Diusulkan oleh :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Pemanfaatan Limbah Kaca Sebagai Solusi Energi Baru Terbarukan ini dalam
bentuk maupun isi yang sederhana.
Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan terutama bidang green technology.
Harapan saya semoga Makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dalam penerapannya, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi Makalah Pemanfaatan Limbah Kaca Sebagai Solusi Energi Baru
Terbarukan ini untuk kedepannya lebih baik.
Makalah Pemanfaatan Limbah Kaca Sebagai Solusi Energi Baru Terbarukan ini
saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang.
Oleh karna itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah pemanfaatan limbah kaca ini
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV ......................................................................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................... 11
4.1. Konsep Rancangan ......................................................................................................... 11
4.2. Penanganan Bahan Bakar Limbah Kaca ........................................................................ 11
4.3. Pembakaran Limbah Kaca dan Boiler ............................................................................ 12
4.4. Pengkajian Faktor LIngkungan, Sosial, dan Ekonomi ................................................... 14
4.5. Pengendalian Pencemaran Udara ................................................................................... 15
4.6. Komponen Pendukung Pembangkit ............................................................................... 16
BAB V .......................................................................................................................................... 18
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................... 18
5.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 18
5.2. Saran ............................................................................................................................... 18
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jeenis dan persentase sampah Indonesia .............................................................................. 10
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kaca-kaca bekas (disebut cult) yang sudah tidak terpakai lagi merupakan limbah yang
tidak akan terurai secara alami oleh zat organic. Dengan demikian diperlukan berbagai
penanganan alternative untuk menjadikan limbah kaca dalam pemanfaatan bahan campuran
penyusun beton. Limbah kaca khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
Semarang,dan Yogyakarta terus menerus meningkat. Hal ini disebabkan terus meningkatnya
konsumsi masyarakat terhadap minuman yang menggunakan kaca sebagai bahan kemasan.
Belum lagi limbah kaca yang dihasilkan oleh industry dan perusahaan komersial seperti
toko-toko kaca yang memotong serta menghaluskan kaca setiap harinya Pada pembuatan
gedung-gedung tinggi di Jakarta kaca banyak digunakan, karena dari segi arsitektur terlihat
lebih indah. Selain itu kaca mempunyai harga jual yang murah sebagai bahan kontruksi.
Selama beberapa tahun terakhir ini, telah diadakan penelitian untuk mengembangkan
penggunaan limbah-limbah yang masih digunakan untuk bahan campuran dalam adukan
1
beton. Pemanfaatan limbah berupa serbuk kaca untuk digunakan kembali (re-fuse)
merupakan salah satu solusi penanganan limbah yang tepat. Salah satu usaha untuk
mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan limbah serbuk kaca sebagai powder.
Serbuk kaca merupakan bahan yang ramah lingkungan dan memiliki kandungan SiO2
diatas 60%, yang dapat meningkatkan kuat desak beton sehingga dapat berpengaruh baik
terhadap structural bangunan. Bubuk kaca atau fritz adalah serpihan kaca yang dihancurkan
dan biasa digunakan untuk campuran pembuatan keramik di pabrik keramik. Bubuk kaca ini
berupa butiran halus dengan ukuran butiran 0,075mm-0,015mm, tidak porous serta bersifat
pozzolanik. Bubuk kaca mempunyai kandungan SiO2, Al2O3, Fe2O3 dan CaO yang
berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pengganti semen dan diharapkan menambah kuat
desak beton karena butirannya yang sangat kecil dan mampu mengisi lubang pori pada beton
(Hanafiah,2011).
2
2. Secara praktis : hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbang
pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengolahan
limbah kaca tanpa menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
3. Manfaat teoritis : hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan
referensi dalam memperkaya wawasan dengan konsep green technology
mengenaik pemanfaatan limbah kaca sebagai bahan dalam pembuatan energi
terbarukan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme di
dalam tanah hingga menyebabkan proses penghancuran yang berlangsung sangat lama.
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan
minyak bumi, atau dari proses industri.
Beberapa dari bahan ini tidakterdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian
zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah
tangga misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
Gambar 2.2 Sampah anorganik
5
4) Industri waste, merupakan bahan buangan dari sisa-sisa proses industri seperti zat
pewarna, pelarut, limbah injeksi, dan lain-lain.
Sampah atau limbah yang kita hasilkan setiap hari, biasanya kita buang begitu
saja tanpa kita pilah-pilah. Hal ini mungkin karena kita tidak tahu atau mungkin tidak
mau tahu bahwa sampah tersebut dapat kita pilah-pilahkan menjadi limbah organik dan
anorganik yang dapat kita manfaatkan menjadi barang yang berguna.
Limbah anorganik adalah limbah yang berasal bukan dari makhluk hidup. Limbah
anorganik ini memerlukan waktu yang lama atau bahkan tidak dapat terdegradasi secara
alami. Beberapa limbah anorganik diantaranya styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan
gelas atau beling. Salah satu pemanfaatan limbah anorganik adalah dengan cara proses
daur ulang (recycle). Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda
yang sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali. Beberapa limbah anorganik yang
dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, logam, dan kertas.
6
dihasilkan dari limbah kaleng di antaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci,
celengan, gift box, dan lain-lain.
7
Intermediate Oksida yang menyebabkan kaca mempunyai sifat-sifat yang lebih
spesifik, contohnya untuk menahan radiasi, menyerap UV,dan sebagainya
Modifier Oksida yan tidak menyebabkan kaca memiliki elastisitas, ketahanan suhu,
tingkat kekerasan, dll.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah merupakan material
sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan
didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam
sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia
didefinisikan konseplingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya
(Anonim:2012).
Limbah kaca merupakan sumber masalah bagi lingkungan karena sifatnya yang sukar
terurai oleh zat organic. Selain itu di Indonesia sendiri limbah kaca yang dikeluarkan sekitar
0.7 Ton/tahun atau 2% dari total limbah sampah di indonesia hal ini banyak dihasilkan oleh
aktifitas manusia seperti kebutuhan rumah tangga dan indrustri-indrustri kecil. Selain sukar
terhadap zat organic bentuk limbah kaca yang berbahaya karena tajam dan cenderung
meruncing bisa menjadi permasalahan serius belum lagi banyak limbah kaca yang tercampur
dengan limbah sampah lainnya.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pengambilan Intisari
Penyempurnaan dan
finalisasi
Pengimplementasian
final
9
3.2. Waktu dan Lokasi
Dalam melakukan penelitian ini, dari tahap awal sampai ke tahap penyelesaian
penyusunan karya kami melakukannya di kediaman penulis pribadi dan di lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam konsep penentuan mengenai bentuk dan rancangan dari pemanfaatan limbah kaca
yang ada untuk dijadikan suatu energi terbarukan maka kami merancangnya menjadi salah
satu bahan bakar dalam pembangkit listrik yang memiliki konsep hampir mirip dengan
PLTU dan PLTSa. Sehingga jika merujuk penelitian dari peneliti yang telah ada maka
konsep Pembangkit Listrik dengan bahan bakar limbah kaca ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Konsep PLTSa pada umumnya
11
diharapkan yang dihasilkan oleh limbah kaca tidak keluar ke masyarakat sekitar Pilot Project
Pembangkit nantinya. Bunker dapat menampung limbah kaca sebanyak 500 ton untuk
penyimpanan limbah kaca sebelum diumpankan kedalam insinerator selama 5 hari. Bunker
dilengkapi dengan Grapple Crane yang diletakkan diatas bunker, yang digunakan untuk
memasukkan limbah kaca kedalam tungku pembakaran melalui hopper. Grapple crane juga
juga berfungsi untuk mengangkut limbah kaca dari satu sisi ke sisi lain di dalam bunker
dengan tujuan memindahkan limbah kaca berdasarkan hari limbah kaca masuk ke dalam
bunker (prinsip first in first out). Disamping itu juga digunakan untuk mengaduk-aduk
limbah kaca dengan tujuan supaya limbah kaca lebih homogen dan kadar air lebih rendah.
Limbah kaca dengan kadar air lebih rendah akan mempunya kalori yang lebih tinggi
sehingga lebih mudah diproses dan dibakar di dalam insinerator. Grapple crane juga
dilengkapi dengan magnet pemisah yang digunakan untuk memisahkan logam yang masih
tercampur didalam limbah kaca. Pada dasar bunker dilengkapi dengan saluran untuk
mengalirkan air lindi yang ada didalam limbah kaca kedalam tempat penampungan air lindi,
yang selanjutnya dipompakan untuk diolah dalam alat pengolah air lindi.
12
pre-heater dengan bantuan steam bertekanan 10 bar. Penggunaan udara primer yang telah
dipanaskan dapat membantu mempercepat pengeringan limbah kaca di atas grate,
terutama untuk limbah kaca dengan tingkat kelembaban tinggi. Pada titik ini, limbah kaca
dibakar dalam keadaan sub-stoikiometri, dimana oksigen yang disuplai sekitar 30%
hingga 80% dari jumlah yang dibutuhkan untuk proses pembakaran sempurna. Gas yang
dihasilkan dari pembakaran limbah kaca menggunakan udara primer tersebut akan
mengalir keatas didalam ruang pembakaran, dimana kemudian akan disemprotkan udara
sekunder ke dalam ruang bakar melalui nozzle tekanan tinggi yang dipasang pada dinding
ruang bakar. Penyemprotan udara sekunder dimaksudkan untuk menyempurnakan proses
pembakaran. Penyemprotan dilakukan pada bagian dinding tungku bakar yang
menyempit, supaya terjadi turbulensi sehingga proses pencampuran udara sekunder dan
gas hasil pembakaran lebih sempurna. Sama dengan udara primer, udara sekunder yang
digunakan merupakan udara yang diambil dari dalam bunker limbah kaca dan telah
dipanaskan di dalam air pre-heater dengan bantuan steam bertekanan 10 bar. Jumlah
udara yang dihembuskan dibuat berlebih untuk menjamin kesempurnaan pembakaran.
Ruang bakar didesain untuk tahan pada suhu ideal pembakaran, yaitu sekitar 850oC dan
dilengkapi dengan water wall. Selain itu, desain ruang bakar juga harus mengakomodasi
waktu tinggal yang dibutuhkan oleh gas hasil pembakaran. Waktu tinggal gas hasil
pembakaran didesain minimum selama 2 detik didalam ruang pembakaran. Pengaturan
suhu dan waktu tinggal di dalam ruang bakar tersebut bertujuan agar seluruh senyawa
organik berbahaya yang terdapat di dalam limbah kaca maupun gas hasil pembakaran,
seperti dioksin dan furan, dapat dimusnahkan. Gas yang dihasilkan dari proses
pembakaran limbah kaca dengan panas sekitar 850oC, digunakan untuk memanaskan air
didalam boiler membentuk uap air/ steam menjadi steam jenuh dan didalam superheater
membentuk steam lewat jenuh (superheated steam) pada tekanan 40 Bar dan suhu sekitar
3900C. Boiler dilengkapi dengan Economizer yang merupakan tempat di mana gas hasil
pembakaran yang masih panas yang keluar dari boiler dimanfaatkan untuk memanaskan
air umpan boiler hingga mencapai suhu mendekati titik didih air umpan. Gambar
peralatan sistim insinerasi dan boiler serta superheater dari PLTSa yang dikembangkan,
dan merupakan salah satu acuan serta rujukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini,
13
Gambar 4.2 Sistim Insinerasi dan Boiler PLTSa (PTL-BPPT, 2018)
Sistim produksi steam dilengkapi dengan sistim pengolahan air untuk melunakkan air
umpan boiler, menggunakan sistim Sistem filtrasi Multi Grade Filter (MGF) dan
Activated Carbon Filter (ACF), sistim Reverse Osmosis (RO), serta unit Mixed Bed.
Sistim pelunakan air umpan boiler diperlukan supaya tidak mudah terjadi pengerakan
didalam boiler dan pipa-pipanya.
14
bisa dikembalikan seluruhnya, sehingga ditambahkan make up umpan air lunak untuk
memenuhi kapasitas yang ditentukan.
15
bag filter, terlebih dahulu gas buang diinjeksi dengan karbon aktif dan slaked lime di
dalam ducting. Injeksi tersebut berfungsi untuk mengurangi kadar gas asam, logam berat,
serta komponen organik berbahaya. Proses injeksi kapur dan karbon aktif ini disebut
sebagai proses Dry Scrubber, karena penyerapan bahan berbahaya dilakukan pada
kondisi kering. Proses dry scrubber dipilih, supaya tidak terbentuk limbah cair dalam
proses ini, yang akan memerlukan penanganan lebih lanjut. Proses dry scrubber ini
merupakan proses yang lebih ramah lingkungan. Injeksi dilakukan pada pada ducting
yang memiliki kondisi turbulensi yang cukup besar, supaya pencampuran gas buang
dengan karbon aktif dan slaked lime sempurna. Reaksi kimia pada proses gas buang
dengan slaked lime dapat dijelaskan sebagai berikut:
2HCl + Ca(OH)2 → CaCl2 + 2H2O
2HF + Ca(OH)2 → CaF2 + 2H2O
Ca(OH)2 + SO2 + H2O → CaSO3. H2O + H2O
CaSO3. H2O + O2 + H2O → CaSO4.2H2O
Di dalam bag filter, proses utama yang terjadi adalah pemisahan gas buang dengan
partikulat yang terikut, dan menambah kontak antara gas buang dengan karbon aktif dan
slaked lime. Bag filter terdiri atas sejumlah kantong filter. Ketika gas buang mengalir
melalui kantong filter, partikulat dengan ukuran yang lebih besar dari 1 µm akan
tertahan pada filter, sedangkan gas buang yang telah bersih dari partikulat akan
mengalir terus dan keluar melalui bagian atas filter. Partikel yang menempel pada
kantong filter dibersihkan secara berkala menggunakan udara bertekanan yang
ditiupkan (pulse jet) dengan arah yang berlawanan, sehingga partikel abu jatuh ke
tempat pengumpulan. Keunggulan utama dari penggunaan bag filter adalah efisiensi
pemisahan partikulat yang tinggi, dan performa yang baik untuk menghilangkan
partikulat dengan ukuran lebih kecil dari 1 µm. Selain itu, bag filter juga memberikan
permukaan yang luas untuk reaksi netralisasi gas asam jika dibutuhkan
16
Pengolahan limbah air lindi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), akan
dilakukan terpisah dari air limbah lainnya karena jenis limbah air lindi mempunya
standar baku mutu keluar ke lingkungan yang berbeda dengan Janis air limbah lainnya
(KLHK, 2016).
Pengelolaan Abu
Pengelolaan Abu Proses operasi Pembangkit juga akan menghasilkan limbah padat
berupa abu yaitu bottom ash dan fly ash. Bottom ash merupakan limbah padat yang
keluar dari sistim pembakaran dan keluar dari bagian bawah tungku pembakaran.
Sedangkan fly ash keluar dari bagian bawah beberapa peralatan seperti boiler,
superheater, economizer, quencher dan bag filter. Bottom ash dan fly ash akan dikelola
sesuai persyaratan yang ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Sistem Instrumentasi Kontrol
Sistim Instrumentasi dan Kontrol Unit Pembangkit juga akan dilengkapi dengan
sistim instrumentasi dan control menggunakan otomatisasi Process Control System
(PCS) atau Distributed Control System (DCS). Seluruh aliran proses pada Pilot Project
PLTSa ini dimonitor secara otomatis langsung dari control room dan juga dimonitor
secara manual dari lapangan. Penggunaan otomatisasi instrumentasi akan
mempermudah teknis pelaksanaan operasi proses unit Pembangkit ini danmenjamin
kinerja yang lebih terkontrol dengan baik.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian dan analisis serta studi pustaka yang telah dilakukan maka
dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Pilot Procet Pembangkit ini menggunakan teknologi termal jenis incinerator yang
merupakan unit percontohan dari alternative penanganan sampah secara cepat,
signifikan dan ramah lingkungan.
2) Teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang sudah proven digunakan secara
global yang cocok digunakan untuk jenis sampah campuran yang belum diolah
seperti sampah Indonesia.
3) Pilot project Pembangkit ini merupakan unit yang ramah lingkungan, karena
dilengkapi dengan peralatan Pengendali pencemaran udara dan pengolahan air
limbah.
4) Pembangkit dengan jenis ini tetap menghasilkan polusi jenis lain tetapi dapat diatasi
dengan penanganan yang baik dan tepat.
5.2. Saran
1) Kepada para pembaca yang mungkin memiliki ide untuk mengembangkan penelitian ini
kami harap untuk dapat membant memperbaiki dan menyempurnakan karya ilmiah ini..
2) Kami harap dengan adanya penelitian ini bisa menjadi suatu inspirasi bagi para peneliti
lain serta orang orang untuk dapat berinovasi menjadi lebih baik.
3) Kepada seluruh pihak yang mugkin memiliki pendapat dan saran atas karya ilmiah ini
untuk bisa memberikan kritik dan Saranya untuk kami agar bisa menjadi lenih baik lagi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Insani, P. A. (2017). Mewujudkan Kota Responsif Melalui Smart City. Publisia: Jurnal Ilmu
Administrasi Publik, 2(1), 25–31.
Lutfi Agung Kurniawan, M. (2016). Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor
5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota
Surabaya.Publika, 4(9).
Moustakas, K., Loizidou, M. 2010. Solid Waste Management through the Application of
Thermal Methods. National Technical University of Athens, School of Chemical
Engineering, Unit of Environmental Science & Technology, Athens Greece ISBN
978-953-7619-84-8 InTech Publisher.
Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Perpres No.
58/2017 tentang Proyek Infrastruktur Strategis Nasional
19
Pemerintah Republik Indonesia. 2018. Perpres No. 35/2018, tentang Percepatan
Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik berbasis Teknologi
Ramah Lingkungan.
Puna, J.F., Santos, M.T. 2010. Thermal Conversion Technologies for Solid Wastes: A New
Way to Produce Sustainable Energy, High Institute of Engineering of Lisbon,
Chemical Engineering Department Portugal, Research Gate Publisher.
20