NIM : 07.15.19.013
NIM : 07.15.19.013
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Andy Saryoko, S.P., M.P Dr. Ir. Adi Prayoga, MP.
Diketahui
NIP. 196407251992031002
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) II
dengan judul “Pengujian Efisiensi dan Efektifitas Serta Perawatan Irigasi Mikro
Pada Tanaman Holtikultura dan Jenis Tanah Spesifik Untuk Mendukung Usaha
Budidaya Sayur (PT. Daya Sentosa Rekayasa, Karangploso, Malang, Jawa
Timur)” tepat pada waktunya. Terselesainya proposal ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan bimbingannya
kepada:
1. Bapak Dr. Muharfiza, S.TP., M.Si selaku Direktur Politeknik Enjiniring
Pertanian Indonesia (PEPI)
2. Bapak Dr. Ir Rahmat Hanif Anasiru, M.Eng. selaku Ketua Program Studi
Tata Air Pertanian
3. Bapak Dr. Andy Saryoko, S.P., M.P selaku pembimbing I
4. Bapak Dr. Ir. Adi Prayoga, MP selaku pembimbing II
5. PT. Daya Sentosa Rekayasa yang turut mambantu dan memfasilitasi dalam
kelancaran penyusunan proposal KPL II
6. Kedua orang tua yang selalu mendukung baik moril maupun materil.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis nmenyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dari penyusunan kalimat, data maupun tatacara penulisannya,
oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi menghasilkan proposal yang lebih baik dikemudian hari.
iii
DAFTAR ISI
iv
2.5.3. Predictive Maintenance ..................................................................... 8
v
4.5.5. Perhitungan debit air yang digunakan untuk lahan irigasi tetes ...... 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 48
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 RencanaKegiatan PKL ......................................................................... 11
Tabel 4.1 Komponen SHC ................................................................................... 15
Tabel 4.2 Komponen Jaringan utama ................................................................... 17
Tabel 4.3 Data cuaca ............................................................................................ 19
Tabel 4.4 Data lahan ............................................................................................. 21
Tabel 4.5 Debit Emitter ........................................................................................ 22
Tabel 4.6 Kebutuhan air tanaman ......................................................................... 24
Tabel 4.7 Nilai coefficient of uniformity (CU) .................................................... 25
Tabel 4.8 Perhitungan laju emitter ....................................................................... 27
Tabel 4.9 Nilai ETc rata-rata ................................................................................ 28
Tabel 4.10 Durasi penyiraman ............................................................................. 29
Tabel 4.11 Etc rata-rata kocor .............................................................................. 33
Tabel 4.12 Perhitungan kebutuhan air irigasi kocor ............................................. 34
Tabel 4.13 Analisis SWOT................................................................................... 36
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Desain dan komponenirigasi tetes ..................................................... 4
Gambar 4.1 Struktur organisasi ........................................................................... 13
Gambar 4.2 Rangkaian SHC ............................................................................... 15
Gambar 4.3 Pola penyiraman irigasi tetes ........................................................... 31
Gambar 4.4 Proses pembakaran arang sekam ..................................................... 37
Gambar 4.5 Proses membajak lahan.................................................................... 37
Gambar 4.6 Melakukan rotari lahan .................................................................... 38
Gambar 4.7 Proses pembuatan bedangan ............................................................ 38
Gambar 4.8 Proses menanam selada ................................................................... 39
Gambar 4.9 Melakukan penyulaman tanaman selada ......................................... 40
Gambar 4.10 Proses perataan tanah ..................................................................... 40
Gambar 4.11 Proses pembuatan boplang ............................................................ 41
Gambar 4.12 Membuat lubang pondasi ............................................................... 41
Gambar 4.13 Proses mengelas railing tangga mess ............................................. 42
Gambar 4.14 Pemasangan pipa lateral irigasi tetes ............................................ 42
Gambar 4.15 Pengambilan sample debit ............................................................. 43
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan pengoperasian
irigasi tetes dan sistem kontrol pada lahan pertanian hortikultura sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas pada irigasi tetes.
3. Mengetahui strategi produksi dan pemasaran untuk komoditas tanaman
hortikultura di PT Daya Santosa Rekayasa.
1.3. Manfaat
1.3.1. BagiMahasiswa :
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengoperasikan dan
memelihara irigasi tetes pada lahan hortikultura.
2. Menambah pengetahuan efisiensi dan efektivitas irigasi tetes pada lahan
hortikultura PT. Daya Sentosa Rekayasa.
3. Menambah pengetahuan strategi produksi dan jasa pemasangan system
irigasi.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
dalam bentuk drip line (selang berlubang). Aliran air pada irigasi tetes
memanfaatkan gaya kapilaritas dan gravitasi yang bergerak secara vertikal dan
horizontal dalam profil tanah (Hansen et al. 1992). Tekanan air yang masuk ke
alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk
mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi
tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah.
Irigasi tetes memiliki nilai efisiensi 80-95 persen dibandingkan dengan
irigasi curah dan irigasi permukaan (Valenzuela, (1997); Shock, (2003);
Mechram, (2008)). Pemberian air dalam volume kecil dan berkelanjutan melalui
irigasi tetes bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah dan terhindar dari
kehilangan seperti perkolasi dan limpasan sehingga ketersediaan air bagi tanaman
terpenuhi.
Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum
dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara
harian (minimal 12 jam per hari). Irigasi tetes dapat diterapkan pada daerah-
daerah dimana:
a. Air tersedia sangat terbatas atau sangat mahal
b. Tanah berpasir, berbatu atau sukar didatarkan
c. Tanaman dengan nilai ekonomis tinggi.
4
2.3.1. Unit Utama
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan
komponen pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup).Pompa
adalah suatu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat alir (fluida)
termasuk air melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara
memberikan energi mekanik pada pompa yang kemudian diubah menjadi energi
gerak. Spesifikasi pompa menyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan
per satu-satuan waktu dan tinggi energi angkat. Dalam fungsinya tersebut pompa
mengubah energi gerak poros untuk menggerakkan sudu-sudu menjadi energi
gerak dan tekanan pada fluida.Pada umumnya pompa digunakan untuk menaikan
air dari sebuah sumber air seperti sungai, waduk, kolam, sumur ke lahan pertanian
dimana aktivitas budidaya tanaman di lakukan.
Filter berfungsi untuk menyaring kotoran yang ikut terbawa oleh air dan
masuk kedalam saluran pipa sehingga tidak terjadi penyumbatan di dalam pipa
atau dibagian emiter yang disebabkan oleh kotoran. Dengan terbebasnya instalasi
irigasi tetes dari sumbatan dapat membantu memperpanjang umur penggunaan
instalasi tersebut.
Tangki injeksi berfungsi untuk memfilter zat kimia yang tercampur
dengan air lalu diubah menjadi air yang dapat diterima (yang tidak meracuni
tanaman) oleh tanaman pada dibagian dalam tangki injeksi air akan dicampurkan
dengan cairan lain yang dapat menetralisir air tersebut.
Komponen pengendali berfungsi untuk mengontrol tekanan dan laju aliran
air disepanjang pipa. Jika terdapat perubahan tekanan atau nilai pada alat ukur
maka hal tersebut bisa menjadi indikator terdapatnya permasalahan pada instalasi
tersebut seperti kebocoran pipa atau kinerja pompa yang mulai menurun.
2.3.2. Pipa Utama
Pipa utama umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida (PVC), galvanized
steel atau besi cor dan berdiameter antara 7.5 – 25 cm. Pipa utama dapat dipasang
di atas atau di bawah permukaan tanah. Pipa utama berfungsi untuk
mendistribusikan air dari pompa menuju pipa pembagi, dengan diameter yang
cenderung lebih besar membuat volume air yang terdapat disepanjang pipa utama
memiliki jumlah yang besar.
5
2.3.3. Pipa Pembagi
Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 μm),
katup selenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipa
subutama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE ( high density polyethylene ) dan
berdiameter antara 50 – 75 mm.Penyambungan pipa pembagi – pipa utama dapat
dibuat seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.
2.3.4. Pipa Lateral
Pipa lateral merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya
dari pipa polyethylene (PE), berdiameter 8 – 20 mm dan dilengkapi dengan katup
pembuang.
2.3.5. Alat Aplikasi
Alat aplikasi terdiri dari penetes ( emitter ), pipa kecil ( small tube, bubbler )
dan penyemprot kecil ( micro sprinkler ) yang dipasang pada pipa lateral. Alat
aplikasi terbuat dari berbagai bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan
sebagainya. Alat aplikasi yang baik harus mempunyai karakteristik :
a. Debit yang rendah dan konstan.
b. Toleransi yang tinggi terhadap tekanan operasi.
c. Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu.
d. Umur pemakaian cukup lama.
6
F = m / 1+ n
Dimana :
F = Peluangterjadi
m = Urutan data ke- n
n = Jumlah data
Penentukan nilai ETo dianalisis dengan bantuan program Cropwat 8.0.
program ini adalah program computer untuk perhitungan kebutuhan air tanaman
dan kebutuhan irigasi berdasarkan data iklim, tanaman dan data tanah. Selain itu
program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi
manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola
tanaman. Dalam mendesain irigasi tetes perlu dihitung banyaknya tetesan, waktu
dan debit air yang diperlukan sehingga pertumbuhan tanaman optimal. Persamaan
yang mendukung dalam menghitung pemberian air dalam irigasi tetes sebagai
berikut:
a. Laju tetesan emitter Laju tetesan emitter
dihitung berdasarkan persamaan berikut (Prijono.S, 2013):
EDR = q / s x 1
Dimana :
EDR = Laju tetesan emitter (mm/jam)
q = Debit emitter (m3 /jam)
s = Jarak lubang emittet (m)
l = Jarak lateral emitter (m)
b. Waktu operasional
Waktu operasional = Kebutuhan Air Tanaman / EDR
c. Debit air yang diperlikan dalam irigasi tetes
Debit air yang diperlukan = (Debit emiter) x (jmlh lubang emiter) / 60 mnt.
7
system irigasi ada beberapa jenis dalam melakukan perawatan system irigasi.
Seperti :
2.5.1. Break down maintance
Pemeliharaan dilakukan dari peralatan (tidak dapat dioperasionalkan)
kemudian dilakukan perbaikan / penggantian.
2.5.2. Periodical Maintenance
Pemeliharaan dilakukan secara berkala / periodik, bulanan, 6 bulanan dan
tahunan pada kondisi peralatan tersebut belum terjadi kerusakan dilakukan
pemeliharaan / check.
2.5.3. Predictive Maintenance
Pemeliharaan dilakukan sesuai dengan kondisi / trend masing-masing
peralatan pada yang tidak normal (diatas / dibawah kondisi normal dengan
melakukan pengamatan secara teliti Dari ketiga system tersebut pada kondisi
sekarang kebanyakan menggunakan No.3 dengan alasan.
1. Pemeliharaan dilakukan sesuai kondisi kerja (actual condition).
2. Jumlah jam pemeliharaan akan lebih pendek.
3. Menaikkan keandalan peralatan.
4. Biaya pemeliharaan akan berkurang 5.
Menurut(Panudju, 2010)Penerapan suatu teknologi yang menggunakan alat
dan mesin tidak akan berhasil baik tanpa adanya perawatan yang intensif. Pada
irigasi tetes diperlukan perawatan-perawatan agar peralatan dapat berfungsi
dengan baik.Perawatan tersebut antara lain meliputi:
2.5.3.1. Perawatan pompa air
Dalam pemakaian pompa air, maka yang perlu diperhatikan adalah bahan
bakar jangan sampai terlambat pemberiannya. Disamping itu, pompa perlu
diservis agar mesinnya dapat tetap berjalan denganbaik.
2.5.3.2. Perawatan filter
Filter perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat, yaitu dengan
cara pembilasan. Filter hendaknya diperiksa setiap hari dan kalauperlu
dibersihkan. Untuk menghindari terjadinya penyumbatan, maka filter dibersihkan
dengan sikat yang bulunya tegak dan kuat/kaku, atau dengan merendamnya dalam
air.
8
2.5.3.3. Perawatan Jaringan perpipaan
Pipa-pipa pada sistim irigasi tetes ini perlu diperiksa secara intensif. Daerah
pembasahan yang luas pada lahan menandakan adanya kebocoran pada pipa.
Endapan mineral yang terlalu banyak pada pipa-pipa, dapat dilarutkan dengan
asam, terutama asam phospat.
9
BAB 3
RENCANA KEGIATAN
10
Tabel 3.1RencanaKegiatan PKL
11
BAB 4
PEMBAHASAN HASIL KEGIATAN PKL 2
12
Gambar 4.1Struktur organisasi
13
4.1.4. Keadaan Umum Tempat Praktek
Kabupaten Malang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur,Indonesia. Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Jawa
Timur setelah Kabupaten Banyuwangi dan merupakan kabupaten dengan populasi
terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang mempunyai koordinat 112o17', 10,90”
sampai 112o57', 00,00” Bujur Timur dan 7o44', 55,11” sampai 8o26', 35,45”
Lintang Selatan. Kabupaten Malang juga merupakan kabupaten terluas ketiga di
Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sukabumi di Provinsi
Jawa Barat. Ibu kota Kabupaten Malang adalah Kepanjen Kabupaten ini
berbatasan langsung dengan Kota Malang tepat di tengahtengahnya, Kabupaten
Jombang dan Kota Batu di utara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Probolinggo di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Blitar dan
Kabupaten Kediri di barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan
yang berhawa sejuk, Kabupaten Malang dikenal sebagai salah satu daerah tujuan
wisata utama di Jawa Timur. Bersama dengan Kota Batu dan Kota Malang,
Kabupaten Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan
Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang).
14
Berdasarkan hasil referensi jurnal, pada Tahun 2015 suhu udara rata-rata
relatif rendah, berkisar antara 17o C hingga 27,6o C. Kelembaban udara rata-rata
berkisar antara 9 persen hingga 99,0 persen dan curah hujan rata-rata berkisar
antara 15,3 mm hingga 485 mm. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada Bulan
Juli- Oktober, hasil pemantauan Pos Karangkates. Sedangkan rata-rata curah
hujan tertinggi terjadi juga pada Bulan April.
15
No Komponen Foto Fungsi
Berfungsi untuk mencampurkan
pupuk cair dan menampung pupuk
Tabung
2 yang akan diberikan pada tanaman.
Fertigasi
16
No Komponen Foto Fungsi
Pressure control switch berfungsi
untuk memutus aliran listrik pada
Pressure
pompa jika tekanan aliran pada
6 Control
pompa telah melewati batas yang
Switch
telah ditetapkan. untuk tekanan pada
unit ini mencapai 3 bar.
17
No Komponen Foto Fungsi
Berfungsi sebagai tempat distribusi
air terakhir sebelum air tersebut
4 Pipa Lateral keluar melalui lubang emitter.
5 Emitter
18
4.3.3. Memperbaiki kebocoran jaringan pipa
Kebocoran yang terlalu banyak menyebabkan kehilangan air yang sangat
tinggi sehingga perlunya dilakukan perbaikan jaringan pada jaringan irigasi baik
dengan cara menambal ataupun mengganti pipa yang bocor. Untuk pipa yang
sudah terlalu parah kebocorannya dapat dilakukan dengan memotong jaringan
pipa yang bocor tersebut dan mengganti dengan pipa yang baru. Untuk
menyambungkan pipa tersebut dapat menggunakan alat join pipa lateral.
19
Dengannya data ini kita mampu memanfaatkan dalam proses perawatan
tanaman. Untuk data ETo kita dapat mengetahui berapa besar kehilangan air yang
dibutuhkan oleh tanaman dan berapa banyak air yang harus diberikan untuk
tanaman. Besarnya curah hujan, kelembaban tanah, dan suhu tanah akan saling
perpengaruh terhadap besarnya proses terjadinya penguapan.
Pada tabel diatas dapat kita lihat terjadi lonjakan nilai ETo yang sangat
tinggi pada fase awal khususnya mulai tanggal 15 April- 18 April 2022 mencapai
nilai 43,80 mm – 51,84. Penyebab terjadinya kenaikan yang sangat tinggi tersebut
disebabkan banyak faktor.
Pertama, kondisi tanah yang sangat keras membuat air akan sangat sulit
masuk kebagian dalam tanah sehingga sensor tidak dapat membaca adanya air
yang ada pada tanah tersebut dan dinilai sangat kering oleh sensor.
Ketiga, irigasi yang belum siap saat penanaman. Ketika proses penanaman
awal berlangsung irigasi jaringan irigasi belum dipersiapkan hanya dilakukan
penyiraman secara manual sehingga area menjadi sulit untuk mendapatkan
pasokan air secara langsung dn merata. Oleh sebab itu pada fase tersebut terjadi
kelonjakan nilai ETo yang sangat besar melebihi dari rata2 yang lain.
20
Data lahan ini sangat dibutuhkan untuk mendukung kepentingan data yang
lainnya juga. Berikut adalah data lahan yang telah diolah kedalam tabel Microsoft
Excel 2007.
{ }
{ }
21
diolah untuk mendapatkan beberapa data lainnya seperti laju emitter dan
keseragaman distribusi air. Kemudian dikembangkan lagi untuk mendapatkan
durasi penyiraman irigasi.
Untuk jarak lateral dibagi menjadi 2 yaitu jarak lateral 1 yaitu jarak diatas
bedengan sebesar 30 cm dan jarak lateral 2 yaitu jarak antar bedengan sebesar 80
cm. Selain itu untuk spesifikasi pipa lateral kita dapat memperoleh jarak antar
emitter 50 cm dan debit emitter sebesar 1,6 liter/jam. Adapun Untuk debit
lapangan kita lakukan dengan menggunakan air yang terkumpul digelas ukur
persatuan waktu. Berikut rincian hasil pengukuran debit emitter berdasarkan
kondisi dilapangan :
Dari pengumpulan data terkait irigasi tetes data yang diambil seperti
debit spesifikasi dan debit lapangan, jarak emitter,dan jarak lateral. Data ini dapat
diolah untuk mendapatkan beberapa data lainnya seperti laju emitter dan
keseragaman distribusi air. Kemudian dikembangkan lagi untuk mendapatkan
durasi penyiraman irigasi.
Untuk jarak lateral dibagi menjadi 2 yaitu jarak lateral 1 yaitu jarak diatas
bedengan sebesar 30 cm dan jarak lateral 2 yaitu jarak antar bedengan sebesar 80
22
cm. Selain itu untuk spesifikasi pipa lateral kita dapat memperoleh jarak antar
emitter 50 cm dan debit emitter sebesar 1,6 l/jam. Adapun Untuk debit lapangan
kita lakukan dengan menggunakan air yang terkumpul digelas ukur persatuan
waktu.
Hal ini disebabkan karena banyaknya terjadi kebocoran pada setiap pipa
irigasi tetes sehingga banyak air yang terbuang. Selain itu banyak juga sumbatan
yang terdapat pada lubang emitter sehingga memperlambat keluarnya air.
23
Berikut ini hasil perhitungan kebutuhan tanaman yang diolah
menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007.
Kc Awal
ETo ETc ETc per
HST Tgl & Tengah
( ) ( ) Tanaman
Selada
1 15 43,81 0,7 30,67 1,84 0,11 110,40
2 16 49,13 0,7 34,39 2,06 0,12 123,81
3 17 51,85 0,7 36,29 2,18 0,13 130,65
4 18 49,62 0,7 34,74 2,08 0,13 125,05
5 19 6,38 0,7 4,47 0,27 0,02 16,08
6 20 5,92 0,7 4,15 0,25 0,01 14,93
7 21 6,67 0,7 4,67 0,28 0,02 16,80
8 22 16,21 0,7 11,35 0,68 0,04 40,86
9 23 20,29 0,7 14,20 0,85 0,05 51,13
10 24 24,65 0,7 17,25 1,04 0,06 62,12
11 25 27,12 1,4 37,96 2,28 0,14 136,66
12 26 28,65 1,4 40,11 2,41 0,14 144,41
13 27 24,56 1,4 34,38 2,06 0,12 123,79
14 28 27,20 1,4 38,08 2,28 0,14 137,08
15 29 28,73 1,4 40,23 2,41 0,14 144,81
Dari data tersebut kita dapat melihat bahwa besarnya nilai evapotranspirasi
potensial tidak menjamin bahwa nilai kebutuhan airnya pun akan meningkat juga.
Bahkan nilai ETo yang paling besar yaitu 51,85 mm hanya mendapatkan nilai
ETc ( Evapotranspirasi Tanaman) sebesar 2,99 mm. Hal ini terjadi dikarenakan
faktor pengalinya yaitu koefisien tanaman pada fase awal sangat kecil
sebagaimana yang kita tau bahwa pada fase awal kondisi akar tanaman masih
berada tidak jauh dari dari permukaan tanah sehingga mudah untuk mendapatkan
air dari daerah permukaan. Sedangkan untuk fase tengah akan sudah mulai
panjang jauh kedalam dari permukaan tanah sehingga pemberian airpun harus
dapat mengikuti dari kedalaman akar tanaman tersebut.
24
Keseragaman ini dapat menentukan bahwa irigasi tetes ini masih layak untuk
dilanjutkan atau tidak.
Debit Persentase
E ∑| ̅| ∑| ̅|
Emitter ∑| ̅| CU
Ke- ∑ ∑
( ) (%)
1 131 17,9166 0,1615 0,8384 83,84
2 146 2,9166
3 197 48,0833
4 138 10,9167
5 135 13,9166
6 228 79,0833
7 166 17,0833
8 135 13,9167
9 130 18,9167
10 110 38,9167
11 122 26,9166
12 149 0,08333
∑ 1787 288,6666
Rerata
148,9166667
̅
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa, nilai coefficient of uniformity
(CU) pada 1 pipa lateral yaitu sebesar 83,84%. Nilai ini masih dapat dikatakan
baik berdasarkan jika berdasarkan kriteria tingkat keseragaman tetesan sistem
irigasi tetes menurut ASAE (American Society of Agricultural Enngineers)
dengan batasan nilai 81-87% dan untuk nilai tertinggi mendapatkan predikat
sangat baik dengan batasan nilai 94-100%. Dari hasil tersebut berdasarkan nilai
keseragaman untuk jaringan irigasi tetes masih dapat dikatakan masih bisa
dilanjutkan akan tetapi nilai ini belum bisa menjadi acuan jika dibandingkan
dengan kerugian yang lain. Seperti nilai kerugian pada kebocoran jaringan irigasi.
Jika semua pertimbangan telah lulus uji maka jaringan irigasi dapat dilanjutkan
25
tetapi jika ada salah satu pertimbangan ada yang tidak lulus maka lebih baik
jaringan irigasi dihentikan.
Pada kondisi lapangan jarak lateral terbagi menjadi 2 yaitu jarak antar
lateral pada bedengan sebesar 30 cm dan jarak lateral antar bedengan sebesar 80
cm. Untuk mengatasi perbedaan jarak ini perhitungan laju emitter dibuat menjadi
26
2 laju emitter 1 dan 2 kemudian dibagi 2 untuk dirata-ratakan menyesuaikan
kondisi sebaran air pada pipa lateral yang dibagi merata.
Berikut ini hasil perhitungan laju emitter pada kondisi lapangan yang
disajikan dalam bentuk tabel.
27
Untuk memudahkan perhitungan durasi penyiraman data ETc
(Evapotranspirasi Tanaman) dibuat menjadi ETc rata-rata per fase pertumbuhan
yaitu fase awal usia 1-10 hari setelah tanam dan fase tengah 11-15 hari setelah
tanam. Berikut ini hasil perhitungan rata-rata dari nilai ETc.
Banyaknya ketidak sesuaian debit emitter dengan yang apa pada spesifikasi
membuat durasi penyiraman spesifikasi dengan lapangan sangat berbeda jauh.
Pada tabel kita dapat mengetahui bahwa durasi penyiraman paling lama terjadi
pada emitter ke-10 dengan durasi mencapai 42 menit dan durasi penyiraman yang
paling singkat mendekati waktu penyiraman teoritis yaitu emitter ke-6 dengan
28
durasi 20 menit. Berikut ini perhitungan durasi penyiraman air yang dilakukan
menggunakan MS. Excel.
4.5.5. Perhitungan debit air yang digunakan untuk lahan irigasi tetes
Sebelum melakukan pengukuran penggunaan debit, terlebih dahulu
menghitung banyaknya jumlah emitter yang terdapat pada lahan selada. Dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut.
29
4.5.5.2. Perhitungan Lapangan
Untuk memudahkan dalam perhitungan debit air yang diperlukan maka data
debit emitter yang ada dilapangan dibuat reratanya sehingga mendapatkan nilai
yang seragam. Untuk nilai debit emitter dilapangan setelah dirata-rata
sebagai berikut.
30
4.6. Efisiensi Penggunaan Jaringan Irigasi
Dari hasil pengolahan data lapangan kita dapat memperoleh besarnya
efisiensi pengaplikasian jaringan irigasi tersebut terhadap penggunaan air. Nilai
efisiensi ini dapat menjadi pertimbangan kita apakah kita perlu untuk melanjutkan
penggunaan jaringan irigasi tersebut atau menghentikan pemakaian. Hal tersebut
kembali lagi kepada pengguna sesuai apa yang diinginkan.
31
Dengan pemberian irigasi tetes yang seperti ini akan membuat tanaman
selada banyak yang kekurangan air kemudian mati apalagi dengan kondisi
tanaman dimasa pindah tanam membuat tanaman mudah stres sehingga
membutuhkan air yang cukup dan intensif.
Oleh sebab itu, penggunaan jaringan irigasi yang tidak sesuai lebih baik
dihentikan dan diganti jaringan irigasi yang lebih efektif. Baik dari segi jarak
emitter maupun jarak tanamnya harus disesuaikan agar tidak terjadi kerugian pada
tanaman. Dengan kondisi yang seperti ini jika terus dilanjutkan memungkin
menimbulkan kerugian yang lebih besar kedepannya. Jika tidak ingin mengganti
jaringan irigasi maka untuk yang diubah adalah jenis tanaman yang memiliki
jarak tanam yang sesuai dengan jaringan irigasi tersebut.
32
Dimana untuk mendapatkan jumlah kebutuhan air berdasarkan metode
irigasi kocor data nilai ETo (per meter persegi) yang didapatkan pada stasiun
cuaca terlebih dahulu dikonversi menjadi nilai ETo (ml/tanaman/hari) mengikuti
luas penyiraman irigasi kocor yaitu 176,7 cm2. Dengan rumus perhitungan antara
luas satuan penguapan ETc yaitu 1 m2 dibagi dengan luas area peyiraman irigasi
kocor sebesar 0,01767 m2 kita dapat menghasilkan jumlah area penyiraman irigasi
kocor. Nilai ini berguna untuk mendapatkan jumlah kebutuhan air pertanaman.
Pada tabel kita dapat mengetahui bahwa durasi penyiraman paling lama
terjadi pada emitter ke-10 dengan durasi mencapai 42 menit dan durasi
penyiraman yang paling singkat mendekati waktu penyiraman teoritis yaitu
emitter ke-6 dengan durasi 20 menit.
33
Tabel 4.12 Perhitungan kebutuhan air irigasi kocor
Kc ETc
HS ETo Awal & ETc per
Tgl ( )
T ( ) Tengah Tanaman
Selada
1 15 43,81 0,7 30,67 0,54 0,03 32,51
2 16 49,13 0,7 34,39 0,61 0,04 36,46
3 17 51,85 0,7 36,29 0,64 0,04 38,48
4 18 49,62 0,7 34,74 0,61 0,04 36,83
5 19 6,38 0,7 4,47 0,08 0,00 4,73
6 20 5,92 0,7 4,15 0,07 0,00 4,40
7 21 6,67 0,7 4,67 0,08 0,00 4,95
8 22 16,21 0,7 11,35 0,20 0,01 12,03
9 23 20,29 0,7 14,20 0,25 0,02 15,06
10 24 24,65 0,7 17,25 0,30 0,02 18,29
11 25 27,12 1,4 37,96 0,67 0,04 40,25
12 26 28,65 1,4 40,11 0,71 0,04 42,53
13 27 24,56 1,4 34,38 0,61 0,04 36,45
14 28 27,20 1,4 38,08 0,67 0,04 40,37
15 29 28,73 1,4 40,23 0,71 0,04 42,65
Dari hasil perhitungan diatas kita bisa ketahui bahwa penggunaan volume
air irigasi kocor difase awal sebesar 62,5484 liter dan untuk difase dewasa
mencapai sebesar 122,4931 liter. Jika dibandingkan dengan irigasi tetes yang
menggunakan volume air difase awal sebesar 231,44 liter dan difase tengah
mencapai 459,49 liter. Maka irigasi kocor memiliki efisiensi pemakaian air yang
lebih tinggi dibandingkan irigasi tetes dengan kemampun menghemat air
mencapai 3-4 kali lipatnya atau sekitar 72,94 % difase awal. Sedangkan untuk
34
difase dewasa mencapai 73,43 %. Hal ini bisa menjadi sebuah pertimbangan bagi
para petani dalam menerapkan sistem irigasi didaerahnya menyesuiakan apa yang
dibutuhkan.
4.9.1.2. Weaknesses
Kelemahan dari perusahaan ini yaitu karena masih mengandalkan produk
impor dari luar negeri terutama israel dimana yang kita ketahui bahwa israel dan
indonesia sendiri belum memiki hubungan kerjasama antar negara sehingga bisa
saja produk ini sewaktu-waktu ditahan untuk masuk ke Indonesia. Selain itu
karena produknya masih banyak yang berasal dari luar negeri sehingga terkadang
tenaga lokal masih belum faham terkait akan cara kerja dari alat tersebut sehingga
memerlukan tenaga dari luar yang faham untuk mengoperasikannya.
4.9.1.3. Opportunities
Masih jarangnya perusahaan yang bergerak dibidang irigasi sehingga PT
DSR dapat dikatakan perusahaan penyedia jasa irigasi terbesar seindonesia untuk
saat ini.
4.9.1.4. Threats
Munculnya para pesaing baru yang memiliki harga relatif lebih murah
membuat project pemasangan irigasi sedikit demi sedikit mulai berkurang hal ini
yang membuat posisi perusahaan sedikit tergeser.
35
Tabel 4.13 Analisis SWOT
36
4.10. Kegiatan Selama PKL
4.10.1. Sterilisasi lahan
37
4 mini. Proses pembajakan dilakukan dengan cepat karena menggunakan alat
berat proses pengerjaan dilakukan kurang dari 1 minggu. Tujuan dari membajak
tanah ini agar tanah yang keras menjadi agak gembur. Selain itu juga membantu
agar arang sekam tercampur didalam tanah.
4.10.2.2. Rotary
38
untuk menggunakan traktror roda 4. Untuk proses pembuatan bedangan ini
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 2-3 minnggu.
4.10.3. Pemasangan mulsa
4.10.3.1. Memasang plastik mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan pada siang hari dikarenakan untuk
memudahkan plastik tersebut melar ketika terkena panas. Panjang plastik mulsa
mengikuti panjang bedengan sedangkan untuk lebar sudah memiliki ukuran
standar sekitar 1 meter. Untuk penjepit mulsa menggunakan bahan bambu muda
yang dibuat sendiri menggunakan golok. Plastik mulsa ini dipasang dengan
tujuan menekan pertumbuhan gulma dan mencegah hama atau serangga untuk
datang.
4.10.4. Budidaya
4.10.4.1. Menanam selada
39
4.10.4.2. Menyulam tanaman selada
40
dalam proses pembuatan green house. Kegiatan awal yang dilakukan yaitu dengan
sanitasi lahan dan meratakan lahan bekas bedengan menggunakan cangkul.
41
4.10.7. Membantu membuat pegangan tangga
42
4.10.9. Pengamatan terhadap data untuk laporan
43
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dalam mengoperasikan irigasi tetes perhitungan terhadap kebutuhan air
tanaman sangatlah penting untuk mendapatkan pemberian air yang cukup
untuk tanaman. Pemberian air yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan
tanah jenuh dan akan menjadi busuk sedangkan jika air tidak mencukupi
kebutuhan tanaman, tanaman akan mendapatkan cekaman air dan menjadi
stres.
2. Dalam menggunakan irigasi tetes kita dapat melihat bahwa banyak faktor
yang harus diperhitungkan atau pertimbangkan terutama dari segi
penggunaan air. Irigasi tetes yang terdapat pada spesifikasi tidak sesuai
dengan yang terdapat dilapangan. Dari pembahasan diatas kita dapat
ketahui bahwa efisinesi irigasi tetes masih memiliki peluang untuk
ditingkatkan melalui penyesuaian pada berbagai aspek seperti jenis dan
kapasitas emitter serta jarak antar pipa dan jarak antar emitter.
3. Dalam kondisi pemasaran produknya PT Daya Santosa Rekayasa memiliki
beberapa keunggulan dalam kualitas produk dan menjadi salah satu
perusahaan irigasi terbesar seindonesia untuk saat ini. Akan tetapi terdapat
banyak kekurangan yang masih terdapat pada PT tersebut sehingga perlu
memperbaiki dari segi pemasaran salah satu yang dapat kita lihat pada
analisis SWOT.
5.2. Saran
1. Untuk mengoperasikan irigasi tetes sebaiknya terdapat operator yang
faham akan kebutuhan air tanaman dan durasi penyiraman. Selain itu
pentingnya mengecek dan memperbaiki kerusakan jaringan irigasi yang
bocor karena dapat menyebabkan penggunaan debit emitter tidak sesuai
dan banyak air yang terbuang.
2. Dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi tetes kita dapat
melihat bahwa metode penyiraman irigasi kocor lebih efiesien
dibandingkan metode penyirman yang mengikuti standar FAO (Food
Agriculture of Organization). Penggunaan irigasi tetes dapat ditingkatkan
44
lagi dalam hal penggunaan air jika mengikuti standar metode penyiraman
irigasi kocor sehingga mengbuat jaringan irigasi tetes memiliki nilai
efisiensi yang lebih tinggi lagi..
3. Memperbaiki dan mempertahankan kualitas produk agar menjaga
kepercayaan konsumen. Selain itu mempertimbangkan harga dengan
perusahaan pesain yang baru yang dapat menggeser posisi perusahaan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. (2006). Sifat Fisik Tanah Dan Metode Analisisnya. Bogor: Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB (IPB Press). 472 p.
Hansen, V.E., O.W. Israellsen, dan G.E. Stringham. 1992. Dasar-dasar dan
Praktek Irigasi. Terjemahan Erlangga. Jakarta
Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Rhysics. Academic Press., Inc. San Diego,
California.
46
Prijono.S. 2013. Irigasi dan Drainase & Irigasi Tetes (Drip irrigation).
http://www.google.com/search?ie=UTF8&oe=UTF8&sourceid=navclient
&gfns=1&q=irigasi+tetes+(drip irrigation), 28 April 2013.
Rahmandinata, F., Zulfadil, & Rosyetti. (2020). Analisis Potensi Dan Strategi
Pengembangan Usaha. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis. Vol. XII. No. 3.
Juli 2020, 476.
Sapei, A. (2006). Irigasi Tetes. Bogor: Bagian Teknik Tanah dan Air Departemen
Teknik Pertanian FATETA. Institut Pertanian Bogor.
47
LAMPIRAN
JURNAL HARIAN
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN II
TATA AIR PERTANIAN
POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
Paraf
No. Hari/ Tanggal Uraian Kegiatan Pembimbing
Eksternal
Tiba di PT. Daya santosa rekayasa
1 Senin/14/03/22 Zoom meeting Bersama direktur
PT.DSR dan Didampingi oleh bapak
Dr. Andy Saryoko, SP., MP
Pembagian jobdesk
2 Selasa/15/03/22 Membantu untuk pembuatan tangga
pada mess kontainer
Melanjutkan perbaikan tangga container
3 Rabu/16/03/22 dengan melakukan pemotongan dan
pengelasan
4 Kamis/17/03/22 Melakukan perataan tanah pada lahan
samping green house
Melanjukan perataan tanah
5 Jumat/18/03/22 Pembutan gomplang/pondasi untuk
pembutan green house
6 Sabtu/19/03/22 Melanjutkan pembutan green house
ditahapan pembuatan lobang pondasi
7 Minggu/20/03/22 LIBUR
48
Melanjukan mendalami lobang pondasi
untuk pembangunan green house
Melanjukan mendalami lobang pondasi
9 Selasa/22/03/22 Maintenance pada gutter dan cooling
pada di green house
10 Rabu/23/03/22 Sterilisasi lahan dengan cara membakar
sekam dilahan
11 Kamis/24/03/22 Melanjutkan deck pada tengah kontener
untuk pembangunan green house
12 Jumat/25/03/22 Sterilisasi lahan
13 Sabtu/26/03/22 Sterilisasi lahan
14 Minggu/27/03/22 LIBUR
Pembangunan green house dengan
15 Senin/28/03/22 tahapan pembuatan lubang pondasi dan
water leveling
16 Selasa/29/03/22 Penyingkalan tanah pada lahan yang
telah di sterilisasi
17 Rabu/30/03/22 Rotary tanah yang telah disingkal
18 Kamis/31/03/22 Rotary tanah yang telah disingkal
49
30 Selasa/12/04/22 Membuat bedengan
50