Anda di halaman 1dari 18

Perencanaan Contructed Wetland dengan Efektivitas Tanaman Air untuk Pengolahan

Limbah Cair Di Kawasan Pasar Induk Kramat Jati Menggunakan Tanaman Thypa
Angustifolia, Tanaman Salvia Molestsa, Dan Tanaman Vetiveria Zizanioides

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Ramadhani Yanidar, M.T.

Tazkiaturrizki, S.T., M.T.

Disusun oleh :

PUTRI SALSABILLA

(0820020000024)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 1
BAB I ...................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 3
1.4 Ruang Lingkup ........................................................................................ 4
BAB 2 ..................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 5
2. 1 Pengolahan Air Limbah Secara Bilogis ................................................ 5
2. 2 Baku Mutu Air Limbah .......................................................................... 5
2. 3 Lahan Basah Buatan (Constructed wetland) ......................................... 5
2. 4 Media dalam Lahan Basah Buatan ....................................................... 7
2. 5 Proses lahan Basah Buatan .................................................................... 7
2. 6 Tanaman Air Sebagai Pengolah Air Limbah ....................................... 8
2.6.1 Tanaman Cattail (Thypa Angustifolia) .............................................................................. 8
BAB 3 ................................................................................................................................................... 10
METODE PENELITIAN ................................................................................................................... 10
4.1 Tempat dan Waktu ............................................................................... 11
4.2 Jenis Penelitian ...................................................................................... 11
4.3 Alat dan Bahan dalam Analisis Laboratorium .................................. 11
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 12
4.4.1 Populasi ........................................................................................................................ 12
4.4.2 Sampel Penelitian ........................................................................................................ 12
4.5 Teknik Sampling ................................................................................... 13
4.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 13
4.6.1 Data Primer ................................................................................................................. 14
4.6.2 Data Sekunder ............................................................................................................. 14
4.7 Teknik Pengolahan Data ...................................................................... 14
4.8 Teknik Analisis Data ............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16

Metode Penelitian | 1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia karena dalam menjalankan fungsi
kehidupan sehari-hari manusia sangat tergantung pada air. masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemar yang paling umum berasal dari
limbah industri, pertanian dan permukiman. Hasan and Kadarusman (2022) menyebutkan
bahwa limbah yang berbentuk cair apabila tidak dikelola dengan baik bisa menimbulkan
bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnnya. Fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai institusi yang bersifat sosial ekonomis mempunyai fungsi dan
tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna.
Kegiatan pada fasilitas pelayanan kesehatan selain memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitarnya, juga menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran akibat pembuangan
limbahnya tanpa melalui proses pengolahan yang benar sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan secara menyeluruh.

Catharina, Purna and Wibisonon (2013) menyebutkan Pencemaran air sungai 60% - 70%
berasal dari limbah domestik dengan kontribusi pencemar di DAS Brantas 60% berasal dari
limbah domestik (sanitasi, sampah, detergen); 30% limbah industri; dan 10% limbah
pertanian dan peternakan. Oleh karenanya penting untuk memperbaiki sistem sanitasi,
salah satunya dengan cara mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air untuk
mengurangi beban pencemar air permukaan yang dimanfaatkan sebagai sumber air.

Wetlands sebagai Taman Tanaman Air. Kondisi perumahan di Indonesia saat ini pada
umumnya hanya memiliki halaman sempit, bahkan tidak ada halaman tersisa. Teknologi
Constructed Wetlands dapat diterapkan untuk daerah perkotaan yang tidak terjangkau
fasilitas pengolah limbah rumah tangga secara terpusat, atau tidak memiliki sarana
pengolah limbah terpusat. Untuk sistim perkotaan di Indonesia, di mana perencanaan sering
berubah, bahkan kadang tidak integrated, maka penerapan teknologi akan lebih ekonomis
untuk sistim desentralisasi dibandingkan dengan sistim sentral.

Metode Penelitian | 2
Adapun jenis tanaman yang mampu menurun kadar TSS, COD, BOD dalam floating water
treatment antara lain, Saliva Molestsa (tanaman kiambang), Rumput Vetiveria zizonioides
(akar wangi), dan tanaman Coix lacryma-jobi (2)(3). Jenis Salvinia Molesta atau kiambang
merupakan salah satu tumbuhan akuatik yang mengapung di permukaan air (floating). Jenis
ini dapat hidup di daerah tropis, sub tropis dan daerah bertemperatur hangat di seluruh
dunia. Umumnya banyak dijumpai di sawah, sungai dan saluran air. Jenis ini merupakan
gulma air yang memiliki karakteristik laju perkembangbiakan sangat cepat dengan sifat
adaptasi yang tinggi di berbagai kondisi lingkungan Munfarida, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian (4) efesiensi tanaman Saliva Molesta dalam menyerap zat
pencemar pada air limbah antara lain, 31,64%, BOD 26,94%, dan COD 74,14%.

Tumbuhan Hanjeli (Coix lacryma jobi L) adalah salah satu tanaman liar di Kalimantan
Tengah. Biji Hanjeli memiliki kandungan protein 12,26%, dan Karbohidrat 74,36%.
Kandungan Protein pada biji Hanjeli dapat dipertimbangkan sebagai koagulan dalam
proses penjernihan air. (5). Catharina, Purna and Wibisonon (2013) menyebutkan tanaman
Coix lacryma-jobi mampu menurunkan kadar TSS sebesar 97%, dan BOD5 99,7%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme pengolahan limbah cair greywater domestik dengan lahan
basah buatan (Constructed Wet Land) ?
2. Jenis tanaman apa yang mampu mereduksi kadar pencemar pada limbah cair
greywater?
3. Bagaimana efektivitas dan efisien penggunaan (Constructed Wet Land) dalam
menurunkan parameter pencemar TSS, COD, dan BOD?
4. Perlukah teknologi pegnolaha limbah cari greywater di Pasar Induk Kramat Jati?

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui proses pengolahan limbah cair greywater domestik dalam penurunan
kadar TSS, COD, dan BOD floating water treatment degan metode lahan basah
buatan.
2. Mengetahui jenis tanaman yang mampu mengurangi kadar bahan pencemar TSS,
COD, dan BOD
3. Mengetahui efisiensi penurunan parameter pecemar dengan lahan basah buatin
menggunakan tanamana tertentu.

Metode Penelitian | 3
4. Meyediakan teknologi unit pengolahan limbah cair greywater domestik di Pasar
Induk Kramat Jati

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam tugas perencanaan Constructed Wetland di Pasar Induk Kramat Jati
ini adalah:

1. Pengukuran kadar parameter–parameter greywater (BOD,COD, TSS, suhu, dan pH).


2. Daerah perencanaan akan dilakukan di Kelurahan Keputih Kota Surabaya.
3. Jenis tanaman yang digunakan adalah Tanaman Thypa Angustifolia, Tanaman Salvia
Molestsa, Dan Tanaman Vetiveria Zizanioides.

Metode Penelitian | 4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2. 1 Pengolahan Air Limbah Secara Bilogis
Air limbah biasanya di dominasi oleh kandugan bahan organik yang terpilang tinggi.
Dalam pengolahan air limbah yang memiliki bahan oragnik tinggi dapat dilakukan
pengolahan secara biologi yang dilakukan dengan cara aerobic, anaerobic, ataupun
penggabungan kedua proses tersebut. c.

Karakteristik penentu air limbha tersebut dikatakan tegolong tersemar ringat hingga berat
dapat dilihat beberapa indikator seperti BOD, COD, TSS, Nitrogen, dan Fosfor. Secara
garis besar BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya
bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi
aerobik(Metcalf & Eddy, 1991 dalam Atima, 2015). Sedangkan COD atau Chemical
Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan
organik yang terkandung dalam air (9). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja
diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi
asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (9);Metcalf & Eddy, 1991).

2. 2 Baku Mutu Air Limbah


Standar effluent baku mutu air limbah diatur dalam Peraturan Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016 mengenai Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Dalam regulasi tersebut 3 komponen utana acuan baku mutu air limbah seperti BOD,
COD, dan TSS sebesar 100 mg/L ; 30 mg/L ; 30 mg/L.

2. 3 Lahan Basah Buatan (Constructed wetland)


Proses pengolahan air limbah dengan teknologi Constructed wetland dapat terjadi melalui
proses kimia, fisika, dan biologis yang merupakan interaksi antara mikroorganisme.
Constructed wetland terbagi menjadi dua tipe yaitu constructed wetland - emergent plants
dan floating plants. karakteristik constructed wetland - emergent plants yaitu memiliki
kedalaman yang sangat dangkal, berada pada range 0,1 – 0,6 meter. sedangkan constructed
wetland floating plants dapat mencapai kedalaman 0,5 – 1,8 meter (6)(10). Sedangkan
menurut Vymazal (2014) dan Parde et al., (2021) Lahan basah buatan dapat dikategorikan
menurut berbagai parameter desain, tetapi tiga kriteria terpenting adalah hidrologi (aliran

Metode Penelitian | 5
permukaan air terbuka dan aliran bawah permukaan), jenis pertumbuhan makrofita
(muncul, terendam, mengambang bebas, dan berdaun mengambang) dan jalur aliran di
lahan basah bawah permukaan (horizontal dan vertikal). Berbagai jenis lahan basah yang
dibangun dapat digabungkan satu sama lain (yaitu sistem hibrida atau gabungan) untuk
memanfaatkan keunggulan spesifik dari sistem yang berbeda.

 Constructed wetlands with free water surface


Lahan basah buatan dengan aliran permukaan (Free water surface constructed
waterlands) terdiri dari cekungan atau saluran, dengan tanah atau media lain yang
cocok untuk mendukung vegetasi berakar (jika ada) dan air pada kedalaman yang
relatif dangkal mengalir melalui unit tersebut. Kedalaman air yang dangkal, kecepatan
aliran yang rendah, dan keberadaan batang tanaman dan serasah mengatur aliran air
dan, terutama di saluran yang panjang dan sempit, memastikan kondisi aliran sumbat.
 Constructed wetlands with horizontal sub-surface flow
Di lahan basah yang dibangun dengan aliran sub-permukaan horizontal (HF CW), air
limbah dimasukkan ke dalam saluran masuk dan mengalir perlahan melalui media
berpori di bawah permukaan lapisan dalam jalur yang kurang lebih horizontal hingga
mencapai zona saluran keluar di mana air tersebut mengalir. dikumpulkan sebelum
berangkat melalui pengaturan kontrol level di outlet. Selama perjalanan ini air limbah
akan bersentuhan dengan jaringan zona aerobik, anoksik, dan anaerobik. Zona aerobik
terjadi di sekitar akar dan rimpang yang membocorkan oksigen ke dalam substrat.
 Constructed wetlands with vertical sub-surface flow
Lahan basah buatan aliran vertikal (VF) terdiri dari hamparan datar kerikil bergradasi
di atasnya dengan pasir yang ditanami tumbuhan makrofita. VF CW diberi makan
sebentar-sebentar dengan batch besar sehingga membanjiri permukaan. Air limbah
kemudian secara bertahap merembes ke bawah melalui dasar dan dikumpulkan oleh
jaringan drainase di dasarnya.
 Hybrid constructed wetlands
Sistem ini berasal dari sistem hybrid asli yang dikembangkan oleh Seidel di Institut
Max Planck di Krefeld, Jerman. Proses tersebut dikenal dengan sistem Seidel, sistem
Krefeld atau Max Planck Institute Process (MPIP) Desainnya terdiri dari dua tahap
dari beberapa unggun VF paralel ("bed filtrasi") diikuti oleh dua atau tiga unggun HF
("bed eliminasi") secara seri. Tahapan VF biasanya ditanami dengan Phragmites

Metode Penelitian | 6
australis, sedangkan tahapan HF berisi sejumlah makrofit muncul lainnya, termasuk
Iris, Schoeno plectus (Scirpus), Sparganium, Carex, Typha dan Acorus. (11)

2. 4 Media dalam Lahan Basah Buatan


Untuk meningkatkan kinerja Constructed Wetlands, selain memanfaatkan tanaman air,
CWs juga didisain dengan variasi media. Kerikil, dan botol bekas air mineral (pets) juga
dapat dimanfaatkan sebagai media tanam (13). Media lahan basah yang dibangun sangat
membantu untuk akumulasi bahan organik, fosfor, sulfat, arsenat, dan penghilangan
patogen(14). Terdapat berbagai jenis media yang dapat digunakan demi tercapainya fungsi
Constructed Wetlands yang sesuai antara lain, ampas tebu, kepingan marmer, serbuk besi,
pasir Sylhet, tanah, biochar dari sekam padi, coco-peat, cupola slag, batu bata daur ulang,
batu, bahan yang diperluas ringan. agregat tanah liat, kerikil, pasir, serbuk gergaji, batu
bara, besi bervalensi nol, dll (12).

Makrofit yang digunakan di lahan basah menyediakan area permukaan yang luas untuk
pertumbuhan mikroba yang menguntungkan Menstabilkan bahan organik, meningkatkan
filtrasi fisik, dan mencegah penyumbatan sistem aliran vertikal (Brix, 1994).Kinerja lahan
basah yang dibangun tergantung pada banyak faktor seperti suhu, beban hidrolik yang
diterapkan, vegetasi, media dan lain-lain (12)(15).

Lahan basah permukaan air bebas dengan makrofit yang muncul berfungsi sebagai sistem
pengolahan biologis intensif lahan. Mekanisme penghilangan utama padatan tersuspensi
adalah sedimentasi, filtrasi, agregasi, dan adhesi permukaan

2. 5 Proses lahan Basah Buatan


Proses yang terjadi dari sistem lahan basah buatan (constructed wetlands) dengan menirus
proses penjernihan pada rawa-rawa yang dilakukan dengan tumbuhan air. Tumbuhan air
tersebut akan memulihkan kualitas air secara alami (self purification). Menurut Tanghu,
proses pengolahan air limbah dengan sisten tersebut lebih dianjurkan karena memiliki
efisiensi pengoalahan mencapai 80% (16).
Vymalzal (2014) menjelaskan bahwa partikel terbesar dan terberat sebagian besar akan
mengendap di zona perairan terbuka sementara partikel yang lebih kecil dan lebih ringan
hanya dapat mengendap setelah mengalir ke vegetasi lahan basah. Vegetasi lahan basah
meningkatkan sedimentasi ini dengan mengurangi pencampuran koloid air dan suspensi
ulang partikel dari permukaan sedimen. Organik yang dapat mengendap dengan cepat

Metode Penelitian | 7
dihilangkan dalam sistem FWS dalam kondisi diam dengan pengendapan dan
penyaringan. Pertumbuhan mikroba yang melekat dan tersuspensi bertanggung jawab
untuk menghilangkan senyawa organik terlarut yang terdegradasi secara aerobik di kolom
air serta secara anaerobik di lapisan serasah di dekat dasar.

Efisiensi tanaman dalam mempromosikan kinerja CW tergantung pada beberapa faktor:


jenis CW (misalnya aliran vertikal, horizontal, permukaan, atau bawah permukaan, dengan
atau tanpa resirkulasi), kualitas dan kuantitas beban air limbah [10], spesies tanaman dan
kombinasinya [5 ], iklim, tipe medium, dan manajemen tanaman, seperti cara pemanenan.
Menurut sejumlah penulis, sistem yang paling penting dimana tanaman berkontribusi
pada proses pengolahan CW bukanlah serapan, tetapi efek fisik dari struktur akar yang
dikombinasikan dengan aerasi. Pertumbuhan akar diketahui mempengaruhi berbagai
sifat hidrolik tanah. Tindakan fisik akar termasuk filtrasi, mengurangi laju aliran,
meningkatkan pengendapan, mengurangi resuspensi, dan pemerataan air dan
Pencegahan penyumbatan. Pelepasan eksudat akar cair dan gas mungkin merupakan
komponen kunci dari dampak Tumbuhan di Lahan Basah Buatan. Dengan memanfaatkan
N, P, dan nutrisi lainnya, tanaman dapat mengurangi konsentrasi unsur-unsur yang
dianggap polutan di CW. Tumbuhan juga dapat mengakumulasi unsur fitotoksik, seperti
logam berat, dalam kompartemen vacuolar atau granular. Dengan demikian, fitoremediasi
dapat menjadi peran penting bagi tanaman di CW (17).

2. 6 Tanaman Air Sebagai Pengolah Air Limbah


Lahan basah buatan dapat digunakan untuk pengolahan air limbah biologis dengan
memanfaatkan kemampuan tanaman untuk mengurangi tingkat polutan. Setiap tanaman
berbeda dalam kemampuannya untuk mengurangi tingkat polutan. Kinerja CW lebih
efektif dalam mengurangi polutan ketika beberapa jenis digunakan daripada hanya satu
jenis. Terdapat beberapa jenis tanaman yang dapat menurunkan beberapa kadar BOD,
COD, dan TSS, yaitu Tanaman Cattail (Thypa Angustifolia) (6), Saliva Molestsa (tanaman
kiambang), Rumput Vetiveria zizonioides (akar wangi), dan tanaman Hanjeli (Coix
lacryma-jobi) (2)(3)(5).

2.6.1 Tanaman Cattail (Thypa Angustifolia)


Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tanaman Cattail (Thypa
Angustifolia), Tanaman ini banyak di jumpai disekitar lahan basah alami di

Metode Penelitian | 8
Indonesia. Tanaman Cattail (Thypa Angustifolia) mempunyai daya tahan yang cukup
kuat dan tidak mudah mati serta mempunyai akar serabut yang sangat lebat sehingga
penyerapan terhadap bahan pencemar terhadap unsur hara yang dibutuhkan relative
besar (6) dengan begitu tanaman ini dapat menyerap zat organic di air serta memilihi
daya tahan yang cukup kuat(18).

2.6.2. Tanaman kiambang (Salvia Molestsa)

Kiambang adalah tanaman pemulihan yang sangat baik untuk limbah organik dan
anorganik karena sifat akumulasinya yang luar biasa dan tingkat pertumbuhannya
yang sangat cepat. Selain sebagai fitoremediator sampah organik, tanaman kiambang
juga dapat dimanfaatkan sebagai fitoremediator sampah anorganik. Pemilihan
Salvinia molesta sebagai agen fitorestoratif didasarkan pada pertimbangan bahwa
Savinia molesta dapat tumbuh pada kondisi nutrisi yang rendah. Dalam
penelitiannya (Devina, 2010) kiambang dapat menyisihkan ammonia sebesar
31,68%, nitrat sebesar 36,29%, fosfat sebesar 76,38% dan COD sebesar 83% dengan
menggunakan limbah tahu (19).

2.6.3. Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides)

Tanaman akar wangi atau vetiver merupakan tanaman dari famili Gramineae
(rumput-rumputan) yang masih satu famili dengan serai wangi (citronella) dan serai
dapur (lemon grass). Kelebihan tanaman ini adalah kemampuannya untuk menyerap
bahan bahan racun berbahaya (B3) dan logam berat yang mungkin terbawa dalam
sampah dan meresap ke dalam tanah (20).

Metode Penelitian | 9
BAB 3

METODE PENELITIAN

Identifikasi Masalah

Tujuan Perencanaan

Studi Literatur

Data Primer Data Sekunder

Pengumpulan Data

Analisis Sampel di Laboratorium

Pengolahan Data dan Perencanaan Desain Wetland

Kesimpulan dan Saran

Metode Penelitian | 10
4.1 Tempat dan Waktu
Tempat penelitian ini dilakukan lahan Pasar Induk Kramat Jati yang beralamat di Jalan
Raya Bogor KM. 20, Kel. Kramat Jati, Kec. Kramat Jati. Jakarta Timur. Penelitian
dilaksanakan pada akhir jam operasional pasar pada pukul 16.30 WIB.

4.2 Jenis Penelitian


Dalam penelitian kuantitatif pendekatan yang digunakan adalah pendekatan empirisme
positivisme, yang melihat bahwa kebenaran berada dalam fakta-fakta yang dapat
dibuktikan atau diuji secara empiris Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
yang merupakan metode penelitian untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan
data-data numerik, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik. Sedangkan
jenis penelitian ini menggunakan model eksperimen yang mana kegunaannya adalah untuk
meneyelidiki hubungan sebab akibat antara kondisi yang dimanipulasi dan keluaran yang
diukur.

Jenis penelitian yang digunakan adalah true experiment yang sebenarnya merupakan
rancangan yang paling kuat dalam menentukan pengaruh suatu variabel bebas terhadap
variabel terikat. Dalam penelitian ini yang dimaksud variable penelitian yang dituju adalah
Kadar pencemar limbah cari terhadap efektivitas tanaman air dalam penyerapan bahan
organic dengan sistem lahan basah buatan (Contructed Wetland) di daerah sekitar pasar
tradisional. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen dan satu variabel
dependen yang akan diukur dan keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini
sampelnya adalah 3 Jenis tanaman air.

4.3 Alat dan Bahan dalam Analisis Laboratorium


1. Chemical Oxygen Demand
Alat dan bahan yang digunakan dalam uji kualitas air untuk parameter COD adalah
sebagai berikut.
Alat : Bahan :
 Erlenmeyer  Larutan kalium dikromat
 Pipet  Kristal merkuri sulfat
 pH Meter  Larutan standart Fero Amonium
 Gelas ukur Sulfat
 Beker glass  Larutan indikator Fenantrolin Fero
 Buret Sulfat
 Pemanas

Metode Penelitian | 11
2. Biological Oxygen Demand
Alat dan bahan yang digunakan dalam uji kualitas air untuk parameter BOD adalah
sebagai berikut.
Alat : Bahan :
 Labu Ukur  Sampel uji
 Botol winkler  Aquades
 Inkubator

3. Total Suspended Solid


Alat dan bahan yang digunakan dalam uji kualitas air untuk parameter BOD adalah
sebagai berikut.
Alat : Bahan :
 Oven  Sampel uji
 Cawan Porselin  Aquades
 TImbangan analitis
 Desikator
 Kertas saring
 Vacum Filter

4.4 Populasi dan Sampel Penelitian


4.4.1 Populasi
Populasi merupakan daerah yang terdiri dari subjek/objek yang memiliki kuantitas
dan karakteristik tertentu untuk mencapai suatu hasil yang menjadi kesimpulan dari
penelitian tersebut.

Jadi berdasarkan hal tersebut target populasi dalam penelitian ini adalah limbah cair
Pasar Induk Kramat jati yang dihasilkan dari 76 usaha tanpa tempat yang tersebar
di luar bangunan dan angro outlet sebagai 2188 kios dengan luas area sebesar 14,7
hektar.

4.4.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian kualitatif adalah cara yang memaksimalkan keluasan dan jarak
rentang informasi yang diperoleh. Sampel tidak diambil dengan memperhitungkan
jumlahnya tetapi lebih memperhitungkan pemilihan sumber informasi yang
bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan representatif. Sampel
dalam penelitian kualitatif lebih bersifat mewakili informasinya daripada
populasinya. Penelitian dengan menggunakan teknik sampel lebih menguntungkan
diibanding dengan menggunakan populasi saja. Oleh karena itu pertimbangan-
pertimbangan itu perlu diperhatikan oleh peneliti agar dalam pelaksanaan pencarian

Metode Penelitian | 12
informasinya nanti dapat menghasilkan informasi yang representatif sehingga
penelitiannya dapat dikategorikan penelitian yang valid (Hardani, dkk: 2020).

Berdasarkan penjelasan tersebut metode penelitian yang digunakan adalah dengan


jumlah sampel yang digunakan sebanyak besaran limbah cair dan kosentrasi zat
pencemar BOD, COD, TSS yang dihasilkan dari 1835 usaha dan 1000 pedagang
Pasar Induk Kramat Jati.

4.5 Teknik Sampling


Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini dilakukan secara Snow-Ball Sampling.
Snow-Ball Sampling adalah teknik teknik penentuan sampel yang dimulai dengan jumlah
sedikit dan akhirnya menjadi banyak melalui beberapa tahap yang mana menentukan satu
atau beberapa objek sebagai awal asumsi.

Pemilihan sekelompok subjek dalam Snow-Ball Sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau
permasalahan penelitian.

4.6 Teknik Pengumpulan Data


Berkaitan dengan cara-cara yang ditempuh dalam rangka mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan, maka peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai
berikut :

a. Observasi
Untuk mengetahui keadaan dearah penelitian dan objek secara langsung seperti,
keadaan insitu yang juga mengacu pada kondisi eksisting Pasar Induk Kramat jati,
maka peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap kegiatan dan fenomena
seperti kondisi badan air dan lahan disekitar lokasi. Obeservasi dpat dilakukan dengan
bantuan alat perlengkapan dan juga dokumentasi kondisi yang berhubungan dengan
permasalahan.

Dalam hal ini, peneliti akan melakukan pengamatan, uji kondisi, pencatatan, serta
dokumentasi terhadap badan air dan lahan kosong yang direncanakan mampu
dijadikan tempat lahan basah buatan.
Pada Penelitian ini hal yang perlu di observasi adalah :

Metode Penelitian | 13
1. Aktivitas kegiatan
2. Keadaan lahan
3. Jalur saluran buangan air limbah
4. Kondisi parameter eksitu, seperti pH dan kondisi fisik pencemaran air limbah

b. Wawancara
Untuk mengetahui keadaan dearah penelitian yang dapat tinjau dari sampel, maka
diperlukan wawacancara terhadap pedagang yang berada dilingkup Pasar Induk
Kramat jati. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan wawancara terhadap pedagang
yang ada di Pasar Induk Kramat Jati.

4.6.1 Data Primer


 Jumlah Pemakaian air bersih dan debit air limbah yang di dapat melalui
kuisioner debit air tiap bulan
 Kualitas air limbah di Pasar Kraat jati dengan metode pegnukuran kualitas
 Kondisi rencana lahan dan lokasi perencanaan melalui google earth dan QGIS

4.6.2 Data Sekunder


 Data Informasi monografi yang berisikan kependudukan dan informasi umum
 Data fluktuasi penggunan air bersih yang didapat dai penelitian yang tealh
dilakukan sebelumnya

4.7 Teknik Pengolahan Data


Dalam pengolahan data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengujian sampel air dan
tumbuhan dengan uji laboratorium. Data yang diperlukan dalam analisis dalam penelitian
ini adalah :

1. Konsentrasi BOD, COD, dan TSS dalam limbah cair air buangan pasar
2. Jenis tumbuhan yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu tanaman kiambang,
tanaman kiambang, dan tanaman akar wangi.
3. Efektivitas penyerapan parameter BOD, COD, TSS yang dapat dilakukan oleh jenis
tanaman uji.

4.8 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah metode dalam memproses data menjadi informasi. Saat
melakukan suatu penelitian, kita perlu menganalisis data agar data tersebut mudah

Metode Penelitian | 14
dipahami. Analisis data juga diperlukan agar kita mendapatkan solusi atas permasalahan
penelitian yang tengah dikerjakan.

Dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis data, yaitu analisis deskriftif dan
analisis kuantitaif. Analisis deskriftif berhubungan dengan ketogorisasi, karateristik, atau
sifat variable yang dilakukan dengan penyajian data melalui table distribusi frekuesi
hologram, rata-rata, simpangan baku. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan pada
pengujian hipotesis statistic yang diperoleh dari hasil pengukuran atau mengubah data
kualitattif menjadi data kuantitatif data.

Pada analisis konsentrasi dan kesetimbangan massa zat organik yang terkandung dalam
limbah cair Pasar baik sebelum maupun sesudah menerapkan lahan basah buatan akan
diuji melalui laboratorium dengan menentuan rasio BOD/COD pada kondiis awal.
Kemudian akan data akan diolah dalam penentuan perencanaan dimensi lahan basah
buatan seperti; bak pengumpul, kebutuhan pompa, dimensi constructed wetland, bak
indikator, dan persiapan operasional penetapan dan jumlah tanaman yang digunakan.

Metode Penelitian | 15
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan A, Kadarusman H. RUMAH SAKIT DENGAN METODE CONSTRUCTED


WETLAND. 2022;16(1):41–9.

2. Catharina A, Purna S, Wibisono G. PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK


DENGAN TEKNOLOGI TAMAN TANAMAN AIR ( Constructed Wetlands ).
2013;70–7.

3. Siti Sartika IA, Pramadita S. EFEKTIVITAS TANAMAN KIAMBANG ( Salvinia


molesta ) DAN TANAMAN Hal ini membuktikan bahwa limbah tersebut masih
melebihi standar baku mutu berdasarkan Permen LH No 5 Tahun 2014 tentang baku
mutu air limbah bagi usaha atau kegiatan pengolahan hasil perikanan. 2014;1–10.

4. Gufran M. Dampak Pembuangan Limbah Domestik terhadap Pencemaran Air Tanah


di Kabupaten Pidie Jaya. 2019;IV(1):416–25.

5. Syarpin, Harianto B. Pengolahan Air Sungai Kahayan Kalimantan Tengah


Menggunakan Biji Hanjeli ( Coix lacryma–jobi L) Sebagai Koagulan Alami.
2021;1(1):20–8.

6. Hidayah EN, Aditya W. Potensi dan Pengaruh Tanaman pada Pengolahan Air Limbah
Domestik dengan Sistem Constructed Wetland. J Ilm Tek Lingkung. 2017;2(2):11–8.

7. Metcalf & Eddy I. Wastewater Engineering: treatment, disposal, reuse. (Revised by G


Tchobanoglous FL Burt. 1991;1334.

8. Atima W. Jurnal Biology Science & Education 2015 SURATI. 2015;4(1):99–111.

9. Boyd CE. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama Agric Exp Stn. 1990;482.

10. Omidinia-Anarkoli T, Shayannejad M. Improving the quality of stabilization pond


effluents using hybrid constructed wetlands. Sci Total Environ [Internet].
2021;801:149615. Available from: https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2021.149615

11. Vymazal J. Constructed wetlands for treatment of industrial wastewaters: A review.


Ecol Eng [Internet]. 2014;73:724–51. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ecoleng.2014.09.034

Metode Penelitian | 16
12. Parde D, Patwa A, Shukla A, Vijay R, Killedar DJ, Kumar R. A review of constructed
wetland on type, treatment and technology of wastewater. Environ Technol Innov
[Internet]. 2021;21(xxxx):101261. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.eti.2020.101261

13. Dallas S, B.Scheffed, G.Ho. Reedbeds for greywater treatment—case study in Santa
Elena. Monteverde. 2005;23:55–61.

14. Stanković D. Constructed wetlands for wastewater treatment. Encycl Ecol.


2018;69:14–21.

15. Tilak, A. S., Wani, S. P., Patil, M. D., & Datta A. Evaluating wastewater treatment
efficiency of two field scale subsurface flow constructed wetlands. Curr Sci [Internet].
2016;110(9):1764–1772. Available from: http://www.jstor.org/stable/24908064

16. Mardianto W, Apriani I, Hayati R. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH


MAKAN MENGGUNAKAN SISTEM KOMBINASI ABR DAN WETLAND
DENGAN SISTEM KONTINYU. 2014;2(1).

17. Shelef O, Gross A, Rachmilevitch S. Role of plants in a constructed Wetland: Current


and new perspectives. Water (Switzerland). 2013;5(2):405–19.

18. Nikho MA. Perbandingan Efektifitas Tanaman Cattail ( Thypa Angustifolia ) Dan
Tanaman Iris ( Iris Pseuadacorus ) Pada Constructed Wetland Terhadap Limbah Cair.
2020;

19. Pribadi RN, Zaman B, Purwono P. Pengaruh luas penutupan kiambang (Salvinia
Molesta) terhadap penurunan COD, amonia, nitrit, dan nitrat pada limbah cair
domestik (Grey Water) dengan sistem kontinyu. J Tek Lingkung. 2016;5(4):1–10.

20. Ambarwati Y, Bahri S. Review: Fitoremidiasi Limbah Logam Berat dengan


Tumbuhan Akar Wangi (Vetiveria zizanioides L). Anal Anal Environ Chem.
2018;3(02):139–47.

Metode Penelitian | 17

Anda mungkin juga menyukai