Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH

“PT. UNITED TRACTORS Tbk’’

Disusun Oleh :

1. Tiara Safitri M ( 3335170009 )


2. Alya Solikhatul C ( 3335170054 )
3. Rizka Pratiwi E ( 3335170072 )
4. Melina ( 3335170024 )

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah-SWT yang Maha-Pengasih lagi Maha-


Panyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta-alam. Sehingga makalah
Pengolahan Air dan Limbah yang kami buat ini dapat selesai tanpa halangan yang
berarti. Makalah ini saya beri judul “PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH “PT.
UNITED TRACTORS Tbk’’”

Karya ilmiah ini kami buat dan susun dengan usaha maksimal juga atas
bantuan dari berbagai pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karenanya kami sampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah ikut serta
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
karya ilmiah yang kami buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal
lain yang tidak kami sadari. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan
saran sebagai sarana perbaikan karya ilmiah yang lebih baik.

Dan semoga makalah tentang Pengolahan Air dan Limbah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas perhatiannya.

Cilegon, 27 Maret 2019


Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... 4
DAFTAR TABEL ........................................................................................ 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 6
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 7
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 7

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sumber Limbah .............................................................................. 9
2.2 Karakteristik Limbah Produksi PT. United Tractors Tbk ...... 10
2.3 Pengolahan Air Limbah PT. UNITED TRACTORS Tbk. ....... 12
2.3.1 Pengelolaan Limbah Secara Umum ................................. 12
2.3.2 Pengelolaan Limbah Produksi PT. United Tractors Tbk14

2.4 Teknologi IPAL PT. United Tractors Tbk ................................. 16


2.4.1 Pengolahan Air Limbah Secara Fisika dan Kimia ......... 17
2.4.2 Pengolahan Air Limbah dengan Metode Biofilter Tercelup
Campuran ........................................................................... 28
2.4.3 Pengolahan Secara Filtrasi (Penyaringan) ...................... 32
2.4.4 Pengolahan Secara Adsorpsi ............................................. 33
2.4.5 Pengeringan / Pengolahan Lumpur .................................. 34
2.5 Diagram Alir Proses IPAL PT. United Tracktor Tbk ............... 35

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan .................................................................................. 44
3.2 Saran ............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA

3
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Alir Sistem Pengelolaan Limbah Industri .......... 15


Gambar 2.2 Pengelolaan Air Limbah Produksi Sebelum Ada IPAL Produksi
...................................................................................................................... 15
Gambar 2.3 Pengelolaan Air Limbah Produksi Setelah Ada IPAL Produksi
...................................................................................................................... 38
Gambar 2.4 Biofilter untuk Proses Pengolahan Secara Biologi ............ 12
Gambar 2.5 Skema Diagram Alir IPAL Produksi dan Proses PT. UNITED
TRACTORS Tbk ....................................................................................... 43

4
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Karakteristik Air Limbah Produksi PT. United Tractors Tbk. .... 13

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. UNITED TRACTORS Tbk merupakan industri alat berat yang


berlokasi di Pulogadung – Jakarta Timur. Kegiatan yang ada di industri ini
adalah perakitan alat berat, penjualan dan service berbagai peralatan berat.
Dalam melakukan aktivitasnya, industri ini banyak menggunakan air untuk
kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan proses produksi, sehingga
industri ini banyak menghasilkan limbah cair. Secara garis besar, limbah cair
yang dihasilkan oleh PT. UNITED TRACTORS Tbk berdasarkan
karakteristiknya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu limbah
domestik dan limbah produksi.
Untuk menangani kedua jenis limbah ini jelas diperlukan teknologi
yang berlainan, sehingga kedua jenis limbah limbah harus dikelola secara
terpisah sesuai dengan sifat-sifatnya. Jika penanganan kedua jenis limbah ini
langsung disatukan tanpa melakukan pre-treatment terlebih dahulu, maka
dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses pengolahan, bahkan
sangat dimungkinkan hasil olahannya tidak seperti yang diharapkan.
Saat ini PT. United Tractors Tbk Jakarta Timur telah memiliki dua
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yaitu satu IPAL domestik dan satu
IPAL produksi. IPAL produksi yang baru selesai dibangun tersebut
merupakan hasil rancangan dari tim Pusat.

Lingkungan (PTL) – BPPT. IPAL yang digunakan adalah teknologi


proses pengolahan air limbah secara fisika-kimia dan dilanjutkan dengan proses
biologis menggunakan mikroorganisma (mikroba) anaerob dan aerob (Teknologi
Biofilter anaerob-aerob). Hasil akhir dari air olahan ini ditingkatkan lagi
kualitasnya dengan cara filtrasi dan ditambahkan disinfektan untuk selanjutnya
di re-use kembali.

6
Kapasitas pengolahan IPAL Produksi ini adalah sebesar 25 m3/hari.
Angka ini diambil berdasarkan hasil diskusi dengan pihak menejemen PT.
United Tractors dan rencana peningkatan proses produksi. Target air hasil
olahan IPAL adalah memenuhi Baku Mutu yang ditetapkan oleh pemerintah,
dan memenuhi standar air untuk digunakan kembali sebagai air cucian di cuci
unit milik PT. United Tractors.
Dalam buku panduan pengoperasian IPAL ini diuraikan mengenai
proses pengolahan air limbah produksi, cara pengoperasian IPAL, cara
perawatan IPAL dan cara penanggulangan permasalahan yang timbul selama
pengoperasian. Diharapkan buku ini akan dapat dipakai sebagai pedoman
teknis bagi operator yang akan bertugas melaksanakan pengolahan air limbah.
1.2 Rumusan Masalah

Suatu IPAL dibangun dengan standar disain yang telah ditentukan


(disepakati bersama antara perusahaan dan kontraktor), sehingga kemampuan
suatu IPAL ada batasannya. IPAL PT. UT di disain dengan kapasitas sebesar 25
m3/hari. Jika batasan ini jauh terlampaui maka dapat mengganggu dalam proses
pengolahan limbah, bahkan dapat menggagalkan proses sehingga IPAL tidak
dapat berfungsi dengan baik.Meskipun fasilitas IPAL telah disediakan, tetapi
jika tidak ada pemeliharaan dari para penggunanya dan tidak dioperasikan
secara benar,maka fungsi IPAL dapat terganggu. Dengan demikian diperlukan
suatu standard operation procedure (SOP)dari instalasi pengolahan limbah ini.
Pada dasarnya limbah merupakan suatu sumber daya yang masih
memungkinkan untuk dimanfaatkan lagi (jadi limbah mempunyai nilai/uang
yang terbuang), dan pengolahan limbah adalah proses pendegradasian limbah
yang memerlukan energi (jadi mengolah limbah juga memerlukan biaya).Jadi
dengan mengendalikan kedua hal ini dimungkinkan untuk melakukan proses
pengolahan limbah yang dapat mendatangkan keuntungan materi dan
keuntungan dari sisi lingkungan.
1.3 Tujuan

1. Meningkatkan kesadaran Sumberdaya Manusia (SDM) PT. UT untuk dapat

7
berperan aktif dalam upaya minimalisasi limbah dan pengelolaannya.

2. Memberikan dasar-dasar teknologi pengolahan limbah.


3. Memberikan pemahaman dan pelatihan prosedur operasional IPAL.

8
BAB II

PEMBAHASAN

AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk.

2.1. Sumber Limbah

Sumber air limbah yang ada di PT. United Tractors Tbk saat ini antara
lain:
 Dari proses produksi, (proses produksi/ bengkel, dan cuci unit),
 Ceceran bahan kimia,
 Dari kamar mandi dan toilet,
 Dari wastafel,
 Dari kantin,
 Dari air untuk membersihkan lingkungan.
Sementara itu potensi timbulan limbah dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain :
 Peralatan proses yang tidak bekerja pada kondisi optimum,
 Peralatan/fasilitas kerja yang kurang memenuhi persyaratan/ minim,

 Ketrampilan kerja dan kemampuan kerja dari SDM,


 Tingkat kesadaran SDM untuk menjaga lingkungan kerja,
 Hubungan kerja antar unit yang ada,
 SOP (Standard Operation Procedure) yang ada.

Dengan menekan jumlah timbulan limbah, berarti juga meningkatkan


efisiensi biaya proses produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai
upaya antara lain :

 Dengan memperbaiki proses,


 Mengoptimalkan kondisi operasi proses,
 Mengurangi kehilangan produk (menurunkan jumlah limbah).
 Memperbaiki SOP proses produksi.

9
 Meningkatan keahlian SDM yang ada,
 Meningkatkan harmonisasi hubungan SDM yang ada, dll.

Dengan mengetahui berbagai faktor sumber timbulan limbah dan faktor-


faktor yang mempengaruhinya, diharapkan kita dapat memonitor dan
menekan seminim mungkin timbulan limbah yang ada. Dengan
meminimalisasikan timbulan limbah dan mengelola limbah sesuai dengan
prosedur pengelolaan yang benar kita mendapatkan berbagai keuntungan.
2.2. Karakteristik Limbah Produksi PT. United Tractors Tbk

Masing-masing limbah yang sumbernya berlainan tersebut


mempunyai karakteristik yang berbeda, tetapi pada dasarnya dapat
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu limbah yang mengandung bahan
kimia (dari proses produksi/pencucian) dan yang tidak mengandung bahan
kimia dari toilet dan kantin (non-kimia). Dilihat dari sifat bahan polutan
yang ada limbah non-kimia merupakan limbah yang mudah untuk
didegradasi dan jika dilakukan pengelolaan dengan baik tidak menimbulkan
banyak permasalahan. Sedangkan limbah kimia merupakan limbah yang
relatif lebih sulit untuk didegradasi. Limbah ini sering menimbulkan
dampak lingkungan yang berkelanjutan seperti, bau/aroma, kerusakan biota
dan struktur tanah, bertahan dalam jangka waktu yang lama dan sebagian
lagi dapat menimbulkan bahaya keracunan dll.
Air limbah produksi PT. United Tractors Tbk berasal dari pencucian
komponen-komponen alat berat dan pencucian ceceran oli dan kotoran lain
dilantai. Contoh hasil analisa air limbah produksi yang yang telah dilakukan
adalah seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 : Karakteristik Air Limbah Produksi PT. United


Tractors Tbk.
Parameter Unit Hasil Foto Sampel
Analisa*
BOD mg/l 198

10
COD mg/l 832
pH (-) 7,3
Total Suspended mg/l 169
Solid (TSS)

*) Sumber : Hasil analisa laboratorium


Polutan pencemar yang dikandung limbah produksi, selain senyawa-
senyawa organik yang mudah didegradasi juga terdapat bahan-bahan yang
sukar diuraikan. Ini dapat dilihat dari tingginya perbandingan COD (Chemical
Oxygen Demand) terhadap BOD (Biochemical Oxygen Demand). Di samping
itu, wujud polutan pencemar disamping berupa bahan terlarut (zat padat
terlarut) atau TDS (Total Disolved Solid) juga terdapat bahan yang tidak larut
(zat padat tersuspensi) atau TSS (Total Suspended Solid). Ini ditandai oleh
tingginya konsentrasi zat padat tersuspensi.

Berdasarkan hasil analisa laboratorium diatas, maka teknologi


pengolahan air limbah produksi yang tepat adalah kombinasi antara proses
kimia-fisika dengan proses biologi. Proses kimia-fisika digunakan untuk
mengikat polutan-polutan organik yang sukar didegradasi dan polutan yang
tidak terlarut, sedangkan proses biologi untuk mendegradasi polutan-polutan
organik terlarut serta polutan lain yang tidak terolah pada proses kimia-fisika.

Pada proses kimia-fisika, akan ditambahkan bahan-bahan kimia senyawa


koagulan dan flokulan yang berfungsi untuk mengikat polutan-polutan tersuspensi
dalam air limbah membentuk gumpalan- gumpalan (flock). Flock-flock yang
terbentuk ini kemudian dipisahkan dari cairannya pada bak pengendap secara
gravitasi. Pemilihan bahan kimia untuk koagulan dan flokulan dilakukan dengan
peralatan JAR test di laboratorium. Pengolahan biologi yang akan diaplikasikan
untuk mengolah air olahan proses kimia-fisika adalah gabungan proses biologi
biofilter anaerobik dengan aerobik.

11
2.3 Pengolahan Air Limbah PT. UNITED TRACTORS Tbk.

2.3.1. Pengelolaan Limbah Secara Umum

Dalam satu jenis limbah dengan karakteristik tertentu terkadang


mengandung berbagai macam bahan pencemar di dalamnya, yang
mana setiap jenis polutan tersebut mempunyai sifat- sifat yang
berlainan. Jika menghadapi limbah seperti ini, maka diperlukan teknik-
teknik untuk mengkombinasikan proses maupun sistem yang akan
digunakan, yang mana sistem manajemen limbah dari sumbernya
memegang peran yang sangat penting. Gambar 3.1 menunjukkan
contoh diagram alir sistem pengelolaan limbah dari sumbernya.
Buangan limbah di klasifikasikan menjadi beberapa bagian
yaitu limbah yang tidak mengandung polutan, limbah yang
mengandung polutan organik, limbah yang mengandung oli/lemak,
yang mengandung bahan yang bersifat racun (toxic) terhadap mikroba,
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan limbah padat. Masing-
masing karakteristik limbah diolah dengan proses- proses tertentu.

12
Gambar 2.1: Diagram Alir Sistem Pengelolaan Limbah Industri

Pemilihan proses, sistem dan spesifikasi alat yang tidak tepat


atau disain IPAL yang salah akan menimbulkan berbagai persoalan di
dalam IPAL itu sendiri, misalnya :
 biaya investasi, operasional maupun perawatannya akan menjadi
mahal,

 sistem tidak dapat bekerja secara optimal,


 hasil olahan tidak seperti yang diinginkan,

13
 sulit dalam pengendalian/operasional,
 Peralatan cepat rusak (korosi, panas, tidak awet dll).

Untuk menghindari hal-hal seperti tersebut di atas, maka dalam


perencanaan suatu IPAL harus dilakukan tahap demi tahap dan diikuti
juga upaya minimalisasi limbah, manajemen pengelolaan limbah,
sampai dengan pemilihan teknologi dan sistem.
2.3.2. Pengelolaan Limbah Produksi PT. United Tractors Tbk

Untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap lingkungan sekitar


industri, maka PT. United Tractors Tbk telah membangun satu unit instalasi
pengolahan air limbah produksi dan re-use(IPAL&re-useproduksi). IPAL
ini didisain oleh tim Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT. Saat ini IPAL
telah selesai dibangun dan siap untuk dioperasikan. Untuk pengoperasian
IPAL agar dapat memberikan hasil pengolahan yang optimal, maka perlu
kiranya para operator IPAL diberikan bekal teknik-teknik operasionalnya
dan teknik-teknik perawatannya. Untuk pembekalan tersebut maka disusun
buku panduan operasional IPAL ini.
Pengelolaan Limbah Sebelum Ada IPAL Produksi :

Sebelum ada IPAL produksi air limbah yang berasal dari unit produksi
(bengkel) dikelola dengan sarana grease trap. Di grease trap ini berfungsi
untuk memisahkan oli secara gravitasi, dan dilakukan secara bertahap.

14
Gambar 2.2 : Pengelolaan Air Limbah Produksi Sebelum Ada IPAL Produksi

Pengelolaan Limbah Setelah Ada IPAL Produksi :


Setelah ada IPAL produksi air limbah yang berasal dari unit
produksi (bengkel) dan air limbah yang berasal dari cuci unit diolah
bersama di dalam IPAL produksi. Sistem pengelolaan tersebut seperti
terlihat pada gambar 3.8, dimana limbah yang berasal dari limbah
produksi dikumpulkan di dalam bak pengumpul lalu masuk ke IPAL
dengan cara pemompaan. Sedangkan limbah yang berasal dari cuci unit
dilewatkan dalam bak pengendap yang berfungsi juga sebagai oil trap
lalu dipompa ke IPAL untuk diolah bersama limbah dari ruang produksi.
Foto IPAL secara keseluruhan dapat dilihat seperti pada Gambar 3.9

Gambar 2.3 : Pengelolaan Air Limbah Produksi Setelah


Ada IPAL Produksi

15
2.4 Teknologi IPAL PT. United Tractors Tbk.

Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan


parameter pencemar yang ada di dalam air limbah sampai batas
yang diperbolehkan untuk dibuang ke badan air sesuai dengan
syarat baku mutu yang diijinkan atau sampai memenuhi
kualitas tertentu untuk dimanfaatkan kembali. Pengolahan air
limbah secara garis besar merupakan upaya pemisahan padatan
tersuspensi (solid–liquid separation), pemisahan senyawa
koloid, serta penghilangan senyawa polutan terlarut. Ditinjau
dari jenis prosesnya dapat dikelompokkan sebagai : proses
pengolahan secara fisika, proses secara kimia, proses secara
fisika-kimia serta proses pengolahan secara biologis.
Penerapan masing-masing metode tergantung pada
karakteristik limbahnya dan kualitas hasil yang diinginkan.
Ditinjau dari urutannya proses pengolahan air limbah
dapat dibagi menjadi tiga jenis pengolahan, yakni :

 Pengolahan Primer, digunakansebagaipengolahan


pendahuluan untuk menghilangkan padatan tersuspensi,
koloid, serta penetralan yang umumnya menggunakan
proses fisika atau proses kimia.

 Pengolahan Sekunder, digunakan untuk menghilangkan


16
senyawa polutan organik terlarut yang umumnya dilakukan
secara proses biologis.

 Pengolahan Tersier atau Pengolahan Lanjut, digunakan


untuk menghasilkan air olahan dengan kualitas yang lebih
bagus sesuai dengan yang diharapkan. Prosesnya dapat
dilakukan baik secara biologis, secara fisika, kimia atau
kombinasi ke tiga proses tersebut.

2.4.1. Pengolahan Air Limbah Secara Fisika dan Kimia


Proses Penyaringan (Screening )

Di dalam proses pengolahan air limbah, screening atau


saringan dilakukan pada tahap paling awal. Saringan untuk
penggunaan umum (general purpose screen) dapat
digunakan untuk memisahkan bermacam-macam benda
padat yang ada di dalam air limbah, misalnya kertas, plastik,
kain, kayu dan benda dari metal serta lainnya. Benda-benda
tersebut jika tidak dipisahkan dapat menyebabkan kerusakan
pada sistem pemompaan dan unit peralatan pemisah lumpur
misalnya weir, block valve, nozle, flow meter, saluran serta
sistem perpipaan. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah
yang serius terhadap operasional maupun pemeliharaan
peralatan. Saringan yang halus kadang-kadang dapat juga
digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi.
17
Unit Pemisah Pasir (Grit Removal)

Di dalam proses pengolahan air limbah, pasir, kerikil


halus, dan juga benda-benda lain misalnya kepingan logam,
pecahan kaca, tulang, dan lain lain yang mana tidak dapat
membusuk, harus dipisahkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
untuk:

 Melindungi kerusakan pada peralatan mekanik seperti


pompa, flow meter dll agar tidak terjadi abrasi atau
kebuntuan.
 Untuk menjaga atau mencegah kebuntuan di dalam sistem
perpipaan dan terjadinya pengendapan di dalam saluran.
 Untuk mencegah pengerakan (cementing) di dasar bak
pengendapan awal atau bak pengolah lumpur (sludge
digesting).
 Untuk mengurangi atau menghilangkan akumulasi dari
material inert yang tidak dapat terurai di dalam bak aerasi
atau reaktor biologis serta bak pengolah lumpur yang akan
mengakibatkan kerugian volume (loss of usable volume).
 Unit Pemisah Oli (Oil Trap)

18
 Pada tahap awal pengolahan limbah yang dilakukan di IPAL ini
adalah unit pemisahan minyak. Pada tahap ini terdiri dari
pengolahan awal (primary treatment) yakni proses awal
pemisahan minyak dan penghilangan pasir (grit removal)
kemudian proses pemisahan minyak dengan cara fisika-kimia
(physico-chemical oil seperation) dilanjutkan dengan pengolahan
sekunder menggunakan proses biologis misalnya biofilter. Proses
pemisahan minyak tersebut sangat penting untuk dilakukan karena
jika konsentrasi minyak di dalam air limbah masih tinggi maka
dapat mengganggu proses pengolahan air limbah secara biologis
serta mengakibatkan biaya pengolahan menjadi mahal.
 Pemisahan minyak (preliminary oil separation) atau
pemisahan minyak secara gravitasi (gravity oil seperation)
ini adalah merupakan proses tahap awal dari seluruh proses
pengolahan air limbah industri PT. Uniited Tractors Tbk.
Tujuan dari pemisahan oli dan minyak adalah untuk
menghilangkan oli dan senyawa hidrocarbon lainnya di
dalam proses emulsi mekanik. Air yang dihasilkan harus
bebas oli & minyak sehingga dapat dialirkan ke proses
pemurnian fisika-kimia yang sederhana sehingga kebutuhan
zat kimia yang ditambahkan lebih ekonomis.
 Tujuan kedua adalah untuk menghilangkan pasir dan tanah
(alluvia) yang tidak dikehendaki dalam proses pemurnian
19
fisika-kimia, yang dapat mempersulit pengumpulan,
pengkonsentrasian, serta dapat mengganggu porses tahap
akhir pembuangan lumpur minyak atau oli yang
mengambang.

 Pemisahan oli atau minyak biasanya dilakukan tanpa adanya


penambahan bahan kimia. Proses ini dirancang untuk
menyamakan konsentrasi sisa hydrocarbon (HC) pada inlet
proses pemurnian fisika-kimia dengan cara menurunkan laju
aliran puncak HC yang masuk. Konsentrasi HC tak larut di
dalam air limbah bervariasi dari 20 mg/l hingga 150-200 mg/l
(pada industri petrokimia) tergantung pada seberapa halus
emulsi yang terjadi. Secara prinsip konsentrasi HC di dalam
air limbah tidak dapat diantisipasi atau dihitung. Pendekatan
tertentu dapat dilakukan, tetapi hanya untuk kasus efluent
limbah yang sederhana misalnya limbah dari deballasting
atau produced water.
Proses pemisahan oli &minyak ini dilakukan dengan cara
gravitasi alami, dimana butiran oli/minyak naik dengan kecepatan
keatas yang ada yang dibatasi oleh berat jenisnya (specific gravity).

Proses Netralisasi atau Pengontrolan pH


pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
20
suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritmaaktivitasion
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen
tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar
yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Salah satu pengukuran yang sangat penting dalam berbagai
cairan proses (industri, farmasi, manufaktur, produksi makanan
dan sebagainya) adalah pH, yaitu pengukuran ion hidrogen
dalam suatu larutan. Larutan dengan harga pH rendah
dinamakan ”asam” sedangkan yang harga pH-nya tinggi
dinamakan ”basa”. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat)
sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili
air murni (netral). Nilai ini menunjukkan konsentrasi ion H+
dan ion OH- di dalam air. Gambar 3.14 menunjukkan hubungan
antara nilai pH dengan konsentrasi ion H+ dan OH-. Prinsip dari
skala pH adalah :Konsentrasi ion H+ berhubungan terbalik
terhadap nilai pH, sedangkan konsentrasi ion OH- berhubungan
langsung terhadap nilai pH.
Proses netralisasi bertujuan untuk menetralkan pH atau
keasaman air limbah sampai menjadi netral. Hal ini
dimaksudkan agar proses pengolahan air limbah dapat berjalan
dengan baik. Bahan kimia yang umum digunakan adalah asam
21
sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) untuk menetralkan air
limbah yang bersifat alkali. Sedangkan untuk zat alkali yang
banyak digunakan antara lain yakni soda ash atau soda abu
(NaHCO3), Kapur tohor (CaO), Ca(OH)2, CaCO3, natrium
hidroksida (NaOH).
Air limbah produksi PT. United Tractors Tbk kondisi
pHnya sering berubah, sehingga perlu dilakukan pengontrolan
dan proses netralisasi agar proses koagulasi-flokulasi dapat
berjalan dengan baik. Untuk melakukan pekerjaan ini, maka di
unit bak equalisasi dipasang sensor pH kontrol dan dihubungan
dengan alat pH kontrol yang dihubungkan langsung dengan
pompa dosing. Jika ada perubahan pH dan nilai pH keluar dari
range yang telah disetel (pH 7 – 8), maka pH kontrol akan
memerintahkan pompa dosing untuk melakukan pemompaan
bahan kimia (asam) agar nilai pH limbah di bak equalisasi
turun menuju ke range pH yang telah ditetapkan. Jika pH
limbah sudah masuk pada range pH yang telah ditetapkan,
maka secara otomatis pompa dosing akan menghentikan
pemompaan bahan kimia (asam) sehingga tidak akan terjadi
over dosis penambahan bahan kimia yang dapat menyebabkan
kegagalan dalam proses koagulasi-flokulasi.

22
Proses Koagulasi – Flokulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid
dengan cara penambahan senyawa kimia yang disebut
koagulan. Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga gaya
tarik menarik antara partikel lebih kecil dari pada gaya tolak
menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi stabil ini
penggumpalan partikel tidak terjadi dan gerakan Brown
menyebabkan partikel tetap berada sebagai suspensi. Melalui
proses koagulasi terjadi destabilisasi, sehingga partikel-partikel
koloid bersatu dan menjadi besar. Dengan demikian partikel-
partikel koloid yang pada awalnya sukar dipisahkan dari air,
setelah proses koagulasi akan menjadi kumpulan partikel yang
lebih besar sehingga mudah dipisahkan dengan cara
sedimentasi, filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang lebih
mudah.

Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dengan


penambahan senyawa kimia yang disebut zat koagulan.
Flokulasi adalah proses penggumpalan (agglomeration) dari
koloid yang tidak stabil menjadi gumpalan partikel halus
(mikro-flok), dan selanjutnya menjadi gumpalan patikel yang
lebih besar dan dapat diendapkan dengan cepat. Senyawa kimia
lain yang diberikan agar pembentukan flok menjadi lebih cepat

23
atau lebih stabil dinamakan flokulan atau zat pembantu
flokulasi (flocculant aid).
Di dalam sistem pengolahan air limbah dengan
penambahan bahan kimia proses koagulasi sangat diperlukan
untuk proses awal. Partikel-partikel yang sangat halus maupun
partikel koloid yang terdapat dalam air limbah sulit sekali
mengendap. Oleh karena itu perlu proses koagulasi yaitu
penambahan bahan kimia agar partikel- partikel yang sukar
mengendap tadi menggumpal menjadi besar dan berat sehingga
kecepatan pengendapannya lebih besar.
Bahan Koagulan
Bahan kimia yang sering digunakan untuk proses
koagulasi umumnya diklasifikasikan menjadi tiga golongan,
yakni Zat Koagulan, Zat Alkali dan Zat Pembantu Koagulan.
Zat koagulan digunakan untuk menggumpalkan partikel-
partikel padat tersuspensi, zat warna, koloid dan lain-lain agar
membentuk gumpalan partikel yang besar (flok). Sedangkan
zat alkali dan zat pembantu koagulan berfungsi untuk mengatur
pH agar kondisi air baku dapat menunjang proses flokulasi,
serta membantu agar pembentukan flok dapat berjalan dengan
lebih cepat dan baik.Pemilihan zat koagulan harus berdasarkan
pertimbangan antara lain : jumlah dan kualitas air yang

24
akan diolah, kekeruhan air baku, metode filtrasi serta sistem
pembuangan lumpur endapan.
Penentuan Dosis Koagulan
Penentuan dosis koagulan bervariasi sesuai dengan jenis
koagulan yang dipakai, kekeruhan air baku, pH, alkalinitas dan
juga temperatur operasi. Disamping itu dipengaruhi pula oleh
faktor-faktor lainnya misalnya kandungan zat besi dan mangan
yang tinggi, mikroorganisme. Perhitungan dosis koagulan dapat
dilakukan dengan memakai rumus sebagai berikut:

Vv = Q x Rs x (100/C) x 10-3

dimana :
Vv = Dosis volumetrik koagulan (
lt/jam). Q = Laju alir air baku ( M3).
Rs = Dosis koagulan yang diharapkan
(ppm). C = Konsentrasi larutan koagulan (
% ).

25
Zat Alkali (Alkaline Agent)

Zat alkali dipakai untuk pengolahan air limbah dan air


minum dengan tujuan untuk pengaturan pH dan alkalinitas air
baku agar proses koagulasi - flokulasi dapat berjalan dengan
baik dan efektif. Dosis zat alkali yang dibubuhkan harus
ditentukan sesuai laju pembubuhan harus ditentukan
berdasarkan alkalinitas air baku dan laju pembubuhan
koagulan. Perlu atau tidaknya penambahan zat alkali tersebut
serta dosisnya (rata-rata, minimum dan maksimum) harus
ditentukan berdasarkan alkalinitas air baku, laju pembubuhan
koagulan serta alkalinitas air olahan yang diharapkan dengan
menggunakan jar tes.

Tangki Pencampur
Tangki pencampur dilengkapi dengan alat pengaduk
atau agitator agar bahan kimia (koagulan) yang dibubuhkan
dapat bercampur dengan air baku secara cepat dan merata.Oleh
karena kecepatan hidrolisa koagulan dalam air besar maka
diperlukan pembentukan flok-flok halus dari koloid hidroksida
yang merata dan secepat mungkin sehingga dapat bereaksi
dengan partikel-partikel kotoran membentuk flok yang lebih

26
besar dan stabil. Untuk itu diperlukan pengadukan yang cepat.
Sedimentasi atau Pengendapan

Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk


menghilangkan materi tersuspensi atau flok kimia secara
gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air limbah
umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum
dilakukan proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan
yang terbentuk pada proses koagulasi masih berukuran kecil.
Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus saling bergabung
menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi.
Dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka
beratnya akan bertambah, sehingga karena gaya beratnya
gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke bawah dan
mengendap pada bagian dasar tangki sedimentasi.

Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau


lingkaran. Pada bak ini aliran air limbah sangat tenang untuk
memberi kesempatan padatan/suspensi untuk mengendap.
Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak
sedimentasi adalah : surface loading (beban permukaan),
kedalaman bak dan waktu tinggal. Waktu tinggal mempunyai
satuan jam, cara perhitungannya adalah volume tangki dibagi

27
dengan laju alir per hari. Beban permukaan sama dengan laju
alir (debit volume) rata-rata per hari dibagi luas permukaan
bak, satuannya m3 per meter persegi per hari. satuannya
(m3/m2 hari).
2.4.2 Pengolahan Air Limbah dengan Metode Biofilter

Tercelup Campuran

Proses pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini


merupakan pengembangan dari proses biofilter anaerob dengan
proses aerasi kontak. Pengolahan air limbah dengan proses
biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak
pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak
pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak
kontaktor khlor.

Air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar


screen) untuk menyaring sampah yang berukuran besar
seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah melalui
screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya.
Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak
pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang

28
berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan
penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya


dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke
dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi
dengan media dari bahan plastik. Jumlah bak kontaktor anaerob
ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah
air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada
dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif
aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media
filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme
inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap

Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak


kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan
media, plastik (polyethylene), sambil diaerasi atau dihembus
dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan
demikian air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan
29
media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi
penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses
nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi
lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak
(Contact Aeration).

Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir.


Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa
mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian
inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
limpasan (over flow) dialirkan ke bak penampung sementara.
Dari sini air olahan dipompa untuk difilter dan diberikan
kaporit sebagai disinfektan. Air olahan, yakni air yang keluar
setelah proses filter ditampung di penampungan sementara
untuk selanjutnya ditransfer ke penampungan di cuci unit untuk
digunakan kembali sebagai air cucian. Dengan kombinasi
proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat
organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi
(SS), phospat dan lainnya.
Reaktor Biofilter Tercelup

Reaktor biofilter lekat tercelup adalah suatu bioreaktor lekat diam


dimana mikroorganisme tumbuh dan berkembang di atas suatu media,
30
yang dapat terbuat dari plastik atau batu, yang di dalam operasinya
dapat tercelup sebagian atau seluruhnya, atau hanya dilewati air saja
(tidak tercelup sama sekali), dengan membentuk suatu lapisan lendir
untuk melekat di atas permukaan media tersebut, sehingga membentuk
lapisan biofilm.Biofilm tumbuh pada hampir semua permukaan di
dalam suatu lingkungan perairan. Sistem biofilm ini kemudian
dimanfaatkan dalam proses pengolahan air buangan untuk menurunkan
kandungan senyawa organik. Biofilm merupakan lapisan yang
terbentuk dari sel-sel bio solid dan material inorganic dalam bentuk
polimetrik matriks yang menempel pada suatu lapisan penyokong
(support media).

Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm


atau biofilter secara garis besar dapat dilakukan dalam
kondisi aerobik, anaerobik, atau kombinasi anaerobik dan
aerobik. Proses aerobik dilakukan dengan kondisi adanya
oksigen terlarut di dalam reaktor air limbah, dan proses
anaerobik dilakukan dengan tanpa adanya oksigen di dalam
reaktor air limbah. Sedangkan proses kombinasi anaerob-
aerob adalah merupakan gabungan proses anaerobik dan
proses aerobik. Proses operasi biofilter secara anaerobik
digunakan untuk air limbah dengan kandungan zat organik

31
cukup tinggi, dan dari proses ini akan dihasilkan gas methan.
Jika kadar COD limbah kurang dari 4000 mg/l seharusnya
limbah tersebut diolah pada kondisi aerob, sedangkan COD
lebih besar dari 4000 mg/l diolah pada kondisi anaerob.

Prinsip Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter


Tercelup.

Proses tersebut dapat dilakukan dalam kondisi aerobik,


anaerobik atau kombinasi anaerobi dan aerobik. Proses aerobik
dilakukan dengan kondisi adanya oksigen terlarut di dalam reaktor
air limbah.
2.4.3. Pengolahan Secara Filtrasi (Penyaringan)

Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan padatan


tersuspensi dari dalam air yang diolah. Pada penerapannya
filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan
tersuspensi yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi.
Pada pengolahan air buangan, filtrasi dilakukan setelah
pengolahan kimia-fisika atau pengolahan biologi. Ada dua jenis
proses penyaringan yang umum digunakan, yaitu penyaringan
lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah
penyaringan dengan memanfaatkan energi potensial air itu

32
sendiri, artinya hanya melalui gaya gravitasi. Penyaringan ini
dilakukan secara terbuka dengan tekanan atmosferik.
Sedangkan penyaringan cepat adalah penyaringan dengan
menggunakan tekanan yang melebihi tekanan atmosfir.
Berdasarkan jenis media filter yang digunakan,
penyaringan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu filter
media granular (butiran) dan filter permukaan. Pada jenis
media granular, media yang paling baik mempunyai
karakteristik sebagai berikut: Ukuran butiran membentuk pori-
pori yang cukup besar agar partikel besar dapat tertahan dalam
media, sementara butiran tersebut juga dapat membentuk pori
yang cukup halus, sehingga dapat menahan suspensi. Butiran
media bertingkat, sehingga lebih efektif pada saat proses
pencucian balik (backwash). Saringan mempunyai kedalaman
yang dapat memberikan kesempatan aliran mengalir cukup
panjang. Sejauh ini media yang paling baik adalah pasir yang
ukuran butirannya hampir seragam dengan ukuran antara 0,6
hingga 0,8 mm.
2.4.4. Pengolahan Secara Adsorpsi

Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface


antara dua fase. Pada umumnya zat terlarut terkumpul pada
interface. Proses adsorpsi memanfaatkan fenomena ini untuk
33
menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent
yang digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan
bahan yang sering digunakan karena harganya murah dan
sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan menarik air sehingga
kerjanya kurang efektif. Pori-pori pada karbon dapat mencapai
ukuran 10 angstrom. Total luas permukaan umumnya antara
500 – 1.500 m2/gr. Berat jenis kering lebih kurang 500 kg/m3.
2.4.5. Pengeringan / Pengolahan Lumpur

Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah


lebih lanjut untuk mengurangi sebanyak mungkin air yang
masih terkandung didalamnya. Proses pengolahan lumpur yang
bertujuan mengurangi kadar air tersebut sering disebut dengan
pengeringan lumpur. Ada empat cara proses pengurangan kadar
air, yaitu secara alamiah, dengan tekanan (pengepresan),
dengan gaya sentrifugal dan dengan pemanasan. Pengeringan
secara alamiah dilakukan dengan mengalirkan atau memompa
lumpur endapan ke sebuah kolam pengering (drying bed) yang
mempunyai luas permukaan yang besar dengan kedalaman
sekitar 1 atau 2 meter. Proses pengeringan berjalan dengan
alamiah, yaitu dengan panas matahari dan angin yang bergerak
di atas kolam pengering lumpur tersebut. Cara pengeringan
seperti ini tentu saja sangat bergantung dari cuaca dan akan
34
bermasalah bila terjadi hujan. Bila lumpur tidak mengandung
bahan yang berbahaya, maka kolam pengering lumpur dapat
hanya berupa galian tanah biasa, sehingga sebagian air akan
meresap ke dalam tanah dibawahnya. Contoh pengeringan
lumpur antara lain pengeringan lumpur dengan cara tekanan
(pengepresan) dan proses pengeringan lumpur dengan gaya
centrifugal.

2.5. Diagram Alir Proses IPAL PT. United Tracktor Tbk

Keterangan Proses :

I. Pengolahan Secara Fisika – Kimia

1. Limbah segar yang dihasilkan dari proses pencucian


disalurkan ke bak penampungan yang di depannya
dilengkapi dengan saringan untuk memisahkan padatan
yang berukuran besar.
2. Setelah melalui saringan, limbah dialirkan ke bak
pengumpul .Di dalam bak ini, padatan yang berat (pasir,
tanah) diendapkan di bagian dasar. Dalam waktu periode
tertentu (1 minggu) kondisi bak harus di cek untuk melihat
jumlah padatan yang telah terkumpul di dalam bak.
Bersihkan bak dari Lumpur dan padatan lainnya.
35
3. Bak pengumpul ini dilengkapi dengan pompa pentransfer
limbah yang digunakan untuk memompa limbah ke bak
equalisasi/ oil trap. Limbah dari cuci unit masuk ke bak
equalisasi, sedangkan limbah dari produksi/ bengkel masuk
ke oil trap terlebih dahulu sebelum mengalir ke equalisasi
untuk dicampur dengan limbah dari cuci unit.

4. Kandungan oli yang berasal dari limbah produksi akan


mengapung di bagian atas dari limbah, sedangkan air limbah
yang sudah bersih dari oli akan mengalir ke bak berikutnya.
Kandungan oli semakin hari akan bertambah jumlahnya, dan
jika sudah cukup tebal maka dipisahkan untuk ditampung ke
bak pemekat oli dengan cara menutup ball valve yang ada di
bak depannya. Oli akan mengalir secara over flow ke bak
pemekat. Oli di bak pemekat ini masih mengandung air, dan
air ini dapat di recycle masuk ke dalam oil trap kembali
dengan pompa pemekat oli yang tersedia. Jika jumlah oli di
bak pemekat ini sudah cukup banyak maka harus
dipindahkan ke drum penampungan untuk dikirim ke
perusahaan pengolah oli bekas.

5. Air limbah produksi setelah melewati oil trap akan mengalir


secara gravitasi menuju bak equalisasi. Disini air limbah
produksi yang telah bersih dari oli akan tercampur dengan
36
air limbah dari cuci unit. Di bak equalisasi dilengkapi
dengan pompa feed chemical treatment yang dilengkapi
dengan system level control dengan pelampung. Pengaturan
debit limbah yang akan diolah dapat dilakukan dengan
mengatur posisi ball valve yang terdapat di pompa feed dan
dengan menggunakan ball valve yang terdapat di inlet
reaktor koagulasi.

6. Kebutuhan bahan kimia untuk proses koagulasi – flokulasi


diatur dengan menggunakan dua buah pompa dosing.
Jumlah kebutuhan bahan koagulan dan flokulan ditentukan
berdasarkan dari hasil jar test yang telah dilakukan.
Sedangkan untuk meningkatkan proses reaksi agar dapat
terbentuk flok dengan ukuran besar serta kuat sehingga
proses sedimentasi dapat terjadi dengan sempurna di reaktor
koagulasi dan flokulasi dilengkapi dengan agitator.
7. Setelah melalui proses koagulasi-flokulasi, limbah dialirkan
ke bak pengendap. Tangki bak pengendap ini berbetuk
kerucut di bagian bawahnya dan dilengkapi dengan agitator.
Agitator yang ada secara periodik dihidupkan agar flok yang
ada dapat terkumpul di dasar tangki dan dapat dengan
mudah untuk dipisahkan menuju ke bak pemekat lumpur.
Sedangkan air yang sudah bersih akan mengalir secara over
37
flow dari bak pengendap untuk selanjutnya diproses secara
biologi dengan biofilter. Lumpur yang sudah terkumpul di
bak pemekat selanjutnya dikelola ke unit pengolah lumpur,
sedangkan air limpasan dari bak pemekat lumpur ini
dipompa ke unit pengolahan limbah secara biologi.

II. Pengolahan Secara Biologi

Gambar 2.4 Biofilter Untuk Proses Pengolahan Secara


Biologi
Untuk melakukan start-up biofilter, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah melakukan pengecekan sistem IPAL
secara keseluruhan. Pengecekan IPAL meliputi pengecekan
kebocoran bak, pengecekan perpipaan dalam IPAL, pengecekan
sistem kelistrikan, pengecekan pompa-pompa, pengecekan sistem

38
suplai udara ke reaktor aerobik dan pengecekan bak-bak
pengumpul. Setelah yakin kalau sistem biofilter sudah sempurna,
selanjutnya dilakukan pengisian biofilter dengan urutan sebagai
berikut:
1. Isi semua bak di biofilter dengan air limbah secara bersamaan.
Pengisian IPAL diusahakan merata jangan sampai sebagian
penuh, bagian yang lain masih kosong. Pada posisi penuh
dengan air limbah, cek semua dinding bak biofilter apakah ada
kebocoran atau tidak.

Setelah IPAL penuh selanjutnya blower pada bak aerobik


dihidupkan dan cek apakah udara keluar melalui difuser secara
merata atau tidak. Kalau tidak merata maka perlu perbaikan
difuser udara.

2. Tes pompa feed biofilter dan pompa recycle, apakah sudah


dapat berfungsi dengan baik.
3. Biarkan bak equalisasi II terisi hingga pompa feed biofilter
dapat beroperasi secara otomatis. Atur aliran /debit pompa
feed biofilter sesuai dengan kapasitas IPAL terpasang.
4. Selanjutnya Air limbah dari bak equalisasi II dipompa ke
IPAL (bioreaktor/bak anaerobik-aerobik dan pengendap akhir)
sampai mencapai level penuh.
5. Langkah selanjutnya adalah mengisi IPAL dengan bibit atau
39
seed mikroba atau bakteri. Seed mikroba diambilkan dari
instalasi pengolahan air limbah domestik yang sudah diketahui
kinerjanya berjalan dengan baik. Jumlah seed mikroba sekitar
0,5 – 1 m3.

40
6. Selanjutnya hidupkan pompa sirkulasi, dengan demikian mikroba akan
mengalir teraduk dalam IPAL, dan lama kelamaan akan lengket pada
permukaan media biofilter.
7. Selama masa seeding, untuk mempercepat proses perkembangbiakan
mikroba pengurai air limbah, maka perlu dilakukan penambahan nutrient.
Nutrient berupa padatan yang komposisinya diramu oleh BPPT.
Penambahan nutrient dilakukan pagi setiap hari selama 3 minggu pertama
ipal beroperasi. Caranya adalah mengambil nutrient sebanyak 1/4 kg
kemudian dilarutkan kedalam air pada ember. Pastikan nutrient larut
semua. Setelah itu cairan nutrient dituangkan kedalam bak pengendap
awal dan bak anaerobik. Sisa padatan nutrient jangan dimasukkan ke
dalam IPAL.
8. Setelah selesai masa seeding, selanjutnya dilakukan pemantauan secara
kontinyu (Swa-pantau).
9. Semua Industri yang sudah memiliki IPAL diwajibkan melakukan Swa-
pantau harian oleh BPLHD DKI. Yang paling mudah dan ekonomis
adalah swa pantau debit air limbah, swa pantau pH, swa pantau TSS dan
pemantauan COD atau organik KMnO4.
10. Setiap 3 bulan, sampel dari inlet dan outlet IPAL harus diambil dan
dianalisakan komposisinya di laboratorium independent seperti Sucofindo,
Unilab dan atau di laboratorium BPLHD DKI. Hasil analisa dilaporkan ke
BPLHD DKI jakarta.

III. Pengolahan Tersier (Secara Fisika – Kimia)

1. Air olahan dari IPAL yang sudah bagus kualitasnya tersebut ditampung
untuk sementara di bak penampungan hasil.

2. Air olahan limbah selanjutnya ditingkatkan kualitasnya lagi dengan


pengolahan tersier untuk tujuan reuse di cuci unit.
3. Operasional system reuse ini dikendalikan dengan panel yang ada di
lantai I.
4. Isi larutan kaporit di tangki penampungan.
5. Pompa air dengan dengan pompa feed filter.Cek apakah pompa dosing
kaporit berfungsi dengan baik.
6. Pengolahan tersier yang ada terdiri dari filter pasir dan filter karbon aktif.
7. Air limbah yang telah mempunyai kualitas bagus ini di filtrasi dengan
menggunakan sand filter yang berfungsi untuk menyaring jika masih ada
padatan yang terikut limbah. Hal ini berfungsi agar carbon filter yang
dipasang setelah sand filter dapat berfungsi lebih lama.
8. Filtrasi berikutnya adalah carbon filter. Filter ini berfungsi untuk menyerap
jika masih ada bau yang kurang sedap dan untuk menyerap warna jika air
belum jernih.
9. Air yang telah difilter sebagian masuk ke kolam biokontrol yang ditanam ikan
di dalamnya, sebagian air lainnya di tambahkan disinfektan. Bahan
disinfektan yang sering dipakai adalah kaporit. Air yang telah ditambahkan
disinfektan ini selanjutnya ditampung di bak penampungan air sementara,
selanjutnya dari bak ini ditransfer ke penampungan air di cuci unit dan siap
digunakan kembali.
10. Disamping digunakan untuk keperluan di cuci unit, air ini juga
direkomendasikan dapat untuk memenuhi air siram tanaman maupun untuk
cuci kendaraan lainnya.

42
Gambar 2.5 Skema Diagram Alir IPAL Produksi dan Proses PT. UNITED
TRACTORS Tbk

43
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :

a) Air limbah produksi PT. United Tractors Tbk berasal dari pencucian
komponen-komponen alat berat dan pencucian ceceran oli dan kotoran lain
dilantai.
b) Proses IPAL PT. United Tracktor Tbk yaitu dengan pengolahan primer secara
Fisika-Kimia, pengolahan secara biologi dengan media Biofilter, dan
pengolahan tersier secara Fisika-Kimia.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.

44
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuSOPIPALPTUT/PengelolaanAirLimbahPT.United
TractorsTbk.pdf

45

Anda mungkin juga menyukai