Direktur
TAHUN
NO URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 ● ●
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Pengurusan Ijin X X X
2 Sosialisasi Kepada Masyarakat X X X X ● ● ● ● ● ●
3 Tata Batas, Pembebasan dan X X X X
Penyerahan Lahan
TAHAP KONSTRUKSI
1 Sosialisasi Kegiatan Proyek X X
2 Perekrutan Tenaga Kerja X X X X X
3 Pemberdayaan Masyarakat (CD) X X X X X
4 Mobilisasi Alat Berat dan Material X X X X X X
a. Pengurusan Perizinan
b. Sosialisasi Kegiatan
Perlindungan Upah
- Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Upah pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada
pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarannya
ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
- Tunjangan Tetap
Adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan
yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarga nya serta
dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran
upah pokok seperti : tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan
perumahan, tunjangan kematian.
Penanganan K3
- Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan atau
kesehatan kerja.
Permenaker No. Per. 02/Men/1992 tentang tatacara penunjukkan,
kewajiban dan wewenang ahli K3.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/Men/1978 tentang P2K3
serta tatacara penunjukkan ahli K3.
Mengenai hak tenaga kerja, pihak perusahaan akan memberikan hak-
hak yang sesuai dengan peraturan yang ada (UU No.13 tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan dan Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Barat Nomor 740/KPTS/NAKER/2008 tentang
Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum
Sektoral Provinsi (UMSP) Provinsi Kalimantan Barat serta kebijakan
perusahaan. Sistem pengupahan akan disesuaikan dengan UMR dan
kapasitas tenaga kerja (pengalaman kerja). Disamping upah, tenaga
kerja juga akan mendapatkan bonus, premi, uang hasil lembur dan
hasil pekerjaannya. Selain itu, para pekerja juga akan mendapatkan
jaminan sosial tenaga kerja yang berupa jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Dan untuk Pemutusan hubungan Kerja (PHK), mekanismenya akan
disesuaikan dengan peraturan yang ada(UU No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan) dan kebijakan perusahaan, termasuk di
dalammnya pemberian pesangon dan sistem pensiun.
Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan para pekerja, maka
akan dilakukan beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, seperti
pendidikan dan latihan (diklat), kursus, dan studi banding terkait
dengan bidang pekerjaan masing-masing. Kegiatan peningkatan
kapasitas ini dimaksudkan untuk mencapai produktivitas dalam
pengusahaan perkebunan kelapa sawit.
Satgas Satlak
Satgas
Penyelesaian Perselisihan
Permasalahan
2. Tahap Kontruksi
Pada tahap konstrluksi meliputi kegiatan Sosialisasi Kepada
masyarakat,Perekrutan Tenaga Kerja, Pemberdayaan Masyarakat (CD),
Mobilisasi alat berat dan material, Pembukaan Lahan, Pembangunan Fasilitas
Sarana dan Prasarana, Budidaya Tanaman Kelapa Sawit, Konservasi Tanah
dan Air, Pemeliharaan TBM, Pembangunan Pabrik Pengolahan dan IPAL
Tabel 1. 7Jumlah dan Spesifikasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Berdasarkan Tahapan Kegiatan
Jumlah Tahun
No. Tahapan Kegiatan Tenaga Spesifikasi Pelaksanaan Keterangan
Kerja Rekruitmen Status
A. Pra Konstruksi
3. Sosialisasi 2
Kepada - Dilaksanakan oleh
Masyarakat
KOMISARIS
DIREKTUR
GENERAL
MANAGER
Tingkat KANTOR
Pusat PERWAKILAN
Proyek
Ass. Umum
& Finance
Kepala Kabag PengolahanKabag
Afdeling Teknik Umum
Karyawan
Mandor Ass. Gudang Pabrik Ass. Kantor
Besar Shift
Mandor Karyawan
Pabrik
Karyawan
Kebun
- Pendidikan & - Pihak perusahaan berkerjasana dengan Dinas Pertanian setempat 2016
Latihan (diklat) memberikan pendidikan dan latihan (transfer ilmu) kepada petani kebun
kelapa sawit
- Memberikan pendampingan kepada para petani agar bisa menanam
kelapa sawit dengan benar dan tumbuh subur.
- Memberikan pendidikan mengenai cara pengelolaan tanaman
kelapa sawit, tanaman karet dan tanaman pangan
- Kelembagaan - Pembentukan KUD, sebagai mediator antara masyarakat dengan 2016
perusahaan yang akan mengelola pembangunan berbasis potensi Desa,
sehingga pengelolaanya dapat berjalan lebih terarah dan terukur.
- Memberikan pendidikan dan latihan (diklat) di bidang perkoperasian
baik managemen, pengelolaan keuangan koperasi, sistem akutansi
koperasi, bagaimana melaksanakan RAT dll.
- Membangun sarana dan prasarana peribadatan sesuai dengan
kepercayaan yang diyakini masyarakat (gereja, masjid dan lain
sebagainya) serta rumah adat yang dapat digunakan bagi pembinaan
kerukunan bermasyarakat.
- Pendidikan - Rehabilitasi Gedung Sekolah dan pemberian beasiswa terhadap anak 2016
yang berprestasi, bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat,
dengan tujuan memberikan ketenangan tenaga didik dan peserta didik
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
- Pengadaan Kepustakaan, dengan tujuan meningkatkan minat baca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan. Adapun buku-bukunya selain 2016
mata ajar sesuai Ketentuan Depdiknas ditambah dengan buku bacaan
yang berkaitan dengan pengembangan potensi lingkungan desa.
- Penyelenggaraan pendidikan & Pelatihan, baik kepada penambahan
ilmu pendidikan, seperti mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika dll,
maupun memberikan bimbingan dan pelatihan terhadap masyarakat tani 2016
(transfer ilmu) tentang tata cara pengelolaan tanaman kelapa sawit yang
selama ini mereka garap/kelola secara tradisional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di desa studi.
- Kesehatan - Pembuatan MCK 2017
- Pengaturan Pemeliharaan Ternak, yaitu dengan menghimbau dan 2017
mengajak masyarakat untuk mengkandangkan hewan peliharan agar
kotorannya tidak berserakan dimana-mana dan menjadi pembawa
penyakit.
- Pengadaan poliklinik sebaga pusat kesehatan masyarakat dan karyawan 2017
sekitar areal likasi kegiatan
- Ekonomi - Pembangunan Kebun Masyarakat 2018
- Pemanfaatan Lahan kritis untuk tanaman pangan 2018
- Kerjasama dengan koperasi (KUD maupun Koperasi perkebunan ) 2019
untuk kegiatan ekonomi
o Evaluasi Program
Berdasarkan studi banding PT. Karya Bakti Agro Sejahtera
sebelumnya, program pemberdayaan masyarakat yang telah
berjalan saat pembangunan PT. Karya Bakti Agro Sejahtera
sebelumnya yaitu pembangunan PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini) yang terletak di Desa Kedondong, Pembangunan
rumahg adat dan gereja yang terdapat di Dusun Bentawan.
Tahun
Jumlah
Jenis Kendaraan Pengadaa Status
(Unit) n
A. Alat Berat
1. Bulldozer 6 2016 Sewa
2. Excavator 6 2016 Sewa
3. Motor Grader 10 2016-2017 Sewa
4. Compactor 5 2016 Sewa
5. Backhoe Loader 6 2016 Sewa
6. Wheel Tracktor 12 2016-2017 Sewa
B. Kendaraan Operasional
1. Truck 8 2016
2. Trailer 10 2016
3. Jeep Taft 3 2016-2017 Milik
4. Pick Up 8 2017 perusahaan
5. Sepeda Motor 15 2016-2017
Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2015
Kegiatan ini dapat berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap
Peningkatan debu dan gas, yang menimbulkan persepsi negatif
masyarakat. Perubahan kualitas udara terjadi akibat peningkatan debu
dan gas karena pada kegiatan ini mobilisasi kendaraan perusahaan cukup
tinggi sehingga menimbulkan debu pada jalan yang dilewatinya serta
emisi gas buang dari beberapa kendaraan berat yang beroperasi
sedangkan dampak lain adalah kebisingan disebabkan penggunaan
kendaraan pengangkut yang besar menyebabkan adanya suara bising
yang mengganggu sehingga timbul persepsi negatif serta menurunnya
kesehatan lingkungan dan masyarakat akibat adanya perubahan kualitas
udara dan kebisingan di lokasi setempat.
e. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan secara langsung akan mempengaruhi kondisi ekologis
tanaman dan kondisi-kondisi lain yang berkenaan dengan kesuburan
tanah. Luas lahan yang akan dibuka untuk penanaman kelapa sawit
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1. 11Rencana Pembukaan Lahan
Gambar 1. 13Gorong-gorong
a) Pembibitan
Deskripsi Jumlah
a. Kecambah diterima 200, seleksi 3-5 %
b. Kecambah ditanam di persemaian 190, seleksi 5-7,5 %
(Pre Nursery)
c. Semai dipindah ke Large-bag ± 180, seleksi 10-15 %
(Main Nursery)
d. Bibit siap tanam, termasuk 150, seleksi 25 %
kebutuhan untuk sisipan (±10 %)
Sumber : Asian Agri (Manual Sawit)
b) Pembuatan Embung
Pembuatan embung (cekungan air) dimasukkan untuk
menampung air pada daerah cekungan pada aliran anak sungai
kecil, yang berguna untuk persediaan air baku, air minum
karyawan, cadangan air untuk kegiatan pest control serta untuk
cadangan air guna mengantisipasi kemungkinan kebakaran lahan.
Bangunan embung ini akan dilakukan pada tempat kerendahan
terutama pada daerah cekungan-cekungan air, yang berair pada
musim penghujan dan badan air tidak memiliki aliran deras.
Pembuatan kolam-kolam cadangan air akan dibuat jauh dari
sungai, dimana jumlah dan luasnya akan disesuaikan dengan
a) Pembangunan Pabrik
c. Pemanenan
e. PengolahanHasil Panen
Air dari water tower pengolahan air minum, dari hasil penyaringan
perlu dilakukan proses sterilisasi untuk membersihkan air dari
kuman-kuman. Proses pembasmian kuman-kuman biasa disebut
dengan klorinisasi dengan penambahan senyawa chlor, yang umum
digunakan misalnya kaporit (NaOCl). Dengan penambahan kaporit,
protoplasma dari bakteri mati sehingga siap untuk diolah sesuai
keperluan atau untuk memenuhi syarat-syarat teknis maupun
higienis.
Air untuk kebutuhan pabrik digunakan air yang bebas dari silika,
Mg, Ca dan lain-lain yang dapat menyebabkan kerak pada boiler,
sehingga diperlukan proses pelunakan air yang bertujuan untuk
menurunkan kesadahan air, silika TDS dan kandungan oksigen
dalam air sehingga memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
umpan boiler.
Air yang berasal dari menara air tidak dapat secara langsung
digunakan untuk kebutuhan boiler. Air untuk umpan boiler tersebut,
terlebih dahulu diproses secara demineralisasi dan deaerasi guna
mencegah kerusakan boiler. Tujuan proses ini adalah untuk
memperoleh air yang bebas dari mineral dan garam-garam alkali.
Proses pengolahan air untuk kebutuhan boiler adalah sebagai
berikut:
Penukaran Kation (Cation Exchanger)
Penukaran kation dilakukan dengan mengalirkan air (menara air)
kedalam bejana mengandung resin penyerapan kation. Resin yang
digunakan bersifat asam kuat seperti asam sulfat.
Penukaran Anion (Anion Exchanger)
Penukaran anion dilakukan dengan cara mengalirkan air kedalam
bejana mengandung resin zeolit yang bersifat basa kuat seperti
Jumlah
No Nama Kegiatan Kebutuhan Sumber air
(m3/hari)
1. Mandi, Cuci dan 1318 org x 70,8 Air permukaan dan
Kakus (MCK) 0,05 m3/hari air tanah
2. Kebutuhan Minum 1318 org x 10,48 Air permkaan dan air
Karyawan 0,008 tanah
m3/hari
3. Operasional Pabrik 0,04 m3/s x 3592 Air permukaan dan
PKS 3600 s x 18 air tanah
jam
4. Operasional kebun 285 m3/hari 385 Air permukaan dan
air tanah
Jumlah total kebutuhan air 2747,64 Air permukaan dan
air tanah
Sumber : Analisis Tim Penyusun AMDAL PT. Karya Bakti Agro Sejahtera, 2015
g) Pengangkutan CPO
Aktivitas mikro organisme yang merusak terutama terjadi saat
dilakukan pengolahan kernel, dengan demikian kernel yang basah
saat keluar dari hydrocyclone harus segera dikeringkan untuk
menghindari kerusakan yang dapat terjadi oleh jasad-jasad hidup,
sehingga dapat menurunkan kualitas. Hasil produksi PKS disimpan
dalam tangki penimbunan CPO. Kernel akan disimpan dalam karung
goni berkapasitas 80 kg, kemudian ditimbun dalam gudang. Gudang
dijaga kebersihannya, disediakan ventilasi yang baik agar tersedia
udara kering.
Pengangkutan CPO dari pabrik ke tangki timbun akan dilakukan
melalui jalan darat.
Gambar 1. 21 Pengolahan
Kelapa Sawit
Dari kegiatan pengolahan hasil ini akan berpotensi menimbulkan
dampak peningkatan jumlah cemaran berupa limbah cair, padat dan
gas. Pasir atau tanah dari perkebunan, tandan buah, ampas, kulit
kering batok/cangkang serta lumpur dari kolam pengolah limbah
cair merupakan bentuk limbah padatan. Sedangkan limbah cair
berasal dari pengembunan uap air. Limbah gas dihasilkan dari
penguraian bahan organik yang terkandung dalam buangan cair dan
gas dari hasil pembakaran bahan bakar pada ketel uap boiler dan
incinerator, dari kegiatan ini akan menimbulkan dampak
penurunan kualitas udara.
Kisaran Dosis
Umur Jenis Pupuk (Kg/Pk/Thn)
2 – 5 tahun Urea 0,5 – 1,5
RP 0,5 – 1,0
MOP 1,0 – 2,5
Kieserit 0,5 – 1,0
6 – 12 tahun Urea 1,0 – 3,0
RP 1,0 – 2,0
MOP 1,5 – 3,0
Kieserit 1,0 – 2,0
> 12 tahun Urea 1,0 – 2,0
RP 1,5 – 1,0
MOP 1,5 – 2,0
Kieserit 0,5 – 1,5
Sumber: Hasil Penelitian BPPM/RISPA (1990)
Perhitungan :
Berdasarkan kurva titrasi di atas maka jumlah kapur yang
diperlukan untuk menetralkan pH limbah dari pH ± 3,5 (pH rata-
rata limbah cair PKS) menjadi pH 7,2 diperlukan sekitar 250 mg
kapur tohor/liter limbah atau 250 mg/dm3 limbah atau 250 g
kapur tohor/m3 limbah. Jika air limbah yang dihasilkan per hari
adalah 600 m3 maka kapur tohor yang diperlukan adalah 150 kg
kapur tohor/hari.
Pengolahan Biologi (Secondary Treatment)
Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan secara biologi
adalah eksploitasi kemampuan mikroba dalam mendegradasi
senyawa-senyawa polutan dalam air terutama senyawa organik.
Pada proses degradasi senyawa-senyawa tersebut akan diubah
menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak berbahaya
bagi lingkungan. Proses degradasi mikroba dapat berlangsung
secara anaerobik dan aerobik.
Transfer rate
Aeration system (Kg O2/kW.jam)
Surface low-speed 0,7 – 1,5
Surface high-speed 0,7 - 1,2
Submerged turbine with sparger 0,7 – 1,0
Sumber : Pahan, 2006
Jumlah
No Proses Dimensi
Kolam
1. Saringan kasar 1 (20x10x2) m3
2. Koagulasi dan Flokulasi 1 (40x30x3) m3
3. Flotasi dan Pengutipan minyak 1 (30x20x3) m3
4. Pengasaman 1 (60x30x3) m3
5. Pendingin dan Netralisasi 1 (40x30x3) m3
6. Kolam anaerob primer 2 @ (90x30x6) m3
7. Kolam anaerob sekunder 2 @ (50x30x5) m3
8. Aerasi 1 (70x30x5) m3
9. Sedimentasi 1 (20x10x5) m3
10. Kontrol 1 (40x30x3) m3
11. Pengeringan lumpur anaerob 1 (90x60x4) m3
@ (30x20x0,5)
12 Pengeringan lumpur aerob 4
m3
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2015.
e). Limbah B3
Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Harus Memperhatikan
(1). Karakteristik pelumas yang disimpan.
(2). Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas.
(3). Pola penyimpanannya di buat dengan sistem blok, sehingga
dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap
kemasan jika terjadi kerusakan dan apabila terjadi kecelakaan
dapat ditangani.
(4). Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga
dapat digunakan untuk lalu lintas manusia dan kendaraan
pengangkut (forklit).
(5). Penumpukan kemasan harus memperhatikan tumpukan
kemasan. Jika berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan
maksimum 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi dengan paket
dan bila tumpukan lebih dari 3 (lapis) atau kemasan di buat dari
plastik, maka harus dipergunakan rak.
(6). Lokasi penyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul
disekelilingnya dan dilengkapi dengan saluran pembuangan
menuju bak penampungan yang kedap air. Bak penampungan
dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum
atau tangki harus di atur sedemikian sehingga bila terguling
tidak menimpa tangki lain.
(7). Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai
dengan lantai kedap air.
Penghasil Limbah B3
Penyimpanan
Pengumpulan
Pengangkutan Pengolahan
Pembuangan Akhir
d. Demobilisasi Peralatan
Pemindahan alat yang telah selesai digunakan tidak berbeda jauh
dengan kegiatan mobilisasi peralatan pada tahap konstruksi. Peralatan
yang statusnya sewa akan dikembalikan ke pemiliknya sedangkan
peralatan yang statusnya hak milik perusahaan akan dilelangkan secara
umum.
Demobilisasi alat-alat berat tersebut berpotensi menimbulkan dampak
penurunan kualitas udara dan kebisingan karena arus mobilisasi
pengangktan peralatan/alat berat tesebut tetapi dalam presentase yang
kecil karena hanya dilakukan dalam jangka waktu yang singkat dan
tidak secara terus menerus.
1. Lokasi Pabrik
Penentuan alternatif lokasi pabrik diperlukan karena pertimbangan kebutuhan
air untuk operasional pabrik sehingga memerlukan sumber air yang tersedia
sepanjang tahun atas pertimbangan tersebut sumber air yang dimungkinkan
adalah memanfaatkan sungai disekitar wilayah studi, sedangkan alternative
lain adalah pembangunan waterpond atau waduk disekitar pabrik.
Aktivitas pabrik akan berpengaruh terhadap lingkungan fisik kimia dan
lingkungan biologi (manusia, hewan, tumbuhan) Sehingga judgementintern
perusahaan dalam penentuan alternatif lokasi pabrik harus mempertimbangan
lingkungan tidak hanya pertimbangan ekonomis dan teknis saja.
Berdasarkan aktivitas pabrik yang meliputi pengangkutan hasil panen ke
pabrik, pengolahan kelapa sawit, pengelolan limbah pabrik serta
penampungan dan pengangkutan CPO maka perlu dipertimbangkan dalam
kajian pemilihan alternatif lokasi pabrik adalah faktor-faktor berikut ini :
- Jarak lokasi pabrik dan aktivitasnya dengan pemukiman.
Pada lokasi pabrik alternative 1 memiliki jarak dengan pemukiman ±
antara 100 – 500 meter dari sebelah barat sungai kendawangan.
Sedangkan pada lokasi alternative pabrik 2 jarak antara pemukima
diprakirakan > dari 500 meter, namun aktivitas masyarakat dan
perkebunan disekitar areal menjadi pertimbangan pemilihan alternative.
2. Pola Kemitraan
PT. Karya Bakti Agro Sejahtera juga akan membuka pola kemitraan dengan
masyarakat berupa pola kemitraan usaha seperti :
Jasa pemasok bahan baku.
Kegiatan usaha lainnya yang mungkin dapat dijalankan perusahaan dengan
bermitra pada masyarakat setempat adalah jasa pemasok bagi masyarakat
sekitar yang memiliki peternakan ayam petelur untuk memasok telur ke jasa
boga pada perusahaan. Ada beberapa kegiatan usaha yang dapat dijalankan
untuk membantu memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, seperti
bengkel mesin, dsb.
Dan untuk pola kemitraan produksi dengan masyarakat, seperti :
Pengadaan bibit
Masyarakat sekitar areal perkebunan PT. Karya Bakti Agro Sejahtera,
dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan dalam pengadaan bibit
dengan benih dari perusahaan, dan persemaian dilakukan masyarakat,
dengan sebelumnya ada pelatihan untuk masyarakat dalam melakukan
persemaian sesuai standar perusahaan, sehingga bibit yang dijual
masyarakat ke perusahaan siap tanam.
Jasa pengangkutan bibit siap tanam
Jasa pengangkutan ini juga bisa dilakukan perusahana dengan bermitra
pada masyarakat sekitar yang memiliki kendaraan angkut seperti truk dan
atau pick up.
1. Iklim
Faktor iklim merupakan salah satu faktor relatif sukar dirubah. Data iklim pada tabel
dibawah ini diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Udara Rahadi
Oesman Ketapang sebagai stasiun pengamat cuaca terdekat di Kecamatan
Kendawangan. Rata-rata curah hujan sepanjang tahn 2013 di Kecamatan
Kendawangan adalah 190,99 mm, rata-rata hari hujan sepanjang tahun 2013
sebanayak 13 hari. Curah hujan tertinggi disepanjang tahun 2013 terjadi pada bulan
Desember dengan curah hujan mencapai 608,50 mm, sedangkan curah hujan terendah
terjadi pada bulan Oktober yang internsitas curah hujannya mencapai 30,00mm.
Sedangkan di Kecamatan Marau intensitas curah hujan sekitar 212.33 mm dengan
rata-rata hari hujan sekitar 12 hari. Curah hujan terendah sepanjang tahun 2013 terjadi
di bulan Juni yaitu sekitar 96,00 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 7 hari. Curah
hujan tertinggi mencapai 400,00 mm terjadi pada bualn Desember dengan jumlah hari
hujan cukup tinggi yaitu 17 hari hujan.
2. Curah Hujan
Areal survei yang terletak di Kecamatan Kendawangan dan Kecamatan Marau di
Kabupaten Ketapang memiliki curah hujan yang tidak terlalu berbeda.berikut adalah
daftar tabel curah hujan di lokasi survei:
a. Kelembaban udara
b. Penyinaran matahari
Fisiograsi/Topografi
Berdasarkan peta sistem lahan Lembar Kendawangan (RePPProT, 1987) di lokasi
kajian terdapat 5 satuan Fisiografi dan 5 kelas lereng sebagai berikut :
1. Sistem Lahan dan Kajapah (KJP)
Sistem lahan ini merupakan fisiografi dataran lumpur di daerah pasang surut
dibawah vegetasi bakau dan nipah. Bentuk wilayah datar, lereng < 2 % dan beda
tinggi < 2 m di lokasi kajian fisiografi ini dijumpai di kiri kanan Sungai Kjelay,
hingga beberapa ratus meter ke darat.
2. Sistem Lahan Mendawai (MDW)
Sistem lahan ini dijumpai lebih ke darat dari sistem lahan KJP, sebagian
berbatasan dengan sistem lahan KJP, merupakan fisiografi rawa-rawa gambut
dangkal. Bentuk wilayah datar, lereng < 2 % dan beda tinggi < 2 m.
3. Sistem lahan Kahayan (KHY)
Sistem lahan ini dijumpai di bagian legih ke darat dari sistem lahan KJP.
Merupakan dataran pantai sungai yang tegabung. Bentuk wilayah datar agak
HASIL
PEMERIKSAAN BAKU
NO PARAMETER SATUAN METODE
MUTU
U-1 U-2
A FISIKA
1 Kebisingan dB 60.3 50.5 **) Sound Level Meter
2 Suhu o
C 30.6 30.3 - Multigas anayser
3 Kelembaban % 82.0 80.5 - Quest Temp
B KIMIA
1 Sulfure Dioksida (SO2) µg/Nm3 2.7 3.5 365 *) Multigas anayser
Karbon Monoksida
2 µg/Nm3 3.7 5.5 10.000 *) Multigas anayser
(CO)
3 Nitrogen Oksid (NOx) µg/Nm3 0.5 0.7 150 *) Multigas anayser
4 Hidrogen Sulfide (H2S) ppm 0.0 0.0 0,02 ***) Multigas anayser
5 Amonia (NH3) µg/Nm3 0.10 0.15 0,5 ****) Gastec
6 Partikel Debu (SPM) µg/Nm3 18 23 230 *) Laser Dust Monitor
Sumber : Hasil Pengamatan dan Analisa Unit Laboratorium Kesehatan Pontianak,
2015 Keterangan :
U 1 : Batas timur PT. Karya Bakti Agro Sejahtera
U 4 : Batas selatan PT. Karya Bakti Agro
Sejahtera
Dampak terhadap komponen lingkungan kualitas udara, emisi dan kebisingan adalah
sebagai akibat mobilisasi alat berat dan operasional kendaraan, kegiatan pembukaan
lahan, pembangunan sarana dan prasarana.
Pada tahap konstruksi yaitu kegiatan mobilisasi peralatan dan pembukaan lahan akan
menimbulkan peningkatan kadar partikel debu di udara dan kebisingan di sekitar areal
rencana kegiatan. Pada tahap operasi, kegiatan pengangkutan hasil panen akan
memberikan pengaruh terhadap kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan, terutama
peningkatan kadar debu di udara. Peningkatan kadar debu akan membawa dampak
negatif terutama bagi tanaman di sekitar jalur jalan dan juga bagi para pekerja dan
penduduk yang tinggal di sekitar lintasan mobilisasi dan operasional kendaraan
proyek tersebut yang akan mengeluarkan asap dan akan dapat memberikan kontribusi
penurunan terhadap kualitas udara di sekitarnya. Asap tersebut mengandung debu dan
gas-gas seperti CO, NOx dan SOx.
5. Kebisingan
Result 8)
Code of samples Unit Method
(kebisingan)
Titik 2. Bagian TimurPT. Karya Bakti Agro
Sejahtera dB (A) 60.3 Sound Level Metric
Titik 3. Bagian Selatan, PT. Karya Bakti Agro
Sejahtera dB (A) 50.5 Sound Level Metric
Sumber : Hasil Pengamatan dan Analisa Unit Laboratorium Kesehatan Pontianak, 2015
Tabel 2. 6 Hasil Analisa Kualitas Air untuk Parameter Fisika dan Kimia Beberapa Sampel Air Permukaan
di Wilayah Studi
KADAR HASIL
NO PARAMETER SATUAN METODE
MAKS*) A-1 A-2 A-3 A-4 A-5
1 Residu Tersuspensi (TSS) Mg/L - 42 55 30 55 31 Spectrofotometri
2 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1500 55 65 42 60 43 TDS Meter
3 Temperatur 0
C ±3 27.6 27.8 27.5 27.4 27 Ion selektif
4 Turbidity Skala NTU 5 18 23 17 27 17 Turbiditimeter
5 Warna Pt.Co 15 35 58 46 56 46 Spectrofotometri
6 Rasa - - - - - Organoleptis
7 Bau - - - - - Organoleptis
8 Debit - - - - - Organoleptis
9 Daya Hantar Listrik (DHL) - - - - - Ion Selektif
10 Arsen ( As ) Mg/L 0,05 0.001 0.00 - - - Spectofotomettri
11 Amoniak (NH4) Mg/L 0,00 0.05 0.5 0.00 0.00 0.00 Spectofotomettri
12 Aluminium (Al) - - 0.02 0.18 0.02 Spectofotomettri
13 Besi (Fe) Mg/L 1,0 0.132 0.165 - - - Spectofotomettri
14 Cadmium (Cd) Mg/L 0,005 0.00 0.00 0.218 0.001 0.217 Spectrofotometri
15 COD Mg/L - 3 2 0.00 8 0.00 Spectrofotometri
16 BOD Mg/L - 0.35 0.33 2 1.2 2 BOD meter
17 DO Mg/L - 6.15 6.25 1.5 5.15 1.96 DO meter
18 Fluorida (F) Mg/L 1,5 0.0002 0.00 5.65 0.001 5.65 Spectrofotometri
25 Mangan (Mn) mg/L 0,5 0.03 0.03 0.05 0.05 0.05 AAS
26 Magnesium (Mg) - - - - - AAS
27 Nitrat(NO3) Mg/L 10 0.028 0.020 0.066 0.062 0.066 Spektrofotometri
28 Nitrit(NO3) Mg/L 1,0 0.002 0.002 0.005 0.004 0.005 Spektrofotometri
29 pH Mg/L 6,5-9,0 6.62 5.30 5.72 6.15 5.72 Spektrofotometri
30 Selenium (Se) Mg/L 0,01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 AAS
31 Seng (Zn) Mg/L 1,5 0.15 0.1 0.19 0.12 0.19 Spektrofotometri
32 Sianida (CN) Mg/L 0,1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Spektrofotometri
33 Sulfat (SO )4
Mg/L 400 4.258 4.725 5.125 6.146 5.122 Spektrofotometri
34 Sulfida (H2S) Mg/L - 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 Spektrofotometri
35 Salinitas - - - - - Salinometer
36 Timbal (pb) Mg/L 0,05 ≤0.001 ≤0.001 ≤0.001 ≤0.001 ≤0.001 AAS
Tabel 2.7 Hasil Analisa Biota Air PT. Karya Bakti Agro Sejahtera
A1 A2 A3 A4 A5
No Genera
Ind./Lt % Ind./Lt % Ind./Lt % Ind./Lt % Ind./Lt %
1. Navila 15 4,11 15 21,13 7 6,31 18 6,45 33 32,35
2. Synedra - - - - - - - - - -
3. Desmidium 18 4,93 8 21,13 11 9,91 76 27,24 15 14,70
4. Nitzchia - - - - - - - - - -
5. Asterionella 115 31,51 12 16,90 25 22,52 54 19,35 12 11,76
6. Spirogyra 55 15,07 17 23,94 17 15,31 74 26,52 8 7,84
7. Rhopaloidea - - - - - - - - - -
8. Oscillatoria 2 0,55 - - - - - - - -
9. Rhapidium - - - - - - - - - -
10. Scenedesmus 75 20,55 12 16,90 10 9,01 40 14,34 13 12,74
11. Diatomae - - - - 3 2,70 - - 5 4,90
12. Closterium 5 1,37 - - - - 5 - - -
13. Cosmarium - - - - 5 4,50 - 1,79 - -
14. Gomphonema 5 1,37 - - - - - - - -
15 Chlorella - - 2 2,82 - - - - 3 2,94
16. Amphora - - 5 7,04 - - - - - -
17. Chatypna 4 1,09 - - - - 3 1,07 2 1,96
18. Euglena - - - - - - - - 2 1,96
19. Nauplius 62 16,99 - - 13 11,71 7 2,51 6 5,88
20. Copepada 2 0,55 - - - - - - - -
21. Dinocharis 4 1,09 - - 10 9,01 - - - -
22. Asplanchanna 3 0,82, - - 7 6,31 - - - -
23. Nebelia - - - - 3 2,70 2 0,72 3 2,94
Jumlah Genera 13 7 11 9 11
Kelimpahan Total 365 71 111 279 102
(ind./Lt)
Indeks Keragaman (H‟) 1,8679 1,8050 2,2204 1,7281 2,0371
Indeks Dominasi (D) 0,1979 0,1775 0,1254 0,2078 0,1709
Indeks Kemerataan (E) 1,6768 2,1358 2,1321 1,8110 1,9561
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Kesehatan, 2015
Keterangan :
A1 = Up stream Sungai Kendawangan A2 = Down Stream Sungai Kendawangan A3 = Air Rawa A4=Air
konsumsi kebutuhan sehari-hari A5 = Sungai Membuluh
Tabel 2. 7 Klasifikasi Tanah dari Tingkat Ordo Hingga Great group (jenis tanah) di
Lokasi Informasi Pencadangan Lahan
Dari analisis sifat-sifat kiia tanah dapat disimpulkan bahwa untuk pengusahaan
komoditas pertanian, khususnya kelapa sawit di Lokasi Pencadangan Lahan
diperlukan pupuk N, P dan K serta pengapuran dalam dosis yang cukup tinggi.
Dalam penelitian ini komoditas yang dinilai adalah tanaman kelapa sawit. Hasil
evaluasi lahan yang disajikan pada Tabel. 20, merupakan evaluasi lahan secara
fisik berdasarkan data lapangan. Evaluasi lahan secara fisik merupakan hasil
evaluasi lahan yang didasarkan sifat biofisik, yaitu kualitas lahan (land quality)
yang direfleksikan oleh karakteristik lahan (land characteristic) dicocokkan
(matching) dengan persyaratan tumbuh tanaman (crop requirements).
Kelas kesesuaian lahan secara fisik untuk tanaman kelapa sawit yang dinilai pada
setiap unit satuan lahan, dikelompokkan berdasarkan kelas dan subkelas.
Klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu : sangat sesuai
(S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai (N). Pada tingkat
subkelas dicantumkan faktor pembatas/penghambat bagi pertumbuhan tanaman,
ditulis dengan simbol yang diletakkan setelah simbol kelas kesesuaian lahannya.
Sebagai contoh S3-s yaitu lahan sesuai marginal dengan faktor
pembatas/penghambat lereng.
Untuk memperlihatkan penyebarannya, hasil evaluasi lahan tanaman kelapa
sawit ini disajikan dalam bentuk peta Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa
Sawit.
Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit menunjukkan
bahwa lahan di lokasi pencadangan lahan tergolong sesuai marginal (S3) seluas
5384 Ha (80,6%), dan lahan yang termasuk kedalam kelas tidak sesuai (N) seluas
1296 Ha (19,4%).
Beberapa faktor pembatas/penghambat yang teridentifikasi di lokasi kajian antara
lain t = tekstur, d = drainase dan n = tingkat kesuburan tanah (pH). Faktor
kesuburan tanah rendah diatasi dengan cara pemberian pupuk dan pengapuran
(liming). Lahan yang memiliki factor
1. Komponen Flora/Vegetasi
Vegetasi binaan (budidaya), adalah vegetasi dengan tumbuhan pembentukannya
sengaja ditanam oleh masyarakat atau penduduk pada lokasi-lokasi bekas ladang yang
telah ditinggalkan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau untuk sumber usaha.
Vegetasi buatan ini terletak di sekitar perkampungan merupakan campuran antara
tanaman budidaya dan vegetasi yang tumbuh secara alami, baik berupa pohon
penghasil buah-buahan hutan dan vegetasi lain berupa semak dan herba.
Adapun jenis-jenis tanaman budidaya yang banyak dijumpai sebagai vegetasi binaan
ini adalah Pulai (Alstonia scholaris) dankaret (Hevea brasilliensis).Karena regenerasi
pada vegetasi karet (Hevea brasilliensis)yang terjadi tidak secara alami, maka untuk
vegetasi berkayunya tidak dianalisis menurut tingkat pertumbuhannya. Berikut ini
adalah hasil analisis data lapangan vegetasi dengan jenis penutupan lahan :
No JENIS FR KR INP H C
A. Pohon
1 Pulai (Alstonia scholaris) 25,68 3.92 42,32 0,152 0,066
2 Asam (Mangifera sp) 11,35 3.92 27,99 0,107 0,013
3 Mahang (Macaranga sp) 14,59 13.7 25,79 0,122 0,021
4 Kopi-kopian (Ixora sp) 8,38 1.96 25,02 0,090 0,007
5 Belangiran (Shorea balangeran) 17,3 4.9 33,94 0,132 0,030
6 Karet ( Hevea brasilliensis) 20,27 0.98 36,91 0,141 0,041
7 Jambu-jambua (Eugenia sp) 2,43 9.8 8,11 0,039 0,0006
100 100 200 0,783 0,179
B. Semak
1 Ubi Kayu (Manihot utilisima) 21,41 19,74 41,15 0,139 0,039
2 Ubi Jalar (Ipomoea batata) 21,41 8,72 30,13 0,092 0,007
3 Cengkodok (MeLastoma sp) 14,36 8,98 23,34 0,093 0,008
4 Pakis (Cycas rumphii) 21,41 35,38 56,79 0,159 0,125
5 Alang-alang (Imperata cylindrica) 21,41 27,18 48,59 0,153 0,074
100 100 200 0,636 0,253
No JENIS FR KR INP H C
C. Herba
1 Bemban (Maranta arundinacea) 5,66 4,51 10,17 0,016 0,002
2 Resam (Gleichenia linearis) 16,64 15,67 32,31 0,126 0,024
3 Jahe (Zingiber officinale) 16,64 15,45 32,09 0,125 0,023
4 Putri malu (Mimosa pudica) 11,2 5,37 16,57 0,068 0.003
5 Kencur (Kaempferia galanga) 16,64 15,67 32,31 0,126 0,024
6 Pegaga (Centella asiatica) 16,64 26,82 43,46 0,153 0,072
7 Kunyit (Curcuma domestica) 16,64 16,51 33,15 0,129 0,027
100 100 200 0,743 0,175
Sumber: Hasil Analisis Data PT. KBAS Tahun 2015
Tabel 2. 11 Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pohon Dalam Plot Pengamatan Lokasi
Sampel Vegetasi Hutan Sekunder PT. Karya Bakti Agro Sejahtera
No. JENIS FR KR DR INP ̅ C
1 Ensuak (Nephelium cuspidatum) 6,25 5,74 16 27,9 0,071 0,003
2 Menyalin batu (Xanthophyllum sp.) 12,5 6,51 8 27,0 0,077 0,004
3 Kasiak (Litsea sp.) 12,5 12,64 12 37,1 0,114 0,016
4 Kedingkak (Diospyros spp.) 6,25 3,54 4 13,8 0,050 0,001
5 Ilas (Parashorea spp.) 6,25 0,77 0,7 7,72 0,016 0,00005
6 Ketiau (Antidesma spp.) 6,25 1,53 1,4 9,18 0,028 0,0002
7 Belangiran (Shorea balangeran) 12,5 20,31 12 44,8 0,141 0,041
8 Asam (Mangifera sp) 6,25 4,21 2,7 13,2 0,058 0,002
9 Pulai (Alstonia scholaris) 31,25 44,83 44 120,1 0,156 0,200
Total 100 100 100 300 0,711 0,267
Sumber: Hasil Analisis Data PT. Karya Bakti Agro SejahteraTahun 2015
Berdasarkan hasil analisis vegetasi berkayu tingkat pohon penyusun komunitas hutan
sekunder jenis-jenis yang dominan sebagai berikut (nilai INPnya >15 %), yaitu :
Kasiak (Litsea sp.), Ensuak (Nephelium cuspidatum), Menyalin batu (Xanthophyllum
sp.), Belangiran (Shorea balangeran) dan Pulai (Alstonia scholaris).Pola dominansi
jenis dalam tegakan menunjukkan tegakan hutan tingkat pohon tidak dikuasai oleh
satu jenis atau terpusat pada satu jenis yang ditunjukkan dengan nilai C (indeks
dominansi) lebih kecil dari 1 (hampir mendekati nol), yaitu 0,26. Keanekaragaman
jenis penyusun tegakan hutan sekunder pada pertumbuhan tingkat pohon tergolong
rendah dengan nilai H`(Indeks diversity shannon) kurang dari satu, yaitu sebesar 0,71.
Tabel 2. 12 Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Tiang Dalam Plot Pengamatan Lokasi Sampel
Vegetasi Hutan Sekunder PT. Karya Bakti Agro Sejahtera
Berdasarkan hasil analisis vegetasi berkayu tingkat tiang penyusun komunitas hutan
sekunder jenis-jenis yang dominan menurut kriteria (nilai INPnya >15 %), yaitu:
Medang perawas (Litsea sp.), Ensuak (Nephelium cuspidatum), Medang (Dehaasia
incrassata) Tembesu (Fagraea crenulata), Pulai (Alstonia scholaris) dan Belangiran
(Shorea balangeran). Tapi dari jenis-jenis yang dominan, tidak ada jenis yang
mendominir/menguasai jenis lainnya yang ditunjukkan oleh nilai C (indeks
dominansi) yang kurang dari satu yaitu sebesar 0,20.
Keanekaragaman jenis penyusun tegakan hutan sekunder pada pertumbuhan tingkat
tiang tergolong rendah dengan nilai H`(Indeks diversity shannon) kurang dari satu,
yaitu sebesar 0,73.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi berkayu tingkat semai penyusun komunitas hutan
sekunder jenis-jenis yang dominan sebagai berikut (nilai INPnya >10 %), yaitu :
Pegaga (Centella asiatica), Alang-alang (Imperata cylindrica), Cucur Atap (Beackea
frutescens), Pakis (Cycas rumphii), Cengkodok (MeLastoma sp), Resam (Gleichenia
linearis). Tapi dari jenis-jenis yang dominan, tidak ada jenis yang
mendominir/menguasai jenis lainnya yang ditunjukkan oleh nilai C (indeks
dominansi) yang kurang dari satu yaitu sebesar 0,19.
Keanekaragaman jenis penyusun tegakan hutan sekunder pada pertumbuhan tingkat
tiang tergolong rendah dengan nilai H`(Indeks diversity shannon) kurang dari satu,
yaitu sebesar 0,71.
Keanekaragaman jenis mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberikan
reaksi secara berbeda-beda terhadap faktor–faktor geografi, perkembangan atau fisik.
Satu komponen utama dapat disebut kekayaan jenis atau komponen varietas.
Komponen utama lainnya dari keanekaragaman adalah kesamarataan atau
2. Komponen Fauna
Pengamatan terhadap fauna/ satwa ditujukan untuk mengetahui keberadaan jenis dan
keanekaragaman jenis terutama mengenai keberadaan Jenis fauna/ satwa yang
dilindungi. Pengamatan ini dilakukan terhadap fauna/ satwa perairan dan fauna/ satwa
terestrial.Adanya kegiatan pembukaan lahan selain mengakibatkan rusaknya habitat
satwa juga menyebabkan berkurangnya keberadaan dan keragaman jenis satwa
sehingga satwa-satwa yang dilindungi juga akan berkurang/ musnah.
Keberadaan fauna/ satwa perairan seperti ikan dan udang erat kaitannya dengan pola
konsumsi masyarakat sekitar lokasi tersebut. Terpeliharanya habitat fauna/ satwa pada
lokasi tersebut akan menyebabkan keberadaan dan keragaman jenis satwa juga
terpelihara sehingga masyarakat dapat memanfaatkan satwa-satwa yang ada untuk
kebutuhan sehari-hari sebagai sumber makanan untuk memenuhi kebutuhan protein
hewani serta sebagai sumber pendapatan/ penghasilan tambahan. Beberapa informasi
awal yang diperoleh bahwa di areal PT. Karya Bakti Agro Sejahtera terdapat jenis
mamalia, burung, reptil dan Amphibi. Jenis mamalia yang terdapat di areal antara
lain: Babi (Artamus leucorynchus), Babi Hutan (Sus scrofa), Tupai (Tupaia dorsalis),
dan Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Sedangkan untuk jenis burung antara
lain: Burung Punai (Treron sp), Burung Peregam (Ducula sp), Burung Cucup Madu
(Nectarinia jugularis), Burung Bondol Peking (Lonchura punctulata), Burung Bandol
Kalimantan (Lonchura fuscans), Burung Pempuruk (Pycnonotus), dan Burung Bubut
(Centropus sinensis) . Adapun untuk jenis-jenis reptil yaitu Tokek (Gekko gecko),
Kadal (Mabouya multifasciata), Bengkarung(Eutropis multifasciata) danUlar Sawah
(Python reticulatus). Sedangkan untuk jenis Amphibi adalah sebagai berikutKodok
(Bufo sp) dan Katak (Rana sp).
Tabel 2. 15 Jenis-jenis Satwa Avifauna yang Terdapat di Sekitar Wilayah Studi
Status Perlind.
No Nama Daerah Nama Ilmiah H C d e Tropic Level
IUCN CITES UU
Aves
0,156 0,080 2,458 0,731
1 Burung Punai Treron sp Herbivora - - -
0,041 0,0006
2 Burung Peregam Ducula sp Herbivora - - -
Burung Cucup 0,065 0,0025 - - -
3 Nectarinia jugularis Herbivora
Madu
Burung Bondol 0,151 0,065 - - -
4 Lonchura punctulata Herbivora
Peking
Burung Bandol 0,015 0,00004 - - -
5 Lonchura fuscans Herbivora
Kalimantan
Burung 0,159 0,131 - - -
6 Pycnonotus brunneus Omnivora
Pempuruk
0,031 0,0003 NT - AB
7 Burung Bubut Centropus sinensis Carnivora
Mammalia
Berdasarkan hasil analisis data, jenis burung yang dijumpai di lokasi penelitian areal
Perkebunan kelapa sawit PT. Karya Bakti Agro Sejahtera diperoleh Indeks
Keanekaragaman Jenis (H`) sebesar 0,61 (rendah), dengan Indeks Kemerataan
(pielou`s evenness index/e) sebesar 0,73 dan Indeks Kekayaan Jenis (species richness
index/d) sebesar 2,45. Dimana dari jenis-jenis yang dominan tidak ada jenis yang
mendominir/ menguasai jenis lainnya yang ditunjukkan oleh nilai C (indeks
dominansi) yang kurang dari satu yaitu sebesar 0,27.
Kelas mamalia, reptilia dan amphibia yang dijumpai dalam areal ini, baik secara
pengamatan langsung maupun melalui wawancara. Berdasarkan hasil analisis data,
jenis mamalia yang dijumpai di lokasi penelitian areal perkebunan kelapa sawit PT.
Karya Bakti Agro Sejahtera dengan Indeks Keanekaragaman Jenis (H`) sebesar 0,49
(rendah), dengan Indeks Kemerataan (pielou`s evenness index/e) sebesar 0,82 dan
Indeks Kekayaan Jenis (species richness index/d) sebesar 2,07. Dimana dari jenis-
jenis yang dominan tidak ada jenis yang mendominir/ menguasai jenis lainnya yang
ditunjukkan oleh nilai C (indeks dominansi) yang kurang dari satu yaitu sebesar 0,36.
Untuk jenis reptilia yang dijumpai di lokasi penelitian areal Perkebunan kelapa sawit
PT. Karya Bakti Agro Sejahtera dengan Indeks Keanekaragaman Jenis (H`) sebesar
0,45 (rendah), dengan Indeks Kemerataan (pielou`s evenness index/e) sebesar 0,76
dan Indeks Kekayaan Jenis (species richness index/d) sebesar 2,39. Dimana dari jenis-
jenis yang dominan tidak ada jenis yang mendominir/ menguasai jenis lainnya yang
ditunjukkan oleh nilai C (indeks dominansi) yang kurang dari satu yaitu sebesar 0,43.
Sedangkan untuk jenis amphibia Indeks Kekayaan Jenis (species richness index/d)
sebesar 0,57, dengan Indeks Kemerataan (pielou`s evenness index/e) sebesar 0,54 dan
Indeks Keanekaragaman Jenis (H`) sebesar 0,16 (rendah). Dimana dari jenis-jenis
yang dominan tidak ada jenis yang mendominir/ menguasai jenis lainnya yang
ditunjukkan oleh nilai C (indeks dominansi) kurang dari satu yaitu 0,50.
Secara ekologi, beragamnya jenis fauna di wilayah studi ataupun di sekitar wilayah
studi, memperlihatkan bahwa daya dukung lingkungan yang masih cukup tinggi, dan
rendahnya tingkat gangguan dari aktivitas manusia.
Keadaan habitat ditinjau dari segi luasan sudah sangat berkurang, hal ini mengingat
sebagian besar lahan berhutan telah menjadi areal non hutan. Dengan berkurangnya
areal yang berhutan menyebabkan daya dukung juga berkurang, sehingga akan terjadi
persaingan satwa dalam mencari makan dan tempat berlindung. Dengan adanya
Perkebunan kelapa sawit PT. Karya Bakti Agro Sejahtera ini, maka akan terjadi
perubahan luas yang berhutan sehingga berpengaruh terhadap daya dukung habitat
untuk satwa yang ada, baik secara kualitas maupun kuantitas
I. Kendawangan
1. Air Hitam Besar 2 250.25 782 2 237
2. Kendawangan Kanan 3 650.34 465 1 422
3. Bangkal Serai* 4 311.62 421 1 042
4. Banjar Sari 6 524.40 862 3 732
5. Kendawangan Kiri 8 238.43 2 242 8 235
6. Pangkalan Batu 4 260.55 276 1 011
7. Suka Harapan 4 26.80 232 795
8. Suka Damai 4 30.88 218 856
9. Selimatan Jaya* 6 183.52 396 1 120
10. Danau Buntar 4 180.20 401 1 159
11. Mekar Utama 6 290.45 1 190 5 052
12. Pembedilan 4 1 575.69 385 1 474
13. Air Hitam Hulu 3 103.70 512 1 839
14. Natai Kuini 3 95.78 226 555
15. Keramat Jaya 4 242.00 402 1 200
16. Seriam
3 380.01 391 599
17. Kedondong*
2 180.00 320 633
18. Sungai Jelayan*
3 98.62 240 582
19. Air Tarap
3 235.86 295 722
76 5.859.10 10.256 34 265
Sumber : Kecamatan Kendawangan dalam Angka tahun 2014
* Desa yang masuk wilayah studi
Tabel 2. 21Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga (Responden) Per Bulan di Wilayah Studi
JUMLAH PENGELUARAN PER JUMLAH
DALAM US $ (DOLLAR) %
BULAN RESPONDEN
Rp.431,670 - Rp.497,502 $ 41,31 - $ 37,07 8 28,57
Rp.497,503 - Rp.563,336 $ 47,61 - $ 41,98 14 21,43
Rp.563,337 - Rp.629,169 $ 53,91 - $ 46,88 6 21,43
Rp.629,170 - Rp.695,002 $ 60,21 - $ 51,79 4 7,14
Rp.695,003 - Rp.760,836 $ 66,51 - $ 56,69 2 7,14
Rp.760,837 - Rp.826,669 $ 72,81 - $ 61,60 7 14,29
Jumlah 41 100,00
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015(kurs $ : Rp. 14.425)
Tabel 2. 23Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Responden Per Bulan (Dalam Ribuan Rupiah)
Untuk Komoditi Non – Makanan.
PENGELUARAN NON-MAKANAN TOTA
DESA 1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 % 7 % 8 % L
Kec. Kendawngan
Sungai Jelayan 26,0 13,7 12,9 6,8 14,7 7,7 59,4 31,2 39,6 20,8 - - - - 37,7 19,8 190,3
Slimatan Jaya 12,5 8,0 0 0 10 6,4 55,8 35,6 38,3 24,5 - - - - 40 25,5 156,6
Bangkal Serai 13,3 7,4 11,1 6,1 11,1 6,1 73,3 40,6 35 19,4 - - - - 36,7 20,3 180,5
Kedondong 12,5 6,6 9,4 5,0 12,5 6,6 72,6 38,3 32,7 17,2 - - - - 50 26,4 189,7
Kec. Jelai H
Rangkung 19 11,2 - - 2,9 11,6 28 12,5 - - 60 16,3 42 15,9 152
Rata- rata 13,6 11,2 14,4 62,7 36,3 44,7 182,9
Persentase (%) 7,4 6,1 7,9 34,3 19,8 24,4 100,0
Sumber : analisis Data Primer, 2015
1. Pakaian, Alas kaki, dan tutup 5. Kebutuhan Rumah
kepala
keterangan 2. Barang tahan lama 6. Aneka Barang & Jasa
: 3. Pajak dan asuransi 7. Biaya pendidikan
4. Kep. Pesta dan upacara (hub.sosial 8. Biaya kesehatan
kemasy.) & Transportasi
b. Perekonomian Regional
Analisis Valuasi Ekonomi Investasi Perkebunan Kelapa Sawit
Berbeda dengan analisis finansial, dalam analisis valuasi ekonomi berbagai
biaya lingkungan dan biaya sosial yang mungkin atau potensial terjadi turut
diperhitungkan dalam menilai kelayakan investasi suatu kegiatan. Kriteria
kelayakan investasi tetap sama, yaitu berdasarkan NPV. Dalam analisis ini
biaya lingkungan dan biaya sosial yang diperhitungkan pada awalnya adalah
high value. NPV hasil perhitungan analisis valuasi ekonomi (pada tingkat suku
bunga diskonto = 10%) sebesar minus Rp. 284,369 Triliun, yang berarti
investasi tidak layak. Selanjutnya, bila besarnya biaya lingkungan dan biaya
sosial yang diperhitungkan adalah reasonable minimun value. investasi proyek
menjadi layak karena NPV berubah menjadi positif, yaitu Rp. 260,591 triliun.
Dengan demikian, berapa besarnya biaya lingkungan dan biaya sosial yang
Kerugian yang timbul akibat hilangnya hutan alam karena ditebang habis, secara
umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) kerugian karena hilangnya
nilai guna langsung (direct-use value), dan 2) kerugian karena hilangnya nilai
guna tidak langsung (indirect-use value). Kedua jenis manfaat tersebut
seharusnya dapat diberikan oleh ekosistem hutan alam bila tidak dikonversi
menjadi perkebunan kelapa sawit. Manfaat guna langsung yang dapat diperoleh
dari ekosistem hutan alam di antaranya adalah: hasil hutan kayu, hasil hutan
non-kayu, dan jasa rekreasi alam; sedangkan yang termasuk dalam manfaat
guna tidak langsung adalah manfaat yang berhubungan dengan fungsi ekologis
(eco-function) yang dapat diberikan oleh suatu ekosistem hutan alam.
Diantaranya adalah: pengendali gangguan (disturbance regulation), pengaturan
dan penyediaan air (water supply/regulation), mengendali erosi tanah (erosion
control), pembentukan lapisan tanah (soil formation), siklus hara (nutrient
cycling), dan perlakuan pemrosesan limbah (waste treatment). Biaya-biaya
lingkungan lainnya yang timbul akibat dikonversinya hutan alam menjadi areal
perkebunan kelapa sawit dapat disebabkan oleh: 1) hilangnya keanekaragaman
hayati, 2) terjadinya polusi, misalnya pencemaran yang disebabkan oleh
penggunaan pupuk dan pestisida dalam budidaya tanaman perkebunan kelapa
sawit, serta pencemaran bahan kimia cair yang berasal dari proses pengolahan
TBS menjadi CPO/PKO, 3) hilangnya kemampuan hutan untuk menyerap
karbon, dan 4) penyebaran hama dan penyakit tanaman karena hutan alam
dikonversi menjadi tanaman monokultur.
Demikian pula, low value dan reasonable minimum value-nya sengaja dibuat
kecil atau merupakan nilai yang konservatif. Hutan alam juga dapat
menghasilkan manfaat berupa nilai pilihan (option value), nilai budaya
(cultural value) dan nilai warisan (bequest value). Berbagai manfaat ini
tergolong ke dalam manfaat yang sulit diukur nilainya dengan uang (intangible
benefits). Oleh karena itu, kerugian yang timbul akibat hilangnya manfaat yang
bersifat intangibles ini digolongkan kedalam intangible costs.
Biaya sosial adalah semua biaya yang timbul akibat terjadinya permasalahan
dan/atau konflik sosial dalam pelaksanaan kegiatan proyek pembangunan
perkebunan kelapa sawit. Misalnya adalah biaya yang (potensial) dikeluarkan
akibat terjadinya konflik lahan antara perusahaan perkebunan dengan
masyarakat lokal yang tinggal di lokasi sekitar perkebunan kelapa sawit.
Konflik lahan sering terjadi karena areal HGU perkebunan kelapa sawit yang
diberikan oleh pemerintah kepada para pengusaha perkebunan (berdasarkan
surat ijin resmi pemerintah) ternyata berada di dalam areal yang diklaim oleh
masyarakat sebagai areal tanah miliknya, atau berada pada areal lahan hak
ulayat (hak komunal) masyarakat adat.
Tabel 2. 28Asumsi & Estimasi Hasil Perhitungan Ekonomi Sumber Daya Alam
Serta Biaya Lingkungan dan Biaya Sosial (Rp 000/Ha)
Kelayakan Finansial
Dalam studi ini, kelayakan finansial ditunjukkan oleh nilai NPV. Bila
keseluruhan manfaat yang dihasilkan selama jangka waktu umur kegiatan lebih
besar daripada keseluruhan biaya investasi, maka nilai NPV positif. Artinya,
kegiatan secara financial layak untuk dilaksanakan karena dapat memberikan
Berikut adalah data mengenai jumlah fasilitas pendidikan desa di wilayah studi
yang tersaji dalam tabel berikut :
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah
fasilitas pendidikan yang paling tertinggi hanya setingkat SD, sedangkan
fasilitas pendidikan yang lainnya seperti TK, SLTP dan SLTA tidak terdapat di
desa studi, sehingga untuk menyekolahkan anak-anak mereka, masyarakat
menyekolahkannya ke desa/daerah yang lain yang terdapat fasilitas pendidikan
tersebut
2 Kendawangan 24 33 16 1 15 -
Jumlah
Sumber : Kecamatan Kendawangan dan MarauDalam Angka, 2014
Secara garis besar hakekat ini dibagi atas dua bagian. Pada masyarakat yang
relatif jauh dari jalur transportasi sungai, proses penyesuaian dengan alam masih
nyata. Hal ini dibuktikan dengan bentuk rumah panggung dan umumnya
mengelompok dalam mencegah binatang buas atau adanya perladangan
berpindah dalam mencari lahan yang lebih subur.
Pada masyarakat yang relatif jauh dari jalur transportasi, hakikat hidupnya
cenderung hanya untuk sekarang. Kondisi ini terlihat dari masyarakat yang
masih subsisten, belum berorientasi ke depan seperti halnya dalam bidang
pendidikan (menyekolahkan anak). Hal sebaliknya bagi masyarakat yang relatif
dengan jalur transportasi Hidup dipandang bukan hanya untuk sekarang, akan
tetapi sudah lebih jauh ke depan. Hal ini dibuktikan oleh adanya motivasi
menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi.
e. Pelapisan Sosial
Masyarakat di wilayah studi mengenal sistem pelapisan sosial tradisionil yang
selain mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan-kepentingan penduduk desa juga dapat menunjukkan status dan
fungsi sosial yang bersangkutan dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari.
Pelapisan sosial yang ditemui di wilayah studi terdiri dari berbagai macam
lapisan masyarakat yaitu masyarakat dari kalangan agama, kalangan petani,
f. Struktur Masyarakat
Struktur masyarakat di desa studi umumnya bersifat komunal, yakni selalu
hidup mengelompok, sederhana, dan lebih mengutamakan kepentingan orang
banyak daripada kepentingan pribadi. Dalam kehidupan rumah tangga sehari-
hari, warga masyarakat di desa studi sebagian besar (90 %) lebih banyak
berkumpul dan meluangkan waktunya untuk anggota keluarganya setelah
mereka selesai bekerja.
g. Kepemimpinan Formal
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di desa studi dikenal adanya
kepemimpinan formal yang mengatur kehidupan masyarakat desa seperti
Kepala Desa, Kepala Dusun, Ketua RW, dan Ketua RT. Setiap ada
permasalahan yang menyangkut kepentingan masyarakat desa baik itu berupa
pembangunanan fisik maupun non fisik, Kepala desa selalu berkoordinasi
dengan kepada Kepala Dusun, Ketua RW dan Ketua RT untuk merapatkannya.
Dan biasanya hasil dari rapat tersebut dibuat suatu keputusan/kebijakan, dan
keputusan/kebijakan yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama itu
kemudian disosialisasikan kepada warga masyarakatnya masing-masing.
h. Kepemimpinan Informal
Di samping kepemimpinan formal sebagaimana tersebut di atas, di wilayah desa
studi dikenal pula kepemimpinan informal seperti Tokoh masyarakat, Pemuka
adat dan Pemuka agama. Adapun kepemimpinan formal ini lebih dekat dengan
warga masyarakat bila dibandingkan dengan kepemimpinan formal, sehingga
setiap permasalahan sosial yang dihadapi oleh individu atau kelompok warga
masyarakat di desa studi selalu mereka selesaikan lewat pemimpin informal
yang ada di desa. Dan tidak mengherankan jika banyak warga masyarakat di
desa studi yang lebih patuh dan taat dengan kebijakan atau perintah pimpinan
informal daripada pimpinan formal.
i. Kelembagaan Sosial
Tatanan kelembagaan masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu formal dan non
formal. Perbedaannya adalah kelembagaan formal didasarkan pada aturan
tertulis dan relatif seragam dengan daerah lain. Sedangkan kelembagaan non
formal berdasar pada tata nilai yang dipegang erat oleh masyarakat setempat,
Kelembagaan formal pada desa di sekitar areal yang dimohon PT. Karya Bakti
Agro Sejahterayaitu Pemerintahan Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan
Dusun yang dipimpin oleh Kepala Dusun. Dalam menjalankan roda
pemerintahan desa, Pemerintah Desa bermitra dengan Lembaga Perwakilan
Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD). BPD
memiliki peran dan tugas dalam menyusun rancangan peraturan desa, bersama-
sama Kepala Desa menetapkan peraturan desa, menyusun dan menetapkan
APBD dan peraturan lainnya. Sedangkan LPMD berperan dalam menampung
dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan.
Lembaga non formal yang ada adalah kelembagaan adat, lembaga keagamaan
dan perkumpulan kesenian. Dalam konteks kelembagaan adat, desa dan dusun
yang berada di sekitar areal yang dimohon dipimpin oleh para pemimpin
informal, yaitu Tetua Adat. Tetua adat memiliki peranan yang sangat penting
dalam memutuskan berbagai persoalan yang berkaitan dengan masalah adat.
Dalam berbagai kegiatan adat juga, misalnya upacara-upacara adat yang
berkaitan dengan ritual keagamaan, upacara pernikahan, kematian, kelahiran,
pembukaan lahan dan pemanenan, Tetua Adat mempunyai peranan sebagai
pemimpin dalam upacara-upacara tersebut.
l. Potensi Konflik
Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok)
yang memiliki, atau yang merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan
(Fisher, 2000). Konflik kepemilikan lahan di Kabupaten Ketapang, dapat
dibedakan beberapa potensi konflik, antara lain :
Kecamatan
No Sarana/Prasarana Kendawangan Marau
1 Rumah Sakit Umum - -
2 Poliklinik - -
3 Puskesmas 1 1
4 Puskesmas Keliling - -
5 Puskesmas Pembantu 13 3
6 Balai Pengobatan 2 -
7 Puskesdes - -
8 Polindes - -
9 Apotek - -
10 Klinik KB 1 1
11 Posyandu 38 16
Sumber : Kecamatan Kendawangan dan Marau Dalam Angka, 2014
Kecamatan
No Sarana/Prasarana Kendawangan Marau
1 Dokter
2 Dokter Gigi 2 2
3 Perawat 1 -
4 Bidan 35 25
5 Kader Aktif Posyandu 17 12
6 Lainnya 167 -
4 3
Sumber : Kecamatan Kendawangan dan Marau Dalam Angka, 2014
Yang dimaksud dengan status gizi masyarakat dalam hal ini adalah adanya tingkat
kecukupan gizi atau protein yang dapat dilihat pola/jenis makanan yang dikonsumsi
responden dan keluarganya sehari-hari.
Keperluan bahan pangan sehari-hari penduduk sekitar wilayah studi antara lain dapat
dipengaruhi dari hasil perkebunan dan tanaman pangan yang ada di sekitarnya
mereka, pasar lokal yang terletak dekat dalam lingkup wilayah studi, pedagang
keliling atau dari warung-warung yang ada disekitar tempat tinggal mereka dapat
memenuhi konsumsi akan protein nabati dan hewani mereka sehari-hari. Rata-rata
pola konsumsi masyarakat menerapkan pola makan 3 kali sehari, berikut adalah
analisa data primer melalui kuesioner :
Pola makan responden sehari-hari sangat berfariasi namun pada umumnya sebanyak 9
(32.14%) responden memilih makanan tersebut karena jenis makanan tersebut paling
mudah didapat dan 15 (53.57%) responden yang lain menyatakan memilih makanan
karena paling disukai dan 4 (14.29%) responden memilih makanan tersebut karena
mahalnya harga berbagai bahan makanan. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Dari data sekunder yang kami terima, kesadaran akan gizi penduduk setempat cukup
baik. Hal ini bisa dikarenakan oleh 2 faktor yaitu:
1. Kesadaran untuk menerapkan pola gizi yang seimbang
PT. Karya Bakti Agro Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan kelapa sawit. Mata pencaharian masyarakat atau penduduk sekitar
mayoritas rata-rata sebagai karyawan kebun. Hal ini terlihat dari tanaman sayuran
yang sudah banyak jenisnya dan produksinya di desa-desa wilayah studi seperti
tanaman kacang panjang, daun singkong, terong dan kangkung, buah-buahan dan
lain-lain yang banyak ditanam penduduk.
2.1.6. Usaha dan/atau Kegiatan Sekitar Yang Ada Di Sekitar Lokasi Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Diusulkan Beserta Dampak Yang
Ditimbulkan Terhadap Lingkungan Hidup
Adapun kegiatan-kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi kegiatan adalah sebagai
berikut :
1. Pemukiman
Pemukiman yang agak padat dijumpai dibagian timur lokasi kegiatan dipisahkan
dengan batasan Sungai Kendawangan. Pemukiman di wilayah studi umumnya
memiliki pekarangan yang luas.Didapat luasan untuk areal pemukiman sebesar 60
(0.9%).
2. Kebun Campuran
Terdapat areal semak cukup luas yaitu 2.416 ha (32.1%) dari luasan arean perkebunan
kelapa sawit.
4. Belukar
Belukar umumnya terdiri dari jenis-jenis semak dan kayu-kayu muda.Umumnya
semakin lama belukar akan tumbuh terus dan berubah menjadi hutansekunder bila
kayu-kayuan muda dapat tumbuh dengan subur. Belukar dijumpaitersebar cukup luas
di lokasi informasi pencadangan lahan. Luas 4.156 Ha atau62.2% dari areal informasi
pencadangan lahan.
Deskripsi
Rencana
Kegiatan
Kegiatan Lain
di Sekitar
Dampak Dampak
Potensial Penting
Hipotetik
Rona
Lingkungan
Hidup
Saran,
Tanggapan
dan Pendapat
Masyarakat
Identifikasi Evaluasi
Dampak Dampak
Potensial Potensial
A1 TAHAP PRA KONSTRUKSI B TAHAP KONSTRUKSI C TAHAP OPERASI D TAHAP PASCA OPERASI
2 Pengurusan Ijin 1 Sosialisasi Kegiatan Proyek 1 Sosialisasi Tahap Operasi 1 Sosialisasi Tahap Pasca Operas
3 Sosialisasi Kepada Masyarakat 2 Perekrutan Tenaga Kerja 2 Pemberdayaan Masyarakat (CD) 2 Penanganan Tanaman Eks Kebun
Tata Batas, Pembebasan dan Penyerahan Lahan 3 Pemberdayaan Masyarakat (CD) 3 Pemanenan 3 Penyerahan Asset Tidak
Bergerak
4 Mobilisasi Alat Berat dan Material 4 Pengangkutan Hasil Panen 4 Demobilisasi Peralatan
5 Pembukaan Lahan 5 Pengolahan Hasil Panen 5 Pelepasan Tenaga Kerja
6 Pembangunan Fasilitas Prasarana dan
6 Pemeliharaan TM
Sarana
7 Budidaya Tanaman Kelapa Sawit 7 Pengelolaan & Pengolahan
Limbah
8 Konservasi Tanah dan Air 8 Program Litbang
9 Pemeliharaan TBM
10 Pembangunan Pabrik Pengolahan dan
Pembangunan IPAL
7 Tingkat Kesehatan Demobilisasi Peralatan Beban terhadap Ya, Komponen Terjadi Tidak ada peraturan yang Ya
Masyarakat komponen lingkungan lingkungan tersebut kekhawatiran dilanggar dalam pengelolaan
saat ini relative belum memegang peranan masyarakat terhadap sumber dampak ini
tinggi penting dalam kehidupan komponen tersebut
sehari-hari masyarakat
Keterangan :
Kegiatan yang tidak menjadi DPH
Kegiatan yang menjadi DPH
Perubahan Pola
Prilaku Masyarakat
Gambar 2. 9Diagram Alir Holistik Dampak Penting Hipotetik Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit
Komponen Pelingkupan
Deskripsi Batas
Pengelolaan Lingkungan Lingkungan
No. Rencana Dampak Dampak Penting Wilayah Studi Waktu
Yang Sudah Direncanakan Terkena Evaluasi Dampak Potensial
Kegiatan Potensial Hipotetik (DPH) Kajian
Dampak
A. Tahap Pra konstruksi
1 Pengurusan Keputusan Bupati Ketapang No. Sosial 1) Perubahan Kegiatan tersebut adalah kegiatan awal yang Disimpulkan TIDAK Masyarakat Desa 3 Tahun
Perizinan 567/PEM/2015 Tentang Budaya sikap dan dilakukan oleh PT. Karya Bakti Agro Sejahtera dalam menjadi DPH, namun diwilayah studi dimulai
Pemberian Izin Lokasi persepsi hal ini pihak pemrakarsa melakukan peninjauan dampak ini tetap dikelola 2014
Pembangunan Perkebunan masyarakat 2) terhadap lokasi rencana kegiatan, serta pengurusan dengan cara : (Sosialisasi hingga
Kelapa Sawit seluas ± 6.680 Pola Prilaku perizinan, yang mana kegiatan tersebut dapat kegiatan pada tahap pra 2016.
hektar untuk perkebunan kelapa Masyarakat menimbulkan dampak terhadap persepsi positif dan kontruksi ) Diharapkan
sawit atas nama PT. Karya negatif dari masyarakat yang berdampak pada selesai
Bakti Agro Sejahtera perubahan pola pikir. Namun tahap ini berlangsung tahun 2015
tidak lama dalam kegiatan. Persepsi negatif akan
hilang seiring dilakukanya sosialisasi maka
masyarakat akan cepat memahami dan persepsi serta
anggapan masyarakat yang negatif dapat hilang
seiring dengan waktu, maka dampak ini dikategorikan
menjadi dampak tidak penting.
2 Survei Untuk Laporan Prasurvei PT. Karya Sosial 1) Perubahan Kegiatan ini berlangsung pada tahap pra kontruksi, Disimpulkan TIDAK Masyarakat Desa Telah
Studi Bakti Agro Sejahtera Budaya sikap dan autput dari kegiatan ini adalah adanya hasil prasurvey menjadi DPH, namun diwilayah studi selesai awal
Kelayakan persepsi sebelum dilakukkannya kegiatan AMDAL. Dalam dampak ini tetap dikelola tahun 2014,
masyarakat 2) kegiatan ini tidak menimbulkan dampak sehingga dengan cara : (Sosialisasi outpun
Pola Prilaku dikategorikan menjadi dampak tidak penting kegiatan pada tahap pra dokumen
Masyarakat kontruksi ) FS dan
Prasurvey
3 Sosialisasi Tidak Ada Sosial Pola Prilaku Dalam melakukan kegiatan sosialisasi dapat Akibat Disimpulkan menjadi Masyarakat Desa Dimulai
Kepada Budaya Masyarakat adanya persepsi positif dan negatif yang muncul DPH diwilayah studi Tahun 2014
Masyarakat ditengah masyarakat, maka akan berdampak terhadap hingga
pola pikir masyarakat, dari hal tersebut dapat batas yang
menyebabkan terjadinya dampak-dampak turunan belum
yang lain sehingga dampa ini dikategorikan menjadi ditentukan
dampak penting hipotetik
5 Tata Batas, Tidak Ada Sosial 1) Pola Prilaku Pola pikir masyarakat pada kegiatan tata batas dan Disimpulkan menjadi Masyarakat Desa Dilakukan
Pembebasan Budaya Masyarakat 2) pembebasan lahan merupakan komponen lingkungan DPH diwilayah studi Selama
dan Konflik Sosial yang memegang peranan dalam kehidupan sehari hari tahap pra
Penyerahan masyarakat, pola pikir negatif dapat mempengaruhi konstruksi
Lahan prilaku negatif yang berdampak pada konflik sosial,
maka dalam kegiatan ini dikategorikan dalam
dampak penting hipotetik
B Tahap Konstruksi
1 Sosialisasi Peraturan Menteri Negara Sosial Perubahan Kegiatan ini berlangsung sementara pada tahap Disimpulkan TIDAK Masyarakat Desa Dimulai
Kepada Lingkungan Hidup No. 17 tahun Budaya Persepsi kontruksi, sikap dan persepsi masyarakat dapat menjadi DPH, namun diwilayah studi Tahun 2014
Masyarakat 2012 tentang keterlibatan Masyarakat disimpulkan sebagai persepsi negatif dan positif. dampak ini tetap dikelola hingga
masyarakat dalam penyusunan Namun masyarakat akan dapat menanggapi nilai dengan cara : (Sosialisasi batas yang
AMDAL positif seiring dengan waktu dan kegiatan ini akan kegiatan pada tahap pra belum
menjadi lebih baik, hal ini juga dikarenakan pada kontruksi ) ditentukan
tahap pra kontruksi telah dilakukannya sosialisasi
awal. maka dampak ini dikategorikan menjadi dampak
tidak penting.
2 Perekrutan 1) Undang-Undang No. 3 Sosial 1) Aktivitas Komponen lingkungan tersebut memegang peranan Disimpulkan menjadi Masyarakat Desa Selama
Tenaga Kerja Tahun 1992 Tentang Jaminan budaya Perekonomian 2) penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat maka DPH diwilayah studi tahap
Sosial Tenaga Kerja. 2) Pendapatan dalam kegiatan ini dikategorikan dalam dampak konstruksi
Undang-undang No. 13 tahun Masyarakat 3) penting hipotetik
2003 Tentang Ketenagakerjaan Konflik Sosial
3) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.
Per-02/ MEN/ 1980 Tentang
1) Keputusan Menteri Fisika-kimia Kualitas Udara Kegiatan ini dapat berdampak pada penurunan Disimpulkan menjadi Areal diwilayah Dilakukan
Lingkungan Hidup No. Ambien kualitas udara karena kegiatan Pembukaan lahan akan DPH studi dari tahun
45/MENLH/10/1997 tentang menghasilkan emisi dan debu yang bertebaran di areal 2016
Indeks Standart Pencemaran kegiatan, meskipun dampak pencemaran udara hingga
Udara (ISPU) 2)Undang- tersebut hanya berlangsung pada kegiatan kontruksi, 2020
Undang No. 36 Tahun 2009 tetapi akan menimbulkan dampak turunan terhadap
Tentang Kesehatan (2)Peraturan sanitasi lingkungan sehingga berdampak kepada
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tingkat kesehatan masyarakat. Selain itu kegiatan
Tentang Pengelolaan Kualitas pematangan lahan adalah kegiatan penimbunan tanah
Air dan Pengendalian sehingga sebaran debu pada musim kemarau akan
Pencemaran Air. tinggi.
Dampak dikategorikan menjadi dampak penting
Hipotetik
(2) Dampak ini merupakan dampak turunan dari
adanya peningkatan erosi dan sedimenasi. Besarnya
potensi peningkatan erosi dan sedimenasi
mengakibatnya tingginya parameter TSS di air
permukaan.
Dampak dikategorikan menjadi dampak penting
Hipotetik
Keputusan Menteri Kehutanan Fisika-kimia Potensi Dalam melakukan pembukaan lahan dapat Disimpulkan menjadi Areal diwilayah Dilakukan
Nomor 260/KPTS-II/1995 Kebakaran Hutan diprakirakan terjadinya potensi kebakaran lahan DPH studi dari tahun
Tentang Petunjuk Usaha dan Lahan dengan adanya gesekan antara ranting-ranting yang 2016
Pencegahan dan Pemadaman telah mengering, hal ini dapat dikategorikan dalam hingga
Kebakaran Hutan dampak penting hipotetik 2020
Tidak Ada Biologi 1) Keaneka Komponen lingkungan tersebut memegang peranan Disimpulkan menjadi Areal diwilayah Dilakukan
ragaman Jenis penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat DPH studi dari tahun
flora 2) Keaneka sehingga dikategorikan menjadi dampak penting 2016
ragaman jenis hipotetik hingga
fauna 3) Keaneka 2020
ragaman Jenis
Biota Air
Tidak Ada Sosial Pola Prilaku Dengan adanya pembukaan lahan maka dampak Disimpulkan menjadi Areal diwilayah Dilakukan
Budaya Masyarakat penurunan kualitas udara, kebakaran hutan, penurunan DPH studi dari tahun
kualitas air, menurunya pendapatan masyarakat dapat 2016
berpengaruh terhadap pola prilaku masyarakat yang hingga
bersifat negatif, hal ini dapat menjadi dampak 2020
penting hipotetik
6 Pembangunan Tidak Ada Sosial Aktivitas Karena pembangunan fasilitas sarana dan prasarana Disimpulkan TIDAK Areal diwilayah Dilakukan
fasilitas sarana Ekonomi Perekonomian bersifat sementara, untuk kegiatan aktivitas menjadi DPH, namun studi dari tahun
dan prasarana perekonomian tidak menjadi dampak penting dampak ini tetap dikelola 2016
dengan cara: hingga
(Mengijinkan adanya 2018
aktivitas perekonomian
selama kegiatan
pembangunan
berlangsung)
Tidak Ada Sosial Pola Prilaku Dalam hal ini pola prilaku masyarakat akan bersikap Disimpulkan TIDAK Areal diwilayah Dilakukan
Budaya Masyarakat positif dengan di berikannya ijin pada kegiatan menjadi DPH, namun studi dari tahun
pembangunan sarana dan prasarana untuk melakukan dampak ini tetap dikelola 2016
aktivitas perekonomian, maka tidak menjadi dengan cara: hingga
dampak penting (Mengijinkan adanya 2018
aktivitas perekonomian
selama kegiatan
pembangunan
berlangsung)
2 Pemberdayaan Tidak Ada Sosial 1) Pola Prilaku Komponen lingkungan tersebut tidak memegang Disimpulkan TIDAK Areal diwilayah Dilakukan
Masyarakat Budaya Masyarakat peranan penting, karena seiring waktu masyarakat menjadi DPH, namun studi mulai 2021
(CD) 2)Perubahan akan dapat merasakan program CD yang diberikan dampak ini tetap dikelola
Persepsi pemrakarsa dengan cara: Selalu
Masyarakat melakukan sosialisasi di
semua tahapan kegiatan
yang akan dilaksanakan
3 Pemanenan Tidak Ada Sosial 1)Aktivitas Komponen lingkungan tersebut memegang peranan Disimpulkan menjadi Areal diwilayah Dilakukan
Ekonomi Perekonomian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat DPH studi mulai 2022
2)Pendapatan
Masyarakat
Tidak Ada Sosial 1) Pola Prilaku Komponen lingkungan tersebut tidak memegang Disimpulkan TIDAK Areal diwilayah Dilakukan
Budaya Masyarakat peranan penting, karena seiring waktu dengan adanya menjadi DPH, namun studi mulai 2023
2)Perubahan peningkatan aktivitas perekonomian dan peningkatan dampak ini tetap dikelola
Persepsi pendapatan maka pola prilaku dan persepsi dengan cara: Selalu
Masyarakat masyarakat dapat dengan baik bisa mengikuti. melakukan sosialisasi di
semua tahapan kegiatan
yang akan dilaksanakan
4 Pengangkutan 1) Keputusan Menteri Fisika- 1)Penurunan Komponen lingkungan tersebut memegang peranan Disimpulkan menjadi Areal diwilayah Dilakukan
Hasil Panen Lingkungan Hidup No. Kimia, Kealitas Udara penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat DPH studi mulai 2024
45/MENLH/10/1997 tentang Sosial Ambien 2)Pola
Indeks Standart Pencemaran Budaya dan Prilaku
Udara (ISPU) 2)Undang- Kesehatan Masyarakat
Undang No. 36 Tahun 2009 3)Tingkat
Tentang Kesehatan kesehatan
Masyarakat
Tidak Ada Sosial Perubahan Komponen lingkungan tersebut tidak memegang Disimpulkan TIDAK Areal diwilayah
Budaya Persepsi peranan penting, melainkan dari dampak tersebut yang menjadi DPH, namun studi
Masyarakat lebih dikhwatirkan adalah pola prilaku masyarakat dampak ini tetap dikelola
tentang adanya kegiatan ini dengan cara: Selalu
melakukan sosialisasi di
semua tahapan kegiatan
c. Batas Administrasi
Batas administrasi dipertimbangkan berdasarkan ruang atau wilayah administratif
tertentu yang di dalam lingkup tersebut aktivitas masyarakat dalam kehidupan
sosial budaya dan sosial ekonomi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
berlaku di dalam ruang tersebut. Pembatasan ini penting karena menyangkut hal-
hal yang berkaitan dengan kelembagaan serta peraturan yang berlaku.
Pola persebaran dampak lingkungan juga dipengaruhi oleh kebijakan maupun
aturan pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu penarikan batas wilayah studi
juga mempertimbangkan batas administrasi.
Batas-batas ruang wilayah setempat merupakan faktor yang dikaji untuk
mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pembangunan terhadap kebijaksanaan
daerah di sekitarnya terutama kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya. Batas
administrasi proyek yaitu Kecamatan Kendawangan dan Kecamatan Marau.
d. Batas Sosial
Batas wilayah sosial adalah batas kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya interaksi sosial ekonomi dan budaya, yang diprakirakan
mengalami perubahan akibat aktivitas Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit.
Mengingat bahwa dampak suatu kegiatan akan menyebar tidak merata sebagai
akibat adanya interaksi sosial, baik antara penduduk pendatang dengan
masyarakat sekitar proyek ataupun antar penduduk/pendatang itu sendiri, maka
penarikan batas wilayah studi juga harus mempertimbangkan batas sosial yang
ditentukan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang diperkirakan terkena
dampak baik dampak positif maupun negatif.
PASCA
KOMPONEN/SUB KOMPONEN KONTRUKSI OPERASI
NO. PRA KONTRUKSI OPERASI
LINGKUNGAN
1 2 5 1 2 3 4 5 6 1 4 3 4 1 2 3
1 KOMPONEN FISIK – KIMIA
2016- 2016- 2021-
a. Kualitas Udara Ambien ….
2022 2022 …..
2016- 2016- 2016- 2019- 2021- 2021-
b. Kualitas Air Permukaan 2022 2022 2020 2020 ….. …..
2016-
d. Potensi Kebakaran hutan dan Lahan
2022
2 KOMPONEN BIOLOGI
2016-
a. Keanekaragaman Jenis Flora 2022
2016-
b. Keanekaragaman Jenis Fauna 2022
2016- 2016- 2019- 2021- 2021-
c. Keanekaragaman Jenis Biota Air
2022 2022 2020 ….. …..
3 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
Sosial Ekonomi
2016- 2021-
a. Aktivitas Perekonomian 2020 ….. ….
2016- 2016- 2019- 2021-
b. Pendapatan Masyarakat 2020 2022 2020 ….. ….
Sosial budaya
2015- 2016- 2016- 2016- 2019- 2021- 2021-
a. Pola Prilaku Masyarakat …. ….
…. 2019 2022 2020 2020 ….. …..
2017-
b. Perubahan Persepsi Masyarakat
2018
2016- 2016-
c. Konflik Sosial
2019 2020
4 KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT
2016- 2016- 2019- 2021- 2021-
a. Tingkat kesehatan masyarakat ….
2022 2020 2020 ….. …..
……. Sampai Batas Yang Belum Ditentukan
A TAHAP PRA KONSTRUKSI B TAHAP KONSTRUKSI C TAHAP OPERASI D TAHAP PASCA OPERASI
1 Pengurusan Ijin 1 Sosialisasi Kegiatan Proyek 1 Sosialisasi Tahap Operasi 1 Sosialisasi Tahap Pasca Operas
3 Sosialisasi Kepada Masyarakat 2 Perekrutan Tenaga Kerja 2 Pemberdayaan Masyarakat (CD) 2 Penanganan Tanaman Eks Kebun
5 Tata Batas, Pembebasan dan Penyerahan Lahan 3 Pemberdayaan Masyarakat (CD) 3 Pemanenan 3 Penyerahan Asset Tidak Bergerak
4 Mobilisasi Alat Berat dan Material 4 Pengangkutan Hasil Panen 4 Demobilisasi Peralatan
5 Pembukaan Lahan 5 Pengolahan Hasil Panen 5 Pelepasan Tenaga Kerja
6 Pembangunan Fasilitas Prasarana dan 6 Pemeliharaan TM
Sarana
7 Budidaya Tanaman Kelapa Sawit 7 Pengelolaan & Pengolahan
Limbah
8 Konservasi Tanah dan Air 8 Program Litbang
9 Pemeliharaan TBM
10 Pembangunan Pabrik Pengolahan dan
Pembangunan IPAL
Komponen Pelingkupan
Deskripsi Batas
Pengelolaan Lingkungan Yang Lingkungan Wilayah
No. Rencana Dampak Penting Waktu
Sudah Direncanakan Terkena Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Studi
Kegiatan Hipotetik (DPH) Kajian
Dampak
A. Tahap Pra konstruksi
1 Pengurusan Keputusan Bupati Ketapang No. Sosial 1) Perubahan sikap Kegiatan tersebut adalah kegiatan Disimpulkan Masyarakat Tidak ada
Perizinan 560/BPMPPT/TAHUN 2013 Budaya dan persepsi awal yang dilakukan oleh PT. Karya TIDAK menjadi Desa
tanggal 20 Desember 2013 Tentang masyarakat 2) Pola Bakti Agro Sejahtera dalam hal ini DPH, namun dampak diwilayah
Pemberian Izin Lokasi Untuk Prilaku Masyarakat pihak pemrakarsa melakukan ini tetap dikelola studi
Keperluan Pembangunan peninjauan terhadap lokasi rencana dengan cara :
Perkebunan Kelapa Sawit Kepada kegiatan, serta pengurusan (Sosialisasi kegiatan
PT. Karya Bakti Agro Sejahtera perizinan, yang mana kegiatan pada tahap pra
tersebut dapat menimbulkan dampak kontruksi )
terhadap persepsi positif dan negatif
dari masyarakat yang berdampak
pada perubahan pola pikir. Namun
tahap ini berlangsung tidak lama
dalam kegiatan. Persepsi negatif
akan hilang seiring dilakukanya
sosialisasi maka masyarakat akan
cepat memahami dan persepsi serta
anggapan masyarakat yang negatif
dapat hilang seiring dengan waktu,
maka dampak ini dikategorikan
menjadi dampak tidak penting.
2 Survei Untuk Laporan Prasurvei PT. Karya Bakti Sosial 1) Perubahan sikap Kegiatan ini berlangsung pada tahap Disimpulkan TIDAK Masyarakat Sebelum
Studi Kelayakan Agro Sejahtera Budaya dan persepsi pra kontruksi, autput dari kegiatan menjadi DPH, Desa penyusunan
masyarakat 2) Pola ini adalah adanya hasil prasurvey namun dampak ini diwilayah dokumen
Prilaku Masyarakat sebelum dilakukkannya kegiatan tetap dikelola dengan studi AMDAL
AMDAL. Dalam kegiatan ini tidak cara : (Sosialisasi
menimbulkan dampak sehingga kegiatan pada tahap
dikategorikan menjadi dampak pra kontruksi )
tidak penting
Tidak Ada Sosial Pola Prilaku Dalam hal ini pola prilaku Disimpulkan Areal Dilakukan
Budaya Masyarakat masyarakat akan bersikap positif TIDAK menjadi diwilayah dari tahun
dengan di berikannya ijin pada DPH, namun dampak studi 2016
kegiatan pembangunan sarana dan ini tetap dikelola hingga
prasarana untuk melakukan aktivitas dengan cara: 2018
perekonomian, maka tidak menjadi (Mengijinkan adanya
dampak penting aktivitas
perekonomian
selama kegiatan
pembangunan
berlangsung)
Tidak Ada Kesehatan Sanitasi Lingkungan Dalam proses permbangunan sarana Disimpulkan Areal Dilakukan
dan prasarana diprakirakan akan TIDAK menjadi diwilayah dari tahun
berdampak pada penurunan sanitasi DPH, namun dampak studi 2016
lingkungan, namun hal ini akan ini tetap dikelola hingga
bersifas sementara dan dampak dengan cara: 2018
dikategorikan menjadi dampak (menyediakan tempat
tidak penting sampah, pembuatan
MCK, adanya tenaga
untuk kebersihan dan
pengangkutan
sampah)
Tidak Ada Sosial Pola Prilaku Komponen lingkungan tersebut Disimpulkan Areal Dilakukan
Budaya Masyarakat memegang peranan penting dalam menjadi DPH diwilayah mulai 2029
kehidupan sehari-hari masyarakat studi
Tidak Ada Kesehatan Tingkat Kesehatan Komponen lingkungan tersebut Disimpulkan Areal Dilakukan
Masyarakat memegang peranan penting dalam menjadi DPH diwilayah mulai 2030
kehidupan sehari-hari masyarakat studi
7 Pengelolaam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun Fisika-kimia Kualitas Air Komponen tersebut memegang Disimpulkan Areal Dilakukan
dam Pengolahan 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Permukaan peranan penting bagi masyarakat menjadi DPH diwilayah mulai 2031
Limbah Air dan Pengendalian Pencemaran karena air sungai masih digunakan studi
Air. sebagian masyarakat untuk
keperluan sehari-hari sehingga
dampak ini dikategorikan menjadi
dampak penting hipotetik
Tidak Ada Biologi Keanekaragaman Komponen tersebut memegang Disimpulkan Areal Dilakukan
Jenis Biota Air peranan penting bagi masyarakat menjadi DPH diwilayah mulai 2032
karena air sungai masih digunakan studi
sebagian masyarakat untuk
keperluan sehari-hari sehingga baik
MCK maupun pemanfaatan hasil
sungai seperti ikan. Maka
kategorikan menjadi dampak
penting hipotetik
A TAHAP PRA KONSTRUKSI B TAHAP KONSTRUKSI C TAHAP OPERASI D TAHAP PASCA OPERASI
1 Pengurusan Ijin 1 Sosialisasi Kegiatan Proyek 1 Sosialisasi Tahap Operasi 1 Sosialisasi Tahap Pasca Operas
2 Sosialisasi Kepada Masyarakat 2 Perekrutan Tenaga Kerja 2 Pemberdayaan Masyarakat (CD) 2 Penanganan Tanaman Eks Kebun
III-2
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
3 Tata Batas, Pembebasan dan Penyerahan Lahan 3 Pemberdayaan Masyarakat (CD) 3 Pemanenan 3 Penyerahan Asset Tidak Bergerak
4 Mobilisasi Alat Berat dan Material 4 Pengangkutan Hasil Panen 4 Demobilisasi Peralatan
5 Pembukaan Lahan 5 Pengolahan Hasil Panen 5 Pelepasan Tenaga Kerja
6 Pembangunan Fasilitas Prasarana dan
6 Pemeliharaan TM
Sarana
7 Budidaya Tanaman Kelapa Sawit 7 Pengelolaan & Pengolahan
Limbah
8 Konservasi Tanah dan Air 8 Program Litbang
9 Pemeliharaan TBM
10 Pembangunan Pabrik Pengolahan dan
Pembangunan IPAL
III-3
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
3.2. PENENTUAN SIFAT PENTING DAMPAK
Besaran Dampak
Metode matematik, metode penilaian ahli (professional judgement), dan
analogi diterapkan dalam memprakirakan besaran dampak. Prakiraan dampak
dibandingkan dengan rona lingkungan dengan adanya proyek dan tanpa
adanya proyek, juga dibandingkan dengan baku mutu. Penentuan besaran
dampak penting diterapkan untuk beberapa komponen lingkungan yang
memungkinkan ditentukan besaran dampaknya.
Sifat Penting Dampak
Sifat penting dampak ditetapkan dengan mengacu pada Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 56 tahun 1994 tentang Pedoman Penetapan Dampak Penting,
PP No.27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Penjelasan Pasal 3 ayat 1) ,
dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penetapan dampak penting berdasarkan pada
enam kriteria dampak penting berikut:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak.
2. Luas wilayah persebaran dampak.
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak.
5. Sifat kumulatif dampak.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
7. Kriteria lain yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
Apabila terdapat salah satu dari enam kriteria dampak menjadi penting, maka
komponen lingkungan yang terkena dampak penting hipotetik yang ditelaah,
dikategorikan menjadi dampak penting baik positif maupun negatif.
Melalui prakiraan dampak inilah, dampak penting hipotetik yang telah
diformulasikan pada proses pelingkupan KA-ANDAL ditentukan apakah
akan berlanjut atau tidak berlanjut menjadi dampak positif atau negatif
penting. Pada proses prakiraan dampak, juga ditentukan hierarki dampak
apakah dampak langsung (primer) atau dampak turunan (sekunder)
III-4
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
3.2.1. KOMPONEN FISIK KIMIA
1. Tahap Prakontruksi
Pada tahap pra konstruksi meliputi kegiatan pengurusan Izin, sosialisasi
kepada masyarakatdan Tata Batas Pembebasan Lahan, namun yang masuk
dalam dampak penting adalah pada kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat, Program Kom-DevdanTata Batas Pembebasan Lahan.
Untuk dampak fisika-kimia di tahap prakontruksi ini masuk pada dampak
Sosial Budaya, jadi tidak ada Pengelolaan komponen Fisika-Kimia pada
Tahap Prakontruksi ini.
2. Tahap Kontruksi
Pada tahap konstruksi yang masuk dalam dampak penting setelah melalui
evaluasi dampak potensial adalah (B1)Sosialisasi Kegiatan Proyek
(B2)Perekrutan Tenaga Kerja, (B3)Pemberdayaan Masyarakat (CD)
(B4)Mobilisasi Alat Berat dan Material, (B5)Pembukaan Lahan,
(B6)Pembangunan Fasilitas Sarana dan Prasarana, (B7)Budidaya
Tanaman Kelapa Sawit (B8)Konservasi Tanah dan Air,
(B9)Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan serta
(B10)Pembangunan Pabrik Pengolahan dan IPAL dan komponen fisika-
kimia yang dikelola di tahap kontruksi ini adalah kegiatan sebagai berikut :
III-5
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan
terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang
menentukan seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam sistem
pernafasan.
1) Sumber dampak
Sumber dampak terhadap penurunan kualitas udara tahap konstruksi
adalah konstribusi polutan dari kendaraan dan alat berat konstruksi.
Polutan penting yang diperkirakan timbul adalah So2, CO dan
partikel debu SPM. polutan So2 dan CO diperkirakan timbul dari
emisi bahan bakar kendaraan dan alat berat, sedangkan polutan
SPM timbul dari hasil kegiatan mobilisasi dan pembukaan lahan.
2) Besaran dampak
Menentukan besaran dampak dari penurunan kualitas udara adalah
dengan cara memprakirakan konsentrasi polutan penting (So 2, CO
dan SPM) pada saat tahap konstruksi.
Indeks Kategori
1–5 Baik
51 – 100 Sedang
101 -199 Tidak sehat
200 – 299 Sangat tidak sehat
300 lebih Berbahaya
Sumber : KEP-45/MENLH/10/1997
III-6
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 4 Hasil Perhitungan ISPU Setelah Adanya Kegiatan
250
200
Indeks ISPU
150 U1 RLA
100 U2 RLA
U1 Kegiatan
50
U2 Kegiatan
0
So2 Co SPM
Parameter ISPU
Tabel 3. 5Prakiraan dampak penting penurunan kualitas udara Terhadap Kegiatan Mobilisasi
Alat Berat dan Material
III-7
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 6 Prakiraan dampak penting penurunan kualitas udara Terhadap Kegiatan
Pembukaan Lahan
Pada kondisi Rona Awal Kondisi TSS pada Sampel Air 1 sebesar 38
mg/L kondisi ini di pengaruhi kondisi kekeruhan pada sungai
tergantung dari berbagai faktor secara bersamaan. Dalam kaitannya
dengan limpasan, faktor yang berpengaruh secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu faktor meteorologi dan
karateristik daerah tangkapan saluran atau daerah aliran sungai (DAS).
Faktor meteorlogi ini meliputi karateristih hujan yaitu : intensitas hujan,
durasi hujan, dan distribusi curah hujan. Karateristik DAS meliputi luas
dan bentuk DAS, topografi, dan tata guna lahan. Perhitungan kualitas
air permukaan dihitung berdasarkan luas perubahan lahan akibat
kegiatan proyek. Rencana kegiatan proyek berjalan dari tahun 2016 –
2019 yaitu 4 tahun. Berikut adalah hasil perhitungan kualitas air pada
sampel air 1 di Gambar 3.2 dan sampel air 2 pada Gambar 3.3.
Perbedaan kenaikan pertahun diasumsikan 1% dari hasil analisa
Laboratorium terlihat pada gambar berikut ini :
III-8
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Hasil Analisa TSS Sampel Air 1
50
45
40
35
Parameter
30
25
20
15
10
5
1 2 3 4
0
38 38 38 38
kualitaskualitas
air (tanpa
air proyek)
(dengan
40.63 43.09 45.41 47.61
proyek)
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4
50
kualitas air (tanpa proyek) kualitas air (dengan 50 50 50
proyek)
52 53.92 55.77 77.57
III-9
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 7 Prakiraan dampak penting penurunan kualitas air Terhadap Kegiatan Pembukaan
Lahan (B5)
Tabel 3. 8 Prakiraan dampak penting penurunan kualitas air Terhadap Kegiatan Konservasi
Tanah dan Air (B8)
Tabel 3. 9 Prakiraan dampak penting penurunan kualitas air Terhadap Kegiatan Pemeliharaan
TBM (B9)
III-10
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No Ukuran Dampak Penting Keterangan Kesimpulan
dampak namun dampak dapat tidak akan
menyebar
3 Intensitas dan lamanya Kegiatan ini berlangsung selama
dampak berlangsung tanaman masih berproduksi, adanya
kontaminasi ke air permukaan sangat
TP
kecil sehingga walaupun setiap tahun
namun pemeliharaan dilakukan
bertahap
4 Banyaknya komponen Komponen lain yang terkena dampak
lingkungan lain yang yaitu tingkat kesehatan masyarakat,
terkena dampak khususnya pekerja, namun bila
pemeliharaan dilakukan dengan TP
prosedur dan penggunaan APD yang
telah sesuai diperkirakan dapak tidak
akan terjadi
5 Sifat kumulatif dampak Dampak tidak bersifat komulatif TP
6 Berbalik atau tidak Dampak dapat berbalik dengan
TP
berbaliknya dampak Pengelolaan yang baik
Kesimpulan TP
Tabel 3. 10 Prakiraan dampak penting penurunan kualitas air Terhadap pembangunan pabrik
dan Pengelolaan IPAL (B10)
III-11
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Di areal lokasi studi juga jauh dari hutan produksi dan hutan lindung,
serta pada lokasi studi juga telah banyak lahan yang sudah terbuka.
3. Tahap Operasi
III-12
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No Ukuran Dampak Penting Keterangan Kesimpulan
1 Jumlah manusia terkena Jumlah manusia terkena dampak cukup
dampak banyak, karena mobilisasi dilakukan P
menggunakan jalan yang ada saat ini
2 Luas wilayah persebaran Untuk saat ini sebaran debu sudah
dampak dalam katagori tidak sehat dan pada
saat mobilisasi diperkirakan akan P
menambah beban pencemar sehingga
dapat dikategorikan penting
3 Intensitas dan lamanya Dampak berlangsung tidak lama karena
dampak berlangsung mobilisasi dilakukan bertahap dan TP
tidak sekaligus
4 Banyaknya komponen Komponen lain yang terkena dampak
lingkungan lain yang yaitu: P
terkena dampak Tingkat Kesehatan masyarakat
5 Sifat kumulatif dampak Dampak tidak bersifat komulatif TP
6 Berbalik atau tidak Dampak dapat berbalik dengan
TP
berbaliknya dampak Pengelolaan yang baik
Kesimpulan - P
III-13
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No Tabel
Ukuran3. 12Dampak
PrakiraanPenting Keterangan
dampak penting penurunan Kesimpulan
kualitas udara Terhadap Kegiatan
Pengangkutan Hasil
sesuai dengan Panen
prosedur
4 Banyaknya komponen Komponen lain yang terkena dampak
lingkungan lain yang yaitu Tingkat Kesehatan masyarakat,
TP
terkena dampak dampak ini tidak akan terjadi bila
penanganan dilakukan dengan benar
5 Sifat kumulatif dampak Dampak tidak bersifat komulatif TP
6 Berbalik atau tidak Dampak dapat berbalik dengan
TP
berbaliknya dampak Pengelolaan yang baik
Kesimpulan TP
Tabel 3. 14 Prakiraan dampak penting penurunan kualitas air Terhadap Pengelolaan dan
pengolahan limbah (C7)
III-14
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 15 Prakiraan dampak penting penurunan kualitas udara Terhadap Kegiatan
Demobilisasi Peralatan
1. Tahap Kontruksi
Pada tahap konstruksi yang masuk dalam dampak penting setelah melalui
evaluasi dampak potensial adalah (B1)Sosialisasi Kegiatan Proyek
(B2)Perekrutan Tenaga Kerja, (B3)Pemberdayaan Masyarakat (CD)
(4)Mobilisasi Alat Berat dan Material, (B5)Pembukaan Lahan,
(B6)Pembangunan Fasilitas Sarana dan Prasarana, (B7)Budidaya
Tanaman Kelapa Sawit (B8)Konservasi Tanah dan Air,
(B9)Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan serta (B10)Pembangunan
Pabrik Pengolahan dan IPAL dan komponen Biologi yang dikelola di tahap
kontruksi ini adalah kegiatan sebagai berikut :
III-15
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
TabelTabel
3. 163.Dampak
12 Prakiraan
Penting
dampak
Pembukaan
penting
Lahan
penurunan
Terhadap
kualitas
Menurunya
udara Terhadap
Keanekaragaman
KegiatanJenis
Pengangkutan
Flora
Hasil Panen
III-16
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Tidak Penting (TP)
III-17
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No. Tabel Kriteria
3. 12 Prakiraan
Dampakdampak
Pentingpenting penurunan
Penilaian kualitas udara Terhadap Kegiatan
Keterangan
Pengangkutan Hasil Panen
cukup baik.
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Penting (TP)
2. Tahap Operasi
Pada tahap konstruksi yang masuk dalam dampak penting setelah melalui
evaluasi dampak potensial adalah (C1)Sosialisasi Kegiatan Proyek
(C2)Pemberdayaan Masyarakat (C3)Penanaman (C4)Pengangkutan
Hasil Panen, (C5)Pengolahan Hasil Panen, (C6)Pemeliharaan TM,
(C7)Pengelolaan dan Pengolahan Limbah(C8)Program Litbang dan
komponen Biologi yang dikelola di tahap kontruksi ini adalah kegiatan
sebagai berikut :
Menurunnya Keanekaragaman Jenis Biota Air (C6 dan C7)
Pada kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan dan Pengelolaan serta
pengolahan limbah diprakirankan timbul dampak penurunan kualitas air
permukaan di tahap operasi. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk pada
tanaman yang dikhawatirkan akan berpengaruh pada kualitas air yang
menyebabkan pengaruh pada penurunan keanekaragaman jenis biotanya.
Untuk analisa dampak pentingnya sebagai berikut :
III-18
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 21 Dampak Penting Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Terhadap Menurunya
Keanekaragaman Jenis Biota Air
1. Tahap Prakontruksi
Pada tahap pra konstruksi meliputi kegiatan (A1)pengurusan Izin,
(A2)survey untuk studi kelayakan, (A3)sosialisasi kepada masyarakat,
(A4)program Com-Dev, (A5)tata batas, pembebasan dan penyerahan
lahan. Berikut adalah dampak komponen social ekonomi dan budaya :
III-19
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
a. Pola
Tabel 3. 12 Prilaku
PrakiraanMasyarakat (A3penurunan
dampak penting dan A5) kualitas udara Terhadap Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sekitar pada tahap pra konstruksi
adalah pengenalan dan penyebarluasan informasi, komunikasi dan interaksi
sosial kepada masyarakat dan para pihak yang berkepentingan di sekitar
lokasi areal perkebunan kelapa sawit. Ada dua jenis sosialisasi yang akan
dilakukan kepada masyarakat sekitar, yaitu sosialisasi kegiatan proyek dan
sosialisasi AMDAL
Dari sampel yang diperoleh pada responden untuk penerimaan kegiatan
pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Karya
Bakti Agro Sejahtera ini dapat dilihat hasil analisanya sebagai berikut :
30
25
Jumlah Responden
20
15
Series1
10
0
Toko warung Toko
Pernyataan Masyarakat Terhadap Penerimaan Kegiatan PT. KBAS
III-20
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
lain terkena dampak turunan lain dikarenakan tidak
terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Penting (P)
Tabel 3. 24 Dampak Penting Tata Batas dan Pembebasan Lahan Terhadap Pola Prilaku
Masyarakat
Tabel 3. 25 Dampak Penting Sosialisasi Kepada Masyarakat Terhadap Sikap dan Persepsi
Masyarakat
III-21
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No. Tabel Kriteria
3. 12 Prakiraan
Dampakdampak
Pentingpenting penurunan
Penilaian kualitas udara Terhadap Kegiatan
Keterangan
lain terkena dampak Pengangkutan Hasil Panen
dampak
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Tidak Penting (TP)
Tabel 3. 26 Dampak Penting Tata Batas dan Pembebasan Lahan Terhadap Konflik Sosial
III-22
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
2. Tahap Kontruksi
Pada tahap konstruksi yang masuk dalam dampak penting setelah melalui
evaluasi dampak potensial adalah (B1)Sosialisasi Kegiatan Proyek
(B2)Perekrutan Tenaga Kerja, (B3)Pemberdayaan Masyarakat (CD)
(4)Mobilisasi Alat Berat dan Material, (B5)Pembukaan Lahan,
(B6)Pembangunan Fasilitas Sarana dan Prasarana, (B7)Budidaya
Tanaman Kelapa Sawit (B8)Konservasi Tanah dan Air,
(B9)Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan serta (B10)Pembangunan
Pabrik Pengolahan dan IPAL dan komponen ekonomi social dan budaya
yang dikelola di tahap kontruksi ini adalah kegiatan sebagai berikut :
30
Jumlah Aktivitas Perekonomian
25
20
15 grafik analisa setelah
ada kegiatan
10
jenis kegiatan saat ini
5
0 grafik sebelum ada
Toko warung kios warung kegiatan
makan
Jenis Kegiatan
Grafik analisa aktivitas perekonomian di areal PT. KBAS
III-23
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel
Tabel
3. 3.
2712
Dampak
Prakiraan
Penting
dampak
Perekrutan
pentingTenaga
penurunan
Kerja
kualitas
Terhadap
udara
Aktivitas
Terhadap
Perekonomian
Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Jumlah manusia yang akan terkena Tidak banyak, karena tidak semua masyarakat
1. TP
dampak akan membuka perdagangan diareal studi
Aktivitas perekonomian hanya akan
2. Luas wilayah persebaran dampak TP berkembang di lokasi kegiatan dan
penyebarannya tidak terlalu luas
Lamanya dampak berlangsung & Dampak berlangsung hingga tahap pasca
3. +P
Intensitas dampak operasi berakhir lama
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Positif Penting (+P)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak Penting
Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-24
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 29 Dampak Penting Perekrutan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Masyrakat (B5)
III-25
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel
Tabel 3. 12
3. 31 Prakiraan
Dampak dampak
Penting penting penurunan
Pembukaan kualitas udara
Lahan Terhadap PolaTerhadap Kegiatan
Prilaku Masyarakat
Pengangkutan Hasil
(B5) Panen
III-26
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 33 Dampak Penting Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pembangunan
IPAL Terhadap Pola Prilaku Masyarakat (B10)
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Jumlah manusia yang akan terkena
1.
dampak
P Masyarakat yang menggunakan air sungai
2. Luas wilayah persebaran dampak P Cukup luas
Lamanya dampak berlangsung & Dampak berlangsung lama, yaitu selama
3. P
Intensitas dampak kegiatan berlangsung
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Penting (P)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak Penting
Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-27
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
e.Tabel 3. 12 Prakiraan
Tingkat Kesehatandampak penting penurunan
Masyarakat (B4, B9kualitas
dan B10)udara Terhadap Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
Tabel 3. 35 Dampak Penting Mobilisasi alat berat dan material Terhadap Penurunan
Tingkat Kesehatan Masyarakat (B4)
III-28
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 37 Dampak Penting Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pembangunan
IPAL Terhadap Pendapatan Masyarakat
III-29
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel
Tabel
3. 383.Dampak
12 Prakiraan
Penting
dampak
Mobilisasi
penting
alatpenurunan
berat dan material
kualitas Terhadap
udara Terhadap
Penurunan
Kegiatan
Kualitas
Pengangkutan
Udara (B4)
Hasil Panen
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Tidak banyak Mobilisasi melalui jalur darat
Jumlah manusia yang akan terkena dilakukan pada kendaraan roda 4, untuk
1. TP
dampak pengangkutan alat direncanakan
menggunakan jalur sungai.
Kendaraan yang lewat dengan intensif hanya
sekali jalan. Jadi luas dampak yang timbul
2. Luas wilayah persebaran dampak TP
terhadap paparan debu dan gas buangan akan
cepat terurai di udara
Lamanya dampak berlangsung &
3.
Intensitas dampak
TP Dampak berlangsung tidak lama
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Tidak Penting (TP)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak Penting
Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
Pola pembukaan lahan yang akan dilakukan olehPT. Karya Bakti Agro
Sejahtera adalah dengan cara pembukaan lahan tanpa pembakaran sesuai
Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 584 Tahun 2006 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar
Pembukaan lahan dilakukan pada kawasan areal yang tidak berhutan
terlebih dahulu untuk mencegah degradasi yang terlalu tinggi, kemudian
pada kawasan areal yang berhutan. Keberadaan pohon-pohon besar yang
unik dan mempunyai nilai ekologis yang tinggi sebagai sumber plasma
nutfah dan sumber pakan bagi fauna (terutama jenis avifauna) serta sebagai
tempat bersarang dan berkembang biak akan dilindungi (tidak ditebang).
III-30
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 39 Dampak Penting Pembukaan Lahan Terhadap Penurunan Kualitas Udara
(B5)
III-31
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 12
Tabel 41 Prakiraan dampak penting
Dampak Penting penurunan
Konservasi Tanahkualitas
dan Airudara Terhadap
Terhadap Kegiatan
Kualitas Air
Pengangkutan Hasil
Permukaan (B8) Panen
Tabel 3. 42 Dampak Penting Pemeliharaan TBM Terhadap Air Terhadap Kualitas Air
Permukaan (B9)
III-32
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 43 Dampak Penting Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pembangunan
IPAL Terhadap Kualitas Air Permukaan (B10)
III-33
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
i.Tabel
Keanekaragaman Jenispenting
3. 12 Prakiraan dampak Flora penurunan
(B5) kualitas udara Terhadap Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
Tabel 3. 45 Dampak Penting Pembukaan Lahan Terhadap Potensi
Keanekaragaman Jenis Flora
III-34
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
k. Keanekaragaman Jenis Biota Air (B5, B8 dan B10)
Tabel 3. 47 Dampak Penting Pembukaan Lahan Terhadap Keanekaragaman Jenis
Biaota Air (B5)
III-35
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 3.
Tabel 4912Dampak Penting
Prakiraan Pembangunan
dampak Pabrik Pengolahan
penting penurunan danTerhadap
kualitas udara Pembangunan IPAL
Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
Terhadap Keanekaragaman Jenis Biota Air (B10)
3. Tahap Operasi
III-36
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Penting (+P)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak
Penting Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-37
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No. Tabel Kriteria
3. 12 Prakiraan
Dampakdampak
Pentingpenting penurunan
Penilaian kualitas udara Terhadap Kegiatan
Keterangan
Pengangkutan Hasil Panen
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Penting (P)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak
Penting Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-38
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 55 Dampak Penting Pemeliharaan TM Terhadap Pola Prilaku Masyarakat
(C6)
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Jumlah manusia yang akan terkena Tidak banyak karena ada sempadan sungai
1. TP
dampak yang memisahkan kegiatan dengan dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak TP Tidak luas, hanya pada areal pemeliharaan
Lamanya dampak berlangsung & Dampak berlangsung tidak lama, perawatan
3. TP
Intensitas dampak dilakukan per blok dan plot secara bergantian
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Tidak Penting (TP)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak Penting
Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-39
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
f. 3.Kualitas
Tabel Air Permukaan
12 Prakiraan (C6
dampak penting dan C7)kualitas udara Terhadap Kegiatan
penurunan
Pengangkutan Hasil Panen
Tabel 3. 57 Dampak Penting Pemeliharaan TM Terhadap Kualitas Kualitas Air
Permukaan (C6)
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Jumlah manusia yang akan terkena Tidak banyak karena ada sempadan sungai
1. TP
dampak yang memisahkan kegiatan dengan dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak TP Tidak luas, hanya pada areal pemeliharaan
Lamanya dampak berlangsung & Dampak berlangsung tidak lama, perawatan
3. TP
Intensitas dampak dilakukan per blok dan plot secara bergantian
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Tidak Penting (TP)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak
Penting Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-40
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
g. Keanekaragaman Jenis Biota Air (C6 dan C7)
III-41
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3.aturan yang dampak
12 Prakiraan disepakati.
penting Pelepasan tenagaudara
penurunan kualitas kerja diakukan
Terhadap melalui
Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
pengurangan tenaga kerja secara bertahap berdasarkan produktivitas kerja
pada masing-masing spesifikasi kerja sehingga dalam pelepasannya
diperlukan waktu beberapa tahun. Adapun pada saat pelepasan tenaga
kerja ini berpotensi menimbulkan dampak berupa persepsi masyarakat
dan konflik sosial, karena akan mengurangi atau bahkan menghilangkan
pendapatan sebagian warga masyarakat desa yang bekerja pada
perusahaan
Tabel 3. 61 Dampak Penting Pelepasan Tenaga Kerja Terhadap
Aktivitas Perekonomian
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Jumlah manusia yang akan terkena Cukup banyak, selain masyarakat juga para
1. P
dampak pekerja yang bekerja sebagai karyawan
Cukup luas karena melibatkan masyrakat
2. Luas wilayah persebaran dampak P
local dan non lokal
Lamanya dampak berlangsung & Tidak lama, hanya pada saat pembebasan
3. TP
Intensitas dampak lahan
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Penting (P)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak
Penting Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-42
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Prakiraan Dampak Penting Penting (P)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak
Penting Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-43
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel
d. 3.Tingkat
12 Prakiraan dampak Masyarakat
Kesehatan penting penurunan
(D6)kualitas udara Terhadap Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
Tabel 3. 65 Dampak Penting Demobilisasi Peralatan Terhadap Tingkat Kesehatan
Masyarakat
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Tidak banyak Mobilisasi melalui jalur darat
Jumlah manusia yang akan terkena dilakukan pada kendaraan roda 4, untuk
1. TP
dampak pengangkutan alat direncanakan
menggunakan jalur sungai.
Kendaraan yang lewat dengan intensif hanya
sekali jalan. Jadi luas dampak yang timbul
2. Luas wilayah persebaran dampak TP
terhadap paparan debu dan gas buangan akan
cepat terurai di udara
Tidak banyak Mobilisasi melalui jalur darat
Lamanya dampak berlangsung & dilakukan pada kendaraan roda 4, untuk
3. TP
Intensitas dampak pengangkutan alat direncanakan
menggunakan jalur sungai.
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Tidak Penting (TP)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak Penting
Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-45
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 66 Dampak Penting Demobilisasi Peralatan Terhadap Kualitas Udara Ambien
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
Tidak banyak Mobilisasi melalui jalur darat
Jumlah manusia yang akan terkena dilakukan pada kendaraan roda 4, untuk
1. TP
dampak pengangkutan alat direncanakan
menggunakan jalur sungai.
Kendaraan yang lewat dengan intensif hanya
sekali jalan. Jadi luas dampak yang timbul
2. Luas wilayah persebaran dampak TP
terhadap paparan debu dan gas buangan akan
cepat terurai di udara
Lamanya dampak berlangsung &
3.
Intensitas dampak
TP Dampak berlangsung tidak lama
tidak akan terlalu mempengaruhi dampak
Banyaknya komponen lingkungan turunan lain dikarenakan tidak
4. TP
lain terkena dampak terkonsentrasinya dampak pada suatu tempat
dan tidak akan terakumulasi
diprakirakan tidak akan berakumulasi, hal ini
5. Sifat kumulatif dampak TP
karena intensitasnya kecil
6. Berbalik atau tidak berbalik dampak TP dapat berbalik atau dipulihkan
Prakiraan Dampak Penting Tidak Penting (TP)
Keterangan: P = Penting TP = Tidak Penting
Sumber: KepKa Bapedal No. 056 Tahun 1994
III-45
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3. 12 Prakiraan dampak penting penurunan kualitas udara Terhadap Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
III-1
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
BAB IVEVALUASI SECARA HOLISTIK
TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Evaluasi dampak besar dan penting terhadap komponen lingkungan merupakan hasil
kajian atau telaahan secara holistik terhadap beragam dampak penting yang timbul
akibat adanya rencana kegiatan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik
Pengolahan PT. Karya Bakti Agro Sejahtera di Kecamatan Kendawangan dan
Kecamatan Marau Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Beragamnya
dampak penting tersebut ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling
mempengaruhi, yang didasarkan pada prakiraan dampak besar dan penting yang
dapat timbul dalam lingkup ruang dan waktu yang telah ditetapkan.Metode evaluasi
dampak yang dipergunakan dalam studi ANDAL Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit
dan Pabrik Pengolahan PT. Karya Bakti Agro Sejahtera “Metode Matrik
sederhana”
Hasil evaluasi ini digunakan sebagai alat pertimbangan oleh instansi yang berwenang
untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari rencana kegiatan tersebut.
Dampak besar dan penting yang dihasilkan dari evaluasi disajikan sebagai dampak
besar dan penting yang harus dikelola dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan
hidup (RKL) dan dipantau dalam Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL).
2. Tahap Kontruksi
Prakiraan dampak penting penurunan kualitas udara terhadap kegiatan
mobilisasi alat berat dan material, prakiraan dampak penting penurunan
kualitas udara terhadap kegiatan pembukaan lahan, prakiraan dampak
penting penurunan kualitas air terhadap kegiatan pembukaan lahan (B5),
Prakiraan dampak penting penurunan kualitas air terhadap pembangunan
IV-1
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3.pabrik dan pengelolaan
12 Prakiraan IPAL
dampak penting (B10)kualitas
penurunan dan Prakiraan dampak
udara Terhadap penting
Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
potensi kebakaran hutan terhadap pembukaan lahan (B5) menimbulkan
dampak penting yang akan di kelola pada dokumen RKL – RPL.
Sedangkan Prakiraan dampak penting penurunan kualitas air terhadap
kegiatan konservasi tanah dan air (B8) dan Prakiraan dampak penting
penurunan kualitas air terhadap kegiatan pemeliharaan TBM (B9)
menimbulkan dampak tidak penting yang tidak akan di kelola dalam RKL
– RPL.
3. Tahap Operasi
Prakiraan dampak penting penurunan kualitas udara terhadap kegiatan
pengangkutan hasil panen menimbulkan dampak nagatif penting yang akan
dikelola pada dokumen RKL – RPL, sedangkan prakiraan dampak penting
penurunan kualitas air Terhadap Pemeliharaan Tanaman (C6) menimbulakan
daampak tidak penting yang tidak di kelola dalam RKL – RPL dan prakiraan
dampak penting penurunan kualitas air terhadap pengelolaan dan pengolahan
limbah (C7) menimbulkan dampak penting juga akan dikelola pada dokumen
RKL - RPL
1. Tahap Kontruksi
Dampak penting pembukaan lahan terhadap menurunnya
keanekaragaman jenis flora menimbulkan dampak penting yang akan di
kelola pada dokumen RKL – RPL dan dampak penting pembukaan lahan
terhadap menurunya keanekaragaman jenis fauna, dampak penting
pembukaan lahan terhadap menurunnya keanekaragaman jenis biota air,
dampak penting konservasi tanah dan air terhadap menurunnya
keanekaragaman jenis biota air menimbulkan dampak yang tidak penting
sehingga tidak di kelola dalam dokumen RKL – RPL sedangkan dampak
penting pembangunan pabrik pengolahan dan IPAL terhadap
menurunnya keanekaragaman jenis biota air menimbulkan dampak
penting yang akan di kelola pada dokumen RKL – RPL.
2. Tahap Operasi
Dampak penting pemeliharaan tanaman terhaadap menurunnya
keanekaragaman jenis biota air dan dampak penting pengelolaan dan
pengolahan limbah terhadap menurunnya keanekaragaman jenis biota air
IV-2
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
menimbulkan dampak tidak penting yang tidak di kelola dalam dokumen
RKL – RPL.
1. Tahap Prakontruksi
Dampak penting sosialisasi kegiatan terhadap pola prilaku masyarakat
dan dampak penting tata batas dan pembebasan lahan terhadap pola
prilaku masyarakat serta dampak penting tata batas dan pembebasan lahan
terhadap konflik sosial menimbulkan dampak penting yang akan di kelola
pada dokumen RKL – RPL sedangkan dampak penting sosialisasi kepada
masyarakat terhadap sikap dan persepsi masyarakat menimbulkan dampak
tidak penting yang tidak di kelola dalam dokumen RKL – RPL
2. Tahap Kontruksi
Dampak Penting Perekrutan Tenaga Kerja Terhadap Aktivitas Perekonomian
menimbulkan dampak positif penting yang di kelola dalam dokumen RKL –
RPL dan Dampak Penting Perekrutan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan
Masyrakat (B2), Dampak Penting Pembukaan Lahan Terhadap Pola Prilaku
Masyarakat (B5), Dampak Penting Pembangunan Pabrik Pengolahan dan
Pembangunan IPAL Terhadap Pola Prilaku Masyarakat (B10) Dampak Penting
Perekrutan Tenaga Kerja Terhadap Konflik Sosial, Dampak Penting Pembukaan
Lahan Terhadap Penurunan Kualitas Udara (B5), Dampak Penting Pemeliharaan
TBM Terhadap Air Terhadap Kualitas Air Permukaan (B9), Dampak Penting
Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pembangunan IPAL Terhadap Kualitas
Air Permukaan (B10), Dampak Penting Pembukaan Lahan Terhadap Potensi
Kebakaran Hutan dan Lahan, Dampak Penting Pembukaan Lahan Terhadap
Potensi Keanekaragaman Jenis Flora, Dampak Penting Pembukaan Lahan
Terhadap Keanekaragaman Jenis Fauna, Dampak Penting Pembukaan Lahan
Terhadap Keanekaragaman Jenis Biaota Air (B5), Dampak Penting
Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pembangunan IPAL Terhadap
Keanekaragaman Jenis Biota Air (B10) menimbulkan dampak penting yang
akan di kelola pada dokumen RKL – RPL sedangkan Dampak Penting
Perekrutan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Masyrakat (B5) , Dampak
Penting Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pembangunan IPAL Terhadap
Pendapatan Masyarakat (B10), Dampak Penting Pemeliharaan TBM Terhadap
Pola Prilaku Masyarakat (B9), Dampak Penting Mobilisasi alat berat dan
material Terhadap Penurunan Tingkat Kesehatan Masyarakat (B4), Dampak
Penting Pemeliharaan TBM Terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat (B9),
Dampak Penting Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pembangunan IPAL
Terhadap Pendapatan Masyarakat, Dampak Penting Mobilisasi alat berat dan
material Terhadap Penurunan Kualitas Udara (B4), Dampak Penting Pembukaan
Lahan Terhadap Kualitas Air Permukaan (B5), Dampak Penting Konservasi
Tanah dan Air Terhadap Kualitas Air Permukaan (B8), Dampak Penting
IV-3
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabel 3.Konservasi Tanah
12 Prakiraan danpenting
dampak Air Terhadap Keanekaragaman
penurunan Jenis Biota
kualitas udara Terhadap Air (B8)
Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
menimbulkan dampak tidak penting yang tidak di kelola dalam dokumen
RKL – RPL.
3. Tahap Operasi
Dampak Penting Pemanenan Terhadap Aktivitas Perekonomian (C3)
menimbulkan dampak positif penting yang di kelola dalam dokumen RKL –
RPL dan Dampak Penting Pemanenan Terhadap Pendapatan Masyarakat (C3),
Dampak Penting Pengangkutan Hasil Panen Terhadap Pola Prilaku Masyarakat
(C4), Dampak Penting Pengangkutan Hasil Panen Terhadap Kualitas Udara
Ambien (C4) menimbulkan dampak penting yang akan di kelola pada
dokumen RKL – RPL sedangkan Dampak Penting Pemeliharaan TM Terhadap
Pola Prilaku Masyarakat (C6), Dampak Penting Pengangkutan Hasil Panen
Terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat (C4), Dampak Penting Pemeliharaan
TM Terhadap Pola Prilaku Masyarakat (C6), Dampak Penting Pemeliharaan TM
Terhadap Kualitas Kualitas Air Permukaan (C6), Dampak Penting Pengelolaan
dan Pengolahan Limbah Terhadap Kualitas Air Permukaan (C7), Dampak
Penting Pemeliharaan TM Panen Terhadap Keanekaragaman Jenis Biota Air
(C6), Dampak Penting Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Terhadap
Keanekaragaman Jenis Biota Air (C7) menimbulkan dampak tidak penting
yang tidak di kelola dalam dokumen RKL – RPL.
4. Tahapan Pasca Operasi
Dampak Penting Pelepasan Tenaga Kerja Terhadap Aktivitas Perekonomian,
Dampak Penting Pelepasan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Masyarakat
menimbulkan dampak penting yang akan di kelola pada dokumen RKL –
RPL sedangkan Dampak Penting Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Pola
Prilaku Masyarakat (D2), Dampak Penting Demobilisasi Peralatan Terhadap
Pola Prilaku Masyarakat (D6), Dampak Penting Demobilisasi Peralatan
Terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat, Dampak Penting Demobilisasi
Peralatan Terhadap Kualitas Udara Ambien menimbulkan dampak tidak
penting yang tidak di kelola dalam dokumen RKL – RPL.
IV-4
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
f. Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan
2. Komponen Biologi
a. Menurunnya Keanekaragaman Jenis Flora
b. Menurunnya Keanekaragaman Jenis Fauna
c. Keanekaragaman Jenis Biota Air
IV-5
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Tabelkualitas
Tabel 3. 12 Prakiraan dampak penting penurunan 4. 1 Hasil Evaluasi
udara Holistik
Terhadap Dampak Penting
Kegiatan
Pengangkutan Hasil Panen
Tahapan Kegiatan
Pasca
No Komponen Lingkungan Prakontruksi Kontruksi Operasi Ket
Operasi
1 2 3 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1 2 3
Menurunnya Kualitas Udara dan meningkatnya
1 kebisingan TP P P TP
2 Menurunnya Kualitas Air Permukaan TP TP P P TP TP
3 Subsidensi Lahan P
4 Perubahan Fisiografi P
5 Perubahan Pola Drainase P
6 Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan P
7 Menurunnya Keanekaragaman Jenis Flora P
7 Menurunnya Keanekaragaman Jenis Fauna P
9 Menurunnya Keanekaragaman Jenis Biota Air P TP P TP TP
10 Meningkatnya Aktivitas Perekonomian +P +P P
11 Pendapatan Masyarakat P TP TP P P
12 Pola Prilaku Masyarakat P P P TP P P TP TP TP
13 Sikap dan Persepsi Masyarakat P TP
14 Konflik Sosial P
15 Tingkat Kesehatan Masyarakat TP TP P TP TP
16 Jumlah Penting 1 1 1 3 9 1 4 2 2 2 26
17 Jumlah Tidak Penting 1 2 2 2 2 1 1 3 2 1 3 21
A TAHAP PRA KONSTRUKSI B TAHAP KONSTRUKSI C TAHAP OPERASI D TAHAP PASCA OPERASI
1 Sosialisasi Kepada Masyarakat 1 Perekrutan Tenaga Kerja 1 Pemanenan 1 Demobilisasi Peralatan
2 Tata Batas, Pembebasan dan Penyerahan Lahan 2 Mobilisasi Alat Berat dan Material 2 Pengangkutan Hasil Panen 2 Pelepasan Tenaga Kerja
3 Pembukaan Lahan 3 Pemeliharaan TM
4 Konservasi Tanah dan Air 4 Pengelolaan & Pengolahan
Limbah
5 Pemeliharaan TBM
6 Pembangunan Pabrik Pengolahan dan
Pembangunan IPAL
IV-10
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
4.2. TELAAHAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN
Dari bahasan telaahan terhadap dampak penting di atas, terlihat bahwa
diperlukan Pengelolaan dan pemantauan lingkungan agar dampak negatif
terhadap lingkungan dapat ditekan atau diminimalisir serta pada saat yang
sama dampak positif dapat didorong dan ditingkatkan.
Upaya Pengelolaan terhadap komponen lingkungan seyogyanya disandarkan
pada prinsip penerapan the best available environmental technology
(teknologi Pengelolaan lingkungan terbaik yang tersedia). Selain itu,
pemrakarsa menerapkan tidak hanya instrumen Pengelolaan lingkungan yang
wajib (obligatory) dan implementasinya, namun juga menerapkan instrumen
Pengelolaan yang sifatnya sukarela (voluntary). Pengaplikasian instrumen
Pengelolaan lingkungan baik yang wajib maupun sukarela ini sebagai
manifestasi dari wujud kepedulian pemrakarsa terhadap upaya pelestarian
lingkungan. Khusus untuk penerapan instrumen Pengelolaan sukarela selain
sebagai wujud keproaktifan sektor industri terhadap pelestarian lingkungan,
juga sangat dipengaruhi oleh kecenderungan global, serta dapat
meningkatkan citra (image) pemrakarsa.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menekan dampak negatif dan
meningkatkan dampak positif yaitu:
Pembukaan lahan agar dilakukan secara bertahap dengan luasan yang sesuai
dengan peruntukan pembangunan sektor perkebunan yang diprioritaskan pada
tahun tertentu.
Konsisten dan komitmen mempertahankan luasan lahan yang akan
diperuntukkan untuk tanaman kelapa sawit.
Secara rutin dan teratur mengontrol kapasitas limbah sebagai tempat
penampungan dari berbagai sumber limpasan air permukaan, serta
mempersiapkan
ANALISIS MENGENAI programHIDUP
DAMPAK LINGKUNGAN tanggap
(AMDAL)darurat jika limbah melebihi kapasitas.
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Memberikan kompensasi yang layak bagi lahan akan dibebaskan dengan
bersandarkan asas musyawarah mufakat untuk mencapai kesepakatan.
Memberikan kesempatan kerja yang lebih besar kepada masyarakat sekitar
untuk dapat bekerja sejauh keahlian dan persyaratan yang menjadi kendala
utama masyarakat dapat bekerja terpenuhi pada proses penerimaan tenaga
kerja yang merupakan bagian kegiatan penggunaan tenaga kerja.
Mengolah air limbah cair domestik dan saniter di unit pengolahan yang
efektif agar memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan (Permen LH No.04
Tahun 2007).
Melakukan program comdev atau CSR yang berbasis kebutuhan masyarakat
agar masyarakat dapat diberdayakan, sehingga konflik dapat terkelola dengan
baik.
4.3. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN
RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK
KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Berdasarkan telaahan evaluasi dampak di atas dan pengalaman dalam
membuka perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit selama ini, maka
rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit PT. Karya Bakti Agro Sejahtera dapat dinyatakan layak lingkungan,
sejauh dilaksanakannya RKL dan RPL.
Selain itu dalam menjalankan kegiatannya perlu penerapan SOP (Standard
Operating Procedures) secara sungguh-sungguh dan berstandarkan peraturan
penambangan yang ramah lingkungan
Ketapang, 2016
Pj. BUPATI KETAPANG
IV-10
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
IV-9
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
DAFTAR PUSTAKA
IV-10
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
------------------------, 2011. Kabupaten Ketapang Dalam Angka, Kantor Badan Pusat Statistik
Propinsi Kalimantan Barat.
1
IV-1
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. 1986. Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Jakarta.
Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Moleong, S. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasution. 1998. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito.
Nawawi, Hadari. 1991. Merodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Needham, J.G. and P.R. Needham. 1941. A. Guide to The Study of Freshwater Biology. 4 th
Ed, Cometock Public Co. Inc. Ithaca. 88p.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. PT. Rienika Cipta. Jakarta
Notodarmojo. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Penerbit Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Notohadinegoro, T. 2000. Komponen Tata Guna Tanah dan Lahan. Kurusus Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL Tipe B). Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup (PPLH) – UGM dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL). Yogyakarta.
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
PS, Tim Penulis. 1992. Usaha Budidaya,Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.
Saepudin, Malik. 2003. Prinsip-prinsip Epidemiologi. STAIN Pontianak Press. Pontianak
DAFTAR PUSTAKA
Soemarwoto, O. 2001. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Soeratno, F.G. 1990. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Suripto, S. Agus. 2000. Metode dan Teknik Analisa Komponen Biotik Fauna. Kurusus
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL Tipe B). Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) – UGM dan Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (BAPEDAL). Yogyakarta.
Suseno, Triyanto Widodo. 1990. Indikator Ekonomi. Kanisius. Yogyakarta.
Syahza, A. 2005. Dampak Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Terhadap Multiplier Effect
Pedesaaan di Riau. Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Universitas Riau.
IV-22
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA
Syahza, A. 2008. Kelapa Sawit, Dampaknya Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi
di Riau. Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Universitas Riau.
Tim Penulis PS,1992. Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya Anggota IKAPI.Jakarta
Tyson, Bona Wikan, 1996. Strategi Umum Minimalisasi Limbah Industri, Tehnik
Kimia.UGM. Yogyakarta.
Washington, H.G. 1984. Diversity, Biotic and Similarity Index. A Review With Special
Revalanece To Aquatic Ecosystem, ed. Water Researcch. The Journal of
International Association on Water Pollution Research and Control. Pergamon Press,
Oxford–New York–Toronto–Sydney– Paris–Frankfurt.
Wischemier, W.H. and D.D. Smidth. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses. A. Guide to
onservation Planning. USDA. Ag. Handbook No. 537.
IV-3 3
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)
PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. KARYA BAKTI AGRO SEJAHTERA