1. Latar Belakang
Performance terbang pesawat tanpa awak yang sering menjadi ukuran dan
diperbincangkan oleh pelaku maupun penggemar teknologi ini adalah :
Kemampuan jangkauan terbang (long distance)
Kemampuan lama terbang (long endurrance)
Kemampuan terbang secara otomatis (autonomous fliying)
Kemampuan take off dan landing
Saat ini, pesawat tanpa awak yang digunakan untuk misi pemetaan, monitoring dan
inspeksi terhadap suatu target operasi yang ada di atas permukaan bumi adalah dengan
menggunakan UAV fully autopilot (kontrol otomatis penuh), sehingga target objek, tinggi
terbang, jalur terbangnya, serta pertampalan (overlap dan sidelap) antar foto sudah
diprogram sedemikian rupa untuk akuisisi data di atas permukaan bumi, dengan
parameter-parameter sesuai dengan yang kita inginkan. Dalam hal ini untuk pemetaan foto
udara yang menghasilkan output orthophoto juga diadopsi dari konsep fotogrametri
konvensional (lihat hasilnya seperti pada gambar 2).
Wilayah kerja yang mayoritas berada di daerah terpencil merupakan tantangan tersendiri
bagi stakeholder perusahaan untuk mendapatkan data dan laporan terkini serta akurat
mengenai kondisi lapangan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh (remote sensing)
telah memungkinkan perekaman areal miliki perusahaan, namun masih dengan berbagai
keterbatasan, seperti resolusi yang masih kasar, gangguan awan, proses pemesanan yang
membutuhkan waktu cukup lama.
Kini, dengan menggunakan pesawat tanpa awak (UAV) stakeholder perusahaan dapat
segera mengetahui kondisi terkini di lokasi pertambangan dengan bukti otentik dan up to
date. UAV yang mampu terbang rendah dan dilengkapi dengan beberapa sensor, mampu
melakukan akuisisi/perekaman data lapangan secara interaktif.
Pengumpulan data dengan menggunakan pesawat tanpa awak juga dapat meningkatkan
produktivitas; memangkas biaya survei proyek yang tadinya memerlukan puluhan orang
dan waktu yang panjang sekarang dapat dilakukan dalam hitungan jam. Kemampuan
UAV untuk mengumpulkan data dari atas, mampu menekan downtime dan resiko
kecelakan dibandingkan dengan survey tradisional.
PT. SUCOFINDO (Persero) selalu berupaya untuk melakukan inovasi dalam rangka
meningkatkan kepuasan bagi pelanggan. Dalam bidang survey dan pemetaan, kami
menawarkan jasa Imagery Solution dengan menggunakan wahana UAV. Pemanfaatan
lensa sudut lebar yang berkualitas tinggi dan stereography di ketinggian rendah, resolusi
kamera tinggi membuat kami mampu memberikan solusi yang aman dan hemat biaya serta
cepat untuk berbagai kepentingan pelanggan seperti industri, survey, pengumpulan data
geospasial, teknik sipil, pertambangan, perminyakan, pertanian, lingkungan, dan
sebagainya.
Keunggulan yang dimiliki UAV dan mampu memberikan nilai tambah bagi pelanggan
antara lain :
UAV memiliki banyak spesifikasi dan jenis yang beda-beda. Mengkerucut mengenai misi
terbang UAV untuk aplikasi pemetaan, terlebih dahulu, maka yang harus dilihat adalah
mengetahui gambaran target AoI (Area of Interest) yang akan mempengaruhi pemilihan
spesifikasi dan jenis platform (wahana) UAV-nya.
Saat ini secara garis besar, UAV ada 2 (dua) jenis yang dipergunakan untuk pemetaan: (1)
Fix Wing, dan (2) Rotary Wing/Multirotor. Sebagaimana kita membedakan antara
pesawat terbang pada umumnya dan helikopter. Keduanya mempunyai kelebihan dan
kelemahan yang saling melengkapi. Fix wing mempunyai jenis berbagai macam seperti:
high wing dengan high/medium aspect ratio dan contoh lain tail less flying wing. Sedangkan
Rotary Wing/Multirotor yang mempunyai propeller (baling-baling) lebih dari 1 (ada yg 4,6
dan bahkan 8).
Pemilihan platform UAV ini terkait dengan luas area dan area take off-landing yang tersedia
di lapangan. Area dengan luas 150 Ha - 5.000 Ha, sebaiknya menggunakan fixed wing
karena kecepatan dan jarak tempuh dari spesifikasi wahana ini lebih optimal. Sebaliknya
dengan area yang kecil dan lebih mengharapkan ketelitian yang tinggi dengan pengamatan
tinggi terbang yang rendah serta area yang terbatas untuk take-off dan landing vertical,
tentunya lebih disarankan menggunakan Rotary Wing. Banyak elemen untuk pemilihan
platform UAV ini yang dapat dijabarkan, termasuk berat muatan (payload) kamera, jenis
kamera, spesifikasi kamera itu sendiri, fleksibilitas dan kestabilannya.
Saat ini, PT. SUCOFINDO (Persero) menggunakan tipe fixed wing Hawkeye RQ-84Z2 dan
Zeta FX61 Phantom serta Multirotor Dji Phantom 4 Pro, Inspire 1, dan Matrice S600 Pro
Khusus untuk fixed wing, keunggulan yang dimiliki antara lain :
(1) Memiliki daya jelajah yang luas dan waktu terbang yang lama (> 45 menit terbang)
dalam satu kali misi penerbangan;
(2) Berbahan dasar KEVLAR (memiliki ketahanan dan lifetime yang jauh lebih panjang
dibandingkan) dan EPO Foam yang kuat dan tahan banting;
(3) Power System menggunakan Lithium Battery (untuk minimalisir resiko dan
kemudahan operasaional);
(4) Cruise Speed 5 – 60 Km/jam dan ketinggian mampu mencapai 700 meter di atas
permukaan tanah;
(5) Menggunakan system Auto pilot With Unlimited Waypoint dan Tellemetry system
control dengan jangkauan yang memadai serta adanya fungsi Base to Home-Return
on Link Failure apabila terjadi kondisi darurat (emergency);
(6) Tidak tergantung kepada satu merk kamera tertentu (dapat diganti dan compatible
dengan lebih dari satu kamera);
(7) Hasil pemotretan berupa image dengan resolution 10 – 35 cm/pixel (tergantung
ketinggian terbang) dengan tingkat orthorectification 20 cm non-GCP;
(8) Dilengkapi dengan software PreFlight-Planning, Operation Monitoring dan Post
Flight Processing
GCP (Ground Control Point) atau titik kontrol tanah adalah proses penandaan lokasi yang
berkoordinat berupa sejumlah titik yang diperlukan untuk kegiatan mengkoreksi data dan
memperbaiki keseluruhan citra yang akhirnya disebut sebagai proses rektifikasi. Tingkat
akurasi GCP sangat tergantung pada jenis GPS yang digunakan dan jumlah sampel GCP
terhadap lokasi dan waktu pengambilan.
Lokasi ideal saat pengambilan GCP adalah perempatan jalan, sudut jalan, perpotongan
jalan pedestrian, kawasan yang memiliki warna menyolok, persimpangan rel dengan jalan
dan benda/ monumen/ bangunan yang mudah diidentifikasi atau dikenal. Perlu dihindari
pohon, bangunan, dan tiang listrik selain sulit diidentifikasi, karena kesamaannya yang
tinggi.
Pada dasarnya, penggunaan GCP bersifat opsional. GCP membantu meningkatkan akurasi
peta yang dihasilkan (antara ± 20 – 50 cm) sehingga konsekuensi tidak digunakannya
GCP hanyalah akurasi peta yang dihasilkan menjadi rendah (± 2 - 10 m),. Penggunaan
GCP pun diatur sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu jarak antar GCP maksimal
2,5 kilometer. Pemasangan GCP memakan waktu cukup lama, dengan kapasitas 4 - 6
GCP/hari (sesuai kondisi lapangan), yang dilakukan sebelum proses akuisisi data foto
udara dilakukan. Untuk kasus pembuatan peta topografi, peran GCP cukup penting.
Dengan menggunakan GCP, peta topografi yang dihasilkan dapat memiliki akurasi Z yang
tinggi, sehingga kondisi geografis pada daerah dapat dianalisis dengan tingkat
kepercayaan (confidence level) yang tinggi.
Keperluan GCP yang paling utama adalah untuk proses georeferensi hasil olah foto yang
telah menjadi satu (baik mosaik maupun point cloudnya). Secara Khusus GCP berfungsi
pula sebagai:
(1) GCP menjadi faktor penentu ketelitian geometris hasil olah foto (ortofoto, DSM,
DTM), semakin teliti GCP maka semakin baik pula ketelitian geometris output
(dengan kaidah-kaidah peletakan GCP yang dipenuhi).
(2) GCP berfungsi pula mempermudah proses orientasi relatif antar foto. Keberadaan
GCP bisa dijadikan pendekatan posisi relatif antar foto.
(3) GCP digunakan pula untuk mengkoreksi hasil olah foto berupa ball effect yaitu
kesalahan yang mengakibatkan model 3D akan berbentuk cembung ditengah area
yang diukur.
(4) GCP digunakan juga untuk menyatukan hasil olah data yang terpisah, misal olah
data area A dan Area B dengan lebih cepat dan efektif, daripada proses penyatuan
berdasar seluruh pointcloud (jumlahnya jutaan) yang akan memakan banyak waktu.
(1) Warna mencolok dan mudah dibedakan dengan obyek di sekitarnya dalam hal ini
kami menggunakan plastic warna putih atau orange (warna mencolok) yang
memudahkan untuk identifikasi pada hasil foto.
(2) Ukuran premark (0.5 m X 1.5 m), yang diharapkan memudahkan pada saat
melakukan proses koreksi geometris karena terlihat lebih jelas. Apabila terlalu kecil
makan dikhawatirkan kurang terlihat dan akan berpengaruh dalam proses dan
output.
(3) Dipasang sesuai Rencana Distribusi (dgn GPS Navigasi), yang persebarannya akan
ditentukan pada saat menyusun rencana kerja lebih detail.
(4) Bahan tahan air, yaitu dengan menggunakan terpal, sehingga tidak mudah rusak
dan apabila kena hujan dan atau embun masih memungkinkan untuk memantulkan
gelombang.
(5) Obstruksinya tidak terhalang obyek-obyek disekitarnya serta tidak mengganggu
mengganggu dan terganggu oleh fasilitas umum
Gambar 3. Sketsa Premark (GCP) untuk pengkuran di lapangan (kiri) dan kondisi
pemasangan GCP yang pernah dilakukan di lapangan (kanan)
Khusus mengenai tahapan akuisisi data, secara garis besar pelaksanaan dapat dipilah
menjadi dua bagian yaitu image acquisition dan image processing. Secara sekilas tahapan
untuk kedua lingkup tersebut terlihat pada gambar 4.
4.2.Image Acquisition
A. Flight Planning and Transfering Plan
Untuk perencanaan terbang, area survey akan dimuat ke flight planning software.
Perangkat lunak yang disediakan oleh manufaktur peralatan (bundling), memungkinkan
perencanaan penerbangan simultan dari data fotografi sehingga mengurangi kemungkinan
untuk pengumpulan data yang kurang baik.
Perangkat lunak ini secara otomatis akan menghasilkan flight lines untuk memastikan data
akuisisi sesuai dengan parameter yang telah dimasukkan di dalam flight mission. Hasil dari
flight planning ini akan diinjek (transfer) ke dalam microchip yang ada di pesawat.
B. UAV Installation
Seperti telah disampaikan pada bagian depan, mengenai spesifikasi teknis pesawat UAV
milik kami, bahwa proses instalasi pesawat kami sangat cepat dan ringkas, karena
memang didesain khusus untuk memudahkan mobilisasi ke area/lokasi pekerjaan.
Proses instalasi yang utama adalah melakukan perakitan antara badan pesawat dengan
bagian sayap. Pada sisi lain, pekerjaan yang harus dilakukan adalah instalasi
computer/notebook dan pemasangan antena eksternal untuk memonitor pergerakan
pesawat. Seluruh instalasi tersebut harus dilakukan dengan baik sesuai dengan prosedur
(SOP) yang telah ditentukan, sehingga meminimalkan resiko. Satu hal yang sangat penting
adalah pemasangan anemometer untuk mengecek kecepatan angin dan arah angin,
sehingga pada saat pelaksanaan pekerjaan pesawat benar-benar dalam kondisi aman dan
tidak membahayakan (lingkungan sekitarnya).
C. Launching
Setelah tahapan pertama dan kedua selesai, maka wahana UAV sudah siap untuk
diluncurkan. Peluncuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara aktif dengan cara
dilemparkan dan secara pasif dengan mendudukan pesawat pada tempat luncur. Dengan
program yang sudah ada dalam microchip, maka pesawat akan secara otomatis mengikuti
flight planning seperti yang telah ditentukan pada tahap selanjutnya.
D. Monitoring
Selama wahana UAV melakukan mission planning, maka untuk memastikan bahwa
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan perencanaan semula serta memastikan hasil yang
didapatkan mempunyai kualitas yang bagus, dapat dilakukan monitoring secara real time.
Pada sisi lain, monitoring yang dilakukan untuk memastikan, bahwa pelaksanaan akuisi
dalam kondisi aman, baik dari sisi teknis maupun non-teknis. Non teknis yang dimaksud
meliputi kondisi cuaca, kecepatan dan arah angin, gangguan keamanan terbang, gangguan
dari manusia dan sebagainya.
E. Recovering
Recovering yang dimaksud adalah memastikan bahwa wahana telah selesai melaksanaan
mission planning dan kembali ke tempat semula/yang telah ditentukan sebelumnya dalam
kondisi aman dan sukses. Untuk pendaratan dapat menggunakan dua metode, yaitu
dengan parasut dan dengan menggunakan landasan tanah. Wahana ini telah didesain
untuk tahan terhadap gesekan tanah yang lunak. Namun, mengingat faktor keamanan,
pendaratan yang disarankan adalah menggunakan parasut. Pada saat melakukan
pendaratan, sama halnya pada saat melakukan launching, harus memperhatikan kondisi
sekitar serta angin (arah dan kecepatannya).
Satu hal yang jarang dimiliki oleh wahana lain, pesawat UAV kami memiliki fasilitas panic
button yang dapat digunakan setiap saat. Tombol ini akan memerintahkan wahana untuk
kembali ke pangkalan pada saat itu juga apabila terjadi kondisi darurat.
A. Raw Images
Hasil pemotretan selanjutnya akan dipindahkan (download) ke dalam notebook dan
dilakukan backup data ke dalam eksternal hardisk. Hal ini untuk mengantisipasi kerusakan
teknis pada media penyimpan, sehingga data dalam kondisi aman. Data mentah hasil
pemotretan yang dihasilkan memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Resolusi radiometrik sensor digital 8 bit.
Lebar sudut pandang lensa kamera: 10o – 45o
Resolusi Citra Foto Udara dari kamera digital memiliki ukuran piksel/ Ground Spatial
Distance (GSD): 10 – 35 cm.
Pemotretan udara True Color diambil dengan cakupan stereoskopik penuh.
Ketentuan teknis foto udara yang dihasilkan minimal adalah sebagai berikut :
Overlap, Tilt, dan Drift
Skala foto udara disesuaikan dan di set pada saat penyusunan flight
plan
Pertampalan muka dalam satu jalur antar foto yang berurutan adalah
minimal 40% ± 5%.
Pertampalan samping (sidelap) antar jalur terbang yang
berdampingan adalah minimal 30% ± 5%.
Pada wilayah dengan variasi tinggi terain > 5% dari tinggi terbang,
nilai toleransi pertampalan dapat berubah menjadi minimal 70% dan
sidelap 40 %, masing-masing dengan toleransi 5 %.
Koreksi Altitude, karena adanya perbedaan temperatur dan tekanan
udara, untuk mendapatkan skala yang benar
Kompensasi Deviasi Kompas, yaitu kesalahan kompas pesawat
karena pengaruh lingkungan dalam pesawat.
Area awan dan bayangannya tidak lebih dari 5% pada setiap frame foto.
Ketajaman fokus, gambar, dan illuminasi merata di seluruh frame.
Foto hasil pemotretan tidak boleh over-exposure dan dilakukan bukaan
difragma dengan nilai aperture tidak lebih kecil dari 5,6.
Citra foto udara dari kamera digital dapat tersimpan dalam format TIFF atau
JPEG dengan sistem penamaan file tertentu.
B. Mosaicking/Stitching
Tahapan ini merupakan proses pengolahan data raw image yang sudah lolos secara teknis
untuk disampaikan kepada pelanggan.
Orthorektifikasi citra foto.
Melakukan koreksi terhadap relief displacement.
Mengubah proyeksi sentral menjadi proyeksi orthogonal.
Pilihan resampling (interpolasi grey level) yang dapat adalah bilinier atau
bicubic.
Resolusi spasial hasil resampling citra ortofoto sama dengan GSD
Konversi Format. Data Orthoimage disimpan dalam format data digital yang dapat
dibaca oleh perangkat lunak antara lain : ArcGIS, AutoCAD dan Global Mapper
yang umum digunakan (tidak perlu software khusus)
Mosaicking adalah menyatukan citra yang telah dilakukan orthorektifikasi. Cropping
dilakukan berdasarkan AOI yang telah ditentukan dan berdasarkan potongan
pengambilan foto yang akan ditampilkan pada hasil akhir foto. Syarat-syarat
mosaicking adalah sebagai berikut :
Sambungan obyek yang terpisah antar potongan citra harus “match” (no
split) tidak tampak sambungan antar frame foto.
Pada daerah overlap diterapkan operasi feathering untuk memperhalus
sambungan.
Background peta foto setelah proses mosaciking secara keseluruhan tidak
mengandung nilai piksel yang kosong.
Image Enhancement. Penajaman citra foto mencakup tahapan :
Penajaman kontras mencakup : fungsi linier, equalizing, thresholding atau
histogram matcing. Penajaman kontras dilakukan dengan tidak mengubah
warna obyek di permukaan tanah
Resampling. Citra hasil ortho dan yang telah dimosaiking kemudian
diresampling dengan menggunakan metode “cubic convolution”. Metode ini
bertujuan untuk memperhalus kenampakan dan nilai piksel/ derajat keabuan
antar frame foto.
Jika terdapat noise dapat digunakan tehnik filtering untuk
menghilangkannya, tetapi harus tidak menyebabkan loss of detail.
Stereo Plotting adalah pekerjaan pengumpulan data dari sepasang foto udara yang
saling bertampalan menggunakan alat stereoplotter. Pelaksanaan stereoplotting
digital dilaksanakan dengan menggunakan alat Seperangkat Komputer dengan
software untuk stereoplotting dan kacamata 3D. Pelaksanaan stereo plotting
dilakukan model per lembar sesuai data foto digital dari foto menjadi peta digital
sampai data dalam tiap NLP penuh secara bertahap sehingga proses editing dapat
dilakukan per NLP dan data DEM raster dapat segera digunakan untuk proses
ortorektifikasi citra satelit pada saat setiap NLP selesai dilakukan plotting.
C. Overlaying
Merupakan tahapan terakhir proses pengolahan data foto sebelum disajikan kepada
pelanggan. Overlay (tumpang susun) yang dilakukan adalah proses penggabungan hasil
peta foto dengan data (peta) lain yang dimiliki oleh pelanggan, sehingga hasil akhir berupa
peta tematik yang dapat bermanfaat bagi pengguna. Data lain yang dimaksud disini antara
lain adalah peta batas wilayah, data tabular, data toponimi, administrasi dan sebagainya.
Setelah semuanya dilakukan, selanjutnya akan dilakukan proses kartografis untuk
menampilkan hasil pengolahan dalam suatu peta yang informatif dan menarik.
5. QUALITY CONTROL
5.1.Sebelum Terbang
Kordinat area survey yang diberikan oleh pihak pelanggan akan dimasukan (input)
kedalam software perencanaan terbang untuk membuat rencana terbang (flight planning).
Setelah flight plan tercipta, maka akan dilaksukan konfirmasi pada setting peralatan untuk
memastikan data akuisisi yang dihasilkan sudah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Selanjutnya Operator akan komunikasi dengan tim survey darat untuk memastikan bahwa
base stations sudah berada pada lokasi yang telah ditetapkan dan berfungsi dengan baik.
Satu hal lagi yang harus diperhatikan pada saat sebelum terbang adalah kepastian kondisi
dan keamanan lokasi pemotretan, baik dari unsur alam maupun unsur manusia. Hal ini
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan kesuksesan mission planning data
acquisition.
Untuk memastikan bahwa GPS di pesawat bekerja dengan baik dan pada akurasi yang
optimal, pesawat akan melakukan transit flight ke area dimana base stations berada
sebelum melakukan akuisisi data. Pesawat juga akan selalu terbang kembali melalui area
base stations setelah terbang survey pada hari tersebut akan berakhir. Selama terbang
survey, Operator juga dapat memonitor status dari data foto yang sedang diakuisisi. Dari
data yang terlihat secara on the fly di monitor, maka akan mudah terlihat berapa banyak
data yang telah diakuisisi dan pada saat yang bersamaan Operator juga melakukan
monitoring terhadap flight lines yang sedang diterbangkan. Dengan dilakukannya hal ini
maka Operator dapat secara langsung mengidentifikasi apakah ada gap di antara flight
lines dan juga kemungkinan-kemungkinan dimana adanya awal, hujan pada area yang
sedang disurvey.
Setiap hari setelah terbang survey selesai, data dari flight mission akan diunduh.
GNSS/INS data akan diproses untuk memeriksa apakah data tersebut sudah memenuhi
standar kualitas yang diharapkan. Setiap foto yang telah terekam akan diperiksa dan
dilakukan assessment untuk mendapatkan kualitas yang memadai. Apabila terlihat adanya
kualitas foto yang kurang bagus seperti misalnya di dalam foto tidak terlihat dengan jelas
permukaan tana, atau ada awan yang menghalangi di beberapa bagian dari foto. Apabila
hal ini terjadi maka data tersebut akan dihapus dan lokasi dimana foto tersebut diakuisisi
akan diidentifikasi sebagai reflight area dan flight plan yang baru akan dibuat kembali untuk
kemudian diberikan kepada operator agar dilakukan pengulangan pada area yang
bermasalah.
6. DELIVERY PRODUCT
Contours 3D photogrammetric
Kartographic Process
7. PENUTUP
Disclaimer
1. Diharapkan dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh PT. SUCOFINDO
(Persero) serta paparan metodologi dan teknis pelaksanaan pekerjaan yang tertuang
dalam dokumen ini, dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan, bahwa PT.
SUCOFINDO (Persero) mampu untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan.
2. Semua materi yang tertera di dalam proposal ini merupakan informasi yang dimiliki
oleh PT. SUCOFINDO (Persero) yang berisikan standar pekerjaan, solusi dan
metodologi, finansial, software, komponen dan dokumen lainnya yang merupakan
property PT. SUCOFINDO (Persero);
3. Dengan menerima proposal ini, PELANGGAN berjanji untuk merahasiakan informasi
yang terdapat di dalam proposal ini dari pihak luar dan berjanji untuk tidak
menduplikasi serta menggunakan untuk kepentingan pihak lain selain antara PT.
SUCOFINDO (Persero) dan PELANGGAN.