dan gula.
Evaporator juga digunakan untuk mengolah limbah radioaktif cair. Kegunaan
lainnya adalah mendaur ulang pelarut mahal seperti hexane ataupun sodium
hydroxide pada kraft pulping bisa juga untuk menguapkan limbah agar proses
penanganan limbah lebih murah.
Contoh-contoh operasi evaporasi dalam industri kimia lainnya yaitu :
a. Pemekatan larutan NaOH
b. Pemekatan larutan KNO3
c. Pemekatan larutan NaCl
d. Pemekatan larutan nitrat
e. dan lain-lain.

2.2 Drying (Pengeringan)


Bahasa ilmiah pengeringan adalah penghidratan, yang berarti
menghilangkan air dari suatu bahan. Proses pengeringan atau penghidratan berlaku
apabila bahan yang dikeringkan kehilangan sebahagian atau keseluruhan air yang
dikandungnya. Proses utama yang terjadi pada proses pengeringan adalah
penguapan. Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap,
yaitu apabila panas diberikan kepada bahan tersebut. Panas ini dapat diberikan
melalui berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang baru ataupun
tenaga surya.
Pengeringan juga dapat berlangsung dengan cara lain yaitu dengan
memecahkan ikatan molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila
ikatan molekul-molekul air yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen
dipecahkan, maka molekul tersebut akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan
tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya.
Cara ini juga disebut pengeringan atau penghidratan. Untuk memecahkan
ikatan oksigen dan hidrogen ini, biasanya digunakan gelombang mikro. Gelombang
mikro merambat dengan frekuensi yang tinggi. Apabila gelombang mikro
13

disesuaikan setara dengan getaran molekul-molekul air maka akan terjadi resonansi
yaitu ikatan molekul-molekul oksigen dan hidrogen digetarkan dengan kuat pada
frekuensi gelombang mikro yang diberikan sehingga ikatannya pecah.Hal ini yang
menyebabkan air tersebut menguap. Proses yang sama terjadi pada oven gelombang
mikro (microwave) yang digunakan untuk memasak makanan.Pada pembahasan
selanjutnya kita tidak akan menyinggung proses pengeringan menggunakan
gelombang mikro, tetapi difokuskan pada pengeringan menggunakan tenaga panas.
Hal ini disebabkan sistem pengeringan gelombang mikro mahal dan tidak
digunakan secara luas untuk mengeringkan suatu bahan terutama dalam sektor
pertanian.
Dalam sektor pertanian sistem pengeringan yang umum digunakan adalah
tenaga surya. Pada sistem tenaga surya ini, bahan diexpose ke sinar surya secara
langsung maupun tidak langsung. Uap air yang terjadi dipindahkan dari tempat
pengeringan melalui aliran udara. Proses aliran udara ini terjadi karena terdapat
perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan udara ini dapat terjadi secara konveksi bebas
maupun konveksi paksa. Konveksi bebas terjadi tanpa bantuan luar, yaitu
pengaliran udara hanya bergantung pada perbedaan tekanan yang disebabkan oleh
perbedaan densitas udara, sedangkan pada konveksi secara paksa digunakan kipas
untuk memaksa gerakan udara.
Pada sistem pengeringan yang bersumberkan tenaga minyak, bahan yang
akan dikeringkan diletakkan di dalam suatu ketel tertutup. Udara panas hasil
pembakaran minyak dialirkan mengenai permukaan bahan tersebut. Akhir-akhir
ini, cara tersebut diatas juga digunakan dalam teknologi tenaga surya. Udara yang
dipanaskan oleh pengumpul surya digunakan untuk menguapkan air pada bahan.
Udara merupakan medium yang sangat penting dalam proses pengeringan, untuk
menghantar panas kepada bahan yang hendak dikeringkan, karena udara satu-
satunya medium yang sangat mudah diperoleh dan tidak memerlukan biaya
operasional. Oleh karena itu untuk memahami bagaimana proses pengeringan
terjadi, maka perlu ditinjau sifat udara.
14

Gambar 2.9 Proses drying

2.2.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses drying, yaitu :
A. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan
merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau
di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
 pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan
bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium
pemanasan sehingga air mudah keluar,
 potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak
dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan
kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan
yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan
tersebut.
15

B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya


Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu
keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih
basah.
C. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan
pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan
berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin
mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
D. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
E. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan
menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
16

masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan


kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah
sebagai berikut:
 Air bergerak melalui tekanan kapiler.
 Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap
bagian bahan.
 Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari
lapisan-lapisan permukaan komponen padatan dari bahan.
 Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan
uap.

2.2.2 Metode Umum Pengeringan


Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara
yang berbeda. Proses pengeringan dapat dikelompokkkan sebagai:
1. Batch : bahan dimasukkan ke dalam peralatan pengering dan pengering
berlangsung selama periode waktu tertentu.
2. Kontinu : bahan ditambahkan secara terus-menerus ke dalam pengering
dan bahan kering dipindahkan secara terus-menerus.
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus di
transfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air,
uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus di
transfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung (Wetryan,
2013).
Drying banyak digunakan dalam berbagai macam industri, baik industri
besar maupun kecil. Proses pengeringan sangat erat hubungannya dengan alat
pengering. Pemilihan alat pengering berdasarkan pertimbangan kondisi operasi,
kebutuhan energi, biaya perawatan, hasil yang diinginkan, kapasitas, bahan yang
diolah, jenis sumber energi alat, efisiensi energi serta pertimbangan-pertimbangan
ekonomis.
17

Diindustri alat-alat drying sangat berfariasi tergantung pada kebutuhan


industri yang bersangkutan. Mekanisme transfer panas pada alat pengering dapat
secara langsung ataupun tak langsung. Pada proses pengeringan cairan yang dapat
diuapkan adalah cairan bebas. Cairan bebas yaitu cairan total dalam bahan
dikurangi cairan kesetimbangan. Cairan kesetimbangan adalah cairan yang
terkandung dalam bahan yang setimbang dengan tekanan uap parsial dalam udara
setelah bahan dikenai proses pengeringan yang cukup lama pada kondisi
pengeringan konstan (Ginanjar, 2011).

2.3 Neraca Energi


Neraca energi adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan
energy dalam sebuah sistem. Neraca energi dibuat berdasarkan pada hukum
pertama termodinamika. Hukum pertama ini menyatakan kekekalan energi, yaitu
energi tidak dapat dimusnahkan atau dibuat, hanya dapat diubah bentuknya.
Perumusan dari neraca energi suatu sistem mirip dengan perumusan neraca massa.
Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suatu sistem dapat
berupa sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapat terjadi perpindahan massa
namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya terdapat satu neraca energi
untuk suatu sistem (tidak seperti neraca massa yang memungkinkan adanya
beberapa neraca komponen).
Suatu neraca energi memiliki persamaan :
Energi masuk = Energi keluar + Energi akumulasi
Tidak seperti neraca massa yang memiliki variabel produksi, neraca energi
tidak memiliki variabel produksi. Hal ini disebabkan energi tidak dapat diproduksi,
hanya dapat diubah bentuknya. Namun, bila terdapat suatu jenis energi diabaikan,
misalnya bila neraca dibuat dengan hanya memperhitungkan energi kalor saja,
maka persamaan neraca energi akan menjadi :
Kalor masuk + Kalor produksi = Kalor keluar + Kalor akumulasi
dengan kalor produksi bernilai negative jika kalor dikonsumsi. Neraca energi
digunakan secara luas pada bidang ilmu murni seperti fisika, biologi, kimia dan
geografi.
18

2.3.1 Single Unit Evaporator


Panas laten kondensasi dari uap (steam) pada bagian pemanas dipindahkan
melalui satu permukaan pemanas untuk menguapkan air dari larutan yang
mendidih di dalam ruang penguapan.
Neraca Massa :

Neraca Energi :

Dimana ;
 F = massa umpan
 xf = fraksi zat padat dalam umpan
 xp = fraksi zat padat dalam produk
 V = massa uap air
 P = massa produk
 cpf = panas spesifik dari umpan
 cpp = panas spesifik dari produk
 Tf = suhu umpan
 Tp = suhu produk atau suhu didih dalam evaporator
 ws = massa uap (steam) yang mengembun di dalam ruang uap
 hfg = panas latent kondensasi uap (steam)
 Hs = entalpi uap yang terjadi
 Hc = entalpi kondensat
 U = koeffisien pindah panas secara keseluruhan
 A =luas permukaan pindah panas dalam evaporator
 Ts = suhu uap (steam) yang mengembun
 Tp = suhu didih cairan di dalam evaporator
 q = kecepatan pindah panas
Efisiensi proses evaporasi berdasarkan penggunaan uap :
𝑣
𝑤𝑠
19

2.3.2 Multiple Unit Evaporator


Dua evaporator atau lebih dihubungkan, sehingga uap (vapour) dari
evaporator pertama dihubungkan menjadi uap (steam) bagi evaporator kedua.
Pada evaporator pertama :
q1 = U1.A1.(Ts – T1) = U1.A1.ΔT1
Pada evaporator kedua :
q2 = U2.A2.(T1 – T2) = U2.A2.ΔT2
Di persamaan kedua ini, perlu diingat bahwa uap (steam) di evaporator
kedua berasal dari uap (vapour) evaporator pertama, dan akan terkondensasi pada
suhu yang hampir sama dengan titik didihnya. Jika evaporator bekerja seimbang
dan semua uap (vapour) dari evaporator pertama terkondensasi dievaporator
berikutnya, juga panas yang hilang dapat diabaikan, maka :
q1 = q 2
Jika kedua evaporator dibuat dengan A1 = A2, maka persamaannya :
𝑼𝟐 ∆𝑻𝟏
=
𝑼𝟏 ∆𝑻𝟐
Pada two-effect evaporator (evaporator ganda), suhu uap (steam) di evaporator
pertama lebih tinggi daripada di evaporator kedua dan titik didih di evaporator
kedua lebih rendah daripada evaporator pertama.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Evaporator (penguapan) adalah pemisahan uap air dalam bentuk suatu
campuran murni yang mengandung air relatif banyak. Sedangkan, drying
(pengeringan) adalaha mengurangi kadar air dalam bahan padat atau semi
padat.
2. Pada bidang industri single unit evaporator digunakan untuk produk hanya
melalui satu buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas
permukaan pindah panas. Sedangkan, multiple unit evaporator digunakan
untuk suatu metode lebih dari satu, seperti misalnya uap dari evaporator
kedua dimasukkan ke dalam rongga uap evaporator ketiga, dan berlanjut
sampai beberapa evaporasi.
3. Neraca massa untuk single unit evaporator panas laten kondensasi dari uap
(steam) pada bagian pemanas dipindahkan melalui satu permukaan pemanas
untuk menguapkan air dari larutan yang mendidih di dalam ruang
penguapan. Sedangkan, multiple unit evaporator dua evaporator atau lebih
dihubungkan, sehingga uap (vapour) dari evaporator pertama dihubungkan
menjadi uap (steam) bagi evaporator kedua.

20
DAFTAR PUSTAKA
http://kusumaworld25.blogspot.com/2012/09/evaporator.html. Diakses pada 03
Desember 2018
http://id.wikipedia.org/wiki/Evaporator. Diakses pada 03 Desember 2018
http://www.angelfire.com/ak5/process_control/evaporasi.html. Diakses pada 03
Desember 2018
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-88852306100604Chapter1.pdf.
Diakses pada 03 Desember 2018
http://id.wikipedia.org/wiki/Penguapan. Diakses pada 03 Desember 2018
http://id.wikipedia.org/wiki/Penguapan. Diakses pada 03 Desember 2018
http://www.scribd.com/doc/85581188/Makalah#download. Diakses pada 03
Desember 2018
http://kusumaworld25.blogspot.com/2012/09/evaporator.html. Diakses pada 03
Desember 2018
http://tulisandicky.blog.friendster.com/. Diakses pada 03 Desember 2018
http://www.acehforum.or.id/evaporatort13417.html?s=b07100390ca72af272e405
d9f04445d0. Diakses pada 03 Desember 2018
Hui YH. 2006. Handbook of Food Science, Technology, and Engineering, Volume
3. Boca Raton: Taylor & Francis Group. Hal:102-11.
Mc Cabe, Warren L. 1993. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Jakarta :Penerbit Erlangga

21
LAMPIRAN
CONTOH SOAL
Soal :
Triple effect evaporator, mengevaporasi 500kg/jam dari larutan 10% menjadi
larutan 30%, uap tersedia pada 200 kPa gauge dan tekanan evaporasi pada effect
terakhir adalah 60kPa absolute. Asumsi, koeffisien pindah panas keseluruhan pada
effect pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut adalah 2.270, 2.000, dan
1.420 J/m2.s.oC. Abaikan panas sensible dan pindah panas seimbang pada setiap
effect. Hitung suhu evaporasi pada setiap effect?

Padatan Cairan Total

Umpan 50 450 500

Produk 50 117 167

Evaporasi 333

Penyelesaian :
Persamaan pindah panas pada setiap effect : q1 = q2 = q3
U1.A1. Δt1 = U2.A2. Δt2 = U3.A3. Δt3 Δt1 + Δt2 + Δt3 = (134 – 86)oC = 48oC
Jika A1 = A2 = A3, maka Δt2 = Δt1(U1/ U2) dan Δt3 = Δt1(U1/ U3)
Jadi, Δt1 (1 +(U1/ U2) +(U1/ U3)) = 48 oC
Δt1 (1 +(2.270/ 2.000) +(2.270/ 1.420)) = 48 oC
3,73 Δt1 = 12,9oC
Δt2 = Δt1(U1/ U2) = 12,9oC+(2.270/ 2.000) = 14,6oC
Δt3 = Δt1(U1/ U3) = 12,9oC+(2.270/ 1.420) = 20,5oC
Jadi,
Suhu evaporasi pada effect pertama = (134 – 12,9)oC = 121,1oC
dan panas latent nya (dari Steam Tabel) 2.200 kJ/kg.
Suhu evaporasi pada effect kedua = (121,1 – 14,6)oC = 106,5oC
dan panas latent nya (dari Steam Table) 2.240 kJ/kg.
suhu evaporasi pada effect ketiga = (106,5 – 20,5)oC = 86oC
dan panas latent nya (dari Steam Table) 2.294 kJ/kg.

Anda mungkin juga menyukai