Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KERJA PRAKTEK

ANALISIS PROSES PENGOLAHAN


LIMBAH CAIR SISA BUANGAN PABRIK
DENGAN SISTEM WWTP

UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN PERKULIAHAN


SARJANA TEKHNIK INDUSTRI S1 DENGAN GELAR (S.T) DI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MUTU MUHAMMADIYAH

Oleh:
Muhammad Tajudin

1502069
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MUTU MUHAMMADIYAH
TANGERANG
BANTEN
2017

1
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Muhammad Tajudin

N.P.M :1502069

Jurusan :Teknik Industri

Fakultas :Tekhnik

Judul Skripsi :Analisis Proses Pengolahan Limbah Cair Sisa


Buangan Pabrik Dengan Sistem WWTP.

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah


saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila
ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat
atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Sekolah Tinggi Teknologi Mutu
Muhammadiyah.

Demikian, Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Penulis,

Materai Rp.6000

(
)

2
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH

JUDUL
Analisis Proses Pengolahan Limbah Cair Sisa Buangan

Pabrik Dengan Sistem WWTP.

Muhammad Tajudin
1502069
Telah dipertahankan di depan Tim penguji pada tanggal................
Mengetahui:
Tim penguji
Ketua Sidang : ..........................................................

Anggota : …......................................................

…......................................................

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

….............................................. …..............................................

Ketua STTM Tangerang Ketua Program Studi

3
….............................................. …...............................................

4
Daftar isi
Cover.........................................................................................................................i
Lembar Pernyataan.................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan................................................................................................iii
Daftar isi..................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Waste water Treatment Plan.................................................................3
2.2 Installasi Pengolahan limbah Secara Garis Besar..............................................4
2.3 Jenis Parameter..................................................................................................7
2.4 Standar Baku Mutu............................................................................................8
2.5 Unit Proses Pengolahan Limbah........................................................................9
2.6 Profil Perusahaan.............................................................................................12
2.7 Penelitian yang relevan....................................................................................13
2.8 Kerangka konsep..............................................................................................14
2.9 Hipotesis...........................................................................................................14
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu...........................................................................................15
3.2 Bahan Dan Alat................................................................................................15
3.3 Variabel penelitian............................................................................................15
A.variabel dependen...............................................................................................15
B.variabel independen............................................................................................15
3.4 Rencana penelitian...........................................................................................16
A.Rancangan Penelitian.........................................................................................16
B.Prosedur Penelitian.............................................................................................16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian...............................................................................................17
Pembahasan............................................................................................................18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................19
Penutup

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Pengolahan limbah merupakan sebuah proses yang mengolah air buangan
yang sudah tidak bisa dipakai lagi (disebut “limbah”) untuk dapat dikembalikan
ke siklus air di lingkungan sekitar sehingga dapat digunakan kembali sebagai air
baku. Jika limbah yang diolah dapat langsung digunakan sebagai air bersih
disebut reklamasi air (water reclamation). Pengolahan yang digunakan meliputi
beberapa metode dalam sebuah infrastruktur sistem yang terintegrasi yang disebut
Instalasi Pengolahan Limbah (waste water treatment plant, WWTP).
Waste Water Treatment Plant (WWTP) atau Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) adalah sistem atau sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari
kualitaas air baku (influent) terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan
kualitas air yang diinginkan sesuai standar mutu atau siap untuk di konsumsi.
Waste Water Treatment Plant (WWTP) atau Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) merupakan sarana yang penting di seluruh dunia yang akan menghasilkan
air bersih dan sehat untuk digunakan.
Dalam membuat instalasi pengolahan limbah, perlu diperhatikan tujuan
hasil akhirnya: (1) dibuang (disposal) atau (2) digunakan kembali (reuse). Jika
kita ingin membuangnya maka terdapat beberapa regulasi yang diatur sebelum
dibuang sehingga tidak mencemari lingkungan. Setiap negara memiliki regulasi
yang berbeda-beda terkait hasil buangan pengolahan limbah baik melalui sungai
ataupun laut. Adapun jika kita ingin menggunakan kembali air limbah sebagai air
bersih, maka beberapa metode perlu digunakan agar memenuhi standar air bersih
atau air minum yang ditentukan, akan tetapi harganya akan jauh lebih mahal
karena melibatkan banyak proses pengolahan. Selain itu, pengotor (impurities)
yang dipisahkan perlu dipertimbangkan pula untuk pembuangannya jika

1
mengandung bahan-bahan pencemar berbahaya yang dapat mencemari
lingkungan.
Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip
pengendalian limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi(in-
pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi(end-pipe pollution
prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan
volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya.
Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan
kadar bahan pencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu
yang sudah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat sebagai rumusan
masalah yaitu, bagaimana proses pengolahan limbah cair?

1.3 Tujuan Penelitian


Dengan adanya Analisis Proses Pengolahan Limbah Cair Sisa Buangan
Pabrik Dengan Sistem Waste Water Treatment Plan, diharapkan mampu
memahami proses pengolahan limbah cair yang akan dibuang ke lingkungan
dalam kondisi tidak tercemar oleh limbah pabrik dan mendapatkan kualitas air
pengolahan (effluent) standar yang ditentukan.

1.4 Manfaat penelitian


A. Manfaat penelitian untuk perusahaan: Tercapainya kualitas air sebagai baku
mutu limbah cair yang ditentukan oleh pemerintah yang bertujuan agar tidak
merusak lingkungan sekitar akibat limbah yang di hasilkan dari suatu perusahaan.
B. Manfaat penelitian untuk akademis: Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca dan bagi peneliti,
selanjutnya yang mengadakan penelitian terhadap proses pengolahan limbah cair.
C. Manfaat penelitian untuk sipeneliti: Dapat memperluas kajian mengenai
proses pengolahan limbah cair untuk menghasilkan kualitas effluent dan emisi
yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI WASTE WATER TREATMENT PLAN

Pengolahan limbah merupakan sebuah proses yang mengolah air buangan


yang sudah tidak bisa dipakai lagi (disebut “limbah”) untuk dapat dikembalikan
ke siklus air di lingkungan sekitar sehingga dapat digunakan kembali sebagai air
baku. Jika limbah yang diolah dapat langsung digunakan sebagai air bersih
disebut reklamasi air (water reclamation). Pengolahan yang digunakan meliputi
beberapa metode dalam sebuah infrastruktur sistem yang terintegrasi yang
disebut Instalasi Pengolahan Limbah (waste water treatment plant, WWTP).
Limbah yang diolah meliputi limbah rumah tangga, limbah padat (solid
waste), limbah kotoran manusia (human waste), buangan air hujan atau salju
(stormwater), dan buangan dari pengolahan air (disposal water treatment). Jika
limbah lebih banyak berasal dari limbah perkotaan baik rumah tangga atau
industri kecil disebut “sewage” dan pengolahannya disebut “sewage treatment”.
Dalam membuat instalasi pengolahan limbah, perlu diperhatikan tujuan hasil
akhirnya: (1) dibuang (disposal) atau (2) digunakan kembali (reuse). Jika kita
ingin membuangnya maka terdapat beberapa regulasi yang diatur sebelum
dibuang sehingga tidak mencemari lingkungan. Setiap negara memiliki regulasi
yang berbeda-beda terkait hasil buangan pengolahan limbah baik melalui sungai
ataupun laut. Adapun jika kita ingin menggunakan kembali air limbah sebagai air
bersih, maka beberapa metode perlu digunakan agar memenuhi standar air bersih
atau air minum yang ditentukan, akan tetapi harganya akan jauh lebih mahal
karena melibatkan banyak proses pengolahan. Selain itu, pengotor (impurities)
yang dipisahkan perlu dipertimbangkan pula untuk pembuangannya jika
mengandung bahan-bahan pencemar berbahaya yang dapat mencemari
lingkungan.

3
2.2 INSTALLASI PENGOLAHAN LIMBAH SECARA GARIS BESAR
TERDIRI ATAS 3 PROSES:

1. Separation phase (fase pemisahan)

Pada proses fase pemisahan terjadi pengolahan limbah cair menjadi bentuk
cairan dan padatan. Limbah padat yang dihasilkan akan diolah melalui proses
oksidasi atau polishing pada tahap selanjutnya, padatan minyak dan lemak
umumnya diolah melalui pengendapan terlebih dahulu kemudian lemak akan
mengapung dipermukaan yang dipisahkan oleh scrapper dan padatan lumpur
(sludge) diolah melalui proses dewatering. Adapun limbah cair yang dihasilkan
akan diolah biasanya dengan sistem filtrasi yang disesuaikan dengan kualitas
airnya. Secara garis besar, fase pemisahan terdiri atas 2 metode:

a. Metode sedimentasi

Metode sedimentasi merupakan proses pengendapan dengan gaya gravitasi


untuk menghilangkan padatan terlarut (suspended solids) dari limbah. Terdapat 2
jenis cara yaitu (1) kolam pengendapan (sedimentation pond) dan (2) clarifier
yaitu tanki yang dibangun dengan proses mekanis dapat menghilangkan padatan
melalui proses sedimentasi secara kontinu, selain itu terdapat juga unit clarifier
yang lebih komplek dengan menggunakan skimmer sebagai alat penghilang buih
sabun (soap scum) dan padatan non-polar seperti minyak yang mengapung diatas
permukaan air

b. Metode filtrasi
Suspensi padatan koloid dalam limbah cair akan dihilangkan dengan
proses filtrasi baik dengan filter pasir, karbon aktif, atau sistem membran. Metode
filtrasi ini penting untuk mengurangi total padatan terlarut (TDS). Sistem
bioreaktor membran sering juga digunakan untuk sistem pemulihan (recovery)
dan sistem pemanfaatan kembali (reuse). MBR (Membrane Bio-Reactor) adalah
kombinasi proses membran (mikrofiltrasi atau ultrafiltrasi) dengan sistem
pertumbuhan bakteri dalam bioreaktor. MBR terdiri atas 2 konfigurasi: internal

4
atau submerged MBR, dan external atau sidestream MBR. Perbedaan keduanya
ada pada peletakan membran, dimana internal MBR berada dan didalam dan
external BMR diluar system.

2. Oxidation (Oksidasi)

Proses oksidasi mengindikasikan jumlah senyawa organik dalam limbah.


Dengan melakukan proses oksidasi maka nilai BOD dan COD dalam limbah
dapat direduksi, serta toksisitas yang disebabkan oleh bahan pencemar dapat
dikurangi sebelum dibuang ke lingkungan. Pengukuran BOD dan COD sangatlah
penting untuk melihat karakteristik limbah yang akan diolah.

a. BOD (Biochemical Oxygen Demand), adalah jumlah oksigen terlarut yang


dibutuhkan mikroorganisme aerobik untuk menghancurkan materi organik dalam
air (limbah) pada suhu tertentu (20 C) selama periode tertentu (5 hari), satuan
BOD yaitu miligram O2 per liter. Total BOD lebih berpengaruh terhadap jaring
makanan (food web) dalam limbah, hal ini karena nilai BOD mengindikasikan
seberapa banyak senyawa organik dalam limbah sebagai sumber makanan bakteri
untuk dioksidasi oleh bakteri. Semakin tinggi nilai BOD maka semakin rendah
oksigen terlarut dalam limbah karena dikonsumsi oleh bakteri. Limbah yang
memiliki nilai BOD-nya tinggi biasanya mengandung nitrat dan fosfat tinggi yang
berasal dari limbah makanan.

Proses oksidasi secara biologi sangatlah penting untuk menghilangkan


senyawa organik dalam limbah yang dapat sebagai sumber makanan oleh
ekosistem lingkungan sebelum dibuang. Instalasi pengolahan limbah biasanya
didesign agar mempunyai tingkat efisiensi mereduksi BOD lebih dari 96%.

Nilai BOD juga dapat merepresentasikan kualitas air limbah sekalipun tidak
signifikan, berikut tabel kondisi kualitas limbah berdasarkan nilai BOD-nya:

Tingkat BOD Kualitas Air


(ppm)

5
1–2 Sangat bagus, sedikit mengandung limbah organik

3–5 Bagus, limbah kondisinya bersih

6–9 Buruk, mengandung limbah organik dan terjadi aktivitas


dekomposisi limbah oleh bakteri

> 10 Sangat buruk, limbah mengandung tinggi senyawa


organik dan banyak aktivitas dekomposisi oleh bakteri

b. COD (Chemical Oxygen Demand), adalah jumlah ketersediaan elektron dalam


senyawa organik dalam air (limbah) untuk mereduksi oksigen terlarut dalam air.
Hal ini perlu dibedakan dengan TOC (Total Organic Compound) yang mengukur
jumlah total senyawa organik dalam air. Nilai TOC biasanya lebih besar
dibandingkan COD karena tidak semua senyawa organik dapat teroksidasi.
Adapun nilai COD akan lebih besar dibandingkan BOD karena tidak semua
senyawa organik yang dapat teroksidasi mampu dioksidasi oleh bakteri sebagai
sumber makanan. Pengukuran COD dengan cara mengoksidasi senyawa organik
dengan senyawa pengoksidasi seperti potasium dikromat (V) dan potasium
manganat (VII) menghasilkan karbon dioksida, air, dan ammonia. Umumnya,
nilai COD dapat menentukan jumlah polutan organik dalam air permukaan atau
air limbah, sehingga nilai COD sangatlah penting untuk menentukan kualitas air.
Satuan yang digunakan yaitu miligram oksigen per liter larutan.

Beberapa proses dapat digunakan untuk menurunkan BOD dan COD pada
limbah meliputi koagulasi biasa dengan flocculant polimer kation, mirobiologi,
elektrokoagulasi, peroksi-koagulasi, reagent Fenton, dan elektro-Fenton.
Koagulasi biasa dapat mereduksi BOD dan COD sekitar 30% – 40%, pada limbah
industri biasanya dikombinasikan dengan proses lainnya seperti peroksi-koagulasi
menggunakan H2O2 saja atau dengan reagen Fenton (kombinasi H2O2 dan
katalis Fe2+) tergantung kualitas airnya.

3. Polishing

6
Beberapa kondisi air limbah biasanya bersifat fluktuatif kualitasnya,
sehinggu perlu dilakukan pengaturan parameter seperti pH atau perlakuan
tambahan sebelum dibuang ke lingkungan. Polishing dilakukan tergantung dari
hasil kualitas limbah setelah ditreatment sebelum dibuang (disposal) atau
digunakan kembali (reuse). Kadang digunakan juga karbon filter untuk
menghilangkan kontaminan dan pengotor yang yang masih ada dalam limbah
dengan adsorpsi oleh karbon aktif.

Setiap instalasi pengolahan limbah akan memperhatikan kualitas limbah


dan keluarannya disesuaikan dengan regulasi setempat sebelum dibuang ke sungai
atau danau. Di Indonesia setiap limbah baik dari rumah tangga perkotaan atau
industri akan mengikuti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun
2014, tentang Baku Mutu Air Limbah. Tiap industri memiliki standar baku mutu
air limbah yang berbeda-beda dibedakan dengan jenis usahanya.

2.3 JENIS PARAMETER

Parameter Fisik:

Parameter fisik air biasanya di lihat dari unsur yang berhubungan dengan indra
manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang meliputi
Turbidity (kekeruhan), warna, bau, rasa dan suhu. Sistem pengolahan yang biasa
di gunakan adalah Sistem Sedimentasi (Pengendapan), Filtrasi dan penambahan
desinfektan.

Jika dilihat dari jenis senyawanya di bagi menjadi 2 yaitu:

1. Parameter Kimia

Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn, Ca, Mg,
Na, SO4, CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa kimia yang berlebihan
(tidak masuk standart konsumsi yang aman), Pengolahan dapat dilakukan dengan
sistem filtrasi dengan menggunakan media tertentu misalnya system Reverse
Osmosis atau Demineralier dan Softener.

7
2. Parameter Biologi

Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang ada di


dalam air. Bila jumlah mikro-organisme di dalam air berlebihan biasanya akan
mengganggu kesehatan bila di konsumsi. Pengolahan dapat dilakukan dengan
menggunakan desinfektan atau alat yang biasa digunakan, misalnya in-jeksi
Chlor, System UV dan System Ozone (O3).

2.4 STANDAR BAKU MUTU

Standar mutu air buang limbah ditentukan berdasarkan peraturan


pemerintah yang berlaku.

Parameter Spesifikasi Standar Mutu Buang


Design Air Limbah

Flow 1032 m³/hari ~ 43m3 / Jam

COD influent:7000 ppm; effluent: <50 ppm 150 ppm

Suspended Solid influent=<4000ppm;effluent=<60ppm 100 ppm

pH influent =4-10 ; effluent : 7-8 6-9

Total Lemak influent =<20 ppm; effluent =<5 ppm 10 ppm

Temperatur Influent < 35oC, Effluent 25-30 oC 38 oC

2.5 UNIT PROSES PENGOLAHAN LIMBAH


Limbah yang dihasilkan oleh PT. XYZ adalah berupa limbah cair dan
limbah padatan. Limbah cair yang dihasilkan berupa air yang digunakan untuk
mencuci kentang sebelum kentang di proses menjadi potato chips.
Limbah padatan berupa pati dan kulit kentang. Pati yang dihasilkan
dijual kepada pihak yang telah bekerja sama dengan PT. XYZ. Terdapat 1800 kg
limbah padatan yang dihasilkan setiap harinya yang terdiri dari limbah dari proses
filler, washer, dan slicer. Sedangkan limbah gas dihilangkan dengan cara dibakar.
Limbah cair sisa proses produksi diolah dengan sistem pengolahan
limbah (WWT : Waste Water Treatment) dengan kapaistas 1032 m3/hari.

8
Tahapan proses Waste Water Treatment Plan ini Meliputi :
1. Influent Tank
Limbah cair dari pabrik dialirkan melalui saluran tertutup ke Influent Tank
(pada saat produksi normal)
2. CIP Tank
Limbah cair dari pabrik dialirkan melalui saluran tertutup ke CIP Tank (pada
saat proses pencucian mesin menggunakan NaOH, kemudian setelah suhu air
normal dialirkan ke Influent tank untuk proses selanjutnya.
3. Rotary Drum Screen
Rotary Drum Screen didesain untuk menyaring padatan kecil yang lebih besar
dari 0.5 mm. Padatan yang disaring oleh rotary drum screen dikumpulkan
ditempat yang membutuhkan pengosongan secara reguler pada saat penuh.
(contoh, tiga kali sehari).
4. Primary Tank
Limbah cair, setelah melewati rotary drum screen, dialirkan secara
gravitasi ke primary clarifier melewati pipa yang berada di tengah kolom clarifier.
Limbah cair dialirkan seketika ke segala arah dari pipa yang berada dibawah
permukaan air, dalam batas lubang pusat yang didesain untuk memisahkan limbah
cair yang baru datang, dengan limbah cair yang akan keluar dari primary clarifier.

Fungsi dari primary clarifier adalah :

-Membiarkan padatan tersuspensi dan koloid untuk mengendap ke dasar clarifier


yang selanjutnya akan dipindahkan oleh primary sludge transfer pump ke sludge
holding tank. Pemindahan padatan difasilitasi oleh rotating bottom scrapper yang
membuang padatan yang mengendap ke hopper kecil yang berlokasi di dasar
dekat pusat tanki Pipa pembuangan lumpur berlokasi di bawah hopper.

-Untuk membuang lemak, busa, atau benda mengapung lainnya digunakan surface
scrapper yang dibuang ke oil collection tank.

5. Buffer Tank/Equalization Tank


Equalization Tank dilengkapi mixer dan didesain dengan waktu tinggal

9
hidrolis (Hydraulic Retention Time/ HRT) 16.9 jam, cukup untuk mengurangi
variasi beban yang muncul. Terlalu tinggi variasi beban akan mengakibatkan
proses tidak stabil di tanki lumpur aktif (Activated Sludge Tank).

6. Conditioning Tank
pH dari limbah cair diatur ± 6.8 – 7.5 di Conditioning Tank. Kontrol pH
diatur secara otomatis oleh pH sensor dan dikontrol dengan mengaktifkan
pompa penambahan baik asam maupun basa berdasar pH dari limbah cair.
Pengadukan dibutuhkan untuk pengaturan pH, yaitu dengan menggunakan aerasi
melalui saluran pipa zet mixer.

Asam (32% FeCl3) dan basa (48% NaOH) dibutuhkan untuk mengatur pH
dapat dipesan dari suplier kimia dalam drum dan ditransfer dengan menggunakan
chemical transfer pump yang disediakan ke tanki penambah.

7. UASB Reactor Tank


Proses selanjutnya setelah pengkondisian pH kemudian dilanjutkan dengan
proses Anaerobik system dengan menggunakan Biomass sebagai media untuk
mengurangi COD (COD reduction). Secara desain dalam proses anaerobik ini
efektif dapat mengurangi COD sebanyak 80 % atau lebih. Kondisi air limbah
yang masuk ke dalam reaktor dijaga antara pH 6.8 – 7.5 . Apabila tidak mencapai
standar pH maka air limbah secara otomatis tidak masuk ke reaktor tetapi
langsung dialirkan ke proses selanjutnya di Anoxic tank. Hal ini bertujuan untuk
menjaga kondisi Biomass tetap terjaga.
8. Anoxic Tank 1
Proses anoxic bertujuan untuk mengurang Amonia terlarut dalam air limbah,
karena bersifat toxic yang dapat menghambat proses penguraian limbah cair atau
sebagai Amonia remover. Proses yang yang terjadi di anoxic tank yaitu denagn
cara membebaskan Amonia menjadi Nitrogen ke udara bebas.
9. Aeration Tank 1
Limbah cair dari Anoxic tank akan mengalir ke Aeration Tank 1.
dilengkapi dengan 1 unit floating aerator, yang berfungsi untuk mentransfer

10
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk respirasi dari udara bebas.
Suplai udara ke Aeration Tank 1 harus dijaga sepanjang waktu (24 jam/hari).
Penghentian suplai udara lebih dari 10 jam akan mengakibatkan kematian dari
mikroorganisme.

Populasi mikroba didalam Aeration Tank 1 diseleksi setiap 2-3 bulan


untuk mencapai konsentrasi 3000-3500 mg/L (digambarkan dengan pengukuran
konsentrasi Mixed Liquor Suspended Solids/ MLSS). Rentang konsentrasi ini
harus dijaga agar tercapai efisiensi sesuai dengan desain pengolahan.

pH dari larutan Aeration Tank 1 harus dijaga antara 7-7.5 untuk


menghasilkan performa maksimal dari mikroba. Kondisi asam harus dihindari
untuk mencegah Sludge Bulking oleh fillamentous microorganisme. Sludge
Bulking merupakan masalah mayor yang harus diberantas secepat mungkin.

10. Anoxic Tank 2


Proses yang terjadi di Anoxic tank 2 sama seperti yang terjadi di anoxic tank 1
11 Aeration Tank 2
Proses yang terjadi di Aeration Tank 2 sama seperti yang terjadi di Aeration
Tank 2, hanya jenis aerator yang digunakan lebih kecil disesuaikan dengan
volume air yang ada.
12. Final Clarifier
Limbah cair dari Aeration Tank 2 akan mengalir secara gravitasi ke Final
clarifier. Desain dari Final clarifier sama seperti primary clarifier terkecuali
overflow rate. Fungsi dari Final clarifier adalah untuk memisahkan lumpur aktif
yang masih bercampur dengan effluent (air hasil pengolahan). Sehingga effluent
bersih yang dihasilkan dapat mengalir secara gravitasi ke effluent Tank. Busa yang
berada di permukaan Final clarifier dibuang menggunakan top scrapper
kedalam saluran yang mengalirkan busa secara gravitasi menuju Oil
Collection Tank.

Lumpur aktif yang mengendap didasar clarifier dikembalikan secara


kontinyu ke Anoxic Tank 1 oleh Sludge Return Pump. Kelebihan lumpur yang

11
dihasilkan sebagai akibat dari pertumbuhan mikroba dibuang ke Sludge Holding
Tank oleh Sludge Wasting Pump. Durasi pembuangan lumpur setiap hari
ditentukan oleh operator setelah melakukan Jar Test.

2.6 PROFIL PERUSAHAAN


PT.XYZ merupakan industri pembuatan produk jenis makanan dan
minuman terkemuka di Indonesia. Grup XYZ diakui sebagai perusahaan
consumer goods terbesar di Indonesia sebagai produsen jenis produk makanan
yang banyak dipasarkan di berbagai toko – toko ritel, supermarket dan mall besar.
Pt.XYZ yang berbasis di jakarta telah mendapat pengakuan dari skala regional
maupun nasional karena memiliki beberapa merek dagang terkenal dan paling
banyak diminati pada pasaran konsumen. Tidak hanya masyarakat indonsia saja
sebagai konsumen utama bahkan Pt.xyz sudah berani unjuk gigi dalam
memperdagangkan produksinya hingga kemanca negara termasuk asia, australia
dan eropa.
Sejarah mencatat bahwa Pt.xyz terbentuk sejak tahun 1990 ketika itu
masih bernama PT Panganjaya Intikusuma oleh Sudono Salim sebagai pendirinya.
PT XYZ diluncurkan pada tahun 1994. Grup XYZ memiliki 4 komplementer
Kelompok Usaha Strategis, yaitu Produk Konsumen Bermerek (CBP) Group,
Grup Bogasari, Grup Agribisnis, dan Kelompok Distribusi. Bisnis CBP dilakukan
oleh PT xyz CBP Sukses Makmur Tbk, Bogasari dengan tepung terigu serta pasta,
Agribisnis dijalankan oleh xyz Agri Resources Ltd melalui PT Salim Infomas
Pratama Tbk dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. Berdasarkan Laporan
Tahunan xyz 2012, Perusahaan melaporkan penjualan bersih konsolidasi senilai
Rp50.06 triliun pada 2012, meningkat 10,4% dari Rp45.33 triliun pada 2011.
Beberapa produksi PT.Xyz yang diperdagangkan secara umum yaitu Produk
konsumen bermerek, Minyak goreng dan lemak, Minuman, bogasari meliputi
Indomie, Pop Mie, Sarimi, Superm, Chitato, Qtela, Trenz, Indomilk, Pepsi,
Bimoli, dan lain – lain.

2.7 PENELITIAN RELEVAN

12
a. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Azizatun Nafi’ah pada tahun 2015
dengan judul “Implementasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Domestik Komunal: Model Tata Kelola Lingkungan Deliberatif Dalam
Good Environmental Governance Di Kota Blitar” Berdasarkan hasil
penelitian tentang analisis proses implementasi Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Atau Waste Water Treatment Plan Domestik Komunal
melalui suatu model tata kelola lingkungan deliberatifmenunjukkan
adanya proses deliberatif yang mengakar pada nilai-nilai tata kelola
lingkungan yaitu awareness, empowerment, coordination, dan
enforcement. Pelaksanaan tata kelola lingkungan pada kelompok sasaran
(community development) ini dapat menunjukkan keberhasilan
pelaksanaan IPAL domestik komunal yang ditandai dengan keberlanjutan
program IPAL di Kota Blitar.

b. Penelitian berikutnya adalah Mary Selintung, Miranda R Malamassam,


Magfirah Rahim, Pada tahun 2013 dengan judul “STUDI PENGARUH
UMUR LUMPUR TERHADAP KUALITAS EFFLUENT LIMBAH
CAIR INDUSTRI MENGGUNAKAN METODE LUMPUR AKTIF”.
Maka hasil penelitiannya yaitu Pengolahan limbah cair jika hanya
menggunakan metode lumpur aktif kurang efisien pada limbah cair
industri, hal ini disebabkan karena kandungan zat anorganik limbah cair
industri jauh lebih banyak sehingga sulit diurai oleh bakteri yang terdapat
dalam lumpur.

2.8 Kerangka Konsep

13
V b a e r i l a Va ba re i l
In d e D e p
p e e n n : d e n d:
2.9 Hipotesis

Berdasarkan permasalah dan keragka konsep dalam penelitian ini


dapat dibuatlah suatu hipoteses yaitu bahwa pengolahan limbah cair sisa
buangan pabrik tidak dibuang langsung kelingkungan yang akan merusak
lingkungan sekitar akan tetapi diolah terlebih dahulu dengan sistem waste
water treatment plan dengan hasil keluaran air sesuai dengan standar baku
mutu yang telah ditentukan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

14
3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah diselenggarakan pada bulan Februari 2017 sampai


dengan Agustus 2017 yang bertempat di perusahaan Pt.xyz cikupa mas
Tangerang.

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Sistem Waste Water


Treatment Plan.

b. bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa libah cair sisa
buangan pabrik.

3.3 Variabel Penelitian

a. variabel Independen

variabel dalam penelitian ini adalah Analisis Proses Pengolahan


Limbah Cair Sisa Buangan Pabrik Dengan Sistem WWTP.

b. variabel dependen

Variabel dalam penelitian ini adalah Dilakukan dengan


menggunakan sistem waste water treatment plan.

3.4 Rencana penelitian

15
a. Rancangan Penelitian
jenis penelitian ini hanya menggunakan data kuantitatif.

b. prosedur Penelitian
1. pengajuan judul
sebelum membuat proposal terlebih dahulu kami mengajukan judul ke
bagian BAAK yang kemudian dirapatkan oleh bagian BAAK dan kami
mendapat pembimbing skripsi yaitu ada 2, pembing 1 dan pembimbing 2.

2. study leteratur
Dalam penelitian yang saya lakukan saya mencari beberapa literatur yang
mendukung peneltian saya, yaitu berupa jurnal, artikel dan teori – teori
yang mendukung penelitian saya.

3. pembuatan proposal
Setelah terkumpul beberapa literatur maka saya membuat proposal yang
sesuai dengan panduan skripsi STTM mutu Muhammadiyah Tangerang.

4. ijin penelitian
Dalam penelitian yang saya lakukan yaitu ditempat kerja saya sendiri yang
diberikan ijin oleh kasie dan supervisor Pt.xyz.
5. pengumpulan data
Dalam penelitian yang saya lakukan saya menggunakan pengumpulan data
dari data-data yang ada di perusahaan dan juga data dari jurnal yang
terpercaya.
6. analisis pengumpulan data
Analisis pengumpulan data yang dilakukan lebih banyak yang
menggunakan data dari data-data perusahaan karena lebih mudah
dimengerti dan bisa di praktekkan langsung di perusahaan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

16
Setelah data-data yang penulis kumpulkan lengkap, maka
selanjutnya penulis mengadakan analisis kuantitatif atau sering disebut
dengan analisis data statistik, untuk mengetahui proses pengolahan limbah
cair sisa buangan pabrik dengan system waste water treatment plant.
berikut data hasil penelitian per tahun yang didapatkan dari perusahaan
Pt.xyz.

Berdasarkan tabel hasil penelitian pertahun di bulan januari sampai


dengan desember 2016, terdapat parameter input flow meter sebesar
76911907m3 dengan input waste water sebesar 182999 m3. Sedangkan

17
parameter output flow meter sebesar 251978455m3 dengan output waste
water sebesar 179336.
Terdapat REUSE sebesar 871460m3 dengan rata-rata per tahun
sebesar 783m3, reuse disini adalah air yang dipakai di area pabrik dari
hasil pengolahan sistem wwtp dengan output effluent.
Terdapat juga pH meter dengan rata-rata sebesar 7,238 (pH ini
sudah memenuhi standar baku mutu limbah cair yang sudah ditentukan
oleh pemerintah sehingga aman jika di buang kelingkungan).
Terdapat Reuse yang kosong pada bulan oktober sampai bulan
desember dikarenakan flow meter sedang di repair dan di kalibrasi ulang,
sehingga sementara flow meter di repair dan dikalibrasi, di langsungkan
terlebih dahulu tanpa flow meter.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang dikumpulkan bisa disimpulkan dengan
adanya waste water treatment pant ini bisa memberikan banyak manfaat
dan tidak mengganggu ekosistem setempat yang ada disekitar area industri
tersebut. Salah satunya manfaat untuk mengurangi cost perusahaan yaitu
dengan mengolah kembali air sisa buangan pabrik menjadi air yang
digunakan untuk proses pencucian, sanitasi dan sebagainya, selain itu
manfaat yang lain yaitu hasil pengeringan lumpur sludge bisa dijadikan

18
pupuk tanaman. Dengan adanya wwtp hasil buangan limbah cair bisa
menjadi bersih dan siap untuk di buang kelingkungan dalam kondisi yang
aman terhadap lingkungan sekitar.

Saran
Berdasarkan hasil dari pada data penelitian terdapat data flow meter yang
kosong akibat flow meter sedang di repair dan di kalibrasi sehingga
muncul saran yaitu harusnya flow meter mempunyai spare sebagai
pengganti jika sedang di repair dan dikalibrasi ulang.

DAFTAR PUSTAKA

cahyani, d. n., yuliani, e., & haribowo, r. (2013). perencanaan instalasi pengolahan
air limbah (ipal) industri kerupuk kulit di kelurahan sembung kabupaten
tulungagung. Jurnal universitas brawijaya, 3-8.

GEWANGGA, A. B., HARISUSENO, D., & YULIANI, E. (2015). studi


rancangan sarana instalasi pengolahan air limbah (wastewater treatment)
pondok bandung di wilayah kanal banjir barat provinsi dki jakarta. jurnal
universitas brawijaya, 8-10.

junaidi, & dwi hatmanto, b. p. (2006). Analisis teknologi pengolahan limbah cair
pada industri tekstil. JURNAL PRESIPITASI, 2-5.

lahuddin, i. (2016, juli 12). Retrieved mei 20, 2017, from


http://iqshalahuddin.wordpress.com/2016/07/12/instalasi-pengolahan-

19
limbah-wastewater-treatment-plant/

soraya, d., iryani,M.Si, D., & mulyati,M.Si., a. h. (2009). WASTEWATER


TREATMENT AT PT.X BY ACTIVE SLUDGE (pengolahan limbah cair
PT.x secara lumpur aktif). jurnal universitas pakuan bogor , 2-6.

sutanto, h., & swan, o. t. (2014). desain installasi pengolahan air limbah industri
minuman teh dengan menggunakan sistem aerobik. Jurnal ilmiah teknik
mesin cylinder, 2-7.

wulansari, p. d. (2011). pengelolaan limbah pada pabrik pengolahan ikan di


pt.kelola mina laut gresik . jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
vol.3,no.1, 1-3.

20

Anda mungkin juga menyukai