Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan jumlah penduduk Indonesia yang sangat cepat dan majunya


teknologi informasi mengakibatkan masyarakat sulit mencari pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kondisi ini membuat masyarakat memilih
untuk mendirikan usaha mereka sendiri dengan modal dan pengetahuan seadanya,
terutama pelaku usaha wanita. Berdasarkan sensus ekonomi 2016, wanita
mendominasi kepemilikan usaha ekonomi kreatif di Indonesia sebanyak 54,96%.
Di Kota Pontianak sendiri, Haryadi S Triwibowo selaku Kepala Dinas Koperasi
Usaha Mikro dan Perdagangan juga menyebutkan bahwa wanita mendominasi
dari 18.000 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Pontianak. Kondisi ini
membuat pemerintah Kota Pontianak melantik ketua Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia (IWAPI) ranting di masing-masing kecamatan di Kota Pontianak pada
bulan September tahun 2019. Hal ini dilakukan agar para pelaku usaha wanita
dapat lebih terorganisir dan terbina dengan baik.

IWAPI beranggotakan para pelaku usaha wanita yang sebagian besarnya


adalah para pelaku usaha jenis UMKM. UMKM sendiri merupakan usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri dengan kriteria pendapatan pertahun
paling banyak Rp 300.000.000,- untuk usaha mikro, pendapatan pertahun paling
banyak Rp 2.500.000.000,- untuk usaha kecil, dan pendapatan pertahun paling
banyak Rp 50.000.000.000,- untuk usaha menengah.

IWAPI yang dulunya bernama Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia (IPWI)


sendiri sudah didirikan resmi sejak 10 Februari 1975 di Jakarta oleh Kemala
Motik Amongpradja dan Dewi Motik Pramono. IWAPI didirikan dengan harapan
dapat menjadi wadah bagi pelaku usaha wanita untuk mengembangkan kreatifitas
dan usahanya agar dapat membantu perekonomian keluarga pada saat itu. Namun
di masa sekarang, IWAPI dikelola tidak hanya agar wanita dapat membantu

1
2

perekonomian keluarga tetapi juga agar wanita dapat mandiri dan


mengembangkan kreatifitas mereka hingga usaha mereka dapat dikenal dan
produknya dapat tersebar di seluruh Indonesia maupun mancanegara. Terlepas
dari itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan anggota IWAPI dan para pelaku
UMKM lainnya sulit untuk berkembang, yaitu sumber daya manusia dan sulitnya
permodalan. Sulitnya permodalan dikarenakan para pelaku UMKM termasuk
anggota IWAPI tidak memiliki laporan keuangan terkait usaha mereka, sehingga
pihak bank maupun kreditur sulit untuk memberikan modal kepada mereka.
Laporan keuangan sangatlah penting dalam menjalankan sebuah usaha. Namun,
para pelaku UMKM sulit untuk melakukan pencatatan laporan keuangan tersebut.
Kondisi ini dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan di bidang akuntansi juga
rumitnya proses pencatatan akuntansi.

Seiring berkembangnya teknologi, mencatat laporan keuangan bukanlah


lagi hal yang sulit. Kini banyak aplikasi di smartphone untuk pencatatan laporan
keuangan yang mudah digunakan oleh semua orang, seperti SI APIK. Aplikasi SI
APIK diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 18 Januari 2016 dan ditujukan untuk
para pelaku UMKM di Indonesia. Aplikasi ini sendiri pun tidak berbayar dan
tanpa syarat. Aplikasi ini diciptakan agar para pelaku usaha khususnya pelaku
UMKM mudah untuk mencatat laporan keuangan usaha mereka.

Dengan adanya aplikasi SI APIK, penulis ingin membantu para pelaku


UMKM yang telah menjadi anggota IWAPI untuk mencatat laporan keuangan
usaha mereka dengan cara memberikan pelatihan tentang bagaimana cara
penggunaan aplikasi SI APIK tersebut. Setelah memberikan pelatihan, penulis
akhirnya mendapatkan data sebagai berikut :
3

Tabel 1.1.
Data Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia di Kota Pontianak Tahun 2019
Jumlah Anggota
Jumlah Anggota
Jumlah Yang Memilih Untuk
No Kecamatan Yang Ikut
Anggota Tetap Menggunakan
Pelatihan
Aplikasi SI APIK
1 Pontianak Selatan 23 Orang 16 Orang 15 Orang
2 Pontianak Barat 58 Orang 29 Orang 19 Orang
3 Pontianak Utara 16 Orang 11 Orang 11 Orang
4 Pontianak Timur 25 Orang 20 Orang 9 Orang
5 Pontianak Tenggara 50 Orang 24 Orang 13 Orang
6 Pontianak Kota 30 Orang 22 Orang 18 Orang
Jumlah 202 Orang 122 Orang 85 Orang

Bisa dilihat pada tabel 1.1, jumlah anggota IWAPI yang memilih untuk
tetap menggunakan aplikasi SI APIK dalam usaha mereka sebanyak 85 orang.
Berdasarkan data tersebut, penulis ingin mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi diterimanya aplikasi SI APIK oleh anggota IWAPI. Untuk
mengetahui hal tersebut, peneliti menggunakan model penerimaan teknologi atau
Technology Acceptance Model (TAM). TAM merupakan suatu model yang
dibangun untuk menjelaskan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
diterimanya suatu sistem (aplikasi SI APIK). TAM dikembangkan oleh Davis
(1989) yang mengadaptasi model Theory of Reasoned Action (TRA). Berdasarkan
studi yang dilakukan oleh Davis (1989), dapat dikatakan bahwa dalam
mengembangkan sebuah teknologi informasi perlu mempertimbangkan konstruk
perceived usefulness dan perceived ease of use dari pengguna (anggota IWAPI)
terhadap teknologi informasi tersebut (aplikasi SI APIK), ditambah dengan tiga
konstruk yang lain yaitu attitude toward using, behavioral intention to use, dan
actual system use.

Perceived usefulness atau persepsi kegunaan menjadi pertimbangan bagi


pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan pada aplikasi pencatatan laporan
keuangan. Contoh, pelaku UMKM percaya bahwa dengan memanfaatkan
penggunaan aplikasi pencatatan laporan keuangan, produktivitas dalam pencatatan
4

transaksi jual-beli akan meningkat. Sedangkan konstruk yang kedua adalah


perceived ease of use atau kemudahan penggunaan dalam menggunakan teknologi
(aplikasi pencatatan laporan keuangan). Para pelaku UMKM yakin bahwa mereka
mudah dalam menggunakan aplikasi pencatatan laporan keuangan. Kemudian
konstruk attitude toward using atau sikap terhadap penggunaan adalah bagaimana
sikap pelaku UMKM terhadap penggunaan aplikasi pencatatan laporan keuangan,
apakah aplikasi tersebut adalah gagasan yang baik dalam mengelola dan
menjalankan bisnis mereka atau tidak. Selanjutnya konstruk behavioral intention
to use atau perilaku keinginan untuk menggunakan teknologi. Contohnya,
keinginan pelaku UMKM untuk menggunakan aplikasi pencatatan laporan
keuangan sebaik mungkin dan akan terus menggunakannya dalam bisnis mereka.
Dan terakhir adalah konstruk actual system use atau penggunaan sistem aktual
(penggunaan aplikasi pencatatan laporan keuangan). Contoh, pelaku UMKM akan
merasa senang untuk menggunakan aplikasi pencatatan laporan keuangan jika
mereka yakin bahwa aplikasi tersebut tidak sulit untuk digunakan dan terbukti
meningkatkan produktivitas mereka.

Sugiarto & Lianto (2011) dalam penelitiannya mengenai Analisis


Penerapan Aplikasi Sistem Akuntansi Persediaan Menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM) Pada Distrik Navigasi Kelas III Pontianak
menunjukkan hasil bahwa perceived usefulness, attitude towards behaviour,
behavorial intention to use dan actual technology use yang digunakan untuk
mengukur masing-masing variabel penelitian dapat diandalkan atau reliable.
Sedangkan demographic factors, dan perceived ease of use dianggap kurang
reliable. Dalam artian penerapan aplikasi Sistem Akuntansi Persediaan yang
diterapkan oleh Distrik Navigasi Kelas III Pontianak sudah dapat diterima dengan
baik oleh karyawan yang menerapkanya, baik secara individual maupun secara
berkelompok.

Maharseni (2018) dalam penelitiannya mengenai Analisis Faktor-Faktor


Tingkat Penerimaan dan Penggunaan Aplikasi Akuntansi Berbasis Android
Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model menunjukkan hasil
5

penelitian bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use berpengaruh


signifikan terhadap attitude. Dimana pengguna merasakan aplikasi akuntansi
UKM keuangan sudah memberikan manfaat sehingga pengguna semakin baik
untuk menggunakan aplikasi akuntansi UKM keuangan. Juga pengguna
merasakan kemudahan menggunakan aplikasi akuntansi UKM keuangan sehingga
pengguna cenderung menggunakan aplikasi akuntansi UKM keuangan karena ini
merupakan salah satu sara untuk menunjang kelancaran usaha mereka.

Savitri (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pendekatan


Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Sistem Informasi Akuntansi
Berbasis Komputer (Studi Kasus Pada Point Of Sale Di Minimarket Surabaya)
menunjukkan bahwa perceived ease of use memiliki dampak positif yang
signifikan pada perceived usefulness. Perceived ease of use memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap attitude usage. Perceived usefulness memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap attitude usage. Perceived usefulness
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap behavioral intention. Namun
variabel attitude usage memiliki pengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap
behavioral intention. Dan behavioral intention memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap variabel sistem informasi akuntansi berbasis komputer.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan meneliti sebuah masalah


dengan judul “Analisis Penerapan Aplikasi Sistem Akuntansi Berbasis Android SI
APIK Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) Pada Pelaku Usaha
Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Yang Menjadi Anggota Ikatan Wanita
Pengusaha Indonesia (IWAPI) Di Kota Pontianak”. Sesuai judul tersebut penulis
akan melakukan penelitian untuk menganalisis faktor TAM apa saja yang
mendorong para anggota IWAPI untuk menggunakan aplikasi SI APIK dalam
pencatatan laporan keuangan usaha mereka.
6

1.2 Rumusan Masalah

Dengan 85 anggota IWAPI yang terus menggunakan aplikasi SI APIK


sebagai alat pencatatan laporan keuangan mereka, peneliti ingin mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi para pelaku UMKM yang menjadi anggota
IWAPI untuk terus memanfaatkan penggunaan aplikasi tersebut dalam
menjalankan aktivitas bisnis mereka melalui pendekatan TAM. Pokok
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah faktor perceived ease of use berpengaruh terhadap attitude toward


using dalam penggunaan aplikasi SI APIK ?
b. Apakah faktor perceived ease of use berpengaruh terhadap perceived
usefulness dalam penggunaan aplikasi SI APIK ?
c. Apakah faktor perceived usefulness berpengaruh terhadap attitude toward
using dalam penggunaan aplikasi SI APIK ?
d. Apakah faktor perceived usefulness berpengaruh terhadap behavioral
intention to use dalam penggunaan aplikasi SI APIK ?
e. Apakah faktor attitude toward using berpengaruh terhadap behavioral
intention to use dalam penggunaan aplikasi SI APIK ?
f. Apakah faktor behavioral intention to use berpengaruh terhadap actual
system use dalam penggunaan aplikasi SI APIK ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti-bukti empiris tentang :

a. Untuk menganalisis apakah faktor perceived ease of use berpengaruh


positif terhadap attitude toward using dalam penggunaan aplikasi SI
APIK.
b. Untuk menganalisis apakah faktor perceived ease of use berpengaruh
positif terhadap perceived usefulness dalam penggunaan aplikasi SI APIK.
7

c. Untuk menganalisis apakah faktor perceived usefulness berpengaruh


positif terhadap attitude toward using dalam penggunaan aplikasi SI
APIK.
d. Untuk menganalisis apakah faktor perceived usefulness berpengaruh
positif behavioral intention to use dalam penggunaan aplikasi SI APIK.
e. Untuk menganalisis apakah faktor attitude toward using berpengaruh
positif terhadap behavioral intention to use dalam penggunaan aplikasi SI
APIK.
f. Untuk menganalisis apakah faktor behavioral intention to use berpengaruh
positif terhadap actual system use dalam penggunaan aplikasi SI APIK.

1.4. Kontribusi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, diharapkan dari hasil


penelitian ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi peneliti, anggota
IWAPI, dan peneliti selanjutnya.

1.4.1. Kontribusi Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan dalam


perkembangan dan kemajuan bisnis atau penerapan bisnis di kemudian hari.
Selain itu juga hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah nilai tambah dalam
pengetahuan di bidang pendidikan, bisnis, dan teknologi informasi di Indonesia.

1.4.2. Kontribusi Praktis


1. Bagi Anggota IWAPI

Diharapkan hasil dari penelitian ini memberikan wawasan dan manfaat


bagi para pelaku UMKM yang menjadi anggota IWAPI yang sudah
memanfaatkan penggunaan internet. Dan dapat memberikan motivasi juga sebagai
bahan pertimbangan bagi para pelaku UMKM yang menjadi anggota IWAPI yang
belum memanfaatkan penggunaan aplikasi pencatatan laporan keuangan.
8

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi bagi peneliti


selanjutnya dan juga dijadikan kajian dalam membandingkan teori.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tambahan


mengenai penggunaan internet bagi para pelaku UMKM khususnya anggota
IWAPI.

Anda mungkin juga menyukai