USULAN PENELITIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing
Penguji I Penguji II
Mengetahui :
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
Bapak Rusdi Leidonald, S.P, M.Sc selaku Dosen Pembimbing serta kepada
Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc dan Bapak Rizky Febriansyah Siregar, S.Pi, M.Si selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan banyak arahan dan masukan serta
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan proposal usulan penelitian ini. Penulis berharap semoga proposal ini
terima kasih.
Penulis
i
4
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... v
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................... 1
Rumusan Masalah............................................................................... 4
Kerangka Pemikiran........................................................................... 5
Tujuan Penelitian................................................................................ 7
Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................ 8
Fitoplankton........................................................................................ 8
Struktur Komunitas Fitoplankton....................................................... 10
Distribusi Fitoplankton....................................................................... 11
Faktor Pembatas Fitoplankton............................................................ 12
Parameter Fisika
Suhu............................................................................................. 13
Kecerahan Perairan...................................................................... 13
Kecepatan arus............................................................................. 14
Parameter Kimia
Nitrat............................................................................................ 14
Derajat keasaman (pH)................................................................ 15
Oksigen terlarut (DO).................................................................. 16
Fosfat........................................................................................... 18
Biological Oxygen Demand (BOD)............................................. 18
ii
5
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................. 20
Alat dan Bahan Penelitian.................................................................. 20
Prosedur Penelitian............................................................................. 21
Pengambilan Sampel Fitoplankton.............................................. 21
Identifikasi Jenis Fitoplankton.................................................... 22
Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia.................................... 22
Analisis Data....................................................................................... 23
Kelimpahan Plankton (N)............................................................ 23
Keanekaragaman Plankton (H’).................................................. 24
Indeks Keseragaman (E).............................................................. 24
Indeks Dominansi (C).................................................................. 25
Metode Storet.............................................................................. 26
Metode Indeks Pencemaran......................................................... 26
Metode Indeks Saprobik.............................................................. 27
Metode CCME (Canadian Council of Ministers of the Environment) 27
Analisis Komponen Utama (PCA).............................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
iii
6
DAFTAR TABEL
iv
7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air memiliki banyak fungsi, sebagai pelarut umum, air digunakan oleh
media transportasi nutrisi dan hasil metabolisme. Bagi manusia, air memiliki
peranan yang sangat besar bukan hanya untuk kebutuhan biologisnya, yaitu
bertahan hidup. Air tawar diperlukan manusia untuk keperluan masak dan minum,
Tidak dapat dipungkiri bahwa penurunan kualitas air dewasa ini merupakan
air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai pada tingkat tertentu
Penurunan kualitas pada tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang
ditetapkan dan berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya
Bioindikator atau indikator biologis adalah jenis atau populasi makhluk hidup,
Pencemaran air terjadi bila ada suatu bahan atau keadaan yang dapat
tertentu sehingga tidak memenuhi baku mutu atau tidak dapat digunakan untuk
keperluan tertentu. Jadi pencemaran tidak hanya tergantung kepada wujud dari
bahan pencemar, namun juga tergantung kepada tujuan penggunaan air tersebut.
Masuknya bahan pencemar kedalam sungai dapat mengubah kondisi fisika dan
karena spesies yang ada dalam lingkungan tersebut tidak semua toleran terhadap
air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu
air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian. Air sebagai
komponen lingkungan hidup akan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang
manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan
menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung
dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya
alam (natural resources depletion). Komponen sumber daya alam yang sangat
dekat dengan permukaan air. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa secara umum,
mempunyai siklus hidup yang pendek, dan banyak spesiesnya yang sensitif
Pantai Pasir Putih Parparean merupakan daerah wisata yang airnya berasal
dari Danau Toba yang baru dibuka pada tahun 2018. Pantai pasir putih ini
berjarak kurang lebih dari tiga kilometer dari kota Porsea. Objek wisata di pantai
pasir putih ini merupakan air yang jernih serta pasir putih yang kelembutannya
tidak ada di wisata perairan lain di Toba. Karena keindahan dan pesona pantai ini
maka pengunjung di setiap tahunnya selalu meningkat yang kemudian tidak luput
kemudian dianalisis untuk mengetahui status kualitas air di pantai pasir putih
inlet, daerah tengah dan daerah outlet pantai pasir putih. Karena kondisi pantai
pasir putih yang pengungjungnya setiap tahun meningkat maka perlu dilakukan
Rumusan Masalah
tersebut berubah diantaranya pariwisata yang tidak sesuai dengan kaidah yang
Salah satu cara untuk memantau kualitas air adalah melakukan pengukuran
produsen primer yang menghasilkan bahan organik serta oksigen yang bermanfaat
ini adalah :
Parparean?
Putih Parparean?
Kerangka Pemikiran
Kabupaten Toba yang dibuka pada tahun 2018. Daerah wisata tidak luput dari
limbah domestik usaha dan juga sampah. Dilakukannya pengukuran kualitas air
ini untuk mengetahui status kualitas air dan hubungannya dengan keberadaan
kualitas perairan di pantai pasir putih tersebut. Kualitas perairan pantai pasir putih
memiliki parameter berupa fisika, kimia dan biologi dimana parameter fisika dan
kimia meliputi suhu, nitrat, kecerahan perairan, derajat Keasaman (pH), oksigen
terlarut (DO), kecepatan arus, fosfat dan biological oxygen demand (BOD) serta
jenis relatif, metode storet, indeks pencemaran, indeks saprobik, metode CCME
12
6
parameter fisika, kimia dan biologi untuk mengetahui analisis kualitas air dan
Aktivitas manusia :
Perikanan tangkap
Pariwisata
Kualitas Parairan
Tujuan Penelitian
Kabupaten Toba.
Manfaat Penelitian
pariwisata setempat.
kualitas air pantai pasir putih di Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan
TINJAUAN PUSTAKA
37,88 km2 atau 1,83% dari total luas Kabupaten Toba. Kecamatan Porsea berada
pada 2°04'- 2°48' Lintang Utara dan 99°04' - 99°16' Bujur Timur dengan
ketinggian ± 1.200m dari permukaan laut. Kecamatan Porsea terdiri atas 14 desa
Parparean I, Parparean II, Parparean IV, Patane I, Patane II, Patane IV, Patane V,
Pantai Pasir Putih Parparean merupakan salah satu wisata perairan yang
baru dibuka pada tahun 2018 yang terletak di Kecamatan Porsea, Desa Parparean
II, Kabupaten Toba. Pantai ini memiliki luas sebesar 2,5 hektar yang airnya
berasal dari Danau Toba. Banyak masyarakat yang menganggap wisata perairan
ini mirip dengan pantai di Bali karena memiliki pasir putih yang lembut, air yang
sangat jernih dan dapat melihat matahari terbit dan terbenam. Fasilitas-fasiltas
wisata pantai ini tergolong lengkap diantaranya arena bermain anak, banana boat,
perahu karet, tempat makan dan tempat bersantai. Untuk mengakses wisata pantai
ini tidaklah sulit, jika berangkat dari kota Porsea menuju utara melewati RSUD
Tobasa, kemudian belok kanan yang kemudian tiba di wisata pantai ini.
Fitoplankton
Plankton tidak bisa menyerap langsung bahan organik. Oleh karena itu, bahan
organik harus melalui tahap dekomposisi agar bisa diserap oleh plankton. Di
samping itu, faktor fisika dan kimia perairan dapat mengakibatkan perbedaan
Fitoplankton berperan sebagai pengendali kualitas air dengan cara menyerap hasil
metabolisme dan sisa pakan sebagai sumber energi (Widiyanti et al., 2020).
sebagai salah satu parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu
perairan dan juga merupakan komponen biotik penting dalam metabolisme badan
air, karena merupakan mata rantai primer di dalam rantai makanan ekosistem
penting dalam hal mengetahui kualitas perairan suatu perairan terutama pada
perairan yang tidak mengalir atau tergenang (Dwirastina dan Riani, 2019).
kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air laut dan air tawar kecuali
tertangkap dengan jaring umumnya tergolong dalam tiga kelompok utama yaitu
jenis perairan, yaitu laut, danau, sungai, kolam dan waduk. Fitoplankton dapat
10
16
tidak tercemar ditandai dengan diversitas yang tinggi dan tidak terdapat dominansi
oleh satu spesies. Sebagai produsen utama di perairan tawar fitoplankton yang
komunitas, terikat dalam interaksi biotik dan berfungsi sebagai unit terpadu
khususnya ketersediaan unsur hara (nutrien) dan kualitas cahaya serta kemampuan
oleh tersedianya antara lain unsur hara, cahaya yang cukup, dan gerakan air
perairan atau tersebar dalam zona eufotik. Kemampuan membentuk zat organik
hidup ekosistem perairan dan memegang peranan penting dalam rantai makanan
di laut. Selain sebagai dasar dari rantai makanan (primary producer) juga
Distribusi Fitoplankton
suatu ekosistem yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan meliputi
tertentu dari fitoplankton. Pencemaran bahan organik saat ini telah menjadi
eutrofikasi yaitu ledakan populasi fitoplankton dan tumbuhan air terapung seperti
di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor
atmosfer, faktor lokasi, dan faktor kondisi lingkungan. Tidak seperti zooplankton,
12
18
fitoplankton daya geraknya terbatas sehingga tidak dapat dengan mudah bergerak
fitoplankton juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor atmosfer, lokasi,
penting yaitu sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaringan yang
terhadap kualitas air dan berhubungan erat dengan aktivitas manusia. Jumlah jenis
fitoplankton bergantung pada parameter fisika dan kimia yang meliputi suhu,
kecepatan arus dan Fosfat. Beberapa parameter fisika dan kimia yang dapat
Parameter Fisika
Suhu
kehidupan organisme suatu perairan. Standar baku mutu suhu menurut KepMen
LH No. 51 Tahun 2004 untuk biota laut adalah 28 oC - 32 oC. Suhu ekosistem air
antara air dengan udara sekelilingnya. Fitoplankton erat kaitannya dengan suhu,
Kecerahan Perairan
spektrum yang terlibat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak
lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai
nilai kecerahan suatu perairan, berarti dapat mengetahui pula sampai dimana
masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam perairan. Berkaitan dengan
keadaan nilai kecerahan yang diamati dapat dikatakan bahwa memiliki nilai
air, apabila perairan keruh maka penetrasi cahaya matahari berkurang sehingga
14
14
20
Kecepatan Arus
Arus merupakan pergerakan air yang dibangkitkan oleh kerja dari suatu
arus di suatu badan air, di antaranya adalah gaya dorong dan hisap dari massa air
masuk dan keluar badan air serta gaya gesek dari dinding wadah badan air yang
Konsentrasi fitoplankton yang tinggi terjadi di area dengan kecepatan arus air
terjadi di area-area dengan kecepatan arus air lebih dari 25 cm/det. Kecepatan arus
yang masih berada dibawah kisaran 0,5 m/s tergolong dalam arus rendah hingga
sedang, sedangkan arus dengan kecepatan 0,5 m/s atau lebih tergolong dalam arus
Parameter Kimia
Nitrat
pertumbuhan bagi biota, karena kandungan nitrat pada konsentrasi tertentu dapat
memberikan kondisi tumbuh yang baik bagi biota dan dapat menjadi racun di
21
15
mesotrofik (1-5 mg/l) dan eutrofik (550 mg/l). Konsentrasi nitrat di lapisan
amino, dan berbagai protein dari hasil sintesisTingginya kadar nitrat menunjukkan
tingkat kesuburan perairan yang tinggi pula dan bermanfaat untuk penunjang
nitrat akan meningkat apabila lokasi tersebut semakin dekat dengan lokasi
dalam air danau dapat disebabkan karena sifat nitrat yang tidak stabil dan adanya
penyerapan nitrat oleh makrofita atau fitoplankton sementara pasokan nitrat pada
nilai pH. tumbuhan ter-masuk fitoplankton akan berfotosintesis dengan baik pada
pH netral yaitu sekitar pH 6-8 dan akan mengalami penurunan jika terlalu asam
atau terlalu basa. pH yang terlalu tinggi dapat mengganggu aktivitas enzimatis dan
dampak buruk terhadap kehidupan biota perairan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Umumnya, pH air pada sore hari lebih tinggi daripada pagi hari.
fitoplankton yang menyerap CO2. Sebaliknya, pada pagi hari, CO2 melimpah
sebagai hasil pernapasan ikan. Nilai pH air terendah terjadi pada jam 04.00 dan
tertinggi pada jam 16.00. Nilai pH air dapat menurun karena proses respirasi dan
air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis
organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari
17
23
udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakkan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut
membutuhkan kisaran kadar oksigen terlarut 2 – 10 ppm dan tidak boleh kurang
lainnya. sumber utama oksigen di perairan selain dari proses difusi oksigen dari
pada perairan tesebut. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
(DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh
senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup
Fosfat
hara di perairan, tanpa unsur hara sel tidak dapat membelah dan pada saat unsur
hara tersedia dalam jumlah yang optimal maka populasi sel mulai meningkat.
Kandungan zat hara di lingkungan perairan memiliki dampak positif, namun pada
perairan karena unsur ini dibutuhkan oleh fitoplankton dalam jumlah yang besar,
tingkat kesuburan 0 – 0,002, kurang subur 0,0021 – 0,050, cukup subur 0,051 –
0,100, subur 0,101 – 0,200, sangat subur > 0,201. Fosfat akan diabsorpsi oleh
antropogenik fosfor adalah dari limbah industri dan limbah domestik dari sekitar
organik secara aerobic. Proses dekomposisi bahan organik ini diartikan bahwa
pencemaran yang terdapat di perairan akibat air buangan penduduk atau industri,
jumlah oksigen terlarut, tetapi dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah
bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan. Prinsip
pengencer jenuh oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi, kemudian diinkubasi
dalam ruang gelap pada suhu 20o C ± 3o C selama 5 hari. Nilai BOD dihitung
berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari
adalah: jenis air, suhu air, derajat keasaman (pH) dan kondisi air secara
keseluruhan, maka dari itu dengan kata lain perbedaan ukuran tidak berpengaruh
terhadap besar kecilnya penurunan nilai BOD. Kandungan BOD yang tinggi
METODE PENELITIAN
Toba sebanyak tiga kali dalam interval waktu sepuluh hari (satu bulan). Penentuan
stasiun dalam lokasi penelitian berdasarkan ciri dan tujuan tertentu dengan
kualitas air dilakukan secara in situ dengan paramter diantaranya, suhu, pH, DO,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perahu nelayan sebagai
untuk mengukur suhu perairan, stopwatch dan bola duga untuk mengukur
21
27
kecepatan arus, pipet tetes yang digunakan untuk mengambil larutan lugol dan
mengidentifikasi jenis plankton, kertas label, lakban, coolbox, handphone dan alat
tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air fitoplankton
Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun. Stasiun I adalah daerah ujung
pantai pasir putih parparean (inlet) pantai. Stasiun II daerah tengah pantai pasir
putih parparean. Stasiun III daerah ujung pantai (outlet) yang airnya mengalir ke
kali dengan rentang waktu sekali dalam sepuluh hari. Pengambilan sampel
dilakukan di setiap stasiun sebanyak tiga kali pada pukul 08.00, 13.00 dan 16.00
sampling aktif dengan cara menyaring air menggunakan plankton net dengan
Disetiap stasiun, plankton net pada suatu titik, ditarik menuju ke titik lain
menggunakan perahu nelayan. Plankton net tersebut ditarik sejauh 20 meter dari
22
28
titik stasiun pengambilan sampel, lalu semprot bagian plankton net dengan air dari
sprayer agar fitoplankton yang berada pada plankton net turun ke wadah plankton
net. Kemudian sampel air hasil penyaringan tersebut dimasukkan kedalam botol
sebanyak 4 tetes, lalu ditutup rapat dan diberi label. Kemudian botol–botol yang
agar tidak ada yang mengendap di dasar botol, lalu sampel diambil menggunakan
pipet tetes dan diteteskan pada Sedgewick Rafter Counting (SRC) dan diamati
Kemudian catat hasil identifikasi pada buku tulis lalu dilakukan perhitungan
individu atau analisis data dilakukan dengan menggunakan alat hitung berupa
kalkulator.
pengukurannya secara in situ yakni suhu, DO, pH, kecepatan arus dan kecerahan
(kecuali pengukuran Nitrat, Fosfat dan BOD). Pengukuran suhu dilakukan dengan
23
29
air selama 1-3 menit. Kemudian diangkat perlahan namun thermometer tersebut
masih menyentuh air dan kemudian diamati nilainya secara rinci, kecepatan arus
Parameter fisika-kimia yang diukur secara ex situ adalah BOD, nitran dan
fosfat yang dilakukan dengan Uji Lab di Laboratorium. Air sampel dibawa
menggunakan wadah (botol) lalu diambil ± 1 L dari setiap stasiun I, II da III untuk
dilakukan uji guna mengetahui nilai BOD, nitrat dan fosfat. Kemudian botol yang
berisi sampel air tersebut disimpan dalam container box lalu dibawa ke
Analisis Data
Keterangan:
Dimana :
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman
berikut:
E=
31
25
Keterangan:
E = indeks keseragaman
H’ = indeks keanekaragaman
sebagai berikut:
C=∑
Keterangan:
C = indeks dominansi
adalah :
26
Metode Storet
penurunan kualitas air pada satu kali pengamatan (Marganingrum, 2013). Rumus
Dimana :
berikut :
No Skor IP Deskripsi
1 0-1,0 Kondisi Baik
2 1,1-5,0 Cemar Ringan
3 5,1-10 Cemar Sedang
4 >10 Cemar Berat
untuk menentukan status perairan yang diukur dengan formula Sagala (2013) :
X = (C + 3D - B – 3A) / (A + B + C + D)
masyarakat umum untuk memperoleh data kualitas air yang kompleks. Metode
Kriteria :
kelompok variable. Salah satu keuntungan dari teknik ini adalah memiliki peluang
tersebut terdiri dari banyak variabel dan unit-unit eksperimen. PCA dapat
observasi dengan menemukan struktur atau pola-pola dalam kelompok data yang
beragam. Selain itu metode ini dapat digunakan untuk menganalisis keterkaitan
analisis ini peneliti tersebut dapat melakukan orientasi kembali terhadap data yang
dikumpulkan sedemikian rupa sehingga bisa diperoleh dimensi yang lebih sedikit
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Y., I. W. Restu dan R. Ekawaty. 2019. Status Tropik dan Struktur
Komunitas Fitoplankton di Danau Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Jurnal Metamorfosa. 6 (1): 58-
66. ISSN : 2655-8122.
Andika, B., P. Wahyuningsih dan R. Fajri. 2020. Penentuan Nilai BOD Dan COD
sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah di Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jurnal Kimia Sains dan Terapan.
2 (1). ISSN: 2716-0963.
Barus, 2002. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sumatra
Utara. Medan.
Daroini, T. A dan A. Arisandi. 2020. Analisis BOD (Biological Oxygen Demand)
di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Jurnal JUVENIL.
1 (4). ISSN: 2723-7583.
Desmawati, I., A. Ameivia dan L. B. Ardanyanti. 2020. Studi Pendahuluan
Kelimpahan Plankton di Perairan Darat Surabaya dan Malang. Journal of
Science and Technology. 13 (1): 61-66. ISSN: 2502-5325.
Dewi, S. S dan Mawardi. 2020. Kelimpahan Plankton di Perairan Sungai Pelawi
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Jeumpa. 7 (2).
Dwirastina, M dan E. Riani. 2019. Komposisi, Kelimpahan dan Keanekaragaman
Fitoplankton di Pulau Salah Nama Sungai Musi Sumatera Selatan. Jurnal
Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 16 (1): 74-80.
Fachrul, M. F., Haeruman H dan Sitepu L. C. 2005. Komunitas Fitoplankton
Sebagai Bio-Indikator Kualitas Perairan Teluk Jakarta. FMIPA Universitas
Indonesia, Jakarta .
Faisal, M dan D. M. Atmaja. 2019. Kualitas Air pada Sumber Mata Air di Pura
Taman Desa Sanggalangit Sebagai Sumber Air Minum Berbasis Metode
Storet. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha. 7 (2): 74-84. ISSN: 2614-
1094.
Fitriadi, R., N. T. M. Pratiwi dan R. Kurnia. 2021. Komunitas Fitoplankton dan
Konsentrasi Nutrien di Waduk Jatigede. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI). 26 (1): 143-150. ISSN: 0853-4217.
Garno, Y. S., R. Nugroho dan M. Hanif. 2020. Kualitas Air Danau Toba di
Wilayah Kabupaten Toba Samosir dan Kelayakan Peruntukannya. Jurnal
Teknologi Lingkungan. 21 (1): 118-124.
37
KN, A. R., M. Trihasti dan M. S. Haq. 2020. Analisis Kualitas Air DAS Cibanten
dan Cidanau Kabupaten Serang. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. 15
(1). ISSN: 2527-4562.
Kusumawati, I., F. Diana, L. Humaira. 2018. Studi Kualitas Air Budidaya Latoh
(Caulerpa racemosa) di Perairan Lhok Bubon Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Akuakultura. 2(1): 2579-4752.
Marlian, N. 2016. Analisis Variasi Konsentrasi Unsur Hara Nitrogen, Fosfat dan
Silikat (N, P dan Si) di Perairan Teluk Meulaboh Aceh Barat. Jurnal Acta
Aquatica. 3 (1): 1-6. ISSN: 2406-9825.
Muslim, B., Sejati., A. Gusti dan E. Sugriarta. 2020. Kajian Distribusi Spasial dan
Temporar Kadar BOD, TSS dan Oksigen Terlarut (DO) Air Sungai Batang
Harau Kota Padang. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 10 (2): 45-51. ISSN:
2089-0451.
Permatasari, R. D., Djuwito dan Irwani. 2016. Pengaruh Kandungan Nitrat dan
Fosfat Terhadap Kelimpahan Diatom di Muara Sungai Wulan, Demak.
Diponegoro Journal of Maquares. 5 (4): 224-232.
Rahayu, S. Y. S., S. Wiedarti dan R. Astria. 2018. Kelimpahan dan
Keanekaragaman Plankton di Area Waduk Jangari, Bobojong, Cianjur.
Universitas Pakuan, Bogor.
Sulistyorini, I. S., M. Edwin dan A. S. Arung. 2016. Analisis Kualitas Air pada
Sumber Mata Air di Kecamatan Karangan dan Kaliorang Kabupaten Kutai
Timur. Jurnal Hutan Tropis. 4 (1). ISSN: 2337-7992.
Suryanti, E., W. R. Melani dan T. Apriadi. 2016. Keragaman Fitoplankton sebagai
Indikator Kualitas Perairan Kampung Gisi, Kecamatan Teluk Bintan,
Kabupaten Bintan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-
UMRAH.
Wiyoto, W dan I. Effendi. 2020. Analisis Kualitas Air Untuk Marikultur di Moro,
Karimun, Kepulauan Riau dengan Analisis Komponen Utama. Journal of
Aquaculture and Fish Health. 9 (2).