BAB II
RENCANA USAHA DAN/ ATAU KEGIATAN
TABEL 2.1.
Tim Penyusun Studi AMDAL
GAMBAR 2.1.
Letak Lokasi Kegiatan
Berdasarkan letak titik koordinat pada gambar citra satelit yang diambil,
lokasi penambangan PT. Kurnia Jaya Raya berada dalam lokasi keordinat
sebagai berikut :
TABEL 2.2.
Daftar Koordinat Batas KP Eksploitasi
Lokasi PT. Kurnia Jaya Raya berada ± 320 km di sebelah Timur Laut dari
kota Pontianak, dapat ditempuh menggunakan mobil dan kendaraan roda
dua selama 6 jam dan transportasi air melalui Sungai Kapuas
menggunakan speed boat dengan waktu tempuh 3 jam.
TABEL 2.3.
Aksesibilitas dan Pencapaian Menuju Lokasi studi
Waktu
No Route (Km) Prasarana Sarana Ket
(Jam)
Jalan
Pontianak – Sei Ambawang Transportasi tanah
2. ± 267 Roda empat 5,0
– Tayan -Sanggau Darat perkera
san
Transportasi Sungai
3. Sanggau-Kampung Baru - Speed boat 3
air Kapuas
Sumber : Hasil Survai Lapangan, 2010
TABEL 2.4.
Tahapan Kegiatan Pertambangan Bauksit PT. Kurnia Jaya Raya
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 ● ●
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Penyelesaian Perizinan X X
2 Sosialisasi Rencana Proyek X X X
3 Eksplorasi X X X X X ● ●
4 Program CSR X X X
5 Pembebasan Lahan X X X
TAHAP KONSTRUKSI
1 Mobilisasi Tenaga Kerja X X X
2 Mobilisasi Peralatan X X X
3 Pembangunan Jalan Tambang X X X X X
4 Pembersihan Lahan (land clearing) X X X X ● ●
5 Pembangunan Sarana dan Prasarana X X X
6 Pembangunan Dermaga X
TAHAP OPERASI
1 Pemindahan Top Soil dan Tanah
X X X X ● ● ● ●
Penutup
2 Proses Ekskavasi/ Pembongkaran Bijih
X X X X X ● ● ●
Bauksit
3 Pengangkutan Ore X X X X X ● ● ●
4 Pencucian Bijih Bauksit X X X X X ● ● ●
5 Kolam IPAL X X X
6 Pengangkutan dari Washplan ke
X X X X X ● ● ●
Dermaga
7 Penyimpanan Bauksit Tercuci X X X X X ● ● ●
8 Pencampuran X X X X X ● ● ●
9 Pemuatan (Loading) X X X X ● ● ●
TAHAP PASCA OPERASI
1 Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang X X X X ● ●
2 Pemanfaatan Lahan Bekas Tailing Pond ● ●
3 Pemutusan Hubungan Kerja ● ●
Keterangan :
X = Waktu Pelaksanaan
● = Menunjukkan kegiatan berlanjut pada waktu yang belum ditentukan.
GAMBAR 2.2.
Kegiatan Sosialisasi Kepada Masyarakat
3. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mengetahui jumlah cadangan
bauksit pada area Izin Usaha Pertambangan. Kegiatan ini dimulai
dengan studi kepustakaan yang meliputi hal-hal yang menyangkut
keadaan geologi regional dan keadaan tektonik. Kemudian disusul
dengan pemeriksaan lapangan dan diusahakan menemukan
adanya singkapan (outcrop) bijih bauksit serta mengambil
beberapa contoh dengan pembuatan sumuran (test pit).
Kegiatan eksplorasi lebih terpusat pada kegiatan pembuatan atau
pemeriksaan kembali sumuran atau test pit, yang bertujuan untuk
lebih mengetahui bentuk geometri, kualitas dan kuantitas dari bijih
bauksit serta kemungkinan adanya anomali-anomali geologi.
SITE MANAGER
Senior Engineering
ADMINISTRATION
Administration Spt
Administration Officer K3 & ENVIRONMENT
Logistic/ Gudang Safety Officer
Akunting Safety Clerk
GENERAL
Corporate Social
Responbility (CSR)
Akunting
Logistik/gudang
Goverment Relation Cook
Camp/Office boy
Safety Clerk
Security
Environmental Eng.
Driver lv
LABORATORIUM
Lab. Spt
Preparation
Sampler
PRODUKSI
GAMBAR 2.3.
Struktur Organisasi Tambang PT. Kurnia Jaya Raya
PRODUKSI
Production Spt
GAMBAR 2.4.
Struktur Organisasi Bagian Produksi PT. Kurnia Jaya Raya
TABEL 2.5.
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Pada Penambangan Bauksit
PT. Kurnia Jaya Raya
Tahap
Tahap Pra Tahap Tahap
No Deskripsi Pasca
konstruksi Konstruksi Operasi
Operasi
1 Site Manager 1 1 1 1
2 Administration
Administration Spt 1 1 1 1
Administration Officer 1 1 2 1
Logistic/ Gudang 2 3 3 1
Akunting 1 2 4 2
3 General
CSR 3 3 2 2
Driver Ofice 2 6 12 4
Labour 5 10 20 15
Government Relation Cook 1 2 3 2
Camp/ Ofice Boy 1 2 5 3
Security 1 4 5 3
4 K3 dan Environment
Safety Officer 1 2
Safety Clerk 1 2 1
Environmental Eng 1 3 2
5 Maintenance
Workshop Spt 1
Workshop Spv 2
Workshop Foreman 2
Driver (service truck) 1
Driver (Fuel & Water truck)
Mechanic 2
Ass.Mechanic 2
Electrician 1
6 Engineering
Engineering Spt 1 1 1
Mining Engineering 1 1
Geologist 1 1
QC Civil Engineering 2 2
Surveyor 1 1 1
1
Draftmen 1 1 1
Helper surveyor 3 3
1
7 Poliklinik
Dokter Umum 1
Perawat 1 3 1
8 Laboratorium
Lab. Spv 1 1 1
Preparation 1 1 1
Sampler 1 1 1
9 Kontraktor - 5 10 -
10 Produksi - - 54 -
Total Tenaga Kerja 29 54 156 41
Sumber : Rencana Pengembangan PT. Kurnia Jaya Raya (2010)
Waktu Kerja
Jumlah jam kerja per shift yang direkomendasikan untuk
penambangan bauksit PT. Kurnia Jaya Raya adalah 16 jam
efektif.
1. Untuk tingkat produksi 100.000 ton konsentrat per bulan,
akan diberlakukan 2 shift (gilir) kerja atau 16 jam kerja
efektif per hari.
2. Dalam satu (1) bulan terdiri dari 25 hari kerja efektif
atau 250 jam kerja efektif jika diberlakukan 2 shift kerja,
satu (1) bulan akan terdiri dari 25 hari kerja efektif atau 500
jam kerja efektif.
3. Dalam satu (1) tahun terdiri dari 12 bulan kerja efektif atau
3.000 jam kerja efektif jika diberlakukan 2 shift kerja, satu (1)
bulan akan terdiri dari 12 bulan kerja efektif atau 6.000 jam
kerja efektif.
4. Jumlah jam kerja tambang sama dengan jam kerja di unit
pencucian. Sedangkan pegawai yang bekerja di kantor (non-
operasional) akan bekerja hanya 10 jam efektif per hari.
5. Pada saat diberlakukan dua (2) shift kerja, akan ada tiga (3)
tenaga pengawas (supervisor) pada masing-masing area: pit &
dump, washing plant, dan loading (barge & vessel), Dua (2) orang
supervisor akan bertanggung jawab terhadap masing-masing area
tersebut di atas dan satu (1) orang supervisor akan stand-by
untuk menggantikan satu di antara dua supervisor lainnya yang
akan mengambil libur (day-off) untuk berganti shift dari jam kerja
siang ke jam kerja malam atau sebaliknya.
Pergantian shift kerja ini dimaksudkan untuk refreshing agar tidak
jenuh menghadapi jam kerja (malam atau siang) yang sama terus,
me-minimize resiko kecelakaan (safety), dan untuk menambah
wawasan (knowledge & experience) dalam menghadapi masalah serta
penyelesaiannya (problem solving) saat bekerja pada waktu (siang atau
malam) yang berbeda. Di samping itu juga memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan dan non-
pekerjaan yang hanya bisa diselesaikan pada saat siang hari (day
light). Dalam feasibility study ini, pergantian shift direncanakan setiap
lima (5) hari sekali.
1. Pergantian shift tersebut di atas juga akan diikuti oleh supervisor
Health, Safety, dan Security meskipun bisa tidak mengikuti jadwal
yang sama.
2. Hari cuti dan libur nasional akan diatur kemudian sesuai dengan
kebijakan perusahaan.
Berikut adalah struktur organisasi PT. Kurnia Jaya Raya per satu shift
kerja sebagai berikut :
Gambar.2.5.
Struktur Organisasi untuk Site Office PT. Kurnia Jaya Raya
Job Description :
1. Memilih keputusan strategis yang menyangkut
pemilihan proses atau metoda pelaksanaan suatu
kegiatan operasional.
2. Merancang keputusan strategis yang menyangkut
kreasi metoda-metoda pelaksanaan kegiatan
operasional yang produktif.
3. Mengambil keputusan-keputusan perencanaan
jangka panjang, jangka pendek, dan scheduling
pekerjaan serta pengalokasian tenaga ahli dalam
jangka pendek dan jangka panjang.
4. Melakukan pengawasan dan evaluasi yang
menyangkut koreksi dan improvisasi kegiatan
operasional.
5. Melakukan pembaharuan dalam implementasi
perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam sistem
operasional (produksi) berdasarkan perubahan-
perubahan operasional, tujuan organisasi, teknologi,
dan manajemen.
6. Mengevaluasi pekerjaan pengawasan pelaksanaan
pemantauan dan pengelolaan lingkungan seperti
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.
7. Memantau secara continue kemajuan kegiatan
penambangan berdasarkan perencanaan tambang
jangka pendek dan jangka panjang yang telah
disetujui bersama.
8. Membuat rencana jangka pendek dan jangka
panjang untuk perluasan area penambangan dan
mempersiapkan seluruh sarana dan prasarana
penunjang yang berkaitan dengan implementasi
perluasan area tambang.
9. Membuat dan menetapkan standardisasi quality
control untuk setiap unit dan seluruh kegiatan
produksi yang berhubungan dengan pencapaian
target roduksi agar sesuai dengan kualitas,
kuantitas, budget, dan schedule yang ditetapkan
perusahaan, secara aman dan selamat.
10. Secara regular mengkoordinir dan mengevaluasi
usulan budget yang disampaikan tiap bagian yang
dibawahinya.
11. Membantu manager operasional dalam pelaksanaan
tugas operasional agar sedapat mungkin
kegiatannya dapat terlaksana di bawah budget yang
telah ditetapkan.
TABEL 2.6.
Rencana Penggunaan Alat Berat
Excavator
PC 300 2,1 m³ 6
wheel loader
motor Grader
Vibratory Roller
dump truck
1000 liter 2
Motor Cycle
10
Chainsaw
Vibrating screen
GAMBAR 2.6
Contoh Jalan Tambang Bauksit
TABEL 2.7.
Jenis dan Jumlah Unit Bangunan
Jumlah
No Penggunaan Lahan Luas
Unit
Camp Complex
1 Kantor 1 0,5 Ha
2 Mess Karyawan 6 2 Ha
3 Pos Keamanan 12 0,5 Ha
4 Laboratorium 3 1 Ha
5 Gudang 3 1Ha
6 Bengkel 3 3 Ha
7 Power Plant 1. minimal 500 KVA
8 Power Plant 2... .KVA
9 Power Plant 3 …KVA
10 Water Pump
11 Water Tank
12 Fuel Tank 1 10.000 liter 1 Ha
Jumlah
No Penggunaan Lahan Luas
Unit
13 Fuel Tank 2 10.000 liter
14 Fuel Tank 3 10.000 Liter
WP Complex
1 Stockpile ore kotor 2 Ha
2 Tromol/washing plant 2 Ha
3 Stockpile ore bersih dari tromol/WP 2 Ha
Port Complex
1 Stockpile Dermaga 95,5 Ha
2 Area Dermaga 4 Ha
3 Pos Keamanan 0,5 Ha
Sumber : Rencana Penambangan PT. Kurnia Jaya Raya
6. Pembangunan Dermaga
Guna kegiatan pemuatan bijih bauksit ke tongkang pengangkut,
maka diperlukan adanya bangunan dermaga muat. Dermaga muat
ini akan dilengkapi jetty yang terbuat dari tiang pancang beton
dengan fasilitas stockpile seluas 2 Ha yang dapat menampung
bijih bauksit yang sudah tercuci sebanyak 60.000 MT. Fasilitas lain
yang akan terdapat di dermaga adalah “load out” conveyor, ruang
devisi yang menangani masalah pengiriman (gudang dan kantor,
ruang control dan ruang preparasi), ruang genset dan tangki
minyak
Pemuatan konsentrat bauksit ke atas tongkang juga akan
menggunakan conveyor system. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, ukuran tongkang yang draft-nya
masih aman untuk dipakai sebagai sarana transportasi di
Sungai Kapuas adalah 300 – 350 feet, dengan kapasitas muat
maksimum sekitar 3.000 – 5.000 ton per unit.
GAMBAR 2.7.
Contoh conveyor system
Pembuatan dermaga dilakukan apabila penggunaan dermaga
pada wilayah sekitar studi dioperasikan dengan maksimal. Namun
dengan pertimbangan lain pembuatan dermaga bias tidak
dilakukan karena memanfaatkan dermaga lain dengan sistim izin
pinjam pakai pada dermaga lain yang pada pengoperasiannya
tidak terlalu optimal.
2.2.4.3. Tahap Operasi
Tahap ini diawali dengan persiapan penambangan berupa penyiapan
beberapa sarana untuk memulai kegiatan penambangan antara lain
penupasan top soil (overburden), pengangkutan, penimbunan tanah
penutup di area konservasi tanah penutup untuk revegetasi (dumping
area), pembuatan jenjang awal dan sebagainya.
GAMBAR 2.8.
Contoh Pengupasan lapisan atas dan Overburden Pada
Penambangan Bauksit
GAMBAR 2.9.
Deskripsi Kedalaman Overburden dan Badan Bijih Bauksit
GAMBAR 2.10.
Contoh Kegiatan Ekskavasi Bijih Bauksit
3. Pengangkutan Ore
Kegiatan penggalian dilakukan dengan menggunakan alat berat jenis
excavator. Alat angkut ini digunakan untuk mengangkut material dari
front penambangan ke washing plant adalah dump truck dengan
kapasitas rata-rata 20 ton. Pada tahap ini dilakukan blending dimana
penyesuaian kadar dilakukan berdasarkan spesifikasi yang diinginkan
oleh buyer.
Blending di front tambang dilakukan dengan penempatan beberapa
excavator dan dump truck pada lokasi yang berbeda dan kadar yang
berbeda. Setelah dilakukan penggalian dan pengangkutan, matrial
kemudian dibawa ke washing plant untuk dilakukan proses selanjutnya.
Hasil produksi bauksit yang telah digali selanjutnya diangkut
menggunakan dump truck untuk dibawa ke stockpile pencucian.
Pengangkutan bijih bauksit dari area tambang menuju washing plant
menggunakan dump truck berkapasitas 20 MT. Kapasitas ini dipastikan
dengan penimbangan material bauksit sebelum tercuci.
4. Pencucian Bijih Bauksit
Material yang dibawa oleh dump truck selanjutnya dimasukkan ke hopper
dengan cara dumping. Setelah material masuk kedalam hopper
selanjutnya disemprot dengan air agar terpisah antara material yang kecil
dengan boulder. Alat untuk mensortir material berdasarkan besar dan
kecilnya material disebut dengan feeder. Material yang besar (boulder)
dimasukkan langsung ke crusher sedangkan material yang kecil terbawa
oleh air masuk ke dalam trommol. Boulder setelah dihancurkan di dalam
GAMBAR 2.11
Contoh Unit Pencucian (Washing Plant)
Bijih bauksit dari raw ore stockpile atau feeding stockpile akan
dimuat dan ditumpahkan ke atas hopper (“mulut” alat pencucian)
dengan menggunakan wheel loader. Prinsip pencucian di sini
adalah pemisahan material berdasarkan ukuran. Material yang
berukuran lebih besar dari 2 mm (disebut konsentrat) untuk
GAMBAR 2.12.
Diagram Alir Pencucian Bauksit
5. Kolam IPAL
Kolam penampungan limbah atau tailing dam merupakan di
daerah rawa. Daerah rawa yang sudah dipersiapkan sekelilingnya
akan ditanggul sehingga air keluaran dari tailing dam bisa
mengarah ke ”settling pond” yang sudah dipersiapkan untuk
mendapatkan perlakuan lebih lanjut, sehingga air keluaran tidak
mencemari lingkungan.
Area penampungan material buangan (tailing pond) dibuat
bertahap, dimana elevasi kolam pertama lebih tinggi dari kolam
kedua dan ketiga. Proses pengaliran tailing ke kolam kedua terjadi
pada saat kolam pertama telah penuh terisi tailing, sehingga
limpasan tailing akan masuk ke kolam kedua, demikian
seterusnya hingga kolam ketiga, sehingga diharapkan material
padatan dapat mengendap dan air dapat di-sirkulasi kembali.
Kegiatan penambangan bauksit akan menghasilkan limbah yang
berasal dari kegiatan-kegiatan : penambangan, pengangkutan,
peremukan, pencucian dan limbah domestik. Bentuk limbah dapat
berupa limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
a. Limbah Padat
Limbah padat berasal dari limbah tambang, limbah
peremukan, limbah pengangkutan dan limbah domestik.
1) Limbah Tambang
Limbah adalah hasil sisa pencucian bauksit, yaitu yang
ditampung pada settling pond yang telah dibuat. Karena
dalam pencucian bauksit tidak dicampur dengan bahan
kimia, maka hasil tailing atau sisa pencucian limbah,
dapat ditanami berbagai macam tanaman, sehingga
tanah sisa pencucian bauksit masih bisa digunakan dan
di manfaatkan.
2) Limbah permukan
Limbah permukan berupa debu yang tersebar disekitar
lokasi permukan. Penyebaran debu diperkirakan cukup
besar dengan arah sebaran bergantung pada arah
dominan angin serta kecepatan hembusannya. Biasanya
limbah debu dihasilkan dari pemuaian partikel debu ke
udara akibat angin atau kegiatan transportasi lalu lintas
jalan. Hal ini diantisipasi oleh penyediaan container
penyiram jalan yang beroprasi pada jam-jam tertentu di
lingkungan tambang.
3) Limbah Pengangkutan
4) Limbah domestik
Limbah ini merupakan limbah rumah tangga yang berasal
dari aktifitas karyawan tambang yaitu limbah yang
dihasilkan dari mess karyawan dan kantor. Limbah padat
yang dihasilkan antara lain sisa makanan, kertas, kaleng,
plastik pembungkus dan lainnya. Hal ini akan diantisipasi
dengan dibuatnya bak sampah berdasarkan warna dan
jenis sampah yang dihasilkan.
GAMBAR 2.13.
Contoh Penampungan Limbah Domestik
b.Limbah cair
Limbah cair berbentuk bahan pelumas atau BBM yang
tercecer di pelataran parkir, bengkel, lokasi penambangan,
jalur pengangkutan dan lainnya. Limbah cair lainnya berasal
dari kamar mandi, dapur dan WC yang merupakan limbah
domestik. Limbah dari kamar mandi dan WC dialirkan melalui
saluran pembuangan dan septic tank. Sedangkan limbah cair
dari pencucian bauksit disirkulasi diareal penambangan dan
diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan kualitas
limbah dibawah ambang batas.
Khusus limbah B3 seperti sisa oli dari bahan bakar mesin
digunakan penyaringan oli atau yang biasa disebut dengan oil
trap. Hal ini akan ditangani langsung oleh devisi yang
menyangkut masalah lingkungan yaitu Helth Saffety and
Enviroment (HSE), khususnya bagian environment nya.
Sedangkan limbah cair dari pencucian bauksit disirkulasi
diareal penambangan dan diproses sedemikian rupa sehingga
menghasilkan kualitas limbah dibawah ambang batas
Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)
didasarkan atas peta kontur lahan/fisiografi lahan yang
berhubungan dengan lereng dan kemiringan, dengan alur
pembangunan berurutan sesuai dengan tahapan prosesnya
dari tinggi ke rendah sehingga dengan adanya gaya gravitasi
GAMBAR 2.14.
Contoh Kolam Flotasi dan Pemisahan Minyak (oil trap)
2) Kolam Pengaturan pH
Limbah cair selanjutnya dialirkan melalui parit terbuka
dengan pola alir turbulen memasuki kolam pengaturan
pH. Pada tahap ini limbah cair mempunyai pH 5-6 untuk
keperluan pengendapan logam terlarut (presipitasi) perlu
dilakukan pembasaan terhadap air limbah sehingga
diperoleh sekitar pH 7,5 dengan menambahkan kapur
(Ca(OH)2) sebanyak ±115 g/m3 air limbah atau 531
kg/hari. Untuk mencapai tingkat homogenitas yang
maksimal yang dilengkapi dengan alat pengaduk
otomatis.
Persamaan reaksi pembasaan yang mungkin. Jika basa
yang digunakan Ca(OH)2
M2+(aq) (logam terlarut) + Ca(OH)2 (s)→ M(OH)2 (S) +
Ca(s)
Setelah proses ini maka logam-logam terlarut dalam
limbah cair akan mengalami berubah dalam bentuk
hidroksida yang mudah mengendap sehingga dapt
dipisahkan dari limbah cair pada proses pengendapan
pada setlling pond.
3) Kolam Pengendapan (Setlling Pond)
Kolam ini berfungsi untuk memisahkan air dari limbah
padat tailing yang mengalir secara continue dari kolam
penetralan dengan waktu penahanan hidrolisis selama 5-
7 hari. Proses ini tidak melibatkan penambahan bahan
kimia sebagai pengendap (koagulan) tetapi dilakukan
secara alami dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
GAMBAR 2.15.
Contoh Kolam Pengendapan dan Penampungan Akhir
4) Kolam Penampung Akhir
Setelah proses pengolahan pada setlling pond air sudah
terpisah dari padatan tailing. Air tersebut kemudian
dialirkan ke kolam penampungan akhir, yang nantinya
akan dapat digunakan kembali (re use) untuk keperluan
pencucian bauksit. Pada kolam dapat dilakukan control
terhadap kualitas air dengan menggunakan indikator
tumbuhan air dan nekton (ikan), apabila indikator itu
dapat bertahan hidup dalam kolam ini, maka limbah cair
yang sudah diolah sebelumnya dapat dikatakan sudah
memenuhi syarat untuk dialirkan ke badan air. Adapaun
syarat-syarat organisme yang cocok untuk uji hayati :
TABEL 2.8.
Estimasi Ukuran Dimensi Kolam-Kolam IPAL
Jumlah
No Proses Dimensi
Kolam
1. Kolam flotasi dan oil trap 3 (20x10x2) m3
2. Kolam Pengaturan pH 3 (70x40x2) m3
Kolam Pengendapan
3. 12 (50x35x3) m3
(Setlling Pond)
Kolam Penampungan
4. 3 (100x700x3) m3
Akhir
c.Limbah Gas
Limbah gas pada pertambangan berupa gas buang yang
berasal dari knalpot kendaraan lapangan, truk, excavator,
loader, dan buldozer, Gas tersebut terdiri dari CO, CO2, Nox
dan Sox.
Gambar 2.16.
Desain IPAL
8. Pencampuran
Pencampuran (blending) adalah pencampuran bijih bauksit dari
beberapa blok yang ditambang untuk mendapatkan kualitas yang
diinginkan. Bijih bauksit dari tambang akan dikelompokkan
menurut kualitas, demikian juga bijih bauksit hasil dari pencucian
akan dikelompokkan dalam kualitas tertentu. Blending atau
pencampuran dilakukan pada saat pemasukan bauksit ke hoper
pencucian dan pada saat pemasukan ke hoper dari conveyor
pemuatan.
9. Pemuatan (Loading)
Setelah mencampurkan bauksit sesuai dengan kadar dan tonase
yang diinginkan bauksit dimasukkan ke dalam hopper yang
langsung dihubungkan dengan belt conveyor. Selain itu dapat pula
dilakukan dengan jetty manual dimana bauksit dimasukkan ke
dalam tongkang dengan menggunakan dump truck di lokasi
dermaga yang telah dibuat.
GAMBAR 2.17.
Ilustrasi Kegiatan Loading di Dermaga
Pembersihan Lahan
Pengupasan Lapisan
Penutup Top Soil
Penataan / Perataan
Tanah Top Soil
Penanaman/
Reklamasi Tanaman
Pemuatan dan
Pengangkutan
Pencucian Pengangkutan
GAMBAR 2.18.
Bagan alir Penambangan Bauksit
GAMBAR 2.19.
Contoh Reklamasi Bekas Tambang Bauksit
1. Penyelesaian Perizinan
2. Sosialisasi Proyek
A. Tahap Pra Kontruksi 3. Eksplorasi
4. Pemberdayaan Masyarakat
5. Pembebasan Lahan
1. Mobilisasi Tenaga Kerja
2. Mobilisasi Peralatan
3. Pembangunan Jalan Tambang
B. Tahap Kontruksi
4. Pembangunan Sarana dan Prasarana
5. Pembersihan Lahan
6. Pembangunan Dermaga
1. Pemindahan Top Soil dan Tanah Penutup
2. Penambangan Bauksit
3. Pengangkutan ore
4. Pencucian Bijih Bauksit
C. Tahap Operasi 5. Kolam IPAL
6. Pengangkutan Dari Washing Plant ke Dermaga
7. Penyimpanan Bauksit Tercuci
8. Pencampuran
9. Pemuatan
1. Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang
D. Tahap Pasca Operasi 2. Pemutusan Hubungan Kerja
3. Demobilisasi Peralatan
Alternative 2 (Dua) berlokasi pada rawa yang ada disekitar areal studi dengan
menambahkan beberapa skat guna menampung air rawa dengan maksimal.