PT. Starjet Leisure Garden Resort Bintan didirikan pada tanggal 16 Mei 2019 sebagai
upaya menopang kegiatan usaha di sektor pariwisata yang mencakup usaha penyediaan jasa
pelayanan penginapan, makan minum serta jasa lainnya bagi umum di Kabupaten Bintan.
Pendirian PT. Starjet Leisure Garden Resort Bintan sebagai Perusahaan Perseroan yang
berusaha dalam bidang Pariwisata ditetapkan sesuai Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-853.AH.02.01 pada tanggal 22 April 2010 dan
Dengan penyusunan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) ini, diharapkan PT.
Starjet Leisure Garden Resort Bintan akan dapat lebih mengembangkan kegiatan di sektor
pariwisata di Kabupaten Bintan pada khususnya dan Provinsi Kepulauan Riau pada umumnya,
yang dimulai dengan kelengkapan perizinan untuk mendukung semua kegiatan operasional
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan dokumen ini. Semoga dokumen ini dapat bermanfaat dan memenuhi
(nama terang)
2.3 Identifikasi Dampak yang Terjadi Selama Kegiatan Berjalan ......................................... 2-20
2.4 Pengelolaan dan Pemantauan yang Telah Dilakukan ....................................................... 2-20
2.4.1 Penanganan Kualitas Udara ............................................................................................... 2-20
2.4.2 Penanganan Kebisingan ...................................................................................................... 2-21
2.4.3 Penanganan Kebersihan dan Estetika Lingkungan ................................................... 2-21
2.4.4 Penanganan Limbah Padat ................................................................................................ 2-22
2.4.5 Penanganan Limbah B3....................................................................................................... 2-23
2.4.6 Penanganan Kualitas Air ..................................................................................................... 2-23
Gambar 1.1 Peta Lokasi Kegiatan Pembangunan Hotel, Villa, dan Resort ......................................... 5
Gambar 1.2 Peta Site Plan..................................................................................................................................... 6
Gambar 1.3 Denah Lokasi Villa dan Landscape PT. Starjet Leisure Garden Resort Bintan ........... 7
Gambar 2.1 Peta Lokasi Kegiatan berdasarkan Rencana Pola Ruang Kab. Bintan ......................2-2
Gambar 2.4 Atap Bangunan dan Dinding Bangunan yang Siap Dipasang ....................................2-6
Gambar 2.7 Peta Kontur Lokasi Kegiatan PT. Starjet Leisure Garden Resort.............................. 2-10
Gambar 2.8 Udara Ambient Open Area 1 (Pemukiman) .................................................................... 2-11
Tabel 2.1 Udara Ambient Open Area 1 (Pemukiman) (N: 01°07’23.16” / E: 104°20’24.25”).. 2-11
Tabel 2.2 Udara Ambient Open Area 2 (N: 01° 07’ 30.57” / E: 104° 20’ 30.97”) ....................... 2-12
Tabel 2.3 Udara Ambient Open Area 3 (Pemukiman) (N: 01°07’38.31” / E: 104°20’30.63”).. 2-12
Tabel 2.4 Pemantauan Kualitas Air Sumur (N: 01° 07’ 30.47” / E: 104° 20’ 31.78”) ................. 2-13
Tangga (ART) Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Teluk Sebong, 2017 ............................. 2-19
Tabel 2.9 Jumlah Fasilitas Kesehatan ......................................................................................................... 2-19
Tabel 3.1 Matriks Identifikasi Dampak Kegiatan PT. Starjet Leisure Garden Resort Bintan .....3-1
Tabel 3.2 Matriks Evaluasi Dampak Kegiatan Konstruksi dan Operasional PT. Starjet Leisure
Adapun susunan Tim Penyusun DELH Kegiatan Pembangunan Hotel, Villa, dan
Resort milik PT. Starjet Leisure Garden Resort disajikan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Tim Penyusun
Daftar perizinan yang telah dimilik PT. Starjet Leisure Garden Resort dapat dilihat pada
Tabel 2
PT. STARJET LEISURE GARDEN RESORT BINTAN adalah salah satu Hotel dan Resort yang
berada di sekitar Kawasan Pariwisata di Kecamatan Teluk Sebong yang berdekatan dengan
Bintan Resort. Hotel dan Resort yang tertata dengan landscape yang tetap mempertahankan
kontur tanah dan tanaman-tanaman pelindung dengan kolam alami ini akan menjadi daya
tarik bagi para wisatawan yang berkunjung. Luas lahan eksisting adalah 5,9 Ha, dengan
Saat ini PT. STARJET LEISURE GARDEN RESORT BINTAN sedang melakukan kegiatan
konstruksi untuk pembangunan villa dan hotel sebanyak 100 Unit masing-masing unit terdiri
dari 2 (dua) lantai, akan tetapi belum memiliki izin lingkungan. Berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan Nomor: 660/DLH/707 tentang “Arahan
Dokumen Lingkungan.” maka PT. STARJET LEISURE GARDEN RESORT BINTAN wajib menyusun
Selain Surat Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup tersebut, maka berdasarkan UU
No. 32 Tahun 2009 Pasal 22 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 38 tahun
2019 tentang “Jenis Usaha atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup” beserta lampirannya, maka PT. STARJET LEISURE GARDEN
RESORT BINTAN wajib memiliki AMDAL, namun karena kegiatan konstruksi hotel tersebut
sebagian telah berjalan maka penyusunan dokumen lingkungan harus mengacu pada Surat
Edaran MenLHK No. 7 tahun 2016 disebutkan bahwa “Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup,
yang selanjutnya disingkat DELH, adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang sudah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki dokumen AMDAL”. DELH wajib
disusun oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang memenuhi kriteria seperti yang telah dijabarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan RI No P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki
Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.
Daerah Kabupaten Bintan bahwa lokasi kegiatan berada dalam kawasan Pariwisata dan sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bintan No. 2 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2011-2031 dan Surat Arahan Dari Dinas
Pemanfaatan Ruang PT. Starjet Leisure Garden Resort Bintan (Gambar 1.1 s/d Gambar 1.3.),
yaitu sebagai daerah pariwisata yang sesuai dengan peruntukannya.
Dibuat Oleh :
Disusun Oleh :
Status lahanyang digunakan untuk kegiatan Hotel, Vila & Resort ini adalah sewa (bukti
terlampir).
bupati bintan No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bintan Tahun 2011-2031 dan Rekomendasi Pemanfaatan Ruang a.n PT. Starjet Leisure
Garden Resort Bintan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Nomor
556.2/PUPR/73.
D E L H | P T. S T A R J E T L EI S U R E G A R D E N R E S O R T BI N T A N 2-2
2.1.3 Kegiatan Konstruksi
Kegiatan konstruksi sudah dilakukan oleh PT. Starjet Leisure Garden Resort Bintan
dengan membangun 100 unit hotel atau villa. kegiatan mobilisasi bahan dan material
konstruksi dilakukan pada awal konstruksi dan kekurangannya di lakukan mobilisasi secara
bertahap. Kegiatan mobilisasi material dilakukan menggunakan jalur darat. Bahan baku
konstruksi sebagian dikirim dari di Kawasan Bintan Industrial Estate di Lobam. Bahan baku
tersebut adalah berupa material untuk dinding bagunan hotel atau villa. kemudian untuk
material lainnya, dipasok dari pihak ketiga seperti baja ringan, semen, pasir, batu kerikil dan
sebagainya.
Pembangunan hotel, villa dan resort terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
a. Pembangunan Kantor dan Fasilitas Utama Hotel, Villa, dan Resort
Pembangunan kantor dan fasilitas utama hotel, villa dan resort, dimulai dengan
pemasangan pondasi kemudian dilanjutkan dengan pengecoran tiang bangunan.
Setelah itu proses pemasangan dinding dan atap bangunan. Tahap berikutnya adalah
kegiatan finishing gedung berupa pemasangan instalasi listrik, instalasi air, pengecetan
hingga bangunan utama dapat dioperasikan. Proses pembangunan kantor dan fasilitas
utama tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
Proses ini menyebabkan pembangunan bisa berjalan lebih cepat dibandingkan dengan
adalah pemasangan dinding bangunan dan atap bangunan. Dinding bangunan dan
atap bangunan ini merupakan barang jadi sehingga bisa langsung di rangkai pada
rangka bangunan. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8 berikut.
Gambar 2.4 Atap Bangunan dan Dinding Bangunan yang Siap Dipasang
bangunan kemudian instalasi listrik, instalasi saluran air bersih, instalasi air limbah dan
kamar mandi. Proses lainnya yang dilakukan secara bersamaan adalah pemasangan
pelapis dinding bangunan seperti wallpaper berbahan khusus motif kayu dengan
berbagai macam corak dan warna. Dengan pelapisan dinding bangunan ini, maka tidak
Lintang Utara dan 104012’47” Bujur Timur di sebelah Barat - 1080 02’27” Bujur Timur
di sebelah Timur. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 87.717,84
km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.319,51 km2 (1,50%) dan wilayah laut seluas
86.398,33 km2 (98,50%). Lokasi kegiatan memiliki kontur yang relatif landai dan tidak
ada perbedaan kontur dengan lingkungan sekitar. Kecamatan Teluk Sebong terletak
Sebong sebagian besar terletak di Pulau Bintan, terdiri dari 1 Kelurahan dan 6 desa.
Daerah Kecamatan Teluk Sebong terkenal dengan daerah kawasan parawisata Lagoi.
Sedangkan Wilayah Kecamatan terbentang dari sebelah barat Desa Sebong Pereh
sampai sebelah Timur Laut dan Utara Desa Berakit dengan keadaan tanah dasar
D E L H | P T. S T A R J E T L EI S U R E G A R D E N R E S O R T BI N T A N 2-10
2.2.1.2 Kualitas Udara
Kondisi kualitas udara di lokasi tapak kegiatan dan daerah sekitarnya diukur
dengan pengambilan contoh udara di tiga titik yang berbeda yaitu di sebelah utara,
lokasi kegiatan dan sebelah selatan. Secara umum kondisi udara ambient masih sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Adapun koordinat lokasi pengambilan contoh dan hasil analisanya
Standard
Parameter Unit Result Method
Max
- Sulfur dioxide (SO2) g/Nm3 26.20 900 SNI19-7119.7 – 2017
- Carbon monoxide (CO) g/Nm3 65.24 30,000 PO/OPS/19
- Nitrogen Dioxide (NO2) g/Nm3 11.25 400 SNI19-7119.2 – 2017
- Ozone (O3) g/Nm3 < 0.01 235 SNI 19-7119.8 – 2017
- Hydro Carbon g/Nm3 6.24 160 SNI 7119.13 : 2009
- Dust (TSP) g/Nm3 16.32 230 SNI19-7119.3 – 2017
- Lead (Pb) g/Nm3 < 0.01 2 SNI19-7119.4 – 2017
- Noise dB(A) 48.5 55 PO/OPS/02
Standard
Parameter Unit Result Method
Max
- Sulfur dioxide (SO2) g/Nm3 48.21 900 SNI19-7119.7 – 2017
- Carbon monoxide (CO) g/Nm3 115.24 30,000 PO/OPS/19
- Nitrogen Dioxide (NO2) g/Nm3 38.26 400 SNI19-7119.2 – 2017
- Ozone (O3) g/Nm3 < 0.01 235 SNI 19-7119.8 – 2017
- Hydro Carbon g/Nm3 10.24 160 SNI 7119.13 : 2009
- Dust (TSP) g/Nm3 48.20 230 SNI19-7119.3 – 2017
- Lead (Pb) g/Nm3 < 0.01 2 SNI19-7119.4 – 2017
- Noise dB(A) 62.5 70 PO/OPS/02
Standard
Parameter Unit Result Method
Max
- Sulfur dioxide (SO2) g/Nm3 34.54 900 SNI19-7119.7 – 2017
- Carbon monoxide (CO) g/Nm3 80.16 30,000 PO/OPS/19
- Nitrogen Dioxide (NO2) g/Nm3 10.72 400 SNI19-7119.2 – 2017
- Ozone (O3) g/Nm3 < 0.01 235 SNI 19-7119.8 – 2017
- Hydro Carbon g/Nm3 9.14 160 SNI 7119.13 : 2009
- Dust (TSP) g/Nm3 17.17 230 SNI19-7119.3 – 2017
- Lead (Pb) g/Nm3 < 0.01 2 SNI19-7119.4 – 2017
- Noise dB(A) 49.9 55 PO/OPS/02
Beberapa jenis tanaman yang dapat dijumpai di kabupaten Bintan antara lain
(Pouteria caimito) (Zurriyati dan Dahono,2016). Jenis tanaman disekitar lokasi kegiatan
antara lain tanaman yang umum dipekarangan seperti pisang, kelapa dan ubi kayu.
Secara umum lebih banyak dijumpai tumbuhan belukar diarea kecatan Teluk Sebong.
Selain tanaman di darat terdapat juga beberapa jenis tanaman mangrove di sepanjang
Kelurahan. Dan seterusnya, disesuaikan dan tambahkan dari data Desa (primer).
Tabel 2.7 Tabel Jumlah Penduduk Akhir Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Desa/Kelurahan
di Kecamatan Teluk Sebong, 2017
Tabel 2.8 Tabel Kepadatan Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga
(ART) Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Teluk Sebong, 2017
Kepadatan
Rasio Jenis Rata-rata Jumlah
Desa/Kelurahan Penduduk
Kelamin ART
(Jiwa/Km2)
Sebong Pereh 90 165 5
Sebong Lagoi 68 103 4
Kota Baru 58 108 4
Ekang Anculai 34 102 3
Sri Bintan 131 110 3
Pengudang 17 116 4
Berakit 60 98 3
Kecamatan 55 118 4
Balai
Rumah
Desa/Kelurahan Puskesman Pustu Polindes Pengobatan
Sakit
BKIA Umum
Sebong Pereh ─ ─ 1 1 ─ ─
Sebong Lagoi ─ 1 ─ ─ ─ 1
Kota Baru ─ ─ 1 1 ─ ─
Ekang Anculai ─ ─ 1 1 ─ ─
Sri Bintan ─ 1 ─ 1 ─ ─
Pengudang ─ ─ 1 1 ─ ─
Berakit ─ 1 ─ 1 ─ 1
Jumalah ─ 3 4 6 ─ 2
Kegiatan tahap konstruksi pembangunan Hotel, Villa dan Resort PT. Starjet
dengan kegiatan:
a. Mobilisasi alat dan material
b. Kegiatan pembangunan
c. Kegiatan finishing
hari dan memberikan udara segar. Tanaman dan pepohonan dipelihara dan dirawat
dengan baik, fungsinya sebagai penghijauan penyerap CO2 (terutama dari genset dan
kendaraan) peneduh, sumber oksigen dan menjadi bagian dari fasilitas yang
ditawarkan kepada pengunjung.
Proses pembangunan hotel dan resort menggunakan alat berat, hanya pada
lamanya dampak terhadap kualitas udara menjadi tidak penting (tidak sepanjang masa
konstruksi) .
kendaraan maupun dari kegiatan konstruksi itu sendiri. Proses pembangunan hotel,
villa dan resort menggunakan alat berat hanya pada tahap awal kegiatan terutama saat
perataan lahan dan pengecorannya. sehingga sumber kebisingan yang timbul dari
penggunaan alat-alat berat tidak ada di lokasi kegiatan. Alat berat untuk memasang
tiang pancang tidak dibutuhkan. Alat lain seperti Dozer atau Loder serta excavator
ialah untuk penggalian atau untuk membuat timbunan material atau meratakan kontur
tidak digunakan, karena kondisi eksisting kontur lahan tetap dipertahankan. Begitu
juga crane untuk pengangkutan material untuk gedung bertingkat, tidak digunakan,
karena tinggi hotel atau villa hanya dua lantai. Volume kendaraan yang melewati jalan
sekitar menuju lokasi kegiatan berkisar antara 5 hingga 10 kendaraan perhari. Kondisi
jalan yang belum di aspal menyebabkan kendaraan yang masuk berjalan dengan pelan
dengan kecematan rata-rata 1-20km/jam. Demikian juga halnya dengan genset, hanya
difungsikan saat ada pemadaman listrik bergilir dari PLN. Baku tingkat kebisingan
keindahan, terutama tanaman yang fungsi utamanya adalah sebagai peneduh dan
Limbah padat berasal dari kegiatan konstruksi baik berupa sisa material (bahan
konstruksi) sedangkan limbah domestik berasal dari sisa makanan, minuman serta
kemasannya dari pekerja konstruksi. Untuk penanganan sisa bahan konstruksi
dilakukan oleh pihak ketiga dari grup Starjet maupun dari perusahaan lainnya. Limbah
Kegiatan Konstruksi
Pihak Ketiga
Pihak Ketiga TPS Limbah Domestik
Starjet Grup
Reuse
Limbah B3 yang dihasilkan terutama dari oli bekas yang berasal dari mesin
genset. Pengelolaannya adalah dikirim dengan transporter yang memiliki izin dari KLH
untuk dibawa Tempat Pembuangan Akhir Limbah B3 (kondisi eksisting tidak terdapat
Sumber air bersih untuk kegiatan konstruksi pembangunan hotel, villa dan
resort berasal dari sumur dan air PAM. Volume air maksimum yang dibutuhkan adalah
3,5 m3. Volume tersebut berasal dari asumsi bahwa kebutuhan air setiap orang rata-
rata 150 liter/hari. Jumlah pegawai konstruksi ± 20 orang sehingga jumlah total air nya
adalah 3000 liter/hari atau 3 m3. Untuk kegiatan konstruksi itu sendiri dibutuhkan air
kurang lebih 0,5 m3/hari. Dengan demikian jumlah total air yang dibutuhkan adalah
3,5 m3/hari.
Sumur PAM
3,5 m2
Konstruksi
Resapan Air
Drainase resort lebih sering dalam kondisi kering, karena disesuaikan dengan
pengaruh curah hujan. Dengan adanya kemiringan lahan dan topografi, maka saat
hujan air akan meresap di RTH (Ruang Terbuka Hijau dan kolam), sebagian lagi masuk
ke drainase saat terjai run off (limpasan air hujan) dan masuk ke kolam.
Kolam ikan yang ada dihiasi dengan tanaman air dan tanaman disekeliling
kolam sehingga menjadi bagian dari fasilitas resort yang dapat dinikmati.
kesempatan kerja dan peluang usaha serta pendapatan masyarakat dan daerah,
peningkatan kepadatan penduduk yang selanjutnya berdampak turunan persepsi
Kebutuhan listrik dipenuhi melalui jaringan lisrik dari Perushaan Listrik Negara
(PT. PLN). Jaringan listrik untuk kebutuhan operasional dialirkan melalui gardu listrik
yang dibangun dekat dengan pintu masuk. Lokasi ini akan memudahkan dalam
perawatan dan penanganan keadaan darurat. Kondisi eksisting gardu listrik telah
Kegiatan operasional yang dilakukan oleh PT. Starjet Leisure Garden Resort
Bintan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Pada bagian ini diidentifikasi
komponen kegiatan penyebab dampak dan dampak yang ditimbulkan dari setiap
Tabel 3.1 Matriks Identifikasi Dampak Kegiatan PT. Starjet Leisure Garden Resort Bintan
8. Peningkatan Kesempatan
√ √ √
Berusaha
Tolak ukur dampak. Evaluasi dampak dipaparkan di bawah ini dan disajikan dalam matriks
bila tidak ditangani, dan bila limbah padat terakumulasi dapat menjadi tempat
Tolak ukur dampak adalah volume limbah padat non-B3 yang terkumpul di TPS
Pada tahap konstruksi timbulan limbah B3 seperti kemasan oli bekas, kemasan
chemical kemasan bekas pestisida, lampu TL bekas, batu baterai bekas, kain lap
yang terkontaminasi B3, barang elektronik bekas, dll dikelola oleh kontraktor
b. Sifat Dampak
Dampak bersifat negatif, serta dapat terakumulasi dan merusak estetika
salah satu atau lebih kriteria berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
Tolak ukur dampak adalah jumlah limbah padat B3 yang terkumpul di TPS
selama periode waktu tertentu.
areal sumber dampak dan badan air penerima (sehingga dapat meliputi area
Tolak ukur dampak adalah penurunan kualitas air yang dihasilkan per periode
waktu, hal ini dapat didekati dari volume penggunaan air bersih untuk setiap
keperluannya.
b. Sifat Dampak
salah satu atau lebih kriteria berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
3) Pekerjaan finishing.
b. Sifat Dampak
Tolak ukur dampak adalah kualitas udara ambient. Baku mutu yang diacu untuk
kualitas udara di dalam ruangan adalah Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
diacu untuk kualitas udara di luar ruangan (udara ambien) adalah Peraturan
parameter yang diukur terutama adalah: SO2, CO, NO2, debu (TSP), dan timbal
(Pb). Selain itu juga diukur nilai opacity pada emisi gas kendaraan/ peralatan
berat. Baku mutu opacity mengacu pada Per. MENLH No. 5 Tahun 2006 tentang
konstruksi.
b. Sifat Dampak
Dampak bersifat negatif, terus berlangsung selama masa konstruksi PT. Strarjet
Baku mutu yang diacu untuk tingkat kebisingan di dalam ruangan adalah Surat
Batas Faktor Fisika di Udara Lingkungan Kerja, parameter yang diukur adalah
tingkat kebisingan, nilai ambang batasnya adalah 85 dB(A). Baku tingkat
Dampak bersifat positif dan berlangsung selama masa konstruksi PT. Starjet
dampak adalah tidak semua kegiatan konstruksi PT. Starjet Leisure Garden
Resort Bintan dapat dilakukan pihak perusahaan, namun harus bekerjasama
b. Sifat Dampak
Dampak bersifat positif dan berlangsung selama masa konstruksi PT. Starjet
Leisure Garden Resort Bintan.
Tolak ukur dampak adalah jumlah rekanan yang terlibat dalam aktivitas
konstruksi PT. Starjet Leisure Garden Resort Bintan rekanan yang terlibat.
1. Limbah Padat Timbulan limbah Tahap konstruksi menghasilkan material bangunan dari Dampak bersifat negatif, dapat Tolak ukur dampak adalah
padat sisa kegiatan konstruksi bangunan, perakitan bangunan terakumulasi dan merusak volume limbah padat non-B3
dan Finishing estetika lingkungan bila tidak yang terkumpul di TPS sampah
ditangani, dan bila terakumulasi per periode waktu.
dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya vektor
penyakit (seperti: nyamuk, lalat,
dan tikus).
2. Limbah Padat Timbulan limbah Pada tahap konstruksi timbulan limbah B3 seperti Dampak bersifat negatif, serta Tolak ukur dampak adalah
B3 padat B3. kemasan oli bekas, kemasan chemical kemasan bekas dapat terakumulasi dan merusak jumlah limbah padat B3 yang
pestisida, lampu TL bekas, batu baterai bekas, kain lap estetika lingkungan apabila tidak terkumpul di TPS B3 selama
yang terkontaminasi B3, barang elektronik bekas, dll ditangani. Limbah dikatakan B3 periode waktu tertentu.
dikelola oleh kontraktor pelaksana terkait dengan alat-alat apabila memenuhi salah satu
konstruksi. atau lebih kriteria berikut: mudah
meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi, dan
bersifat korosif. Sedangkan
limbah padat yang terpapar B3
bersifat beracun.
4. Limbah Cair B3 Timbulan limbah Limbah cair B3 yang dihasilkan berupa oli/ pelumas Dampak bersifat negatif, serta Tolak ukur dampak adalah
cair B3. bekas dari alat-alat konstruksi menjadi tanggung dapat terakumulasi dan merusak volume oli bekas yang
jawab kontraktor. estetika lingkungan apabila tidak terkumpul di TPS limbah B3.
ditangani. Limbah dikatakan B3 Drum penyimpanan oli bekas
apabila memenuhi salah satu berukuran 200 liter
atau lebih kriteria berikut: mudah
meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi, dan
bersifat korosif.
5. Kualitas Udara Penurunan kualitas Penurunan kualitas udara terutama dari: Dampak bersifat negatif, terus Tolak ukur dampak adalah
udara ambien. berlangsung selama masa kualitas udara ambient. Baku
1. Kegiatan konstruksi saat demolisasi/ pembongkaran
konstruksi dan operasional PT. mutu yang diacu untuk kualitas
2. Mobilisasi alat dan material konstruksi dan
Starjet Leisure Garden Resort udara di dalam ruangan adalah
pembersihan material konstruksi.
3. Kegiatan konstruksi bangunan, perakitan bangunan Surat Edaran Menteri Tenaga
6. Kebisingan Peningkatan Peningkatan intensitas kebisingan terutama dari: Dampak bersifat negatif, terus Tolak ukur dampak adalah
intensitas berlangsung selama masa tingkat kebisingan di dalam
1. Kegiatan konstruksi saat demolisasi/ pembongkaran
kebisingan di konstruksi PT. Starjet Leisure genset dan sekitarnya. Baku
2. Mobilisasi alat dan material konstruksi dan
sekitar genset pembersihan material konstruksi. mutu yang diacu untuk tingkat
3. Kegiatan konstruksi bangunan, perakitan bangunan kebisingan di dalam ruangan
7. Peningkatan Peningkatan Kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi Dampak bersifat positif dan Tolak ukur dampak adalah
Kesempatan Kesempatan Kerja disediakan oleh kontraktor pelaksana, sehingga berlangsung selama masa jumlah tenaga kerja yang
Kerja meningkatkan kesempatan kerja di PT. Starjet Leisure konstruksi PT. Starjet Leisure diterima untuk mendukung
Garden Resort Bintan. Garden Resort Bintan. kegiatan konstruksi PT. Starjet
Leisure Garden Resort Bintan.
Dampak lingkungan yang harus dikelola adalah timbulan limbah padat. Parameter
yang harus dikelola adalah volume limbah padat untuk setiap jenis dan
sumbernya.
b. Sumber Dampak
Tolok ukur dampak adalah volume limbah padat yang terkumpul di TPS sampah
per periode waktu
d. Upaya Pengelolaan
1. Cara/Teknik Pengelolaan
Menyediakan tempat sampah di sekitar lokasi kegiatan konstruksi pada tahap
konstruksi
2. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan adalah lokasi kegiatan konstruksi di Hotel, Villa dan Resort.
dan secara periodik diangkut oleh pihak ketiga, sehingga tidak terdapat ceceran
kegiatan resort, serta dibuat naungan permanen agar tidak tergenang air hujan
dan menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit.
Dampak lingkungan yang harus dikelola adalah limbah padat B3 bersumber dari
kemasan oli, sisa toner printer, dan lampu bekas. Parameter yang harus dikelola
d. Upaya Pengelolaan
1. Cara/Teknik Pengelolaan
limbah B3.
✓ Limbah B3 yang dihasilkan akan dikemas, diberi simbol dan label serta
disimpan di TPS B3
PP 101 tahun 2014 dan Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup No 01 tahun
1995.
bekas pestisida, lampu TL bekas, batu baterai bekas, kain lap yang
terkontaminasi B3, barang elektronik bekas, dll.
yang harus dikelola adalah parameter kualitas air yang mengacu kepada Peraturan
b. Sumber Dampak
waktu, hal ini dapat didekati dari volume penggunaan air bersih untuk setiap
keperluannya.
d. Upaya Pengelolaan
1. Cara/Teknik Pengelolaan
✓ Menyediakan oil trap di sekitar genset untuk memisahkan air dan oli.
2. Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan terhadap air limbah/limbah cair non-B3 telah cukup baik. Fasilitas
MCK/toilet & tempat cuci piring di kantin berfungsi dengan baik. Tidak dijumpai
adanya saluran air yang tersumbat di sekitar villa, kantor, kantin dan fasilitas
lainnya.
✓ Perlu dilakukan konstruksi rutin terhadap saluran air di sekitar area hotel,
villa dan resort agar aliran air lancar dan tidak berdapat genangan air.
(IPAL). Memisahkan air limbah dapur dari limbah padat dan memasukan ke
TPS limbah padat sebelum masuk ke IPAL.
Parameter yang harus dikelola adalah volume limbah cair B3 (oli bekas).
b. Sumber Dampak
Limbah cair B3 yang dihasilkan berupa oli/ pelumas bekas dari alat-alat konstruksi
menjadi tanggung jawab kontraktor.
Tolok ukur dampak adalah volume oli bekas yang terkumpul di TPS limbah B3.
Drum penyimpanan oli bekas berukuran 200 liter.
d. Upaya Pengelolaan
1. Cara/Teknik Pengelolaan
transporter limbah. Penyimpanan oli bekas di lahan Hotel, Villa dan Resort
2. Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan limbah cair B3 ditampung oleh pihak yg memiliki izin KLH sesuai
dengan PP 101 tahun 2014 dan Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup No
01 tahun 1995.
melebihi ketentuan.
b. Sumber Dampak
4. Pekerjaan finishing.
kualitas udara di dalam ruangan adalah Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor
Kerja, parameter yang diukur adalah Debu (TSP). Baku mutu yang diacu untuk
kualitas udara di luar ruangan (udara ambien) adalah Peraturan Pemerintah No. 41
terutama adalah: SO2, CO, NO2, debu (TSP), dan timbal (Pb). Selain itu juga diukur
nilai opacity pada emisi gas kendaraan/peralatan berat. Baku mutu opacity
mengacu pada Per. MENLH No. 5 Tahun 2006 tentang “Ambang Batas Emisi Gas
d. Upaya Pengelolaan
1. Cara/Teknik Pengelolaan
2. Lokasi Pengelolaan
6) Peningkatan Kebisingan
b. Sumber Dampak
Peningkatan intensitas kebisingan terutama dari:
3. Pekerjaan finishing.
c. Tolak Ukur Dampak
Tolok ukur dampak adalah tingkat kebisingan di dalam genset dan sekitarnya.
Baku mutu yang diacu untuk tingkat kebisingan di dalam ruangan adalah Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor 051/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Udara Lingkungan Kerja, parameter yang diukur adalah tingkat
kebisingan, nilai ambang batasnya adalah 85 dB(A). Baku tingkat kebisingan untuk
d. Upaya Pengelolaan
1. Cara/Teknik Pengelolaan
2. Lokasi Pengelolaan
dengan baik.
4. Tindakan Perbaikan Pengelolaan
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan konstruksi di Hotel, Villa dan Resort.
Tolok ukur dampak adalah jumlah tenaga kerja yang diterima untuk mendukung
1. Cara/Teknik Pengelolaan
Memperioritaskan tenaga kerja dari masyarakat sekitar untuk direkrut, dilatih dan
maka akan semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung
kegiatan.
tenaga kerja yang lebih banyak, karena variasi kegiatan di lokasi Hotel, Villa
dan Resort memiliki areal yang luas.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah tidak semua kegiatan konstruksi Hotel, Villa dan Resort
ketiga.
c. Tolak Ukur Dampak
Tolok ukur dampak adalah jumlah rekanan yang terlibat dalam aktivitas konstruksi
d. Upaya Pengelolaan
1. Cara/Teknik Pengelolaan
Rekanan untuk menunjang kegiatan Hotel, Villa dan Resort karena sudah dapat
ditangani sendiri oleh pihak Hotel, Villa dan Resort.
menginap.
2. Dampak lingkungan yang Pada tahap konstruksi Tolok ukur - Mengumpulkan Lokasi Pengelolaan - Tranporter perlu Dinas
harus dikelola adalah timbulan limbah B3 dampak adalah limbah padat B3 pengelolaan limbah padat memiliki izin dari Lingkungan
terpisah dengan KLH.
timbulan limbah padat B3 dikelola oleh jumlah limbah adalah TPS B3 ditampung Hidup Kab.
limbah B3 cair di TPS Penyimpanan
bersumber dari kemasan oli, kontraktor pelaksana padat B3 yang limbah B3 pada TPS Bintan
limbah B3. limbah B3 yang
sisa toner printer, dan terkait dengan alat- terkumpul di TPS - Limbah B3 yang limbah B3 terkumpul di
lampu bekas. Parameter alat konstruksi. limbah B3 selama dihasilkan akan sesuai dengan perusahaan tidak
dikemas, diberi simbol boleh melebihi 90
6. Dampak yang harus dikelola Peningkatan intensitas Tolok ukur - Konstruksi secara Pengelolaan Kegiatan Tidak diperlukan Dinas
adalah peningkatan kebisingan terutama dampak adalah rutin terhadap genset dilakukan di area pengelolaan perbaikan dalam Lingkungan
dari: sehingga kebisingan pengelolaan
kebisingan. Parameter yang tingkat disekitar genset. lingkungan Hidup Kab.
yang ditimbulkan
harus dikelola adalah tingkat kebisingan di terhadap dampak Bintan
1. Kegiatan konstruksi tidak melebihi
kebisingan (satuan dB(A)). dalam genset tingkat kebisingan
saat demolisasi/ ketentuan.
Parameter yang harus dipantau adalah volume limbah padat untuk setiap jenis dan
sumbernya.
b. Sumber Dampak
Tahap konstruksi menghasilkan material bangunan dari kegiatan konstruksi
kegiatan konstruksi.
c. Tolak Ukur Dampak
Tolok ukur dampak adalah volume limbah padat yang terkumpul di TPS sampah
Menghitung volume sampah yang terkumpul di TPS sampah per periode waktu.
TPS sampah ini dibedakan antara TPS sampah dari kegiatan konstruksi dan TPS
sampah dari kegiatan operasional. Data ditabulasi lalu dibahas secara deskriptif.
2. Lokasi Pemantauan
d. Upaya Pemantauan
1. Cara/Teknik Pemantauan
Menghitung jumlah kemasan oli, sisa toner printer, lampu bekas, kemasan bekas
pestisida, batu baterai bekas, kain lap yang terkontaminasi yang dihasilkan dari
kegiatan konstruksi. Data kemudian ditabulasi. Dicatat tanggal dan jumlah accu
bekas yang disimpan di TPS, kapan limbah tersebut harus diangkut oleh
transporter limbah B3, kapan realisasi pengangkutan oleh transporter limbah B3,
nomor dokumen manifest pengangkutan limbah B3, dan berapa sisa limbah B3
yang harus dikelola adalah parameter kualitas air yang mengacu kepada Peraturan
b. Sumber Dampak
waktu, hal ini dapat didekati dari volume penggunaan air bersih untuk setiap
keperluannya.
d. Upaya Pemantauan
1. Cara/Teknik Pemantauan
konstruksi.
➢ Bekerja sama dengan pihak laboratorium lingkungan untuk mengambil air
contoh dari saluran air kotor di aliran melalui pipanisasi menuju outlet drainase
oleh pihak laboratorium diambil air contoh sebanyak 2 liter, disimpan pada
botol sampel serta diberi label lokasi dan waktu pengambilan contohnya,
botol sampel lalu disimpan pada cool-box dan dibawa ke laboratorium. Di
AWWA 2005. Hasil analisis kualitas air limbah dari kegiatan resort kemudian
dibandingkan dengan baku mutu air limbah hotel menurut Peraturan Menteri
2. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah saluran air kotor di area bak control.
dengan baik. Perhitungan volume air limbah non-B3 yang dihasilkan didekati
dengan volume penggunaan air bersih untuk setiap keperluannya.
➢ Melengkapi sarana pemantauan kualitas air limbah seperti alat ukur debit, alat
ukur pH, menyediakan logbook pencatatan harian.
terhadap outlet air limbah dari IPAL melalui laboratorium yang terakreditasi.
Dampak lingkungan yang harus dipantau adalah timbulan limbah cair B3. Parameter
yang harus dipantau adalah volume limbah cair B3 (oli bekas).
b. Sumber Dampak
Limbah cair B3 yang dihasilkan berupa oli/ pelumas bekas dari alat-alat konstruksi
Tolok ukur dampak adalah volume oli bekas yang terkumpul di TPS limbah B3. Drum
penyimpanan berukuran 200 liter.
d. Upaya Pemantauan
1. Cara/Teknik Pemantauan
Menghitung volume limbah cair B3 yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi. Data
kemudian ditabulasi. Dicatat tanggal dan jumlah drum penampung oli bekas
yang disimpan di TPS, kapan oli bekas tersebut harus diangkut oleh transporter
limbah B3, kapan realisasi pengangkutan oleh transporter limbah B3, nomor
dokumen manifest pengangkutan limbah B3, dan berapa sisa limbah B3 yang
tersisa di TPS.
2. Lokasi Pemantauan
ruangan, parameter yang harus dipantau adalah SO2, CO, NO2, debu (TSP), dan
b. Sumber Dampak
Penurunan kualitas udara terutama dari:
DELH | PT. STARJET LEISURE GARDEN RESORT BINTAN 4-24
1. Kegiatan konstruksi saat demolisasi/ pembongkaran
2. Mobilisasi alat dan material konstruksi dan pembersihan material konstruksi.
3. Pekerjaan finishing.
c. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak adalah kualitas udara di dalam ruangan gudang dan di udara
ambien. Baku mutu yang diacu untuk kualitas udara di dalam ruangan adalah Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, parameter yang diukur adalah Debu (TSP).
Baku mutu yang diacu untuk kualitas udara di luar ruangan (udara ambien) adalah
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
parameter yang diukur terutama adalah: SO2, CO, NO2, debu (TSP), dan timbal (Pb).
Selain itu juga diukur nilai opacity pada emisi gas kendaraan/peralatan berat. Baku
mutu opacity mengacu pada Per. MENLH No. 5 Tahun 2006 tentang “Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama”.
d. Upaya Pemantauan
1. Cara/Teknik Pemantauan
➢ Bekerja sama dengan laboratorium lingkungan untuk mengambil contoh
dianalisis.
➢ Baku mutu yang diacu untuk kualitas udara di dalam ruangan adalah Surat
Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja. Baku mutu yang diacu untuk
opacity mengacu pada Per. MENLH No. 5 Tahun 2006 tentang “Ambang Batas
6) Peningkatan Kebisingan
a. Dampak Lingkungan dan Parameter yang Harus Dipantau
Dampak yang harus dipantau adalah peningkatan kebisingan. Parameter yang harus
b. Sumber Dampak
Peningkatan intensitas kebisingan terutama dari:
3. Pekerjaan finishing
c. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak adalah tingkat kebisingan di dalam genset dan sekitarnya. Baku
mutu yang diacu untuk tingkat kebisingan di dalam ruangan adalah Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja Nomor 051/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Udara Lingkungan Kerja, parameter yang diukur adalah tingkat kebisingan,
nilai ambang batasnya adalah 85 dB(A). Baku tingkat kebisingan untuk daerah
d. Upaya Pemantauan
1. Cara/Teknik Pemantauan
Batas Faktor Fisika di Udara Lingkungan Kerja. Baku mutu yang diacu untuk
tingkat kebisingan di luar ruangan adalah Kep. MENLH No. 48 Tahun 1996
2. Lokasi Pemantauan
b. Sumber Dampak
d. Upaya Pemantauan
1. Cara/Teknik Pemantauan
Mendata jumlah tenaga kerja tahap konstrusi di Hotel, Villa dan Resort.
2. Lokasi Pemantauan
dapat dilakukan pihak perusahaan, namun harus bekerjasama dengan pihak ketiga.
c. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak adalah jumlah rekanan yang terlibat dalam aktivitas konstruksi
Hotel, Villa dan Resort.
d. Upaya Pemantauan
1. Cara/Teknik Pemantauan
Mencatat jumlah rekanan dan frekuensi kegiatan konstruksi di lokasi Hotel, Villa
dan Resort.
2. Lokasi Pemantauan
baik.
kesempatan kerja.
2. Dampak lingkungan yang Pada tahap konstruksi Tolok ukur Menghitung jumlah Lokasi pengelolaan Sudah ada Belum ada Dinas
harus dipantau adalah timbulan limbah B3 dampak adalah kemasan oli, sisa adalah TPS limbah pihak ketiga manifest dari Lingkungan
limbah padat B3 berupa dikelola oleh kontraktor jumlah limbah toner printer, lampu B3 yang pihak ketiga Hidup Kab.
kemasan oli dan pelaksana terkait padat B3 yang bekas, kemasan bekas menampung Bintan
3. Dampak lingkungan yang Penurunan Kualitas air Tolok ukur Pemantauan air Lokasi pemantauan Pemantauan - Melengkapi Dinas
dikelola adalah berasal dari kegiatan dampak adalah limbah dari kegiatan adalah saluran air terhadap sarana Lingkungan
Penurunan kualitas air. konstruksi. volume limbah konstruksi: kotor di area bak volume air pemantauan Hidup Kab.
kualitas air
Parameter yang harus cair non-B3 yang - Menghitung control. limbah non-B3 Bintan
limbah seperti
dikelola adalah dihasilkan per volume air yang yang dihasilkan
alat ukur debit,
parameter kualitas air periode waktu, digunakan untuk setiap alat ukur pH,
7. Dampak lingkungan yang Sumber dampak adalah Tolok ukur Mendata jumlah Pemantauan Pemantauan Tidak diperlukan Dinas
harus dikelola adalah kegiatan konstruksi di dampak adalah tenaga kerja tahap dilakukan di area di terhadap perbaikan dalam Lingkungan
peningkatan Kesempatan Hotel, Villa dan Resort. jumlah tenaga konstruksi di Hotel, Hotel, Villa dan perekrutan upaya Hidup Kab.
kerja. Kebutuhan tenaga kerja yang Villa dan Resort. Resort tenaga kerja pemantauan Bintan Dinas
kerja pada tahap diterima untuk telah dilakukan terhadap Tenaga Kerja
konstruksi disediakan mendukung dengan baik penerimaan kab. Bintan
oleh kontraktor kegiatan tenaga kerja
pelaksana, sehingga konstruksi Hotel,
meningkatkan Villa dan Resort.
kesempatan kerja di
Hotel, Villa dan Resort.
8. Dampak lingkungan yang Sumber dampak adalah Tolok ukur Mencatat jumlah Pemantauan Pemantauan Tidak diperlukan Dinas
harus dipantau adalah tidak semua kegiatan dampak adalah rekanan dan dilakukan di lokasi terhadap perbaikan dalam Lingkungan
peningkatan kesempatan konstruksi Hotel, Villa jumlah rekanan frekuensi kegiatan di Hotel, Villa dan peningkatan upaya Hidup Kab.
berusaha. Parameter dan Resort dapat yang terlibat lokasi Hotel dan Villa Resort. kesempatan pemantauan Bintan dan
yang dipantau adalah dilakukan pihak dalam aktivitas kerja telah terhadap Dinas
besarnya peningkatan perusahaan, namun konstruksi Hotel, dilakukan peningkatan Pariwisata
DELH|PT.STARJETLEISUREGARDENRESORTBINTAN 4-38
SURAT PERNYATAAN
Jabatan :
Selaku Penanggung Jawab atas Pengelolaan Lingkungan dan Kegiatan Usaha pada:
Alamat Usaha :
yang berlaku.
3. Kami wajib menyampaikan Laporan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
secara berkala yaitu 6 (enam) bulan sekali yaitu periode Januari – Juni serta periode Juli
(nama terang)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan. 2018. Kecamatan Teluk Sebong dalam Angka 2018.
Bintan: Badan Pusat Statistik.
Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2016. Suraat Edaran Nomor
SE.7/MENLHK/SETJEN/PLA.4/12/2016 tentang Kewajiban Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup bagi Orang Perseorangan atau Badan Usaha yang Telah Memiliki Izin
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Nomor P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No
Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri