Anda di halaman 1dari 113

Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

BAB II
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
TELAH BERJALAN

2.1. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) PT Kharisma Wirajaya


Palma (PT KWP) disusun berdasarkan terjadinya perubahan pada usaha
dan/atau kegiatan yaitu penambahan kapasitas produksi, perluasan lahan
dan/atau bangunan usaha kegiatan serta fasilitas penunjang kegiatan
sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya. Jenis perubahan usaha
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh PT KWP sesuai Lampiran V Peraturan
Pemerintah Nomor : 22 Tahun 2021 secara detail dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 2. 1. Penyajian Informasi Jenis Perubahan Usaha dan/ atau Kegiatan


Jenis Perubahan Usaha
No. Perubahan Keterangan
dan/atau Kegiatan
1. Perubahan spesifikasi teknik, alat produksi, √ - Penambahan bahan
bahan baku dan/ atau bahan penolong dan/ baku TBS
atau sarana Usaha dan/atau Kegiatan yang - Penambahan Boiler
berpengaruh terhadap Lingkungan Hidup. - Penambahan Tanki CPO
- Pembangunan TPS LB3
2. Penambahan kapasitas produksi. √ Peningkatan dari 45
ton/jam menjadi 60
ton/jam
3. Perluasan lahan dan/atau bangunan Usaha √ Perluasan lahan dari
dan/atau Kegiatan ±138.900 m2 menjadi
seluas ± 277.900 m2
4. Perubahan waktu dan durasi operasi Usaha X X
dan/atau Kegiatan
5. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah √ Berdasarkan Permen LHK
yang ditujukan dalam rangka peningkatan No. 04 Tahun 2021 luas
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan lahan terbangun ≥ 10 Ha
Hidup. merupakan usaha/
kegiatan dengan kriteria
wajib Amdal Kategori C

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 1


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Jenis Perubahan Usaha


No. Perubahan Keterangan
dan/atau Kegiatan
6. Terjadi perubahan Lingkungan Hidup yang X X
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau
karena akibat lain, sebelum dan pada waktu
Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan.
7. Tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/ X X
atau Kegiatan dalam jangka waktu 3 (tiga)
tahun sejak diterbitkannya Persetujuan
Lingkungan.
8. Perubahan identitas penanggung jawab √ Perubahan Penanggung
Usaha dan/atau Kegiatan. Jawab Kegiatan a.n. Nuari
menjadi a.n. Andy Wijaya
9. Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan karena X X
Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan
pemisahan dan/atau penggabungan baik
sebagian atau seluruhnya.
10. Perubahan wilayah administrasi X X
pemerintahan.
11. Perubahan pengelolaan dan pemantauan √ Penambahan jumlah
Lingkungan Hidup. kolam IPAL dari 9 kolam
menjadi 24 kolam
12. Sertifikat layak operasi Usaha dan/atau √ - Persetujuan Teknis
Kegiatan yang lebih ketat dari Persetujuan Andalalin
Lingkungan yang dimiliki. - Persetujuan Teknis
Pembuangan air limbah
- Persetujuan Teknis
Andalalin Pemenuhan
Baku Mutu Emisi
13. Penciutan/pengurangan Usaha dan/atau X X
Kegiatan.
14. Terdapat perubahan dampak dan/atau X X
risiko Lingkungan Hidup berdasarkan hasil
kajian analisis risiko Lingkungan Hidup
dan/atau audit Lingkungan Hidup yang
diwajibkan.
Keterangan :
√ = Terjadi perubahan;
X = Tidak terjadi perubahan
Sumber : Penyajian Informasi Lingkungan PT KWP, 2021

2.2. Deskripsi Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan

Akibat telah terjadinya perubahan seperti yang disampaikan di atas


namun pemrakarsa belum melakukan perubahan persetujuan lingkungan
melalui mekanisme penyusunan dokumen lingkungan hidup yang baru maka
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar telah menerbitkan Surat Nomor:
660/DLH-SET/676 perihal Arahan Penyusunan Dokumen LH tanggal 03

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 2


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

November 2021 dan Surat Keputusan Nomor : 660/DLH-SET/2021/806


tentang Penerapan Sanksi Administratif Paksaan Pemerintah Kepada PT.
Kharisma Wirajaya Palma Kegiatan Pabrik Kelapa Sawit di Desa Danau
Lancang Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau tanggal 05
November 2021.

Adapun deskripsi perubahan Usaha dan/atau Kegiatan Pabrik


Pengolahan Kelapa Sawit yang dilakukan oleh PT. Kharisma Wirajaya Palma
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. 2. Deskripsi perubahan Usaha dan/atau Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa


Sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma
No Deskripsi Eksisting Tambahan Keterangan
A. Fasilitas Produksi
1. Boiler 1 unit 1 unit Total = 2 unit
2. Road Weight Bridge 45 ton 15 ton Kap = 60 ton
3. Fresh Fruit Bunch to Sterilizer 40 mtr 30 mtr Total = 70 mtr
4. Blowdown 13,2 ton uap/jam 2,8 ton uap/jam Total = 16 ton uap/jam
5. Thresher 30 ton /jam 30 ton /jam Total = 60 ton jam
6. Conv. Under Threser 30 ton/jam 30 ton/jam Total = 60 ton/jam
7. Plathforms/catwalk 43 m2 7 m2 Total = 50 m2
8. Fruit Elevator 45 ton/jam 15 ton/jam Total = 60 ton/jam
9. Friut Distributing Conv. 45 ton/jam 15 ton/jam Total = 60 ton/jam
10. Bottom Cross Conv. 45 ton/jam 15 ton/jam Total = 60 ton/jam
11. Sand Trap Tank 25 ton/jam 5 ton/jam Total = 30 ton/jam
12. Crude Oil Tank 25 ton/jam 11 ton/jam Total = 36 ton/jam
13. Crude Oil Pump 25 ton/jam 5 ton/jam Total = 30 ton/jam
14. Cake Breaker Conveyor 45 ton TBS 15 ton TBS Total = 60 ton TBS
15. Steam boiler system 20 ton steam/jam 10 ton steam/jam 30 ton steam/jam
B. Produksi
1. Crude Palm Oil (CPO) 45 ton/jam 15 ton/jam Total = 60 ton/jam
C. Penanganan Limbah
1. Kolam IPAL 9 kolam 13 kolam 24 kolam
2. Kolam IPAL Domestik - 1 unit (4 kolam) Total = 1 unit
3. TPS Limbah B3 - 1 unit (18 m2) Total = 1 unit
D. Fasilitas Penunjang
1. Storage Tank 2 unit 2 unit (2000 Ton & 4 unit
(@1000 ton) 200 Ton) (Total = 4.200 Ton)
Sumber : Penyajian Informasi Lingkungan PT KWP, 2021

Berdasarkan tabel di atas, secara teknis perubahan usaha dan/atau


kegiatan pabrik pengolahan kelapa sawit yang dilakukan oleh PT. Kharisma
Wirajaya Palma relatif cukup banyak baik dilihat dari aspek kapasitas
produksi, fasilitas produksi, penanganan limbah dan fasilitas penunjang
kegiatan lainnya. Perubahan teknis kegiatan operasional PKS ini memberikan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 3


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

dampak terhadap perubahan kualitas lingkungan hidup yang ada di sekitar


lokasi kegiatan baik dari kualitas udara, kualitas air, dan aspek sosial ekonomi
masyarakat di Desa Danau Lancang.

2.3. Kegiatan Utama dan Kegiatan Pendukung yang Telah


Berjalan

2.3.1. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan peningkatan kapasitas Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang


telah dilakukan secara administrasi tidak mengalami perubahan yaitu tetap
berada di Desa Danau Lancang, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau. Secara geografis lokasi berada pada posisi 100°55'17,284"
Bujur Timur dan 0°49'31,813" Lintang Utara (Gambar 2.2).

2.3.2. Peruntukan Lahan Berdasarkan RTRW Kabupaten Kampar

Berdasarkan dan memperhatikan hasil kajian teknis Dinas Pekerjaan


Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar yang tertuang dalam Surat No.
650/PUPR-SET/659 tentang Keterangan Rencana Kabupaten (KRK) tanggal
03 Maret 2020 (Lampiran 2) maka lokasi kegiatan yang berada pada lokasi N
: 0°49'31,813" dan E : 100°55'17,284" Bujur Timur (BT) dan dapat
diinformasikan sebagai berikut :

• Berdasarkan Perda Kabupaten Kampar Nomor 11 Tahun 2019 tentang


RTRW Kabupaten Kampar Tahun 2019-2039 lokasi dimaksud berada
pada Kawasan Perkebunan (Gambar 2.3).
• Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.903/Menlhk/Setjen/PIa.2/12/2016 tanggal 7
Desember 2016 tentang kawasan hutan Provinsi Riau, bahwa lokasi
dimaksud berada pada Areal Penggunaan Lain/APL (Gambar 2.4).
• Berdasarkan Peta lampiran Surat Keputusan Menteri LHK No. SK.
851/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/2/2020 tanggal 26 Februari 2020

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 4


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

tentang Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru


Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, Revisi (XVII) areal tersebut
berada di luar Indikatif Penghentian Penerbitan Pemberian Izin Baru
(Gambar 2.5).

2.3.3. Akses dan Jalan di sekitarnya

Lokasi tersebut dapat diakses dari pusat atau Ibukota Kabupaten


Kampar maupun Kota Pekanbaru menuju ke lokasi kegiatan. Lokasi kegiatan
tersebut dapat ditempuh dari Kota Pekanbaru menuju ke arah Pantai Cermin
dengan menggunakan transportasi darat melewati JI. Garuda Sakti menuju ke
arah Petapahan sejauh ± 90 Km dengan waktu tempuh perjalanan darat
selama ± 2,5 jam.

Jalan yang ditempuh umumnya telah banyak dilalui kendaraan


bermotor baik roda dua hingga alat berat. Dari persimpang Jalan Garuda Sakti
– Air Hitam hingga menuju ke Desa Danau Lancang. Jalan Desa Danau Lancang
adalah bagian dari Jalan Kabupaten memiliki tipe 2/2 UD dengan lebar ruas
jalan 6 meter yang digunakan sebagai akses masyarakat ke kebun. Ruas Jalan
ini menggunakan perkerasan aspal, dengan lebar jalan 5 meter keseluruhan
untuk kedua arah dan kelas jalan III. Tataguna lahan di sekitar Pengembangan
di dominasi oleh pemukiman dan perkebunan.

Gambar 2. 1.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 5


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Kondisi Ruas Jalan Desa Danau Lancang Menuju PKS PT. Kharisma Wirajaya Palma

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 6


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 2. Peta Lokasi Kegiatan PT. Kharisma Wirajaya Palma

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 7


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 3. Peta Kesesuaian Lokasi Kegiatan PT. Kharisma Wirajaya Palma dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kampar 2019 - 2039

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 8


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 4. Peta Kesesuaian Lokasi Kegiatan PT. Kharisma Wirajaya Palma dengan Kawasan Hutan Provinsi Riau

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 9


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 5. Peta Kesesuaian Lokasi Kegiatan PT. Kharisma Wirajaya Palma dengan PIPPIB Revisi XVII

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 10


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

2.3.4. Luas Tapak Usaha dan/atau Kegiatan

Pada awal pembangunan pabrik kelapa sawit atas nama PT. Kharisma
Wirajaya Palma mengacu pada Keputusan Bupati Kampar No. 100/TAPEM/
302 tanggal 26 November 2015 tentang Pemberian Izin Lokasi untuk
Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit pada lahan seluas ± 13,89 Ha yang terletak
di Desa Danau Lancang Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar.

Selanjutnya, berkaitan dengan kegiatan peningkatan kapasitas Pabrik


Kelapa Sawit (PKS), PT. Kharisma Wirajaya Palma melakukan penambahan
lahan kegiatan seluas 139.000 m2 (13,9 Ha) yang terletak pada wilayah
administrasi yang sama dengan lahan eksisting saat ini (lihat Gambar 2.1).
Penambahan luas lahan kegiatan ini telah memiliki Persetujuan Izin Lokasi
dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Kampar Nomor : 503/DPM-PTSP/ILOK/2020/166 tanggal 22 Desember 2020
(Lampiran 2). Sehingga luas lahan total saat ini setelah adanya penambahan
menjadi 277.900 m2 (27,79 Ha).

2.3.5. Penggunaan Tapak Usaha dan/atau Kegiatan

Dari luas lahan lama yang telah diberikan izin lokasi yaitu 138.900 m2
(13,89 Ha), luas total bangunan pabrik sebelum perubahan serta sarana
penunjang yang telah dibangun seluas 37.532 m2. Sedangkan sisanya seluas
24.968 m2 merupakan lahan bukan bangunan yang awalnya digunakan untuk
pembangunan fasilitas penunjang lainnya seperti garasi mobil, TPS LB3, jalan
akses, dll.

Sedangkan dengan adanya peningkatan kapasitas PKS, penggunaan


lahan bertambah seluas 137.304 m2 (setelah perubahan) dan sisanya seluas
140.596 m2 merupakan lahan bukan bangunan. Rincian perubahan dan
perbandingan penggunaan lahan untuk peningkatan kapasitas PKS PT.
Kharisma Wirajaya Palma dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 11


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tabel 2. 3. Perbandingan Luas Penggunaan Lahan PKS PT. Kharisma Wirajaya Palma
Luas lahan (m2) Persentase (%)
No Penggunaan Lahan
Lama Baru Lama Baru
1 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 38500 38500 27,70 13,81
2 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 38000 63695 27,34 22,84
3 IPAL Domestik - 909 0,33
4 TPS Limbah B3 - 18 0,01
5 Kantor 300 300 0,22 0,11
6 Gudang 216 216 0,16 0,08
7 Musholla 16 16 0,01 0,01
8 Perumahan (Mess) 27000 27000 19,42 9,68
9 Penampungan Air Baku/waduk 10000 6650 7,19 2,38
10 Lahan bukan bangunan 24968 140596 17,96 50,76
- Lapangan Bola Volley
- Lapangan Bola Kaki
Luas Total 62500 277900 100,00 100,00
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa perubahan penggunaan luas


lahan yang dimiliki dari yang lama dan setelah adanya penambahan luas lahan
yang baru. Hal ini terlihat dari luas lahan dan persentase lahan yang
dimanfaatkan di lokasi kegiatan. Perubahan penggunaan lahan terjadi pada
penggunaan lahan untuk kolam IPAL, penambahan kolam IPAL domestik, TPS
Limbah B3 dan pembangunan tangki timbun CPO.

2.3.6. Uraian Jenis Bangunan yang Ada, Letak, Luas, dan


Penggunaannya

Jenis bangunan yang ada di lokasi usaha dan/atau kegiatan PKS PT.
Kharisma Wirajaya Palma berdasarkan luas, dan penggunaannya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. 4 Jenis, Luas, dan Penggunaannya Bangunan yang Ada PT. Kharisma
Wirajaya Palma
No Jenis Bangunan Luas (m2) Kegunaan
1 Area Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 38500 Area produksi dan penyimpanan
CPO, kantor, pembangkit listrik,
WTP, dll
2 Instalasi Pengolahan Air Limbah 63695 Pengelolaan limbah cair produksi
(IPAL) Produksi CPO
3 IPAL Domestik 909 Pengelolaan air limbah domestik
4 TPS Limbah B3 18 Penyimpanan sementara Limbah B3
5 Kantor 300 Administrasi/Tata Usaha
6 Gudang 216 Penyimpanan suku cadang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 12


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

No Jenis Bangunan Luas (m2) Kegunaan


7 Musholla 16 Tempat beribadah
8 Perumahan (Mess) 27000 Tempat tinggal
9 Penampungan air baku/ waduk 6650 Penyimpanan air baku
10 Lahan bukan bangunan 140596 Fasilitas/sarana umum
- Lapangan Bola Volley
- Lapangan Bola Kaki
Luas Total 277900
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Letak atau posisi bangunan yang ada di lokasi kegiatan PKS PT.
Kharisma Wirajaya Palma dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 13


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 6. Tata Letak Lahan (Site Plan) Area Pabrik Kelapa Sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 14


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 7. Tata Letak Lahan (Site Plan) Area IPAL PT. Kharisma Wirajaya Palma

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 15


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 8. Desain Insinerator pada PKS PT. Kharisma Wirajaya Palma

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 16


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

2.3.7. Uraian Kegiatan Utama, Kegiatan Pendukung, Proses, Bahan


Baku, dan Bahan Penolong

A. Uraian Kegiatan Utama

Kegiatan utama yang dilakukan oleh PT. Kharisma Wirajaya Palma


terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu Penerimaan Tandan Buah Sawit (TBS),
Pengolahan TBS dan Pengangkutan CPO. Ketiga jenis kegiatan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.

a. Penerimaan Tandan Buah Sawit (TBS)


Kendaraan truk yang masuk dan membawa Tandan Kelapa Sawit ke
area PKS terlebih dahulu harus ditimbang pada jembatan timbang
(weighbridge), kemudian buah tersebut dituangkan (unloading) ke Loading
Ramp. Truk kosong yang kembali dari Loading Ramp sebelum keluar dari
lokasi pabrik selanjutnya ditimbang kembali sehingga jumlah Buah Kelapa
Sawit yang masuk ke pabrik dapat diketahui beratnya. Disamping hal tersebut
jembatan timbang juga berfungsi untuk menimbang CPO yang diangkut untuk
dipasarkan.

Adapun unit-unit pendukung Station Bunch Reception (penerimaan


buah) antara lain adalah :

i. Weighbridge (Jembatan Timbang)

Weighbridge (jembatan timbang) berkapasitas 60 ton sekali timbang


berfungsi untuk menimbang berapa banyak buah kelapa sawit yang masuk
kedalam pabrik dan juga berfungsi untuk menimbang produksi yang diangkut
keluar dari pabrik untuk diserahkan kepada pembeli. Unit jembatan timbang
terdiri dari :

• Timbangan Mekanik
• Timbangan Elektronik
• Lantai Jembatan Timbang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 17


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

ii. Loading Ramp


Pada saat truk membongkar TBS harus diawasi untuk tidak menggilas
(menggiling) buah yang berada di atas lantai beton, karena buah-
buah/brondolan yang hancur/lumat tersebut menjadi penyebab
tingginya kerugian minyak pada Kondensat Rebusan. Walaupun
minyak-minyak tersebut masih dapat dikutip pada Fat Pit, tetapi
tentunya ALB dapat meningkat dan sebaiknya hal ini dicegah.

b. Pengolahan TBS
Dalam proses pengolahan sawit ada beberapa tahapan yang
dilaksanakan, yaitu sebagai berikut :

i. Stasiun Loading Ramp. Truk TBS setelah ditimbang maka dilakukan


pembongkaran di areal ini. Di sini TBS dikumpulkan terlebih dahulu
untuk dilakukan Grading atau sortasi untuk mendapatkan kualitas TBS
yang sesuai kriteria, sehingga Oil Extraction (rendement) CPO maupun
PK bisa didapat sesuai target. Loading ramp ini gunanya selain tempat
bongkar juga tempat menyimpan/penampungan TBS sementara
sebelum dimasukkan ke rebusan.
ii. Stasiun Rebusan. Buah yang dari loading ramp dimasukkan ke dalam
Rebusan atau Sterilizer. Fungsi Rebusan adalah untuk mematikan
enzim-enzim yang menaikkan kadar asam lemak bebas, juga berfungsi
untuk mengurangi kadar air, memudahkan untuk memeras minyak,
mematangkan kernel. Waktu untuk merebus dengan vartikal rebusan
adalah 55 - 75 menit. Sistem perebusan yang dipakai adalah dengan
Triple Peak (tiga puncak). Tekanan steam yang digunakan adalah 2,5 sd
3,0 bar.
iii. Stasiun Thresher. Fungsi thresher adalah memisahkan brondolan
dengan janjangan, sehingga hasilnya janjangan kosong bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk di kebun sawit, sementara brondolan
masuk ke Stasiun Press.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 18


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

iv. Stasiun Press. Brondolan dari thresher tadi dimasukkan ke Digester,


tujuannya untuk melumat brondolan tadi sehingga mudah untuk
diperas dan hasil minyaknya maksimal. Lama pengadukan di digester
sekitar 20 menit sebelum masuk ke mesin press. Mesin press bekerja
dengan tekanan sekitar 40-50 psi. Hasil mesin press ini ada 2 yaitu
Crude Oil dan Nut sementara Fibre yang dihasilkan masuk ke boiler
sebagai bahan bakar.
v. Stasiun Klarifikasi. Crude Oil dari mesin press tadi setelah ditambah
dengan air (perbandingan air adalah 1:1 dengan estimasi minyak di
Crude oil) kemudian disaring dulu di vibrating screen, kemudian masuk
ke Continuous Settling Tank (CST). Dalam CST ini terjadi peristiwa
pengendapan lumpur dan sludge dan minyak bagian atas. Minyak yang
sudah murni masuk ke Oil Tank, sedangkan sludge masuk ke Tangki
sludge dan seterusnya sludge diolah lagi dengan Centrifuge (low speed).
Minyak yang masih didapat dari sludge sebesar 0,5%, kemudian
minyaknya masuk lagi ke CST. Buangan centrifuge diolah dengan sludge
separator high speed. Minyak murni yang diperoleh di vacuum dryer
dulu untuk mengurangi kadar air dan dikirim ke storage tank (tangki
timbun) untuk di jual.
vi. Stasiun Nut Kernel. Disini terjadi pemecahan nut menjadi kernel dan
cangkang. Kernel dan cangkang ini dipisahkan dengan alat LTDS. Sisa
cangkang dengan kernel yang tidak terpisah dipisahkan di alat Claybath
dengan bantuan CaCO3. Cangkang ini dijadikan sebagai bahan bakar di
boiler. Sementara kernel dikeringkan dengan dryer di Silo sebelum
dikirim ke kernel bunker dan siap untuk dijual.
vii. Water Treatment Plant (WTP). Air adalah komponen vital dalam
operasional PKS, baik untuk boiler penghasil steam untuk pembangkit
turbin untuk power. Jadi kualitas air ini diperiksa baik pH, TDS, Silica,
Hardness, dll. Kualitas air boiler harus sesuai kriteria yang ditetapkan
misalnya pH 10-11,5, TDS max 3000 ppm. Sehingga pemurnian air ini

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 19


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

sangat perlu. Metoda pemurnian air ada 2 yaitu Internal Treatment dan
External Treatment. External treatment dengan Tawas, Flokulan dan
soda. Sementara di internal khusus untuk air boiler digunakan Demin
Plant dengan Kation–Anion mengingat air Sungai Tamaluku
mengandung silica tinggi (>10%).
viii. Power Plant. Terdiri dari 1 D-Generator 600 KW dan 1 Diesel Generator
200 KW serta 2 unit Steam Turbine 1600 KW. Turbin digerakkan oleh
steam untuk power dan penerangan, namun pabrik pada saat melakukan
proses pengolahan tidak memakai Genset 200 KW melainkan Genset
dengan kapasitas 600 KW yang digunakan pada saat start proses dan saat
stop proses.

Perlu menjadi acuan guna efektivitas hasil yang dibutuhkan dengan


melihat 3 kriteria yaitu : 1) Standar Kualitas Minyak, 2) Standar Kehilangan
Minyak dan 3) Standar Kerja Pengolahan di PKS (Tabel 2.5 – Tabel 2.7).

Tabel 2. 5. Standar Kerja Pengolahan di PKS


Karakteristik Norma
Tekanan Rebusan 2,8 - 3,0 kg/cm2
Triple Peak 65 s/d 75 menit
Suhu Perebusan 120- 130 C
Sistem Rebusan Triple peak
Suhu Masa Dalam Ketel Adukan 90 s/d 95 °C
Tekanan kerja Screw Press 50 s/d 60 bar
Suhu di Stasiun Klarifikasi 85 s/d 90 °C
Tekanan Vacuum Drier 0,6 — 0,9 bar
Suhu Hot Water Tank 90 s/d 95 °C
Pemakaian Air Screw Press 7 %TBS
Kebutuhan Air Tiap Ton TBS 1,2 s/d 1,5 m3
Kebutuhan Listrik/Ton TBS 15 s/d 17 KWh
Suhu Nut Silo Atas 70 °C
Suhu Nut Silo Tengah 60 °C
Suhu Nut Silo Bawah 50 °C
Penimbunan CPO 50 °C
Pemompaan CPO 55 °C
Efisiensi Pengutipan Minyak 95 %
Efisiensi Pengutipan Inti 90 °C
Indeks Produktivitas Pabrik > 85 %
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 20


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tabel 2. 6. Standard Kehilangan Minyak pada Pengolahan di PKS


Karakteristik Norma/Batasan (%)
Minyak Sawit
Drab Air Fat-Fit (Nos) Maks. 12%
Drab Akhir Fat-Fit (Contoh) Maks. 1%
Serabut (Nos) Maks. 6%
Serabut (Contoh) Maks. 3,8%
Tandan Kosong (Nos) Maks. 3%
Tandan Kosong (Contoh) Maks. 1,5%
Buah Ikut Tandan Kosong (Nos) Maks. 2%
Nut (Contoh) Maks. 0,5%
Sludge Centrifuge (Contoh) Maks. 1%
Sludge Centrifuge (Nos) Maks. 12%
Inti Sawit
Serabut (Contoh) Maks, 2%
Light Tenera Dust Separator I (Contoh) Maks. 1%
Light Tenera Dust Separator II (Contoh) Maks. 1%
Hydro Cyclone Maks. 2%
Claybath Maks. 1%
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Tabel 2. 7. Standar Kualitas Minyak di PKS


Karakteristik Norma/Batasan (%)
Kualitas Minyak Sawit
Kadar ALB < 5,0%
Kadar Air Maks. 0,25%
Kadar Kotoran Maks. 0,025%
DOBI Min. 2,0%
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

TBS 100%

Tandan Buah Rebus Air Kondensat


– –

Tandan Kosong Buah Terpipil


– –

Mesokarp Biji
– –

Minyak Serat Air Cangkang Kernel


– – – – –

Minyak Inti Bungkil


(42%) (50%)

Gambar 2. 9. Diagram Neraca Bahan Pengolahan Kelapa Sawit

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 21


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

FFB (Fresh Fruit Bunch)


100%

Loading Ramp

Oil + Moisture, 12%


Condensate pit Sterilizer

Sterilized FFB, 88%

Thresher Empty bunch, 22%

Sterilized fruit, 66%

Oil
Digester

Screw Press

Crude oil, 41% Press cake (nuts & fibre), 25%

Cake Braker
Sand Trap Tank
Conveyor

Vibrating Screen Cyclone Fibre, 13%

Nut, 12%

Crude Oil Tank Polishing Drum

Oil Vertical Clarifier Tank


Nut Grading
(VCT) or CST

Solid, 4% Nut Silo


Vibrating Screen Oil Tank

Sludge Tank / Sludge


Purifier Ripple Mill
Buffer Tank

Sludge Centrifuge Vacuum Dryer


Ø LTDS I, 0,7%
Oil Sludge, 13%
Ø LTDS II, 1,05% Shell
Ø Clay bath, 5,25%
Storage Tank
Reclaimed Tank Oil Trap
24%

Kernel Silo
Oil
Recovery

Limbah cair 65% Storage Tank


5%
WWTP ke Sungai (IPLC)

Gambar 2. 10. Bagan Alir Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit

c. Pengangkutan CPO
Setelah dilakukan pengolahan tandan buah segar menjadi CPO dan inti
sawit di PKS PT. Kharisma Wirajaya Palma, selanjutnya hasil CPO dan inti

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 22


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

sawit tersebut diangkut dengan menggunakan mobil tangki dan truk ke


tempat/ lokasi pemasaran lokal seperti ke Dumai. Penggunaan mobil tangki
dan truk dalam proses pengangkutan CPO dan inti sawit tersebut
menggunakan berbagai jalur jalan baik jalan Kabupaten, Jalan Provinsi dan
Jalan Nasional serta jalan permukiman masyarakat Desa Danau Lancang.
Rencana hasil pengolahan TBS berupa minyak CPO dan inti sawit dipasarkan
secara lokal ke industri hilir Swasta/BUMN baik di Provinsi Riau maupun luar
provinsi.

B. Uraian Kegiatan Pendukung

Kegiatan pendukung yang dilakukan oleh PT. Kharisma Wirajaya Palma


terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu Penerimaan Tenaga Kerja Operasional,
Penanganan Limbah PKS dan Pengangkutan CPO. Ketiga jenis kegiatan ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional


Jumlah tenaga kerja operasional PKS yang terserap untuk operasional
PKS sebanyak ± 107 orang baik yang berasal dari masyarakat lokal maupun
luar daerah. Untuk Iebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 dan Tabel 2.9
berikut ini.

Tabel 2. 8. Jumlah Tenaga Kerja pada PKS berdasarkan Posisi Jabatan


Realisasi
No Posisi Jabatan Total
KBT KHT KHL
I. Pengolahan
1. Mandor 2 2
2. Loading Ramp/Hopper 2 2
3. Rebusan 2 4 6
4. Pressan 4 4
5. Mesin Kernel 4 4
6. Klarifikasi 2 2 4
7. Boiler 2 6 8
8. Penjernihan Air ( WTP) 2 2
9. USB 2 2
10. Operator Engine Room 3 3
11. Bunch Press 2 2
Sub Total 8 31 39
II. Kantor
1. Kasir 1 1

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 23


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Realisasi
No Posisi Jabatan Total
KBT KHT KHL
2. Payroll & Personalia 1 1
3. Pembukuan / Accounting 1 1
4. Kerani Produksi 1 1
5. Gudang 1 1
6. Kerani Timbangan 2 2
7. Office Girl 1 1
8. Driver Mill Mgr 1 1
Sub Total 9 9
III. Security
1. Danton 1 1
2. Anggota 6 6
Sub Total 1 6 7
IV. Laboratorium
1. Analis 2 2
2. Pembantu Analis 2 2
3. Sample Boy / Girl 2 2
4. Mandor Sortasi 1 1
5. Anggota Sortasi 10 10
6. Kerani Sortasi 1 1
Sub Total 3 15 18
V. Bengkel
1. Mandor Bengkel 1 1
2. Listrik 1 2 3
3. Mekanik 7 2 9
4. Kerani Bengkel 1 1
Sub Total 2 10 2 14
VI. Coumpound
1. Mandor 1 1
2. Opr. Wheel Loader 2 2
3. Sopir Mobil Pool 1 1
4. Tukang kebun/Spare man 2 5 7
5. Sopir DT Colt Diesel 1 1
Sub Total 7 5 12
Grand Total 14 78 7 107
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Tabel 2. 9. Jenis Tenaga Kerja pada Pabrik Kelapa Sawit berdasarkan Pendidikan dan
Asal Tenaga Kerja
Pekerja Tetap Pekerja Tidak Tetap Asal
Pekerja
Lokal (L)/Luar
Per Satuan Tugas Jumlah Pendidikan Jumlah Pendidikan
Daerah (LD)
Manager Proyek (PKS) 1 S1 - L/LD
Asisten 7 S1 - L/LD
Kepala Tata Usaha (KTU) 1 S1 - L/LD
Mandor/Kerani 15 SMU/S1 - - L/LD
Security - 10 SMU L/LD
Operator, Analyst, Technician, 65 SMU/S1 - L/LD
Sortasi
Helper - 8 SMU L/LD
Total 89 18 107
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 24


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

b. Kegiatan Administrasi Perkantoran


Untuk kelancaran dalam urusan administrasi, maka PT. Kharisma
Wirajaya Palma telah membangun kantor administrasi PKS. Kantor yang
dibangun digunakan oleh staf untuk urusan administrasi pabrik yaitu : General
Manager, Kepala Tata Usaha, Manager Pembelian, Manager Pabrik, Humas &
Lingkungan, asisten, kerani, makanik, teknisi, K3, operator dan karyawan
lainnya yang bertugas mengurus administrasi di PKS PT. Kharisma Wirajaya
Palma.

Adapun Sistem Manajemen Perusahaan PKS PT. Kharisma Wirajaya


Palma pada tahap operasional dapat dilihat pada Gambar 2.11 berikut ini.

Gambar 2. 11. Sistem Manajemen Perusahaan Pada Tahap Operasional

c. Penanganan Limbah Operasional PKS


Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di pabrik
mengeluarkan 5 (lima) jenis limbah yaitu; limbah cair, limbah oli bekas, limbah

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 25


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

padat, limbah gas emisi dan partikulat, limbah non LCPKS (air limbah
domestik) serta sampah padat domestik.

i. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)

Limbah cair dari proses pengolahan kelapa sawit dihasilkan sebanyak


0,6-0,8 m3/ton TBS yang terdiri dari kondensat rebusan, air klarifikasi dan air
limbah claybath. Pabrik PKS dengan kapasitas pengolahan 60 ton TBS/jam
menghasilkan limbah cair maksimum 0,8 m3/ton TBS X 60 ton TBS/jam X 20
jam/hari = 960 m3/hari. Air Limbah memiliki tingkat cemaran yang tinggi
sehingga perlu pengolahan sebelum dibuang ke perairan. Dengan pengolahan
limbah cair PKS dalam IPAL sebanyak 24 unit kolam, diharapkan air limbah
yang dihasilkan parameternya sudah berada di bawah BML sesuai Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah Lampiran III dan mengurus Izin Pembuangan Limbah Cair ke air
permukaan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan
Persetujuan Teknis dan SLO Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Mengingat besarnya kapasitas pabrik yakni 60 ton TBS/jam maka telah


dilakukan pembangunan tambahan kolam pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). Uraian secara rinci perbandingan spesifikasi unit pengolahan
limbah cair pada IPAL lama dan yang baru dapat dilihat pada Tabel 2.10 dan
Tabel 2.11.

Tabel 2. 10. Spesifikasi Lama Unit Pengolahan Limbah Cair PKS pada IPAL PT.
Kharisma Wirajaya Palma
Kedalaman Luas Volume
No. Komponen IPAL WPH
(m) (m2) (m3)
1. Kolam Pendingin
a. Cooling Pond (40 x 40 m) #1 6 1600 9.600 2- 3 hari
b. Cooling Pond (40 x 40 m) #2 6 1600 9.600 2- 3 hari
2. Kolam Pencampuran
a. Mixing Pond (40 x 70 m) #1 6 2800 16.800 5 hari
b. Mixing Pond (40 x 70 m) #2 6 2800 16.800 5 hari
3. Kolam Anaerob
a. Anaerob Primer (40 x 70 m) 6 2800 16.800 40 hari
b. Anaerob Sekunder (40 x 70 m) 6 2800 16.800 20 hari
4. Kolam Fakultatif
a. Fakultatif (40 x 70 m) 6 2800 16.800 15- 20 hari

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 26


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Kedalaman Luas Volume


No. Komponen IPAL WPH
(m) (m2) (m3)
5. Kolam Aerob
a. Aerob (40 x 70 m) 6 2800 16.800 20 hari
6. Kolam Sedimentasi
a. Kolam Sedimentasi (40 x 70 m) 6 2800 16.800 10 hari
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2016

Tabel 2. 11. Spesifikasi Baru Unit Pengolahan Limbah Cair PKS pada IPAL PT.
Kharisma Wirajaya Palma
Luas Volume
No. Komponen IPAL
(m2) (m3)
A. Cooling Pond
1. Cooling Pond (100 x 28 x 5 m) - Kolam#1A 2800 14000
2. Cooling Pond (100 x 28 x 5 m) - Kolam#1B 2800 14000
B. Acid Pond
3. Acid Pond (60 x 15 x 5 m) - Kolam#2A 900 4500
4. Acid Pond (28 x 98 x 5 m) - Kolam#2B 2744 13720
C. Mixing Pond
5. Mixing Pond 1 (79 x 32 x 5 m) - Kolam#3 2528 12640
6. Mixing Pond 2 (76 x 32 x 5 m) - Kolam#4 2432 12160
D. Anaerob Pond
7. Anaerob Pond 1 (75 x 29 x 5 m) - Kolam#5 2175 10875
8. Anaerob Pond 2 (77 x 31 x 5 m) - Kolam#6 2387 11935
9. Anaerob Pond 3 (78 x 31 x 5 m) - Kolam#7 2418 12090
10. Anaerob Pond 4 (76 x 24 x 5 m) - Kolam#8 1824 9120
E. Aerob Pond
11. Aerob Pond 1 (76 x 25 x 5 m) - Kolam#9 1900 9500
12. Aerob Pond 2 (75 x 24 x 5 m) - Kolam#10 1800 9000
13. Aerob Pond 3 (75 x 24 x 5 m) - Kolam#11 1800 9000
F. Facultatif Pond
14. Facultatif Pond 1 (73 x 24 x 5m) - Kolam#12 1752 8760
15. Facultatif Pond 2 (74 x 25 x m) - Kolam#13 1850 9250
16. Facultatif Pond 3 (74 x 25 x 5 m) - Kolam#14 1850 9250
G. Sedimentation Pond
17. Sedimentation Pond 1 - Kolam#15 2533 12665
18. Sedimentation Pond 2 (110 x 28 m) - Kolam#16 3080 15400
19. Sedimentation Pond 3 (110 x 31 m) - Kolam#17 3410 17050
20. Sedimentation Pond 4 (110 x 30 m) - Kolam#18 3300 16500
H. Neutralizing Pond
21. Neutralizing Pond 1 (110 x 30 m) - Kolam#19 3300 16500
22. Neutralizing Pond 2 (63 x 40 m) - Kolam#20 2520 12600
23. Neutralizing Pond 3 (47 x 36 m) - Kolam#21 1692 8460
24. Neutralizing Pond 4 (110 x 90 m) - Kolam#22 9900 21500
Total 63695 290475
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

IPAL yang telah ada saat ini sebanyak 24 unit kolam dengan fungsi kolam
yang berbeda masing-masingnya. Fungsi dari masing-masing kolam tersebut
tidak berubah dan hanya menambah jumlah unit kolam dimana fungsinya dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 27


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

• Kolam Pendingin. Kolam ini digunakan untuk mendinginkan dan


mengendapkan sludge air limbah yang berasal dari sludge recovery pit.
Suhu yang diharapkan dapat mencapai 75 – 90 ºC dengan Waktu
Penahan Hidrolis (WPH) selama 2 – 3 hari.
• Kolam Pencampuran/Pengasaman. Limbah yang berasal dari bak
pemisah minyak dialirkan kedalam kolam pengasaman dan dibiarkan
selama 5 hari. Selama penahanan akan terjadi kenaikan kadar asam
mudah menguap dari 1.000 mg/l menjadi >5000 mg/l. Hal ini untuk
memudahkan proses selanjutnya di dalam kolam anaerob primer.
• Kolam Anaerob Primer. Limbah netral dari kolam netralisasi ke
kolam anaerob dengan waktu bersamaan dialirkan lumpur aktif
(bakteri) dari kolam pembiakan dengan perbandingan 1:1. Reaksi
mikrobiologis berlangsung sangat cepat, yaitu pengubahan komponen
organik majemuk dari limbah menjadi asam mudah menguap “volatic
fatty acid” VFA dan diikuti dengan penurunan pH cairan. Namun dapat
dilakukan resirkulasi dari pH yang lebih tinggi. Waktu pengendapan
hidrolis pada kolam ini selama 40 hari.
• Kolam Anaerob Sekunder. Reaksi tahap ini yaitu pengubahan asam
mudah menguap menjadi gas-gas seperti metana, karbondioksida
(CO2), hydrogen sulfide dan lain-lain. Disini angka BOD dari 5.000 mg/l
turun menjadi 500 mg/l. Efisiensi penguraian sebesar > 90 %. Sistem
anaerob akan menghasilkan efisiensi yang cukup baik jika didasarkan
pada : (1) waktu penahanan hidrolisis optimum, (2) keasaman dan
alkalinitas (pH) yang tepat, (3) suhu optimum selama pengendalian, (4)
Konsentrasi nutrisi cukup, (5) karakteristik limbah yang sesuai, (6)
pengadukan resirkulasi yang cukup dan (7) tanpa kehadiran inhibitor-
senyawa beracun. Waktu pengendapan hidrolis pada kolam Anaerob
Sekunder 1 dan 2 masing –masing selama 20 hari.
• Kolam Fakultatif. Pada kolam ini masih terjadi proses degradasi oleh
mikroorganisme selama masa penahanan (retention time) oleh kedua

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 28


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

jenis bakteri aerob dan anaerob, namun aktivitas bakteri sudah


menurun karena kandungan organik sudah Iebih sederhana dan
kandungan oksigen terlarut meningkat. Waktu pengendapan hidrolis
pada kolam Fakultatif 1 dan 2 masing–masing selama 15- 20 hari.
• Kolam Aerob. Perombakan aerob tergantung kepada bakteri spesifik
yaitu memerlukan udara, baik untuk pertumbuhan maupun respirasi.
Waktu pengendapan hidrolis pada kolam Aerob 1 dan 2 masing–
masing selama 20 hari. Total lama retention time air limbah sudah
cukup memenuhi baku mutu limbah PKS. Dengan memakai aerator
supply oxygen yang cukup, maka angka BOD dari 500 mg/l berkurang
menjadi 100 mg/l. Efisiensi penguraian dengan cara oksidasi > 80 %.
• Neutralizing Pond. Limbah yang berasal dari bak pemisah minyak
dialirkan kedalam kolam pengasaman dan dibiarkan selama 15 hari.
Selama penahanan akan terjadi kenaikan kadar asam mudah menguap
dari 1.000 mg/l menjadi >5000 mg/l. Hal ini untuk memudahkan
proses selanjutnya di dalam kolam anaerob primer.

ii. Limbah B3

Pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan membanguan Tempat


Penyimpanan Sementara Limbah BB (TPS LB3) dengan luas bangunan 18 m2
(6 m x 3 m) dengan lokasi titik koordinat pada posisi N: 049’30,2” Lintang
Utara dan E : 10055’02,4” Bujur Timur. Jenis limbah B3 yang dihasilkan dan
dikelola berdasarkan Izin TPS LB3 yang telah diterbitkan antara lain adalah :
aki/baterai bekas (A102d), refrigerant bekas peralatan elektronik (A111d), oli
bekas (B105d), kemasan bekas B3 (B104d), bola lampu bekas (B107d), filter
bekas (B109d) dan kain majun bekas (B110d).

Pengelolaan limbah B3 ini bekerjasama dengan pihak ketiga atau


perusahaan pengumpul limbah B3 yang telah memiliki izin Pengelolaan
Limbah B3 yang masih berlaku dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia. Pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan harus

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 29


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

mengacu pada rincian teknis yang telah disusun dan berpedoman pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : P.6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan
Limbah B3. Limba B3 yang dikelola dengan cara pengemasan dan pemberian
simbol/label limbah B3. Bentuk pelaksanaan pengelolaan yang dilakukan oleh
PT. Kharisma Wirajaya Palma juga telah dituang dalam pelaksanaan Standart
Operational Procedure (SOP) Penyimpanan Limbah B3.

iii. Limbah Padat

Pengolahan tandan buah segar kelapa sawit dengan kapasitas pabrik


60 ton TBS/jam dapat menghasilkan limbah padat berupa janjangan kosong,
fibre dan cangkang. Janjangan kosong yang terbuang dari proses pengolahan
dimanfaatkan oleh kebun petani dan dikirim ke kebun masyarakat yang
menginginkannya untuk digunakan sebagai pupuk organik. Janjangan kosong
yang dikirim ke petani dilakukan dalam wadah koperasi yang bekerja sama
dengan pihak perusahaan.

Dengan kapasitas olah 1.200 ton TBS per hari (20 jam operasional)
diperkirakan dapat menghasilkan limbah padat sebagai berikut janjang
kosong ± 264 ton per/hari (± 22%), serabut ± 120 ton/hari (± 10%), cangkang
108 ton/hari (± 9%), dan lumpur (sludge) 6 ton/hari (± 0,5%). Limbah padat
yang dihasilkan tersebut merupakan limbah organik yang dapat terurai atau
dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar dan pembuatan pupuk
(composting). Sedangkan cairan hasil olahan sludge centrifuge masuk ke kolam
limbah dan diproses selanjutnya diterangkan pada uraian sistem Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Fibre (serat) yang dihasilkan dari proses pengempaan (screw press)


dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, demikian juga dengan cangkang
dipergunakan untuk bahan bakar boiler. Sementara sisa cangkang ditimbun di
lokasi untuk memenuhi kontrak penjualan (pesanan pihak ketiga). Disamping
itu cangkang dapat juga dimanfaatkan untuk meratakan jalan-jalan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 30


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

kebun/perumahan. Kegiatan pengelolaan limbah padat berdampak


penurunan kualitas ekosistem lingkungan, namun juga berakibat perekrutan
tenaga kerja. Berikut ini disajikan pengelolaan limbah padat yang telah
dilakukan.

Tabel 2. 12. Bentuk Pengelolaan Limbah Padat


No. Jenis Limbah Bentuk Pengelolaan
1. Janjang Kosong Dibakar dan sebagai mulching
2. Serabut (serat) Bahan bakar boiler
3. Cangkang Bahan bakar boiler
4. Lumpur Limbah Cair Diolah di IPAL
5. Abu dari boiler Dijadikan sebagai pupuk organik
6. Asap dari genset Dust colector
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

iv. Limbah Gas Emisi dan Partikulat

Pada umumnya limbah gas dari pabrik bersumber dari penggunaan


bahan baku, proses, dan basil serta sisa pembakaran. Pada saat pengolahan
pendahuluan, limbah gas maupun partikel timbul karena perlakuan bahan-
bahan sebelum diproses lanjut. Limbah yang terjadi disebabkan berbagai hal
antara lain; karena reaksi kimia, kebocoran gas, hancuran bahan-bahan dan
lain-lain.

Pada waktu proses pengolahan, gas juga timbul sebagai akibat reaksi
kimia maupun fisika. Adakalanya limbah yang terjadi sulit dihindari sehingga
harus dilepaskan ke udara. Namun dengan adanya kemajuan teknologi, setiap
gas yang timbul pada rangkaian proses telah dapat diupayakan
pengendaliannya untuk diminamilisir volumenya. Salah satunya yaitu dengan
menggunakan pola perebusan vertikal.

Sebagian besar gas maupun partikel terjadi pada ruang pembakaran,


sebagai sisa yang tidak dapat dihindarkan dan karenanya harus dilepaskan
melalui cerobong asap. Banyak jenis gas dan partikel gas lepas dari pabrik
melalui cerobong asap ataupun penangkap debu harus ditekan sekecil
mungkin dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 31


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Jenis gas yang bersifat racun antara lain SO2, CO, NO, timah hitam,
amoniak, asam sulfida dan hidrokarbon. Pencemaran yang terjadi dalam udara
dapat merupakan reaksi antara dua atau lebih zat pencemar. Misalnya reaksi
fotokimia, yaitu reaksi yang terjadi karena bantuan sinar ultraviolet dari sinar
matahari. Kemudian reaksi oksidasi gas dengan partikel logam dengan udara
sebagai katalisator.

Konsentrasi bahan pencemar dalam udara dipengaruhi berbagai


macam faktor antara lain: volume bahan pencemar, sifat bahan, kondisi iklim
dan cuaca, serta topografi. Adapun jenis gas yang bersifat racun antara lain
dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Oksida Nitrogen. Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO


bersumber dari instalasi pembakaran pabrik dan minyak bumi.
2. Fluorida. Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat
berkembang di atmosfer karena amat reaktif.
3. Sulfur Dioksida. Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga
daunnya menjadi kuning kecoklatan atau merah kecoklatan dan
berbintik-bintik.
4. Ozon. Ozon dengan rumus molekul O3 disebut oksidan merupakan
reaksi fotokimia antara NO2 dengan hidrokarbon karena pengaruh
ultra violet sinar matahari.
5. Ammonia. Gas ammonia dihasilkan dari bagian inlet dan outlet
limbah cair pada kolam IPAL.

Limbah gas dan partikel dari pabrik pengolah kelapa sawit berupa
emisi asap yang berasal dari boiler dengan partikulat gas (berupa kerikil-
kerikil terkondensasi dan jelaga berukuran 20 - 130 mikron). Asap boiler
berwarna hitam berupa jelaga sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari
campuran sabut/serabut dan tempurung/cangkang sebagai bahan baku.
Pengendalian emisi asap tergantung pada tipe dan umur boiler. Terdapat tiga
tipe pengendalian asap dan debu yang sudah dikenal yaitu:

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 32


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

1. Separator mekanis (siklon)


2. Kantong kain (bag filter)
3. Scrubber cair

Tipe separator dapat single-stage (efisiensi rendah 40-50%) dan


multistage (efisiensi tinggi 70-85 %). Unit separator menggunakan kecepatan
emisi gas 25-70 I/m.

v. Limbah Cair Non LCPKS (Air Limbah Domestik)

Sumber air limbah domestik berasal dari kegiatan MCK karyawan


(mess dan kantor), cuci tangan, pencucian kendaraan. Jumlah air limbah
domestik yang dihasilkan setiap harinya dari kegiatan tersebut dapat
mencapai 70 m3/hari (70%) dari penggunaan air bersih sebanyak 100 m 3 per
hari. Dari jumlah air buangan domestik ini sebanyak 59,5 m3 (85%) akan
masuk dan diolah pada IPAL Domestik dan sisanya sebesar 15% (10,5 m 3)
akan masuk ke dalam septic tank dan terserap ke dalam pori-pori tanah.

Berdasarkan jumlah air limbah domestik yang dihasilkan tersebut di


atas dan berdasarkan jumlah tenaga kerja operasi (± 107 orang) yang
menggunakan air bersih maka dapat diperoleh debit air limbah domestik yang
dihasilkan per orang dalam satu hari rata-rata sebanyak 654,21
liter/orang/hari.

vi. Sampah Domestik

Sampah domestik yang dihasilkan dari kegiatan PKS berasal dari


kemasan makanan berupa nasi bungkus/plastik kemasan air minum, kertas
bekas dan botol. Pengelolaan sampah domestik dilakukan dengan menyediakan
bak/tong sampah yang dibedakan atas tiga jenis sampah. Selanjutnya dari
tempat pembuangan sampah sementara di lokasi kegiatan PT KWP akan
diambil oleh pihak ketiga untuk diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA)
atau berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar sesuai
dengan bidangnya serta membayar retribusi sampah sebesar Rp. 150.000 per

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 33


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

bulan sesuai Perda Kabupaten Kampar Nomor 7 Tahun 2012 yang mewajibkan
seluruh perusahaan wajib membayar retribusi sampah di wilayah operasional
kegiatan yang dilakukannya serta mengikuti Peraturan Bupati Kampar Nomor
40 Tahun 2018 tentang Upaya Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

2.3.8. Penggunaan dan Sumber Air Bersih

Sumber air baku dipenuhi dari sungai yang berada di sekitar lokasi PKS
yaitu Sungai Tamaluku yang berjarak ± 1.200 meter dari lokasi PKS. Sungai ini
memiliki lebar 6 – 7 meter dengan kedalaman bervariasi yaitu 2 – 5 meter.
Sungai Tamaluku ini pada kondisi normal memiliki debit air sebesar 25 – 35
m3 per menit dan pada kondisi kemarau 10 – 15 m3/menit. Debit air ini secara
hitungan kasar masih cukup dapat memenuhi kebutuhan air untuk kegiatan
peningkatan kapasitas olah di PKS dan fasilitas pendukung lainnya.

Kebutuhan air mengalami perubahan akibat adanya peningkatan


kapasitas olah TBS. Kebutuhan air baku untuk PKS dihitung berdasarkan
kapasitas maksimum PKS yang dilakukan yaitu 60 ton TBS/jam. Air yang
dibutuhkan untuk mengolah 1 ton TBS adalah 1 m 3 (dengan rasio 1 : 1).
Sehingga dengan kapasitas maksimum 60 ton TBS per jam dibutuhkan air
sebanyak 60 m3 per jam atau 1.200 m3 per hari (waktu operasi/kerja mesin
±20 jam). Sedangkan air untuk kebutuhan kantor, perumahan, dan fasilitas
umum sebanyak 100 m3 per hari. Sehingga total kebutuhan air adalah 1.300
m3 per hari. Selain mendatangkan air dari Sungai Tamaluku, PT. KWP juga
telah membuat sumur bor air tanah dalam (deep well) sebanyak 3 (tiga) unit
yang lokasinya berada di sekitar lokasi area PKS.

Rincian perbandingan penggunaan air untuk PKS dan sarana


penunjang lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut ini.

Tabel 2. 13. Perubahan Penggunaan Air

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 34


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Jumlah (m3/hari)
No Penggunaan Air
Lama Baru
1. Kantor, Perumahan, dan Fasilitas Umum 100 100
2. Pencucian Pabrik 45 45
3. Pressing Station 100 110
4. Claybath 30 60
5. Vacuum Injector 20 20
6. Steam Boiler 380 600
7. Clarification 125 125
8. Bearing Cooler, Fan Bearing, Under 125 165
Furnace
9. Turbo Alternator 75 75
Total 1000 1300
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Berdasarkan Tabel 2.13, penggunaan air banyak dibutuhkan untuk


kegiatan operasi pabrik, mulai dari pencucian sampai dengan sebagai air
pendingin dengan total air air yang digunakan sebanyak 1.200 m 3/hari (90%),
sisanya sebesar 10% (100 m3) digunakan untuk kantor, perumahan dan
fasilitas umum.

2.3.9. Penggunaan dan Sumber Bahan Baku

Penerimaan Tandan Buah Segar sebagai sumber bahan baku telah


memiliki kejelasan sumber pasokannya, dimana rantai pasokan TBS telah
dipastikan tidak berasal dari kebun yang berada dalam kawasan hutan. Bahan
baku pabrik kelapa sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma berupa Tandan Buah
Segar (TBS) berasal dari buah kebun kelapa sawit milik masyarakat yang ada di
sekitar Kecamatan Tapung Hulu dan sekitarnya. Dukungan suplai bahan baku
berupa Tandan Buah Segar (TBS) untuk kegiatan produksi CPO oleh PT. KWP ini
telah bertambah dan telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
dengan luas penambahan kebun kelapa sawit seluas 2.144,28 Ha. Bukti dukungan
dan penegasan pemenuhan bahan baku TBS dapat dilihat pada Lampiran 3.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 35


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

2.3.10. Penggunaan dan Sumber Energi

Sumber energi listrik yang digunakan untuk pabrik, kantor, perumahan,


dan penerangan berasal dari penggunaan mesin genset dan boiler. Khusus untuk
PKS, dan perumahan di sekitarnya, sumber energi tambahan untuk pengolahan
TBS berasal dari penambahan jumlah turbin (boiler) dari PKS disaat pengolahan
CPO sedang berlangsung. Penggunaan mesin genset untuk PKS diperlukan untuk
masa awal pengolahan. Jumlah genset tidak berubah dengan kapasitas 600 kW
dan 200 kW, sedangkan Turbin dan Boiler mengalami penambahan unit. Turbin
dari 1 unit menjadi 2 unit dengan kapasitas masing-masing 1.600 kW dan Boiler
dari semula 1 unit menjadi 2 unit dengan kapasitas masing-masing 30 ton
steam/jam dengan tekanan kerja 24 Barg.

2.3.11. Uraian Mengenai Persetujuan Teknis

A. Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi

Berdasarkan Surat Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar


Nomor : 660/DLH-PPKL/PERTEK/2021/04 tanggal 25 Februari 2022 tentang
Surat Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi maka dapat dijelaskan
sebagai berikut.

a. Pemenuhan Standar Teknis


o Bahan baku utama yaitu berupa limbah padat Tandan Buah Segar
(TBS) yang berasal dari pengolahan dan bahan penolong yang
digunakan yaitu raw water atau air pengolahan yang menggunakan
bahan kimia seperti tawas/aluminium sulfat (12.040 gr/ton TBS),
soda ash (60 gr/ton TBS), kaporit (1-2 gr/ton TBS), serta kebutuhan
air baku per ton TBS (1,20 - 1,50 m3).
o Sumber Emisi Kegiatan operasional pabrik kelapa sawit PT.
Kharisma Wirajaya Palma berasal dari boiler, genset dan tungku
bakar. Adapun neraca massa dari masing-masing sumber emisi
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 36


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tabel 2. 14. Neraca Massa Insinerator (Tungku Bakar) PT. Kharisma Wirajaya Palma
Kapasitas TBS Diaplikasikan Dimasukkan ke
Kapasitas bahan Abu yang dihasilkan
olah /jam ke lahan tungku bakar
baku / jam (kg) (kg)
(kg) (kg) (kg)
60.000 12.000 1.200 10.800 108

Tabel 2. 15. Neraca Massa Boiler PT. Kharisma Wirajaya Palma


Pemakaian Bahan Baku/Jam Pemakaian Bahan penolong
Kapasitas Kimia air
No Air Fibre Cangkang
Produksi Alkalinity Sludge D Anti S Oksigen S
(m3) (m3) (m3)
(kg) (kg) (kg) (kg)
1 60.000 36,0 6,6 0,65 5 6 2 1

Tabel 2. 16. Neraca Massa Genset PT. Kharisma Wirajaya Palma


No. Uraian Satuan Pemakaian bahan baku/jam
1 Genset 1 (670 kva) Liter 35
2 Genset 2 (180 kva) Liter 10

o Sumber Emisi yang wajib pantau yaitu:

▪ Uji Kualitas Udara Emisi Genset


▪ Uji Kualitas Udara Emisi Boiler
▪ Uji Kualitas Udara Emisi Tungku Bakar
▪ Uji Kualitas Udara Ambien Lokasi IPAL
▪ Uji Kualitas Udara Ambien Perumahan Karyawan
▪ Uji Kualitas Udara Ambien Pos Security
▪ Uji Kualitas Kebisingan Mess Karyawan
▪ Uji Kualitas Kebisingan Gerbang Security
▪ Uji Kualitas Kebauan Lokasi IPAL
▪ Uji Kualitas Kebauan Perumahan Karyawan
▪ Uji Kualitas Getaran

o Parameter dan nilai baku mutu:

▪ Kualitas Udara Emisi Tungku Bakar (Permen LH No. 13 Tahun


1995 lampiran V-8)

No Parameter Parameter
Non Logam
1 Partikel 350 mg/Nm3
2 Sulphur Dioxide, SO2* 800 mg/Nm3
3 Nitrogen Dioxide, NO2* 1000 mg/Nm3
4 Hydrogen Fluoride, HF 10 mg/Nm3

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 37


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

No Parameter Parameter
5 Total Reduce Sulphur, H2S* 35 mg/Nm3
6 Hydrogen Chloride, HCI* 5 mg/Nm3
7 Free Chlorine, Cl2 10 mg/Nm3
8 Ammonia, NH3* 0.5 mg/Nm3
9 Opacity 35 %
Logam
1 Arsenic, As 8 mg/Nm3
2 Cadmium, Cd 8 mg/Nm3
3 Zinc, Zn 50 mg/Nm3
4 Antimon , Sb 8 mg/Nm3
5 Mercury, Hg 5 mg/Nm3
6 Lead, Pb 12 mg/Nm3

▪ Kualitas Udara Emisi Genset (Permen LH-K No. 11 Tahun 2021


Lampiran I Tabel No. 1)

No Parameter Baku Mutu/Konsentrasi


1 Nitrogen Oksida (NO2) 3.400 mg/Nm3
2 Karbon Monoksida CO) 170 mg/Nm3

▪ Kualitas Udara Emisi Boiler (Permen LH No. 07 Tahun 2008


Lampiran I)

Baku
No Parameter
Mutu/Konsentrasi
1 Partikulat 300 mg/mj
2 Sulfur Dioksida (SO2) 600 mg/mj
3 Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/m3
4 Hidrogen Klorida 5 mg/m3
5 Gas Klarin (Cb) 5 mg/m3
6 Ammonia (NH3) 1 mg/m3
7 Hidrogen Florida (HF) 8 mg/m3
8 Opasitas 30 %

▪ Kualitas Udara Ambien (PP No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII)

No Parameter Satuan Baku Mutu


1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 150/1H
2. Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 10000/1H
3. Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 200/1H
4. Oksidan (0 3) sebagai ozon µg/Nm3 150/1H
5. Dust Partikulat µg/Nm3 230/1H
6. Timbal (Pb) µg/Nm3 2/24H

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 38


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

o Lokasi titik pengambilan sampel

▪ Udara Emisi Tungku bakar, Genset dan Boiler dengan masing -


masing 2 (dua) titik.
▪ Udara Ambien lokasi area kantor, area sekitar pabrik, dan area
sekitar perumahan.

o Sumber Emisi wajib pantau dilengkapi dengan nama dan titik


koordinat:

▪ Emisi Genset 1 koordinat N : 00° 49' 34,80"E : 100° 55' 02,96 "
dan Emisi Genset 2 koordinat N : 00° 49' 34,51" dan E: 100° 55'
02,64"
▪ Emisi Boiler 1 koordinat N : 00° 49' 34,90" dan E: 100° 55' 04,31"
; dan Emisi Boiler 2 koordinat N : 00° 49' 35,82" dan E: 100° 55'
04,39"
▪ Emisi Tungku Bakar 1 koordinat N : 00° 49' 32,83" dan E: 100°
55' 04,95" dan Emisi Tungku Bakar 2 koordinat N: 00° 49' 32,41"
dan E: 100° 55' 05,20"

o Sarana prasarana pengendalian emisi

Pengendalian emisi merupakan serangkaian proses dan


pendekatan teknis yang ditujukan untuk meniadakan/mengurangi
tingkat toksik senyawa tertentu pada gas buang sehingga tidak
melebihi baku mutu emisi yang ditetapkan sesuai kaidah
perancangan.

Penggunaan alat-alat pengendali pencemaran emisi didasari oleh


karakteristik sumber pencemaran dari emisi yang dilepaskan.
Sebelum menentukan alat apa yang digunakan untuk
mengendalikan pencemaran udara, diperlukan identifikasi sumber
pencemaran udara dan karakteristik yang dimiliki oleh sumber
pencemaran tersebut. Beberapa alat yang umum digunakan sebagai
pengendali pencemaran udara tersebut, antara lain : Filter Udara,

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 39


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Pengendap Siklon, Filter Basah, Pengendap Sistem Gravitasi dan


Pengendap Elektrostatik.

o Lokasi dan Titik Pemantauan Udara Ambien

▪ Uji Kualitas Udara Ambien area sekitar Kantor koordinat N : 00°


49' 51,50" dan E : 100° 55' 96,30" ;
▪ Uji Kualitas Udara Ambien area sekitar Pabrik koordinat N : 00°
49' 60 90" dan E : 100° 55' 07,20" ; dan
▪ Uji Kualitas Udara Ambien area Perumahan koordinat N : 00°
49' 61,50" dan E : 100° 54' 93,30" .

o Kewajiban:

▪ Memiliki alat pengendali Emisi;


▪ Menaati Baku Mutu Emisi yang ditetapkan bagi Usaha dan/ atau
Kegiatan;
▪ Memenuhi persyaratan teknis pengambilan sampel Emisi;
▪ Memantau Mutu Udara ambien dan konsentrasi Emisi secara
berkala, menggunakan laboratorium yang teregistrasi oleh
Menteri;
▪ Melaksanakan pengurangan dan pemanfaatan kembali;
▪ Memiliki penanggung jawab yang memiliki kompetensi di bidang
perlindungan dan pengelolaan Mutu Udara;
▪ Melakukan perhitungan Beban Emisi;
▪ Memiliki Sistem Tanggap Darurat Pencemaran Udara; dan
▪ Melaporkan seluruh kewajiban pengendalian Pencemaran Udara
melalui Sistem Informasi Lingkungan Hidup; dan

o Larangan:

▪ Membuang Emisi secara langsung atau pelepasan dadakan;


▪ Melakukan pembuangan Emisi non-fugitive tidak melalui
cerobong;

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 40


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

▪ Menambahkan udara ke cerobong setelah alat pengendali, di luar


dari proses operasi kegiatan; dan/atau
▪ Tindakan lain yang dilarang dalam Persetujuan Lingkungan dan
atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pemenuhan Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia


Pemenuhan Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam
melakukan upaya Pemenuhan Baku Mutu Emisi bagi kegiatan
operasional Pabrik Kelapa Sawit yang dilakukan oleh PT Kharisma
Wirajaya Palma dilakukan dengan merekrut atau menyediakan tenaga
kerja yang memiliki sertifikat kompetensi sebagai :

o penanggung jawab Pengendalian Pencemaran Udara baik emisi


maupun ambien;
o penanggung jawab operasional instalasi atau alat pengendalian
pencemaran udara; atau
o personel yang memiliki kompetensi lainnya sesuai dengan
kebutuhan di bidang pengendalian pencemaran udara

Untuk dapat memenuhi standar kompetensi SDM dimaksud,


perusahaan telah memiliki personil yang berada pada divisi Humas dan
Lingkungan. Dalam kegiatan operasional pabrik kelapa sawit dengan
kapasitas 60 ton TBS/jam memerlukan tenaga kerja dengan berbagai
spesifikasi sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tenaga kerja untuk
kegiatan pabrik kelapa sawit yaitu sebanyak ± 107 orang. Tenaga kerja
terdiri dari tenaga kerja skill dan non skill dengan berbagai tingkat
pendidikan. Kegiatan operasional pabrik kelapa sawit dilakukan oleh
tenaga kerja yang direkrut oleh perusahaan. Kegiatan rekrutmen
tenaga kerja ini wajib dilakukan sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Kampar No. 05 Tahun 2009 tentang Penempatan Kerja
Lokal. Sebagian besar tenaga kerja yang ada merupakan tenaga kerja
lokal. Namun untuk tenaga kerja dengan keahlian khusus (skill

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 41


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

didatangkan dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja


oleh perusahaan sesuai bidang spesifik yang dibutuhkan.

c. Sistem Manajemen Lingkungan


Dalam upaya pengendalian pencemaran udara baik emisi maupun
ambien diperlukan suatu Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang
disiapkan oleh PT Kharisma Wijaya Palma. SML yang disiapkan dalam
pengelolaan pencemaran udara harus dituang dalam bentuk Dokumen
Perencanaan Pengelolaan Pencemaran Udara, Dokumen Standar Operasional
dan Prosedur (SOP) Pengelolaan Pencemaran Udara serta dokumen
Pengendalian Mutu dan Jaminan Mutu. Dokumen yang disusun ini wajib
disusun dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dalam peraturan dan
perundangan di bidang pengendalian ketentuan yang berlaku dalam
peraturan dan perudangan di bidang pengendalian pencemaran udara.
Implementasi pelaksanaan sistem· manajemen lingkungan dapat dilakukan
melalui:

1. pemenuhan komitmen dari manajemen puncak perusahaan terhadap


pengendalian Pencemaran Udara;
2. penerapan kebijakan pengendalian Pencemaran Udara;
3. penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang disyaratkan untuk
penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungan terkait
pengendalian Pencemaran Udara;
4. terbentuknya divisi di dalam struktur organisasi perusahaan yang
menangani pengendalian Pencemaran Udara;
5. kemampuan mengidentifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban
penaatan pengendalian Pencemaran Udara;
6. tersedianya SOP atau dokumen rencana untuk mengambil aksi
menangani risiko dan peluang serta evaluasi efektifitas dari kegiatan di
maksud;
7. penetapan sasaran pengendalian Pencemaran Udara serta menentukan
indikator dan proses untuk mencapainya; dan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 42


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

8. pelaksanaan audit internal secara regular dan mendokumentasikan


hasil audit dan tindak lanjut perbaikannya.

Sistem manajemen lingkungan yang dilakukan mencakup beberapa hal


sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5
Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat
Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan pada
Lampiran IV tentang Tata Cara Penyusunan Sistem Manjemen Lingkungan.
Dalam peraturan tersebut terdapat 4 (empat) tahapan yaitu Evaluasi
Perencanaan, Pelaksanaan Perencanaan, Pemeriksaan Pelaksanaan dan
Tindakan.

d. Periode Waktu Uji coba Instalasi Pengendali Emisi


Pelaksanaan Pemenuhan Ketaatan baku mutu emisi sudah dilakukan
PT. Kharisma Wirajaya palma sesuai dengan peraturan dan undang-udangan
yang berlaku dan sesuai perizinan yang dimiliki sesuai fasilitas utama maupun
pendukung yaitu 6 bulan sekali

B. Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah ke Badan Air


Permukaan

Berdasarkan Surat Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar


Nomor : 660/DLH-PPKL/PERTEK/2022/03 tanggal 25 Februari 2022 tentang
Surat Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah maka dapat
dijelaskan sebagai berikut

a. Standar Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Produksi


1. Pemenuhan Standar Teknis Baku Mutu Air Limbah
▪ Neraca air mulai dari sumber dan volume air baku sampai
dengan pembuangan air limbah yaitu :

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 43


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

'-!1
,,
-
▪ Baku Mutu Air Limbah

Kadar paling Beban Pencemaran


No. Parameter
Tinggi (mg/ton) Paling Tinggi (kg/ton)
1 BODS 100 0,25
2 COD 350 0,88
3 TSS 250 0,63
4 Minyak dan Lemak 25 0,063
5 Nitrogen Total (sebagai N) 50 0,125
6 pH 6,0 - 9,0
5 Debit Limbah Paling Tinggi 2,5 m3 per ton produk minyak sawit (CPO)

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 44


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

▪ Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

▪ Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

▪ Titik Penaatan (outlet) dengan nama dan titik koordinat

Koordinat Penaatan
No. Sumber
Lintang Utara Bujur Timur
1. Outlet IPAL 00° 49' 35,15" 100° 55' 38,20"

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 45


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

▪ Titik pembuangan Air Limbah

Seluruh air limbah yang dihasilkan dikelola dalam IPAL (Instalasi


Pengolahan Air Limbah). Air limbah yang dikelola dialirk.an ke
badan air penerima. Badan air penerima limbah cair yang ada di
lokasi kegiatan pabrik pengolah kelapa sawit PT. Kharisma
Wirajaya Palma adalah air permukaan Sungai Tamaluku yang
bagian hulunya membujur dari Desa Kota Lama Kabupaten
Rokan Hulu mengalir hingga ke arah Selatan menuju ke Desa
Sontang Kabupaten Rokan Hulu.

▪ Titik pemantauan mutu air pada Badan Air Permukaan

Lokasi pengambilan dilakukan pada 3 (tiga) lokasi yaitu pada


bagian tengah sungai (outfall parit - sungai), bagian Hulu Sungai
Tamaluku dan bagian Hilir Sungai Tamaluku seperti terlihat
pada tabel berikut ini.

Koordinat Lokasi
No Titik Pemantauan
Lintang Bujur
1 Hulu Sungai Tamaluku 049’39,1” 10055’50,5”
2 Hilir Sungai Tamaluku 049’40,3” 10055’50,9”
3 Tengah Sungai (outfall parit – sungai) 049’39,8” 10055’55,1”

▪ Internalisasi Biaya Lingkungan Hidup

Internalisasi biaya lingkungan hidup adalah besarnya persentase


biaya rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
terutama pengendalian Pencemaran Air terhadap investasi
Usaha dan/atau Kegiatan. Biaya tersebut mencakup biaya
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, tanggap darurat
pengembangan teknologi dan pengembangan sumberdaya
manusia. Persentase biaya yang digunakan untuk kegiatan
operasional pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam hal
pengendalian lingkungan (emisi, air dan limbah) dari usaha
Kegiatan Pabrik pengolahan Kelapa sawit Kapasitas 60 ton/jam

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 46


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

PT. Kharisma wirajaya Palma dialokasikan ± 10 % dari biaya


operasional usaha per tahun. Biaya ini sudah termasuk biaya :

• Perawatan saluran pembuangan air dan kolam pengolahan


air limbah
• Biaya Pengujian sampel air dan limbah cair pada
laboratorium terakreditasi
• Biaya sertifikasi operator lapangan pengambil sampel air
limbah
• Pemantauan kualitas air limbah yang dibuang ke badan air
permukaan

▪ Kewajiban, yang memuat:

• Memisahkan saluran air limbah dengan saluran limpasan air


hujan;
• Memiliki unit pengolahan dan saluran air limbah kedap air;
• Memiliki alat ukur debit;
• Melakukan pencatatan debit dan pH harian air limbah
senyatanya;
• Memiliki sistem tanggap darurat instalasi pengolahan air
limbah;
• Melakukan pemantauan air limbah dan badan air;
• Menyampaikan laporan secara lisan dan secara tertulis jika
terjadi keadaan darurat;
• Melakukan penanggulangan pencemaran air dan pemulihan
mutu air jika terjadi pencemaran air;
• Menjamin seluruh air limbah yang dihasilkan masuk ke
instalasi pengolahan air limbah;
• Melakukan pengolahan air limbah dan analisa laboratorium
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan sehingga
mutu air limbah yang dibuang tidak melampaui baku mutu air

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 47


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

limbah yang tertuang pada Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup dan Kehutanan Nomor 05 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah Kegiatan Industri;
• Tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran
buangan air limbah.

▪ Larangan, yang memuat:

• Membuang air limbah secara sekaligus dalam 1 (satu) kali


pembuangan;
• Melakukan pembuangan air limbah tanpa pengolahan;
• Mengencerkan air limbah dalam upaya penaatan batas kadar
yang dipersyaratkan;
• Membuang air limbah di luar titik penaatan;
• Membuang air limbah melampaui baku mutu; dan
• Membuang air limbah melebihi debit yang diperbolehkan

2. Pemenuhan Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia


Pemenuhan Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam
melakukan upaya Pemenuhan Baku Air Limbah bagi kegiatan
operasional Pabrik Kelapa Sawit yang dilakukan oleh PT Kharisma
Wirajaya Palma dilakukan dengan merekrut atau menyediakan
tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi sebagai :

▪ penanggung jawab Pengendalian Pencemaran air limbah;


▪ penanggung jawab operasional instalasi atau alat
pengendalian pencemaran air; atau
▪ personal yang memiliki kompetensi lainnya sesuai dengan
kebutuhan di bidang pengendalian pencemaran air.

Untuk dapat memenuhi standar kompetensi SDM dimaksud,


perusahaan telah memiliki personil yang berada pada divisi Humas
dan Lingkungan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 48


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Persyaratan yang harus dipenuhi penanggung jawab usaha


dan/atau kegiatan 1 (satu) tahun setelah diterbitkannya SLO, yaitu
ketersediaan:

▪ penanggung jawab pengendalian Pencemaran Air;


▪ penanggung jawab operasional pengolahan Air Limbah;
dan/atau;
▪ kompetensi lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Dalam kegiatan operasional pabrik kelapa sawit dengan kapasitas


60 ton TBS/jam memerlukan tenaga kerja dengan berbagai
spesifikasi sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tenaga kerja untuk
kegiatan pabrik kelapa sawit yaitu sebanyak ± 107 orang. Tenaga
kerja terdiri dari tenaga kerja skill dan non skill dengan berbagai
tingkat pendidikan. Kegiatan operasional pabrik kelapa sawit
dilakukan oleh tenaga kerja yang direkrut oleh perusahaan.

3. Sistem Manajemen Lingkungan


Dalam upaya pengendalian pencemaran air limbah diperlukan
suatu Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang disiapkan oleh PT
Kharisma Wirajaya Palma. SML yang disiapkan dalam pengelolaan
pencemaran air limbah harus dituang dalam bentuk Dokumen
Perencanaan Pengelolaan Pencemaran Air, Dokumen Standar
Operasional dan Prosedur (SOP) Pengelolaan Pencemaran Air
Limbah serta dokumen Pengendalian Mutu dan Jaminan Mutu.
Dokumen yang disusun ini wajib disusun dengan mengacu pada
ketentuan yang berlaku dalam peraturan dan perundangan di
bidang pengendalian pencemaran air. Implementasi pelaksanaan
sistem manajemen lingkungan dapat dilakukan melalui:

1. pemenuhan komitmen dari manajemen puncak perusahaan


terhadap pengendalian Pencemaran Air;
2. penerapan kebijakan pengendalian Pencemaran Air;

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 49


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

3. penyediaan Sumber Daya Manusia (SOM) yang disyaratkan


untuk penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
lingkungan terkait pengendalian Pencemaran Air;
4. terbentuknya divisi di dalam struktur organisasi perusahaan
yang menangani pengendalian Pencemaran Air;
5. kemampuan mengidentifikasi dan memiliki akses terhadap
kewajiban penaatan pengendalian Pencemaran Air;
6. tersedianya SOP atau dokumen rencana untuk mengambil aksi
menangani risiko dan peluang serta evaluasi efektifitas dari
kegiatan di maksud;
7. penetapan sasaran pengendalian Pencemaran Air serta
menentukan indikator dan proses untuk mencapainya; dan
8. pelaksanaan audit internal secara regular dan
mendokumentasikan hasil audit dan tindak lanjut perbaikannya.

Sistem manajemen lingkungan yang dilakukan mencakup beberapa


hal sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan
Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan pada Lampiran IV tentang
Tata Cara Penyusunan Sistem Manajemen Lingkungan. Dalam
peraturan tersebut terdapat 4 (empat) tahapan yaitu Evaluasi
Perencanaan, Pelaksanaan Perencanaan, Pemeriksaan Pelaksanaan
dan Tindakan.

4. Periode waktu uji coba sistem pengolahan Air Limbah


Pada sistem pengolahan air limbah PT. Kharisma Wirajaya Palma
sudah masuk tahap operasional dan telah rutin melakukan
pengambilan sampel untuk air permukaan dan air limbah dilakukan
dengan periode 1 bulan sekali untuk air limbah dan 6 bulan sekali
untuk air permukaan sesuai dengan titik pemantauan atau titik
penaatan yang sudah ditentukan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 50


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

b. Standar Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Domestik


1. Pemenuhan Standar Teknis Baku Mutu Air Limbah
▪ Neraca air, mulai dari sumber dan volume air baku sampai
dengan pembuangan Air Limbah

▪ Baku Mutu Air Limbah Domestik

No. Parameter Satuan Kadar maksimum


1 pH - 6-9
2 BOD mg/L 30
3 COD mg/L 100
4 TSS mg/L 30
5 Minyak dan Lemak mg/L 5
6 Amoniak mg/L 10
7 Total Coliform Jumlah/100 L 3000
8 Debit L/orang/hari 100

▪ Desain IPAL Domestik

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 51


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

▪ Layout IPAL Domestik

▪ Lokasi pemantauan/titik penaatan (outlet) dengan nama dan


titik koordinat

Koordinat Penaatan
No. Sumber
Lintang utara Bujur timur
1. Outlet IPAL Domestik 00° 49' 39,45" 100° 54' 57,17"

▪ Titik pembuangan Air Limbah (outfall) dan titik koordinat

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 52


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Koordinat Penaatan
No. Sumber
Lintang utara Bujur timur
1. Outfall IPAL Domestik 00° 49' 39,45" 100° 54' 57,17"

▪ Titik pemantauan mutu air pada Badan Air Permukaan

Koordinat Penaatan
No. Sumber
Lintang utara Bujur timur
1. Hulu parit alam 00° 49' 41,38" 100° 54' 53,23"
2. Hilir parit alam 00° 49' 38,15" 100° 55' 02,81"

▪ Internalisasi biaya lingkungan hidup

Biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terutama biaya


pengendalian Pencemaran Air terhadap investasi Usaha dan/
atau Kegiatan terdiri dari biaya pembangunan pengoperasian,
pemeliharaan, pengujian sampel, tanggap darurat
pengembangan teknologi dan pengembangan sumberdaya
manusia.

▪ Kewajiban, yang memuat:

• Memisahkan saluran air limbah domestik dengan saluran


limpasan air hujan;
• Memiliki unit pengolahan dan saluran air limbah domestik
kedap air;
• Memiliki alat ukur debit;
• Melakukan pencatatan debit dan pH harian air limbah
domestik senyatanya;
• Memiliki sistem tanggap darurat instalasi pengolahan air
limbah domestik;
• Melakukan pemantauan air limbah domestik dan badan air;
• Menyampaikan laporan secara lisan dan secara tertulis jika
terjadi keadaan darurat;
• Melakukan penanggulangan pencemaran air dan pemulihan
mutu ir jika terjadi pencemaran air;

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 53


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

• Menjamin seluruh air limbah domestik yang dihasilkan


masuk ke instalasi pengolahan air limbah domestik;
• Melakukan pengolahan air limbah domestik dan analisa
laboratorium paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan
sehingga mutu air limbah domestik yang dibuang tidak
melampaui baku mutu air limbah domestik yang tertuang
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik; dan
• Tidak melakukan pengenceran air limbah domestik ke dalam
aliran buangan air limbah domestik.

▪ Larangan, yang memuat:

• Membuang air limbah domestic secara sekaligus dalam1


(satu) kali pembuangan;
• Melakukan pembuangan air limbah domestik tanpa
pengolahan;
• Mengencerkan air limbah dalam upaya penaatan batas kadar
yang dipersyaratkan,;
• Membuang air limbah di luar titik penaatan;
• Membuang air limbah domestik melampaui baku mutu; dan
• Membuang air limbah domestik melebihi debit yang
diperbolehkan

2. Pemenuhan Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia


Pemenuhan Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam
melakukan upaya Pemenuhan Baku Air Limbah bagi kegiatan
operasional Pabrik Kelapa Sawit yang dilakukan oleh PT Kharisma
Wirajaya Palma dilakukan dengan merekrut atau menyediakan
tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi sebagai :

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 54


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

▪ Penanggung jawab Pengendalian Pencemaran air limbah


domestik;
▪ penanggung jawab operasional instalasi atau alat
pengendalian pencemaran air limbah domestik; atau
▪ personal yang memiliki kompetensi lainnya sesuai dengan
kebutuhan di bidang pengendalian pencemaran air.

Untuk dapat memenuhi standar kompetensi SDM dimaksud,


perusahaan telah memiliki personil yang berada pada divisi Humas
dan Lingkungan.

Persyaratan yang harus dipenuhi penanggung jawab usaha


dan/atau kegiatan 1 (satu) tahun setelah diterbitkannya SLO, yaitu
ketersediaan:

▪ penanggung jawab pengendalian Pencemaran Air;


▪ penanggung jawab operasional pengolahan Air Limbah;
dan/atau;
▪ kompetensi lainnya sesuai dengan kebutuhan

3. Sistem Manajemen Lingkungan


Dalam upaya pengendalian pencemaran air limbah diperlukan
suatu Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang disiapkan oleh PT
Kharisma Wirajaya Palma. SML yang disiapkan dalam pengelolaan
pencemaran air limbah harus dituang dalam bentuk Dokumen
Perencanaan Pengelolaan Pencemaran Air, Dokumen Standar
Operasional dan Prosedur (SOP) Pengelolaan Pencemaran Air
Limbah serta dokumen Pengendalian Mutu dan Jaminan Mutu.
Dokumen yang disusun ini wajib disusun dengan mengacu pada
ketentuan yang berlaku dalam peraturan dan perundangan di
bidang pengendalian pencemaran air. Implementasi pelaksanaan
sistem manajemen lingkungan dapat dilakukan melalui:

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 55


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

1. pemenuhan komitmen dari manajemen puncak perusahaan


terhadap pengendalian Pencemaran Air;
2. penerapan kebijakan pengendalian Pencemaran Air;
3. penyediaan Sumber Daya Manusia (SOM) yang disyaratkan
untuk penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
lingkungan terkait pengendalian Pencemaran Air;
4. terbentuknya divisi di dalam struktur organisasi perusahaan
yang menangani pengendalian Pencemaran Air;
5. kemampuan mengidentifikasi dan memiliki akses terhadap
kewajiban penaatan pengendalian Pencemaran Air;
6. tersedianya SOP atau dokumen rencana untuk mengambil aksi

menangani risiko dan peluang serta evaluasi efektifitas dari


kegiatan di maksud;
7. penetapan sasaran pengendalian Pencemaran Air serta
menentukan indikator dan proses untuk mencapainya; dan
8. pelaksanaan audit internal secara regular dan
mendokumentasikan hasil audit dan tindak lanjut perbaikannya.

Sistem manajemen lingkungan yang dilakukan mencakup beberapa


hal sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan
Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan pada Lampiran IV tentang
Tata Cara Penyusunan Sistem Manjemen Lingkungan. Dalam
peraturan tersebut terdapat 4 (empat) tahapan yaitu Evaluasi
Perencanaan, Pelaksanaan Perencanaan, Pemeriksaan Pelaksanaan
dan Tindakan.

4. Periode waktu uji coba sistem pengolahan Air Limbah


Uji coba pengolahan air limbah dengan menggunakan kolam
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik dilakukan seiring
dengan selesainya pembangunan instalasi IPAL Domestik.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 56


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Pemantauan air limbah domestik dilakukan paling sedikit 1 (satu)


kali dalam 1 (satu) bulan dan dilaporkan secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

C. Persetujuan Teknis Dampak Lalu Lintas

Berdasarkan Surat Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kampar


Nomor : 551/DISHUB-LALIN/500 perihal Persetujuan Hasil Analisis Dampak
Lalu Lintas PMKS PT. Kharisma Wirajaya Palma tanggal 14 Desember 2021
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Karakteristik Umum Sarana dan Prasarana Jalan di Sekitar Lokasi


Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kabupaten Kampar, lokasi
Pengembangan PT. Kharisma Wirajaya Palma berada di Desa Danau Lancang
yang mana jalan ini berfungsi sebagai jalan untuk masyarakat sekitar
mengakses area perkebunan. Jalan ini memiliki tipe 2/2 D. Ruas Jalan ini
menggunakan perkerasan aspal, dengan lebar jalan 5 meter keseluruhan
untuk kedua arah dan kelas jalan III. Tataguna lahan di sekitar Pengembangan
di dominasi oleh pemukiman dan perkebunan.

b. Geometri Jalan Desa Danau Lancang


Jalan Desa Danau Lancang Jalan Desa Danau Lancang adalah bagian dari
Jalan Kabupaten memiliki tipe 2/2 UD dengan lebar ruas jalan 6 meter untuk
Akses masyarakat ke kebun. Untuk lebih detail berikut Data Geometrik Ruas
Jalan Desa Danau Lancang dan gambaran lokasi kegiatan tersebut.

Tabel 2. 17. Data Geometri Ruas Jalan Desa Danau Lancang

GEOMETRI RUAS
UNCONTROL
Nama Ruas Jalan Desa
Kode Pendekat Jalan Desa
Tipe Jalan 2/2 UD

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 57


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Efektif Simpang (m) 5


Lajur kanan (m) 2.5
Lajur kiri (m) 2.5
Median (m) -
Bahu Kanan (m) -
Bahu Kiri (m) -
Parkir (m) -
Kondisi Fisik Perkerasan baik
Model Arus (Arah) 2
Belok Kiri Langsung -
Trotoar Kiri tidak ada
Trotoar Kanan tidak ada
Drainase Kiri tidak ada
Kelengkapan Simpang Drainase Kanan tidak ada
Marka tidak ada
Rambu tidak ada
Lajur 1
Stop Line -
Hambatan Samping Rendah
Tata Guna lahan Perkebunan
Jenis Perkerasan Aspal
Kondisi Simpang baik
Pulau Lalu Lintas -
Sumber : Dokumen Teknis Rekomendasi Penanganan Dampak Lalu Lintas PT. Kharisma Wirajaya Palman, 2021

Gambar 2. 12. Ruas Jalan Terkena dampak Pengembangan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 58


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 13. Penampang Melintang Ruas Jalan Desa danau Lancang

c. Kapasitas Ruas Jalan


Ruas Jalan terdampak sekitar lokasi Pengembangan yaitu Jalan Desa
Danau Lancang. Setelah melakukan survei ruas-ruas jalan terdampak, maka
diperoleh kapasitas jalan tersebut. Sedangkan dari hasil perhitungan kapasitas
jalan perkotaan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) 1997, kapasitas masing-masing Jalan tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 2. 18. Perhitungan Besarnya Kapasitas Ruas Jalan Terdampak


No Nama Ruas Jalan Kapastitas Volume VCR LOS Kecepatan Kepadatan
1 Jl. Desa Danau Lancang 1403.38 170 0.12 A 47 212.77

Sumber : Dokumen Teknis Rekomendasi Penanganan Dampak Lalu Lintas PT. Kharisma Wirajaya Palman, 2021

Dapat diketahui dari hasil perhitungan kapasitas menggunakan


formula dari MKJI yaitu Kapasitas Ruas jalan desa sebesar 1403.38 smp/jam.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 59


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

d. Kecepatan Ruas Jalan


Kinerja ruas jalan yang dikaji lainnya adalah kecepatan pada ruas jalan.
Kecepatan tersebut diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan melalui
survei kecepatan sesaat (spot speed). Selain itu kecepatan dapat diperoleh dari
hubungan kecepatan dan V/C Ratio. Analisa kecepatan arusbebas ini dilakukan
guna mengetahui berapa kecepatan secara bebas kendaraan pada masing-
masing ruas jalan dalam melakukan perjalanan,sehingga hasil dari kecepatan
arus bebas ini dapat digunakan sebagai ukuran utama kinerja dalam manual
manajemen dan rekayasa. Kecepatan sesungguhnya dapat ditaksir dengan
rumus hubungan kecepatan bebas sesungguhnya dengan V/C ratio sebagai
berikut:

V = FV x 0,5 x [1 + (1-V/C)0,5]

Berdasarkan MKJI 1997, perhitungan FV dapat dilihat pada tabel berikut


ini.

Tabel 2. 19. Penentuan Nilai FV pada Ruas Jalan Tahun 2021 ( Km/Jam )
Kecepatan
Faktor Koreksi FV
Nama Ruas Jalan Bebas Fvo + FVw
(km/jam)
(FV0) FVw FFsf FFcs
Jl. Desa Danau Lancang 42 3 0.93 0.94 45 40

Sumber : Dokumen Teknis Rekomendasi Penanganan Dampak Lalu Lintas PT. Kharisma Wirajaya Palman, 2021

Setelah diperoleh kecepatan bebas (FV) pada ruas jalan yang terkena
dampak di sekitar pembangunan PT. Kharisma Wirajaya Palma, dapat
diketahui kecepatan sebenarnya untuk setiap ruas jalan seperti yang tertera
pada tabel di atas.

e. Kinerja Ruas Jalan Area Pengembangan PT. Kharisma Wirajaya


Palma
Indikator kinerja yang dimaksud di sini adalah perbandingan volume
per kapasitas (v/c ratio), kecepatan, dan kepadatan. Ukuran indikator kinerja

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 60


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

jalan yang terkena dampak oleh Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit PT.
Kharisma Wirajaya Palma dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 20. Kinerja Ruas Jalan Area PT. Kharisma Wirajaya Palma
No Nama Ruas Jalan Kapastitas Volume VCR LOS Kecepatan Kepadatan
1 Jl. Desa Danau Lancang 1403.38 170 0.16 A 40 212,77

Sumber : Dokumen Teknis Rekomendasi Penanganan Dampak Lalu Lintas PT. Kharisma Wirajaya Palman, 2021

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat kinerja ruas jalan terdampak


Pengembangan PT. Kharisma Wirajaya Palma dengan kepadatan tertinggi
terdapat pada ruas Jalan Desa Danau Lancang dengan nilai 1403.38,
sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat pada ruas Jalan Desa Danau
Lancang dengan nilai 212.77.

f. Kondisi Persimpangan
Apabila dari hasil analisis menunjukan kinerja simpang sudah tidak
layak lagi, maka perlu adanya pemecahan masalah. Akhir dari analisis ini
bertujuan untuk merencanakan pola serta ukuran yang sesuai dan memenuhi
sasaran yang diharapkan untuk kondisi lingkungan tertentu. Analisis
diperhitungkan terhadap data kondisi saat ini untuk melihat kemampuan dan
kapasitas jalan supaya tidak terjadi kemacetan lalu lintas dan dapat
meningkatkan kapasitas dan kinerja simpang yang ditinjau.

o Kapasitas (C)
o Derajat Kejenuhan (DS)
o Tundaan
o Peluang Antrian

Setelah didapatkan hasil perhitungan jika derajat kejenuhan (DS) >


0,85 maka langkah selanjutnya pada pengerjaan tugas akhir ini adalah
memperbaiki kinerja simpang dengan beberapa alternatif penanganan
simpang seperti pemberlakuan sistem satu arah pada salah satu pendekat.
Rencana Pengembangan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi
lalu lintas di sekitarnya khususnya pada persimpangan dan ruas jalan di

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 61


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

sekitar khususnya pada persimpangan dan ruas jalan di sekitar kawasan


pengembangan. Selain itu, daerah tersebut terdapat berbagai aktivitas
komersial yang juga mempunyai pengaruh terhadap lalu lintas. Untuk
memperkirakan dampak lalu lintas yang mungkin terjadi diperlukan analisis
terkait sirkulasi arus lalu lintas pada persimpangan. Berdasarkan survei
lapangan telah ditetapkan catchment area tinjauan analisis dampak lalu
lintas. Berdasarkan catchment area tersebut terdapat 2 persimpang. Untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. 14. Identifikasi Persimpangan yang Terdampak

Selanjutnya, data yang diperoleh dari lapangan merupakan masukan


untuk perhitungan simpang tak bersinyal dengan MKJI 1997. Analisis data
untuk Simpang Tak Bersinyal dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI, 1997) ini bertujuan untuk mengetahui besaran dampak yang
ditimbulkan dari pengembangan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 62


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

g. Analisis Kapasitas Simpang Desa Danau Lancang 1


Simpang ini merupakan salah satu simpang yang terletak di sekitar
lokasi Pengembangan. Simpang ini memiliki 3 kaki simpang dan simpang ini
tidak memiliki APILL. Kaki simpang tersebut antara lain : Jalan Desa Danau
Lancang dan jalan Desa Danau Lancang. Titik lokasi dan Visualisasi simpang
Desa Danau Lancang dapat di lihat dari gambar di bawah ini. Mengenai analisis
kinerja simpang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 21. Analisis Kapasitas Desa Danau Lancang


Faktor Penyesuaian Kapasitas (F)
Kapasitas Dasar
Lebar Pendekat Rata- Belok Rasio Arus Kapasitas (C)
(Co) Median Jalan Ukuran Kota Belok Kiri
Pilihan Rata Hambatan Samping Kanan Minor
smp/jam FW FM F CS F RSU F LT F RT F MI smp/jam
(13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
1 2,700 0.83 1.00 0.88 0.95 1.30 0.82 0.85 1709.5
2 2,700 0.83 1.00 0.88 0.95 1.30 0.82 0.85 1709.5
3

Sumber : Dokumen Teknis Rekomendasi Penanganan Dampak Lalu Lintas PT. Kharisma Wirajaya Palman, 2021

Dari analisa kapasitas persimpangan Utama dapat disimpulkan


bahwasanya kapasitas simpang tersebut adalah sebesar 1709.5 smp/jam
Analisa Kinerja Persimpangan Simpang Desa Danau Lancang adalah sebagai
berikut:

Tabel 2. 22. Analisis Kinerja Desa Danau Lancang


Arus lalu-lintas Total Jl. Mayor
Derajat Kejenuhan Jl. Minor Tundaan Simpang Peluang Antrian
(Q) Tundaan Tundaan Geometrik (DG) Sasaran
Pilihan
smp/jam DS = Q/C DT DTMA DTMI (D) QP%
(22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30)
1 277 0.16 1.65 1.23 2.28 4.61 6.26 3 8 DS < 0.85
2 277 0.16 1.65 1.23 2.28 4.61 6.26 2 7 DS < 0.85
3

Sumber : Dokumen Teknis Rekomendasi Penanganan Dampak Lalu Lintas PT. Kharisma Wirajaya Palman, 2021

Tabel 2.22 di atas merupakan hasil analisa kinerja Simpang Desa Danau
Lancang dan dapat disimpulkan bahwasanya Simpang Desa Danau Lancang
dengan Derajat Kejenuhan (DS) 0.16.

h. Kondisi Fasilitas Perlengkapan Jalan Eksisting


Kondisi fasilitas dan perlengkapan jalan yang ditampilkan antara lain
kondisi rambu- rambu lalu lintas, marka jalan, fasilitas pejalan kaki dan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 63


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

fasilitas angkutan umum. Kondisi fasilitas perlengkapan jalan di sekitar lokasi


belum ada terpasang rambu-rambu atau fasilitas perlengkapan jalan lainnya
di Desa Danau Lancang.

2.3.12. Rona Lingkungan Hidup

A. Rona Lingkungan Fisik dan Kimia

Kegiatan operasional pabrik kelapa sawit PT. Kharisma Wirajaya


Palma ini diperkirakan memberikan dampak terhadap komponen lingkungan
fisika-kimia, sosial ekonomi dan budaya. Oleh karena itu maka perlu dipapar
kondisi rona lingkungan hidup pada saat kegiatan operasional PKS telah
berjalan. Rona lingkungan yang disajikan terbatas pada komponen yang
diperkirakan telah memberikan dampak terhadap lingkungan akibat kegiatan
operasional pabrik yang telah berjalan.

a. Iklim
Gambaran mengenai keadaan iklim di wilayah kajian diperoleh dari
data sekunder yang bersumber dari pengukuran BMKG Stasiun Meteorologi
Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pada periode 10 tahun terakhir (2011 -
2020). Data iklim yang akan diuraikan meliputi data temperatur dan
kelembaban udara, penyinaran matahari serta kecepatan dan arah angin .

1. Temperatur
Temperatur rata-rata terendah di wilayah studi dan sekitarnya adalah
25,3°C terjadi pada bulan April 2020 dan suhu rata-rata tertinggi 28,8°C yang
terjadi pada bulan Mei 2018. Selama periode 2011-2020 suhu udara rata-rata
sebesar 26,81 - 28,09°C.

2. Kelembaban
Kelembaban udara terendah sebesar 69 % terjadi pada bulan Juli 2020
dan tertinggi sebesar 90,0 % terjadi pada bulan Maret 2011 dengan
kelembaban udara rata-rata tahunan adalah 74,7 - 81,8 %.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 64


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

3. Penyinaran Matahari
Intensitas penyinaran matahari terendah sebesar 18 % terjadi pada
bulan Oktober 2016 dan Desember 2020. Penyinaran tertinggi terjadi pada
bulan Mei 2013 sebesar 73 % dengan lama penyinaran rata-rata tahunan 39,7
– 58,4 %.

4. Kecepatan dan Arah Angin


Kecepatan angin sesekali tercatat tenang (calm) namun rata kecepatan
angin rata-rata tahunan berkisar antara 4 - 7 knot, kadang-kadang mencapai 8
knot. Arah angin dominan setiap bulan adalah bergerak dari Utara sampai
Tenggara. Adapun data mengenai iklim selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
2.23.

b. Fisiografi dan Geologi


1. Topografi
Kondisi topografi di sekitar lokasi kegiatan PKS PT. Kharisma Wirajaya
Palma berdasarkan Peta Digital Rupa Bumi Bakosurtanal 1997 dan Peta
Digital SRTM ESRI, lokasi kegiatan mempunyai ketinggian yang bervariasi
mulai dari 21 meter hingga 40 meter dari permukaan laut. Kondisi topografi
di sekitar lokasi kegiatan PKS dapat dilihat pada Gambar 2.5.

2. Geologi
Jenis formasi batuan yang terdapat di sekitar areal operasional PKS PT.
Kharisma Wirajaya Palma berdasarkan Peta Geologi Indonesia Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi 1996 berada pada formasi Endapan
Aluvium Tua (Qp) dan tidak dijumpai jenis formasi batuan lainnya di sekitar
lokasi kegiatan. Adapun kondisi geologi di sekitar lokasi kegiatan disajikan
pada Gambar 2.6.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 65


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tabel 2. 23. Kondisi Iklim Mikro 10 Tahun Terakhir


Tahun Rata-rata
No. Bulan Unsur Iklim
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Tahunan
1 Januari Temperatur (oC) 27,5 26,6 27,0 27,4 27,1 26,8 26,8 26,6 26,9 25,9 26,86
Arah & Kec Angin (knot) NE/5 NW/6 NE/5 E/6 S/6 N/4 NW/5 N/6 N/6 NW/6 4-6
Kelembaban (%) 84 82 82 86 86 82 82 78 78 78 81,8
Penyinaran Matahari (%) 30 55 42 38 45 49 47 38 33 20 39,7
2 Februari Temperatur (oC) 27,8 26,7 28,2 27,2 27,9 26,6 26,8 27,2 28,4 27,2 27,4
Arah & Kec Angin (knot) NE/5 SE/5 NE/6 NE/5 E/6 SW/3 N/5 NE/5 NE/5 NW-N/5 5-6
Kelembaban (%) 76 77 80 77 83 82 79 77 76 70 77,7
Penyinaran Matahari (%) 52 35 40 41 52 49 47 38 63 64 48,1
3 Maret Temperatur (oC) 28,4 28,5 27,1 27,5 27,9 27,3 26,5 27,2 27,8 27,0 27,52
Arah & Kec Angin (knot) NE/5 SE/6 N/5 S/6 NW/5 NW/5 VRB/5 SW/5 S/5 NW/5 5-6
Kelembaban (%) 90 80 81 82 80 78 84 78 74 72 79,9
Penyinaran Matahari (%) 56 67 71 47 44 65 43 56 43 30 52,2
4 April Temperatur (oC) 29,0 27,4 27,2 27,8 27,4 27,4 27,4 28,1 28,3 25,3 27,53
Arah & Kec Angin (knot) NW/6 SE/6 S/5 S/6 NW/5 S/6 S/5 S/5 VRB/5 Calm Calm, 5 - 6
Kelembaban (%) 81 82 80 82 81 82 80 81 82 80 81,1
Penyinaran Matahari (%) 48 62 72 67 42 65 44 60 54 43 55,7
5 Mei Temperatur (oC) 28,5 28,3 27,8 27,7 27,7 27,5 28,0 28,7 28,8 27,9 28,09
Arah & Kec Angin (knot) S/5 SE/5 S/5 S/7 SE/5 S/6 S/5 VRB/5 S/5 Calm Calm, 5 - 7
Kelembaban (%) 80 78 80 83 81 84 79 75 75 72 78,7
Penyinaran Matahari (%) 47 41 73 42 46 69 43 66 53 56 53,6
6 Juni Temperatur (oC) 28,5 27,9 28,0 26,8 27,5 27,9 27,5 28,4 28,3 27,8 27,86
Arah & Kec Angin (knot) S/5 SE/6 SE/5 S/6 NW/5 NW/5 S/5 S/5 VRB/5 SE/5 5-6
Kelembaban (%) 79 76 75 83 79 68 81 75 72 74 76,2
Penyinaran Matahari (%) 48 67 59 60 58 68 44 55 53 54 56,6
7 Juli Temperatur (oC) 28,3 27,2 27,0 26,9 28,2 27,2 27,1 28,2 27,5 27,8 27,54
Arah & Kec Angin (knot) S/6 SE/6 S/6 S/6 S/6 VRB/4 S/6 S/6 S/5 SE/6 4-6
Kelembaban (%) 78 80 78 83 78 82 79 72 75 69 77,4
Penyinaran Matahari (%) 68 56 62 61 59 55 43 59 41 68 57,2
8 Agustus Temperatur (oC) 27,9 27,3 27,3 27,7 29,1 26,8 29,1 27,7 27,7 27,2 27,78
Arah & Kec Angin (knot) S/6 SE/6 SE/6 S/5 S/6 SE/5 S/6 S/5 SE/5 S/6 5-6
Kelembaban (%) 77 81 78 79 81 81 81 76 74 73 78,1
Penyinaran Matahari (%) 73 44 69 66 56 56 - 64 47 51 58,4
9 September Temperatur (oC) 27,7 27,2 26,8 28,0 27,1 26,8 29,7 27,9 27,6 26,9 27,57
Arah & Kec Angin (knot) SE/5 SE/6 SE/6 S/5 S/6 S/4 S/6 S/5 S/5 S/6 4-6
Kelembaban (%) 69 81 81 79 80 82 79 76 74 76 74,7

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 66


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tahun Rata-rata
No. Bulan Unsur Iklim
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Tahunan
Penyinaran Matahari (%) 62 57 44 66 38 35 58 57 46 34 49,7
10 Oktober Temperatur (oC) 28,0 27,4 27,5 27,1 28,0 27,0 27,4 27,5 28,2 26,8 27,49
Arah & Kec Angin (knot) SE/5 SE/6 E/6 S/5 S/8 VRB/6 S/5 SW/5 SW/5 SE/5 5-8
Kelembaban (%) 79 80 80 83 80 82 83 74 69 77 78,7
Penyinaran Matahari (%) 39 48 50 56 18 35 50 44 51 48 43,9
11 November Temperatur (oC) 27,4 26,9 27,2 27,1 27,4 27,0 27,5 27,2 27,5 27,1 27,23
Arah & Kec Angin (knot) SE/6 NW/6 NE/6 S/6 SE/6 NW/5 N/4 NW/5 NW/5 NW/5 4-6
Kelembaban (%) 83 83 81 78 85 82 77 78 74 77 79,8
Penyinaran Matahari (%) 53 30 48 49 51 50 32 44 41 45 44,3
12 Desember Temperatur (oC) 27,2 26,6 27,2 26,4 26,6 26,5 26,9 27,7 26,8 26,2 26,81
Arah & Kec Angin (knot) SE/5 NW/6 NE/6 W/5 N/5 N/4 N/5 NW/7 NW/5 NW/5 4-7
Kelembaban (%) 84 84 86 83 86 82 79 79 73 81 81,7
Penyinaran Matahari (%) 59 28 33 45 85 39 36 39 32 18 41,4
Keterangan : Temperatur (oC); Kecepatan Angin (km/jam); Kelembaban (%); Penyinaran Matahari (%)

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 67


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 15. Peta Kondisi Topografi Sekitar Lokasi Kegiatan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 68


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 16. Peta Kondisi Geologi Sekitar Lokasi Kegiatan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 69


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

c. Kualitas Udara dan Kebisingan


1. Kualitas Udara
Perubahan kualitas udara terjadi akibat masuknya zat, energi, atau
komponen lain (emisi) ke dalam udara ambien. Kualitas udara ambien di
lokasi kegiatan ditunjukkan dengan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan
komponen, atau unsur pencemar yang ditoleransi keberadaannya dalam
udara ambien.

Dugaan adanya pengaruh kegiatan operasional PKS PT. Kharisma


Wirajaya Palma ini terhadap komponen lingkungan khususnya kualitas udara
maka perlu dilakukan sampling dan analisis kualitas udara ambient di lokasi
kegiatan. Hasil analisis kualitas udara tersebut dibandingkan dengan baku
mutu yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021
Lampiran VII. Parameter pengukuran meliputi Ozone (O3), Nitrogen Dioxide
(NO2), Sulfur Dioxide (SO2), Carbon Monoxide (CO), dan debu (PM10).

Ozon (O3)
Ozon telah menjadi suatu isu aktual karena kaitannya dengan satu efek
global pencemaran udara yaitu penipisan lapisan Ozon di atmosfer atas bumi
kita. Ozon merupakan salah satu pencemar udara yang terus meningkat
konsentrasinya. Dampak ozon terhadap kesehatan manusia yaitu :

1. Dengan konsentrasi 0,3 ppm selama 8 jam dapat menyebabkan


iritasi pada mata.
2. 0,3 – 1 ppm selama 3 menit s.d. 2 jam dapat memberikan reaksi
seperti tercekik, batuk, kelesuan.
3. 1,5 – 2 ppm selama 2 jam mengakibatkan sakit dada batuk-batuk,
sakit kepala, kehilangan koordinasi serta sulit ekspresi dan gerak.

Ozon pada konsentrasi 0,3 ppm dapat berakibat iritasi terhadap hidung
dan tenggorokan. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 – 3,0 ppm selama
2 jam mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi pada beberapa

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 70


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

orang yang sensitif. Sedangkan kontak dengan konsentrasi 9,0 ppm selama
beberapa waktu dapat mengakibatkan edema pulmonal pada kebanyakan
orang.

Kombinasi ozon dengan SO2 sangat berbahaya karena berpotensi


menyebabkan menurunnya fungsi ventilasi apabila terpajan dalam jumlah
yang besar. Kerusakan fungsi ventilasi dapat kembali baik mendekati fungsi
paru-paru normal pada orang yang terpajan dalam tingkat rendah.

Nitrogen Dioxide (NO2)


Oksida nitrogen di udara terdiri dari senyawa nitrogen oksida (NO) dan
nitrogen dioksida (NO2). Sumber nitrogen dioksida (NO2) pada umumnya
berkaitan dengan proses pembakaran, baik yang bersumber dari emisi diam
(aktivitas pemukiman) maupun sumber emisi bergerak (kendaraan
bermotor). Keberadaan Nitrogen Dioksida di lingkungan sebagian besar
berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Keberadaanya di udara
mudah mengalami perubahan menjadi NO2, sehingga akibat ketidakpastian
bentuk tersebut sering disebut sebagai parameter NO(x). Keberadaanya di
lingkungan pada kategori Nyaman tidak berpengaruh, sedangkan pada
kategori Baik menimbulkan sedikit berbau, munculnya bau ini dapat
meningkat sampai kategori Sedang, dimana dapat memberikan pengaruh
hingga menyebabkan kehilangan warna dan peningkatan reaktivitas pembuluh
tenggorokan pada penderita asma, untuk kategori Tidak Sehat. Pada kategori
Sangat Tidak Sehat memberikan pengaruh pada meningkatnya sensitivitas yang
berpenyakit asma dan bronchitis, sedangkan pada kategori Berbahaya dapat
mengancam kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup.

Sulfur Dioxide (SO2)


Sulfur dioksida di atmosfer dapat mengalami dekomposisi basah akibat
adanya air hujan atau kelembaban yang tinggi membentuk butiran asam sulfat
yang turun ke permukaan tanah. Sulfur Dioksida (SO2) berasal dari sisa
pembakaran bahan bakar fosil baik minyak tanah atau bahan bakar premium

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 71


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

dari kendaraan bermotor. Keberadaannya di udara dapat berbentuk SO 3 atau


SO2, dimana bentuk-bentuk tersebut dapat mengalami perubahan, sehingga
sering dinamakan sebagai SOx. Pada kategori Nyaman parameter tersebut
tidak memberikan dampak yang berarti, sedangkan pada kategori Baik dan
Sedang keberadaan SO2 mampu memberikan luka pada beberapa spesies
tumbuhan akibat kombinasi dengan O3 selama 4 jam. Penambahan
konsentrasi SO2 pada lingkungan dapat merubah kepada kondisi Tidak Sehat
disamping menimbulkan bau yang menyengat juga menyebabkan
peningkatan kerusakan tanaman. Pada kategori Sangat Tidak Sehat
berpengaruh pada peningkatan sensitivitas pasien berpenyakit asma dan
bronchitis, sedangkan pada kategori Berbahaya akibat yang ditimbulkan
adalah ancaman bagi seluruh makhluk hidup.

Carbon Monoxide (CO),


Senyawa karbon monoksida (CO) merupakan hasil dari proses
pembakaran yang tidak sempurna dan biasanya dikaitkan dengan polusi dari
sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak seperti generator ataupun
kendaraan bermotor. Karbondioksida berasal dari unsur arang (karbon) yang
terdapat dalam batubara, arang kayu, kayu, kertas, minyak tanah, oli, solar, bensin
yang terbakar tidak secara sempurna. Senyawa CO sangat mudah berikatan
dengan hemoglobin (Hb), bila dibandingkan dengan daya ikat oksigen dengan Hb
maka daya ikat CO adalah 240 kali daya ikat oksigen. Fungsi utama oksigen
adalah, mengangkut oksigen untuk keperluan seluruh jaringan tubuh. Fungsi
oksigen untuk jaringan adalah untuk pelengkap proses pembakaran yang
menghasilkan tenaga. Akibat ikatan antara CO dengan Hb, yaitu COHb, adalah
menurunnya kemampuan darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh. Kekurangan oksigen dalam darah menyebabkan turunnya tenaga
yang dihasilkan oleh metabolisme sel-sel (pertukaran zat antar sel), dengan
demikian menurunkan efisiensi kerja badan. Konsentrasi COHb dalam darah
tergantung dari konsentrasi CO di udara, lamanya mengisap CO, dan besarnya

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 72


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

pertukaran udara dalam paru-paru. Hal yang terakhir ini dipengaruhi oleh
aktivitas tubuh, sedang tidur atau olah raga.

Di dalam darah secara alami terdapat 0,8% CO Hb sebagai hasil proses


katabolisme (pemecahan satu zat menjadi beberapa zat). Untuk perokok
tembakau kadar tersebut naik menjadi sekitar 15%. Bila kadar CO di udara
sekeliling lebih rendah dari nilai ekuilibrium, maka manusia mengeluarkan CO
sampai nilai ekuilibrium tercapai. Contoh nilai ekuilibrium adalah 117
miligram CO per mililiter udara pada kadar COHb dalam darah 16%. Pada nilai
ekuilibrium seseorang yang menghisap udara mengandung CO secara terus-
menerus tidak menyebabkan naiknya kadar COHb dalam darah. Gas CO tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak merangsang. Berat spesifik sama
dengan berat udara. Berat molekul 28. Daya larut dalam air adalah 3.5 mililiter
per 100 mililiter air pada suhu 0C, dan 1,5 mililiter pada suhu 600C. Gejala-
gejala keracunan CO sangat berbeda-beda tergantung dari derajat kekurangan
oksigen (hypoxia), dimana hal ini tergantung kepada kadar COHb dalam darah.
Pada konsentrasi CO di udara mencapai 0,1% menyebabkan penurunan
kapasitas darah dalam mengangkut oksigen sebesar 50%, sedangkan pada
kadar 0,05% menyebabkan orang pingsan. Pada lalu lintas yang ramai
terdapatnya kadar CO yang sangat kecil saja di udara, menyebabkan
berkurangnya daya penglihatan, turunnya daya konsentrasi, dan menurunnya
reaksi fisik.

Debu/Partikulat (PM10)
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa
alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan
industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan
jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi
yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber
pencemarannya telah banyak. Secara umum partikel yang mencemari udara
dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 73


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang


telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
saluran pernapasan atau pneumoconiosis.

Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel terhirup
ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru
menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel
yang berukuran kurang dari 5 mikron tertahan di saluran nafas bagian atas,
sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron tertahan pada saluran
pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3
mikron, masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli.
Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, ikut keluar saat nafas
dihembuskan. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam
paru-paru. Penyakit Pneumoconiosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis
partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis
penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak
kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis
dan Beriliosis.

Hasil sampling dan analisis kualitas udara ambien di lokasi kegiatan


berdasarkan hasil uji pemantauan kualitas udara pada Semester II Tahun 2021
disajikan pada Tabel 2.24.

Tabel 2. 24. Hasil analisis Kualitas Udara Ambien Semester II Tahun 2021
Hasil Uji pada Kode Sampel
No. Parameter Satuan BM*
1 2 3
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 900 44,4 38,1 47,6
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 400 54,4 41,7 <23,5
3 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 30000 9276,1 8359,9 8390,6
4 Hidrocarbon (HC) µg/Nm3 160 19,6 13,1 6,54
5 Amoniak (NH3) ppm 2 <0,4 <0,4 <0,4
6 Hidrogen sulfida (H2S) ppm 0,02 <0,006 <0,006 <0,006
7 Debu (TSP) µg/Nm3 230 193 211 173
Maks. 70
8. Kebisingan Lingkungan db(A)
Maks. 85
Sumber: PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021
Keterangan: 1 = Depan Kantor ; 2 = Dalam Pabrik ; 3 = Perumahan Karyawan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 74


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Dari hasil sampling udara ambien yang disajikan pada Tabel 2.24
menunjukkan kondisi kualitas udara di lokasi pengukuran tidak melewati NAB
yang ditetapkan Lampiran VII Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas udara masih dalam
kondisi baik pada tiga lokasi pemantauan.

Sebagai data penunjang telah dilakukan juga pengambilan sampel


udara emisi pada boiler no. 1, genset no. 2 dan insinerator no 1 dan 2 yang
dilakukan pada periode dan waktu yang sama dengan pengujian udara
ambien. Hasil uji emisi pada periode semester II Tahun 2021 dapat dilihat
pada Tabel 2.25 s.d. Tabel 2.27 berikut.

Tabel 2. 25. Data hasil uji kualitas emisi pada Boiler PT. Kharisma Wirajaya Palma
No. Parameter Satuan BM* Hasil Analisis Hasil Koreksi
1 Partikulat mg/m3 300 111 220
2 Sulfur Dioksida (SO2) mg/m3 600 29,8 59
3 Nitrogen Dioksida (NO2) mg/m3 800 165 327
4 Hidrogen klorida (HCl) mg/m3 5 <0,210 <0,210
5 Gas klorin (Cl2) mg/m3 5 0,3 0,6
6 Ammonia (NH3) mg/m3 1 0,4 0,8
7 Hidrogen Florida (HF) mg/m3 8 <0,002 <0,002
8 Opasitas % 30 25 -
9 Karbon Monoksida (CO) mg/m3 - 194 -
* Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII.

Tabel 2. 26. Data kualitas emisi pada Genset PT. Kharisma Wirajaya Palma
No. Parameter Satuan BM* Hasil Analisis Hasil Koreksi
1 Partikulat mg/m3 150 55,2 53,7
2 Sulfur Dioksida (SO2) mg/m3 800 14,4 14,02
3 Nitrogen Dioksida (NO2) mg/m3 1000 282 274
4 Karbon Monoksida (CO) mg/m3 600 172 167
5 Laju Alir Nm3/menit - 26,6 -
* Permen LH No. 13 Tahun 2009 Lampiran I.1.a.2 (Minyak)

Tabel 2. 27. Data kualitas emisi pada Insinerator PT. Kharisma Wirajaya Palma
Hasil Analisis
No. Parameter Satuan BM*
1 2
1 Opasitas % Maks. 35 32 34
* Kepmen LH No. 13 Tahun 1995 Lampiran VB

Berdasarkan tabel di atas hasil analisis kualitas emisi yang berasal dari
boiler, genset dan insinerator tidak dijumpai nilai yang melebih baku mutu yang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 75


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

ditetapkan untuk masing-masing unit mesin. Hal ini menunjukan bahwa kondisi
boiler, genset dan insinerator dalam kondisi prima dan layak pakai.

2. Kebisingan
Guna mengetahui tingkat kebisingan di lokasi kegiatan maka dilakukan
pengukuran tingkat kebisingan dengan interval waktu 30 menit pada periode
Semester II Tahun 2021. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu
Kep.48/MENLH/11/1996. Pengukuran tingkat kebisingan di lokasi kegiatan
disajikan pada Tabel 2.28.

Tabel 2. 28. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Lokasi Kegiatan


Kode Sampel
No. Parameter Satuan BM*
1 2 3
70*
1 Kebisingan *) dB 58 76 57
85**
Sumber: PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021
Keterang : 1 = Depan Kantor ; 2 = Dalam Pabrik ; 3 = Perumahan Karyawan
* = Kepmen LH No. 48/1996 (Baku Mutu Kebisingan di lingkungan pemukiman)
** = Permenakertrans No. 13/2011 (NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja)

Dari hasil pengukuran yang disajikan pada Tabel 2.28 terlihat bahwa
kondisi tingkat kebisingan di lapangan pada lokasi depan kantor sebesar 58
dB(A) dan perumahan 57 dB(A) hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada
kedua lokasi tidak melewati NAB yang ditetapkan dalam Kepmen LH No.
48/1996. Begitu juga untuk lokasi dalam pabrik (76 dBA) masih berada di
bawah NAB yang ditetapkan dalam Permenaker No. 5 Tahun 2018.

d. Kualitas Air Permukaan


Kualitas air permukaan sangat dipengaruhi oleh aktivitas/kegiatan
yang terdapat di sekitarnya, kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Kharisma
Wirajaya Palma yang menimbulkan dampak terhadap kualitas air permukaan
yaitu pemeliharaan tanaman TBM dan TM, serta pengolahan TBS.

Dampak terhadap kualitas air permukaan terjadi di sekitar lokasi outlet


IPAL yang berjarak 1,2 km dari areal PKS dan IPAL, dimana air limbah yang
telah diolah di kolam IPAL dibuang ke outlet dengan menggunakan pipa besi.
Dampak ini berlangsung secara terus menerus selama tahap operasi berjalan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 76


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Untuk mengetahui kualitas air permukaan di badan air penerima dampak dari
outlet IPAL yaitu air Sungai Tamaluku, maka dilakukan pengambilan sampel
air permukaan pada 3 titik yaitu air Sungai Tamaluku bagian hulu, air Sungai
Tamaluku bagian hilir dan outfall air Sungai Tamaluku. Pengambilan sampel
dilakukan pada bulan Desember tahun 2021.

Hasil pemantauan rona lingkungan awal air permukaan yang dilakukan


diperoleh dari hasil pengambilan sampel air permukaan pada tiga lokasi
sekitar kegiatan pabrik kelapa sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma. dapat
dilihat pada Tabel 2.29 di bawah ini.

Tabel 2. 29. Kualitas Air Permukaan Parit Alam Bagian Outfall, Hulu dan Hilir
Hasil Uji
No Parameter Uji Unit NAB
AP-1 AP-2 AP-3
Fisika:
1 Temperature - 25 25 25 Dev. 3
2 Total Dissolved Solid, TDS mg/L 326,8 30,82 28,82 1000
3 Total Suspended Solid, TSS mg/L 28,0 18,0 16,0 50
4 Daya Hantar Listrik S/cm 666,0 61,88 56,12 -
Kimia Anorganik:
1 pH - 8,02 6,62 4,69 6-9
2 Biological Oxygen Demand, BOD5 mg/L 10,147 0,6443 1,2885 3
3 Chemical Oxygen Demand, COD* mg/L 47,91 48,35 47,94 25
4 Dissolve Oxygen, DO mg/L 4,27 4,31 4,39 4
5 Total Phosphate as P mg/L 0,279 0,0810 0,0662 0,2
6 Nitrogen, Nitrate as N (NO3-N) mg/L 2,2 1,6 1,6 10
7 Nitrogen, Nitrite as N (NO2-N) mg/L 0,0546 0,0212 0,0198 0,06
8 Ammonia, NH3N mg/L 0,916 0,302 0,179 0,2
9 Cobalt, Co mg/L <0,009 <0,009 <0,009 0,2
10 Cadmium, Cd mg/L <0,003 <0,003 <0,003 0,01
11 Chromium hexavalent, Cr6+ mg/L <0,025 <0,025 <0,025 0,05
12 Copper, Cu mg/L <0,008 <0,008 <0,008 0,02
13 Iron, Fe mg/L 0,729 0,750 0,761 -
14 Lead, Pb mg/L <0,025 <0,025 <0,025 0,03
15 Manganese, Mn mg/L 0,0420 0,0340 0,0363 -
16 Zinc, Zn mg/L 0,0329 0,0307 0,0535 0,05
17 Chloride, Cl mg/L 66,528 8,8704 7,8848 300
18 Fluoride, F mg/L 0,659 <0,181 <0,181 1,5
19 Sulphat mg/L 18,0 21,0 17,6 300
20 Hydrogen Sulfide, H2S mg/L 0,013 0,012 0,011 0,002
Kimia Organik:
1 Oil and Grease mg/L <5 <5 <5 1
2 Surfactants, MBAS mg/L <0,150 <0,150 <0,150 0,2
3 Senyawa Fenol mg/L <0,005 <0,005 <0,005 0,002
Keterangan :
AP-1 = Air Permukaan Parit Alam Bagian Outfall Sungai/Bagian Tengah (E=100 55’51,1” ; N=049’39,8”);
AP-2 = Air Permukaan Parit Alam Bagian Hulu (E=10055’50,5” ; N=049’39,1”);
AP-3 = Air Permukaan Parit Alam Bagian Hilir (E=10055’50,9” ; N=049’30,3”);
NAB = Peraturan Pemerintah No. 22/2021 (Lampiran VI Kelas II)
Sumber : UPT Laboratorium Bahan Konstruksi Dinas PUPR Provinsi Riau, 2021

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 77


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Berdasarkan Tabel 2.29 di atas kualitas air permukaan yang ada di lokasi
pabrik kelapa sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma umumnya menunjukan nilai
parameter dalam Nilai Ambang Batas (NAB) kecuali pada parameter pH bagian
hilir, Chemical Oxygen Demand (COD) baik pada bagian outfall, hulu dan hilir
Sungai Tamaluku. Nilai ketiga parameter tersebut sudah berada diluar NAB yang
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 (Lampiran VI).

e. Kualitas Limbah Cair Produksi


PKS dengan kapasitas pengolahan 60 ton TBS/jam dapat menghasilkan
limbah cair maksimum 0,8 m3/ton TBS X 60 ton TBS/jam X 20 jam/hari = 960
m3 per hari. Sedangkan pada pabrik kelapa sawit PT KWP, limbah cair dari
proses pengolahan kelapa sawit dapat menghasilkan limbah cair antara 1.152
- 1.440 m3 per hari yang bersumber dari kondensat rebusan, air klarifikasi dan
air limbah claybath.

Debit dan kualitas air limbah dikalkulasi/dihitung dengan


menggunakan data masuk/keluarnya air, masuk/keluarnya substansi di
setiap proses produksi yang direncanakan. Selain itu, tidak hanya tentang air
buangan, perlu juga mengetahui informasi tentang debit & kualitas air di
sungai tempat air hasil olahan dialirkan, kondisi penggunaan air, kehidupan di
bawah air, standar LH dan lainnya.

Prinsip dasar pengolahan air limbah adalah sedapat mungkin


menurunkan debit air & konsentrasi pencemar sebelum air limbah diolah
melalui kontrol terhadap proses produksi yang benar. Pola pikir untuk
berusaha keluar dari pengolahan di akhir/ujung pipa (end of pipe) setelah
mengumpulkan beban pencemar yang dibuang dari berbagai sumber
pencemar.

Pengukuran debit aliran limbah cair dilakukan dengan cara mengambil


titik awal ketinggian hasil limbah cair tersebut di dalam fat pit kemudian
setelah 5 menit dilakukan pengukuran kembali berapa kenaikan hasil limbah
cair tersebut dengan kondisi pompa yang mengumpankan limbah ke kolam

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 78


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

limbah telah dimatikan agar hasil pengukuran tersebut akurat. Setelah


mendapat hasil berapa kenaikan hasil limbah cairnya dikalkulasikan dengan
per jam limbah cair yang dihasilkan berdasarkan kapasitas olah dan jam olah
pabrik.

Karakteristik mutu limbah cair berdasarkan hasil pengukuran dan


pengujian sampel yang dilakukan pada Kolam ke-18 (Desember 2022) dan
kolam ke-22 (Januari dan April 2022) dapat dilihat pada Tabel 2.30 di bawah
ini.

Tabel 2. 30. Kualitas Limbah Cair pada Kolam IPAL PT. Kharisma Wirajaya Palma
Kolam ke-18 Kolam ke-22
No Parameter Uji Satuan NAB
Des ’21 Jan ‘22 Apr ‘22
1 pH - 8,12 6,96 8,28 6-9
2 BOD5 mg/L 24,16 80,53 64,41 100
3 COD mg/L 255,38 276,01 191,75 350
4 Minyak & Lemak mg/L 7,01 6,15 6,7511 25
5 Nitrogen Total mg/L 42,96 38,80 39,80 50
6 TSS mg/L 52,00 56,00 32,00 250
Sumber : UPT Laboratorium Bahan Konstruksi Dinas PUPR Provinsi Riau

Berdasarkan Tabel 2.30 di atas, terlihat fluktuasi nilai parameter


kualitas limbah cair yang masuk ke dalam kolam IPAL baik pada kolam 18
maupun pada kolam 22. Nilai parameter uji limbah cair pada kedua kolam
tersebut menunjukan hasil di bawah Nilai Ambang Baku (NAB) mutu kualitas
limbah cair yang tertuang dalam Lampiran III Permen LHK No. 5 Tahun 2014.

Pengukuran volume dan debit pada unit kolam IPAL dapat dijelaskan
sebagai berikut.

• Diketahui LCPKS = 1.440 m3 per hari


= 1.440 liter Total TSS
• Rata-rata nilai TSS per bulan = (12+20+40) / 3 bulan = 24 mg/l
• TSS per hari = 24 mg/l x 1.440 liter = 34.560 mg
= 34,56 kg
• TSS per tahun = TSS/hari x Hari Kerja Efektif
= 34,56 kg x 297 hari
= 10.264,32 kg = 10,26 ton

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 79


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

f. Kualitas Air Limbah Domestik


Sumber air limbah domestik berasal dari kegiatan MCK karyawan
(mess dan kantor), cuci tangan, pencucian kendaraan. Jumlah air limbah
domestik yang dihasilkan setiap harinya dari kegiatan tersebut dapat
mencapai 70 m3/hari (70%) dari penggunaan air bersih sebanyak 100 m 3 per
hari. Dari jumlah air buangan domestik ini sebanyak 59,5 m3 (85%) masuk dan
diolah pada IPAL Domestik dan sisanya sebesar 15% (10,5 m3) masuk ke
dalam septic tank dan terserap ke dalam pori-pori tanah.

Berdasarkan jumlah air limbah domestik yang dihasilkan tersebut di atas


dan berdasarkan jumlah tenaga kerja operasi (± 107 orang) yang menggunakan
air bersih maka dapat diperoleh debit air limbah domestik yang dihasilkan per
orang dalam satu hari rata-rata sebanyak 654,21 liter/orang/hari.

Karakteristik mutu air limbah domestik berdasarkan hasil pengukuran


dan pengujian sampel yang dilakukan pada bulan Juni 2021 dapat dilihat pada
Tabel 2.31 di bawah ini.

Tabel 2. 31. Kualitas Air Limbah Domestik


Hasil Uji
No Parameter Uji Unit NAB
ALD-1 ALD-2
Fisika:
1 Temperature C 28,6 28,6 -
2 Total Suspended Solid, TSS mg/L 20 11 30
Kimia:
1 pH - 6,05 6,00 6-9
2 Biological Oxygen Demand, BOD5 mg/L 4,43 4,53 30
3 Chemical Oxygen Demand, COD mg/L 35,41 36,25 100
4 Ammonia, NH3-N mg/L 9,25 8,43 10
5 Oil & Grease mg/L < 0,6 < 0,6 5
Bakteri:
1 Total Coliform MPN/100 mL 3500 2100 3000
Keterangan :
ALD-1 = Air Limbah Domestik Bagian Inlet; ALD-2 = Air Limbah Domestik Bagian Outlet;
NAB = Per Men LHK No 68 Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 2.31 di atas, terlihat perbandingan kualitas air


limbah domestik yang masuk dengan yang keluar menunjukan hasil uji
parameter yang berbeda. Umumnya parameter uji air limbah pada bagian
outlet menunjukan nilai parameter uji yang lebih rendah dibandingkan nilai

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 80


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

parameter kualitas air yang berada di bagian inlet kecuali BOD5 dan COD.
Tingginya nilai BOD5 dan COD pada bagian outlet menunjukan bahwa telah
terjadi proses pengendapan pada kolam IPAL. Meskipun nilai BOD5 dan COD
pada bagian outlet lebih tinggi dari pada bagian inlet, nilai kedua parameter
tersebut masih jauh di bawah Nilai Ambang Baku (NAB) mutu kualitas air
limbah domestik yang tertuang dalam Permen LHK No. 68 Tahun 2016. Begitu
juga halnya dengan nilai Total Coliform yang diuji pada kedua titik sampling.
Pada bagian outlet (ALD-2) menunjukan nilai Total Coliform yang lebih rendah
dibandingkan pada bagian inlet (ALD-1).

g. Hidrologi
Secara hidrologis daerah studi termasuk dalam ekosistem Daerah
Aliran Sungai (DAS) Kampar yang bagian hulunya berasal dari Sungai Tapung
Kanan yang mengalir dari arah Barat menuju pantai Timur Sumatera. Sungai
Tapung Kanan merupakan muara sungai dari beberapa aliran sungai dan anak
sungai lainnya, diantaranya adalah Sungai Lindai, Sungai Sontang, Sungai
Tamaluku, Sungai Kepanasan dan anak-anak sungai lainnya. Kondisi hidrologi
wilayah studi disajikan pada Gambar 2.17.

B. Rona Lingkungan Sosial

a. Demografi
Kegiatan pabrik kelapa sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma secara
administrasi berada wilayah pemerintahan Desa Danau Lancang, Kecamatan
Tapung Hulu, Kabupaten Kampar. Kegiatan PKS cenderung memberikan dampak
pada aspek sosial baik dampak positif maupun dampak negatif.

Dampak positif yang muncul yaitu terbukanya lapangan kerja dan


peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Selain dampak
positif, kemungkinan juga dampak negatif yang timbul antara lain; adanya
keresahan masyarakat dan persepsi masyarakat yang disebabkan oleh kerugian
dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 81


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 17. Peta Kondisi Hidrologi Sekitar Lokasi Kegiatan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 82


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Masyarakat yang terkena dampak dari kegiatan pabrik kelapa sawit PT.
Kharisma Wirajaya Palma ini adalah masyarakat yang berada di sekitar lokasi
kegiatan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data sekunder bahwa
jumlah penduduk di Desa Danau Lancang pada Tahun 2021 sebanyak 17.124
jiwa dengan sex rasionya adalah 110,3 dan kepadatan penduduk 38 jiwa per
kilometer. Untuk lebih jelas diuraikan dalam Tabel 2.32 berikut ini.

Tabel 2. 32. Jumlah Penduduk di Kecamatan Tapung Hulu


Laju
Penduduk Kepadatan Rasio Jenis
No. Desa/Kelurahan Pertumbuhan
(ribu) (Per Km2) Kelamin
(Per/Tahun)
1 Kasikan 14.175 0,98 9 107,3
2 Rimba Beringin 5.681 0,9 127 107,4
3 Senama Nenek 11.030 -1,96 39 107
4 Bukit Kemuning 4.490 1,37 242 104,1
5 Danau Lancang 17.124 1,07 38 110,3
6 Suka Ramai 8.105 0,35 98 106.5
7 Kusau Makmur 4.395 2,98 82 103,6
8 Sumber Sari 4.578 1,04 117 103,5
9 Talang Danto 3.114 -1,17 169 106,5
10 Muara Intan 744 -0,85 75 101,1
11 Intan Jaya 1.091 -1,57 185 108,6
12 Tanah Datar 1.416 1,96 517 106,1
13 Rimba Makmur 2.098 0,26 207 101
14 Rimba Jaya 2.067 3,27 92 99,9
Total 80.108 0,48 68 106,9
Sumber data : Kecamatan Tapung Hulu Dalam Angka, 2021

b. Sosial Ekonomi
Secara umum jenis pekerjaan masyarakat di Kecamatan Tapung Hulu
adalah petani dan buruh tani. Hal ini dibuktikan dengan data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Kampar bahwa Kecamatan Tapung memiliki lahan kelapa
sawit terluas dibandingkan dengan kecamatan lain yang berada di Kabupaten
Kampar yaitu seluas 54.510 Ha pada Tahun 2021. Disamping itu terdapat juga
penduduk yang bekerja di sektor swasta, perdagangan dan lain sebagainya.

Tabel 2. 33. Jumlah Fasilitas Akomodasi di Kecamatan Tapung Hulu

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 83


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Pasar Semi Pasar Tanpa


No. Desa/Kelurahan Toko Swalayan Warung
Permanen Bangunan
1 Kasikan 5 1 - 5 200
2 Rimba Beringin - - - 1 40
3 Senama Nenek - 3 - - 117
4 Bukit Kemuning 1 1 - 1 40
5 Danau Lancang - 2 2 - 123
6 Suka Ramai 8 1 1 2 135
7 Kusau Makmur - - - - 16
8 Sumber Sari 1 - - - 40
9 Talang Danto - - 1 1 33
10 Muara Intan - - - - 7
11 Intan Jaya - 1 - 1 21
12 Tanah Datar - 1 - - 10
13 Rimba Makmur 3 2 - - 2
14 RimbaJaya 1 1 - 2 10
Total 19 13 4 13 794
Sumber data : Kecamatan Tapung Hulu Dalam Angka, 2021

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitar lokasi


kegiatan adalah sebagai berikut.

1. Jenis Pekerjaan
Gambaran tentang jenis usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat di Desa Danau Lancang pada saat ini diperoleh informasi bahwa
terdapat empat jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya
untuk memperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga mereka. Jenis pekerjaan tersebut yaitu; sebagai petani,
pedagang, karyawan swasta dan wiraswasta. Disamping pekerjaan sebagai
petani sawit, juga terdapat masyarakat yang bekerja sebagai pedagang dan
berwiraswasta serta yang bekerja sebagai karyawan swasta pada perkebunan
kelapa sawit.

Pekerjaan yang dilakukan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 2.34
berikut ini.

Tabel 2. 34. Jumlah Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2022

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 84


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

No Pekerjaan Frekuensi Persen (%)


1 Petani 16 53,3
2 Buruh 4 13,3
3 Wiraswasta/pedagang 4 13,3
4 Karyawan Swasta 4 13,3
5 Lainnya 2 6,7
Total 30 100,0
Sumber: Olahan Data Primer Tahun 2022

Tabel di atas menjelaskan jenis pekerjaan responden terbanyak adalah


yang bekerja sebagai petani yang dijumpai sebanyak 53,3 %, sedangkan
sisanya bekerja sebagai buruh tani, pedagang, karyawan swasta dan lainnya.

Gambar 2. 18. Warung milik penduduk Desa Danau Lancang

Gambar 2. 19. Usaha Bengkel milik Penduduk Desa Lancang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 85


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Gambar 2. 20. Kondisi Pemukiman Penduduk Desa Danau Lancang

2. Penghasilan Rumah Tangga


Tingkat penghasilan masyarakat pada setiap bulannya bervariasi mulai
dari tingkat penghasilan yang paling rendah yaitu sebesar 2,5 juta hingga 7,2,
juta rupiah perbulan. Dengan tingkat penghasilan yang demikian, masyarakat
umumnya sudah dapat membiayai keluarganya dalam memenuhi kebutuhan
mereka.

Lebih lanjut dapat dianalisis tingkat pendapatan rata-rata keluarga


dimana rata-rata setiap rumah tangga memiliki penghasilan sebesar Rp
4.139.000 per bulan. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan besarnya upah
minimum yang diperoleh maka pendapatan masyarakat secara rata-rata dapat
digolongkan sudah baik.

Penghasilan yang diperoleh akan digunakan untuk memenuhi


kebutuhan keluarga, dimana tidak semua perolehan hasil usaha akan
digunakan untuk kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan keluarga pada setiap
bulannya akan disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga tersebut. Untuk
tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 86


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tabel 2. 35. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Responden/bln


Tahun 2022
No Tingkat Pendapatan Frekuensi Persen (%)
1 Rp. 1.000.000,- Rp. 1.500.000 4 13,3
2 Rp. 1.500.000,- Rp. 2.000.000 5 16,7
3 Rp. 2.000.000,- Rp. 2.500.000 2 6,7
4 Rp. 2.500.000,- Rp. 3.000.000 1 3,3
5 Di atas Rp. 3.000.000 18 60,0
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Besarnya pengeluaran rumah tangga masyarakat untuk memenuhi


kebutuhan hidup besarannya sudah tentu akan lebih kecil dari penghasilan
yang diperoleh, sehingga keluarga akan mempunyai tabungan/simpanan dana
yang sewaktu-waktu dapat digunakan jika ada keperluan yang mendesak atau
yang bersifat eksiden. Sebahagian besar masyarakat besarnya pengeluaran
rumah tangga berkisar antara 2,8 – 3,5 juta rupiah per bulan. Untuk lebih
jelasnya disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 36. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran Responden/bln


Tahun 2022
No Tingkat Pengeluaran Frekuensi Persen (%)
1 Rp. 1.500.000,- Rp. 2.000.000 1 3,3
2 Rp. 2.000.000,- Rp. 2.500.000 5 16,7
3 Rp. 2.500.000,- Rp. 3.000.000 10 33,3
4 Di atas Rp. 3.000.000 14 46,7
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

c. Sosial Budaya
1. Adat dan Kebiasaan
Interaksi yang terjadi dalam pergaulan sehari-hari antar warga
masyarakat di wilayah studi didasarkan pada asas kerukunan berwarga. Adat
dan kebiasaan yang berlaku di dalam kehidupan bersama didasarkan pada
adat dan kebiasaan pada etnis yang dominan. Dilihat dari etnik yang terdapat
di wilayah studi relatif heterogen, etnis mayoritas adalah etnis Jawa, meskipun
terdapat penduduk yang berasal dari etnik lainnya seperti Batak, Melayu,
Minangkabau, Sunda namun dalam jumlah yang relatif kecil.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 87


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Hasil studi menjelaskan bahwa etnis mayoritas adalah etnis Jawa, etnis
Melayu, Sunda, Minangkabau dan Batak. Dalam kehidupan sehari-hari
pergaulan antar etnis di wilayah studi lebih didominasi oleh etnis Jawa. Tata
cara kehidupan bersama diatur dalam norma adat dan sopan santun dalam
pergaulan. Peranan tokoh adat dan tokoh agama di dalam kehidupan
bermasyarakat masih dominan, hal ini terlihat jika terjadi kesalah pahaman
diantara para warga maka akan diselesaikan melalui tetua kampung dan
apabila hal-hal yang bersifat kriminal barulah penyelesaiannya dilakukan
secara hukum dengan melibatkan aparat kepolisian.

Organisasi yang tumbuh di dalam masyarakat yang membentuk suatu


kelembagaan untuk memenuhi keinginan dan tujuan kehidupan bersama pada
masyarakat di wilayah studi seperti Lembaga Musyawarah Desa, organisasi
kepemudaan, Koperasi, lembaga keagamaan dan lembaga adat yang
peranannya masih terlihat jelas dalam kehidupan bermasyarakat. Disamping
organisasi tersebut terdapat juga organisasi informal seperti perkumpulan
kematian dan wirid pengajian.

Sikap keterbukaan masyarakat dalam menerima pendatang terlihat


cukup baik, hal terlihat dengan adanya pendatang di daerah tersebut. Disisi
lain kerukunan dalam kehidupan bersama antar etnis dapat dibuktikan
dengan adanya amalgamasi (perkawinan campuran) antar etnis. Norma-
norma yang berkembang di dalam masyarakat menghindari adanya sikap
yang mengarah kepada etnosentrisme dan menghindari adanya sikap yang
stereotip terhadap etnis lainnya.

2. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah jenjang pendidikan
formal yang ditamatkan. Kualitas sumberdaya manusia sangat tergantung dari
kualitas pendidikan, oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting. Untuk memperoleh kualitas pendidikan yang memadai tidak

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 88


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu tersedianya


gedung serta guru sebagai motor pendidikan.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan terlihat bahwa tingkat


pendidikan yang ditamatkan masyarakat umumnya cukup bervariasi, dimana
tingkat pendidikan yang ditamatkan masih terdapat pada tiga jenjang
pendidikan yakni jenjang pendidikan dasar, SLTP dan SLTA.

Tabel 2. 37. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2022


No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%)
1 Tidak Tamat 1 3,3
2 SD 3 10,0
3 SMP 8 26,7
4 SMA 17 56,7
5 PT 1 3,3
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022.

Tabel di atas menjelaskan tingkat pendidikan responden dimana yang


tingkat pendidikan terbanyak adalah yang berpendidikan SLTA yakni
sebanyak 56,7 %. Hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan penduduk
di sekitar lokasi kegiatan tergolong cukup tinggi.

Gambar 2. 21. Fasilitas Pendidikan di Desa Danau Lancang

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sangat menentukan


kualitas pendidikan masyarakat di sekitarnya. Selain tersedianya sarana
pendidikan berupa gedung sekolah, keberhasilan pembangunan pendidikan
juga ditentukan oleh ketersediaan tenaga pengajar atau guru. Analisis lebih

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 89


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

lanjut tentu tidak hanya melihat ketersediaan guru tapi juga kualitas dan
tingkat kemampuan mentransfer ilmu ke anak didik.

3. Agama
Agama merupakan salah satu aspek dari sosial budaya, dengan agama
yang dianutnya, maka orang tersebut akan menjalankan aturan-aturan serta
ritual yang sesuai dengan agama mereka yakini.

Secara demografis, masyarakat di wilayah studi adalah masyarakat


yang sangat intens dengan nuansa kultural religius Islami, bahkan sampai
pada tingkat fanatisme. Islam adalah agama mayoritas masyarakat di desa
studi, disamping adanya pemeluk agama minoritas lainnya. Heterogenitas
etnis dan budaya secara sosial dapat dipersatukan oleh homogenitas agama,
yaitu Islam.

Tabel 2. 38. Jumlah Responden Berdasarkan Agama yang Dianut


No Jenis Agama Jumlah Persen (%)
1 Islam 27 90,0
2 Kristen 3 10,0
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022.

Tabel di atas menjelaskan bahwa mayoritas agama yang dianut oleh


responden di sekitar lokasi studi adalah beragama islam sebanyak 90 %.

Gambar 2. 22. Masjid Jami’ Desa Lancang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 90


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

d. Kesehatan Masyarakat
Aspek kesehatan masyarakat yang menjadi fokus perhatian di wilayah
studi meliputi fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan yang terdapat
di wilayah studi. Di Desa Danau Lancang terdapat 3 unit balai pengobatan.
Sedangkan rumah sakit terdekat berada di Desa Talang Danto Kecamatan
Tapung Hulu. Meskipun demikian akses ke fasilitas kesehatan antar desa di
Kecamatan Tapung Hulu tidak sulit dijangkau sehingga tidak ada kendala
berarti selama ini. Pada tahun 2019 terdapat 4 bayi di Desa Danau Lancang
yang menderita gizi buruk. Selanjutnya dilihat penyakit yang pernah diderita
oleh para responden dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2. 39. Jumlah Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menderita Penyakit


Pernapasan Dalam Tahun ini
No Pengalaman Frekuensi Persen (%)
1 Pernah 18 60,0
2 Sering terjadi 1 3,3
3 Tidak pernah 11 36,7
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Sebagian besar (60%) menyatakan pernah mengalami masalah


pernafasan dalam tahun 2021 hingga tahun 2022 ini. Gejala yang dirasakan
adalah sesak. Hanya sebagian kecil yang menyatakan tidak pernah mengalami
gangguan pernafasan. Hal ini menunjukkan ada beberapa faktor penyebab
gangguan pernafasan yaitu faktor eksternal dari paparan debu dan bau dari
lingkungan sekitar dan faktor internal yaitu dari daya tahan tubuh responden
sendiri yang kurang kuat.

Tabel 2. 40. Jumlah Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menderita Penyakit


Batuk Dalam Tahun ini
No Pengalaman Frekuensi Persen (%)
1 Pernah 18 60,0
2 Sering terjadi 1 3,3
3 Tidak pernah 11 36,7
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 91


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tabel di atas menjelaskan dimana responden yang pernah menderita


penyakit Batuk pada tahun ini di temukan sebanyak 60 % dan yang tidak
pernah sebanyak 36,7 % dan bahkan yang menyatakan sering dan berulang-
ulang adalah sebanyak 3,3 %, dan kondisi ini menggambarkan kondisi udara
yang kurang baik di desa lokasi studi.

Tabel 2. 41. Jumlah Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menderita Penyakit


Pilek Dalam Tahun ini
No Pengalaman Frekuensi Persen (%)
1 Pernah 17 56,7
2 Sering terjadi 11 36,7
3 Tidak pernah 2 6,7
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Tabel di atas menjelaskan dimana responden yang pernah mengalami


penyakit Batuk Pilek dalam tahun ini adalah sebanyak 56,7 %.

Tabel 2. 42. Jumlah Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menderita Penyakit


Mata Dalam Tahun ini
No Pengalaman Frekuensi Persen (%)
1 Pernah 16 53,3
2 Tidak pernah 14 46,7
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Sebagian besar responden (53,3%) mengaku pernah menderita sakit


mata dalam tahun 2021. Angka ini merupakan angka yang cukup besar untuk
mengukur seberapa besar dampak dari lingkungan sekitar sehingga dapat
menjadi penyebab munculnya sakit mata sehingga perlu adanya pengelolaan
lingkungan yang lebih baik.

Tabel 2. 43. Jumlah Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menderita Penyakit


Pendengaran Dalam Tahun ini
No Pengalaman Frekuensi Persen (%)
1 Pernah 6 20,0
2 Tidak pernah 24 80,0
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 92


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Terkait sakit pendengaran sebagian besar responden (80%)


menyatakan tidak pernah mengalaminya pada tahun 2021. Hanya sebagian
kecil responden yang mengalami sakit telinga.

Tabel 2. 44. Jumlah Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menderita Penyakit


Perut Dalam Tahun ini
No Pengalaman Frekuensi Persen (%)
1 Pernah 20 66,7
2 Sering terjadi 7 23,3
3 Tidak pernah 3 10,0
Total 30 100,0
Sumber ; Olahan Data Primer Tahun 2022

Penyakit Diare merupakan penyakit yang juga tergolong banyak


diderita oleh para responden dari 30 orang responden yang pernah menderita
penyakit Diare dalam tahun ini adalah sebanyak 66,7%.

Tabel 2. 45. Jumlah Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menderita Penyakit


Kulit Dalam Tahun ini
No. Pengalaman Frekuensi Persen (%)
1 Pernah 9 30,0
2 Sering terjadi 1 3,3
3 Tidak pernah 20 66,7
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Sebagian besar (66,7%) responden tidak pernah mengalami sakit kulit


dalam tahun 2021. Hanya sebagian kecil saja responden yang menyatakan
pernah mengalaminya, namun masih bisa disembuhkan dan tidak berdampak
signifikan pada kesehatan mereka.

Tabel 2. 46. Jumlah Respomden Berdasarkan Cara Mengobati Penyakit Yang Diderita
No Penyakit Kulit Frekuensi Persen (%)
1 Pengobatan Tradisional 2 6,7
2 Membeli Obat di Toko Obat 9 30,0
3 Berobat ke puskesmas/klinik 18 60,0
4 Berobat ke Rumah sakit/dokter praktek 1 3,3
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 93


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

60% responden memilih berobat ke puskesmas atau klinik terdekat


jika mengalami sakit. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
sudah berfikir lebih maju dalam hal pengobatan penyakit. Hanya sebagian
kecil responden yang berobat ke bidan kampung/dukun ketika mengalami
sakit. Jika penyakitnya tidak terlalu parah maka merekalebih memilih
membeli obat generik yang banyak dijual di warung-warung terdekat.

Persyaratan air minum sesuai dengan Permenkes Nomor 492 Tahun


2010 yaitu : Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berdasarkan dari
laporan yang diterima dari pemegang program kesehatan lingkungan
persentase keluarga menurut jenis air bersih yang digunakan dapat dilihat
dalam tabel berikut.

Gambar 2. 23. Jumlah Responden Berdasarkan Sumber Air MCK Tahun 2022
No Sumber Air MCK Frekuensi Persen (%)
1 Air Hujan 3 10,0
2 Air Sumur 27 90,0
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Tabel di atas menjelaskan dimana sumber air untuk MCK dalam rumah
tangga mereka sebagian besar berasal dari air sumur gali, sedangkan sumber
air minum semuanya menyatakan dari air galon.

Tabel 2. 47. Jumlah Responden Berdasarkan Aktivitas BAB Tahun 2022


No. Status Frekuensi Persen (%)
1 Tidak memiliki WC atau Jamban 14 46,7
2 WC milik bersama 1 3,3
3 WC milik pribadi 15 50,0
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Sebagian responden sudah memiliki jamban/ WC pribadi, namun


masih terdapat 46,7 % responden yang tidak memiliki fasilitas WC pribadi
sehingga aktivitas BAB masih ada yang dilakukan tidak sesuai dengan standar
kebersihan dan kesehatan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 94


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Terkait pengelolaan sampah rumah tangga, sebagian besar responden


membakar sampah dipekarangan rumah mereka, kegiatan membakar sampah
sebenarnya sangat tidak dianjurkan dalam kesehatan namun tidak ada pilihan
lain bagi masyarakat karena tidak ada tim yang khusus mengangkut sampah
di Desa Lancang sehingga membakar sampah sudah menjadi kebiasaan
masyarakat turun temurun. Hanya sebagian kecil responden yang tidak
mengolah sampah rumah tangga (6,7%). Untuk lebih jelas bisa dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 2. 48. Jumlah Responden Berdasarkan Cara mengelola Sampah Rumah Tangga
Tahun 2022
No. Cara mengelola Frekuensi Persen (%)
1 Sampah di buang ke sungai/parit atau 2 6,7
tempat lainnya
2 Sampah dikumpulkan dan dibakar atau 28 93,3
dijadikan pupuk
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

e. Persepsi dan Sikap Masyarakat


Sub bab ini akan mengkaji bagaimana persepsi dan sikap masyarakat
terhadap kegiatan pabrik kelapa sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma yang
telah berjalan sejak tahun 2016. Untuk melihat persepsi dan sikap masyarakat
dapat dikaji dari manfaat dan kerugian yang dirasakan, apabila lebih banyak
kerugian yang dirasakan maka ada kecenderungan orang akan berpersepsi
negatif dan sebaliknya apabila banyak manfaat yang dirasakan maka orang
akan cenderung berpersepsi positif.

Manfaat yang paling utama dirasakan yaitu adanya kerjasama


perusahaan dengan masyarakat dalam penerimaan tandan buah segar (TBS)
yang berasal dari hasil perkebunan masyarakat. Manfaat lainnya yaitu
terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang mau bekerja sebagai
buruh/karyawan di perusahaan ini, disamping adanya bantuan-bantuan sosial
yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat sekitarnya. Kegiatan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 95


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Corporate Social Responsibility (CSR) yang sudah dilakukan secara permanen


dan berjalan dengan baik yaitu:

• Bantuan pendidikan (pemberian beasiswa dan bantuan dana honor


guru),
• Bantuan fisik berupa material bahan bangunan untuk pembangunan
rumah ibadah dan jalan
• Bantuan sosial seperti bantuan dalam rangka menyambut hari besar
keagamaan, hari besar nasional kegiatan lainnya.
• Penimbunan jalan akses sekitar PKS
• Pembagian Sembako untuk Warga Desa Danau Lancang menyambut
Idul Fitri dan Warga Sekitar PKS yang merayakan Natal
• Pembangunan Pagar SD Danau Lancang
• Pelaksanaan dan Pengadaan Program Vaksin di PKS

Gambar 2. 24. Pelaksanaan Program CSR oleh PT. Kharisma Wirajaya Palma

Berdasarkan hasil studi 86,7 % responden menyatakan setuju dan


menerima keberadaan PT. Kharisma Wirajaya Palma, hal ini karena adanya
dampak positif, baik langsung maupun tidak langsung yang mereka rasakan,
terdapat 15% responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju 0%
seperti disajikan pada tabel berikut ini.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 96


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tabel 2. 49. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Penerimaan


Terhadap Aktivitas PT. Kharisma Wirajaya Palma
Hasil
No Sikap Responden
Jumlah (Orang) Jumlah (%)
1 Setuju 26 86,7
2 Kurang Setuju 4 13,3
Total 30 100,0
Sumber: Data primer Tahun 2022

Salah satu wujud penerimaan itu ialah masyarakat selama ini hampir
tidak pernah melakukan sikap antipati terhadap perusahaan, pandangan
masyarakat tersebut dilandasi atas manfaat yang pernah diterima, seperti
perekrutan tenaga kerja rekanan yang mengutamakan masyarakat tempatan
dan bantuan-bantuan lain yang diberikan oleh PT. Kharisma Wirajaya Palma
kepada masyarakat setempat.

Tabel 2. 50. Pandangan Responden Tentang Manfaat Keberadaan Pabrik Kelapa Sawit
PT. Kharisma Wirajaya Palma Bagi Masyarakat
Hasil
No Sikap Responden
Jumlah (Orang) Jumlah (%)
1 Terbukanya Kesempatan Kerja 22 73,3
2 Terbukanya Peluang Usaha 2 6,7
3 Desa jadi lebih maju 6 20,0
Total 30 100,0
Sumber: Data primer Tahun 2022

Tabel di atas menjelaskan dimana kegiatan pabrik kelapa sawit PT.


Kharisma Wirajaya Palma bermanfaat sekitar desa mereka. Sebagian besar
responden mengatakan bahwa manfaat yang dirasakan masyarakat adalah
terkait kesempatan kerja (73,3 %).

Disamping mendatangkan manfaat bagi kehidupan masyarakat di


sekitar lokasi studi, keberadaan pabrik kelapa sawit PT. Kharisma Wirajaya
Palma juga membawa dampak negatif bagi masyarakat seperti diuraikan pada
tabel berikut ini.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 97


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tabel 2. 51. Pandangan Responden Tentang Resiko Keberadaan Pabrik Kelapa Sawit
PT. Kharisma Wirajaya Palma Bagi Masyarakat
Hasil
No Sikap Responden
Frekuensi Jumlah (%)
1 Bangkitan Lalu Lintas 10 33,3
2 Rawan Kecelakaan Lalu Lintas 2 6,7
3 Gangguan Debu dan Bau 17 56,7
4 Kebisingan 1 3,3
Total 30 100,0
Sumber: Data primer Tahun 2022

Kdgiatan mobilitas kendaraan saat kegiatan operasional pabrik kelapa


sawit menurut sebagian responden menyebabkan terjadinya bangkita lalu
lintas (33,3%). Sedangkan dampak lain yang dirasakan setiap hari oleh
masyarakat adalah gangguan debu dan bau yang berasal dari operasional PKS
PT. Kharisma Wirajaya Palma. Oleh sebab itu perlu dilakukan lagi pengelolaan
khusus oleh pihak perusahaan guna meminimalisir dampak negatif tersebut.

f. Harapan Masyarakat
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan
kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung
pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan
kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha
dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan
mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada
umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat
persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud,
pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal
yang lebih baik atau meningkat.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 98


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Harapan masyarakat pada saat kegiatan operasional PKS PT. Kharisma


Wirajaya Palma sesuai dengan Norma-norma masyarakat. Disamping itu guna
meningkatkan persepsi positif masyarakat sekitar area operasi Kegiatan PT.
Kharisma Wirajaya Palma dapat memberikan bantuan melalui pengembangan
program CSR. Menurut pandangan masyarakat aktivitas PT. Kharisma
Wirajaya Palma memberikan dampak Positif seperti terlihat pada Tabel
berikut.

Tabel 2. 52. Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Positif Tahun 2022


Hasil
No Sikap Responden
Jumlah (Orang) Jumlah (%)
1 Lowongan Kerja Untuk 22 73,3
Warga Desa
2 Bantuan Untuk Kegiatan 4 13,3
Sosial dan Agama
3 Berpartisipasi dengan 1 3,3
Masyarakat
4 Mampu menjaga keamanan 2 6,7
dan kenyamanan
masyarakat
Tidak ada Harapan 1 3,3
Total 30 100,0
Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2022

Tabel di atas dapat digambarkan pandangan responden terhadap


Dampak Positif yang dominan dari adanya kegiatan PT. Kharisma Wirajaya
Palma terhadap kehidupan masyarakat adalah terjadinya peningkatan
aktivitas ekonomi karena para pekerja PT. Kharisma Wirajaya Palma
berbelanja makan dan minuman di Warung-warung di sekitar aktivitas
mereka. Selanjutnya dalam mempelajari persepsi penduduk terhadap
aktivitas Industri Kelapa Sawit ada dua hal yang perlu dipahami sebelum
munculnya persepsi yakni kecemasan dan harapan penduduk terhadap
rencana kegiatan.

Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan


stress yang dirasakan oleh banyak orang. Kadang-kadang kecemasan juga
disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup. Setiap orang pasti pernah
mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 99


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

berbeda-beda. hal tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak
memiliki kemampuan untuk menghadapi hal yang mungkin menimpanya
dikemudian hari. Dalam teori Behavior dijelaskan bahwa kecemasan muncul
melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi
kecemasan terhadap hal-hal yang telah pernah dialami sebelumnya dan
reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen,
1988:284). Taylor (1953) dalam Tailor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan
menimbulkan atau disertai disertasi perubahan fisiologis (misal gemetar,
berkeringat, detak jantung meningkat) dan psikologis (misal panik, tegang,
bingung, tidak bisa berkonsentrasi). Carlson (1992:201) menjelaskan
kecemasan sebagai rasa takut dan antisipasi terhadap nasib buruk dimasa
yang akan datang, kecemasan ini memiliki bayangan bahwa ada bahaya yang
mengancam dalam suatu aktivitas dan obyek, yang jika seseorang melihat
gejala itu maka ia akan merasa cemas. Kecemasan merupakan respon
emosional yang tidak menentu terhadap suatu objek yang tidak jelas.

2.4. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak

2.4.1. Kegiatan Konstruksi

A. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi

Kegiatan konstruksi peningkatan kapasitas pabrik dari 45 ton/jam TBS


menjadi 60 ton/jam membutuhkan sejumlah tenaga kerja konstruksi
sebanyak ± 38 orang, dimana dalam penerimaan tenaga kerja tersebut
diserahkan kepada pihak ketiga sebagai mitra kerja. Perekrutan tenaga kerja
menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 100


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Penerimaan tenaga kerja konstruksi membuka kesempatan kerja bagi


masyarakat yang berada di sekitar lokasi kegiatan dan dapat juga
menimbulkan dampak terhadap persepsi masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan.

B. Pematangan Lahan

Kegiatan pematangan lahan ini telah selesai dilaksanakan. Sebelum


proses penyiapan lokasi/lahan terlebih dahulu telah dilakukan survey
lapangan menyangkut kondisi lahan. Pematangan lahan dilakukan pada lokasi
penambahan lahan yang digunakan untuk pembangunan kolam tambahan
yang berada di bagian sisi Timur lokasi lahan yang lama. Kegiatan pematangan
lahan ini telah dilakukan pada area penambahan laham seluas 139.000 m2.
Persiapan pematangan lahan ini terdiri dari kegiatan penyiapan dan
pembersihan lahan dan kegiatan pekerjaan galian dan timbunan untuk
pembangunan sarana penunjang berupa penambahan kolam IPAL. Sedangkan
untuk lokasi lahan penambahan Tangki Timbun CPO dan Pembangunan
Fasilitas Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 tidak lagi
dilakukan kegiatan pematangan lahan karena dilakukan pada lokasi lahan
yang lama. Uraian dari kedua kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Penyiapan dan Pembersihan Lahan


Sebelum kegiatan pembangunan kolam IPAL dilaksanakan maka
dilakukan penyiapan dan pembersihan lahan. Persiapan yang dimaksud adalah
penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pembangunan seperti
kantor proyek (direksi keet), gudang material dan peralatan, barak pekerja, los
kerja besi dan kayu, pos jaga dan pagar kerja, jalan kerja, lokasi pembuatan
komponen precast dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas ini harus ditempatkan pada
lokasi-lokasi sesuai dengan layout perencanaan site plan lokasi proyek.

Pembersihan lahan dimaksudkan untuk pembersihan lahan di lokasi dari


tumbuh-tumbuhan dan akar-akar pohon. Pada tahap persiapan ini juga dilakukan
pengadaan material dan mobilisasi peralatan khusus untuk pembangunan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 101


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Tangki Timbun CPO dan Pembangunan Fasilitas Tempat Penyimpanan


Sementara (TPS) Limbah B3, gudang material dan fasilitas-fasilitas lainnya
seperti rumah pompa dan jaringan pipa.

b. Pekerjaan galian dan timbunan


Dalam pembuatan pondasi, kolam IPAL harus digali sampai elevasi
rencana sesuai kebutuhan luas dan volume kolam serta kekuatan struktur
pondasinya. Pekerjaan galian ini menggunakan alat-alat berat seperti excavator
untuk penggalian dan dumptruck untuk pengangkutan hasil galian ke lokasi
disposal area terdekat dari lokasi proyek dan sebagian lagi di tempatkan pada
pinggir/tepi kolam sebagai pembatas antar kolam dan antisipasi terjadinya
rembesan/meluber akibat penuhnya limbah cair pada kolam IPAL.

Pekerjaan timbunan meliputi pengumupulan material, pengangkutan dan


penempatan ke lokasi yang sidah ditentukan serta pemadatan tanah yang
diinginkan untuk konstruksi timbunan dengan menggunakan dump truck.
Kombinasi dan spesfifikasi peralatan yang dipakai (Bulldozer, Excavator, Dump
truck dan compactor) memberikan pengaruh pada kecepatan penyelesaian
pekerjaan tersebut. Dalam pelaksanaan pekerjaan timbunan terdapat
ketentuan yang harus dipenuhi sehingga hasil pekerjaan yang dicapai sesuai
dengan spesifikasi yang diharapkan. Bahan timbunan dihampar dengan
Bulldozer sesuai dengan koridor rencana konstruksi bangunan sesuai dengan
Design Drawing.

Dampak yang dihasilkan dari kegiatan pematangan lahan seluas


139.000 m2 ini adalah terjadinya gangguan kualitas udara, peningkatan
kebisingan dan penurunan kualitas air permukaan akibat adanya kegiatan
penyiapan dan pembersihan lahan serta pekerjaan galian dan timbunan yang
menggunakan mesin dan alat berat.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 102


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

C. Mobilisasi Bahan dan Peralatan

Dalam upaya kegiatan konstruksi, mobilisasi bahan dan peralatan juga


telah dilakukan. Mobilisasi meliputi bahan dan peralatan-peralatan berat yang
digunakan untuk menunjang kegiatan konstruksi bangunan Tangki Timbun
CPO, TPS Limbah B3 dan kolam IPAL. Proses pengangkutan peralatan dan
bahan tersebut menggunakan truck melalui jalan arteri, jalan kolektor dan
jalan lokal menuju ke lokasi kegiatan PKS. Frekuensi mobilisasi kendaraaan
pengangkut material dan alat ke lokasi kegiatan diperkirakan sebanyak 2 rit
per hari. Penggunaan alat berat dalam konstruksi kolam IPAL tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.53 berikut ini.

Tabel 2. 53. Jenis dan jumlah alat berat yang telah dan akan digunakan
No Jenis Alat Jumlah
1. HSPD 120 T 1 unit
2. Theodolite 1 unit
3. Waterpass 1 unit
4. Sepeda motor 1 unit
5. Pompa air 1 unit
6. Molen 2 unit
7. Mesin potong tripleks 1 unit
8. Alat potong besi 1 unit
9. Vibrator 1 unit
10. Trafo Las 2 unit
11. Mesin gerinda 1 unit
12. Stang blender 1 set
13. Tabung elpiji & oksigen 1 set
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Disamping peralatan yang telah disebutkan di atas, juga diperlukan


bahan-bahan pada kegiatan pembangunan sarana pendukung seperti yang
disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 54. Bahan yang Dibutuhkan pada Kegiatan Pembangunan Fisik


No. Jenis Bahan Jumlah Kebutuhan
1 Beton Ready mix K-250 540.00 m3
2 Besi beton U-39 59,500.00 kg
3 Tripleks 9 mm 1,100.00 lbr
4 Kayu SK 100.00 m3
5 WF 250 1,756.04 kg
6 WF 350 1,620.43 kg
7 Gording C 125 850.00 kg
8 Siku 50.50.5 1,284.00 kg
Sumber : PT. Kharisma Wirajaya Palma, 2021

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 103


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan diperkirakan telah


memberikan dampak terhadap penurunan kualitas udara, munculnya
gangguan kebisingan dan gangguan lalulintas darat. Namun karena
kegiatan konstruksi dan sarana pendukung ini telah sepenuhnya selesai maka
dampak yang dihasilkan tidak lagi berlangsung terhadap gangguan kebisingan
dan lalulintas darat.

D. Pembangunan Fisik

Pembangunan fisik yang dilakukan merupakan pembangunan fasilitas


pendukung meliputi pembangunan Tangki Timbun CPO, TPS Limbah B3 dan
kolam IPAL yang dilakukan dalam beberapa tahapan pekerjaan. Dampak yang
muncul akibat adanya kegiatan pembuatan Tangki Timbun CPO, TPS Limbah
B3 dan kolam IPAL adalah terjadinya penurunan kualitas air permukaan dan
gangguan kebisingan.

2.4.2. Kegiatan Operasional

A. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi

Kegiatan operasional pabrik kelapa sawit PT. Kharisma Wirajaya Palma


membutuhkan sejumlah tenaga kerja, dengan berbagai spesifikasi yang
jumlah tenaga kerja dibutuhkan relatif jumlahnya besar yaitu sebanyak ± 107
orang. Penerimaan tenaga kerja yang mengutamakan tenaga kerja lokal
membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.

Penerimaan tenaga kerja yang membuka kesempatan kerja bagi


masyarakat yang berada di sekitar lokasi kegiatan juga dapat menimbulkan
dampak terhadap munculnya persepsi positif masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan.

B. Pengolahan TBS

Aktivitas pabrik kelapa sawit yang mengolah TBS menjadi CPO dengan
menggunakan sumber energi yang berasal dari boiler, dimana pada saat boiler

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 104


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

beroperasi menghasilkan gas buangan yang dapat mencemari lingkungan.


Operasional boiler dapat menurunkan kualitas udara di sekitar lokasi pabrik.
Operasional boiler juga dapat meningkatkan kebisingan di sekitar lokasi
pabrik

Untuk kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO di pabrik kelapa sawit


membutuhkan sejumlah air yang air tersebut menjadi limbah cair akibat
operasional pabrik. Limbah cair yang dihasilkan diolah pada kolam IPAL dan
apabila sudah sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan maka air
tersebut dilepas ke perairan. Aktivitas pengolahan limbah cair dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air permukaan.

Aktivitas pabrik pengolahan TBS menjadi CPO juga melakukan


perawatan pada mesin pabrik seperti penggantian oli, perbaikan mesin pabrik
dan lain sebagainya. Saat perawatan mesin pabrik dapat memberikan dampak
pada timbulan limbah B3 seperti oli bekas dan kain majun.

C. Pengangkutan CPO

Kegiatan pengangkutan CPO dari lokasi Pabrik Kelapa Sawit dengan


menggunakan truk tangki ke daerah tujuan pengiriman CPO yang
menggunakan jalan umum dapat memberikan dampak terhadap penurunan
Kualitas Udara (Debu). Dampak penurunan kualitas udara disebabkan
karena jalan yang dilalui oleh truk CPO tersebut sebagian masih merupakan
jalan tanah.

2.5. Identifikasi Dampak Yang Telah/Sedang Terjadi

2.5.1. Kesempatan Kerja

Penerimaan tenaga kerja pada saat konstruksi peningkatan kapasitas


pabrik dari 45 ton/jam TBS menjadi 60 ton/jam membutuhkan sejumlah
tenaga kerja, dimana dalam penerimaan tenaga kerja tersebut diserahkan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 105


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

kepada pihak ketiga sebagai mitra kerja. Perekrutan tenaga kerja menjadi
tanggung jawab kontraktor pelaksana. Penerimaan tenaga kerja konstruksi
membuka kesempatan kerja bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi
kegiatan dan jumlah tenaga kerja yang direkrut sebanyak 38 orang. Kegiatan
ini telah berlangsung dan sudah berakhir.

Kegiatan operasional pabrik kelapa sawit yang membutuhkan sejumlah


tenaga kerja dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya.
Dimana jumlah tenaga kerja yang terlibat pada aktivitas pabrik sebanyak 107
orang. Kegiatan penerimaan tenaga kerja masih terus berjalan, dimana
penerimaan tenaga kerja masih berlangsung meskipun hanya merupakan
tenaga kerja sisipan.

2.5.2. Persepsi Masyarakat

Kegiatan penerimaan tenaga kerja pada saat konstruksi pabrik dan


bangunan penunjang dengan mengutamakan tenaga kerja tempatan telah
memberikan dampak terhadap munculnya persepsi positif masyarakat.
Persepsi positif masyarakat yang terbentuk telah berlangsung.

Penerimaan tenaga kerja pada saat operasi pabrik dengan


mengutamakan tenaga kerja tempatan memberikan dampak positif terhadap
persepsi masyarakat. Penerimaan tenaga kerja operasional pabrik hingga saat
ini masih berlangsung.

2.5.3. Kualitas Air Permukaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) dengan


pemberian pupuk serta pestisida apabila tidak sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan memberikan dampak terhadap penurunan kualitas air
permukaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman hingga saat ini masih
berlangsung.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 106


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

Operasional pabrik kelapa sawit yang menghasilkan limbah cair dan


dilakukan pengolahan pada IPAL yang akhirnya air limbah tersebut dibuang
ke badan air apabila telah sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan.
Kegiatan pembuangan limbah cair ke badan perairan dapat menimbulkan
dampak terhadap menurunkan kualitas air permukaan dan kegiatan saat ini
masih berlangsung.

2.5.4. Timbulan Limbah B3

Aktivitas pabrik pengolahan kelapa sawit dimana secara berkala


melakukan perawatan terhadap mesin-mesin pabrik menghasilkan limbah B3
seperti oli bekas dan kain majun sisa kerja. Disamping pemeliharaan mesin
pabrik juga pemeliharaan terhadap genset sebagai sumber energi juga
memberikan dampak terhadap timbulan limbah B3. Kegiatan pemeliharaan
mesin-mesin pabrik dan genset tersebut hingga saat ini masih berlangsung.

2.5.5. Kualitas Udara (debu)

Operasional pengangkutan TBS dari lokasi kebun ke lokasi pabrik


dengan menggunakan truk berkapasitas 6 ton melalui jalan kebun yang saat
ini masih merupakan jalan tanah. Kegiatan pengangkutan TBS menyebabkan
munculnya debu yang dapat menurunkan kualitas udara di sekitarnya dan
kegiatan ini masih berlangsung.

Kegiatan pengangkutan CPO dari lokasi pabrik ke daerah tujuan


pengiriman melalui jalan umum, yang pada saat ini kondisi jalan yang dilalui
sebahagian masih merupakan jalan tanah dan sebagian jalan perkerasan.
Kegiatan pengangkutan CPO menimbulkan dampak berupa penurunan
kualitas udara (debu) dan kegiatan ini masih berlangsung.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 107


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

2.5.6. Kualitas Udara (emisi dan ambien)

Operasional pabrik kelapa sawit dengan menggunakan boiler sebagai


sumber energi menghasilkan gas buangan yang dapat menurunkan kualitas
udara di sekitar lokasi pabrik. Disamping itu penggunaan genset juga
menghasilkan gas buangan. Operasional pabrik dan penggunaan genset pada
saat ini masih berlangsung.

2.5.7. Kebisingan

Operasional pabrik kelapa sawit dengan menggunakan boiler sebagai


sumber energi serta beroperasinya mesin-masin pabrik dapat meningkatkan
terjadinya kebisingan di sekitar lokasi pabrik. Terjadinya kebisingan di sekitar
lokasi pabrik hingga saat ini masih berlangsung.

2.6. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Yang Telah


Dilakukan Dalam Menanggulangi Dampak

2.6.1. Pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilakukan

Pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan secara rinci dapat


dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 55. Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Telah Dilakukan

No Jenis Dampak Sumber Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup


A Konstruksi
1 Kesempatan Kerja - Mobilisasi tenaga - Melakukan pendekatan dan sosialisasi
kerja konstruksi kepada masyarakat setempat.
- Pembangunan - Menerima penduduk setempat sebagai
sarana penunjang tenaga kerja.
PKS

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 108


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

No Jenis Dampak Sumber Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup


- Melibatkan aparat pemerintah setempat,
tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam
penerimaan tenaga kerja.
2. Persepsi - Mobilisasi tenaga - Melakukan pengelolaan terhadap proses
Masyarakat kerja konstruksi penerimaan tenaga kerja
- Pembangunan - pendekatan dan sosialisasi kepada
pabrik kelapa sawit masyarakat setempat.
- Menerima penduduk setempat sebagai
tenaga kerja.
3. Gangguan - Pematangan Lahan - Penggunaan ear plug bagi tenaga kerja
Kebisingan - Mobilisasi Bahan kontruksi
dan Peralatan - Memasang pagar seng untuk meredam
- Pembangunan Fisik kebisingan
4. Penurunan - Pematangan Lahan - Penyiraman pada badan jalan di saat
Kualitas udara - Mobilisasi Bahan musim kemarau
dan Peralatan - Perbaikan jalan akses masyarakat yang
- Pembangunan Fisik rusak
5. Penurunan - Pematangan Lahan - Menambah jumlah kolam IPAL
kualitas air - Pembangunan Fisik - Mengoptimal penggunaan kolam IPAL
permukaan - Membangun IPAL domestik dan TPS LB3
6. Gangguan - Pematangan Lahan - Memasang rambu-rambu batas kecepatan
lalulintas darat - Mobilisasi Bahan di jalan operasional dan sekitar
dan Peralatan pemukiman
- Pembangunan Fisik
B Operasional
1. Kesempatan kerja - Kegiatan - Melakukan pendekatan dan sosialisasi
penerimaan tenaga kepada tokoh masyarakat.
kerja - Menerima tenaga kerja berasal dari
masyarakat setempat.
- Melakukan program pengembangan
masyarakat
- Menerima TBS yang berasal dari kebun
masyarakat
2. Persepsi - Pabrik pengolahan - Melakukan pendekatan dan sosialisasi
Masyarakat kelapa sawit kepada tokoh masyarakat.
- Memberikan bantuan sosial kepada
masyarakat melalui program CD.
3. Penurunan - Pengoperasian - Pengoperasian dan penambahan kolam
Kualitas Air pabrik kelapa sawit instalasi pengolahan air limbah yang
Permukaan memenuhi standar.
(sungai)
4. Timbulan limbah - Pemeliharaan mesin - Mengumpulkan oli bekas pada drum dan
B3 produksi menenpatkannya pada TPS limbah B3
- Perawatan - Mengumpulkan kain majun bekas dan
kendaraan berat menyimpan pada TPS Limbah B3

5. Kualitas udara - Aktivitas trasportasi - Pengurangan kecepatan kendaraan pada


(debu) bahan baku dan jalan yang menimbulkan debu.
produk
6. Kualitas udara - Aktivitas mesin - Pemeliharaan dan pengontrolan kerja
(embien dan pabrik kelapa sawit. mesin dan alat sirkulasi udara.
emisi) - Menggunakan dust colector.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 109


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

No Jenis Dampak Sumber Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup


7. Kebisingan - Pabrik pengolahan - Pemakaian ear plug bagi karyawan yang
kelapa sawit bekerja di pabrik

Dewasa ini Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan


Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) sudah menjadi tren dan kewajiban
bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Oleh karena itu, PT. Kharisma
Wirajaya Palma juga tidak pernah lupa terhadap kepentingan kepentingan
masyarakat sekitar diluar kepentingan perusahaan itu sendiri. Melalui
program Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan semakin
memahami dan menyatu terhadap denyut roda kehidupan masyarakat
setempat. Program CSR ini sudah berjalan dengan baik dan diharapkan
kedepannya dapat semakin lebih baik.

Dalam hal penerimaan tenaga kerja, perusahaan lebih mengutamakan


masyarakat tempatan yang sesuai dengan kebutuhan. Seiring berjalannya
pembangunan peningkatan kapasitas pabrik, dapat mengurangi tingkat
pengangguran pada masyarakat tempatan.

Program Corporate Social Responsibility (CSR) di PT Kharisma Wirajaya


Palma telah dilakukan sejak lama dan terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan masyarakat setempat. Perusahaan pada dasarnya akan
melakukan berbagai perbaikan ke arah yang lebih baik sehingga program ini
tepat pada sasarannya. Namun, bantuan CSR yang dilakukan selama ini masih
sering mengalami kekurangan dan kelemahan dikarenakan kurangnya informasi
yang didapat untuk menjalankan program ini.

Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang sudah dilakukan


secara permanen dan berjalan dengan baik yaitu berupa bantuan pendidikan
(pemberian beasiswa dan bantuan dana honor guru), bantuan fisik berupa
material bahan bangunan untuk pembangunan rumah ibadah, jalan, serta
bantuan sosial seperti bantuan dalam rangka menyambut hari besar
keagamaan, dan lain-lain. Pada tahun 2021 dana TJSP yang sudah dikeluarkan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 110


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

oleh PT. Kharisma Wirajaya Palma sebesar Rp 150.000.000 per triwulan


sesuai dengan laporan LKPM.

Sesuai dengan arahan pada dokumen RKL dan RPL dalam kajian
AMDAL yang telah disetujui maka pelaksanaan rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) telah dilaporkan pada setiap semester dan telah dilakukan
pengambilan sampel dan analisa terhadap :

• Kualitas udara emisi dan ambient


• Tingkat kebauan
• Kualitas air sungai
• Kualitas air limbah

Tujuan dilakukannya pengelolaan ini adalah untuk:

• Melindungi kerusakan berbagai jenis tumbuhan dan hewan air


terutama jika mengandung zat‐zat yang berbahaya.
• Tujuan pengendalian pencemaran udara adalah sejauh mana
pengaruhnya terhadap kualitas udara sekitar.
• Melindungi kesehatan dari terjangkitnya penyakit karena air limbah
merupakan tempat berbagai jenis kuman dan bibit penyakit.

Untuk pengendalian pencemaran terhadap kualitas air permukaan PT.


Kharisma Wirajaya Palma telah melakukan pengolahan limbah dengan
berbagai upaya yang dilakukan secara baik dan benar yaitu membuat Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), melakukan pembuangan limbah dengan
memperoleh izin pembuangan limbah cair (IPLC) yang dikeluarkan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar

Untuk pengendalian terhadap pencemaran udara dilakukan dengan


mempertahankan kinerja peralatan sumber emisi sehingga tetap memenuhi
baku mutu, membuat cerobong asap yang cukup tinggi di stasiun boiler,
dilengkapi dengan tempat sample point. Melakukan program penghijauan di
sekitar areal pabrik dengan maksud agar terjadi keseimbangan antara kondisi

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 111


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

alam dan manusia di dalam lingkungannya. Penghijauan ini dilakukan dengan


cara menambah jumlah tanaman dan tumbuh-tumbuhan di area pabrik.

Disamping pengelolaan limbah yang telah disebutkan di atas,


perusahaan juga telah melakukan pengelolaan terhadap limbah B3 yang
dihasilkan. Bentuk pengelolaan yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan
dan menyimpan limbah B3 yang dihasilkan pada TPS limbah B3 yang
sebelumnya telah mendapat izin dari pemerintah Kabupaten Kampar
(terlampir).

2.6.2. Pemantauan lingkungan hidup yang pernah dilakukan

Pemantauan lingkungan yang telah dilakukan yaitu ; pemantauan


kualitas udara emisi, pemantauan kualitas udara embient, pemantauan
kualitas air limbah, pemantauan kualitas air sungai. Hasil dari pemantauan
yang telah dilakukan secara periodik pada setiap semester telah dilaporkan
pada instansi terkait.

Tabel 2. 56. Pemantauan Lingkungan Hidup Yang Telah Dilakukan

No Jenis Dampak Sumber Dampak Pemantauan Lingkungan Hidup


A Konstruksi
1 Kesempatan - Mobilisasi tenaga - Melakukan pemantauan terhadap proses
Kerja kerja konstruksi perekrutan tenaga kerja konstruksi yang
- Pembangunan dilakukan oleh pihak ketiga/kontraktor.
sarana penunjang - Mengumumkan dan melaporkan adanya
PKS penerimaan tenaga kerja konstruksi baik
secara sistem maupun secara tertulis
2. Persepsi - Mobilisasi tenaga - Mencatat jumlah penduduk setempat
Masyarakat kerja konstruksi sebagai tenaga kerja konstruksi.
3. Gangguan - Pematangan Lahan - Melakukan pengukuran tingkat kebisingan
Kebisingan - Mobilisasi Bahan - Menginventaris ketersedian APD berupa
dan Peralatan ear plug bagi tenaga kerja konstruksi
- Pembangunan Fisik - Mengawasi penggunaan ear plug bagi
tenaga kerja konstruksi
4. Penurunan - Pematangan Lahan - Melakukan pengujian kualitas udara
Kualitas udara - Mobilisasi Bahan - Menyusun laporan pelaksanaan
dan Peralatan pengelolaan kualitas udara
- Pembangunan Fisik - Memantau kondisi jalan yang dilalui
kendaraan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 112


Bab II Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan

No Jenis Dampak Sumber Dampak Pemantauan Lingkungan Hidup


5. Penurunan - Pematangan Lahan - Melakukan pengujian kualitas air
kualitas air - Pembangunan Fisik permukaan, limbah cair dan air domestik
permukaan - Menyusun laporan pelaksanaan
pengelolaan kualitas air
6. Gangguan - Pematangan Lahan - Memantau keberadaan rambu lalulintas
lalulintas darat - Mobilisasi Bahan yang dipasang di sekitar jalan akses
dan Peralatan - Menginventaris sumber-sumber gangguan
- Pembangunan Fisik lalulintas seperti kerusakan jalan, dll
B Operasional
1. Kesempatan - Kegiatan - Melakukan pemantauan terhadap proses
kerja penerimaan tenaga perekrutan tenaga kerja operasional secara
kerja langsung.
- Mencatat dan melaporkan jumlah tenaga
kerja operasional yang diterima baik secara
sistem maupun secara tertulis ke dinas
terkait
2. Persepsi - Pabrik pengolahan - Melakukan diskusi dan pendekatan kepada
Masyarakat kelapa sawit tokoh masyarakat untuk mendengarkan
aspirasi masyarakat.
- Memantau program pelaksanaan CD/CSR
melalui peran serta masyarakat yang telah
berpartisipasi.
3. Penurunan - Pengoperasian - Melakukan pengambilan dan pengujian
Kualitas Air pabrik kelapa sawit kualitas air permukaan, limbah cair
Permukaan produksi, limbah cair domestik pada
(sungai) laboratorium terakreditasi secara periodik.
4. Timbulan limbah - Pemeliharaan - Mencatat jumlah limbah B3 yang dihasilkan
B3 mesin produksi sesuai jenisnya
- Perawatan - Memantau kondisi kelayakan TPS Limbah
kendaraan berat B3
5. Kualitas udara - Aktivitas - Melakukan pengukuran dan pengujian
(debu) trasportasi bahan kandungan partikulat yang pada titik lokasi
baku dan produk yang sudah ditentukan secara periodik pada
laboratorium terkreditasi.
6. Kualitas udara - Aktivitas mesin - Melakukan pengukuran dan pengujian
(embien dan pabrik kelapa sawit. emisi dan udara ambien yang pada titik
emisi) lokasi yang sudah ditentukan secara
periodik pada laboratorium terkreditasi.
- Memantau kelayakan fungsi dan kondisi
dust colector .
7. Kebisingan - Pabrik pengolahan - Mengukur tingkat kebisingan pada area
kelapa sawit kerja dan area pemukiman sekitar pabrik
- Memantau kedisiplinan penggunaan ear
plug bagi karyawan yang bekerja di pabrik.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Hal  II - 113

Anda mungkin juga menyukai