PRAKTIK EKOLOGI
INDUSTRI
Disusun Oleh :
Shafa Salsabila
19.03.07.066
2021
i
Lampiran Lembar Pengesahan
Oleh :
Shafa Salsabila
19.03.07.066
Di
Di setujui, Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................................ i
Lembar Pengesahan...................................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
Daftar Tabel.................................................................................................................. v
Daftar Gambar..............................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
2.3 Saponifikasi.............................................................................................. 10
2.4 Sabun.......................................................................................................... 11
iii
2.4.2 Pengertian Sabun............................................................................ 12
2.5.3 Gliserin........................................................................................... 14
2.5.1 Fragerance...................................................................................... 15
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan................................................................................................ 28
BAB 6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan................................................................................................ 34
Daftar Pustaka............................................................................................................ 35
Lampiran-lampiran..................................................................................................... 36
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman lidah buaya merupakan salah satu tanaman yang banyak di
temukan di daerah tropis seperti Indonesia. Penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya dalam bentuk sediaan krim terbukti
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli (Azubuike et al., 2015).
Selain itu, ekstrak lidah buaya dalam bentuk sediaan gel juga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis (Widia,
2012). Hal ini disebabkan lidah buaya mengandung saponin, flavonoid,
terpenoid, tanin, dan antrakuinon (Kumar et al., 2012).
Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak/
minyak dengan alkali. Sabun merupakan komoditi hasil dari olahan ekstrak
lidah buaya yang populer dan berfungsi sebagai zat yang mampu
membersihkan dan mengangkat kotoran. Reaksi yang terjadi pada saat
pembuatan sabun dari ekstrak lidah buaya disebut Saponifikasi.
Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kedelai
(Trigliserida) dengan alkali beruba NaCl dan KOH sehingga menghasilkan
gliserol dan alkali Na (Sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan
mereaksikan lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.
Penggunaan sabun cair juga telah meluas terutama pada sasaran
publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat paratikel dalam suspensi yang mudah dibawa oleh air bersih.
1
1.3. Tujuan Praktikum
Tujuan untuk pengetahui pengaruh kecepatan pengadukan dan volume
ekstraksi, serta mengetahui kondisi proses yang optimal dalam pembuatan
sabun mandi cair.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lidah Buaya
1. Pengertian Lidah Buaya
Lidah buaya adalah tanaman yang masuk ke indonesia sekitar abad ke-
17, yang dibawa oleh seorang petani keturunan Cina. Tanaman lidah
buaya sebagai tanaman hias yang memiliki kandungan yang dapat
bermanfaat untuk kesehatan. Lidah buaya juga digunakan sebagai bahan
dasar obat-obatan dan kosmetika, baik secara langsung dalam keadaan
segar atau diolah oleh perusahaan dan dipadukan dengan bahan-bahan
yang lain. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi
serta bahan makanan dan minuman kesehatan.
Menurut Arifin (2015:2) lidah buaya adalah tanaman yang sudah
dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur
rambut, penyembuh luka dan untuk perawatan kulit. Sedangkan menurut
Yulianto (2012:11) Lidah buaya (Aloe vera) adalah tanaman yang telah
lama dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat
untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman lidah buaya semakin populer
karena manfaatnya yang semakin luas diketahui, yakni sebagai sumber
penghasil bahan baku untuk aneka produk industri makanan, farmasi dan
kosmetika.
Pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa lidah buaya
merupakan tanaman serba guna untuk kesehatan yang mudah ditranam
dan tumbuh didaerah berhawa panas. Tanaman ini mendapat julukan
tanaman ajaib karena memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi
kehidupan manusia. Lidah buaya memiliki banyak kandungan yang
bermanfaat untuk tubuh yaitu enzim, asam amino, vitamin, mineral
polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
3
2. Morfologi Lidah Buaya
Lidah buaya merupakan tanaman liar yang bisa hidup ditempat yang
berhawa panas, lidah buaya juga merupakan tanaman hias yang bisa
ditanam di pot atau dipekarangan rumah. Tanaman lidah buaya juga
memiliki data klasifikasi:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Angiospermae
Bangsa : Monocotyledoneae
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Jenis : Aloe vera
Nama lokal lidah buaya: Lidah buaya (Indonesia), Crocodiles
tongues (Inggris), Jadam (Malaysia), Salvina (Spanyol), Lu hui (Cina).
Menurut Arifin, Jamal (2015: 5-8) morfologi lidah buaya sebagai
berikut:
1. Batang
Batang merupakan salah satu dari tubuh tumbuhan. Selain
sebagai tempat pelekatan daun, bunga dan buah, batang juga
berfungsi sebagai jalan pengangkutan air dan zat – zat mineral
yang terlarut didalamnya. Pada beberapa tumbuhan, batang
diguanakan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
2. Daun
Daun tanaman lidah buaya berbentuk pita dengan helaian
yang memanjang. Daunnya berdaging tebal, berwarna hijau keabu
– abuan, bersifat sukulen atau banyak mengandung air dan banyak
mengandung getah atau lendir sebagai bahan baku obat. Berikut
ciri-ciri daun tanamn lidah buaya yaitu Berdaging tebal dan tidak
bertulang, Berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan
lilin dipermukaannya dan Bersifat sukulen, yakni mengandung air,
4
getah atau lendir yang mendominasi daun, rata dibagian atas dan
membulat dibagian bawah.
4. Akar
Lidah buaya memiliki sistem perakaran yang sangat pendek dengan
akar berbentuk serabut, yaitu akar samping yang keluar dari
pangkal batang atau buku, umumnya bergerombol dan berfungsi
menggantikan akar tunggang yang tidak berkembang. Akar lidah
buaya memiliki panjang rata – rata bisa mencapai 30 – 1000 cm.
5
Gambar 2.3 Akar Lidah Buaya
6
Bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang umum dimanfaatkan
adalah:
1. Daun yang dapat dimanfaatkan langsung, baik secara tradisional
maupun dalam bentuk ekstrak.
2. Eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan
kental) secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk
pemeliharaan rambut , penyembuh luka dan sebagainya.
3. Gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat dalam daun
setelah eksudat dikeluarkan) bersifat mendingin dan mudah rusak
karena oksidasi, sehingga diperlukan proses pengolahan lebih lanjut
agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama. Gel lidah buaya ini
tidak berwarna dan tidak berbau, tidak mempengaruhi rasa atau rupa
dari buah, aman digunakan, alami serta aman bagi lingkungan. Gel
lidah buaya yang terdiri dari polisakarida, berperan menghalangi
kelembaban dan oksigen yang dapat mempercepat pembusukan
makanan. Menurut Reynolds dan Dweck, (1999), gel ini juga
mengandung antibiotik dan anti cendawan yang berpotensi
memperlambat atau menghalangi mikroorganisme yang
mengakibatkan keracunan makanan pada manusia.
7
Tabel 2.1 Kandungan yang terdapat Lidah Buaya
No Zat Kegunaan
.
1. Lignin Mempunyai kemampuan
penyerapat yang tinggi, sehingga
memudahkan peresapan gel
kekulit atau mukosa
2. Saponin Mempunyai kemampuan
membersihkan dan bersifat anti
septik
Bahan pencuci yang sangat
baik
3. Kompleks Bahan laktasatif
anthraquinone aloin, Penghilang rasa sakit,
barbaloin, iso mengurangi racun
barbaloin, antralonin, Senyawa anti bakteri
aloe emodin, Mempunyai kandungan anti
antranchene, aloetic, biotik
acid, ester asam
sinamat, asam
krisopanat, eteral oil,
resistanol
4. Acemannan Sebagai anti virus
Anti bakteri
Anti jamur
Dapat menghancurkan sel
tumor, serta meningkatkan
daya tahan tubuh
5. Vitamin B1, B2, Bahan penting untuk menjalankan
Niacinamida, B6, fungsi tubuh secara normal
cholin, asam fola
8
6. Enzim oksidase, Mengatur proses – proses kimia
amilase, katalase, dalam tubuh
lifase, protease Menyembuhkan luka dalam
dan luar
7. Monosakarida, Bahan laktasatif
polisakarida, selulosa, Penghilang rasa sakit
glukosa, mannosa, Mengurangi racun
aldopentosa, rhamnosa Senyawa anti bakteri
Mempunyai kandungan anti
biotik
8. Tennin, aloctin A Sebagai anti inflamasi
9. Enzim bradikinase, Mengurangi inflamasi
karbiksipeptidase Anti alergi
Dapat mengurangi rasa sakit
10. Glukomannan, Memberikan efek
mukopolysakarida immunomodulasi
11. Salisilat Menghilangklan rasa sakit, anti
inflamasi
Arifin Jamal, 2015
2. Minyak Kedelai
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi
kehidupan makhaluk hidup. Lemak dan minyak merupakan salah satu
kelompok yang termasuk golongan lipida. Salah satu sifat khas dan
mencirikan golongan lipida adalah daya larut dalam pelarutorganik
(misalknya ether, benzene, chloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya
dalam pelarut air.
Kelompoklipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan
struktur kimia tertentu
1. Kelompok Trigliserida (lemak, minyak, asam lemak dan lain-lain)
2. Kelompok turunan asam lemak (lilin, aldehid, asam lemak dan lain-
lain)
9
3. Dosdolipda dan serebrosida (termasuk glikolipida)
4. Sterol-sterol dan steroida
5. Karotenoida
6. Kelompok lipida lain
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan
bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigleserida merupakan
senyawa hasil kondesasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul
asam lemak
3. Saponifikasi
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabunyang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan
alkali yang menghasilan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun).
Sabun merupakan garam (Natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang
panjang.
Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / triglisrida.
10
Gambar 2.4 reaksi saponifikasi tripalmitin / triglisrida
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netrelisasi
Fatty Acid (FA), namun disini hanya didapatsabun tanpa adanya Gliserin
(Glycerol), karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah
dipisahkan sendiri
11
2. Pengertian Sabun
Sabun dalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi
penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga
produk yang memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun
merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak seperti
batangan.
Sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi
saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh
adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi
ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam
karboksilat.
Prosip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara olekul kotoran, sabun,
dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa
lemak. Untuk mempermudah penjelasa, bisa kita tinjau minyak goreng
sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak dan tidak
jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umunya terdiri
dari asam mitistat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam
lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam
linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat
atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).
Seperti yang kita ketahui air adalah substansi kimia dengan rumus
kimia H2O, Yaitu molekul yang tersusum atas dua atom hidrogen yang
terikat secara kovalen pada satu tom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 (0° C). air sering disebut
sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.
Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut
12
menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul
dipol-pol) antara molekul-molekul air.
Bahan baku pembuatan sabun yaitu Minyak Kedelai Minyak kedelai
adalah minyak nabati yang dihasikan dari biji kedelai. Minyak kedelai
merupakan salah satu minyak goreng yang paling banyak digunakan.
Selain itu, minyak kedelai juga digunakan sebagai minyak pengering
(drying oil), yaitu minyak yang mampu mengeras seiring waktu selama
terpapar dengan udara dan membentuk lapisan kedap air.
Sabun mandi yang dikategorikan baik jika sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Adapun syarat mutu sabun cair adalah sebagai berikut (Depkes RI,
1996):
Tabel 2.2 Syarat Mutu Sabun Mandi cair Menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI 06 – 4085-1996)
Warna Khas
2. pH pada 25C 8 – 11
3. Alkali bebas Maksimal 0,1 %
4. Bahan aktif Minimal 15%
5. Bobot jenis pada 25C g
1,01 – 1,1
ml
6. Cemaran mikroba : Angka lempeng 3 koloni
Maksimal 1 x 10
gram
total
5. Sifat bahan
1. KOH (Kalium Hidroksida)
13
Kalium hidroksida (KOH) berupa kristal padat berwarna putih.
Penambahan KOH dalam sabun harus tepat, karena apabila terlalu
banyak dapat memberikan iritasi kulit, sedangkan bila terlalu sedikit
maka sabun yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas tinggi
yang mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran. Sifat-sifat KOH
adalah:
Sifat kimia
a) Bentuk fisik : padatan
b) Warna : putih
c) Berat molekul : 56,10564 g/mol
d) Titik didih : 1320° C (1663 K) pada 1 atm
e) Titik leleh : 360° C (1663 K) pada 1 atm
f) Densitas : 2,044 g/cm3 (Perry, 1997)
3. Gliserin
Gliserin digunakan sebagai zat tambahan (additive) dalam sabun
dan berfungsi sebagai pelembab (moisturizer) pada sabun. Penggunaan
gliserin dapat menghasilkan emulsi yang stabil tanpa meninggalkan
bekas licin atau berminyak. Gliserin bisa melembabkan dan
melembutkan kulit, menyejukan dan meminyaki sel-sel kulit juga.
Sifat-sifat gliserin adalah sebagai berikut :
Sifat Kimia :
14
Zat cair bening, lebih kental dari air dan rasanya man Sifat Kimia :
a) Zat cair bening, lebih kental dari air dan rasanya manis
b) Larut dalam air dan alkohol dengan semua perbandingan
c) Tidak larut dalam eter, benzena dan kloroform
d) Senyawa turunan alkohol (polialkohol) dengan tiga gugus OH
e) Dengan asam nitrat membentuk gliserol trinitrat
f) Bersifat higros kopis sehingga digunakan sebagai pelembab
g) Bereaksi dengan kalsium bisulfat membentuk akrolein
Sifat Fisika :
a) Berat molekul : 92,09 g/mol
b) Titik lebur : 17,9° C pada 1 atm
c) Titik didih : 290° C pada 1 atm
d) Densitas : 1,262 g/mL 5. Cp : 2,43 kJ/kg.K
15
b) Berat molekul : 342,517 g/mol
6. Fragrance
Fragrance merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk
kosmetik dengan tujuan menutupi bau yang tidak enak dari bahan dan
untuk memberikan bau wangi yang menyenangkan pemakainya.
Jumlah yang ditambahkan tergantung kebutuhan tetapi biasanya 0,05-
2% untuk campuran sabun. Parfum yang biasa dipakai adalah Essential
Oils dan Fragrance Oils. (Prayugo, 1995)
16
BAB 3
METODE PELAKSANAA
3.1. Alat Praktikum
Tabel 3.1 Alat Praktikum Pembuatan Sabun Cair dari Ekstrak Lidah Buaya
(Aloe vera)
2. Saringan 1 Menyaring
ekstrak lidah
buaya
5. Spatula 1 Pengaduk
17
6. Hot Plate 1 Memanaskan
ekstrak lidah
buaya
18
13. Kaca Arloji 1 Alas penimbanan
bahan pada
nercara analitik
2. NaCl 1,95gr
19
3. Cocamidropop 4,5 ml
yl Betain 10 ml
10,5 ml
4. Asam Asetat 6,3 gr
8,75 gr
10,5 gr
5. Glyserin 1,2 ml
1,2 ml
1,2 ml
6. Fragrance Secukupnya
aroma aloevera
7. Aquades Secukupnya
20
a) Formula 1 :
1) Semua bahan ukur pada gelas ukur dengan seksama
2) Dimasukkan minyak kedelai sebanyak 30 ml ke dalam gelas
kimia dan aduk menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan
±100rpm, kemudian ditambahkan dengan kalium hidroksida
40% sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sambil terus
dipanaskan pada suhu 50°C hingga mendapatkan sabun pasta
3) Sabun pasta ditambahkan NaCl 30 % sebanyak 25 ml secara
perlahan, aduk hingga homogen
4) Kemudian ditambahkan Fragrance secukupnya, lalu diaduk
hingga homogen
5) Dimasukkan 10ml ekstrak lidah buaya, lalu diaduk hingga
homogen
6) Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga volumenya
100ml, lalu diaduk hingga homogen
7) Masukkan ke dalam wadah bersih yang telah disiapkan.
Proses pengemdapan :
1) Pengendapan dilakukan dengan menggunakan corong pemisah
2) Masukkan cairan sabun kedalam corong pemisah
3) Lalu, tunggu satu malam sampai larutan mengendap dan
menghasilkan lapisan
4) Setelah terbentuk lapisan, kemudian pisahkan lapisan tersebut
kedalam gelas beaker 50ml.
21
3) kemudian ditambahkan dengan kalium hidroksida 40% sebanyak
16 ml sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan pada suhu
50°C hingga mendapatkan sabun pasta
4) Sabun pasta ditambahkan NaCl 30 % sebanyak 25 ml secara
perlahan, aduk hingga homogen
5) Kemudian ditambahkan Fragrance secukupnya, lalu diaduk
hingga homogen
6) Dimasukkan 30ml ekstrak lidah buaya, lalu diaduk hingga
homogen
7) Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga volumenya 100
ml, lalu diaduk hingga homogen
8) Masukkan ke dalam wadah bersih yang telah disiapkan.
22
1) Siapkan Sabun cair lidah buaya Formula 2
2) Aduk dengan magnetic stirer kemudian masukkan asam asetat
6,3 gr dan panaskan pada suhu 110°C tunggu hingga homogen
3) Kemudian tambahkan cocomidropopyl betain sebanyak 4,5 ml
4) Homogenkan dalam magnetik stirer
e) Formula 2 ( penambahan bahan)
1) Siapkan Sabun cair lidah buaya Formula 2
2) Aduk dengan magnetic stirer kemudian masukkan asam asetat
8,75 gr dan panaskan pada suhu 110°C tunggu hingga homogen
3) Kemudian tambahkan cocomidropopyl betain sebanyak 10 ml
4) Homogenkan dalam magnetik stirer
f) Formula 3
1) Semua bahan pada gelas ukur dengan seksama
2) Dimasukkan minyak kedelai sebanyak 30 ml ke dalam gelas
kimia, aduk menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan
±100rpm, kemudian ditambahkan dengan kalium hidroksida
40% sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sambil terus
dipanaskan pada suhu 50°C hingga mendapatkan sabun pasta
3) Sabun pasta ditambahkan NaCl 30 % sebanyak 25 ml secara
perlahan, aduk hingga homogen
4) Kemudian ditambahkan Fragrance secukupnya, lalu diaduk
hingga homogen
5) Dimasukkan 50ml ekstrak lidah buaya, lalu diaduk hingga
homogen
6) Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga volumenya 100
ml, lalu diaduk hingga homogen
7) Aduk dengan magnetic stirer kemudian masukkan asam asetat 10
gr dan panaskan pada suhu 110°C tunggu hingga homogen
8) Kemudian tambahkan cocomidropopyl betain sebanyak 10,5 ml
9) Homogenkan dalam magnetik stirer
23
g) Formula 4
1) Semua bahan pada gelas ukur dengan seksama
2) Dimasukkan minyak kedelai sebanyak 30 ml ke dalam gelas
kimia, aduk menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan
±100rpm, kemudian ditambahkan dengan kalium hidroksida
40% sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sambil terus
dipanaskan pada suhu 50°C hingga mendapatkan sabun pasta
3) Sabun pasta ditambahkan NaCl 30 % sebanyak 25 ml secara
perlahan, aduk hingga homogen
4) Kemudian ditambahkan Fragrance secukupnya, lalu diaduk
hingga homogen
5) Dimasukkan 50ml ekstrak lidah buaya, lalu diaduk hingga
homogen
6) Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga volumenya 100
ml, lalu diaduk hingga homogen
7) Aduk dengan magnetic stirer kemudian masukkan asam asetat 3
gr dan panaskan pada suhu 110°C tunggu hingga homogen
8) Kemudian tambahkan cocomidropopyl betain sebanyak 11%
9) Homogenkan dalam magnetik stirer
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM
Tabel 4.1 Hasil Praktikum Pembuatan Sabun Cair dari Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
vera)
24
No. Tanggal Formula Bahan Hasil
1. 17 Oktober Ekstrak lidah 13 batang lidah 500 ml ekstrak
2020 buaya buaya ukuran besar lidah buaya
2. 24 Oktober Formula 1 16 ml KOH 40%. 100 ml sabuan
2020 25 ml NaCl 30%, cair lidah buaya
30 ml minyak
kedelai, Fragrance,
ekstrak lidah buaya
10 ml, aquades,
glyserin 1,2ml
3. 25 Oktober Formula 1 ( Proses Sabun cair lidah Pengendapan
2020 pengendapan 1 ) buaya formula 1 sabun cair lidah
buaya selama satu
malam
menghasilkan 4
lapisan pada sabun
kemudian
dipisahkan
4. 28 Oktober Formula 1 ( Proses Lapisan sabun Proses
2020 pengendapan 2 ) yang sudah pengendapan ke 2
diendapkan mengasilkan 3
lapisan kemudian
dipisahkan
kembali tiap
lapisannya
5. 28 Oktober Formula 2 16 ml KOH 40%. 120 ml sabun cair
2020 (Minyak kedelai di 25 ml NaCl 30% lidah buaya
panaskan terlebih 30 ml, minyak
dahulu) kedelai, Fragrance,
ekstrak lidah buaya
30 ml, glyserin
25
1,2ml
6. 29 Oktober Formula 2 16 ml KOH 40%. 120 ml sabun cair
2020 (Minyak kedelai 25 ml NaCl 30%, lidah buaya
tidak di panaskan 30 ml minyak
terlebih dahulu) kedelai, Fragrance,
ekstrak lidah buaya
30 ml, glyserin
1,2ml
7. 3 November Formula 2 Sabun cair lidah 130 ml sabun cair
2020 (Penambahan buaya Formula 2, yang kental
bahan ) asam asetat 6,3 gr,
cocomidropopyl
betain 4,5 ml
Formula 2 Sabun cair lidah 120 ml sabun cair
buaya Formula 2, yang kental
asam asetat 8,75
gr, cocamidropopyl
betain 10 ml
Formula 3 KOH 40% 16 ml, 150 ml sabun cair
NaCl 30% 25 ml,
Minyak kedelai 30
ml, ekstrak lidah
buaya 50 ml,
Fragrance,
Gliseryn 1,2 ml,
asam asetat 10,5
ml,
cocamidropopyl
betain 10,5ml
8. 10 Ekstrak Lidah 10 batang lidah 500 ml ekstrak
November buaya buaya lidah buaya
Formula 4 KOH 40% 16 ml, 200 ml sabun cair
26
2020 NaCl 30% 25 ml, ( tidak homogen )
Minyak kedelai
70ml, ekstrak lidah
buaya 70 ml,
Fragrance,
Gliseryn 1,2 ml,
asam asetat 3gr,
cocamydropopil
betaine 11%
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada tanggal 17 Oktober 2020. Pembuatan sabun cair dari ekstrak lidah
buaya (Aloevera) yaitu dengan membuat ekstrak lidah buaya. Esktrak lidah buaya
yang berbahan baku daging buah lidah buaya, hal yang pertama dilakukan adalah
melilih pohon lidah buaya yang masih segar yaitu berciri-ciri pohon lidah buaya yang
27
berwarna hijau segar, bagian daun lindah buaya yang tebal, dan pinggiran atau pucuk
daun lidah buaya yang masih keras (tidak layu). Setelah di pilih pohon dengan
kualitas baik kemudian ambil bagian daun lidah buaya dari ujungnya menggunakan
pisau sesuai dengan kebutuhan pembuatan ekstrak. Kemudian cuci lidah buaya
dengan menggunakan air mengalir. Setelah itu, kupas/sayat untuk memisahkan
daging buah lidah buaya dengan kuliatnya untuk mendapatkan daging lidah buaya
yang berbentuk seperti gel.
28
Pada pembuatan formula 1 masih menggunakan metode awal tanpa adanya
penambahan bahan tambahan. Hasil yang didapatkan berupa sabun yang bekum
homogen dengan sempurna sehingga dilakukan penendapan pada corong pemisah.
Didapakan 4 lapisan dengan lapisan minyak di bagian atas, bagian tengah terdapat
sabun cair, dan bagian bawah adalah air. Kemuadian dipisahkan setiap lapisan
tersebut.
Pada 28 Oktoober 2020. Yang pertama harus dilakukan adalah ukur Semua
bahan pada gelas ukur dengan seksama. Kemudian masukkan minyak kedelai
sebanyak 30 ml ke dalam gelas kimia, aduk menggunakan magnetic stirer dengan
kecepatan ±100rpm dan panaskan pada suhu 50°C. Kemudian, ditambahkan dengan
kalium hidroksida 40% sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan
pada suhu 50°C hingga mendapatkan sabun pasta. Sabun pasta ditambahkan NaCl 30
% sebanyak 25 ml secara perlahan, aduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan
Fragrance secukupnya, lalu diaduk hingga homogen. Lalu, masukkan 30ml ekstrak
lidah buaya, lalu diaduk hingga homogen. Sabun cair ditambahkan dengan aquades
hingga volumenya 100 ml, lalu diaduk hingga homogen. Lalu, Masukkan ke dalam
wadah bersih yang telah disiapkan,
Hasil yang didapatkan dari formula 2 denan minyak yang di panaskan terlebih
dahuluadalah lapisan minyak yang semakin tidak bisa homogen dengan cairan sabun
yang lainnya. Sehingga tekstur sabun yang menjadi semkain berminyak dikarenakan
minyak pada saat pencampuran dengan KOH dalam kondisi panas yang
menyebabkan saponifikasi pada cairan sabun menjadi sulih untuk lemak dalam
minyak terhidrolisis dengan basa KOH dan untuk menampatkan titik akhir
saponifikasi dengan identifikasi Trace atau kondisi dimana cairan yang diaduk
dengan kecepatan konstan yang mengental dan mwmbwntuk seperti sabun pasta.
29
Praktikum hari ke-4 yaitu pada 29 Oktober 2020 yaitu pembuatan formula 2 yang ke-
2. Yang pertama harus dilakukan adalah ukur Semua bahan pada gelas ukur dengan
seksama. Kemudian masukkan minyak kedelai sebanyak 30 ml ke dalam gelas kimia,
aduk menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan ±100rpm. Kemudian,
ditambahkan dengan kalium hidroksida 40% sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit
sambil dipanaskan pada suhu 50°C hingga mendapatkan sabun pasta. Sabun pasta
ditambahkan NaCl 30 % sebanyak 25 ml secara perlahan, aduk hingga homogen.
Kemudian ditambahkan Fragrance secukupnya, lalu diaduk hingga homogen. Lalu,
masukkan 30ml ekstrak lidah buaya, lalu diaduk hingga homogen. Sabun cair
ditambahkan dengan aquades hingga volumenya 100 ml, lalu diaduk hingga
homogen. Lalu, Masukkan ke dalam wadah bersih yang telah disiapkan.
30
Didapatkan hasil sabun yang homogen, berbusa, dan kental sesuai dengan apa
yang diinginkan.hal ini dikarenakan penambahan bahan-bahan lainnya. Seperti
gliserin1,2ml yang tujuannya mengentalkan komposisi cairan sabun, cocamidoproply
betain sebagai pembuat busa apabila sabun terkena air yang sekaligus
menyempurnakan fungsi sabun, dan asam asetat yang gunanya untuk mengangkat
minyak dan kotoran saat sabun digunakan. Namun masih terdapat kekurangan yaitu
butiran asam asetat yang todak bisa menghomogen secara sempurna dan jika cairan
sabun berada di suhu ruangan kekentalan sabun akan semakin berkurang dkarenakan
proses pemanasan saponifikasi saat pengadukan sabun sudah berhenti, namun hal ini
malah membuat sabun dalam keadaan kental sempurna.
Semua bahan pada gelas ukur dengan seksama. Kemudian masukkan minyak
kedelai sebanyak 30 ml ke dalam gelas kimia, aduk menggunakan magnetic stirer
dengan kecepatan ±100rpm. Kemudian, ditambahkan dengan kalium hidroksida 40%
sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sambil dipanaskan pada suhu 50°C hingga
mendapatkan sabun pasta. Sabun pasta ditambahkan NaCl 30 % sebanyak 25 ml
secara perlahan, aduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan Fragrance
secukupnya, lalu diaduk hingga homogen. Lalu, masukkan 50ml ekstrak lidah buaya,
lalu diaduk hingga homogen. Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga
volumenya 100 ml, lalu diaduk hingga homogen. Kemudian, Aduk dengan magnetic
stirer kemudian masukkan asam asetat 8,75 gr dan gliserin 1,2ml dan panaskan pada
suhu 110°C tunggu hingga homogen. Lalu, tambahkan cocomidropopyl betain
sebanyak 10,5 ml. Homogenkan dalam magnetik stirer.
Didapatkan hasil sabun yang homogen, berbusa, dan kental sesuai dengan apa
yang diinginkan.hal ini dikarenakan penambahan bahan-bahan lainnya. Seperti
gliserin1,2ml yang tujuannya mengentalkan komposisi cairan sabun, cocamidoproply
betain sebagai pembuat busa apabila sabun terkena air yang sekaligus
menyempurnakan fungsi sabun, dan asam asetat yang gunanya untuk mengangkat
minyak dan kotoran saat sabun digunakan. Namun masih terdapat kekurangan yaitu
31
butiran asam asetat yang todak bisa menghomogen secara sempurna dan jika cairan
sabun berada di suhu ruangan kekentalan sabun akan semakin berkurang dkarenakan
proses pemanasan saponifikasi saat pengadukan sabun sudah berhenti, namun hal ini
malah membuat sabun dalam keadaan kental sempurna. Formula ini lah yang paling
bisa dikatakan berhasil karena tekstur yang tepat dan kandungan ekstrak yang
lumayan banyak yaitu 50ml dan lebih memunculkan khasiat dari lidah buaya
Semua bahan pada gelas ukur dengan seksama. Kemudian masukkan minyak
kedelai sebanyak 30 ml ke dalam gelas kimia, aduk menggunakan magnetic stirer
dengan kecepatan ±100rpm. Kemudian, ditambahkan dengan kalium hidroksida 40%
sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sambil dipanaskan pada suhu 50°C hingga
mendapatkan sabun pasta. Sabun pasta ditambahkan NaCl 30 % sebanyak 25 ml
secara perlahan, aduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan Fragrance
secukupnya, lalu diaduk hingga homogen. Lalu, masukkan 70 ml ekstrak lidah buaya,
lalu diaduk hingga homogen. Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga
volumenya 100 ml, lalu diaduk hingga homogen. Kemudian, Aduk dengan magnetic
stirer kemudian masukkan asam asetat 10 gr dan gliserin 1,2ml dan panaskan pada
suhu 110°C tunggu hingga homogen. Lalu, tambahkan cocomidropopyl betain
sebanyak 10,5 ml. Homogenkan dalam magnetik stirer.
Didapatkan hasil sabun yang homogen, berbusa, dan kental sesuai dengan apa
yang diinginkan.hal ini dikarenakan penambahan bahan-bahan lainnya. Seperti
gliserin1,2ml yang tujuannya mengentalkan komposisi cairan sabun, cocamidoproply
betain sebagai pembuat busa apabila sabun terkena air yang sekaligus
menyempurnakan fungsi sabun, dan asam asetat yang gunanya untuk mengangkat
minyak dan kotoran saat sabun digunakan. Namun masih terdapat kekurangan yaitu
butiran asam asetat yang todak bisa menghomogen secara sempurna dan jika cairan
sabun berada di suhu ruangan kekentalan sabun akan semakin berkurang dkarenakan
proses pemanasan saponifikasi saat pengadukan sabun sudah berhenti, namun hal ini
malah membuat sabun dalam keadaan kental sempurna
32
BAB 6
KESIMPULAN
Dari pengolahan data di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan
yang disebut alkali – basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam).
Karea dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak)
dengan sebuah senyawa anorganik (alkali). Molekul sabun mempertahankan
beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang
senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah
33
kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun
memiliki kemampuan tiada tanding dalam menarik kotoran berminyak dari
tubuh atau pakaian ke dalam air.
2. Dari hasil pembuatan ke-4 formula sabun cair, didapatkan komposisi terbaik
yaitu pada formula 3 dengan komposisi : 16 ml KOH 40%, 25 ml NaCl 30%,
30 ml Minyak kedelai, 50 ml Ekstrak lidah buaya, dengan penambahan 8,75
gr asam asetat, 10ml cocamidopropl betaine, 1,2 ml Gliserin.
3. Dalam proses saponifikasi, lemak terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah
4. Titik akhir proses saponifikasi adalah trace. Trance adalah kondisi dimana
cairan yang diaduk menjadi mengental atau menjadi pasta. Pada saat ini lah
waktu yang tepat untuk menambahkan Fragerance.
5. Bahan baku pembuatan sabun berupa senyawa tripalmitin dan asam asetrat
6. Hasil dari percobaan menghasilkan sabun yang tidak homogen di sebabkan
asam astet yang sulit untuk melebur dan homogen
DAFTAR PUSTAKA
Furnawathi, “Daya hambat getah lidah buaya (Aloe vera) terhadap pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans”. J.kesehatan gizi vol. 9, no. 1, pp. 2018-
Bambang Dwi Argo, “Analisis Sistem Proses Pindah Massa pada Ekstraksi Secara
Mekanik Minyak Kedelai (Glycine Max Oil)”. J.Keteknikan Pertanian Vol. 24, No. 2,
pp. Okt. 2010-
34
Rafika Sari, Ade Ferdinan, “Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari Ekstrak
Kulit Daun Lidah Buaya”in Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak, Des 2017. pp. 111-119
Hengky Fitrayco, (2009, Des.9) Laporan Praktikum Pembuatan Sabun dari CPO
[online]. Available : https://www.scribd.com/doc/26616864/Laporan-Praktikum-
Pembuatan-Sabun
Arifin, Jamal, 2015. Intensif Budidaya Lidah Buaya.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Lampiran – lampiran
35
36