TAHUN 2018
JUDUL PENELITIAN
PENGARUH VARIASI KADAR AIR DAN PENGADUKAN TERHADAP KINERJA COMPOST SOLID
PHASE MICROBIAL FUEL CELL (CSMFC)
TIM PENGUSUL
CAGAYANA 21080114140116
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1
RINGKASAN ................................................................................................................................. 5
................................................................................................................................................... 11
2
2.11 Roadmap Penelitian........................................................................................................ 11
4.1 Biaya............................................................................................................................... 16
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 20
3
DAFTAR GAMBAR
4
RINGKASAN
Compost Solid phase microbial fuel cell adalah salah satu alternative teknologi permrosesan
sampah organic yang mampu menghasilkan energi yang bersih sebagai hasil dari pengolahan
material padat. Masalah dalam CSMFC adalah masih rendahnya daya yang dihasilkan selama
proses berlangsung, sehingga belum dapat diaplikasikan dengan kondisi yang diharapkan.
Penelitian ini menjawab tantangan tersebut dengan mengembangkan sebuah sistem SMFC
menggunakan elektroda graphene dengan menggunakan kadar air serta pengadukan dalam
mempengaruhi kinerja CSMFC, baik dalam menghasilkan kompos matang dan menghasilkan daya
listrik. Graphene digunakan sebagai elektroda dalam reactor yang menggunakan kunfigurasi
single chamber – air cathone. Volume sampah yang digunakan adalah 2/3 dari volume reactor dan
sumber sampah berasal dari kantin dan sampah daun berasal dari pekarangan sekitar Undip yang
dioperasikan dalam kondisi batch.
5
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan salah satu hasil samping dari aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh
pertumbuhan penduduk. Semakin meningkat pertumbuhan penduduk, jumlah timbulan sampah
semakin meningkat. Timbulan sampah yang dihasilkan menjadi dua jenis, yakni sampah organik
dan sampah anorganik. Untuk mengurangi jumlah timbulan sampah, dibutuhkan pengolahan
sampah. Pengolahan sampah di Indonesia salah satunya dapat dilakukan dilakukan dengan
pengurugan, pengomposan, open burning, insinerator skala kecil, dan non pengurugan
(Damanhuri, 2010). Terdapat pula teknologi pengomposan yang umum digunakan untuk
mengolah sampah organik. Metode ini menggunakan mikroorganisme alami untuk dekomposisi
dan mengubah sampah organik menjadi sampah matang. (Wang et al., 2015). Namun, penanganan
sampah organik tersebut tidak memanfaatkan nilai guna sampah di bidang energi baru-terbarukan.
Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi penanganan sampah yang berfungsi sebagai pereduksi
jumlah sampah organik dan dapat memberikan nilai guna terhadap sampah di bidang energi baru-
terbarukan.
Sampah organik, salah satunya sampah campuran antara sampah kantin dan sampah daun
dapat dimanfaatkan sebagai penghasil listrik melalui proses kimiawi dan biologi yang melibatkan
mikroorganisme sebagai dekomposisi dan pengubah sampah organik menjadi energi listrik.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Hilma Muthi’ah, (2017) bahwa sampah kantin dan
sampah daun dengan variasi jumlah volume sampah yang berbeda dapat menghasilkan listrik
dengan daya sebesar 43,8 mW/m2. Penelitian terdahulu dilakukan pula oleh Parot et al. (2007)
menggunakan kompos kebun untuk diteliti performansi dari Compost Microbial Fuel Cell
(CMFC), didapatkan densitas maksimum sebesar 385 mA/m2. Penelitian lain yang berhubungan
dengan sampah kantin dan dedaunan dilakukan oleh Wang (2013) menggunakan sekam padi,
residu kopi, dan kacang yang merupakan sumber sampah dari hasil pertanian dan sampah dapur
rumah tangga menghasilkan power density sebesar 264 mW/m2 dengan menggunakan bionzim
sebagai katalisator Enzim bekerja untuk memutus rantai Panjang selulosa, menghasilkan glukosa
dari proses hidrolisis, dan mempercepat mempercepat perkembangbiakan bakteri sehingga
mempercepat dekomposisi.
1
Dalam pengomposan, faktor pengadukan mempengaruhi proses pengomposan. Menurut
Tchobanoglous, 1993 dalam Aminah 2012, pengadukan merupakan faktor yang penting dalam
mengontrol kelembaban udara agai pengomposan tetap dalam proses aerob. Kompos dengan
sampah organik membutuhkan 15 hari untuk pengomposan dengan kelembaban 50-60% dan
pengadukan lebih baik dilakukan setelah hari ketiga pengomposan dan setelahnya dapat dilakukan
pengadukan 4-5 kali. Namun, pengadukan sampah dalam CSMFC belum pernah diteliti
sebelumnya sehingga variable ini dipilih untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
pengadukan terhadap kematangan kompos dan produksi listrik yang dihasilkan dalam CSMFC.
Dalam penggunaan teknologi CSMFC, elektroda yang digunakan menjadi salah satu hal yang
harus dipertimbangkan karena berfungsi untuk mengalirkan elektron. Wang, CT. et al. (2013)
menggunakan carbon felt elektroda dengan luas area permukaan 16 cm2 dan hanya mampu
menghasilkan power density sebesar 264 mW/m2. Dalam penelitian ini menggunakan graphene
karena konduktivitas listrik yang tinggi, area permukaan besar, aktivitas elektrokatalitik berlaku,
dan biaya produksi yang rendah, (Broenson. D.A. et al. 2010). Selain itu, penggunaan graphene
dalam CSMFC dapat mempertahankan kepadatan arus enam kali lebih tinggi dari tembaga, (Geim.
S. K. 2009) sehingga berpotensi besar untuk dijadikan elektroda pada komponen CSMFC.
1. Bagaimana tingkat kematangan kompos dan produksi listrik CSMFC dengan variasi
pengadukan dan kadar air sampah padat organik (sampah daun dan sampah kantin)?
2. Bagaimana hasil analisis tingkat kematangan kompos dan produksi listrik CSMFC dengan
variasi pengadukan dan kadar air sampah padat organik (sampah daun dan sampah kantin)?
1.3 Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan menganalisis produksi listrik CSMFC dengan variasi kadar air dan
pengadukan sampah padat organik (sampah daun dan sampah kantin)
2. Mengetahui dan menganalisis tingkat kematangan kompos CSMFC dengan variasi kadar
air dan pengadukan sampah padat organik (sampah daun dan sampah kantin)
2
1.4 Urgensi Penelitian
Urgensi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengadukan dan kadar air yang
optimal agar dapat menghasilkan produk akhir berupa kompos dan produksi listrik dari sampah
organik yang terdiri atas sampah kantin dan sampah daun. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan
untuk penelitian lanjutan yaitu Compost Solid Phase Microbial Fuel Cell yang diuji dari segi
toksisitas, tingkat kematangan kompos, dan produksi listrik yang dihasilkan,
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang cepat terdegradasi (cepat membusuk), terutama yang
berasal dari sisa makanan. Sampa yang membusuk adalah sampah yang dengan mudah
terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Pembusukan sampah ini dapat menghasilkan
bau tidak enak seperti ammoniak dan asam-asam volatile lainnya. Selain itu, dihasilkan pula gas-
gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan sejenisnya. Kelompok inilah yang berpotensi untuk
diproses dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan atau gasifikasi
(Damanhuri, 2010).
Secara umum, sampah kantin dan sampah daun diklasifikasikan ke dalam sampah basah
karena terdiri dari bahan-bahan yang mudah terurai secara alami. Sampah jenis ini dikenal juga
dengan sampah basah (garbage) (Daniel, 2009). Komposisi sampah kantin pada umumnya terdiri
dari sisa nasi, sisa sayuran matang, sisa sayuran entah, minyak goreng, kulit buah, sisa daging,
ikan, serta cabai (Mohan et al, 2011).
Adhikari et.al (2008) dalam Alejandra et.al (2017) mengatakan bahwa pemanfaatan
sampah makan yang digunakan untuk energi terbarukan memiliki tantangan dikarenakan kondisi
sampah makanan yang terdiri dari banyak komposisi, kadar air yang tinggi dan nilai kalori rendah.
4
sebelum diproses untuk pengomposan atau anaerobic digestion (AD) (Minister of the
Environment, 2013).
Karakteristik secara fisika dalam sampah meliputi: (1) masa jenis, (2) distribusi ukuran
sampah, dan (3) kadar air. Karakteristik lain yang digunakan untuk menentukan manajemen
persampahan adalah: (1) wana, (2) pori, (3) bentuk komponen, (4) ciri optik, ciri-ciri magnetic, (5)
ciri-ciri elektrik. Sedangkan untuk karakteristik kimiawi meliputi: (1) kelembaban, (2) unsur
volatile, (3) abu, (4) fixed carbon, (5) titik kering abu, (6) nilai kalori, dan (7) persentasi karbon,
hydrogen, oksigen, sulfur, dan abu.
2.4 Pengomposan
Pengomposan dikenal dengan proses fermentasi secara aerob, termofilik, dan dibantu oleh
mikroorgaisme yang mengubah sampah organik menjadi material yang lebih stabil yang menjadi
prekursor zat humus (Füleky dan Benedek, 2010; Sharma et al., 1997; Zapata, 2009 dalam Cerda
et.al, 2017).
Hal yang mempengaruhi pengomposan adalah rasio C/N, kadar air, kondisi sampah,
keberadaan oksigen, dan teknologi pengomposan yang digunakan. Jika rasio C/N tidak optimal,
maka proses pengomposan akan lebih lama. Kadar air yang lebih akan menyebabkan fermentasi
anaerob saat proses pengomposan.
5
yang mempengaruhi proses pengomposan adalah sistem pengumpulan dan pemilahan karena
komponen anorganik yang terdapat pada sisa makan akan menentukan ketidakmurnian di akhir
proses (Cerda et.al, 2017).
Pada saat matang, kadar air yang disyaratkan oleh SNI-19-7030-2004 adalah kurang dari
50%. Kadar air dalam kompos matang tidak baik apabila terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan kadar
air berhubungan langsung dengan water holding capacity (Agricultural Analytical Services
Laboratory The Pennyslcania State University, 2008).
6
(a) (b)
Gambar 2.1 Konfigurasi MFC menggunakan sampah padat organik
Solid MFC (A: anode; C: Katoda; PRM: Proton Exchange Membrane; AB: bakteri anodefilik;
M: multimeter; R: hambatan (100Ω); S: lokasi sampel (B) Solid MFC menggunakan sampah
organik perkotaan. (A: anoda; C: katoda; P: pHmeter; B: biogas sampling opening; M: digital
multimeter)
Sumber: Nastro et al., 2013
2.6 Compost Solid Phase Microbial Fuel Cell (SMFC)
Dalam CSMFC, teknologi operasional pengomposan diaplikasikan terhadap mekanisme
SMFC karena adanya kesamaan reaksi biokimia. Pada reaktor CSMFC, sampah tidak dicampur
dengan material cair untuk menambah mikroba melainkan keseluruhan sampah berbentuk padat
dan elektroda dimasukan kedalam sampah dengan posisi anoda di dasar sampah dan katoda di
permukaan sampah.
Parameter yang mempengaruhi adalah rasio C/N, kadar air, pH dimana rasio C/N
mempengaruhi kinerja mikroorganisme dalam mendegradasi sampah organik menjadi energi
listrik. Jika rasio C/N dibawah, akan memperlambat metabolisme mikroorganisme dan jika lebih
dari 40, kompos yang dihasilkan akan berbahaya untuk lingkungan. Rasio C/N optimal berada
pada rasio 25-35. (Wang, 2015). Kadar Air diatas 80% akan menghambat aliran oksigen dan
keluarnya karbon dioksida yang menyebabkan terakumulasinya senyawa berbahaya di dalam
kompos, namun jika kadar air kurang dari 40% maka aktivitas mikroorganisme akan berkurang.
Kadar air yang oprimal untuk pengomposan berkisar pada 50%-70% (Hamada et al., 1998 dan
Liang et al. 2003)
7
Dalam single-chamber MFC, electron dan proton dari oksidasi senyawa organik mengalirkan
listrik dari anoda ke katoda melalui sirkuit, bereaksi dengan oksigen yang kemudian menghasilkan
listrik (Santoro et al., 2013; Li et al., 2016; Chen et al., 2012 dalam Li et al., 2017). Dari beberapa
konfigurasi reaktor, air-cathode single-chamber saat ini benyak digunakan karena kelebihannya
seperti rendahnya hambatan dalam, pengurangan volume sell dan keberlanjutan akseptor electron
bebas (Logan et al., 2006 dan Lu et al., 2011 dalam Ma et al., 2014). Dalam konfigurasi single
chamber air cathode, anoda berada dalam kondisi anaerob sedangkan katoda berada dalam kondisi
aerob. Anoda ditempatkan bersama dengan tumpukan senyawa organik yang menjadi sumber
listrik dari MFC.
8
2011). Pada umumnya, material yang digunakan di katoda digunakan pula di anoda (Santoro et
al., 2017) Berikut ilustrasi persamaan reaksinya:
𝑂2 + 4𝐻 + + 4𝑒 − → 2𝐻2 𝑂 𝐸 0 = 0.82 𝑉 (2.2)
Perbedaan potensial antara katoda dan anoda menyebabkan terjadinya beda potensial sel
pada MFC. Selama nilai Ekatoda > Eanoda, listrik akan dihasilkan dan sistem inilah yang dinamakan
MFC. Bajracharya et al., 2016 mengemukakan terdapat 3 tahapan dalam mekanisme ORR yaitu
(1) Adsorpsi molekul Oksigen pada sisi aktif permukaan elektroda; (2) Disosiasi ikatan O-O; (3)
Transfer elektron.
Bahan dasar graphene telah menarik perhatian untuk beberapa penggunaan termasuk
sebagai katalis katoda MFC. Aktivitas katalis dan stabilitas bergantung pada katalis itu sendiri dan
material pendukung. Telah didemonstrasikan bahwa bahan dasar graphene bukan hanya digunakan
sebagai pendukung untuk meningkatkan performansi katalis konvensional, namun juga sebagai
katalis bebas logam dengan menarik aktivitas elektrokatalis untuk ORR (Oxygen Reduction
Reaction) (Cai dan Wen, 2015).
9
No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil
1 S. Venkata 2011 Solid Phase Penelitian mendemonstrasikan
Mohan, K. Microbial Fuel kelayakan untuk menggunakan SMFC
Chandrasekar Cell (SMFC) for untuk menghasilkan listrik dari
harnessing fermentasi senyawa padatan organik
bioelectricity yaitu sampah kantin. Kinerja SMFC
from composite ditemukan bergantung pada tipe
food waste konfigurasi terkait penempatan elektroda
fermentation: dan penggunaan membran. Perubahan
Influence of pH yang disebabkan oleh pembentukan
electrode metabolit asam selama proses operasi
assembly and memberikan dampak negatif bagi
buffering performa SMFC yang dapat diatasi
capacity dengan penambahan buffer. pH yang
turun kemungkinan langsung
mempengaruhi hasil produksi listrik,
dimana pH (<4) biasanya dianggap tidak
sesuai dengan metabolisme bakteri
anodophilic. Untuk menaikkan pH
sampai tujuh diberikan 0,1 N Na2CO3.
2 Wang, C.T., 2015 Electrical Penelitian mengenai pemanfaatan
Lee, Y.C. dan Analysis Of kompos fermentasi untuk menghasilkan
Liao, F.Y Compost Sollid listrik. Pada penilitian ini memanfaatkan
Phase Microbial limbah dari pertanian sebagai substrat
Fuel Cell SMFC untuk menemukan rasio optimal
dari (C/N) yang terkandung dalam
kompos untuk kinerja daya yang lebih
baik yakni sebesar 31,4 dengan kadar air
optimum sebesar 60% menghasilkan
densitas listrik 4,6 mW/m2. Dalam
proses pengomposan, ketika pH diatur
anara 6-8 akan menghasilkan daya listrik
yang lebih baik.
3 Alejandra 2017 Composting of Meskipun beberapa kelebihan menjadi
Cerda, Adriana food wastes: hal yang penting dalam proses
Artola, Xavier Status and pengomposan seperti pengomposan
Font, Raquel challenges mikrobiologi, pengembangan
Barrena, Teresa dibutuhkan dalam memonitori proses.
Gea, Antoni Oleh karena itu, problem spesifik seperti
Sánchez keberadaan bahan yang tidak murni
menjadi pengaruh terpenting terhadap
proses pengomposan dan juga efek dari
sampah makanan seperti emisi gas
rumah kaca dan bau yang ditimbulkan.
10
No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil
5 Suqin Ci, 2015 Graphene-based Bahan dasar graphene telah menarik
Pingwei Cai, electrode perhatian untuk beberapa penggunaan
Zhenhai Wen materials for termasuk sebagai katalis katoda MFC.
and Jinghong microbial Aktivitas katalis dan stabilitas
Li fuel cells bergantung pada katalis itu sendiri dan
material pendukung. Telah
didemonstrasikan bahwa bahan dasar
graphene bukan hanya digunakan
sebagai pendukung untuk meningkatkan
performansi katalis konvensional,
namun juga sebagai katalis bebas logam
dengan menarik aktivitas elektrokatalis
untuk ORR (Oxygen Reduction
Reaction) di katoda. Pada elektroda
anoda, graphene mempunyai
kemampuan untuk menaikkan
perfromansi darisistem bioelektrokimia
yang memblok transfer elektron
heterogen tersimulasi atau transfer
elektron difasilitasi dengan terbentuknya
biomolekul biokomposit.
6 Xiayoyuan 2010 Scalable air Didemonstrasikan penelitian skala lab
Zhang, Shaoan cathode microbial untuk penggunaan pemisah fiber glass,
C, Peng Liang, fuel cells using plastik pendukung pada katoda dengan
Xia Huang, glass fiber tipe air-cathode untuk menghasilkan
Bruce E. Logan separators, plastic daya yang optimum. Densitas daya
mesh supporters, dapat ditingkatkan dengan mengurangi
and graphite fiber jarak antara elektroda karena hal tersebut
brush anodes akan menurunkan resistensi/hambatan
internal.
11
BAB 3. METODE PENELITIAN
Secara garis besar, hal yang ingin dicapai dari penelitan ini adalah untukmengetahui tingkat
kematangan kompos dan produksi listrik yang dihasilkan berdasarkan kondisi tertentu. Adapun
tahapan pelaksanaannya diilustrasikan pada Error! Reference source not found.
Banyaknya kandungan
Bakteri sampah yang organic pada sampah Sistem transfer electron
beragam untuk dikonversi menjadi pada elektroda
listrik
12
Gambar 3.2 Skema Reaktor CSMFC
3.3 Tahap Penelitian
Tahapan penelitian meliputi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Berikut adalah
penjelasan selengkapnya:
13
liter. Desain tersebut dipilih karena untuk memudahkan dalam proses penelitian yang
membutuhkan ruang yang luas. Elektroda yang digunakan berasal dari graphene.
Anoda dipertahankan anaerob agar proses CSMFC dapat berlangsung optimal. kompartemen
katoda dikondisikan kontak dengan udara – air chatode. Total reaktor berjumlah 42 reaktor single
chamber serta 7 reaktor kontrol tanpa variasi kadar air dan pengadukan dengan volume sampah
campuran memenuhi volume reaktor.
3.3.2.3 Uji Pendahuluan
Terdapat 2 kategori uji pendahuluan yang dilakukan yaitu uji karakteristik sampah
campuran dan uji karakteristik elektroda.
14
No. Kategori Jenis Uji Metode
V = Voltase
R = Hambatan
Analisis data kematangan kompos dilakukan setelah uji laboratorium kandungan kompos
selesai dilakukan yakni melputi uji temperature, pH, kandngan kadar air, kandungan karbon
organik (C-Organik), kandungan nitrogen total (N-Total), Rasio C/N, P, dan K. Analisis ini
dilakukan dengan cara menganalisis secara langsung data hasil pengujian yang diperoleh dan
membandingkan dengan standar kompos SNI 19-7030-2004.
15
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Biaya
Anggaran biaya yang diajukan untuk setiap tahunnya adalah sebesar Rp 40.000.000,- sebagaimana
disajikan pada Table 0.1.
Table 0.1 Budget
No. Pengeluaran Biaya (Rp)
Tahun ke-1
1 Honorarium 4.000.000
2 Pembelian bahan habis pakai 24.000.000
3 Belanja barang Non 8.000.000
Operasional
4 Perjalanan 4.000.000
Total 40.000.000
16
DAFTAR PUSTAKA
Aelterman, P., K. Rabaey, P. Clauwaert and W. 2006. Verstraete. Microbial Fuel Cells for
Wastewater Treatment. Water Science & Technology; 54 (8): 9–15
Bond, D.R, D.E. Holmes, L.M. Tender, D.R. Lovley. 2002. Science 295, 483-485.
Borisova, Antoaneta. 2013. Food Waste in Denmark: Investigating The Antecedents Of Food
Waste Avoidance Among Danish Households. Denmark: Aarhus School Of Business.
Brownson DAC, Kampouris DK, Banks CE. 2011. An overview of graphene in energy production
and storage applications. J Power Sources, 196: 4873–4885.
Cai, Pingwei., Wen, Zhenhai. 2015. Graphene-based electrode materials for microbial fuel cells.
Sci China Mater, 58: 496–509. ResearchGate.
Damanhuri, Erni dan Tri Padmi. 2010. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Chen, Y., Z. Lv, J. Xu, D. Peng, Y. Liu, J. Chen, X. Sun, C. Feng, C. Wei,. 2012. Stainless steel
mesh coated with MnO2/carbon nanotube and polymethylphenyl siloxane as low-cost and
high-performance microbial fuel cell cathode materials, J. Power Sources 201, 136–141.
Huang YX, Liu XW, Xie JF, et al. 2011. Graphene oxide nanoribbons greatly enhance
extracellular electron transfer in bio-electrochemical systems. Chem Commun, 47: 5795–
5797
L. Li, M. Wang, N. Cui, Y. Ding, Q. Feng, W. Zhang, X. Li,. 2016. CeO2doped Pt/C as an efficient
cathode catalyst for an air-cathode single-chamber microbial fuel cell. RSC Adv. 6,
25877–25881.
Li, Meng., Zhou, Shaoqi., Mingyi, Xu. 2017. Graphene oxide supported magnesium oxide as an
efficient cathode catalyst for power generation and wastewater treatment in single
chamber microbial fuel cells. Chemical Engineering Journal 328 106–116. Elsevier.
Lidiawati, Tuani. 2016. Pengolahan Sampah di Perguruan Tinggi dan Kontribusinya Terhadap
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Surabaya: Universitas Surabaya
17
Liu,Kong-Sheng dkk. 2013. Electrical Analysis of Compost Solid Phase Microbial Fuel Cell.
Taiwan: Hydrogen Energy Publications,LLC.
Lu, M., S. Kharkwal, H.Y. Ng, S.F.Y. Li. 2016. Biosens. Bioelectron. 26, 4728-4732.
Lovley DR. 2006. Bug Juice: Harvesting Electrocity With Microorganisms. Journal of Nature Reviews
Microbiology 4(7):497-508.
Ma, Jinxing., Wang, Zhiwei., Suor, Denis., Liu, Shumeng., Li, Jiaqi., Wu, Zhichao. 2014.
Temporal variations of cathode performance in air-cathode single-chamber microbial fuel
cells with different separators. Journal of Power Sources 272, 24-33. Elsevier.
Mohan, Venkata dkk. 2011. Canteen Based Composite Food Waste As Potential Anodic Fuel For
Bioelectricity Generation in Single chambere microbial fuel cell (MFC) : Bio-
electrochemical evaluation under increasing substrate loading condition. India: Hydrogen
Energy Publications,LLC.
Nastro, R.A. 2013. Microbial Fuel Cells in Waste Treatment: Recent Advances. International
Journal of Performability Engineering Vol. 10, No. 4, pp. 367-376.
Parot, Sandrine et. al. 2007. Forming electrochemically active biofilms from garden compost
under chronoamperometry. Laboratoire de Ge´nie Chimique-CNRS-INPT, 5 Rue Paulin
Talabot, 31106 Toulouse, France
Rabaey, K. and W. Verstraete. 2005. Microbial Fuel Cells: Novel Biotechnology for Energy
Generation. Trends in Biotechnology, 23 (6): 291-298.
Reguera, G., K.D. McCarthy, T. Mehta, J.S. Nicoll, M.T. Tuominen, D.R. Lovley. 2005. Nature
435, 1098-1101.
Rosenbaum, M., Z. He and L.T. Angenent. 2010. Light Energy to Bioelectricity: Photosynthetic
Microbial Fuel Cells. Current Opinion in Biotechnology; 21: 259–264.
18
Santoro, C., I. Ieropoulos, J. Greenman, P. Cristiani, T. Vadas, A. Mackay, B. Li,. 2013. Current
generation in membraneless single chamber microbial fuel cells (MFCs) treating urine. J.
Power Sources 238, 190–196. Elsevier.
Santoro, C., Arbizzani, C., Erable, Benjamin., Ieropoulos, I. 2017. Microbial fuel cells: From
fundamentals to applications. A review. Journal of Power Sources 356 225-244. Elsevier.
Wang C, Li D, Too CO, et al. 2009. Electrochemical properties of graphene paper electrodes used
in lithium batteries. Chem Mater, 21:2604–2606
Wang CT dkk. 2013. Electrical analysis Electrical Analysis of Compost Solid Phase Microbial
Fuel Cell. Taiwan: Hydrogen Energy Publications,LLC.
Wang, C.T., Lee, Y.C. and Liao, F.Y., 2015. Effect of composting parameters on the power
performance of solid microbial fuel cells. Sustainability, 7(9), pp.12634-12643.
19
LAMPIRAN
1. Format Justifikasi Anggaran
2. RENCANA/ LAPORAN PENGGUNAAN DANA
3. PENELITIAN TAHUN 2018
4.
Ketua Peneliti/ : Cagayana
NIM : 21080114140116
Departemen : Teknik Lingkungan
Fakultas : Teknik
Judul Penelitian/ : PENGARUH VOLUME SAMPAH PADAT ORGANIK
DAN VARIASI SUMBER BAKTERI TERHADAP
KINERJA SOLID PHASE MICROBIAL FUEL CELL
(SMFC)
Total Dana (100%) : Rp 40.000.000
Biaya Satuan
No Uraian Vol Satuan Jumlah (Rp)
(Rp)
a b c d e f
I BELANJA HONORARIUM DILUAR TIM PENELITI (MAKS 30%) 4.000.000
20
Biaya Satuan
No Uraian Vol Satuan Jumlah (Rp)
(Rp)
a b c d e f
(Cagayana)
NIM. 21080114140116
21