Anda di halaman 1dari 20

RANCANGAN ALAT FILTRASI FITOREMEDIASI SEDERHANA

PADA AIR LIMBAH INDUSTRI TERCEMAR

Disusun Oleh :

Nabil Taufiqurrahman (Kurma)

ASRAMA IPB EKASARI

BOGOR

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Rancangan Alat Filtrasi Fitoremediasi Sederhana Pada Air Limbah Industri
Tercemar
Oleh : Nabil Taufiqurrahman (Kurma)

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Reza Mahendra Muhammad Renaldy Dewanto

Mengetahui

Mandat Ketua Asrama IPB Ekasari

Muhammad Renaldi Saputra

i
DAFTAR ISI

RANCANGAN ALAT FILTRASI FITOREMEDIASI SEDERHANA PADA AIR


LIMBAH INDUSTRI TERCEMAR ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3
BAB II................................................................................................................................. 4
LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 4
A. Kajian Teori ............................................................................................................ 4
1. Metode Fitoremediasi dengan Eceng Gondok .................................................... 4
2. EM 4 Sebagai Biokatalisator Dekomposisi......................................................... 5
3. Ikan Indikator ...................................................................................................... 5
4. Biji dan Kulit Salak Sebagai Adsorben............................................................... 5
BAB III ............................................................................................................................... 7
METODOLOGI .................................................................................................................. 7
1.1 Alat dan Bahan .................................................................................................... 7
1.2 Rancangan Reaktor Sederhana............................................................................ 7
BAB IV ............................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 8
1.1 Mekanisme Kerja Fitoremediasi ......................................................................... 8
1.2 Keuntungan Fitoremediasi .................................................................................. 8
1.3 Kelebihan Eceng Gondok sebagai Agen Fitoremediasi ...................................... 9
1.4 Kebutuhan Kuantitas Eceng Gondok .................................................................. 9
1.5 Aklimitasi dan Titik Kritis Eceng Gondok ....................................................... 10

ii
1.6 Perhitungan Rancangan Reaktor Sederhana ..................................................... 10
BAB V .............................................................................................................................. 13
KESIMPULAN ................................................................................................................. 13
BAB VI ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rancangan Reaktor Filtrasi Limbah Industri…………...…………..…6

Gambar 2. Rancangan Reaktor Filtrasi Limbah Industri 3D……...………………6

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini saya buat sebagai syarat kelulusan program transisi, dengan
judul “Rancangan Alat Filtrasi Fitoremediasi Sederhana Pada Air Limbah Industri
Tercemar”

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat


terselesaikan dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa
pihak. Ucapan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan serta kelancaran dalam


membuat makalah ini.
2. Ibu dan ayah yang selalu mendukung dan mendo’akan serta memberikan
semangat kepada saya.
3. Reza Mahendra selaku dosen pembimbing I dan Muhammad Renaldy
Dewanto selaku dosen pembimbing II yang tidak henti-henti membantu dan
membimbing saya dalam pengerjaan makalah ini.
4. Saudara-saudara se-perjuangan transisi angkatan 60 yang selalu memberi
dukungan dan semangat saya.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah


ini, oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran agar dapat lebih
baik lagi. Semoga ini dapat bermanfaat baik bagi kita semua.

Bogor, 12 September 2023

Nabil Taufiqurrahman

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis
industrinya. Air limbah industri biasanya banyak mengandung senyawa kimia
beracun dan berbahaya (B3) serta mengandung logam berat. Logam berat
merupakan zat pencemar yang memiliki efek berbahaya karena sifatnya yang tidak
dapat diuraikan secara biologis dan stabil. Unsur-unsur logam berat dapat tersebar
di permukaan bumi baik di air, tanah dan udara. Logam berat tersebut dapat
berbentuk senyawa organik, anorganik atau terikat dalam senyawa yang lebih
berbahaya daripada keadaan murninya.
Pencemaran limbah logam berat mengandung timbal (Pb) merupakan
masalah terhadap kondisi lingkungan saat ini. Logam berat banyak ditemukan
hampir pada semua jenis limbah industri. Semakin banyaknya industri akan
menyebabkan peningkatan pencemaran terhadap sumber air yang berasal dari
limbah industri yang dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Untuk mengatasi permasalahan pencemaran air limbah yang mengandung
logam berat, baru–baru ini telah dikembangkan teknologi alternatif yang dapat
membantu proses pengolahan yaitu dengan teknologi fitoremediasi. Fitoremediasi
adalah penggunaan tanaman dan mikrooorganisme terkait untuk mereduksi
kandungan limbah (Hartanti et al., 2013). Tanaman yang digunakan dalam
metode fitoremediasi juga sangat bervariasi. Tanaman tersebut harus memiliki
karakteristik yang mampu menyerap kontaminan yang terdapat di dalam
limbah. Beberapa tanaman yang mampu dalam mengurangi zat kontaminan
yang terdapat pada limbah cair adalah kiambang, kangkung air dan eceng gondok.
Menurut Komala (2015) tanaman kiambang (Pistia sp.) mampu menurunkan kadar
COD (Chemical Oxygen Demand) sebesar 87,10% dan kadar TSS (Total
Suspended Solid) sebesar 98,46% pada limbah cair. Menurut Natalina (2013)
tanaman kangkung air (Ipomea sp.) dapat menurunkan kadar COD sebesar

1
86,2%, kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) sebesar 86,7%, dan kadar
TSS sebesar 63,2% pada limbah cair. Tanaman eceng gondok (Eichhornia sp.)
mampu menurunkan kadar COD sebesar 97,50%, BOD 97,50% dan kekeruhan
96,15% pada limbah cair kopi (Rukmawati, 2015). Ketiga tanaman tersebut
mudah ditemukan dan dikembangbiakan sehingga sangat cocok jika dijadikan
alternatif sebagai tanaman fitoremediasi.

Eceng gondok merupakan tumbuhan air yang memiliki pertumbuhan sangat


cepat dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan baru. Selain itu eceng gondok
memiliki kemampuan yang dapat memperbaiki kualitas air di daerah yang tercemar
(Astuti dan Indriatmoko, 2018).
Eceng gondok dikenal sebagai biofilter cemaran logam berat (Lukito, 2001),
sedangkan akar wangi digunakan untuk konservasi tanah dan air karena akarnya
relatif dalam, kuat dan lebat (Dedi, Roswan, & Laksmanahardja, 1990). Tumbuhan
yang digunakan untuk mengikat logam berat dalam tanah ini bukanlah tanaman
pangan namun tanaman yang dapat digunakan untuk keperluan lain seperti bahan-
bahan kerajinan, seperti : tikar, anyaman tas, dan sebagainya. Tanaman pengikat
tersebut pada umumnya tidak banyak mempengaruhi lingkungan (Hasegawa, 2002;
Ohkawa, 2001).
Maka tumbuhan air yang dapat akan digunakan pada rancangan alat filtrasi
yaitu Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Tumbuhan ini hidup dari menyerap
udara dan unsur hara yang terkandung dalam air, tumbuhan ini dinamakan floating
plant karena akar tanaman tidak tertanam melainkan mengapung di dalam air
(Haridjaja et al., 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang menjadi dasar konsep fotoremediasi dalam konteks
penggunaan eceng gondok untuk membersihkan air limbah?
2. Bagaimana ekologi eceng gondok memungkinkan tanaman ini untuk
berperan dalam proses fotoremediasi air limbah?
3. Bagaimana proses penyerapan polutan oleh eceng gondok dapat
berkontribusi pada penghilangan senyawa-senyawa berbahaya dalam air
limbah?

2
4. Apa keunggulan utama yang didapatkan dalam pemanfaatan eceng
gondok sebagai tanaman fotoremediasi?
5. Bagaimana cara kerja kulit dan biji salak bisa membantu proses filtrasi
air limbah tercemar?
6. Berapa volume air limbah yang dapat ditampung oleh rancangan alat
filtrasi fitoremediasi sederhana?
7. Berapa luas penampang dari rancangan alat filtrasi fitoremediasi
sederhana?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui tingkat efisiensi pengolahan air limbah menggunakan
metode fitoremediasi eceng gondok.

2. Mengetahui cara kerja alat filtrasi fitoremediasi sederhana pada limbah


air industri.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dapat membantu Industri UMKM dalam mengelola limbah air industri
sehingga tidak merusak lingkungan sekitar industri
2. Dapat memberikan informasi maupun penggunaan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan pengolahan limbah menggunakan metode
fitoremediasi
3. Dapat membantu memahami ekologi eceng gondok dan mengapa
tanaman ini cocok untuk proses fotoremediasi air limbah.
4. Dapat membantu mengetahui keunggulan dan cara kerja eceng gondok
menyerap limbah pada rancangan alat yang telah dibuat.
5. Dapat memberikan informasi bagaimana biji dan kulit salak dapat
membantu proses filtrasi.
6. Dapat memberikan informasi berapa volume yang dapat ditampung alat
filtrasi.
7. Dapat memberikan informasi berapa luas penampang dari rancangan alat
filtrasi .

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Metode Fitoremediasi dengan Eceng Gondok


Fitoremediasi adalah pengurangan kontaminan berbahaya di
lingkungan menjadi konsentrasi yang lebih aman dengan menggunakan
tanaman hijau. Fitoremediasi adalah sistem yang tanaman tertentu yang
bekerja sama dengan mikroorganisme di media (tanah, karang dan air) yang
dapat mengubah kontaminan (polusi / polutan) menjadi berkurang atau tidak
berbahaya. Metode fitoremediasi menurut banyak peneliti merupakan
metode yang baru muncul, hemat biaya dan ramah lingkungan untuk
rehabilitasi lingkungan yang tercemar.

Eceng gondok (Eichhornia crassipes), merupakan famili dari


monocotyledonous Pontederiaceae. Selama berabad-abad eceng gondok
telah diaplikasikan sebagai tanaman hias oleh manusia karena
penampilannya yang menarik. Eceng gondok juga diperkenalkan sebagai
macrophyte akuatik invasif dan bebas mengambang oleh banyak ahli botani.
Eceng gondok memiliki akar yang panjang yang umumnya tersuspensi
dalam air. Struktur akar tanaman air pada khususnya eceng gondok dapat
memberikan lingkungan yang sesuai bagi mikroorganisme aerobik agar
berfungsi dalam sistem pembuangan limbah.

Mikroorganisme aerobik menggunakan bahan organik dan nutrisi yang


ada pada air limbah dan mengubahnya menjadi senyawa anorganik, yang
dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Eceng gondok telah banyak dipelajari
pada skala laboratorium dan skala besar untuk menghilangkan bahan
organik yang ada di air pembuang dibandingkan dengan tanaman air
lainnya. Meskipun eceng gondok dikenal sebagai tanaman persisten di
seluruh dunia, namun secara luas digunakan sebagai sumber utama
pengelolaan limbah dan proses pertanian.

4
2. EM 4 Sebagai Biokatalisator Dekomposisi
Effective Microorganism-4 atau EM-4 merupakan inokulan campuran
mikroorganisme (Lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik, actynomycetes,
dan jamur pengurai selulosa) yang mampu mempercepat kematangan pupuk
organik dalam proses composting atau dekomposisi bahan organik.
Fermentasi bahan organik oleh mikroba EM-4 berlangsung pada kondisi
semi aerob dan anaerob pada temperatur 40-50°C (Rachman, 2006).

3. Ikan Indikator
Ikan adalah salah satu biota air yang dapat digunakan sebagai
bioindikator tingkat pencemaran air sungai dengan menentukan kandungan
logam berat di dalam tubuh ikan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung
kadar logam yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan
dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya suatu pencemaran dalam
lingkungan. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air
maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas
konsentrasi tertentu. Kandungan logam berat pada tubuh ikan erat kaitannya
dengan pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup ikan tersebut,
seperti sungai, danau, dan laut (Anand, 1978). Banyaknya logam berat yang
terserap dan terdistribusi pada ikan bergantung pada bentuk senyawa dan
konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis
dan unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut (Darmono, 1995).

4. Biji dan Kulit Salak Sebagai Adsorben


Adsorpsi merupakan terserapnya suatu zat pada permukaan adsorben
(Ashraf, 2010). Penggunaan adsorben konvensional (alumina, karbon aktif,
silika gel, dan zeolit) memerlukan biaya operasional dan regenerasi yang
relatif lebih mahal (Witono, 2003). Biji salak berperan sebagai karbon aktif
dengan metode dioven lalu disangrai. Sedangkan, kulit salak digiling halus.

Selulosa dan senyawa aktif yang terdapat pada kulit dan biji salak dapat
dijadikan bioadsorben yang memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi
logam berat dan zat warna. Selulosa pada tanaman merupakan karbohidrat
dengan berat molekul 2000 – 3000 glukosa, terbentuk dari polisakarida yang

5
terdiri dari 1,4-poli-glukosa (Aji dan Kurniawan, 2012). Komponen
hemiselulosa, lignin, selulosa, dan sebagainya telah dimanfaatkan dalam
kegiatan industri penjernih air guna mengurangi kandungan logam berat
seperti Tembaga(II), Timbal(II), Kadmium(II), Kromium(II), dan
sebagainya (Afrizal, 2008). Gugus hidroksil yang di miliki senyawa selulosa
dapat berinteraksi dengan logam berat. Bahan-bahan yang di dalamnya
terdapat gugus hidroksil (OH- ) dapat digunakan untuk mengadsorpsi ion-
ion logam berat. Sifat polar pada adsorben dikarenakan oleh gugus OH pada
selulosa, sehingga selulosa dapat mengadsorp zat yang bersifat polar seperti
logam (Indah dan Joko, 2013).

6
BAB III

METODOLOGI

1.1 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan antara lain wadah penampung
berukuran 237 liter, pipa, dan alat pendukung lainnya. Bahan yang
digunakan adalah sampel limbah industri, EM 4 sebagai katalisator, ikan
indikator, eceng gondok yang telah di aklimatisasi 2 minggu serta media
filter berupa kulit salak halus dan biji salak.

1.2 Rancangan Reaktor Sederhana


Reaktor dirancang dengan menggunakan bak penampung terbuat
dari bahan plastik dengan volume 237 liter. Penggunaan bak tersebut
dikarenakan tahan karat, tahan perubahan suhu dan harganya lebih
murah dibanding dengan bahan lainnya. Limbah dari bak penampung
dikeluarkan melalui pipa PVC yang disambung pada bagian bawah bak
penampung. Lubang untuk aliran ember plastik dibuat dengan aliran
upflow (aliran dari atas ke bawah). Pada kotak pertama dan kedua akan
dibuat fitoremediasi menggunakan eceng gondok. Untuk kotak ketiga
ditambahkan ikan indikator sebagai sinyal. Kotak ketiga berisi biji dan
kulit salak halus, berfungsi sebagai media filtrasi akhir. Semua tahapan
pengelolaan air limbah dibantu dengan EM 4.

Gambar 1. Rancangan Reaktor Filtrasi Limbah Industri

Gambar 2. Rancangan Reaktor Filtrasi Limbah Industri 3D

7
BAB IV

PEMBAHASAN

1.1 Mekanisme Kerja Fitoremediasi


Fitoremidiasi didefinisikan sebagai penggunaan tanaman atau tumbuhan untuk
menyerap, mendegradasi, menghilangkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan
pencemar khususnya logam berat maupun senyawa organik lainnya. Pada penelitian
fitoremediasi di lapangan ada beberapa persyaratan bagi tanaman yang akan
digunakan dalam penelitian terebut. Tidak semua jenis tanaman dapat digunakan
karena tidak semua tanaman dapat melakukan metabolisme, volatilisasi dan
akumulasi semua polutan dengan mekanisme yang sama.

Mekanisme kerja fitoremediasi mencakup proses fitoekstraksi, rhizofiltrasi,


fitodegradasi, fitostabilisasi dan fitovolatilisasi .

1. Fitoekstraksi adalah penyerapan logam berat oleh akar tanaman dan


mengakumulasi logam berat tersebut ke bagian-bagian tanaman seperti akar,
batang dan daun.
2. Rhizofiltrasi adalah pemanfaatan kemampuan akar tanaman untuk menyerap,
mengendapkan, mengakumulasi logam berat dari aliran limbah.
3. Fitodegradasi adalah metabolisme logam berat di dalam jaringan tanaman oleh
enzim seperti dehalogenase dan oksigenase.
4. Fitostabilisasi adalah kemampuan tanaman dalam mengekkresikan
(mengeluarkan) suatu senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi logam
berat di daerah rizosfer (perakaran).
5. Fitosasi terjadi ketika tanaman menyerap logam berat dan melepaskannya ke
udara lewat daun dan ada kalanya logam berat mengalami degradasi terlebih
dahulu sebelum dilepas lewat daun.

1.2 Keuntungan Fitoremediasi


Keuntungan fitoremediasi adalah dapat bekerja pada senyawa organik dan
anorganik, prosesnya dapat dilakukan secara insitu dan eksitu, mudah diterapkan dan

8
tidak memerlukan biaya yang tinggi, teknologi yang ramah lingkungan dan bersifat
estetik bagi lingkungan, serta dapat mereduksi kontaminan dalam jumlah yang besar.
Sedangkan kerugian fitoremediasi ini adalah prosesnya memerlukan waktu lama,
bergantung kepada keadaan iklim, dapat menyebabkan terjadinya akumulasi logam
berat pada jaringan dan biomasa tumbuhan, dan dapat mempengaruhi keseimbangan
rantai makanan pada ekosistem .

1.3 Kelebihan Eceng Gondok sebagai Agen Fitoremediasi


Keunggulan Eceng Gondok sebagai Agen Fitoremediasi:

1. Toleransi terhadap Polutan: Eceng gondok memiliki kemampuan untuk


mengakumulasi dan mengurangi sejumlah besar polutan dalam air,
termasuk logam berat seperti merkuri, kadmium, dan tembaga, serta bahan
kimia organik seperti pestisida dan senyawa organik terlarut.
2. Pertumbuhan Cepat: Eceng gondok tumbuh dengan cepat dan dapat
menutupi permukaan air dengan daun-daunnya yang lebar dalam waktu
singkat. Pertumbuhan yang cepat ini memungkinkan mereka untuk
menyerap lebih banyak polutan dalam waktu yang relatif singkat.
3. Biaya Rendah: Tanaman ini mudah ditemukan di berbagai perairan, dan
perawatannya relatif sederhana, sehingga biaya penggunaannya cenderung
rendah.
4. Meningkatkan Kualitas Air: Eceng gondok dapat membantu meningkatkan
kualitas air dengan menghilangkan sebagian besar polutan dalam air,
sehingga cocok untuk digunakan dalam upaya pemulihan lingkungan.

1.4 Kebutuhan Kuantitas Eceng Gondok


Dalam penelitian Irawanto (2015) menunjukkan bahwa kerapatan
tumbuhan mempengaruhi efektivitas proses fitoremediasi. Dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa jumlah tumbuhan 5 individu per reaktor mampu
mengakumulasikan lebih banyak konsentrasi timbal (Pb) dan kadmium (Cd)
daripada jumlah tumbuhan 3 individu per reaktor. Irawanto (2015) juga
menyatakan bahwa kemampuan hidup tumbuhan sebanyak 5 individu per
reaktor lebih besar dari kemampuan hidup tumbuhan sebanyak 3 individu per
reaktor. Dari hasil penelitian Widya et al (2015) menyatakan bahwa pada reaktor

9
yang berisi 6 individu per reaktor dapat menurunkan 97,96% untuk COD,
95,91% untuk BOD, dan 95,60% untuk warna. Menurut Mamonto (2013)
Semakin banyak jumlah tumbuhan maka semakin besar pula potensi akumulasi
limbah cair Sianida (CN) oleh tumbuhan tersebut.

1.5 Aklimitasi dan Titik Kritis Eceng Gondok


Tahap aklimatisasi tumbuhan dilakukan supaya tumbuhan dapat
menyesuaikan dengan kondisi yang akan digunakan untuk tahap range finding
test dan uji fitoremediasi. Proses aklimatisasi ini dilakukan selama 14 hari.
Tumbuhan yang hidup dalam keadaan tidak mati dan tidak layu dipilih untuk
digunakan pada uji Range Finding Test dan uji fitoremediasi. Dari hasil
pengamatan selama 14 hari, terlihat bahwa tumbuhan Kayu apu dan Eceng
gondok mampu hidup dengan baik pada konsentrasi limbah sebesar 20% yang
setara dengan 79,4 mg/L BOD, 92,8 mg/L COD, dan 2,06 mg/L fosfat. Pada
konsentrasi 30% sampai 50% Eceng gondok dan Kayu apu tidak dapat hidup
dengan baik, ditandai dengan daun yang menguning, dan tumbuhan tenggelam
ke dasar untuk tumbuhan Kayu apu, sedangkan untuk Eceng gondok ditandai
dengan daun yang layu, yang dimaksud dengan layu yaitu daun menjadi lemas
atau menyusut. Kemudian dengan ditandai batang yang busuk, yang dimaksud
dengan busuk yaitu batang berubah menjadi warna coklat dan batang menjadi
lunak. Konsentrasi yang digunakan yaitu konsentrasi paling tinggi yang
didapatkan dari hasil RFT kedua jenis tumbuhan yakni pada konsentrasi 20%.
Hal ini dilakukan supaya tumbuhan Kayu apu dan Eceng gondok masih tetap
tumbuh dengan baik.

1.6 Perhitungan Rancangan Reaktor Sederhana

a) Luas Penampang

Untuk menghitung volume tabung dengan diameter 55 cm (jari-jari


27.5 cm atau 0.275 m) dan tinggi 100 cm (1 m), dapat menggunakan rumus
berikut :

Volume Tabung = Luas Penampang Alas x Tinggi

10
Luas Penampang Alas: Luas penampang alas tabung adalah luas
lingkaran dengan jari-jari 27.5 cm (0.275 m). Dapat menghitungnya dengan
rumus luas lingkaran:

Luas Penampang Alas = π x (Jari-Jari Alas)2

Luas Penampang Alas = π x (0.275 m)2

Luas Penampang Alas ≈ 0.2376 m²

Tinggi Tabung: Tinggi tabung adalah 100 cm (1 m).

b) Volume Tabung

Hitung volume tabung dengan mengalikan luas penampang alas dengan


tinggi:

Volume Tabung = 0.2376 m² x 1 m

Volume Tabung ≈ 0.2376 meter kubik (m³)

Jadi, volume tabung dengan diameter 55 cm dan tinggi 100 cm adalah


sekitar 0.2376 meter kubik (m³). Untuk mengonversi volume dari meter
kubik (m³) ke liter (L), perlu mengingat bahwa 1 meter kubik (m³) sama
dengan 1000 liter (L). Jadi, dapat mengalikan volume dalam meter kubik
dengan faktor konversi ini:

Volume dalam liter = Volume dalam meter kubik x 1000. Dalam kasus
ini, sudah memiliki volume dalam meter kubik yang sekitar 0.2376 m³.
Volume dalam liter = 0.2376 m³ x 1000 = 237.6 liter. Jadi, volume tabung
dengan diameter 55 cm dan tinggi 100 cm adalah sekitar 237.6 liter.

c) Deras Air

Untuk menghitung deras air yang masuk hingga tabung berukuran 237
liter penuh, perlu tahu waktu yang diperlukan dan volume air yang masuk
per unit waktu. Deras air (debit) dapat dihitung dengan rumus berikut:

Debit (Q) = Volume (V) / Waktu (t)

1 liter = 0.001 m³

11
Kapasitas Tabung = 237 liter = 0.237 m³

Menentukan Waktu (t): Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi tabung


hingga penuh adalah informasi yang perlu ditentukan atau ukur. Misalnya,
jika dalam penelitian ini ingin mengetahui deras air per detik, maka waktu
(t) akan menjadi 1 detik. Hitung Deras Air (Q): Sekarang kita bisa
menghitung deras air (debit) dengan menggunakan rumus:

Debit (Q) = 0.237 m³ / 1 detik = 0.237 m³/detik

Jadi, deras air yang diperlukan untuk mengisi tabung berukuran 237
liter hingga penuh dalam waktu 1 detik adalah sekitar 0.237 meter kubik per
detik (m³/detik).

12
BAB V

KESIMPULAN

Eceng gondok sebagai agen fotoremediasi terbukti efektif mengdegredasi


limbah industri tercemar hingga 90%. Dengan harga relatif rendah juga tingkat
toleransi terhadap polutan yang tinggi menjadikan tanaman eceng gondok sebagai
agen fitoremediasi yang efektif menurunkan kadar COD, BOD, serta kandungan
logam berat lainnya. Rancangan alat filtrasi sederhana dengan ukuran 237 liter,
digunakan sistem upflow dan filtrasi akan bertahap mulai dari proses fitoremediasi
hingga diakhiri oleh proses adsorpsi sehingga air limbah akan terdegredasi dengan
baik.

13
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Fitriyah, Anita Wardah, dkk. 2013. Analisis Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air
dan Sedimen di Sungai Surabaya.Jurnal [Online].Diakses pada 16 Mei
2015.

Santriyana, Dery Diah, dkk. 2013. Eksplorasi Tanaman Fitoremediator Aluminium


(Al) yang ditumbuhkan pada Limbah Ipa Pdam Tirta Khatulistiwa Kota
Pontianak. Jurnal [Online].Diakses pada 16 Mei 2015

Suyasa, B. 2015. Pencemaran Air dan Pengolahan Air Limbah. Denpasar: Udayana
University Press

Irhamni., Setiaty P., Edison P., Wirsal H., 2015. Kajian Akumulator Beberapa
Tanaman Air dalam Menyerap Logam Berat Secara Fitoremediasi. Jurna
Serambi Engineering. 75 – 84

Cut, A, F., Sutisna, M., Pharmawati, K. 2013. Fitoremediasi Phospat dengan


menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada
Limbah Cair Industri kecil Pencucian Pakaian (Laundry). Jurusan Teknik
Lingkungan Itenas, Bandung

14

Anda mungkin juga menyukai