LOKASI
KELURAHAN SUNGAI KAPIH KECAMATAN SAMBUTAN
KOTA SAMARINDA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA
2019
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGUNAN INTAKE SUNGAI KAPIH
KAPASITAS 200 LITER/DETIK DAN FASILITAS PENUNJANGNNYA
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Koordinat Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Pembangunan Intake Sungai Kapih Kapasitas 200 liter/detik
dan Fasilitas Penunjangnya............................................................... 2
Tabel 2. Fasilitas Yang Telah Dilakukan Pembangunan ................................... 9
Tabel 3. Fasilitas yang akan dibangun PDAM Tirta Kencana Kota
Samarinda .......................................................................................... 12
Tabel 4. Jadwal Tahapan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Pembangunan
Intake Sungai Kapih Kapasitas 200 liter/detik dan Fasilitas
Penunjangnya ..................................................................................... 12
Tabel 5. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi................................................ 13
Tabel 6. Jenis Peralatan Konstruksi yang diperlukan ..................................... 14
Tabel 7. Jenis Bahan Konstruksi Yang Digunakan......................................... 14
Tabel 8. Spesifikasi dan Posisi Tenaga Kerja Operasional............................. 21
Tabel 9. Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) periode 2004-2017 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya........................................................... 30
Tabel 10. Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Periode 2004-2017 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya........................................................... 31
Tabel 11. Temperatur Udara Rata-Rata Bulanan Periode 2004-2017 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya........................................................... 31
Tabel 12. Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan (%) Periode 2004-
2017 di Wilayah Studi dan Sekitarnya.............................................. 32
Tabel 13. Rata - Rata Penyinaran Matahari (%) Periode 2004-2017
di Wilayah Studi dan Sekitarnya...................................................... 33
Tabel 14. Arah dan Kecepatan Angin di Wilayah Studi dan
Sekitarnya (2008 - 2017) .................................................................. 33
Tabel 15. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Studi.................... 35
Tabel 16. Tingkat Kebisingan Disekitar Lokasi Kegiatan Pembangunan
Intake Sungai Kapih.......................................................................... 36
Tabel 17. Hasil Pengukuran Paremeter Kualitas Air Permukaan ..................... 38
Tabel 18. Data Chlorida Sungai Mahakam Lokasi Intake Gajah Mada ........... 39
Tabel 19. Tingkat Bahaya Erosi pada Tanah di Wilayah Studi ........................ 45
Tabel 20. Jenis Satwa Liar di Sekitar Areal Rencana Kegiatan........................ 48
Tabel 21. Kelimpahan dan Struktur Komunitas Plankton ................................ 50
Tabel 22. Kelimpahan dan Struktur Komunitas Benthos ................................. 51
Tabel 23. Jenis-jenis Nekton yang terdapat di Wilayah Studi .......................... 52
Tabel 24. Jumlah Penduduk di lokasi Studi...................................................... 53
Tabel 25. Sex Ratio Penduduk.......................................................................... 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR PETA
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
A. IDENTITAS PEMRAKARSA
Nama Lembaga : PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
Alamat Kantor : Jl. Tirta Kencana, No. 1, Samarinda
Telepon/Fax : 0541-741460 0541-741533/0541-741590
Penanggung jawab : Nor Wahid Hasyim, ST, MM
Jabatan : Direktur Utama
Badan Hukum : Perseroan Terbatas (BUMD)
Jenis Kegiatan : Rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan intake
sungai kapih kapasitas 200 liter/detik dan fasilitas
penunjangnya
Jenis Usaha : Pengambilan dan Pengolahan Air Baku
Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa pengambilan air bersih dari danau, sungai,
mata air atu sumber air permukaan lainnya dengan debit >250 liter/detik wajib memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Berdasarkan peraturan tersebut
maka rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan intake sungai kapih kapasitas 200
liter/detik dan fasilitas penunjangnya oleh PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda tidak
wajib memiliki Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
karena debit pengambilan air baku pada kegiatan ini hanya sebesar 200 liter/detik, namun
kegiatan pembangunan intake sungai kapih kapasitas 200 liter/detik dan fasilitas
penunjangnya wajib memiliki Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL dan UPL).
penyusunan Dokumen Studi UKL UPL rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
intake sungai kapih kapasitas 200 liter/detik dan fasilitas penunjangnya mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
B. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN
1.1. Nama Rencana Usaha
Rencana usaha dan atau kegiatan yang dikaji dalam studi UKL dan UPL ini adalah
“Pembangunan Intake Sungai Kapih Kapasitas 200 liter/detik dan Fasilitas
Penunjangnya”. Bidang kegiatan utama dari aktivitas usaha ini adalah pengambilan dan
pengolahan air baku.
1.2. Lokasi Kegiatan
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan intake sungai kapih kapasitas 200
liter/detik dan fasilitas penunjangnya seluas + 0,57 ha atau + 5.700 m2 (Peta 1). Secara
administratif terletak di wilayah administrasi Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan
Sambutan Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan pembangunan intake sungai kapih kapasitas 200 liter/detik dan fasilitas
penunjangnya oleh PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda secara geografis secara lengkap
disajikan pada tabel berikut.
Gambar 1. Layout Pembangunan Intake Sungai Kapih Kapasitas 200 liter/detik dan Fasilitas Penunjangnya
2. Mobilisasi Peralatan X
B Tahap Kontruksi
1. Pembersihan/Penyiapan Lahan X X
c. Operasional Genset X X X
1. Tahap Pra-Konstruksi
a) Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Untuk merealisasikan rencana kegiatan serta agar pekerjaan konstruksi dapat
berjalan dengan lancar, maka terlebih dahulu dilakukan penerimaan tenaga
konstruksi (diutamakan tenaga kerja lokal). Proses penerimaan tenaga konstruksi
secara bertahap sesuai dengan volume pekerjaan yang direncanakan. Adapun
jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah sekitar 32 orang
dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan.
Spesifikasi dan jumlah tenaga kerja yang akan dialokasikan dalam kegiatan proyek
ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Sebagai upaya mencegah dan meminimalkan resiko kecelakaan kerja, maka semua
tenaga kerja yang terlibat dalam pembangunan jalan khususnya yang terpapar
dengan kebisingan harus dilengkapi dengan alat pelindung keselamatan kerja yang
merupakan perlengkapan standart yang harus dikenakan oleh pekerja antara lain
meliputi : Helm Pengaman, Sarung Tangan, Sepatu Safety, Alat pelindung badan,
Ear Plug, Reflection Jacket, Safety Belt. Mengingat kegiatan pembangunan
berdampak terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) setiap pekerja tetap
akan diikutkan ke dalam program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial),
yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) Jaminan
Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Selain itu pada saat
perekrutan tenaga kerja akan dilakukan Pemeriksaan tenaga kerja sesuai
Kepmenkes & Trans RI No. 02/Men/1980 :
Sistem penggajian mengikuti peraturan dari Dinas tenaga kerja dengan jam kerja
selama 7 jam (6 hari kerja, 1 hari libur) dan apabila karyawan melakukan kerja
lembur maka perusahaan akan membayar sesuai dengan perhitungan upah lembur
karyawan yang berlaku.
Tabel 5. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi
No. Posisi Pekerjaan Spesifikasi Jumlah (orang)
1 Site Manager S1 1
2 Mech. & Electrical Enginer D3/S1 2
3 Civil Enginer SMA/STM 4
4 Logistik SMA/STM 1
5 Keamanan Proyek SD/SMP/SMA 4
6 Pekerja SD/SMP/SMA 20
Jumlah 32
Sumber : PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda, 2019
b) Mobilisasi Peralatan dan Material
Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan intake sungai kapih kapasitas 200
liter/detik dan fasilitas penunjangnya ini dibutuhkan sejumlah peralatan konstruksi
dan material bangunan, karena itu sebelum pekerjaan konstruksi dilaksanakan
terlebih dahulu dilakukan kegiatan mobilisasi peralatan dan material. Mobilisasi
peralatan dan material menuju lokasi proyek direncanakan melalui jalan darat
dengan menggunakan alat pengangkut khusus (trailler). Dalam pelaksanaan
2. Tahap konstruksi
a) Pembersihan/Penyiapan Lahan
Tahapan awal kegiatan dimulai dengan melakukan pembersihan lahan (land
clearing). Pada lokasi pembangunan intake sungai kapih kapasitas 200 liter/detik
dan fasilitas penunjangnya didominasi oleh semak belukar. Pembersihan lahan
hanya dilakukan pada lahan yang akan digunakan untuk pembangunan intake
sungai kapih kapasitas 200 liter/detik dan fasilitas penunjangnya, pembersihan
lahan dilakukan secara efesien yaitu hanya melakukan pembersihan lahan pada
lokasi yang akan digunakan saja. Kegiatan pembersihan lahan dilakukan secara
mekanis tanpa pembakaran (zero burning). PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
telah melakukan survey lokasi, situasi lahan yang ada pada saat ini sudah cukup
qualified untuk melakukan pembangunan intake dan fasilitas penunjangnya. Untuk
pengurugan, akan dilakukan cut and fill yaitu pengupasan pada bidang lahan yang
lebih tinggi yang hasilnya diurug pada bidang lahan yang lebih rendah.
Tahapan akhir dari kegiatan penyiapan lahan adalah pematangan lahan dengan
menggunakan compactor untuk menunjang stabilitas tanah. Untuk mencegah
masuknya air run off dari lahan secara langsung ke badan perairan baik pada tahap
konstruksi, maka elevasi areal lahan dibuat menurun ke arah daratan tempat lokasi
kolam pengendapan (sediment pond) yang telah dibuat.
b) Pembangunan Intake dan Fasilitas Penunjangnya
Pembangunan intake dan fasilitas penunjangnya dibangun secara permanen (beton)
yang mana pembangunan intake sungai kapih kapasitas 200 liter/detik dan fasilitas
penunjangnya meliputi :
1) Intake
Kapasitas Intake : 200 liter/detik
Lebar bangunan : 26,4 meter
Panjang bangunan : 8,5 meter
Kedalaman pipa sadap : 6 meter masuk ke Sungai Mahakam
Kedalaman sungai pada pipa sadap : 11,23 meter
Diameter pipa : 50 cm
2) Ruang Operator
Lebar bangunan : 15 meter
Panjang bangunan : 9 meter
3) Ruang Genset
Lebar bangunan : 10 meter
Panjang bangunan : 6 meter
Kapasitas Genset : 1250 kVA
5) IPAL
Lebar bangunan : 15 meter
Panjang bangunan : 40 meter
6) Pekerjaan Turap
Turap merupakan struktur sheet pile yang dipancang secara kontinu ke dalam
tanah sehingga membentuk dinding vertikal dan digunakan untuk menahan tanah
yang berbeda elevasinya.
Kegiatan penurapan dilakukan di tepi fasilitas yang berdekatan dengan badan
sungai, meliputi fasilitas ruang operator dan IPAL. Panjang turap + 70 meter.
Untuk waktu kerja yang digunakan oleh intake sungai kapih adalah dengan sistem 6
hari kerja dan 1 hari libur. Apabila dibutuhkan jam kerja lembur maka
pelaksanaannya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku (Kepmenakertrans RI
Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja
Lembur). Disamping itu, PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda akan memberikan
uang premi kepada karyawan berdasarkan hasil kerja masing-masing karyawan.
Sebagai upaya mencegah dan meminimalkan resiko kecelakaan kerja, maka semua
tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional intake sungai kapih
dilengkapi dengan alat pelindung keselamatan kerja yang merupakan perlengkapan
standart yang harus dikenakan oleh pekerja antara lain meliputi : Helm Pengaman,
Sarung Tangan, Sepatu Safety, Alat pelindung badan saat mengelas, Ear Plug,
Reflection Jacket, Safety Belt.
Sesuai dengan Undang-Undang No.24 tahun 2011, setiap pekerja wajib
diikutsertakan dalam program BPJS Kesehatan (suami/istri dan 3 orang anak) dan
Ketenagakerjaan. Setiap pekerja intake sungai kapih akan diikutkan ke dalam
program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial), yang meliputi jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Hari Tua (JHT).
Selain itu pada saat perekrutan tenaga kerja akan dilakukan Pemeriksaan tenaga
kerja sesuai UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Kepmenkes & Trans RI No. 02/Men/1980 :
1) Pemeriksaan awal.
2) Pemeriksaan berkala
Selain itu PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda akan melaporkan
ketenagakerjaannya sesuai dengan amanat UU No. 7 tahun 1981 tentang Wajib
Lapor Ketenagakerjaan.
b) Operasional Intake dan Fasilitas Penunjangnya
1) Pengambilan Air Baku dan Pengolahan Air Bersih
Kegiatan pengambilan air baku berasal dari air permukaan Sungai Mahakam.
Pengambilan air baku menggunakan bangunan penyadap (Intake), kemudian
dialirkan ke bak pengumpul selanjutnya di pompakan ke intalasi pengolahan air
(IPA).
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini
terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-
benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon,
dan lain-lain.
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 2 aspek, yakni pengolahan secara
fisika dan kimia. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara
mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. seperti pengendapan, filtrasi,
adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan
bahan kimia, seperti tawas, kaporit, klor dan lain-lain, bahan ini digunakan untuk
menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air.
Secara umum Proses pengolahan air bersih untuk IPA Sungai Kapih dimulai
dengan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan penampungan air hasil
pengolahan (reservoir).
(a) Instalasi Pengolahan Air (IPA)
IPA Sungai Kapih mempunyai kapasitas 200 liter/detik, pada IPA dilakukan
pengolahan air menjadi beberapa tahapan:
(1) Proses Koagulasi
Koagulasi adalah proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air
baku sehingga membentuk campuran yang homogen. Dengan koagulasi,
partikel-partikel koloid akan saluing menarik dan menggumpal membentuk
flok. Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk
dihilangkan jika hanya dengan pengendapan secara grafitasi. Tetapi apabila
koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi
menjadi partikel yang lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapat
dilihangkan dengan cepat.
(2) Proses Flokulasi
Flokulasi adalah suatu mekanisme dimana flok kecil yang sudah terbentuk
dalam proses koagulasi tadi membentuk flok yang lebih besar untuk bisa
mengendap. Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk
mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada
proses koagulasi. Partikel-partikel flok yang telah distabilkan selanjutnya
saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk
flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap.
(3) Proses Sedimentasi (pengendapan)
Secara umum proses sedimentasi diartikan sebagai proses pengendapan
karena adanya grafitasi. Partikel yang mempunyai berat jenis lebih besar
daripada berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil
akan melayang dan mengapung. Secara lebuh terperinci sedimentasi
merupakan proses pengendapan flok yang telah membentuk pada proses
flokulasi.
(4) Proses Filtrasi (Penyaringan)
Prinsip dasar filtrasi adalah proses penyaringan partikel secara fisik, kimia
dan biologi untuk menyaring partikel yang tidak terendapkan dalam proses
sedimentasi melalui media berpori.
(b) Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring
melalui filter, dengan kapasitas kolam air bersih 4.000 m3. Air ini sudah
menjadi air bersih yang siap digunakan dan harus dimasak terlebih dahulu
untuk kemudian dapat dijadikan air minum.
Beberapa jenis-jenis koagulan yang digunakan dalam pengolahan air baku menjadi
air bersih:
(a) Tawas/Aluminium Sulfat
Aluminium sulfat adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2SO4, 11H2O,
14H2O atau 18H2O, umumnya yang digunakan adalah 18H2O Aluminium sulfat
diturunkan dalam bentuk cair dengan konsentrasi sebesar 5-20%. Kandungan
Al2O3 alum berkisar antara 11-17% tergantung jumlah kristal air yang
bervariasi. Baik untuk bubuk ataupun cair, kualitas alum ditentukan dari kadar
Al2O3. Tawas berfungsi merjernihkan air dengan mengendapkan partikel
melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi
Reaksi dalam larutan dapat ditulis:
Al2(SO4)3 → 2 Al+3 + 3(SO4)-2
H2O → H+ + OH-
Selanjutnya:
2Al+3 + 6OH- → 2Al(OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam:
3(SO4)-2 + 6H+ → 3H2SO4
(b) Kaporit
Kaporit atau Kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus
kimia Ca(ClO)2. Kaporit biasanya digunakan sebagai zat disinfektan air.
Senyawa ini relatif stabil dan memiliki klorin bebas yang lebih banyak daripada
natrium hipoklorit (cairan pemutih).
(c) Soda Ash
Soda ash atau natrium karbonat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus
kimia Na2CO3, pemberian soda ash bertujuan menaikan pH air.
Dosis atau jumlah koagulan yang diberikan ke air yang diolah sangat ditentukan
oleh mutu air yang yang diolah. Berdasarkan data dari SPAM Cendana, dosis
koagulan yang digunakan dalam pengolahan air yang bersumber dari Sungai
Mahakam maka diperlukan dosis sebagai berikut:
(a) Tawas/Aluminium Sulfat sebesar 20 – 35 mg/liter.
(b) Kaporit sebesar 5 – 20 mg/liter.
(c) Soda Ash sebesar 20 -25 mg/liter.
Seperti halnya di Instalasi Pengolahan Air (IPA), walaupun berbeda sifat atau
karakteristiknya, Instalasi Pengolahan Air Sungai Kapih pun menimbulkan lumpur
(sludge) yang volume hariannya sangat tergantung pada debit air yang diolah dan
konsentrasi kekeruhan air bakunya. Makin besar debitnya dan makin tinggi
konsentrasi padatannya, baik padatan kasar (coarse solid), padatan tersuspensi
(suspended solid) maupun koloid, makin besar juga volume lumpurnya.
Lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan air di IPA berasal dari unit filtrasi.
Lumpur yang dihasilkan umumnya berwarna coklat pekat dan lumpur tersebut
sifatnya diskrit maupun flok. Diskrit yaitu lumpur yang butir-butirannya terpisah
tanpa koagulan, mayoritas lumpur ini mengandung pasir, grit, dan pecahan kerikil
berukuran kecil. Sebaliknya, lumpur yang berupa flok, yaitu kimflok (chemiflocc)
sangat besar volumenya terutama apabila air bakunya sangat keruh, didominasi
oleh koloid. Lumpur dari filtrasi ini (Sludge Drying Bed) kemudian dibuang ke
tanah-tanah yang cekung sebagai bahan urugan atau di landfill ke TPA.
Pada umumnya upaya pengelolaan terhadap lumpur meliputi tahap-tahap berikut:
(a) Pengentalan atau pemekatan lumpur (sludge thickening)
(b) Stabilisasi lumpur (sludge stabilization)
(c) Pengeluaran air (sludge dewatering)
(d) Pengeringan lumpur (sludge drying)
Lumpur hasil pengolahan dapat dimanfaatkan kembali dengan proses tertentu
sebagai pencampur bahan bangunan, pupuk dan lain-lain, dengan cara
menambahkan bahan-bahan tertentu. Air yang berasal dari hasil pengeringan sludge
tidak ada yang dibuang namun akan dipompa kembali kolam air baku untuk
dilakukan pengolahan kembali secara terus menerus.
2) Pendistribusian Air Bersih ke Konsumen
Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui
sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen). Air bersih hasil pengolahan di IPA Sungai Kapih akan didistribusikan
ke konsemun (khususnya kawasan Sungai Kapih dan sekitarnya) melalui jaringan
pipa PDAM. Sistem perpipaan Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi
aliran gravitasi dan aliran secara pemompaan. Tipe pengaliran secara gravitasi
diterapkan bila tekanan air pada titik terjauh yang diterima konsumen masih
mencukupi. Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka pengaliran harus menggunakan
sistem pemompaan. Air yang di distribusikan ke konsumen sekitar 95% dari
kapasitas 200 ltr/dtk, hal ini dikarenakan 5% hilang pada saat proses pengolahan
air. Untuk distribusi air menggunakan truk tanki dan kendaraan pick up/tandon,
maka pada persimpangan jalan umum dengan jalan keluar masuk areal Intake
Sungai Kapih dilakukan pemasangan rambu jalan (tanda), dibangun pos jaga, dan
ditempatkan petugas pengatur lalulintas.
Intake/Sadap
200 ltr/dtk
Ke Konsumen 95%
dari 200 ltr/dtk
3) Operasional Genset
Kegiatan operasional genset pada kegiatan operasional Intake Sungai Kapih
dilakukan pada saat terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Kegiatan operasional
genset pada kegiatan pengoperasian Intake Sungai Kapih ditujukan untuk
memompa air ke IPA dan mendistribusikan air bersih ke konsumen. Disamping itu,
genset juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik pada fasilitas
penunjang seperti kantor, mess dan lain-lain serta untuk penerangan. Dalam
kegiatan operasional genset ini, selain menghasilkan emisi gas buang dari genset
juga akan dihasilkan limbah cair seperti oli/pelumas bekas dan ceceran BBM.
Mesin genset yang digunakan berkapasitas 1.250 KVA. Bangunan ruang genset
merupakan bangunan tertutup dengan konstruksi bangunan beton cor dan
dilengkapi dengan cerobong asap.
Dalam operasional genset akan menghasilkan limbah cair seperti ceceran BBM,
oli/pelumas bekas yang perlu penenganan lebih hati-hati karena termasuk jenis
limbah B3. Oleh karena itu pemrakarsa akan melengkapi unit dengan oil trap untuk
menampung limbah oli dan pelumas bekas tersebut dan kemudian dikumpulkan di
tempat penampungan sementara Limbah B3 untuk diserahkan kepada pengumpul
yang mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Penanganan oli/BBM akan mengikuti standart operasional procedur (SOP)
mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor
255/BAPEDAL/09/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas dan untuk pengelolaan limbah B3 mengacu
Kepka Bapedal 01 tahun 1995 serta Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah B3. Oli/ pelumas bekas ditempatkan dalam drum –
drum berkapasitas 200 l/drum yang ditempatkan di gudang penyimpanan tertutup.
Pengelolaan limbah yang tergolong limbah B3 tersebut dengan pembutaan oil trap
di unit genset. Tangki penyimpanan BBM terbuat dari plat besi dan lantai kedap air
dari beton cor serta parit keliling untuk menghindari ceceran BBM dan limpasan
air hujan. Bengkel akan dilengkapi gudang tempat penyimpanan oli/minyak
pelumas, accu, majun, oli filter, dan drum kosong, lantai gudang dibuat permanen
dari beton cor serta agak miring ke arah oil trap agar dapat menampung ceceran
oli/minyak pelumas di parit keliling. Proses perijinan untuk tempat penyimpannya
dapat dilakukan di Kabupaten/Kota sesuai dengan Permen LH No. 18 Tahun 2009.
Sedangkan untuk pengukuran dan pemantauan emisi dari genset akan dibuat desain
cerobong untuk emisi gas buang dengan mengacu Permen LH No. 12 tahun 2010
tentang pelaksanaan pengendalian pencemaran udara di daerah.
Bak penampungan
limbah B3 cair
Bengkel
Genset Pompa Ke Drum
Fuel Tank
Oli Oli
Oli
Bak IV
Air
1m
Air Bak III
Filter Air
Tabel 10. Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Periode 2004-2017 di Wilayah
Studi dan Sekitarnya.
Hari Hujan (hari) Jumlah
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des (hari)
2004 18 22 24 21 24 13 23 1 21 7 19 23 216
2005 19 10 13 24 22 23 22 13 13 23 26 25 233
2006 19 18 18 21 22 22 5 10 9 6 20 22 192
2007 20 21 18 20 22 23 18 10 10 14 19 21 216
2008 16 18 27 27 11 19 26 27 19 23 22 26 261
2009 25 20 20 22 17 12 13 14 9 19 19 18 208
2010 18 11 15 20 26 26 25 25 25 24 21 25 261
2011 22 21 23 21 23 18 15 10 16 19 19 24 231
2012 17 15 13 13 11 11 9 11 7 19 18 17 161
2013 16 18 15 16 18 11 13 11 9 17 17 29 190
2014 25 11 16 21 20 20 14 22 12 7 23 25 216
2015 26 19 17 23 20 23 11 7 1 8 19 16 190
2016 11 12 14 15 23 20 19 19 24 24 19 27 227
2017 25 18 20 24 23 22 19 21 16 20 21 18 247
Jumlah 277 234 253 288 282 263 232 201 191 230 282 316 3.049
Rata-rata 19,8 16,7 18,1 20,6 20,1 18,8 16,6 14,4 13,6 16,4 20,1 22,6 217,8
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, 2018
3) Suhu Udara
Secara klimatis keadaan suhu/temperatur udara yang tercatat di Stasiun Badan
Secara klimatis keadaan suhu/temperatur udara yang tercatat di Stasiun Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda selama
periode 2004-2017, kondisi lingkungan pada areal studi mempunyai suhu bulanan
berkisar antara 27,2°C – 27,9°C. Keadaan suhu udara rata-rata bulanan secara
lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Temperatur Udara Rata-Rata Bulanan Periode 2004-2017 di Wilayah
Studi dan Sekitarnya.
Temperatur Udara (oC)
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2004 27,4 27,9 27,2 27,8 27,8 27,5 26,9 27,1 26,9 27,4 27,6 27,3
2005 27,6 26,9 27,4 27,4 27,6 27,5 26,6 27,1 27,1 28,5 27,8 27,1
2006 27,3 28,3 28,2 27,1 28,5 27,1 26,9 27,5 27,9 27,4 26,9 27,2
2007 27,1 27,7 27,7 27,5 27,3 26,7 27,7 27,2 32,1 27,8 27,6 28,0
2008 27,2 27,5 27,7 27,9 27,4 27,1 26,9 27,4 27,4 27,5 27,5 28,3
2009 27,0 27,3 26,7 27,0 27,4 26,8 26,3 26,5 27,1 27,4 27,2 27,0
c) Tingkat Kebisingan
Aktivitas pembangunan Intake Sungai Kapih akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan kebisingan karena dalam aktifitas kegiatannya menggunakan alat-alat
berat. Dampak berupa peningkatan kebisingan tersebut merupakan dampak
langsung yang terjadi mulai dari tahap prakonstruksi, konstruksi, pasca konstruksi
dan operasi.
Menurut Weber, H.H. et al (1984), bahwa penggunaan alat-alat berat pada jarak 15
meter dapat menimbulkan kebisingan sebesar 80 – 102 dB(A) yang berarti melebihi
baku mutu yang ditetapkan. Peningkatan kebisingan ini dapat menimbulkan
gangguan fisiologis dan menyebabkan penurunan tingkat pendengaran jika
berlangsung dalam jangka panjang.
Data rona awal tentang kebisingan telah dilakukan pengukuran dengan lokasi yang
sama dengan lokasi/tempat pengukuran kualitas udara ambien. Apabila mengacu
kepada baku mutu lingkungan sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 untuk kawasan pemukiman di Kelurahan
Sungai Kapih (lokasi 2) menunjukkan bahwa pada titik pengamatan tersebut
menunjukkan nilai kebisingan berada di bawah baku mutu lingkungan. Untuk
lokasi rencana kegiatan pembangunan Intake Sungai Kapih mengacu kepada baku
mutu lingkungan sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.13 Tahun 2011,
Dimana,
Qd : Sedimen tersuspensi dari aliran sungai (ton/hari),
Q : Debit aliran sungai (m3 /detik),
C : Rata-rata kandungan bahan sedimen di dalam air sungai (mg/ltr).
Berdasarkan hasil perhitungan beban sedimen terhadap Sungai Mahakam,
diketahuinya kandungan bahan sedimen dan debit aliran sungai dari areal studi,
maka dapat diprakirakan beban sedimen yang terjadi dengan perhitungan sebagai
berikut :
Qd = 0,0864 x Q x C
= 0,0864 x 1.116 x 10
= 964,22 ton/hari
4) Kualitas Air Permukaan
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk
hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan
seandainya di bumi tidak ada air.
Kualitas air yang relative bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk
keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi,
maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk
mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang
yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari
berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah
mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu
memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Pesatnya laju pertumbuhan pembangunan telah menimbulkan dampak negatif
terhadap kualitas lingkungan hidup, terutama penurunan kualitas air. Satu diantara
upaya yang dapat dilakukan adalah meminimumkan pengaruh suatu kegiatan
dengan beberapa parameter kualitas lingkungan. Penelaahan parameter kualitas air
memerlukan suatu pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang pengertian
(terminologi) parameter kualitas air, keterkaitan antar parameter, hubungan kausatif
antar parameter dan peran parameter-parameter tersebut dalam keseimbangan
lingkungan perairan.
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan mempunyai fungsi
yang sangat kompleks. Dalam kehidupan manusia khususnya dalam kegiatan
minum, mandi dan cuci serta untuk keperluan lainnya, keberadaan sumber daya air
khususnya air yang berkualitas sangat penting, karena tanpa adanya sumber air
yang berkualitas maka kualitas kehidupan akan menjadi rendah. Mengingat sangat
pentingnya keberadaan kualitas sumber daya air ini, maka kesinambungan
kelestarian kualitasnya perlu dijaga dan dipertahankan, agar dalam pemanfaatannya
dapat berkelanjutan.
Pengukuran rona awal kualitas air permukaan dilakukan pada Sungai Mahakam
yang merupakan sumber air baku dari kegiatan operasional Intake Sungai Kapih.
Hasil pengukuran kualitas air permukaan pada 2 titik (Sungai Mahakam bagian
hulu dan hilir Intake) di sekitar lokasi rencana kegiatan pembangunan dan
operasional Intake Sungai kapih yang baku mutunya mengacu pada Permenkes RI
No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air, Lampiran II dan Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I)
diketahui bahwa terdapat satu parameter kualitas air yang telah berada diatas baku
mutu yaitu parameter BOD, timbal dan nitrit sedangkan parameter kualitas air
lainnya masih dalam kondisi baik atau berada dibawah ambang baku mutu
lingkungan, selengkapnya disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 17. Hasil Pengukuran Paremeter Kualitas Air Permukaan
Baku Baku Hasil Pengukuran
No. Parameter Satuan
Mutu* Mutu** 1 2
A. FISIKA
Suhu
1 Suhu mg/L Udara + Deviasi 3 28,4 28,1
3oC
2 Residu terlarut (TDS) mg/L 1500 1000 26,5 28,1
o
3 Total Larutan Tersuspensi (TSS) C - 50 8 10
4 Kekeruhan NTU 25 - 18,7 18,3
Tidak Tidak Tidak Tidak
5 Bau -
Berbau Berbau Berbau Berbau
Tidak Tidak Tidak Tidak
6 Rasa -
Berasa Berasa Berasa Berasa
B. KIMIA
1 pH ( Derajat Keasaman) - 6,5 - 9,0 6,0 - 9,0 7,21 7,43
2 Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) mg/L - 2 12,4276 2,8460
3 Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) mg/L - 10 22,4854 8,5264
4 Oksigen Terlarut (DO) mg/L - >6 8,3439 7,1786
5 Nitrat (NO3 -N) mg/L 10 10 0,1224 ttd
Amonia (NH3-N) mg/L - 0,5 0,0272 ttd
6 Kadmium (Cd) mg/L - 0,01 0,012 ttd
7 Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,012 ttd
8 Tembaga (Cu) mg/L - 0,02 0,082 ttd
9 Besi (Fe) mg/L 1,0 0,3 0,012 ttd
10 Timbal (Pb) mg/L 0,05 0,03 0,4088 0,2028
11 Mangan (Mn) mg/L 0,5 0,1 ttd ttd
12 Air Raksa (Hg) mg/L 0,001 0,001 ttd ttd
13 Seng (Zn) mg/L 15 0,05 ttd ttd
14 Klorida (Cl-) mg/L 600 - 24,1810 17,7250
15 Fluorida (F) mg/L 1,5 0,5 ttd ttd
16 Nitrit (NO2 -N) mg/L 1,0 0,06 2,1022 ttd
17 Sulfat mg/L 400 400 22,1830 21,8336
18 Klor Bebas (Cl2) mg/L 0,03 0,03 ttd ttd
19 Kesadahan Total (CaCO3) mg/L 500 50 44,0288 40,0360
20 Minyak & Lemak mg/L - 1 0,6022 0,4082
21 Deterjen sebagai (MBAS) mg/L 0,5 0,2 0,0082 0,0054
C. BIOLOGI
1 Fecal Coli Jmh/100 50 100 33 23
ml
12,000
Salinitas Maks Cl2 mg/L
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998
Tahun
Sumber: PDAM Kota Samarinda dan Montgomery Watson Consulting Engineers and associates, 2009
R = Faktor erosivitas curah hujan dan air larian untuk daerah tertentu
K = Faktor erodibilitas tanah
LS = Faktor topografi (L = Panjang lereng, S = Kemiringan lereng)
C = Faktor cara bercocok tanam (pengelolaan)
P = Faktor praktik konservasi tanah
Rataan curah hujan yang mewakili wilayah studi mencapai 2.539 mm per tahun,
dengan curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 126 – 284 mm. Hasil
perhitungan nilai indeks erosivitas hujan (R) untuk wilayah studi mencapai
2.107,98 mm.
Indeks erodibilitas tanah (K) dihitung berdasarkan perbandingan fraksi tanah (pasir
kasar dan pasir halus), kadar bahan organik, kode struktur dan permeabilitas tanah,
yang selanjutnya dianalisis dengan nomograf. Nilai indeks kelerengan L dan S di
wilayah ini ditentukan melalui hasil pengamatan lapangan dan didukung peta
topografi. Nilai CP ditentukan berdasarkan pada peta penggunaan lahan dan
didukung oleh hasil pengamatan lapangan.
Tabel 19. Tingkat Bahaya Erosi pada Tanah di Wilayah Studi
Erosi
No. Lokasi R K LS CP TBE
(ton/ha/th)
Intake dan Fasilitas
1 2.107,98 0,26 0,52 0,01 2,85 Sangat Ringan
Penunjangnnya
Sumber : Data Primer, 2019
Ket : TBE = Tingkat Bahaya Erosi
2. Komponen Biologi
a) Flora Darat
Berdasarkan peta penutupan lahan dan pengangamatan di lapangan, vegetasi di
lokasi studi dapat didominasi oleh vegetasi semak belukar, yang terdiri dari
Lamtoro (Leucanea leucochepala), Alang – alang (Imperata cylindrical), dan
Rumput-rumputan (Paspalum conjugatum.
b) Satwa Liar
Hutan tropis Kalimantan dikenal sebagai kawasan yang sangat kaya akan
keanekaragaman jenis satwa liar, dari mulai kelompok Arthropoda/serangga sampai
kepada mamalia besar dan berbagai jenis burung. Jenis-jenis ini menempati tempat
hidup yang sangat spesifik di dalam hutan tropis yang menyebar baik secara
horisontal maupun vertikal. Habitat diterjemahkan sebagai tempat hidup dimana
satwa liar dapat tumbuh dan berkembang sedemikian rupa, tanpa adanya gangguan
yang berarti. Ada beberapa definisi tentang habitat, tapi pada prinsipnya
memberikan kesan kepentingan bahwa habitat harus memiliki tiga unsur pokok,
yaitu ketersediaan makanan, air dan tempat untuk berkembang biak.
Berdasarkan data lapangan dan informasi masyarakat sekitar areal rencana kegiatan
pembangunan intake sungai kapih kapasitas 200 liter/detik dan fasilitas
penunjangnya, secara garis besar komponen biologi satwa liar pada kawasan studi
secara umum dapat di lihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Jenis Satwa Liar di Sekitar Areal Rencana Kegiatan
Nama Indonesia/ Daerah Nama Latin Keterangan
INSECTA
Belalang Locusta spp (PL) Tidak Dilindungi
Belalang Sembah Sphodromantis viridis (PL) Tidak Dilindungi
Capung Gompus exilis (PL) Tidak Dilindungi
Jangkrik Brachytupes purtentosus (PL) Tidak Dilindungi
Kumbang Xystrocera festiva (PL) Tidak Dilindungi
Lebah Trichograma spp (PL) Tidak Dilindungi
Kupu-kupu Eurema spp (PL) Tidak Dilindungi
Semut Paraponera clavata (PL) Tidak Dilindungi
AVES
Bubut Centropus bengalensis (W) Tidak Dilindungi
Burung Madu Nectarinia spp (PL) Tidak Dilindungi
Gereja Passer montanes (PL) Tidak Dilindungi
Pipit Lonchura fuscons (PL) Tidak Dilindungi
Walet Collocalia fuchipaga (PL) Tidak Dilindungi
REPTILIA
Biawak Varanus salvator (PL) Tidak Dilindungi
Bunglon Draco valens (PL) Tidak Dilindungi
Kadal Mabouya multifasciata (W) Tidak Dilindungi
Ular Hijau Dryephia prasinus (W) Tidak Dilindungi
AMPHIBI
Kodok Rana sp (W) Tidak Dilindungi
MAMALIA
Bajing Sundasciurus (PL) Tidak Dilindungi
Kekelawar Rhinolophus spp (PL) Tidak Dilindungi
Musang Homigilis derbyanus (W) Tidak Dilindungi
Tikus Rattus sp (PL) Tidak Dilindungi
Hasil pengamatan dan analisis menunjukkan bahwa jenis plankton yang ditemukan
pada perairan Sungai Mahakam yang berada di sekitar lokasi rencana pembangunan
intake sungai kapih dan fasilitas penunjangnya terdapat sebanyak 9 spesies
plankton.
Tabel 21. Kelimpahan dan Struktur Komunitas Plankton
Hasil
No. Jenis Plankton 1 2
Jlh Ind/L Jlh Ind/L
A. Phytoplankton
Bacillaria sp. 610 122
Coscinodiscus sp. - 610
Cyclotella sp. 244 -
Diatoma sp. 244 244
Melosira sp. 610 -
Nitszchia sp. - 244
Pleurosigma sp. - 610
Surirella sp. - 610
Synedra sp. 1220 -
B. Chlorophyceae
Closterium sp. 1220 1220
Oedogonium sp. 244 -
C. Rhizopoda
Assulina sp. - 126
D. Ciliophora
Climacosphore sp. 1220 610
E. Mycophyceae
Cocchocloris sp - -
F. Rhodophyta -
Campsopogen coeruleus sp. 244 -
Jumlah Ind. Plankton/Liter 5.856 4.392
Indeks Keanekaragaman (H’) 1,98 1,97
Jumlah Taksa 9 7
Indeks keseragaman (E’) 0,90 1,01
Indeks Dominan (D’) 0,15 0,16
Sumber : Laboratorium Analisis Lingkungan, FMIPA, Universitas Mulawarman, 2019
Keterangan : 1. Sungai Mahakam Bagian Hilir Intake (S : 00o 31’ 53,46” E : 117o 09’ 41,58”)
2. Sungai Mahakam Bagian Hulu Intake (S : 00o 31’ 49,41” E : 117o 09’ 39,74”)
Dari hasil analisis laboratorium diketahui bahwa di Sungai Mahakam bagian hulu
dan hilir dari Intake Sungai Kapih diketahui jumlah plankton/liter berkisar 4.392 –
5.856 Jlh Ind/ltr, indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 1,97 – 1,98 Jlh
Ind/ltr, serta Indeks Dominan (D) berkisar antara 0,15 - 0,16 Jlh Ind/ltr.. Kondisi
ini menunjukkan bahwa semua perairan mempunyai nilai keragaman dan kestabilan
komunitas yang sedang.
2) Benthos
Benthos adalah organisme-organisme yang hidup pada dasar perairan (Ramli,
1989). Menurut Odum (1993) benthos adalah organisme yang melekat atau
beristirahat pada dasar atau hidup di dasar endapan. Berdasarkan ukurannya, hewan
benthos yang tersaring dengan saringan benthos berukuran 0,5 mm disebut
makrobentos (Setyobudiandi, 1997).
jumlah plankton/sampel berkisar 143 - 528 Jlh Ind/m3, indeks keanekaragaman (H’)
0,83 – 0,85 Jlh Ind/m3, Indeks Dominan (D) berkisar 0,47 – 0,58 Jlh Ind/m3.
Kondisi ini menunjukkan bahwa perairan mempunyai nilai keragaman dan
kestabilan komunitas yang rendah.
Sebagai organisme dasar perairan, bentos mempunyai habitat yang relatif tetap.
Dengan sifatnya yang demikian, perubahan kualitas air dan substrat tempat
hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Komposisi
maupun kelimpahan makrozoobentos bergantung pada toleransi atau sensitivitasnya
terhadap perubahan lingkungan. Setiap komunitas memberikan respon terhadap
perubahan kualitas habitat dengan cara penyesuaian diri pada struktur
komunitas. Dalam lingkungan yang relatif stabil, komposisi dan kelimpahan
makrozoobentos relatif tetap (APHA, 1992).
Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas
bentos ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan
seperti pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan,
substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan
karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh
terhadap hewan benthos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh langsung maupun
tidak langsung bagi kehidupan benthos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu
perairan dapat menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasi benthos
yang hidup di ekosistem perairan (Setyobudiandi, 1997).
3) Nekton
Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat yang tinggal sekitar wilayah studi
diinformasikan bahwa jenis nekton yang terdapat di Sungai Mahakam dilokasi
rencana kegiatan relatif beragam dan pada kawasan perairan di wilayah studi
menunjukan cukup tersedianya potensi jenis ikan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 23 berikut ini.
Tabel 23. Jenis-jenis Nekton yang terdapat di Wilayah Studi
No. Jenis Ikan / Nekton Nama Latin
1. Baung Mystus nigricepts
2. Belut Monopterus albus
3. Berukung Barbichthys laevis
4. Gabus/haruan Channa striata
5. Lais Lais hexanema
6. Patin Pangaius Pangasius
7. Puhing Cyclocheilichthys apogon
8. Salab Barbodes schwanenfeldii
9. Senggiringan Mystus nigriceps
10. Seluang Rasbora sp
11. Udang Tawar Palaemon spp
12. Toman Channa micropeltes
13. Lancang Pangasius macronema
Sumber : Informasi masyarakat, 2019
sebesar (36%). Dan untuk penghasilan > Rp. 4.000.000 merupakan warga dengan
mata pencaharian sebagai karyawan swasta dengan persentase sebesar (8%).
3) Sarana Perekonomian
Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa kegiatan perekonomian
masyarakat lokal masih berorientasi didalam pemenuhan kebutuhan pokok (basic
need oriented). Meski demikian fasilitas perekonomian yang tersedia khususnya
pada wilayah studi dirasa cukup memadai, dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
warga masih bisa membelinya di toko/warung di wilayah Kelurahan Sungai Kapih.
Adapun Sarana perekonomian yang terdapat di lokasi studi adalah sebagai berikut.
Tabel 34. Sarana Perekonomian di Lokasi Studi
Kelurahan Sungai Kapih
No. Jenis Sarana
Jumlah ( Unit )
1 Koperasi Simpan Pinjam 3
2 Toko/Warung/Kios 300
3 Pasar 1
Sumber : Monografi Kelurahan Sungai Kapih Tahun 2018
c) Transportasi
1) Aksesibilitas
Kelurahan Sungai Kapih merupakan daerah yang berada di Kecamatan Sambutan.
Untuk mencapai lokasi studi dapat ditempuh melalui jalur darat, kendaraan yang
digunakan untuk menempuh perjalanan melalui jalur darat adalah kendaraan roda
dua maupun roda empat. Badan jalan untuk menuju lokasi kegiatan sudah berupa
aspal dan semenisasi sehingga mudah untuk dijangkau.
2) Sarana Transportasi
Keberadaan sarana transportasi bila dikaitkan dengan aksesibilitas suatu daerah
mempunyai hubungan yang sangat erat. Semakin beragam jenis dan jumlahnya pada
suatu daerah, dapat disimpulkan aksesibilitasnya semakin baik. Alat transportasi
yang biasa digunakan oleh warga Kelurahan Sungai Kapih adalah alat transportasi
darat berupa sepeda motor dan mobil.
d) Sarana Komunikasi
Keberadaan sarana komunikasi sebagai penunjang perekonomian juga sangat penting
dalam kaitannya dengan keterbukaan dan percepatan arus informasi. Selain itu sarana
komunikasi juga merupakan dasar dalam menilai kemajuan daerah yang
bersangkutan. Jenis sarana komunikasi satu arah yang paling banyak dimiliki
penduduk adalah televisi yang sebagian besar menggunakan TV Kabel, sedangkan
sarana komunikasi dua arah yang paling banyak dimiliki adalah Hand Phone (HP),
jenis sarana komunikasi lainnya adalah radio.
e) Sarana Penerangan
Sarana penerangan merupakan aspek penting dalam pembangunan suatu daerah,
adanya penerangan akan membantu penduduk dalam aktifitas keseharian mereka,
terutama malam hari. Sarana penerangan yang biasanya digunakan oleh warga
Sungai Kapih adalah listrik PLN.
f) Fasilitas Umum
Fasilitas sosial merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh setiap penduduk, baik
untuk perseorangan maupun kelompok seperti berolah raga atau musyawarah
Kelurahan. Fasilitas tersebut dapat berupa sarana pemerintahan dan olahraga. Dari
fasilitas yang tersedia dapat dikatakan bahwa saat ini keberadaan fasilitas umum di
Kelurahan Sungai Kapih dirasa sudah memadai. Berikut data fasilitas umum yang
terdapat di wilayah studi.
Tabel 35. Fasilitas Umum di Lokasi Studi
Kelurahan Sungai Kapih
No. Fasilitas Umum
Jumlah (unit)
Fasilitas Pemerintahan
1 Kantor Kelurahan 1
2 Gedung PKK 1
3 Kantor LPM 1
4 Kantor BPK 1
5 Balai Pertemuan Umum 1
Fasilitas Olahraga
1 Lapangan Sepak Bola -
2 Lapangan Bola Volly 14
3 Lapangan Bulu Tangkis 3
4 Lapangan Basket 14
Sumber : Monografi Kelurahan Sungai Kapih Tahun 2018
g) Sosial Budaya
1) Adat Istiadat
Data dan informasi mengenai adat istiadat masyarakat setempat perlu diketahui. Hal
tersebut terkait dengan penyelesaian konflik jika hal tersebut terjadi di masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara pada masyarakat disekitar lokasi studi diketahui bahwa
suku yang berada di lokasi studi adalah Suku Banjar, Dayak, Jawa, Bugis dan
lainnya. Bisanya didalam berkomunikasi sehari-hari, warga menggunakan bahasa
sukunya masing-masing, namun ketika berkomunikasi dengan suku lain maka warga
setempat menggunakan bahasa Indonesia.
2) Proses Sosial
(a) Proses Asosiatif
Proses sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu
dengan individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan
kelompok, berdasarkan potensi dan kekuasaan masing-masing. Proses sosial atau
hubungan timbal balik dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu kerjasama
(cooperation), persaingan (competition), pertikaian atau pertentangan (conflict)
dan akomodasi (acomodation).
Lokasi studi dihuni oleh penduduk yang terdiri dari suku dan agama yang
beraneka ragam diantara mereka sudah terjalin interaksi yang harmonis sejak
lama. Sesuai dengan hasil analisis studi lapangan dimana sebagian besar
penduduk (98,89%) menyatakan telah tinggal di lokasi studi lebih dari 5 tahun
dengan lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan karena selain dekat
dengan tempat kerja juga hubungan antar tetangga juga terjalin dengan baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial tersebut sudah berlangsung
cukup lama sehingga proses kerjasama dan tolong menolong mewarnai hubungan
sosial penduduk. Kondisi tersebut didukung oleh seringnya mereka mengadakan
kegiatan bersama-sama seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, arisan dan
yasinan.
(b) Permasalahan Sosial
Munculnya permasalahan sosiologis (sosiological problem) akibat kurangnya
komunikasi antara penduduk setempat dengan pendatang atau adanya
permasalahan yang mendasar perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan
dampak negatif dalam jangka panjang.
Berdasarkan hasil studi lapangan diketahui menurut warga cara penyelesaian yang
terbaik bila terjadi konflik antara masyarakat dengan pemrakarsa, anatar lain:
musyawarah secara kekeluargaan dan damai untuk mencapai mufakat serta
penyelesaian yang terbaik bila terjadi konflik dengan melibatkan Pemerintah
Kelurahan dan atau Kecamatan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Gangguan keamanan di lokasi studi selama kurun waktu satu tahun terakhir relatif
sangat kecil. Apabila terjadi perselisihan, pada umumnya dapat diselesaikan
dengan baik secara kekeluargaan.
(c) Pranata Sosial/Lembaga Kemasyarakatan
Dalam bidang pemerintahan kegiatan kemasyarakatan yang tumbuh mendukung
kegiatan pemerintahan adalah BPK, LPM, PKK, dalam dibidang sosial
masyarakat terdapat kelompok Karang Taruna. Dalam bidang keagamaan terdapat
kelompok remaja mesjid.
4. Komponen Kesehatan Masyarakat
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok sekaligus modal bagi setiap individu.
Kesehatan merupakan kebutuhan yang dalam waktu segera harus dipenuhi. Selain itu
sehat sebagai modal mempunyai arti dengan kesehatan individu dapat melakukan
aktivitas sehingga individu dapat hidup produktif baik secara ekonomi maupun sosial.
Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal harus didukung beberapa aspek
diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, kondisi lingkungan
tempat tinggal yang sehat dan pola makanyang teratur dan bergizi.
Menurut teori H.L. Blum, faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan
masyarakat diantaranya adalah lingkungan fisik yang meliputi sumber air bersih, tempat
berhajat besar, kondisi rumah, lokasi pembuangan dan pengolahan sampah.
a) Sumber Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi setiap penduduk. Air yang
dimanfaatkan oleh penduduk hendaknya yang memenuhi syarat kesehatan sehingga
dapat mendukung tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Berdasarkan
wawancara dan pengamatan langsung di lapangan sumber air untuk kebutuhan
memasak dan minum warga pada lokasi studi menggunakan air sungai.
b) Tempat Buang Hajat
Salah satu kebutuhan sehari-hari manusia adalah membuang hajat/buang air. Oleh
karena itu, sarana tempat buang air juga menjadi kebutuhan pokok. Sekret manusia
e) Sarana Kesehatan
Perhatian terhadap bidang kesehatan masyarakat tampak dari penyediaan fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, praktek dokter, posyandu dan lain-lain. Semakin
banyak jumlah sarana kesehatan yang ada dapat dikategorikan pelayanan kesehatan
di daerah tersebut semakin baik. Uraian mengenai keberadan sarana kesehatan
masyarakat di wilayah studi dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 37. Sarana Kesehatan
No. Jenis Sarana Jumlah (unit)
1. Rumah Sakit 0
2. Puskesmas 1
3. Puskesmas Pembantu 1
4. Praktek Dokter 3
5. Posyandu 13
6. Ambulance 1
Sumber : Kecamatan Sambutan Dalam Angka Tahun 2018
f) Tenaga Kesehatan
Kualitas penyediaan fasilitas kesehatan dapat diukur dengan persentase ketersedian
fasilitas dan tenaga medis/paramedis di suatu tempat. Makin tinggi persentase
ketersediaan fasilitas kesehatan disuatu tempat, makin tinggi pula kualitas pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Demikian juga bila jumlah tenaga medis/paramedis di
suatu tempat memadai. Alasannya adalah semakin banyak sarana yang ditunjang
oleh jumlah tenaga medis/paramedis yang memadai berarti semakin mudah dan cepat
dijangkau oleh masyarakat, selain biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih murah.
Berikut data selengkapnya.
Tabel 38. Tenaga Kesehatan
No Tenaga Medis Jumlah (Unit)
1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 1
3. Bidan 4
4. Perawat 3
5. Dukun Bersalin 6
Sumber : Kecamatan Sambutan Dalam Angka Tahun 2018
g) Status Gizi Masyarakat
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua.
Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta
bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas atau balita, bersifat irreversible
(tidak dapat pulih). Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan
fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-
temannya sebaya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa
berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu. Maka status gizi balita di
Kelurahan Sungai Kapih dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
A. TAHAP PRAKONSTRUKSI
1. Kesempatan Kerja
Penerimaan Terbukanya Diterimanya 1. Mengumumkan Kelurahan Selama 1. Metode Kantor Saat 1. Instansi Pelaksana yaitu
tenaga kerja kesempatan tenaga kerja adanya Sungai Kapih berlangsung- Pengumpulan Manajemen berlangsung- PDAM Tirta Kencana
konstruksi kerja lokal penerimaan Kecamatan nya kegiatan Data: PDAM Tirta nya kegiatan Kota Samarinda
seluas- minimal tenaga kerja Sambutan penerimaan Kencana Kota penerimaan
luasnya 60% konstruksi untuk tenaga kerja Melakukan Samarinda dan tenaga kerja 2. Instansi Pengawas yaitu
bagi kegiatan konstruksi pengecekan secara Kelurahan dengan Pemerintah Kelurahan
angkatan pembangunan langsung ke Sungai Kapih frekuensi Sungai Kapih Kecamatan
kerja lokal. intake dan kontraktor pada saat Kecamatan pemantauan Sambutan, Dinas Tenaga
fasilitas berlangsungnya Sambutan dan Kerja Kota Samarinda,
penunjangnya kegiatan pelaporan Dinas Lingkungan Hidup
secara terbuka di penerimaan setiap enam Kota Samarinda
kantor kelurahan karyawan. bulan sekali.
Selanjutnya 3. Instansi Penerima Laporan
dan kecamatan. Pemerintah Kelurahan
dilakukan tabulasi
2. Memprioritaskan data. Sungai Kapih Kecamatan
angkatan kerja Sambutan, Dinas Tenaga
lokal untuk 2. Metode Analisis Kerja Kota Samarinda,
dipekerjakan Data : Dinas Lingkungan Hidup
yang disesuaikan Kota Samarinda, Dinas
Data yang Lingkungan Hidup
dengan diperoleh,
kualifikasi yang Provinsi Kalimantan
kemudian Timur
ditetapkan dianalisis secara
2. Pendapatan Masyarakat
Penerimaan Terjadinya Upah 1. Menetapkan Kelurahan Selama 1. Metode Kelurahan Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
tenaga kerja peningkatan Minimum upah minimum Sungai Kapih berlangsung- Pengumpulan Data: Sungai Kapih kegiatan PDAM Tirta Kencana
konstruksi pendapatan Kota sesuai dengan Kecamatan nya kegiatan Kecamatan pembanguna Kota Samarinda
Melakukan
3. Lalulintas Darat
Mobilisasi Terjadinya Munculnya 1. Mengurangi laju 1. Pada jalan Selama 1. Metode 1. Pada jalan Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Peralatan dan gangguan gangguan kendaraan keluar berlangsung- Pengumpulan Data: keluar masuk berlangsung- PDAM Tirta Kencana
Material lalu lintas lalulintas angkutan hingga masuk nya kegiatan proyek. nya kegiatan Kota Samarinda
darat darat pada maksimum 40 proyek. mobilisasi Pengumpulan data mobilisasi
jalan yang km/jam saat peralatan dan dilakukan dengan 2. Pada lokasi peralatan dan 2. Instansi Pengawas yaitu
menjadi melintasi 2. Pada lokasi material traffic counting jalan material Dinas Perhubungan Kota
jalur persimpangan jalan frekuensi angkutan dengan Samarinda, Dinas
mobilisasi jalan dengan angkutan perlintasan yang frekuensi Lingkungan Hidup Kota
peralatan jalan umum. yang kendaraan proyek diperguna- pemantauan Samarinda
yang diperguna- dan kendaraan kan sebagai setiap hari
2. Menempatkan kan sebagai umum. aksebilitas 3. Instansi Penerima Laporan
berpotensi dan yaitu Dinas Perhubungan
menimbul- petugas khusus aksebilitas jalan pelaporan
yang mengatur jalan 2. Metode Analisis masyarakat Kota Samarinda, Dinas
kan Data : setiap 6 Lingkungan Hidup Kota
kemacetan perlintasan unit masyarakat bulan sekali
angkutan Samarinda, Dinas
dan Metode analisis Lingkungan Hidup
kecelakaan peralatan dan data yang
material pada Provinsi Kalimantan
lalulintas. digunakan dalam Timur
Beresiko 2 lokasi keluar pemantauan
kali sehari masuk terhadap gangguan
kendaraan di lalulintas darat
lokasi proyek. adalah analisis
3. Memberikan deskriptif
penerangan yang komparatif dengan
cukup pada cara
lokasi keluar membandingkan
masuk tingkat gangguan
kendaraan di lalulintas darat
lokasi proyek. antar waktu.
4. Keselamatan Masyarakat
Mobilisasi Munculnya Intensitas 1. Menempatkan 1. Pada jalan Selama 1. Metode 1. Pada jalan Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
peralatan dan resiko dan petugas khusus keluar berlangsung- Pengumpulan keluar masuk berlangsung- PDAM Tirta Kencana
material keselamatan frekuensi yang mengatur masuk nya kegiatan Data: proyek. nya kegiatan Kota Samarinda
jiwa kecelakaan perlintasan pada proyek. mobilisasi mobilisasi
masyarakat lalulintas lokasi keluar peralatan dan Melakukan 2. Pada lokasi peralatan dan 2. Instansi Pengawas yaitu
yang yang masuk 2. Pada lokasi material pengamatan dan jalan material Dinas Perhubungan Kota
. jalan pencatatan dalam angkutan Samarinda, Dinas
beraktivitas terjadi di kendaraan dengan
di sekitar sekitar pengangkut angkutan bentuk tabel yang frekuensi Lingkungan Hidup Kota
lokasi lokasi peralatan dan yang (tabulasi) terhadap diperguna- pemantauan Samarinda
kegiatan proyek. material. diperguna- jumlah, frekuensi kan sebagai setiap hari
kan sebagai dan intensitas pada aksebilitas 3. Instansi Penerima Laporan
proyek Beresiko 2 dan yaitu Dinas Perhubungan
kali sehari 2. Memberikan aksebilitas tiap waktu jalan pelaporan
penerangan yang jalan terjadinya masyarakat Kota Samarinda, Dinas
setiap 6 Lingkungan Hidup Kota
cukup pada masyarakat gangguan bulan sekali
malam hari di keselamatan Samarinda, Dinas
lokasi keluar masyarakat secara Lingkungan Hidup
masuk langsung di Provinsi Kalimantan
kendaraan lapangan. Timur
proyek.
2. Metode analisis
3. Membuat dan data :
B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Vegetasi
Pembersihan Terjadinya Luas areal 1. Pelaksanaan Di lokasi Selama 1. Metode Di lokasi Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
/Penyiapan degradasi yang kegiatan pembersihan kegiatan Pengumpulan Data pembersihan kegiatan PDAM Tirta Kencana
Lahan vegetasi terbuka + pembersihan /penyiapan pembersihan /penyiapan pembersi- Kota Samarinda
pada 0,57 ha lahan untuk lahan tapak /penyiapan Pengumpulan lahan tapak han
bukaan pembangunan proyek. lahan data dilakukan proyek. /penyiapan 2. Instansi Pengawas yaitu
lahan untuk di lakukan berlangsung. dengan cara lahan Dinas Lingkungan Hidup
tapak secara pengamatan dengan Kota Samarinda, Dinas
proyek. terencana dan langsung dan frekuensi Kehutanan Provinsi
disesuaikan pencatatan dalam pemantauan Kalimantan Timur
2. Laju Erosi
Pembersihan/ Terjadinya Terjadinya 1. Melakukan Seluruh areal Saat 1. Metode Seluruh areal Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Penyiapan peningkatan kenaikan kegiatan rencana berlangsung- Pengumpulan Data: rencana berlangsungn PDAM Tirta Kencana
Lahan laju erosi laju erosi pembangunan pembangunan nya kegiatan pembangunan ya kegiatan Kota Samarinda
tanah pada intake dan intake dan pembersihan Pengukuran dapat intake dan pembersihan/
bukaan fasilitas fasilitas /penyiapan dilakukan dengan fasilitas penyiapan 2. Instansi Pengawas yaitu
lahan penunjangnya penunjangnya lahan dua cara yakni : penunjangnya lahan dengan Dinas Lingkungan Hidup
dengan laju secara terencana frekuensi Kota Samarinda
a. Pengukuran
erosi 33,89 dan selektif. erosi secara pemantauan 3. Instansi Penerima Laporan
ton/ha/tah- langsung setiap hari yaitu Dinas Lingkungan
un 2. Melakukan hujan dan
pemeliharaan dengan Hidup Kota Samarinda,
menggunakan pelaporan Dinas Lingkungan Hidup
terhadap setiap 6
tanaman petak ukur Provinsi Kalimantan
erosi pada (enam) bulan Timur
penghijauan sekali.
(pemupukan dan lahan yang
penyulaman). miring.
Penentuan
3. Sebelum jumlah petak
melakukan ukur erosi dan
kegiatan land lokasi
clearing serta dilakukan
cut and fill agar secara
fasilitas kendali sampling.
erosi dibuat Lokasi petak
terlebih dahulu. ukur erosi pada
daerah datar (0
4. Menumpuk – 8%), landai
batang pohon
3. Beban Sedimen
Pembersihan/ Terjadinya Beban 1. Melaksanakan Seluruh areal Saat 1. Metode Sedimentrap Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Penyipan peningkatan sedimen pembangunan rencana berlangsung- Pengumpulan Data: dan badan berlangsungn PDAM Tirta Kencana
Lahan beban 20,92 secara efisien, pembangunan nya kegiatan perairan ya kegiatan Kota Samarinda
sedimen ton/ha/ bertahap. intake dan pembersihan/ Melakukan (sungai) pembersihan/
pada badan tahun fasilitas penyiapan pengukuran laju penyiapan 2. Instansi Pengawas yaitu
perairan 2. Segera penunjangnya lahan pembentukan lahan dengan Dinas Lingkungan Hidup
mendirikan sedimen dengan frekuensi Kota Samarinda
Pembersihan/ Terjadinya Diprakira- 1. Membuat Seluruh areal Selama 1. Metode Di kolam Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Penyiapan penurunan kan dapat saluran drainase rencana kegiatan Pengumpulan Data: sedimen dan berlangsung- PDAM Tirta Kencana
Lahan kualitas air melebihi dan dilengkapi pembangunan pembersihan/ badan nya kegiatan Kota Samarinda
permukaan baku mutu dengan kolam intake dan penyiapan Pengambilan perairan pembersihan/
pada badan tingkat zat sedimen. fasilitas lahan sampel air setempat penyiapan 2. Instansi Pengawas yaitu
perairan padat penunjangnya berlangsung dilakukan dengan lahan dengan Dinas Kesehatan Kota
setempat tersuspensi 2. Memberikan water sampler pada frekuensi Samarinda, Dinas
(400 Mg/L) perlakuan lokasi pemantauan pemantauann Lingkungan Hidup Kota
kogulasi air yang telah ya setiap 1 Samarinda
kolam jebakan ditetapkan. bulan sekali
sedimen untuk Kegiatan 3. Instansi Penerima Laporan
dan yaitu Dinas Kesehatan
mempercepat pengambilan dilaporkan
proses sample air Kota Samarinda, Dinas
setiap 6 Lingkungan Hidup Kota
pengendapan dilakukan dengan bulan sekali.
residu melibatkan pihak Samarinda, Dinas
tersuspensi ketiga yang Lingkungan Hidup
(TSS). berkomponen Provinsi Kalimantan
dalam kegiatan Timur
pengambilan
sampel kualitas air
(berkoordinasi
dengan Dinas
Kesehatan).
2. Metode Analisis
Data :
5. Biota Perairan
Pembersihan/ Terganggu- Indeks 1. Membuat Seluruh areal Selama 1. Metode Di kolam Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Penyiapan nya biota keanekara- saluran drainase rencana kegiatan Pengumpulan sedimen dan berlangsung- PDAM Tirta Kencana
Lahan perairan gaman dan dilengkapi pembangunan pembersihan/ Data. badan nya kegiatan Kota Samarinda
dengan biota dengan kolam intake dan pematangan perairan pembersihan/
indikator perairan sedimen. fasilitas lahan a. Pengumpulan setempat penyiapan 2. Instansi Pengawas yaitu
penurunan seperti penunjangnya berlangsung data plankton lahan dengan Dinas Perikanan Kota
persentase plankton, 2. Memberikan dilakukan frekuensi Samarinda, Dinas
keanekaraga benthos perlakuan dengan cara pemantauan Lingkungan Hidup Kota
man biota dan nekton kogulasi air pengambilan setiap 6 Samarinda
perairan berkurang kolam jebakan sampel air bulan sekali.
sedimen untuk dengan volume 3. Instansi Penerima Laporan
pada badan > 50% yaitu Dinas Perikanan
perairan mempercepat ± 100 l yang
proses disaring Kota Samarinda, Dinas
setempat
Pembersihan/ Terjadinya Diprakira- 1.Melakukan Sepanjang Selama 1. Metode Lokasi proyek Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Penyiapan penurunan kan dapat penyiraman jalur jalan berlangsung- Pengumpulan Data pembangunan berlangsung- PDAM Tirta Kencana
Lahan kualitas melebihi badan jalan keluar masuk nya kegiatan intake dan nya kegiatan Kota Samarinda
udara baku mutu secara periodik kendaraan pembersihan/ a. Melakukan fasilitas pembersihan/
ambien kualitas terutama saat proyek. penyiapan pengambilan penunjangnya penyaiapan 2. Instansi Pengawas yaitu
disekitar udara cuaca terik. lahan. sampel kualitas serta lahan dengan Dinas Lingkungan Hidup
lokasi tapak ambien udara (debu, pemukiman frekuensi Kota Samarinda
proyek (debu) = 2.Menutup bak No2, So2 dan masyarakat pemantauan
truk pengangkut CO) langsung di 3. Instansi Penerima Laporan
0,23 mg/m setempat dan Dinas Lingkungan Hidup
material dengan lapangan dengan pelaporan
terpal (terutama alat gas sampel Kota Samarinda, Dinas
setiap 6 Lingkungan Hidup
material tanah, yang melibatkan (enam) bulan
pasir sirtu). pihak ketiga Provinsi Kalimantan
sekali Timur
yang
3.Mengurangi berkomponen
kecepatan dump dalam kegiatan
truck saat pengambilan
melintas sampel kualitas
pemukiman udara ambien.
penduduk di
sekitar lokasi b. Sebagai data
kegiatan. penunjang untuk
penduga
4.Memelihara penyebaran
tumbuhan yang dampak,
tidak terganggu dilakukan
dan pengayaan pengukuran
tanaman yang
7. Kebisingan
Pembangunan Peningkatan Diprakira- 1. Melakukan Lokasi proyek Selama 1.Metode Lokasi proyek Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Intake dan intensitas kan dapat perawatan dan pembangunan berlangsung- Pengumpulan pembangunan berlangsung PDAM Tirta Kencana
Fasilitas kebisingan melebihi pemeliharaan intake dan nya kegiatan Data. intake dan nya kegiatan Kota Samarinda
Penunjangnya di baku mutu mesin/alat berat fasilitas konstruksi fasilitas pembangu-
lingkungan tingkat secara periodik penunjang Melakukan penunjang nan intake 2. Instansi Pengawas yaitu
kerja dan kebisingan dan teratur pengambilan serta dan fasilitas Dinas Lingkungan Hidup
pemukiman di untuk sampling tingkat pemukiman penunjang Kota Samarinda
penduduk. lingkungan mengurangi kebisingan dengan penduduk dengan
menggunakan alat 3. Instansi Penerima Laporan
kerja (85 kebisingan yang sekitar. frekuensi Dinas Lingkungan Hidup
dBa) ditimbulkan yaitu sound level pemantauan
meter dengan Kota Samarinda, Dinas
oleh alat dan Lingkungan Hidup
1. Pembersihan Munculnya Beresiko a) Mewajibkan Seluruh areal Selama 1. Metoda Dilokasi tapak Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
/ Penyiapan gangguan ≥1 kali seluruh pekerja rencana berlangsung- Pengumpulan proyek berlangsungn PDAM Tirta Kencana
Lahan keselamatan selama menggunakan pembersihan nya kegiatan Data : kegiatan ya kegiatan Kota Samarinda
dan kegiatan APD seperti /penyiapan pembersihan pembersihan pembersihan
2. Pembangu- kesehatan pembersi- helem, sepatu, lahan lahan/penyia- Melakukan lahan/penyiap lahan/penyia
nan Intake bagi pekerja han/penyi- sarung tangan, pan lahan dan pengumpulan an lahan dan pan lahan
dan Fasilitas data dilapangan 2. Instansi Pengawas yaitu
saat bekerja apan lahan kacamata anti pembangunan pembangunan dan Dinas Tenaga Kerja Kota
Penunjang- dilokasi dan debu, ear plug, intake dan di catat dalam intake dan pembangu-
nya bentuk tabel Samarinda, Dinas
proyek pembangun masker serta fasilitas fasilitas nan intake Lingkungan Hidup Kota
an intake rompi penunjangnya (tabulasi data) penunjangnya dan fasilitas Samarinda
dan 2. Metoda Analisis penunjang-
fasilitas b) Menempatkan nya dengan
petugas di sekitar Data
penunjang- frekuensi 3. Instansi Penerima Laporan
nya lokasi proyek Data – data yang pemantauan
untuk mengatur diperoleh di yaitu Dinas Tenaga Kerja
setiap hari Kota Samarinda, Dinas
arus lalu lintas analisis secara kerja dan
disekitar lokasi deskriptif Lingkungan Hidup Kota
dilaporkan Samarinda, Dinas
proyek kuantatif untuk setiap 6
mengetahui Lingkungan Hidup
c) Mengikutserta- bulan sekali Provinsi Kalimantan
kan tenaga kerja kemungkinan
terjadinya Timur
dalam program
BPJS Kesehatan kecelakaan kerja
dan yang selanjutnya
akan dilakukan
1. Lalulintas Darat
Demobilisasi Munculnya Beresiko 1. Pengaturan Di sepanjang Saat akan dan 1. Metode Di sepanjang Saat 1. Instansi Pelaksana yaitu
Peralatan gangguan ≥1 kali waktu dalam ruas jalan berlangsung Pengumpulan ruas jalan berlangsungn PDAM Tirta Kencana
Konstruksi lalulintas selama pelaksanaan umum yang nya kegiatan Data: umum yang ya kegiatan Kota Samarinda
darat pada kegiatan demobilisasi dilalui saat demobilisasi dilalui saat demobilisasi
ruas jalan demobilasa peralatan dan kegiatan peralatan dan a. Mengamati dan kegiatan peralatan dan 2. Instansi Pengawas yaitu
yang si peralatan material demobilisasi material melakukan demobilisasi material Dinas Perhubungan Kota
digunakan dan khususnya peralatan dan pencatatan peralatan dan dengan Samarinda, Dinas
saat material pada saat material secara material. frekuensi Lingkungan Hidup Kota
demobilisas frekuensi langsung di pemantauan Samarinda
i peralatan lalulintas lapangan setiap hari
tentang 3. Instansi Penerima Laporan
dan kendaraan kerja dan yaitu Dinas Perhubungan
material. menurun/ frekuensi lalu dilaporkan
lintas Kota Samarinda, Dinas
rendah. setiap 6 Lingkungan Hidup Kota
kendaraan. bulan sekali.
2. Memberikan Samarinda, Dinas
rambu-rambu b. Melakukan Lingkungan Hidup
jalan disekitar pencatatan dan Provinsi Kalimantan
akses keluar wawancara Timur
masuk langsung
kendaraan dengan
menuju lokasi masyarakat
proyek yang sekitar, tentang
penempatannya kenyamanan
mengggunakan
2. Keselamatan Masyarakat
Demobilisasi Munculnya Beresiko 1. Menempatkan 1. Pada jalan Selama 1. Metode 1. Pada jalan Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Peralatan resiko ≥1 kali petugas khusus keluar berlangsung- Pengumpulan keluar masuk berlangsung- PDAM Tirta Kencana
Konstruksi keselamatan selama yang mengatur masuk nya kegiatan Data: proyek. nya kegiatan Kota Samarinda
jiwa kegiatan perlintasan pada proyek. demobilisasi demobilisasi
masyarakat demobili- lokasi keluar peralatan dan Melakukan 2. Pada lokasi peralatan dan 2. Instansi Pengawas yaitu
yang sasi masuk 2. Pada lokasi material pengamatan dan jalan material Dinas Perhubungan Kota
. jalan pencatatan dalam angkutan Samarinda, Dinas
beraktivitas peralatan kendaraan dengan
di sekitar dan pengangkut angkutan bentuk tabel yang frekuensi Lingkungan Hidup Kota
lokasi material peralatan dan yang (tabulasi) terhadap dipergunaka pemantauan Samarinda
kegiatan material. diperguna- jumlah, frekuensi n sebagai setiap hari
kan sebagai dan intensitas pada aksebilitas 3. Instansi Penerima Laporan
proyek dan yaitu Dinas Perhubungan
2. Memberikan aksebilitas tiap waktu jalan pelaporan
penerangan yang jalan terjadinya masyarakat Kota Samarinda, Dinas
setiap 6 Lingkungan Hidup Kota
cukup pada masyarakat gangguan bulan sekali
malam hari di keselamatan Samarinda, Dinas
lokasi keluar masyarakat secara Lingkungan Hidup
masuk langsung di Provinsi Kalimantan
kendaraan lapangan. Timur
proyek.
2. Metode analisis
3. Membuat dan data :
memasang
rambu-rambu Analisis data
lalulintas jalan dilakukan dengan
pada di lokasi metode deskriptif
keluar masuk yaitu data kejadian
kendaraan kecelakaan lalu
proyek. lintas dilakukan
tabulasi, kemudian
4. Bekerjasama dijadikan sebagai
Pemutusan Hilangnya Tenaga Memberikan Kelurahan Saat 1. Metoda Kantor Saat 1. Instansi Pelaksana yaitu
Hubungan lapangan kerja lokal pesangon kepada Sungai Kapih berlangsung- Pengumpulan Manajemen berlangsung- PDAM Tirta Kencana
Kerja pekerjaan sebanyak karyawan yang Kecamatan nya kegiatan Data : PDAM Tirta nya kegiatan Kota Samarinda
Konstruksi akibat 20 orang akan terkena Sambutan pemutusan Kencana Kota pemutusan
adanya kegiatan PHK tenaga kerja a. Melakukan Samarinda dan hubungan 2. Instansi Pengawas yaitu
kegiatan yang besarannya pencatatan tenaga Kelurahan kerja dengan Pemerintah Kelurahan
Pemutusan disesuaikan kerja lokal yang Sungai Kapih frekuensi Sungai Kapih Kecamatan
Hubungan dengan bekerja pada saat Kecamatan pemantauan Sambutan, Dinas Tenaga
Kerja peraturan yang konstruksi Sambutan dan Kerja Kota Samarinda,
(PHK). berlaku. pembangunan pelaporan Dinas Lingkungan Hidup
intake dan setiap 6 Kota Samarinda
fasilitas (enam) bulan
penunjangnnya. 3. Instansi Penerima Laporan
sekali Pemerintah Kelurahan
a. Melakukan Sungai Kapih Kecamatan
pencatatan Sambutan, Dinas Tenaga
(kuisioner dan Kerja Kota Samarinda,
wawancara) Dinas Lingkungan Hidup
secara langsung Kota Samarinda, Dinas
kepada pekerja Lingkungan Hidup
D. TAHAP OPERASI
1. Kesempatan Kerja
Penerimaan Terbukanya Diterimanya 1. Mengumumkan Kelurahan Selama 1. Metode Kantor Saat 1. Instansi Pelaksana yaitu
tenaga kerja kesempatan tenaga kerja adanya Sungai Kapih berlangsung Pengumpulan Manajemen berlangsung PDAM Tirta Kencana
operasional kerja lokal penerimaan Kecamatan nya kegiatan Data: PDAM Tirta nya kegiatan Kota Samarinda
seluas- minimal tenaga kerja Sambutan penerimaan Kencana Kota penerimaan
Melakukan 2. Instansi Pengawas yaitu
2. Pendapatan Masyarakat
Penerimaan Terjadinya Upah 1. Menetapkan Kelurahan Selama 1. Metode Kelurahan Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
tenaga kerja peningkatan Minimum upah minimum Sungai Kapih berlangsung Pengumpulan Data: Sungai Kapih kegiatan PDAM Tirta Kencana
operasional pendapatan Kota sesuai dengan Kecamatan nya kegiatan Kecamatan operasional Kota Samarinda
masyarakat. Samarinda Upah Sambutan penerimaan Melakukan Sambutan intake dan
Tahun Minimum Kota tenaga kerja pengamatan fasilitas 2. Instansi Pengawas yaitu
2019 Samarinda operasional langsung di penunjang- Pemerintah Kelurahan
(UMSK). lapangan nya dengan Sungai Kapih Kecamatan
(khususnya pada frekuensi Sambutan, Dinas Tenaga
2. Menerapkan saat penerimaan pemantauan Kerja Kota Samarinda,
semua aturan gaji/upah) atau dan Dinas Lingkungan Hidup
ketenagakerjaa dengan wawancara pelaporan 6 Kota Samarinda
n yang dengan para bulan sekali.
ditetapkan oleh pekerja/karyawan 3. Instansi Penerima Laporan
pemerintah. apakah pemberian Pemerintah Kelurahan
upah/gaji yang Sungai Kapih Kecamatan
3. Memacu diberikan sudah Sambutan, Dinas Tenaga
perkembangan sesuai dengan Kerja Kota Samarinda,
usaha peraturan yang Dinas Lingkungan Hidup
1.Pengolahan Terjadinya Diprakira 1 Pengolahan Air Areal intake Selama 1. Metode Di out let Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Air Baku penurunan kan dapat Baku. dan fasilitas operasional Pengumpulan Data: IPAL, oil trap operasional PDAM Tirta Kencana
kualitas air melebihi penunjangnya intake dan dan badan intake dan Kota Samarinda
2.Operasional permukaan baku mutu a.Melakukan fasilitas Pengambilan perairan fasilitas
genset Permenkes pengolahan air penunjangnya sampel air setempat penunjang- 2. Instansi Pengawas yaitu
RI No. 32 limbah pada dilakukan dengan nya dengan Dinas Kesehatan Kota
Tahun kolam IPAL. water sampler pada frekuensi Samarinda, Dinas
2017 lokasi pemantauan pemantauann Lingkungan Hidup Kota
b.Air yang yang telah Samarinda
tentang berasal dari ya setiap 1
Standar ditetapkan. bulan sekali
hasil Kegiatan 3. Instansi Penerima Laporan
Baku Mutu pengeringan dan Dinas Kesehatan Kota
Kesehatan pengambilan dilaporkan
sludge tidak sample air Samarinda, Dinas
4. Biota Perairan
1.Pengolahan Terganggu- Indeks 1.Pengolahan air Seluruh areal Selama 1. Metode Di badan Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Air Baku nya biota keanekara baku. intake dan operasional Pengumpulan perairan berlangsung- PDAM Tirta Kencana
perairan gaman fasilitas intake dan Data. setempat nya kegiatan Kota Samarinda
2.Operasional dengan biota a.Melakukan penunjangnya fasilitas operasional
genset indikator perairan pengolahan air penunjangnya a. Pengumpulan intake dan 2. Instansi Pengawas yaitu
penurunan seperti limbah pada data plankton fasilitas Dinas Perikanan Kota
persentase plankton, kolam IPAL. dilakukan penunjang- Samarinda, Dinas
keanekaraga benthos dengan cara nya dengan Lingkungan Hidup Kota
b.Air yang pengambilan Samarinda
man biota dan nekton berasal dari frekuensi
perairan berkurang sampel air pemantauan
hasil dengan volume 3. Instansi Penerima Laporan
pada badan > 50% pengeringan setiap 6 yaitu Dinas Perikanan
perairan ± 100 l yang bulan sekali.
sludge tidak disaring Kota Samarinda, Dinas
setempat ada yang Lingkungan Hidup Kota
(Sungai). menggunakan
dibuang alat Plankton Samarinda, Dinas
namun akan Net No. 25. Lingkungan Hidup
dipompa Sampel Provinsi Kalimantan
kembali kolam tersebut Timur
air baku untuk dimasukan ke
dilakukan dalam botol
pengolahan sampel dan
kembali secara diawetkan
terus menerus dengan larutan
2. Operasional formalin 4%
genset. untuk
5. Timbunan Sludge
1.Pengolahan Terjadinya Terjadi 1. Melakukan Kolam IPAL Selama 1. Metode Kolam IPAL Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Air Baku peningkatan timbunan pengerukan operasional Pengumpulan Data: operasional PDAM Tirta Kencana
timbunan sludge kolam IPAL intake dan intake dan Kota Samarinda
sludge pada kolam secara periodik fasilitas Pengamatan dan fasilitas
IPAL (1 tahun sekali). penunjangnya pencatatan volume penunjang- 2. Instansi Pengawas yaitu
sludge yang di nya dengan Dinas Lingkungan Hidup
2. Lumpur dari dapat pada kegiatan frekuensi Kota Samarinda
filtrasi ini pemeliharaan rutin pemantauan 3. Instansi Penerima Laporan
Operasional Terjadinya Diprakira 1. Melakukan Lokasi Selama 1. Metode Pada lokasi Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
Genset penurunan kan dapat perawatan operasional operasional Pengumpulan Data genset dan operasional PDAM Tirta Kencana
kualitas melebihi mesin genset genset intake dan pemukiman intake dan Kota Samarinda
udara baku mutu secara berkala fasilitas a. Melakukan penduduk fasilitas
ambien kualitas untuk penunjangnya pengambilan terdekat penunjang- 2. Instansi Pengawas yaitu
disekitar udara mempertahan- sampel kualitas nya dengan Dinas Lingkungan Hidup
lokasi tapak ambien kan dan udara (debu, frekuensi Kota Samarinda
proyek (debu) = menjaga No2, So2 dan pemantauan
CO) langsung di 3. Instansi Penerima Laporan
0,23 mg/m performa dalam dan Dinas Lingkungan Hidup
mesin. lapangan dengan pelaporan
alat gas sampel Kota Samarinda, Dinas
setiap 6 Lingkungan Hidup
2. Tinggi ujung yang melibatkan (enam) bulan Provinsi Kalimantan
cerobong asap pihak ketiga sekali.
genset 2,5 kali yang Timur
dari tinggi berkomponen
bangunan dalam kegiatan
setempat. pengambilan
sampel kualitas
3. Menempatkan
7. Kebisingan
Operasional Terjadinya Diprakira 1. Melakukan Lokasi Selama 1. Metode Pada lokasi Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
genset. peningkatan kan dapat perawatan dan operasional operasional Pengumpulan Data: genset dan operasional PDAM Tirta Kencana
intensitas melebihi pemeliharaan genset intake dan pemukiman intake dan Kota Samarinda
kebisingan baku mutu genset secara fasilitas Melakukan penduduk fasilitas
di tingkat periodik dan penunjangnya pengambilan terdekat penunjang- 2. Instansi Pengawas yaitu
sampling tingkat Dinas Lingkungan Hidup
Pendistribu- Terbentukn > 80% 1. Melakukan Kelurahan Selama 1. Metode Kelurahan Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
sian Air Bersih ya sikap dan masyarakat pemeriksaan Sungai Kapih berlangsung Pengumpulan Sungai Kapih operasional PDAM Tirta Kencana
ke Konsumen persepsi mendu- kondisi dan Kecamatan nya kegiatan Data: Kecamatan intake dan Kota Samarinda
positif kung fungsi instalasi Sambutan intake dan Sambutan fasilitas
masyarakat terhadap air bersih setiap fasilitas Melakukan penunjang- 2. Instansi Pengawas yaitu
kegiatan hari selama penunjangnya. wawancara nya dengan Dinas Lingkungan Hidup
intake dan operasional. terhadap frekuensi Kota Samarinda
fasilitas masyarakat, tokoh- pemantauan
2. Melakukan tokoh masyarakat 3. Instansi Penerima Laporan
penunjangn dan Dinas Lingkungan Hidup
ya pemeliharaan dan Pemerintah pelaporan
secara berkala Kelurahan Sungai Kota Samarinda, Dinas
setiap 6 Lingkungan Hidup
terhadap instalasi Kapih terkait
9. Kesehatan Masyarakat
Pendistribu- Terjadinya Tidak 1. Melakukan Kelurahan Selama 1. Metode Puskesmas Selama 1. Instansi Pelaksana yaitu
sian Air peningkatan meningkat pengolahan air Sungai Kapih operasional Pengumpulan Data: Pembantu operasional PDAM Tirta Kencana
Bersih ke kesehatan nya sesuai standar Kecamatan intake dan Sungai Kapih intake dan Kota Samarinda
Konsumen masyarakat gangguan baku mutu air Sambutan fasilitas Melakukan tabulasi fasilitas
kesehatan bersih penunjangnya gangguan kesehatan penunjang- 2. Instansi Pengawas yaitu
masyarakat 2. Melakukan masyarakat yang nya dengan Dinas Kesehatan Kota
khususnya pemeriksaan meliputi penyebab, frekuensi Samarinda, Dinas
intensitas dan Lingkungan Hidup Kota
Perawatan Perbaikan Tidak ada 1. Pembuatan bak Di lokasi Selama 1. Metode Dilakukan Pemantauan 1. Instansi Pelaksana yaitu
Tabel 42. Matriks Dampak Yang Dikelola Dalam Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Pembangunan Intake Sungai Kapih Kapasitas 200
liter/detik dan Fasilitas Penunjangnya
KOMPONEN KEGIATAN KETERANGAN
PRA KONSTRU PASCA
KOMPONEN LINGKUNGAN OPERASI
KONSTRUKSI KSI KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7 8a 8b 8c 8d TAHAP PRA KONSTRUKSI
A. FISIK-KIMIA 1. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
1. Kualitas Udara Ambien X X 2. Mobilisasi Peralatan dan Material
2. Kebisingan X X
3. Laju Erosi X TAHAP KONSTRUKSI
4. Beban Sedimen X 3. Pembersihan/Penyiapan Lahan
5. Kualitas Air Permukaan X X X 4. Pembangunan Intake dan Fasilitas Penunjangnya
6. Timbunan Sludge X
TAHAP PASCA KONSTRUKSI
5. Demobilisasi Peralatan Konstruksi
B. BIOLOGI 6. Pemutusan Hubungan Kerja Tenaga Konstruksi
1. Vegetasi X
2. Biota Perairan X X X TAHAP OPERASI
7. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional Intake dan
Fasilitas Penunjangnya
8. Operasional Intake dan Fasilitas Penunjangnya
C. SOSEKBUDKESMAS a. Pengambilan Air Baku dan Pengolahan Air Bersih
1. Sikap dan Persepsi Masyarakat X b. Pendistribusian Air Bersih ke Konsumen
2. Kesempatan Kerja X X X c. Operasional Genset
3. Pendapatan Masyarakat X X d. Perawatan Intake dan Fasilitas Penunjangnya
4. Lalulintas Darat X X
5. Keselamatan Masyarakat X X
6. Kesehatan Masyarakat X X = Dampak yang ditimbulkan
7. Sanitasi Lingkungan X
8. Keselamatan dan Kesehatan
X X
Kerja
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1975. Standard Method for the Examination of Water and Wastewater, Fourteenth
Edition. APHA, IWWA Washington, DC. P. 71-78.
Anonim, 1978. Pedoman Pengelolaan Satwa Langka, Jilid I dan II, Mamalia, Reptilia,
Amphibia. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Direktorat Jenderal
Kehutanan. Bogor.
Anonim, 1987. Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1986 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Sekretariat Menteri KLH, Jakarta.
APHA, AWWA and WPCF. 1976. Standard Methods for the Examination of Waste and
Wastewater. 14th Ed. American Public Health Association, Washington, D. C.
Arsyad, S. 1980. Pengawetan Tanah dan Air. Dep. Ilmu-Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian
IPB. Bogor.
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Boyd, C. E. and Lich Koppler. 1979. Water Quality Management In Pond Fish Culture.
Research and Pokok Development Series No. 22 Project : AID/DSAN-G0039.
April 1979.; 30.
Darlyin. 1978. Hand Book of Noise Assessment. Van Nostrand Reynolds Company.
London.
Frontier, S. 1977. Reflextion Pour Line Theorie des Ecosystemes. Bull. Ecol. 8 (4) 445 –
464.
Hardjowigeno, S. 1986. Sumber Fisik Wilayah dan Tataguna Lahan. Jurusan Tanah.
Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Vol. I-IV. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Martawijaya, A., dkk. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Jilid II. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.Bogor.
Soetarno, H., R.E. Nasution, dan E.I. Sedijoprapto. 1995. Pohon Kehidupan. Prosea
Indonesia, Yayasan Prosea. Bogor.