Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SATUAN OPERASI

ANALISIS NERACA MASSA PADA PROSES EVAPORASI


MENGGUNAKAN LARUTAN GULA PASIR DAN KECAP

DISUSUN OLEH

M. ABYAD HOFID TAQIYA (J1B022119)


M.FAJAR AULIA (J1B022120)
M.RIFQI AL-AFGONI (J1B022121)
MUH.HAIRUL AZMI (J1B022124)
MUH.TAUFIKURRAHMAN (J1B022125)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah Swt karena telah melimpahkan
rahmat berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Tidak lupa dihaturkan sholawat beserta salam atas junjungan alam Nabi Besar Muhammad
SAW. Dan tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah
Satuan Operasi, yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Satuan Operasi, semester tiga
program studi Teknik Pertanian.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 19 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan............................................................................................................................... 1
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 3
BAB III METODOLOGI ............................................................................................................. 5
3.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan...................................................................................... 5
3.2. Alat Dan Bahan ................................................................................................................ 5
3.3. Prosedur Pengamatan ....................................................................................................... 5
3.3.1. Langkah Kerja ........................................................................................................... 5
3.3.2. Diagram Alir ............................................................................................................. 5
3.4. Parameter .......................................................................................................................... 6
3.5. Analisis ............................................................................................................................. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 8
4.1. Hasil Pengamatan ............................................................................................................. 8
4.2. Pembahasan .................................................................................................................... 10
BAB V PENUTUP....................................................................................................................... 13
5.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 13
5.2. Saran ............................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Hasil Pengamatan Suhu dan Total Padatan terlarut Gula Pasir ..................................... 8
Tabel 1. 2 Hasil Pengamatan Suhu dan total Padatan Terlarut Kecap............................................ 8

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Diagram Alir langkah kerja pengukuran suhu dan total padatan terlarut .................. 5
Gambar 1. 2 Analisis Neraca Massa Selama Proses Evaporasi Gula Pasir .................................... 9
Gambar 1. 3 Analisis Neraca Massa Selama Proses Evaporasi Kecap........................................... 9
Gambar 1. 4 Grafik suhu dan padatan terlarut Gula Pasir ............................................................ 10
Gambar 1. 5 Grafik suhu dan padatan terlarut Kecap .................................................................. 10

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Neraca massa merupakan perhitungan semua bahan yang ada dalam proses.
Adakalanya bahan yang dikenakan proses berubah bentuk menjadi senyawa lain
atau menjadi konsumsi dalam sistem tersebut tetapi jumlah massanya tidak
berubah titik neraca massa sangat dibutuhkan dalam pengolahan suatu bahan
pangan karena setiap bahan memiliki massa titik neraca massa sangat berkaitan
dengan proses pengolahan bahan pangan karena neraca massa sangat diperlukan
untuk menghitung suatu bahan titik masa yang tumbuh dan masa yang terambil
diartikan bila terjadi reaksi kimia, maka bahan tersebut bisa terambil dan
membentuk senyawa lain.

Bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan aktivitas kehidupan


atau metabolisme, jadi memungkinkan masih adanya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan daya simpan bahan tersebut rendah titik salah satu cara untuk
mengatasinya adalah dengan menurunkan aktivitas air dalam bahan hasil
pertanian penurunan air ini akan membuat bahan lebih awet karena proses
pertumbuhan pada mikroba akan terhambat. Bahan hasil pertanian merupakan
bahan yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Karenanya, dibutuhkan
penanganan lebih lanjut terkait dengan pengurangan aktivitas air untuk
memperpanjang masa simpan bahan pangan dengan cara evaporasi. Evaporasi
ditunjukkan untuk mendapatkan massa yang lebih pekat dengan jalan
menguapkan sebagian air yang ada pada masa cair.

Evaporasi merupakan proses pengurangan kadar air suatu larutan. Evaporasi


juga merupakan perlakuan pendahuluan proses untuk selanjutnya, misalnya
pemekatan sari buah susu cair sebelum dikeringkan dengan sprei dying proses
evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air evaporasi juga dapat
meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan
memperkecil volume larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan
penyimpanan dan transportasi titik bahan pangan yang mengandung kadar air
tinggi dapat diawetkan dengan teknik evaporasi sehingga kadar air yang
terkandung akan menurun dan pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat.
Pada umumnya, proses evaporasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu suhu dan
tekanan, selama evaporasi luas permukaan jenis bahan dan viskositas bahan.

1.2.Tujuan
1. Memahami Prinsip Kerja Evaporasi dengan Mengamati Perubahan yang
Terjadi Seperti Suhu dan Total Padatan Terlarut.

1
2. Menerapkan Prinsip Kerja Evaporasi dalam Kehidupan Sehari – hari.

1.3.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip Kerja Evaporasi?
2. Bagaimana Penerapan Prinsip Kerja Evaporasi dalam Kehidupan Sehari –
hari?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Neraca massa adalah suatu energi yang dibuat untuk sebuah proses atau bagian
dari proses yang dipisahkan dari lingkungan sebagaimana dalam neraca bahan titik
neraca massa merupakan perhitungan bahan masuk dan bahan keluar dari sistem yang
didasarkan pada prinsip hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa materi tidak
diciptakan atau dihancurkan dalam proses dan massa total tetap tidak berubah titik neraca
massa dibagi menjadi dua yaitu neraca massa tidak bereaksi dan neraca massa bereaksi
titik pada neraca massa tidak bereaksi memiliki keadaan tidak bereaksi yang memberikan
kepastian bahwa di dalam sistem jumlah massa total ataupun mol total sama dengan
massa mol setiap senyawa kimia dan jumlah senyawa yang masuk harus sama dengan
massa yang keluar. Adapun neraca bereaksi melibatkan penataan ulang molekul untuk
membentuk berbagai senyawa molekul yang berbeda, maka input output senyawa dalam
kimia dalam reaksi tidak seimbang titik neraca massa dapat digunakan pada proses
evaporasi atau penurunan aktivitas pada bahan pangan sehingga neraca massa dan
evaporasi berkaitan satu sama lain (Saragih., et al. 2022).

Evaporasi secara umum merupakan proses perubahan status air dan bentuk cair ke
bentuk gas. Dalam proses daur hidrologi evaporasi merupakan perpindahan air dari
permukaan lautan dan daratan ke atmosfer. Penguapan atau evaporasi air merupakan
tahapan pertama dalam daur hidrologi dan berpengaruh terhadap masukkan air ke dalam
daratan titik proses evaporasi terjadi karena adanya ketersediaan air atau defisit tekanan
uap air yang tergantung pada faktor cuaca seperti suhu udara, kecepatan angin, tekanan
atmosfer, radiasi matahari, kualitas air dan bentuk serta sifat dari permukaan yang
berevaporasi. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor lokasi
geografis musim, interval waktu dan lain-lain sehingga proses evaporasi merupakan
proses yang cukup rumit untuk dilakukan pengukuran dan perhitungannya (Wati., et al.
2019).

Evaporasi merupakan jumlah air atau kuantitas air yang menguap pada
permukaan air terbuka atau dari permukaan tanah oleh proses fisika. Sedangkan
transpirasi merupakan proses di mana air pada tumbuh-tumbuhan berpindah ke atmosfer
dalam bentuk uap air. Proses penguapan merupakan tahap pertama dalam siklus hidrologi
bumi dan berpengaruh pada kebutuhan air di daratan titik sekitar 85% proses penguapan
terjadi di lautan sedangkan di darat, proses penguapan relatif lebih kecil dibandingkan
lautan, namun sekitar 60-70% volume air yang dihasilkan dan hujan yang turun di
daratan akan menguap pada daratan juga. Hal ini menjadikan proses penguapan menjadi

3
suatu tolak ukur penting yang menghubungkan perpindahan massa air melalui atmosfer
antara lautan dan daratan (Toruan & Prayoga, 2022).

Pada bahan pangan evaporasi merupakan suatu bentuk proses yang menggunakan
panas untuk menurunkan kandungan air dari bahan pangan yang berbentuk cairan. Hasil
dari evaporator yang diinginkan biasanya dapat berupa padatan dan berupa larutan
berkonsentrasi titik larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari berbagai
komponen yang mudah menguap titik evaporator vakum merupakan evaporator yang
menggunakan pemanasan langsung pada bahan, dengan pengaturan suhu yang bisa
diinginkan titik laju evaporasi didefinisikan sebagai kuantitas air yang berhasil
dievaporasi menjadi uap persatuan waktu tertentu titik dalam hal ini, laju evaporasi
merupakan laju penurunan kadar air. Dengan kata lain, nilai ini menunjukkan
kemampuan alat dalam mengeluarkan zat pelarut berupa air dari bahan yang diproses
(Syadani., et al. 2019).

Saat ini, teknologi evaporasi vacum banyak digunakan pada industri pangan
terutama pada pengolahan bahan pangan pasta atau cairan kental seperti pembuatan pasta
tomat produksi kecap, pengolahan jamu Cina pengolahan susu serta ekstraksi Sari jahe.
Penguapan atau evaporasi dapat dipakai untuk tujuan pemisahan larutan sehingga
menjadi lebih pekat. Selanjutnya larutan yang pekat ini biasanya dikerjakan untuk
kristalisasi. Perpindahan panas dan perpindahan massa adalah 2 proses dasar yang terjadi
pada penguapan dan atau evaporasi. Selama penguapan pada campuran larutan harus
diberikan panas untuk menyediakan tenaga yang diperlukan (Ismiyati & Sari, 2020).

4
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Pengamatan ini dilaksanakan pada Hari Rabu, 20 September 2023 dari
Pukul 13.00 WITA – Selesai di Laboratorium Bioproses. Fakultas teknologi
Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram.

3.2. Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang dihgunakan pada pengamatan ini yaitu, Alat:
Gelas ukur, kompor listrik, refraaktometer, spatula, stopwatch, dan thermometer.
Bahan: Air, gula merah, dan kecap.

3.3. Prosedur Pengamatan

3.3.1 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang dilakukan yaitu:

1. Disiapkan 100 gram gula pasir dan dilarutkan alam 250 ml air.
2. Kompor listrik dinyalakan terlebih dahulu.
3. Diletakkan gelas ukur diatas kompor listrik dan dituangkan larutan
gula pasir ke dalamnya.
4. Diukur suhu total padatan terlarut setiap 5 menit.
5. Amati perubahan suhu dan total padatan terlarut setiap 5 menit dan
dicatat.
6. Diulang Langkah kerja 1-5 untuk kecap.
3.3.2 Diadram Alir

Mulai

Disiapkan 100 gram gula pasir dan dilarutkan alam 250 ml air.

5
a

Kompor listrik dinyalakan terlebih dahulu.

Diletakkan gelas ukur diatas kompor listrik dan dituangkan larutan gula pasir
ke dalamnya.

Diukur suhu total padatan terlarut setiap 5 menit.

Amati perubahan suhu dan total padatan terlarut


setiap 5 menit dan dicatat.

Diulang Langkah kerja 1-5 untuk kecap.

Selesai

Gambar 1.1 Diagram alir langkah kerja pengukuran suhu dan total padatan terlarut

3.4. Parameter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan
parameter adalah ukuran seluruh populasi dalam penelitian yang harus
diperkirakan dari yang terdapat dalam percontohan. Parameter merupakan sebuah
nilai yang mengikuti sebagai acuan, keterangan atau informasi yang dapat
menjelaskan batas-batas atau bagian-bagian tertentu dari suatu sistem. Parameter
mengandung pengertian yaitu indikator dari suatu distribusi hasil
pengukuran.Dalam praktikum ini menggunakan dua parameter, antara lain:

a. Parameter yang diperoleh dari hasil pengamatan sebagai berikut:


Pengamatan perubahan yang terjadi pada gula pasir, pada waktu dan suhu
yang berbeda, pengamatan perubahan pada larutan kecap.
b. Parameter berdasarkan hasil perhitungan yakni, yang tercantum dalam
hasil analisis.

6
3.5. Analisis
Perhitungan

c. Kecap
Diketahui Min = 350gram
Tsin =
Tsout =
Ditanya Mout = ?
Min = ?
Penyelesaian:
 Min × Tsin % = Muap air + Mout x Tsout %
350 × 66,3 % = (Mair × Brix air) + Mout × Tsout %
66,3 85,2
350 × 100 = (250 × 0) + Mout × 100
350 × 0,663 = 0 + Mout × 0,852
232,05
= Mout
0,852
 Mout = 272,3 gram

d. Gula Pasir
Diketahui Min = 350 gram
Tsin = 26,5 %
Tsout = 33,4 %
Ditanya Mout = ?
Muap air = ?
Penyelesaian
 Min × Tsin % = Muap air + Mout × Tsout %
350 × 26,5 % = (Mair + Brix air) + Mout 33,4%
26,5% 33,4
350 × = (250 × 0) + Mout ×
100 100

350 × 0,265 = 0 + Mout × 0,334


92
= Mout
0,33

 Mout = 277,7 gram


 Min = Muap air + Mout
350 = Muap air + 277,7
Map air = 350 – 277,7
Muap air = 72,3 gram

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Pengamatan

Waktu (Menit) Suhu (°C) Total Padatan Terlarut (% Brix)


0 21 °C 26,5 %
5 33 °C 26,7 %
10 49 °C 26,4 %
15 64 °C 26 %
20 74 °C 26,8 %
25 80 °C 26,5 %
30 81 °C 28,2 %
35 85 °C 30,1 %
40 88 °C 31,1 %
45 89 °C 32,1 %
50 89 °C 33,5 %
55 90 °C 34,9 %
60 90 °C 33,4 %
Tabel 1. 1 Hasil Pengamatan Suhu dan Total Padatan terlarut Gula Pasir

Waktu (Menit) Suhu (°C) Total Padatan Terlarut (% Brix)


0 2,1 °C 64,3 %
5 3,9 °C 65,7 %
10 6,4 °C 67,3 %
15 8,4 °C 69,2 %
20 8,5 °C 73,6 %
25 9,2 °C 73,4 %
30 9,5 °C 81,4 %
35 9,7 °C 81,5 %
40 10 °C 82,7 %
45 10,2 °C 83 %
50 10,5 °C 83,5 %
55 10,6 °C 84,5 %
60 10,7 °C 85,2 %
Tabel 1. 2 Hasil Pengamatan Suhu dan total Padatan Terlarut Kecap

8
Grafik suhu dan total padatan terlarut gula pasir
120

100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Waktu (menit) Suhu ℃ Total padatan terlarut (% brix)

Gambar 1.1 Grafik suhu dan padatan terlarut gula pasir

Grafik suhu dan total padatan terlarut kecap


120

100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Waktu(menit) Suhu Total padatan terlarut

Gambar 2.2 Grafik suhu dan padatan terlarut kecap

9
Gambar 1. 3 Analisis Neraca Massa Selama Proses Evaporasi Gula Pasir

Gambar 1. Analisis Neraca Massa Selama Proses Evaporasi Kecap

4.2.Pembahasan
Evaporasi merupakan proses alami di mana air berubah dari bentuk cair menjadi
uap air di atmosfer titik di dalam bahan pangan evaporasi merupakan proses hilangnya air
dari bahan pangan, seperti buah, sayuran biji-bijian atau produk makanan lainnya. Proses
ini sering terjadi selama pengolahan makanan, penyimpanan, atau memasak. Evaporasi
dapat terjadi secara alami seperti ketika buah-buahan dibiarkan di udara terbuka dan
airnya menguap, atau diinduksi dengan sengaja, seperti dalam proses pengeringan
makanan atau pemurnian gula. Dalam konteks pengawetan makanan, evaporasi adalah
cara penting untuk mengurangi kadar air dalam makanan, yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dan memperpanjang umur simpan produk makanan titik
selain itu, evaporasi juga dapat mempengaruhi tekstur dan rasa makanan, terutama dalam

10
pengolahan makanan seperti pembuatan saus atau konsentrat buah, dimana
menghilangkan sebagai air dapat menghasilkan produk yang lebih padat dan kaya rasa.

Prinsip kerja evaporasi pada bahan pangan melibatkan penghilangan air dari
bahan tersebut dengan memanfaatkan panas titik proses ini dapat dibagi menjadi
beberapa tahap, pertama, bahan pangan ditempatkan dalam lingkungan yang memiliki
suhu lebih tinggi daripada suhu normal. Ini mengakibatkan perbedaan suhu yang
mendorong transfer energi panas dari lingkungan ke bahan pangan ketika suhu bahan
pangan mencapai titik didih air, molekul-molekul air dalam bahan mulai bergerak dengan
lebih cepat dan sebagian dari mereka berubah menjadi uap titik uap air ini kemudian
dikeluarkan dari bahan pangan melalui ventilasi atau peralatan khusus seperti pengering
dan pemanggang. Prinsip evaporasi ini digunakan dalam berbagai proses pengolahan
makanan seperti pengeringan pembuatan jus konsentrat, atau pembuatan produk seperti
sereal dan kripik.

Suhu memiliki peran kunci dalam proses evaporasi. Semakin tinggi suhu, semakin
besar energi panas yang tersedia untuk merangsang pergerakan molekul air. Ketika bahan
pangan dipanaskan, molekul air di dalamnya akan memiliki energi kinetik yang lebih
besar, yang memungkinkan lebih banyak molekul air berubah menjadi uap titik proses ini
sangat bermanfaat dalam pengeringan makanan pemanggangan, atau pengolahan
makanan lainnya yang melibatkan pengurangan kadar air. Tingkat evaporasi yang efisien
pada suhu yang tepat dapat membantu mengawetkan makanan, meningkatkan umur
simpan, dan menghasilkan produk makanan dengan tekstur dan rasa yang diinginkan titik
oleh karena itu pemahaman dan pengendalian suhu dalam proses pengolahan bahan
pangan adalah faktor kunci untuk mencapai hasil yang baik dalam produk makanan.

Pada praktikum tentang neraca masa evaporasi didapatkan hasil pengamatan suhu
dan total padatan terlarut dari 2 sampel bahan, yakni gula pasir dan kecap. Pada bahan
gula pasir, pada menit ke-0, didapatkan suhu sebesar 21°C dengan total padatan terlarut
sebesar 26,5%, pada menit ke-5 didapatkan suhu sebesar 33°C dengan total padatan
terlarut sebesar 26,7%, pada menit ke-10 dengan suhu 49°C didapatkan total padatan
terlarut sebesar 26,4%, pada menit ke-15 dengan suhu 64°C total padatan terlarut sebesar
26%, pada menit ke-20 dengan suhu 74°C, total padatan terlarut sebesar 26,8%, pada
menit ke-25 dengan suhu 80°C, total padatan terlarut sebesar 26,5%, pada menit ke-30
dengan suhu 81°C, total padatan terlarut sebesar 28,2%, pada menitnya 35 dengan suhu
85°C, total padatan terlarut sebesar 30,1%, pada menit ke-40 dengan suhu 88°C total
padatan terlarut sebesar 31,1%, pada menit ke-45 dengan suhu 89°C, total padatan
terlarut sebesar 32,1% pada menit ke-50 dengan suhu 89°C, total padatan terlarut sebesar
33,5% pada menit ke 55 dengan suhu 90°C, total padatan terlarut sebesar 34,9% pada
menit ke-60 dengan suhu 90°C, total padatan yang terlarut sebesar 33,4%. Pada bahan
kecap, menit ke-0 dengan suhu 2, 1°C, total padatan terlarut sebesar 64,3%, pada menit
kelima dengan suhu 3,9°C, total padatan terlarut sebesar 65,7% pada menit ke-10 dengan
11
suhu 6,4°C, total padatan terlarut sebesar 67,3%, pada menit ke-15 dengan suhu 8,4°C,
total padatan terlarut sebesar 69,2%, pada menit ke-20 dengan suhu 8,5°C, total padatan
terlarut sebesar 73,6%, pada menit ke-25 dengan suhu 9,2°C, total padatan terlarut
sebesar 73,4%, pada menit ke-30 dengan suhu 9,5°C, total padatan terlalu sebesar 81,4%,
pada menit ke-35 dengan suhu 9,7°C, total padatan terlarut sebesar 81,5%, pada menit
ke-40 dengan suhu 10°C, total padatan terlarut sebesar 82,7%, pada menit ke 45 dengan
suhu 10,2°C, total padatan terlarut sebesar 83%, pada menit ke-50 dengan suhu 10,5°C,
total padatan terlarut sebesar 83,5%, pada menit ke-55 dengan suhu 10,6°C, total padatan
terlarut sebesar 84,5% pada menit ke 60 dengan suhu 10, 7°C, total padatan terlarut
sebesar 85,2%.

Evaporasi memiliki peran yang signifikan dalam bidang teknik pertanian titik
pemahaman tentang evaporasi penting untuk mengelola sumber daya air dengan efisien.
Evaporasi adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi jumlah air yang tersedia untuk
tanaman, terutama di daerah yang panas dan kering. Penggunaan tentang pengetahuan
tingkat evaporasi lokal untuk merancang sistem irigasi yang efektif dan mengatur jadwal
penyiraman yang tepat. Selain itu mereka juga memanfaatkan teknologi seperti tutupan
tanah atau penutup air untuk mengurangi tingkat evaporasi dari permukaan air irigasi.
Selain itu juga pemahaman tentang evaporasi digunakan untuk menghitung tingkat
penguapan air waduk bendungan atau saluran air yang mempengaruhi pengelolaan
sumber daya air dan perencanaan pertanian yang berkelanjutan.

12
BAB V
PENUTUP

6.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

1. Memahami prinsip kerja evaporasi adalah kunci untuk memahami bagaimana


perubahan suhu dan total padatan terlarut mempengaruhi proses ini. Melalui
pengamatan kita dapat mengenali bagaimana suhu yang lebih tinggi dapat
meningkatkan tingkat evaporasi sedangkan total padatan terlarut dapat
mempengaruhi kemurnian zat yang tertinggal.

2. Prinsip kerja evaporasi dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam mulai


dari proses pengolahan makanan yang menggunakan pengeringan hingga
penggunaan evaporasi dalam pendinginan tubuh manusia melalui keringat.
Dengan memahami prinsip ini, kita dapat mengoptimalkan berbagai aspek
kehidupan seperti pengolahan makanan, pelestarian sumber daya air dan
pemahaman tentang perubahan cuaca yang berkaitan dengan evaporasi.

6.2.Saran
1. Bagi Penulis
a. Ketidaksempurnaan dalam penulisan Tugas ini dapat dijadikan
pembelajaran untuk tahap selanjutnya.
b. Penulis tetap berusaha untuk mempelajari isi dari makalah ini.
2. Bagi Pembaca
a. Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Satuan Operasi.
Maka apabila ada kesalahan dalam penulisan sekiranya pembaca untuk
bisa menambahkan kritik dan saran yang membangun.
b. Dapat memberikan gambaran mengenai salah satu tugas pada mata kuliah
Satuan Operasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ismiyati., F. Sari. 2020. IDENTIFIKASI KENAIKAN TITIK DIDIH PADA PROSES


EVAPORASI, TERHADAP KONSENTRASI LARUTAN SARI JAHE. Jurnal
Universitas Muhammadiyah. 9(2): 33 – 39.

Saragih, K. P., Y. Sitanggang., T. Engaline. 2022. PERHITUNGAN KEBUTUHAN


STEAM UNTUK MENGUAPKAN AIR DI UNIT Cl02 GENERATOR,
CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI. Tbk – PORSERA, Jurnal
Rekayasa, Teknologi Proses Dan Sains Kimia. 2(1): 1 12.

Syakdani, A., I. Purnamasari., E. Nesessary. 2019. PROTOTIPE ALAT EVAPORATOR


VAKUM (EFEKTIVITAS TEMPERATUR DAN WAKTU EVAPORASI
TERHADAP TEKANAN VAKUM DAN LAJU EVAPORASI PADA
PEMBUATAN SIRUP BUAH MENGKUDU (Morinda Citrifolia) ). KINETIKA.
10(2): 29 – 35.

Toruan, K. L., Prayoga, V. S, 2022. Digitalisasi Piche Evaporimeter. Jurnal


Instrumentasi dan Teknologi Kebumian. 1(1): 1 – 18.

Wati. T., H. Pawitan., A. Sopaheluwakan. 2020. Pengaruh Parameter Cuaca Terhadap


Proses Evaporasi Pada Interval Waktu Yang Berbeda. Jurnal Meteorologi dan
Geofisika. 16(3): 155 – 165.

14

Anda mungkin juga menyukai