Disusun oleh:
Ammar Viko Wicaksono
NIM. 1404103010060
Assalamualaikum WR.WB
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan nikmat yang besar kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Potensi Sistem Constructed Wetland Menggunakan
Tanaman Typha Latifolia Pada Pengolahan Limbah Cair Domestik Dalam
Mewujudkan Indonesia Sustainable Development Goals (SDGs) 2030”. Shalawat
beriringkan salam selalu tercurahkan ke pangkuan Nabi besar Muhammad SAW.
Karya Tulis Ilmiah ini ditulis dalam rangka peringatan Hari Air Dunia XXV.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan penuh dalam
menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini.
2. Teman-teman angkatan 2014 Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala yang telah
banyak memberikan dukungan.
Semoga Allah SWT memberikan imbalam yang berlipat ganda atas semua
niat dan amal baik kita. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca agar dilakukan perbaikan di masa mendatang. Semoga karya
tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
ii
POTENSI SISTEM CONSTRUCTED WETLAND MENGGUNAKAN
TANAMAN TYPHA LATIFOLIA PADA PENGOLAHAN LIMBAH
CAIR DOMESTIK DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA
SUSTAINABLE DVELOPMENT GOALs (SDGs) 2030
Ammar Viko Wicaksono
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK
Limbah cair domestik merupakan limbah dari buangan industri, rumah tangga dan
tempat umum lainnya yang banyak mengandung bahan-bahan berbahaya yang
menyebabkan sumber penyakit dan mengganggu ekosistem makhluk hidup sekitar.
Sampai saat ini, limbah cair domestik masih menjadi masalah utama perairan di
dunia, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Jumlah limbah
cair domestik di Indonesia sebesar 40% dari total pencemaran perairan yang ada,
dimana hanya 25% dari limbah cair domestik yang diproses sebelum dibuang secara
langsung ke perairan sedangkan sisanya dibuang secara langsung sehingga
menyebabkan terjadinya eutofikasi serta munculnya gejala penyakit. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah cair domestik. Salah satu usaha
tersebut adalah mengolah limbah cair domestik dengan sistem Constructed Wetland
(CW) menggunakan tumbuhan air Typha Latifolia. Sistem CW merupakan
pengolahan terencana atau terkontrol yang telah didesain dan dibangun menggunakan
proses alami yang melibatkan vegetasi, media, dan mikroorganisme untuk mengolah
air limbah (Vymazal, 2010). Tumbuhan air Typha Latifolia merupakan tumbuhan
akumulator yang sangat baik dalam menyerap kandungan logam berat dibandingkan
dengan tumbuhan air lainnya (Irhamni, 2013). Melalui studi pustaka mengenai
aplikasi tanaman Typha Latifolia dalam sistem CW dan berbagai penelitian terkait,
dilakukan kajian potensi-potensi yang telah diteliti yang dapat digunakan sebagai
pengolah limbah cair domestik yang dapat memperbaiki sanitasi di Indonesia dan
skema sistem pengolahan limbah cair domestik yang baik dalam mendukung tujuan
Indonesia Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Skema Pengolahan Limbah Cair Domestik .............................................. 12
4.2 Rancangan Skema Pengolahan ................................................................. 13
4.3 Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan .................................. 18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 19
5.2 Saran .......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 22
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang tercemar dan limbah-limbah cair di sekitar. Hal ini merupakan merupakan
faktor utama dan hampir sebagian besar daerah, kondisi air yang bersumber air
sumur dan sungai mengandung zat kapur (phosphor) yang sangat tinggi dan tidak
terlindungi, sehingga saat ini penyakit batu karang (vesicolithiasis) serta penyakit
diare dan penyakit kulit masih dominan terjadi di masyarakat.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
merencanakan sistem pengelohan limbah cair domestik yang sesuai untuk diterapkan
di lingkungan masyarakat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi saat
ini dan memperbaiki tingkat sanitasi di Indonesia.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Adanya peran aktif mahasiswa Teknik Kimia dalam menjawab persoalan
perairan di Indonesia.
2. Memberikan solusi bagi masalah dari dampak limbah cair domestik yang
dihadapi oleh masyarakat di Indonesia.
3. Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai skema
sistem pengolahan limbah cair domestik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Komposisi dan Karakterisasi Limbah Cair Domestik
Tabel 2.2 Baku Mutu Limbah Cair Domestik Berdasarkan KepMenLH Nomor 112
Tahun 2003
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6-9
BOD mg/L 100
TSS mg/L 100
Minyak dan Lemak mg/L 10
(Sumber: Lampiran KepMenLH Nomor 112 Tahun 2003)
4
- Karbohidrat yang berasal dari buangan industri, domestik, dan
komersial.
- Minyak dan Lemak berasal dari buangan industri, domestik, dan
komersial.
- Pestisida berasal dari buangan petani.
- Chromium berasal dari limbah industri.
- Surffactants berasal dari air limbah domestik dan industri.
b. Zat Anorganik
- Alkalinitas berasal dari air limbah domestik, suplai air bersih
domestik, infiltrasi air tanah.
- Logam berat berasal dari air buangan industri.
- Chlorida berasal dari buangan domestik dan infiltrasi tanah.
- Nitrogen berasal dari air buangan domestik dan pertanian.
- pH berasal dari air buangan.
- Phosfor berasal dari buangan air domestik, industri, dan aliran
permukaan.
- Sulfur berasal dari suplai air domestik dan buangan air industri.
2. Karakteristi Fisik
Karakteristik fisik meliputi :
a. Warna yang berasal dari buangan industri, buangan domestik, dan
pembusukan bahan organik secara ilmiah.
b. Bau yang berasal dari dekomposisi air buangan dan buangan industri.
c. Partikel padat yang berasal dari aliran buangan air domestik, buangan
industri, erosi tanah, dan filtrasi.
d. Temperatur yang berasal dari buangan domestik dan buangan industri.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi meliputi :
a. Bianatang yang berasal dari air terbuka dan treatment plant.
b. Tumbuhan yang berasal dari air terbuka dan treatment plant.
c. Protista yang berasal dari air buangan domestik dan treatment plant.
d. Virus yang berasal dari limbah domestik.
5
Tabel 2.3 Karakteristik Limbah Cair Domestik
Konsentrasi (mg/l)
Parameter
Kisaran Rata-rata
Padatan :
Terlarut 250-850 500
Tersuspensi 100-350 220
BOD 110-400 220
COD 250-1000 500
TOC 80-290 160
Nitrogen :
Organik 8-35 15
NH3 12-50 25
Phospor :
Organik 1-5 3
Anorganik 3-10 5
Chlorida 30-100 50
Minyak dan Lemak 50-150 100
Alkalinitas 50-200 100
(Sumber : Metcalf d & Eddy, 1979)
2.2 BOD
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen
yang diperlukan oeh organisme pada saat pemmecahan bahan organik, pada kondisi
aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik yang digunakan
dijadikan sebagai bahan makanan oleh organisme dan energi diperoleh dari proses
oksidasi (Pescod, 1973). BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat
dioksidasi oleh bakteri aero/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob.
Menurut Mahida (1981) semakin besar derajat pengotoran limbah maka
BOD akan semakin tinggi. BOD merupakan iindikator pencemaran penting untuk
menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah. Nilai BOD tinggi akan
menyebabkan penurunan oksigen terlarut.
Kristanto (2002) menyatakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa
kelemahan sebagai berikut :
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan
organnik atau bahan-bahan tereduksi lainnya atau disebut dengan
Intermediate Oxygen Demand.
2. Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari.
3. Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukkan
nilai total BOD.
6
4. Uji BOD tergantung adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut.
2.3 COD
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara
kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm
(part per milion). (Metcalf and Eddy, 2003).
7
limbah cair sebesar 3.790 m3/hari yang dihasilkan dari 10.000 penduduk dengan
kemampuan teknologi lahan basah buatan dalam mengolah limbah domestik sama
efektifnya dengan teknologi konvensional dan hasil effluent kualitas air limbah
sebagai berikut :
Gambar 2.3 Teknologi Lahan Basah Buatan dalam Mengolah Limbah Domestik
8
sistem ini dapat mengolah berbagai jenis limbah dengan efisiensi pengolahan yang
tinggi berkisar 80 %, dan dari segi biaya lebih ekonomis.
Prabowo dan Mangkoedihardjo (2013) telah melakukan penelitian tentang
pengolahan air limbah catering dengan menggunakan tanaman Kana dalam
Subsurface Constructed Wetland menghasilkan penurunan BOD dan COD yang
optimum sebesar 75% dan 87%.
9
2.6 Mewujudkan Indonesia (SDGs) 2030
Pada tanggal 25 September 2015, pemimpin 193 negara, Perserikatan Bangsa-
Bangsa, Bank Dunia, serta organisasi-organisasi nirlaba di UN Summit New York,
Amerika Serikat, menandatangani deklarasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
yang disebut sebagai AGENDA 2030.
AGENDA 2030 merupakan kerangka kerja untuk 15 tahun ke depan, mulai
tahun 2016 (per tanggal 1 Januari 2016) hingga tahun 2030. AGENDA 2030
merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals yang berakhir Desember
2015. AGENDA 2030 meruakan agenda universal yang didorong oleh 5 pergeseran
transformasi besar sebagaimana yang disebutkan dalam Laporan Panel Tingkat
Tinggi Pasca 2015 yaitu :
1. Tidak meninggalkan siapapun („Leave No One Behind‟).
2. Menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai inti.
3. Mentransformasikan ekonomi untuk lapangan kerja dan pertumbuhan
inklusif.
4. Membangun perdamaian dan kelembagaan yang efektif, terbuka, dan
akuntabel.
5. Membangun sebuah kemitraan global yang baru.
Aspek hukum dan peraturan diidentifikasi sebagai salah satu dari sejumlah
aspek yang perlu didorong untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Untuk
mencapai penatalaksanaan air limbah domestik yang lebih baik diperlukan perhatian
terhadap tiap-tiap bagian proses penatapelaksanaannya :
a. Perencanaan dan pengembangan program.
b. Perancangan.
c. Pembangunan.
d. Operasional dan Pemeliharaan.
e. Pemantauan.
10
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Meresap ke Sungai/Kali
dalam tanah
12
diperlukan perubahan sistem pengolahan limbah cari domestik, sosialisasi tentang
dampak yang disebabkan oleh limbah cair domestik kepada masyarkat.
13
1. Screening
14
3. Bak Ekualisasi
4. Constructed Wetland
Suatu lahan yang jenuh air dengan kedalaman air tipikal yang mendukung
pertumbuhan tanaman air emergent misalnya Cattail, bulrush, umbrella plant dan
canna (Metcalf and Eddy, 1991). Tanaman yang digunakan adalah Typha Latifolia,
dimana kemampuan tanaman Typha Latifolia dalam menyerap Nitrogen (N) dan
Fosfor (P) dibandingkan dengan tanaman lain yang digunakan dalam sistem
construsted wetland relatif lebih baik. Pengunaan tanaman air di dalam sistem
constructed wetland merupakan metode dari fitiromediasi.
Menururt Ulfah (2010) fitiromediasi dapat dibagi menjadi fitoekstraksi,
rizofiltrasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, fitovolatilisasi.
1. Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat
kontaminan dan media sehingga berakumulasi di sekitar akar tumbuhan,
proses ini disebut juga Hyperacumulation.
15
2. Rhizofiltration proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh
akar untuk menempel pada akar. Proses ini telah dibuktikan dengan
perobaan menanam bunga matahari pada kolam mengandung zat radio
aktif di Chernobly Ukraina.
3. Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada
akar yang tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan. Zat-zat
tersebut menempel erat atau stabil pada akar sehingga tidak akan terbawa
oleh aliran air dalam media.
4. Rhyzodegradation yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas
mikroba yang berada di sekitar akar tumbuhan, misalnya ragi, fungi, dan
bakteri.
5. Phytodegradation yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk
menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang
kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan susunan molekul
yang lebih sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan
itu sendiri.
6. Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan
oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai
bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke
atmosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai dengan
1000 liter perhari untuk setiap batang.
JENV (2017) melakukan studi penyisihan nitrogen pada efluen IPAL dengan
menggunakan constructed wetland dengan hasil pengolahan limbah cair
menggunakan construsted wetland dapat menyisihkan pencemaran nitrit sebesar
96,7%. Efisiensi penyisihan pencemaran ammonium sebesar 89,1%. Efisiensi
pencemar NTK sebesar 86,2%. Reaktor constructed wetland dengan tambahan aerasi
dapat menyisihkan parameter nitrogen lebih baik dari pada reaktor tanpa tambahan
aerasi.
Hidayah dan Aditya (2008) melakukan studi tentang pengaruh tanaman pada
pengolahan air limbah domestik dengan sistem constructed wetland dengan hasil
dapat menyisihkan COD terbaik sebesar 91.8% pada jarak tanaman 10 cm dan waktu
tinggal 15 hari. Untuk penyisihan BOD terbaik sebesar 91.6% pada jarak tanaman 15
cm dan waktu tinggal 15 hari. TSS terbaik sebbesar 83.3% pada saat waktu tinggal 15
hari.
16
Gambar 4.2 Skema Reaktor Constructed Wetland
(Sumber : Panelin 2016)
17
5. Desinfeksi
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan karya tulis ilmiah yang telah dibuat, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebelum membuang limbah cair domestik ke badan air/aliran sungai, terdapat
5 tahapan proses dalam mengolah limbah cari domestik yaitu, screening, oil
and grease removal, bak ekualisasi, constructed wetland, dan desinfeksi.
2. Reaktor constructed wetland dalam menggunakan metode fitiromediasi
didapatkan jarak tanaman 10 cm dan waktu tinggal 10-15 hari merupakan
yang terbaik, sehingga didapat penyisihan BOD, COD, dan TSS yang optimal.
3. Penambahan aerasi dalam reaktor constructed wetland lebih baik dalam
menisihkan nitrogen dibandingkan tanpa penambahan aerasi.
5.2 Saran
Potensi dari sistem pengolahan limbah cair domestik sangat banyak, maka
sudah sepatutnya kita sebagai mahasiswa mampu membuat suatu inovasi dalam
mengolah limbah cair domestik dan penulis mengharapkan penelitian lebih lanjut
serta menguji performa dari sistem pengolahan limbah cair domestik yang telah
dirancang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Angga Dheta SA. 2007. Pengaruh Lama Waktu Aerasi Terhadap Penurunan Kadar
Amoniak, Nitrit, Nitrat, Senyawa Organik, dan Zat Padat Air Limbah
Domestik pada Bak Aerasi Prototipe IPAL Sistem Lumpur Aktif. Skripsi.
UM. Malang.
BPPT. 2002. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan BPPT. Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Samarinda. Samarinda.
Brix, H. 1994. Wastewater Treatment in Constructed Wetland : System Design,
Removal Processes, and Treatment Performance. In Moshiri, G. A. (Ed),
Constructed Wetlands for Water Quality Improvement. CRC Press, Boca
Raton, Florida, pp. 9-21.
Disyamto, D.A., Elystia, S., Andesgur, I., 2014. Pengolahan Limbah Cair Industri
Tahu Menggunakan Tanaman Typha Latifolia dengan Proses Fitoremediasi.
JOM FTEKNIK, Vol 1, No.2.
Hammer, D.A. 1989. Constructed Wetland for Wastewater Treatment: Municipal,
Industrial and Agricultur. Chelsea: Lewis Publisher.
Ignasius DA. Sutapa, 2000, Teori Bioflokulasi Sebagai Dasar Pengelolaan Sistem
Lumpur Aktif, Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan,
Vol. 2, No.1; 76- 83, Peneliti Puslitbang Limnologi-LIPI, Cibinong.
Irhamni., 2013. Aplikasi Pytpremediasi dalam Penyisihan Ion Logam Kromium (Cr)
dengan Menggunakan Tumbuhan Obor (Typha Latifolia). Serambi Saintia.
Vol. 1, No.1 ISSN: 2337 : 9952.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 1995 tentang „Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri‟.
Khiatuddin, M. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air dengan Teknologi Rawa
Buatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Mahida. 1981. Water Pollution and Disspossal of Waste Water on Land. Mc Graw
Hill. Publishing Company Limited. Environmental.
Metcalf and Eddy Inc. 1979 .”Wastewater Engineering Treatment, Disposal, Reuse”,
2nd Eddition. Mc, Graw Hill Series Water Resource and Enviromental
Engiinering, New York.
Metcalf & Eddy Inc. 1991. “Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse”,
2nd edition, Mc Graw - Hill, Inc., Singapore.
Neneng. 2015. Analisa Kadar Logam Berat Kromium (VI) Hubungan dengan pH,
Suhu, DO, Salinitas dan Kecepatan Arus sebagai Upaya Pengendalian
Pencemaran di Perairan Belawan. Thesis, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
20
Ulfah J. Siregar dan Chairil A. Siregar. 2010. Fitoremediasi : Prinsip dan Prakteknya
dalam Restorasi Lahan Paska Tambang di Indonesia, Southest Asian
Regional Center for Tropical Biology, Bogor, Indonesia.
Panelin, Y. 2016. Studi Potensi Penyisihan Organik pada Effluen IPAL Domestik
dengan Penggunaan Constructed Wetland. Journal of Environmental
Engineering and Waste Management Vo. 1. No 1 : 25-34
Pescod, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for
Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp.
Prabowo, Aninditas Laksmi dan Mangkoedihardjo S. 2013. Penurunan BOD dan
COD pada Air Limbah Katering Menggunakan Konstruksi Wetland
Subsurface Flow dengan Tumbuhan Kana (Canna indica). Paper Teknik
Lingkungan. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Tangahu, B. V., and I. D. A. A. Warmadewanthi. 2001. Pengelolaan Limbah
Rumah Tangga dengan Memanfaatkan Tanaman Cattail (Typha
Angustifolia) dalam Sistem Constructed Wetland. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh November.
Veenstra. 1995. Wastewater Treatment. IHE Delf.
Volkman, S. 2003. Sustainable Wastewater Treatment and Reuse in Urban Areas of
the Developing World. Department of Civil and Environmental Engineering.
Master‟s International Program. Michigan Technological University.
Vymazal, J., 2010. Review of Constructed Wetlands for Wastewater Treatment.
Water. 2: 530-549.
21
LAMPIRAN A
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Ammar Viko Wicaksono
2 Jenis Kelamin L
3 Program Studi Teknik Kimia (S1)
4 NIM 1404103010060
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bengkulu, 20 Mei 1996
6 Email wicaksono.viko@gmail.com
7 Nomor Tlp/Hp 08972283363
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SMAIT As-Syifa
SDIT IQRA‟ Kota SMPIT IQRA‟
Nama Institusi BS, Subang, Jawa
Bengkulu Kota Bengkulu
Barat
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
22