Anda di halaman 1dari 22

SURVEY SATELIT PERTANAHAN

“RECEIVER GPS, KELEBIHAN DAN LIMITASI PENENTUAN POSISI


DENGAN TEKNOLOGI GNSS DAN APLIKASI GPS”

KELOMPOK IV
SEMESTER V/ PERPETAAN
1. Lamhotma Yudhi Simamora NIT. 16252952
2. Rachman Andriawan NIT. 16252956
3. Ryan Adittya NIT. 16252959
4. Syah Amri Nasution NIT. 16252963
5. Tiara Nur Khanifa NIT. 16252965
6. Richi Wahyu Nugroho NIT. 16253000

Dosen Pengampu :
Ir. Eko Budi Wahyono, M.Si.

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
SURVEY SATELIT PERTANAHAN
“RECEIVER GPS, KELEBIHAN DAN LIMITASI PENENTUAN POSISI
DENGAN TEKNOLOGI GNSS DAN APLIKASI GPS”

A. RECEIVER GPS
Beberapa Klasifikasi Receiver GPS antara lain berdasarkan fungsi, data
yang direkam, jumlah kanal, ataupun penggunanya.
1. Berdasarkan Fungsinya

Tipe Sipil
Tipe
Navigasi
Tipe
Militer
Penentuan Tipe
Posisi Pemetaan
Tipe satu
Receiver
GPS Tipe Frekuensi
Geodetik
Tipe Dua
Penentuan Timing Frekuensi
Waktu Receiver

a. Receiver Penentuan Posisi


1) Tipe Receiver Navigasi yang kadang disebut tipe genggam
(handheld receiver), umumnya digunakan untuk penentuan posisi
absolut secara instan yang tidak menuntut ketelitian yang terlalu
tinggi; receiver navigasi tipe sipil ketelitian (50-100 m) sedangkan
receiver tipe militer (0-20 m) harganya juga relatif murah.
2) Tipe Receiver Pemetaan, tipe ini sama dengan tipe navigasi hanya
bedanya pada tipe pemetaan ini data tersebut di rekam dan dapat
didownload ke komputer untuk di proses lebih lanjut. Kedua tipe ini
sama-sama digunakan untuk penentuan posisi diferensial untuk tipe
pemetaan ketelitian sekitar 0-5 m. Aplikasi yang bisa dilayani oleh
receiver ini adalah survey dan pemetaan geologi dan pertambangan,
peremajaan peta, basis data SIG.
3) Tipe Receiver Geodetik, tipe ini merupakan tipe yang paling
canggih, paling mahal dan juga memberikan data yang paling presisi.
Oleh sebab itu digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut
ketelitian yang relatif tinggi orde mm sampai dm seperti pengadaan
titik kontrol geodesi, pemantauan deformasi dan studi geomatika.
b. Receiver Penentuan Waktu
Didesain hanya untuk memberikan informasi tentang waktu ataupun
informasi frekuensi yang diteliti. Receiver ini dilengkapi dengan
keluaran 1 pps (pulse-per-second), juga dilengkapi dengan receiver
Loran –C, jam atom rubidium atau cesium, dalam rangka meningkatkan
stabilitas jangka pendek (Short Term) maupun jangka panjang (Long
Term).
Disamping untuk penentuan waktu dan frekuensi secara teliti, receiver
ini juga dapat digunakan untuk aplikasi-aplikasi seperti transfer waktu
antar benua, sinkronisasi jaringan telekomunikasi digital, maupun
sinkronisasi jaringan pembangkit tenaga listrik contohnya antara lain
GNSS-300T.

2. Berdasarkan Jenis Data Yang Direkam Atau Diberikan


a. Receiver kode –C/A
Contohnya receiver tipe navigasi dan tipe pemetaan
b. Receiver kode –C/A + fase L1
Contohnya receiver tipe geodetic satu frekuensi
c. Receiver kode –C/A + fase L1 + fase L2
Contohnya receiver tipe geodetikdua frekuensi yang menggunakan
teknik signal squaring
d. Receiver kode –C/A + Kode-P + fase L1 ,L2
Contohnya receiver tipe geodetik dua frekuensi kode-P
3. Berdasarkan Tujuan Ataupun Fungsi Penggunaannya Yang Relatif
Lebih Spesifik
Tipe Karakteristik Spesifik
Penerbangan  Umunya digunakan untuk navigasi dan
(Aviation) penetuan attitude.
 Dapat diintegrasikan dengan basis data
jeppson
 Receiver yang lebih canggih sedang
dibangun dan diuji untuk keperluan
pendaratan (Landing)
Laut (Marine)  Umunya digunakan untuk navigasi
 Untuk mengakomodir format data NMEA-
183 sehingga dapat diintegrasikan dengan
peralatan kapal lainnya
 Beberapa dilengkapi dengan layartampilan
yang cukup lebar untuk menampilakn peta
navigasi laut
Luar Angkasa  Digunakan untuk navigasi satelit dan
penentuan attitudenya
 Mempunyai daya tahan terhadap radiasi
yangb lebih baik dibandingkan dengan
receiver umumd ibandingakn di permukaan
bumi.
GPS Card  Hanya berupa electronic board
 Dimaksdukan untuk diintegrasikan dengan
instrument lain seperti PC, kamera dan
video
 Ada yang dapat menerima koreksi
diferensial.
4. Berdasarkan Jumlah Kanal yang Dipunyai
a. Receiver Multi-Chanel
b. Receiver Sequential
c. Receiver Multiplexing.

Perkembangan receiver dari waktu ke waktu cenderung berpola sebagai


berikut :
- Ukuran semakin kecil
- Harga semakin murah
- Keandalan semakin Tinggi
- Ketelitian data yang diberikan semakin baik
- Lebih user oriented
- Dapat diintegrasikan dengan system SIG
- Jenis dalam bentuk GPS card

B. KELEBIHAN DAN LIMITASI GPS


1. Kelebihan
a. GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca.
GPS dapat digunakan baik siang ataupun malam hari, dalam kondisi
cuaca yang buruk sekalipun seperti hujan atau kabut. Karena
karakteristiknya ini, maka penggunaan GPS dapat meningkatkan
efisiensi dan fleksibilitas terkait kegiatan penentuan posisi, diharapkan
dapat memperpendek waktu pelaksanaan dan menekan biaya
operasional.
b. GPS dapat meliput wilayah yang luas
Satelit-satelit GPS memiliki tinggi orbit sekitar 20.000 km di atas
permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 24 satelit. Sehingga dapat
meliput wilayah yang cukup luas dan dapat digunakan oleh banyak
orang pada saat yang sama dengan tidak bergantung pada batas politik
ataupun batas alam.
c. Penggunaan GPS tidak terpengaruh dengan kondisi topografis
Penentuan posisi dengan GPS tidak memerlukan keterlihatan antara
satu titik dengan titik lainnya seperti yang dilakukan dalam penentuan
posisi dengan metode terestris. Yang diperlukan dalam penentuan posisi
dengan GPS adalah keterlihatan antara titik dan satelit.
d. GPS Menggunakan datum WGS 1984
Karakteristik ini menguntungkan untuk kondisi Indonesia di mana
wilayahnya merupakan kepulauan dan relatif luas, sehingga kerangka
titik dasar antar pulau sulit untuk dilakukan jika menggunakan metode
terestris. Namun dengan GPS, dengan datum yang sama tentu akan
menghasilkan titik-titik yang datumnya sama ketika dilakukan survei di
tempat berbeda (contoh di Jawa dan di Papua).
e. GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya cukup luas.
GPS dapat memberikan ketelitian dari yang sangat teliti (milimeter)
hingga yang biasa (puluhan meter). Sehingga memungkinkan pengguna
untuk mendapatkan ketelitian sesuai dengan anggaran, tujuan dan
kebutuhan. Pada saat ini GPS telah digunakan untuk keperluan
Kemiliteran, Survei dan pemetaan, transportasi, Pendaftaran Tanah,
Kehutanan, pertambangan, fotogrametri, penginderaan jauh, dll.
f. Pemakaian GPS tidak dikenakan biaya
Selama pengguna memiliki receiver, maka yang bersangkutan dapat
menggunakan sistem GPS untuk berbagai aplikasi tanpa dikenakan
biaya oleh pihak yang memiliki satelit. Jadi, investasi yang dilakukan
pengguna hanyalah alat penerima (receiver) sinyal GPS beserta
software untuk pemrosesan datanya.
g. Ketersediaan receiver yang semakin dinamis
Dalam hal ini baik receiver ataupun software semakin banyak tersedia
dengan harga yang relatif murah. Di samping itu, karena banyaknya
merek receiver yang beredar, kompetensi sesama pembuat semakin
tinggi, sehingga semakin banyak tersedia receiver yang user-oriented.
h. Pengoperasian receiver GPS untuk penentuan posisi tidak
mengeluarkan banyak tenaga.
Dibandingkan dengan pengukuran terestris, misalnya metode poligon,
pengamatan dengan GPS tidak terlalu memakan banyak tenaga dan
waktu.
i. Data pengamatan GPS tidak dapat dimanipulasi
Pengumpul data (surveyor) tidak dapat memanipulasi data pengamatan
GPS dibandingkan dengan pengumpulan data terestris. Ini tentunya
akan meningkatkan keandalan dari hasil survei dan pemetaan yang
diperoleh.
j. Semakin banyak instansi di Indonesia yang menggunakan GPS.
Berikut ini adalah beberapa contoh daftar instansi di Indonesia yang
menggunakan GPS :
2. Limitasi
a. Tidak boleh ada penghalang antar receiver dan satelit saat pengamatan.
Penghalang seperti pohon ataupun gedung-gedung tinggi harus
diperhitungkan, maka untuk menerima sinyal ada dua pendekatan yang
dapat dilakukan. Pertama, jika terhalang pepohonan dapat dengan
membersihkan atau memotong pohon-pohon yang mengganggu
penerimaan sinyal. Kedua, Untuk keadaan pohon ataupun gedung,
dapat dengan meninggikan tongkat melewati ketinggian pohon ataupun
rumah yang menghalangi.
b. Perlu adanya transformasi koordinat
Datum yang digunakan oleh GPS adalah WGS 1984, seandainya posisi
di presentasikan dalam datum lainnya maka perlu dilakukan proses
transformasi koordinat dari datum WGS 1984 ke datum yang
bersangkutan. Dan juga akan lebih menyulitkan jika hasil pengamatan
di presentasikan ke dalam datum lokal yang sama sekali tidak diketahui
hubungan geometris dengan datum WGS 1984.
c. Tinggi mengacu pada tinggi ellipsoid
Tinggi yang diperoleh merupakan tinggi terhadap ellipsoid , dalam hal
ini ellipsoid GRS (Geodetic Refference System). Data yang didapatkan
bukanlah tinggi orthometris , yaitu tinggi yang mengacu ke permukaan
geoid (Permukaan laut, Mean Sea Level). Sehingga data hasil
pengamatan dengan GPS tidak dapat langsung diintegrasikan dengan
tinggi yang diperoleh dari pengukuran terestris dengan metode sifat
datar (leveling) yang umum digunakan. Dalam mentransformasi tinggi
ellipsoid ke tinggi orthometris , perlu diketahui informasi mengenai
undulasi geoid (Ketinggian geoid diatas ellipsoid).

d. Sulitnya pemrosesan dan penganalisaan hasil survei GPS.


Meskipun pengumpulan data relatif mudah, pemrosesan dan
penganalisaan bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi jika
menginginkan ketelitian posisi yang tinggi. Di mana pengguna harus
menguasai hitung perataan kuadrat terkecil, stastistik serta
penghitungan geodetik, pengguna juga harus memahami efek dari
geometri satelit serta kesalahan dari bias yang mempengaruhi
pengamatan (contoh Multipath, kesalahan orbit, bias ionosfer dan
troposfer, dll)
e. Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai teknologi GPS
Karena GPS merupakan teknologi yang relatif baru, maka sumber daya
manusia yang menguasai teknologi ini belum banyak. Sehingga
peralatan ataupun teknologi yang canggih, perlu didukung dengan
kualitas dan kuantitas yang memadai dari sumber daya manusia.

C. APLIKASI-APLIKASI GPS
Seperti yang kita ketahui bahwa awalnya GPS digunakan untuk
memenuhi kebutuhan militer, namun pada masa sekarang pemanfaatan GPS
sudah mencakup hal-hal yang lebih luas di berbagai bidang. Berikut beberapa
contoh aplikasi GPS di berbagai bidang :
1. Geodesi
GPS banyak digunakan untuk pengadaan jaring kerangka dasar titik-titik
kontrol, baik untuk skala nasional, regional, maupun global (Abidin 2000,
161). Pengamatan secara teliti posisi titik-titik tertentu dari waktu ke
waktu juga dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dinamika bumi
(geodinamika) yang berkaitan dengan pergerakan sesar-sesar maupun
lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya digunakan untuk prediksi
terjadinya gempa bumi maupun letusan gunung berapi. Pengamatan
tersebut dilakukan dengan selang waktu tertentu, misalnya setiap setahun
sekali.

Penggunaan GPS untuk


studi geodinamika
Dalam hal ini peran dan kontribusi yang paling besar dimiliki oleh
International GPS Service for Geodynamics (IGS). IGS merupakan sebuah
organisasi yang didirikan oleh International Association of Geodesy (IAG)
pada tahun 1993. Secara operasional, IGS menyediakan data GPS
termasuk informasi orbitnya, serta data dan informasi pendukung lain,
serta membangun spesifikasi dan standar internasional yang berkaitan
dengan data dan informasi GPS.
Di Indonesia sendiri, GPS digunakan untuk penentuan koordinat titik-titik
kontrol dalam pembangunan kerangka dasar nasional untuk survey dan
pemetaan, meliputi kerangka orde-0, sampai orde-3, yang mana orde-0 dan
orde-satu dilakukan oleh BAKOSURTANAL, sedangkan orde-2 dan orde-
3 oleh Kementrian ATR/BPN. Kerangka dasar orde-0 dihitung dalam
sistem ITRF (International Terrestrial Reference Frame) 91, yang
kemudian ditransformasikan ke sistem WGS 84, dengan ketelitian relatif
dari semua baseline berkisar antara 0,01 dan 0,1 ppm, dengan standar
deviasi beberapa mm. Titik-titik kontrol orde-1 yang didapatkan dari
perapatan terhadap orde-0, memiliki ketelitian relatif dari semua baseline
berkisar antara 0,1 dan 2 ppm, dengan standar deviasi kurang dari 10 cm.

2. Pemetaan laut
Dalam hal survey dan pemetaan serta penentuan posisi di laut, GPS telah
digunakan untuk keperluan survey hidro-oseanografi, survey seismik,
penentuan posisi bui-bui dan peralatan lepas pantai ataupun untuk
mempelajari karakteristik arus, gelombang, ataupun pasang surut (tides) di
lepas pantai. Beberapa ahli di AS menggunakan GPS yang
dikombinasikan dengan sistem peentuan posisi akuistik untuk menentukan
posisi titik-titik di dasar laut secara teliti.
Metode yang umum digunakan dalam pemetaan laut ialah metode
kinematik diferensial menggunakan data pseudorange untuk aplikasi yang
menuntut ketinggian menengah (level meter), sedangkan untuk ketelitian
yang lebih tinggi (level cm) menggunakan data fase.
Penentuan titik-titik dasar laut secara teliti

Saat ini, penggunaan GPS dalam survey hidro oseanografi di Indonesia


utamanya terkait dengan:
- Penentuan posisi titik-titik kontrol di pantai
- Navigasi kapal survey
- Penentuan titik-titik perum (sounding)
- Penentuan sensor-sensor hidrografi dan oseanografi
- Penentuan posisi struktur atau obyek laut seperti wahana pengeboran.

3. Pemetaan Darat
Dalam kegiatan survey dan pemetaan darat, GPS telah diaplikasikan dalam
berbagai kegiatan, yang dapat diilustrasikan pada gambar berikut:

Aplikasi GPS dalam survey dan pemetaan darat


Metode penentuan posisi dengan GPS yang dapat digunakan secara
optimal dan efisien adalah metode statik, statik singkat, stop and go,
maupun pseudo kinematik. Selain itu juga ada sistem-sistem integrasi
seperti GPS/LPS dan GPS/Total Station.
a. Survey pertambangan
GPS sangat membantu dalam penentuan posisi dan staking out daerah
deposit mineral ataupun daerah konsesi pertambangan, serta penentuan
posisi titik-titik bor dan seismik. Selain itu, dapat digunakan untuk
pemantauan posisi relatif (vertikal) anjungan pengeboran minyak lepas
pantai terhadap kemungkinan penurunan (sinking) yang diakibatkan
oleh penyedotan minyak yang terlalu ekstensif.
b. Survey rekayasa
Yang dimaksud dengan survey rekayasa disini adalah pengadaan titik-
titik kontrol untuk menunjang pekerjaan-pekerjaan rekayasa seperti
pembangunan terowongan, jembatan, jalan, terusan, saluran irigasi dan
pemasangan pipa. Sebagai contoh dalam pembangunan terowongan,
yaitu pengadaan jaringan titik kontrol untuk memberikan azimuth dan
garis sumbu terowongan pada kedua ujungnya. Survey terestris
(pengukuran poligon) menuntut keterikatan antara dua titik ujung garis
sumbu terowongan dengan suatu jaringan titik-titik yang ekstensif,
sedangkan survey GPS tidak demikian, karena tiap koordinat titik-titik
kontrol didapat dari penentuan posisi tunggal, tidak diperlukan saling
keterlihatan antar titik dan jarak antar titik yang relatif lebih jauh.

Jaringan titik kontrol GPS untuk


pembangunan terowongan.
Beberapa survey rekayasa yang lain yaitu:
- Pemetaan detail dan staking out
- Pengontrolan dan pengecekan pekerjaan cut and fill
- Pemilihan dan penetapan lokasi menara SUTT maupun menara BTS
- Perencanaan jalur irigasi
- Penentuan kemiringan lereng suatu kawasan
- Penentuan profil vertikal jalan raya maupun kereta api

4. Fotogrametri
GPS digunakan untuk survey dan pemetaan udara, utamanya untuk :
a. Navigasi pesawat selama pemotretan
b. Penentuan posisi kamera saat pemotretan
c. Penentuan posisi titik-titik kontrol (groud control)

5. Pendaftaran Tanah
Seperti yang kita ketahui di institusi kita, dalam bidang pendaftaran tanah
GPS memiliki peranan penting antara lain :
a. Penentuan titik-titik dasar teknik
Jaringan titik-titik tetap sebagai titik dasar teknik disebut Kerangka
Dasar Kadastral Nasional (KDKN), yang terdiri dari orde-2 sampai
orde-4, dengan karakteristik secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut:

KDKN orde-2 dan orde-3


Pembangunan KDKN orde-2 dan orde-3 secara sistematis telah dimulai
sejak tahun anggaran 1994/1995, yang secara umum telah berjalan
dengan baik di seluruh Indonesia. Dalam pelaksanaannya di lapangan,
interval antar titik yang teratur kadang sulit direalisasikan. Selain
dikarenakan kondisi topografi yang tidak memungkinkan, juga
dikarenakan fungsinya itu sendiri yang utamanya untuk mendukung
kegiatan pendaftaran tanah, maka pemenuhan fungsi lebih didahulukan
daripada keteraturan geometris.

Contoh jaring KDKN di Kabupaten Sleman

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


tingkat ketelitian relatif dari KDKN orde-2 dan orde-3 berada pada
level beberapa cm, relatif terhadap tingkat ketelitian titik-titik ikat yang
digunakan oleh masing-masing jaringan. Pemanfaatan teknologi GPS
dalam pembangunan KDKN adalah suatu langkah tepat yang
berdampak strategis, dengan memberikan beberapa keuntungan, yaitu :
1) Pembangunan suatu kerangka titik-titik dasar teknik mengacu ke
suatu datum yang sama untuk seluruh wilayah Indonesia. Dengan
adanya KDKN, sistem pemetaan kadastral dapat berada dalam satu
sistem nasional yang tunggal, sehingga sasaran pemerintah untuk
dapat menyelesaikan pembuatan peta pendaftaran tanah lebih mudah
tercapai.
2) Pembangunan KDKN dapat dilakukan dengan lebih cepat dan
murah.
3) Ketelitian titik-titik KDKN yang relatif cukup tinggi.
4) Pengikatan dan pengintegrasian KDKN dengan KDGN dapat
dilakukan dengan lebih baik.
b. Penentuan titik-titik batas persil tanah
Posisi titik-titik batas persil dapat ditentukan secara relatif terhadap titik
dasar teknik terdekat dengan metode penentuan posisi secara
diferensial, menggunakan receiver GPS tipe geodetik. Ada beberapa
keuntungan :
1) Koordinat titik-titik batas persil berada dalam suatu sistem koordinat
nasional yang tunggal dan konsisten, sehingga: memudahkan
penggambaran/ plotting pada peta pendaftaran tanah; memudahkan
perhitungan luas; mempercepat realisasi Sistem Informasi
Pertanahan
2) Memudahkan rekonstruksi titik-titik batas
3) Memudahkan pencarian lokasi di lapangan (menggunakan bantuan
receiver GPS tipe navigasi)

Penentuan titik batas persil tanah dengan GPS secara langsung


Terdapat dua metode pengukuran titik batas, yaitu metode langsung dan
tidak langsung. Pada metode langsung, pengukuran dilakukan terhadap
seluruh titik batas. Receiver GPS bergerak dari satu batas ke batas
selanjutnya. Metode ini dapat digunakan untuk kawasan yang relatif
terbuka. Sedangkan pada metode tidak langsung maka pengukuran
batas dilakukan secara terestris terhadap satu titik bantu yang telah
diukur menggunakan GPS, yang posisinya terbuka dan paling dekat
dengan persil tanah yang hendak diukur.
c. Perekonstruksian titik-titik batas persil tanah
GPS dapat digunakan untuk mengembalikan (merekonstruksi) titik-titik
batas persil tanah yang hilang tandanya di lapangan. Pada prinsipnya,
GPS menggunakan koordinat yang telah diketahui sebelumnya dari
titik-titik batas yang hilang tersebut. Sama seperti pengukuran titik-titik
batas, ada dua metode yaitu langsung dan tidak langsung.

Rekonstruksi titik batas persil tanah dengan GPS secara langsung dan tidak
langsung
d. Penentuan dan pencarian lokasi persil tanah
GPS juga dapat dimanfaatkan untuk mendefinisikan lokasi suatu persil
tanah. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan koordinat titik
tengah. Ketelitian posisi titik tengah dari persil sekitar 1 m secara
umum sudah mencukupi kebutuhan. Pencarian lokasi persil
menggunakan metode yang sama dengan halnya merekonstruksi batas
bidang tanah.

Penentuan lokasi bidang tanah.

6. Perhubungan darat, laut dan udara


Dalam perhubungan darat, selain sebagai alat navigasi yang digunakan
user, GPS juga berperan dalam penentuan posisi dalam sistem navigasi
Intelligent Vehicle Highway Systems (IVHS) yang sekarang dikenal
sebagai Intelligent Transportation System (ITS), yang merupakan
gabungan dari beberapa teknologi yaitu penentuan posisi, sistem
informasi, komunikasi, kontrol, dan elektronik untuk mengatasi masalah
trasnportasi, untuk memnerikan kemampuaan navigasi yang lebih baik
bagi pengendara.
Dalam trasnportasi laut, pernana GPS utamanya terkait dengan masalah
navigasi serta pemantauan dari wahana laut, yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Peranan GPS dalam navigasi laut.

Dalam bidang perhubungan udara, selain untuk keperluan navigasi,


informasi tentang posisi tiga dimensi pesawat, juga dapat digunakan
untuk memberikan informasi tentang kecepatan terbang, arah terbang,
serta attitude (pitch, roll) dari sebuah pesawat.

Peranan GPS dalam navigasi udara.

7. Sistem Informasi Geografis


 GPS Membawa SIG ke lapangan
 GPS sebagai pendigitasi bumi
 GPS untuk pemanggilan data dan analisa
 GPS untuk ground truthing
 GPS sebagai pengkorelasi data

8. Pertanian dan perikanan


Di bidang pertanian, utaamanya untuk navigasi kendaraan pertanian,
pemetaan kawasan dan lahan pertanian, maupun pembangunan suatu
Sistem Iformasi Pertanian.
Di bidang perikanan, GPS membantu para nelayan dalam mencari dan
mendata lokasi-lokasi ikan, sehingga diharapkan proses penangkapan
ikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta terjadi peningkatan volume.

9. Pemantauan deformasi gunung berapi

Pemantauan gunung berapi secara terpadu

Pada prinsipnya, sama seperti pada pengamatan geodinamika, yaitu


dengan mengamati perubahan-perubahan posisi dari titik-titik kontrol
dalam suatu fase tertentu.

Selain untuk keperluan di bebagai bidang yang dijelaskan di atas, GPS


mempunyai peranan penting dalam beberapa hal lain, yaitu:
1. Pemantauan deformasi bangunan, dan struktur, serta pergerakan tanah
2. Airborne Gravimetry (pengumpulan data gaya berat) untuk keperluan
penentuan geoid yang teliti sehingga sangat membantu dalam beberapa
hal, seperti unifikasi datum, eksplorasi dan inventarisasi sumber daya
mineral dan energi di wilayah Indonesia.
3. Studi ionosfer
4. Meteorologi
5. Penentuan laju dan arah angin
6. Penentuan orientasi dari suatu wahana bergerak
7. Pengamatan pasang surut lepas pantai, pola arus laut, dan MSL
8. Aplikasi rekreatif
9. Realisasi aspek Geodetik dari hukum laut.
DAFTAR REFERENSI

Abidin, Hasanuddin Z. 1999. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya.


Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai