Anda di halaman 1dari 130

EVALUASI KUALITAS EFLUEN PROGRAM INSTALASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) KOMUNAL DI


GAMPONG TIBANG KOTA BANDA ACEH

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

CUT SYARMILA SUGESTI


NIM. 150702108
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Teknik Lingkungan

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2020 M / 1441 H
ii
ii
ABSTRAK

Nama : Cut Syarmila Sugesti


NIM : 150702108
Program Studi : Teknik Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi (FST)
Judul : Evaluasi Kualitas Efluen Program Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Komunal Di Gampong Tibang Kota Banda
Aceh
Tanggal Sidang : 14 Januari 2020 / 19 Jumadil Awal 1441 H
Tebal Skripsi : 130 Halaman
Pembimbing I : Aulia Rohendi, S.T., M.Sc
Pembimbing II : Yeggi Darnas, S.T., M.T
Kata Kunci : IPAL komunal, Gampong Tibang, Evaluasi, Air Limbah
Domestik, Baku Mutu

IPAL komunal merupakan sarana sistem pengolahan air limbah domestik yang
sifatnya terpusat. Air limbah atau air hasil kegiatan domestik yang dibuang ke
lingkungan tanpa proses pengolahan untuk mencapai standar kualitas yang
ditetapkan dapat berdampak bagi lingkungan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui kinerja dan efisiensi IPAL komunal yang telah beroperasi di Gampong
Tibang Kota Banda Aceh di dalam mengolah air limbah domestik, berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016.
Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif
berdasarkan pengujian sampel inlet dan outlet IPAL Komunal Gampong Tibang
dan melakukan perhitungan efisiensi hingga diperoleh nilai persentase removal
polutan pencemar, dengan parameter pH, COD, BOD, Ammonia, TSS, Minyak dan
Lemak dan Koliform Total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efluen IPAL
komunal Gampong Tibang saat ini yang melewati baku mutu antara lain kadar
polutan COD dengan nilai 115,1 mg/l (Dusun Tgk. Meurah); 135,4 mg/l (Dusun
Tgk. Meulinje); 116,8mg/l (Dusun Tgk. Meulagu) dan kadar polutan BOD 41,2
mg/l (Dusun Tgk. Meulinje). Adapun rekomendasi peneliti untuk pengelolaan
IPAL komunal di dalam meningkatkan nilai efisiensi yaitu adalah dengan
melakukan desain ulang sistem pengolahan IPAL komunal, dengan penambahan
kompartemen Anaerobic Baffle Reactor dan dikombinasikan dengan kompartemen
Anaerobic Filter di dalam sistem pengolahan untuk mengelola parameter COD, dan
BOD pada IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah dan Dusun Tgk. Meulinje.

v
ABSTRACT

Name : Cut Syarmila Sugesti


NIM : 150702108
Study Program : Environmental Engineering, Faculty of Science and
Technology (FST)
Title : Evaluation of effluent Quality of The Communal Waste
Water Treatment Plant (WWTP) In Gampong Tibang
Banda Aceh City
Defense Date : 14 January 2020 / 19 Jumadil Awal 1441 H
Number of Pages : 130 Pages
Thesis Advisor I : Aulia Rohendi, S.T., M.Sc
Thesis Advisor II : Yeggi Darnas, S.T., M.T
Key Words : Communal WWTP, Gampong Tibang, Evaluation,
Domestic Waste Water, Quality Standard

Communal WWTP is a means of centralized domestic wastewater treatment


system. Wastewater or water produced by domestic activities which is discharged
into the environment without treatment processes to achieve specified quality
standards can have an impact on the environment. This study aims to determine the
performance and efficiency of the communal WWTP which has been operating in
the Gampong Tibang Kota Banda Aceh in treating domestic wastewater, based on
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016. Data
collection was carried out using a quantitative approach based on the testing of the
sample inlet and outlet of the Gampong Tibang Communal WWTP and perform
efficiency calculations to obtain the percentage value of pollutant pollutant
removal, with parameters pH, COD, BOD, Ammonia, TSS, Oil and Fat and Total
Coliform. The results showed that effluents of the current Gampong Tibang
communal WWTP effluent that passes the quality standard includes COD pollutant
levels with value of 115.1 mg/l; 135.4 mg/l; and 116.8 mg/l) for Tgk Meurah, Tgk.
Meulinje and Tgk. Meulagu, and BOD pollutant levels (41.2 mg/l) for Tgk.
Meulinje. The researchers' recommendations for the management of communal
WWTP in increasing the value of efficiency are to redesign the communal WWTP
treatment system, by adding ABR compartments and combined with AF
compartments in the processing system to manage COD and BOD parameters in
the communal WWTP Tgk. Meurah and Dusun Tgk. Meulinje.

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. atas segala karunia yang tiada
henti Allah SWT. berikan kepada seluruh mahkluk-Nya yang tidak dapat terhingga
banyaknya, penulis mengucapkan syukur yang sangat mendalam atas terselesainya
Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.
Penulisan Tugas Akhir ini dengan judul “Evaluasi Kualitas Efluen
Program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Di Gampong
Tibang Kota Banda Aceh” sebagai syarat untuk memenuhi dan melengkapi
keperluan di dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S-1 Teknik
Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Tiada hentinya syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, Penelitian
ini dapat selesai karena dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada seluruh pihak yang telah
membantu penyelesaian penelitian ini, serta penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang membangun
sangat diharapkan. Penulis berserah diri dan berharap bahwasanya tulisan ini dapat
berguna bagi semua pihak yang membacanya, Aamiin Allahumma Aamiin.

Banda Aceh, 9 Desember 2019


Penulis,

Cut Syarmila Sugesti


NIM. 150702108

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH/SKRIPSI.. iv
ABSTRAK……………………………………………………………….... v
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….... viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... x
DAFTAR TABEL………………………………………………………... xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..…. xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….………... 1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………...... 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………..…... 2
1.3. Tujuan………………………………………………………..……. 3
1.4. Manfaat……………………………………………………..……... 3
1.5. Batasan Masalah…………………………………………..………. 4
BAB II LANDASAN TEORITIS……………………………...………… 5
2.1. Definisi Limbah………………………………………...………….. 5
2.2. Limbah dan Klasifikasinya……………………………...…………. 5
2.3. Limbah Cair Domestik………………………………...…………... 6
2.3.1. Jenis-Jenis Limbah Cair Domestik……………...………......... 8
2.3.2. Komposisi Limbah Cair Domestik……………………………. 8
2.3.3. Karakteristik Limbah Cair Domestik………………………..... 9
2.3.4. Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik………………….... 12
2.4. Sistem dan Prinsip Sanitasi……………………………………….... 12
2.4.1. Pengertian Sanitasi…………………………………………..... 12
2.4.2. Prinsip Sanitasi……………………………………………....... 13
2.4.3.Sanitasi Lingkungan…………………………………………… 13
2.5. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik……………………...….. 14
2.5.1. Sistem Pengolahan Air Limbah…………………………...…... 14
2.5.2. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik………………...….. 14

viii
2.6. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal………………... 17
2.7. Demografi Gampong……………………………………………….. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………….. 25
3.1. Metode Penelitian………………………………………………….. 25
3.2. Waktu dan Lokasi………………………………………………….. 25
3.2.1. Lokasi Penelitian……………………………………………… 25
3.2.2.Waktu Penelitian………………………………………………. 27
3.3. Metode Pengambilan Data…………………………………………. 27
3.4. Prosedur Penelitian………………………………………………… 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………... 37
4.1. IPAL komunal Gampong Tibang………………………………….. 37
4.1.1. Kinerja IPAL Komunal Gampong Tibang……………………. 37
4.1.2. Penilaian Kualitas Efluen……………………………………... 46
4.2. Efisensi IPAL Komunal Gampong Tibang………………………… 55
4.3. Analisis Evaluasi Kualitas Efluen IPAL komunal Gp. Tibang…….. 60
4.3.1. Proyeksi Penduduk Gampong Tibang Kota Banda Aceh……... 64
4.3.2. Perhitungan dan Konsep Desain Dimensi Dsn. Tgk. Meurah…. 66
4.3.3. Perhitungan dan Konsep Desain Dimensi Dsn. Tgk. Meulinje... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 93
5.1. Kesimpulan…………………………………………………………. 93
5.2. Saran……………………………………………………………….... 93
DAFTAR KEPUSTAKAAN…………………………………………….... 95
RIWAYAT HIDUP PENULIS.................................................................... 117

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komposisi Limbah Cair……………………………………... 9


Gambar 2.2. Skema sistem pengolahan air limbah domestik komunal…… 19
Gambar 2.3. Diagram proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)….. 21
Gambar 3.1. Peta lokasi IPAL komunal Gp. Tibang Kota Banda Aceh…... 26
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian…………………………………….... 30
Gambar 4.1. IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah…………………………. 38
Gambar 4.2. Profil eksisting IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah….…….. 39
Gambar 4.3. IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje………………….…….. 40
Gambar 4.4. Profil eksisting IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje….….... 41
Gambar 4.5. IPAL komunal Dusun Tgk. Meulagu…………………….….. 42
Gambar 4.6. Profil eksisting IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulagu…….… 42
Gambar 4.7. Profil Bak Kontrol………………………………………….... 44
Gambar 4.8. Profil Manholes…………………………………………….... 45
Gambar 4.9. Hasil Uji Efluen Parameter pH ……………………………… 47
Gambar 4.10. Hasil Uji Efluen Parameter COD ………………………….. 48
Gambar 4.11. Hasil Uji Efluen Parameter BOD…………………………… 49
Gambar 4.12. Hasil Uji Efluen Parameter Ammonia ……………………... 50
Gambar 4.13. Hasil Uji Efluen Parameter Minyak dan Lemak…………… 52
Gambar 4.14. Hasil Uji Efluen Parameter TSS……………………………. 53
Gambar 4.15. Hasil Uji Efluen Parameter Koliform Total………………… 54
Gambar 4.16. IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah (eksisting)…………… 62
Gambar 4.17. IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje (eksisting)……….…. 63
Gambar 4.18. K. Kompartemen IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah…..... 67
Gambar 4.19. K. D-U IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah garis fokus….. 68
Gambar 4.20. Konsep D-U: Potongan IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meurah.. 69
Gambar 4.21. Denah Potongan A-A IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meurah…. 70
Gambar 4.22. Denah Potongan B-B IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meurah….. 70
Gambar 4.23. Denah Potongan C-C IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meurah….. 71
Gambar 4.24. Denah Potongan D-D IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meurah….. 71

x
Gambar 4.25. Denah Potongan E-E IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meurah…... 72
Gambar 4.26. K. Kompartemen IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje……... 80
Gambar 4.27. K. D-U IPAL Komunal Dsn Tgk. Meulinje garis fokus……. 81
Gambar 4.28. K. D-U: Potongan IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje……. 82
Gambar 4.29. Denah Potongan A-A IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje.... 83
Gambar 4.30. Denah Potongan B-B IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje…. 83
Gambar 4.31. Denah Potongan C-C IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje…. 84
Gambar 4.32. Denah Potongan D-D IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje…. 84
Gambar 4.33. Denah Potongan E-E IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje….. 85

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perkiraan Volume Limbah Cair Dan Beban BOD…………….. 7


Tabel 2.2. Baku Mutu Air Limbah Domestik ……………………………. 12
Tabel 2.3. Perbandingan Sistem Pengolahan Air Limbah………………… 17
Tabel 2.4. Kondisi Sarana Sanitasi………………………………………... 22
Tabel 2.5. Data Penduduk Dan Penerima Manfaat……………………….. 24
Tabel 4.1. Sistem Pengolahan IPAL Komunal Gp. Tibang……………….. 43
Tabel 4.2. Hasil Uji S. Inlet Outlet IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meurah…… 56
Tabel 4.3. Hasil Uji S. Inlet Outlet IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje….. 56
Tabel 4.4. Hasil Uji S. Inlet Outlet IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulagu….. 57
Tabel 4.5. Hasil Uji Efisiensi IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meurah…………. 58
Tabel 4.6. Hasil Uji Efisiensi IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulinje………... 59
Tabel 4.7. Hasil Uji Efisiensi IPAL Komunal Dsn. Tgk. Meulagu………... 59
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Gampong Tibang Eksisting…………………. 64
Tabel 4.9. Jumlah Penduduk Gampong Tibang Tahun 2039………………. 65

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Standar Deviasi……………………………………………… 101


Lampiran B. Kriteria Desain IPAL Komunal……………………………... 102
Lampiran C. Konsep Desain Ulang IPAL Komunal………………………. 103
Lampiran D. Dokumentasi Kegiatan………………………………………. 105
Lampiran E. Lembaran Hasil Uji Laboratorium………………………….... 109

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sanitasi lingkungan merupakan derajat kesehatan di dalam upaya memastikan
ketersediaan air bersih, penyediaan saluran pembuangan, hingga sarana
pembuangan tinja yang layak di dalam rangka memenuhi pemenuhan persyaratan
lingkungan yang sehat dan nyaman. Sanitasi dapat mempengaruhi keadaan
lingkungan, tanpa sanitasi yang baik lingkungan akan menjadi kotor serta dapat
mengurangi kuantitas dan kualitas air. Munculnya penyakit hingga masalah
kesehatan dimulai dari lingkungan yang tidak sehat. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 bahwa standar kualitas kesehatan
lingkungan ditetapkan pada media lingkungan yaitu air, udara, tanah, makanan,
fasilitas dan infrastruktur serta vektor dan hewan yang membawa penyakit.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014, limbah adalah sisa
dari usaha atau kegiatan. Keseimbangan lingkungan akan terganggu jika limbah
yang dihasilkan melebihi ambang toleransi lingkungan, sehingga jika terjadi akan
menyebabkan lingkungan terganggu untuk kesehatan manusia. Oleh karena itu
perlu adanya dilakukan pengelolaan limbah (Suharto, 2011). Limbah berdasarkan
wujudnya dibagi menjadi tiga yaitu padat, cair dan gas. Limbah dalam berbagai
wujudnya dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan (Utomo, 2012).
Penelitian ini membahas salah satu upaya sanitasi dasar yaitu sarana
pembuangan air limbah dan saluran yang menampung air hasil kegiatan domestik.
Adapun karakteristik air limbah domestik terbagi menjadi dua yaitu grey water
berupa air hasil kegiatan mencuci hingga mandi dan black water yaitu air limbah
kakus. Air limbah atau air hasil kegiatan yang dibuang langsung ke lingkungan
tanpa proses pengolahan untuk mencapai standar kualitas yang ditetapkan dapat
berdampak bagi lingkungan. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal
merupakan salah satu solusi untuk masalah sanitasi.
Banda Aceh sebagai ibukota provinsi merupakan pusat pemerintahan, pusat
kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Pemerintah Kota Banda Aceh terus

1
2

mengalami pengembangan dari banyak sektor. Perkembangan yang terus


meningkat dari Kota Banda Aceh tidak mengesampingkan kemungkinan
munculnya dampak perubahan terhadap lingkungan. Saat ini, telah muncul
masalah-masalah lingkungan seperti pencemaran lingkungan, banjir, sampah dan
limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan.
Banda Aceh mengatasi permasalahan lingkungan tersebut dengan menjalankan
kebijakan program kegiatan sanitasi lingkungan pemukiman dengan
mengoperasikan Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik tipe
komunal berbasis masyarakat sebagai solusi dalam pengolahan air limbah
domestik. Adapun Kota Banda Aceh memiliki 19 unit IPAL komunal yang telah
beroperasi hingga saat ini.
Sebagai upaya dukungan terhadap pemerintah dan guna meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat dan untuk mengetahui sistem pengolahan di
dalam IPAL Komunal telah tepat sasaran di dalam penggunaannya, maka evaluasi
perlu dilakukan. Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini berfokus pada kualitas
efluen yang dihasilkan dari IPAL Komunal, pada penelitian ini adalah IPAL
komunal Wilayah Gampong Tibang Kota Banda Aceh. Kegiatan evaluasi dilakukan
dengan pengujian sampel inlet dan outlet serta membandingkan hasil efluen yang
diperoleh dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016
tentang baku mutu air limbah domestik serta melakukan perhitungan nilai efisiensi
IPAL komunal wilayah Gampong Tibang Kota Banda Aceh sehingga penelitian ini
dapat menjadi rujukan bagi lembaga terkait dalam pengelolaan IPAL komunal.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis kinerja unit IPAL komunal di Gampong Tibang Kota
Banda Aceh berdasarkan Buku 3 Pembangunan Infrastruktur SANIMAS
IDB Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat
Jenderal Cipta Karya?
3

2. Bagaimana nilai persentase efisiensi penurunan kadar polutan efluen pada


IPAL komunal di Gampong Tibang Kota Banda Aceh berdasarkan baku
mutu air limbah domestik?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja unit IPAL komunal yang telah beroperasi di Gampong
Tibang Kota Banda Aceh berdasarkan Buku 3 Pembangunan Infrastruktur
SANIMAS IDB Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya;
2. Mengetahui nilai persentase efisiensi penurunan kadar polutan efluen pada
IPAL komunal di Gampong Tibang Kota Banda Aceh berdasarkan baku mutu
air limbah domestik; dan

1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dijabarkan sebelumnya, maka
manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diperoleh data mengenai kinerja unit IPAL komunal yang telah berjalan di
Gampong Tibang Kota Banda Aceh berdasarkan Buku 3 Pembangunan
Infrastruktur SANIMAS IDB Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya;
2. Diperoleh data dan informasi mengenai bagaimana nilai persentase efisiensi
penurunan kadar polutan efluen pada IPAL komunal di Gampong Tibang
Kota Banda Aceh berdasarkan baku mutu air limbah domestik; dan
3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi lembaga-lembaga
terkait dalam pengelolaan IPAL komunal.
4

1.5. Batasan Masalah


Berdasarkan upaya untuk mendapatkan penelitian yang terarah menghindari
pembahasan menjadi terlalu luas, maka batasan masalah penelitian ini sebagai
berikut:
1. Penelitian ini memfokuskan pada analisis kualitas efluen dengan melakukan
pengujian pada bagian inlet dan outlet IPAL komunal Gampong berdasarkan
baku mutu air limbah domestik serta menghitung nilai persentase efisiensi
penurunan kadar polutan efluen pada IPAL komunal di Gampong Tibang
Kota Banda Aceh;
2. Perencanaan ulang atau desain ulang yang akan dilakukan pada penelitian ini
dilakukan tanpa menghitung aspek finansial, dan perencanaan berfokus pada
penurunan kadar polutan BOD dan COD dengan menggunakan kombinasi
sistem pengolahan Anaerobic Baffle Reactor dan Anaerobic Filter.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1. Definisi Limbah


Limbah merupakan hasil dari aktivitas di bidang industri maupun domestik
(rumah tangga). Limbah juga diartikan sebagai sesuatu zat sisa dan atau barang
bekas yang dianggap tidak memiliki nilai dan sudah tidak digunakan. Pengertian
limbah menurut Suharto (2011) adalah hasil dari hasil aktivitas manusia, hal
tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 bahwa limbah
adalah sampingan hasil usaha dan atau kegiatan. Selanjutnya Susilowarno (2007)
menjelaskan bahwa limbah adalah residu atau produk sampingan dari segala proses
aktivitas sehari-hari. Pelepasan limbah ke lingkungan tanpa diberikan perlakuan
terlebih dahulu akan berdampak kepada pencemaran, limbah memiliki kandungan-
kandungan yang berbahaya di dalamnya dengan ragam wujud yang berbeda
(Waluyo, 2007).

2.2. Limbah dan Klasifikasinya


Kegiatan industri, transportasi, rumah tangga dan kegiatan lainnya
merupakan kegiatan-kegiatan manusia yang berpotensi menjadi limbah (Karmana,
2007). Menurut Abdurrahman (2006), berdasarkan dari wujud limbah yang
dihasilkan limbah terbagi menjadi 3 (tiga) wujud yaitu sebagai berikut:
1. Limbah padat
Limbah padat adalah limbah dengan tekstur kering serta solid dan bersifat
tetap biasanya berupa sisa-sisa makanan, dan padatan lainnya yang
merupakan sampingan dari proses produksi.
2. Limbah gas
Limbah gas merupakan limbah yang memiliki molekul yang dapat bergerak
bebas, berupa buangan dari alat transportasi maupun industri.
3. Limbah cair
Limbah cair menurut Soeparman dan Suparmin (2002) adalah air dengan
polutan yang terlarut di dalamnya yang berasal dari kegiatan atau suatu usaha.

5
6

2.3. Limbah Cair Domestik


Air limbah domestik, berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik disebutkan pada
Pasal 1 ayat 1, bahwa air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
aktivitas perumahan, restoran, perkantoran, bisnis, apartemen dan asrama. Adapun
limbah cair yang bersumber dari rumah tangga menurut Notoatmodjo (2003) air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk umumnya terdiri dari excreta (tinja
dan air seni), proses cuci mencuci, kamar mandi dan umumnya tersusun dari
material organik.
Air limbah domestik merupakan air buangan yang sumbernya adalah kamar
mandi, kakus, dan dapur (Mubin, 2016). Air limbah yang dihasilkan mengandung
zat mineral hinga bahan organik dengan karakter yang beragam adalah campuran
zat-zat atau mineral dan atau bahan organik dalam banyak bentuk. Tingkat
kehidupan masyarakat dapat berpengaruh pada variasi air limbah yang dihasilkan
(Susilawaty, 2007).
Menurut Hammer (1997) jumlah volume limbah cair dari permukiman
bervariasi yaitu berkisar 200-400 liter/orang/hari, tergantung pada jenis rumah,
sedangkan untuk beban BOD yang dihasilkan sekitar 80 gram per/orang/hari..
Tabel 2.1. menunjukkan perkiraan volume limbah cair dan beban BOD yang
dihasilkan dari berbagai jenis bangunan dan pelayanan.
7

Tabel 2.1. Perkiraan Volume Limbah Cair Dan Beban BOD Berdasarkan Jenis Bangunan

Volume Limbah Beban BOD


Cair (gram/orang/hari)
Jenis Bangunan
(liter/orang/hari)

Daerah perumahan:
• Rumah besar untuk keluarga tunggal 400 100
• Rumah tipe tertentu untuk keluarga tunggal 300 80
• Rumah untuk keluarga ganda (rusun) 300 80

• Rumah kecil ((Cottage), jika dipasang 240-300 80

penggiling
• sampah, kalikan BOD dengan faktor 1,5 200 80
Perkemahan dan Motel:
• Tempat peristirahatan mewah 400-600 100
• Tempat parkir rumah berjalan (mobile home) 200 80
• Kemah wisata dan tempat parkir trailer 140 70
• Hotel dan Motel 200 50
Sekolah:
• Sekolah dengan asrama 300 80
• Sekolah siang hari dengan kafetaria 80 30
• Sekolah siang hari tanpa kafetaria 60 20

Restoran:
• Tiap pegawai 120 50
• Tiap pelanggan 25-40 20
• Tiap makanan yang disajikan 15 15

Rumah Sakit 600-1200 30


Perkantoran 60 25
Teater mobil (drive in theatre), per tempat duduk 20 10
Bioskop, per tempat duduk 10-20 10
Pabrik, tidak termasuk limbah cair industry dan 60-120 25
kafetaria
Sumber: Hammer, 1997

Peningkatan air limbah domestik yang dihasilkan akan semakin besar, seiring
dengan adanya laju pembangunan yang semakin pesat dan diikuti dengan
8

meningkatnya jumlah penduduk yang terus meningkat (Rahmi, 2010). Adapun daya
dukung badan air penerima air limbah domestik, seperti hal nya sungai, cenderung
menurun jika dilihat dari jumlah debit sungai.
Keadaan pencemaran lingkungan seharusnya sudah menjadi perhatian,
Mahyuddin (2015) mengatakan bahwa pencegahan pencemaran yang diperoleh dari
air limbah rumah tangga seharusnya sudah mencapai tahap perhatian lebih. Saat ini
air limbah yang dihasilkan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk dari
tahun ke tahun dan kurangnya kesadaran di dalam menjaga lingkungan, menurut
Mara (2004) salah satu faktor penentu tingkat bahaya limbah cair domestik adalah
BOD yang hasilkan per orang per hari untuk tiap negara yang memiliki perbedaan.
Jumlah BOD yang dihasilkan pada negara berkembang berkisar 40 gram BOD5 per
orang per hari.
2.3.1. Jenis-Jenis Limbah Cair Domestik
Mara (2004) menyebutkan bahwa limbah cair domestik dibagi menjadi 2
(dua) yaitu black water dan grey water yaitu sebagai berikut:
1. Grey Water
Grey water merupakan air hasil sampingan kegiatan cuci mencuci (Purwanto,
2004).
2. Black Water
Black water menunjukkan air limbah dari toilet, yang kemungkinan
mengandung patogen.
2.3.2. Komposisi Limbah Cair Domestik
Komposisi air limbah berdasarkan sumbernya, Gambar 2.1. menunjukkan
komposisi air limbah sebagai berikut (Sugiharto, 1987):
9

Air Limbah

(secara umum)

Air
Bahan Padat

Organik
Anorganik
protein,
(Butiran,
Karbohidrat,
garam, metal)
Lemak

Gambar 2.1. Komposisi Limbah Cair (Sugiharto, 1987)

Kandungan Ammonia yang tinggi di dalam air limbah dapat memicu


terjadinya pencemaran bila dilepas ke lingkungan tanpa adanya perlakuan (Ulliaji,
2016). Ammonia secara alami ada di lingkungan, ada yang berasal dari proses
peruraian atau dari hidrolisis urea. Maka keberadaan Ammonia merupakan salah
satu indikasi pencemaran zat organik di dalam air. Ammonia biasanya menimbulkan
aroma yang tajam dan menembus hidung, dan apabila berada di air akan
menyebabkan perubahan fisika air. Permasalahan yang akan ditimbulkan dengan
adanya zat organik berlebih di dalam air akan menyebabkan terganggunya
kesehatan makhluk hidup, dan korosifitas bagi benda yang sifatnya logam
(Sutrisno, 2004).
2.3.3. Karakteristik Limbah Cair Domestik
Daryanto (1995) menyebutkan limbah cair yang bersumber dari kegiatan
sehari-hari dan dilepas ke lingkungan tanpa pengolahan, lambat laun dampak
buruknyanya akan terlihat dan dapat dirasakan oleh seluruh makhluk hidup
10

disekitarnya. Selanjutnya, menurut Metcalf and Eddy (2003) limbah cair baik
domestik maupun non-domestik dapat digolongkan berdasarkan karakteristik fisik,
kimia, dan biologi sebagai berikut:
1. Karakteristik Fisika, terdiri dari beberapa parameter, diantaranya sebagai
berikut:
a. Total Solid (TS)
Padatan yang di dalamnya terdapat organik maupun anorganik berupa
material padat, lambat laun akan memicu pendangkalan.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Berat kering partikel tersuspensi, yang tidak larut, dalam sampel air yang
dapat terperangkap oleh filter yang dianalisis menggunakan peralatan
filtrasi.
c. Warna
Warna dalam air dapat disebabkan oleh keberadaan sejumlah organik yang
terlarut secara alami (Sugiharto, 1987).
d. Kekeruhan
ukuran sejauh mana air kehilangan transparansi karena adanya partikel
tersuspensi di dalamnya.
e. Temperatur
reaksi kimia dan laju reaksi kehidupan akuatik, dan kesesuaian air untuk
penggunaan yang bermanfaat dipengaruhi oleh keberadaan parameter ini.
f. Bau
pembusukan tidak sempurna yang terjadi pada material organik dapat
memberikan dampak berupa bau pada air limbah (Sugiharto, 1987).
2. Karakteristik Kimia, terdiri dari beberapa parameter yaitu sebagai berikut:
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological oxygen demand adalah untuk menentukan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh organisme biologis yang ada di dalam air
untuk memecah bahan organik yang terkandung di dalamnya
11

b. Chemical Oxygen Demand (COD)


COD merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk engukuran
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik terlarut dan
partikulat dalam air dengan reaksi secara kimia.
c. Protein
Protein mewakili sebagian besar nitrogen organik dan karbon di dalam
limbah pada upaya pengolahan air limbah,
d. Karbohidrat
Karbohidrat yaitu gula, pati, selulosa dan serat kayu. Semua ditemukan di
air limbah. Beberapa karbohidrat, terutama gula larut dalam air, adapun
yang lain, seperti pati, tidak larut.
e. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang memasuki sistem drainase akan bercampur
dengan makanan dan limbah sanitasi lainnya dan mengeras di dalam pipa.
Menimbulkan bau yang tidak sedap dan penyumbatan (Mubin, 2016).
f. Deterjen
Deterjen merupakan masalah besar, dengan kadar deterjen dari hasil
mencuci mengandung sekitar 35 persen hingga 75 persen garam fosfat.
Fosfat dapat menyebabkan berbagai masalah pencemaran air. Misalnya,
fosfat cenderung menghambat biodegradasi zat organik.
g. Derajat keasaman (pH)
pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen, ukuran keasaman atau
alkalinitas suatu larutan. Skala pH biasanya berkisar dari 0 hingga 14.
3. Karakteristik Biologi
Metcalf and Eddy (2003) menyebutkan parameter biologis adalah faktor
penting yang menentukan kualitas air, karena akan memberikan efek
langsung pada kesehatan manusia. Beberapa karakteristik biologis penting
yang mempengaruhi kualitas air minum termasuk bakteri, protozoa, virus dan
ganggang. Mikroorganisme mengkonsumsi bahan organik untuk proses
pembentukan biomassa sel baru dan zat organik dan berguna untuk proses
metabolismenya dan hal tersebut merupakan proses penting di dalam usaha
12

menyisihkan kadar polutan di lingkungan. Aktivitas mikroba, nutrisi, suhu,


derajat keasaman dan faktor lingkungan berpengaruh di dalam proses
degradasi mikroba dengan logam berat.
2.3.4. Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik
Baku mutu limbah cair domestik yang dikeluarkan oleh Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 ditunjukkan pada Tabel
2.2.

Tabel 2.2. Baku Mutu Air Limbah Domestik


Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100Ml 3000
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016

2.4. Sistem dan Prinsip Sanitasi


2.4.1. Pengertian Sanitasi
Pengertian sanitasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Inggris
berasal dari kata sanitation yang bermakna sebagai upaya menjaga kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO) sanitasi adalah upaya mengendalikan
faktor lingkungan fisik yang berdampak pada manusia baik pada status kesehatan
maupun kelangsungan hidup. Adapun pengertian sanitasi mengacu pada kondisi
kesehatan masyarakat terkait dengan air minum maupun air bersih serta persyaratan
kesehatan yang terpenuhi. Sanitasi berupaya untuk memastikan terwujudnya
kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan (Mubin, 2016).
13

2.4.2. Prinsip Sanitasi


Sanitasi melindungi kesehatan manusia dengan menyediakan lingkungan
yang bersih dan berupaya mengendalikan penularan penyakit menciptakan
lingkungan yang dinyatakan sehat (Agoes, 1996). Menurut Rahmawati (2018)
sanitasi berprinsip untuk bersih secara fisik, kimia dan biologi dengan
mengendalikan faktor-faktor risiko lingkungan.
2.4.3. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi merupakan kegiatan yang mempadukan (colaboration) tenaga
kesehatan lingkungan dengan tenaga kesehatan lainnya (Wijono, 2010). Sanitasi
lingkungan mencakup pengendalian faktor lingkungan yang terhubung dengan
penularan penyakit. Himpunan bagian dari kategori ini adalah pengelolaan limbah
padat, pengolahan air dan air limbah, pengolahan limbah industri untuk
memberikan dampak positif terhadap status kesehatan (Umar, 2003).
Usaha sanitasi merupakan usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit
yang terdapat di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan
sempurna (Sidhi, 2016). Hal itu juga didukung oleh pernyataan WHO terkait
sanitasi lingkungan (environmental sanitation). Sanitasi lingkungan menurut WHO
di dalam Umar (2003) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik
dapat menimbulkan dampak merugikan manusia. Sanitasi yang buruk mengurangi
kesejahteraan manusia, perkembangan sosial dan ekonomi karena dampak seperti
kecemasan, risiko kekerasan seksual, dan hilangnya kesempatan pendidikan
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Slamet (2002) sanitasi basis lingkungan bergerak dengan melakukan
pengontrolan dan perlindungan terhadap faktor-faktor risiko pada lingkungan
manusia yaitu sebagai berikut:
a. Tersedianya sumber air;
b. Limbah yang dihasilkan;
c. Manusia;
d. Makanan dan minuman;
e. Anthropoda binatang pengerat dan lain-lain;
f. Status kualitas udara;
14

g. Industri maupun usaha-usaha penghasil limbah


Kesehatan lingkungan adalah ilmu dan praktik mencegah timbulnya dampak
negatif kepada manusia berupa penyakit serta mempromosikan kesejahteraan
dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber lingkungan dan agen berbahaya
hingga diraih keadaan lingkungan terlepas dari masalah penyakit (Sidhi, 2016).

2.5. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik


2.5.1. Sistem Pengolahan Air Limbah
Menurut Tchobanoglous (1991) unsur-unsur sistem pengolahan air limbah
secara umum terdiri dari:
1. Sumber air limbah
mencakup segala sampingan dari kegiatan domestik atau non domestik
2. Pemrosesan setempat
Lokasi untuk dilakukannya penstabilan sebelum masuk ke unit selanjutnya
3. Pengumpul
Pengumpulan air limbah biasanya dilakukan dibangunan ini, alternatifnya
dengan cara gravitasi menuju bangunan inti pengolahan air limbah
4. Penyaluran
Pada tahap ini aliran air limbah disalurkan dengan metode tertentu menuju
sistem pengolahan
5. Pengolahan
Tahap ini dilakukan proses pengolahan air limbah
6. Pembuangan
Pada tahap ini buangan telah diperoleh dan biasanya sudah sesuai dengan
persyaratan kualitas air yang sesuai
2.5.2. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik
Secara umum sistem pengolahan air limbah non domestik dengan domestik
tidak jauh berbeda, namun perbedaannya terdapat pada pertimbangan pemilihan
sistem pengolahan menurut pedoman pengelolaan air limbah perkotaan
Departemen Kimpraswil (2003) yaitu berdasarkan jumlah penduduk dan faktor
15

sumber air yang ada serta mekanisme biaya serta topografi wilayah maka diperoleh
dua sistem pengolahan yang dapat dipilih yaitu antara lain:
1. Sistem Setempat (On Site System)
Sistem sanitasi desentralisasi merupakan sistem yang digunakan untuk
pengolahan air limbah yang melayani suatu bangunan atau bisnis tertentu
dan selanjutnya air limbah yang sudah diolah dikembalikan langsung ke
lingkungan
2. Sistem Pengelolaan Limbah Terpusat (Off Site System)
Sistem sanitasi dengan air limbah dikumpulkan dan diangkut jauh dari plot
sumber limbah dan diolah pada suatu tempat berdirinya bangunan
pengolahan yang sudah ditentukan (Fajarwati, 2000). Adapun kelebihan
yang di dapat antara lain:
a. meningkatnya kepuasan pengguna, dengan memberikan pelayanan
yang sesuai;
b. sesuai di gunakan pada daerah dengan daerah padat penduduk
d. Masa penggunaan yang lama
Kekurangan sistem pengelolaan limbah terpusat adalah:
a) Biaya untuk proses pembangunan dinilai tinggi;
b) Diperlukan tenaga ahli untuk kegiatan pemeliharaan dan
pelayanannya;
c) Membutuhkan perencanaan yang matang dan waktu yang lama
Teknologi pengolahan yang digunakan perlu disesuaikan dengan
karakteristik air limbah yang akan diberikan perlakuan (Soemarwoto, 1983). Sistem
pengolahan dapat mengalami gangguan dengan pengaplikasian serta pengoperasian
yang tidak sesuai dengan teknologi yang digunakan. Tujuan pengolahan limbah
untuk menghilangkan kontaminan dan mengubahnya menjadi limbah yang dapat
dikembalikan ke siklus air dengan dampak minimal terhadap lingkungan, atau
langsung digunakan kembali.
Teknologi di dalam upaya pengolahan air limbah terbagi menjadi tiga macam
yaitu secara anerob, aerob, dan campuran. Terdapat 3 (tiga) macam teknologi yang
digunakan dalam upaya pengolahan air limbah yaitu sebagai berikut (buku 3 sistem
16

pengolahan air limbah domestik secara terpusat skala permukiman-kementrian


pekerjaan umum dan perumahan rakyat, 2016):
1. Sistem pengolahan anerob
Teknologi ini termasuk yang paling banyak digunakan di dalam sistem
komunal berbasis masyarakat, hingga 2015 dinilai masih banyak
digunakan. Sistem pengolahan anaerob banyak digunakan karena
dinilai lebih sederhana, karena tidak harus menginjeksi oksigen ke
dalam sistem pengolahan.
2. Sistem pengolahan aerob
Teknologi seperti ini dinilai lebih efisien apabila diaplikasikan pada
daerah dengan jumlah penduduk yang padat seperti di perkotaan.
Umumnya menggunakan teknologi berupa blower atau aerator yang
dikendalikan oleh operator.
3. Sistem pengolahan campuran atau kombinasi
Pada sistem ini menggunakan teknologi anaerob-aerob, dan biasanya
digunakan pada Instalasi Pengolahan Air Tinja (IPLT) atau Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) karena di dalam proses
pemeliharaannya hingga pengoperasiannya dianggap lebih efisien.
Berikut Tabel 2.3. Menunjukkan perbandingan sistem pengolahan air
limbah
17

Tabel 2.3. Perbandingan Sistem Pengolahan Air Limbah


Pilihan Kebutuhan Mekanikal Gangguan Biaya
Teknologi Lahan Elektrikal Bau Operasi Dan
Perkapita (Estetika) Pemeliharaan
Aerob Lebih Ya Lebih Lebih tinggi
sedikit Rendah
Anaerob Lebih Luas Tidak Lebih Lebih Rendah
Tinggi
Kombinasi Sedang Ya Relatif Sedang
(Aerob- masih ada
Anerob)
Sumber: buku 3 sistem pengolahan air limbah domestik-terpusat skala permukiman-
kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat, 2016

2.6. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal


Instalasi Pengolahan Air Limbah komunal merupakan teknologi terpusat
yang digunakan untuk melakukan pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
unit bangunan pengolah (Karyadi, 2010). Sistem IPAL komunal biasanya
dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah dalam lingkup aktivitas domestik
(Rhomaidi, 2008). Sistem ini dijalankan pada daerah yang tidak memungkinkan
untuk dilakukan pelayanan secara individual. Sistem ini dijalankan dengan
menyalurkan air limbah dari rumah-rumah menuju instalasi pengolahan air limbah,
untuk sistem skala IPAL komunal dapat melayani 10-100 rumah tangga atau lebih
(Zakaria, 2008).
Sudjarwo (2014) menentukan 5 (lima) kriteria yang harus diperhatikan ketika
akan membangun unit IPAL komunal yaitu sebagai berikut:
1. Keinginan yang sejalan dengan kebutuhan dan motivasi nyata;
2. Realistis di dalam membangun IPAL komunal sehingga manfaatnya
dapat dirasakan
3. Membangun IPAL komunal dengan membawa masyarakat turun andil
4. IPAL komunal berpeluang dapat direplikasikan di lokasi lain
18

5. IPAL komunal yang akan dibangun harus dapat memberikan dampak


positif secara signifikan
IPAL komunal memiliki syarat-syarat tertentu selain yang bersifat teknis
untuk mendukung keberlangsungan IPAL komunal di masyarakat. Persyaratan
Sosial-Masyarakat merupakan salah satunya adalah dengan memerhatikan
pertimbangan kemauan (willingness) dan pertanggung-jawaban atas pembangunan
suatu sarana (Akbar, 2010). Persyaratan teknis yang mencakup kriteria minimum
yang harus dimiliki calon wilayah untuk pembangunan IPAL komunal menurut
Karyadi (2010) antara lain sebagai berikut:
1. Kawasan padat (misal: pasar, pemukiman padat; kumuh; miskin)
2. Memiliki permasalahan yang berkaitan dengan sanitasi ataupun
lingkungan
3. Tersedianya lahan minimal 100 m2 untuk satu unit IPAL komunal
4. Terdapat badan air penerima efluen
5. Tersedianya sumber air
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2017 dalam menentukan wilayah lokasi untuk
pembangunan IPAL komunal yang sesuai antara lain:
1. Berdekatan dengan area pelayanan
2. Berdekatan dengan badan air permukaan di luar sempadan
3. Akses jalan yang memadai
4. Bukan di dalam kawasan banjir
5. Bukan di dalam kawasan patahan
6. Bukan di dalam kawasan rawan longsor
Menurut Rhomaidhi (2008) untuk masyarakat di lingkup perkampungan
dapat membangun IPAL komunal dengan syarat tidak dimungkinkannya dibangun
prasarana individual pada daerah tersebut. Skema sistem pengolahan air limbah
rumah tangga komunal ditunjukkan pada Gambar 2.2.
19

Gambar 2.2. Skema Sistem Pengolahan Air Buangan Rumah Tangga Komunal (Sumber: Pusat
Ilmu Geografi Indonesia, 2016)

Menurut Tchobanoglous (1991), tahap-tahap yang ada di dalam bangunan


pengolahan air limbah domestik pada IPAL adalah sebagai berikut (lihat Gambar
2.3.):
1. Pengolahan Primer, yang meliputi:
a. Penyaringan kasar
pada bangunan ini benda-benda kasar dan keras yang tercampur di
dalam air limbah akan tertahan
b. Penangkap Pasir
Air limbah yang mengandung pasir di dalamnya akan mengendap ke
dasar bangunan di tahap ini
c. Pengendapan I
Pada tahap ini terjadi pengendapan pertama, berupa partikel kasar atau
butiran kasar yang terbawa bersama lumpur
2. Pengolahan Sekunder, meliputi:
a. Pembentukan partikel lumpur
Terjadi pembentukan lumpur dan terdapat 2 (dua) tangki pengolahan
yang terdiri dari:
a) Tangki Aerasi
20

Tangki aerasi merupakan tempat udara (atau oksigen) disuntikkan


ke dalam air limbah yang sedang diolah guna mendorong
pertumbuhan mikroorganisme.
b) Tangki Pengendapan
partikel-partikel yang sudah terbentuk sebelumnya di tangki aerasi
akan di endapkan di tahap ini
b. Pengendapan II
Pada bangunan ini akan terjadi pengendapan yang belum terselesaikan
di tahap sebelumnya, biasanya berupa partikel-partikel halus.
c. Pengolahan Lanjutan
Fungsi IPAL mencakup antara lain sebagai berikut (Tchobanoglous, 1991):
1. Pengolah limbah pertanian;
2. Pengolah air limbah perkotaan;
3. Sebagai pengolahan limbah industri
Adapun manfaat dari adanya pemanfaatan teknologi IPAL adalah sebagai
berikut (Tchobanoglous, 1991):
1. Mengolah air limbah agar menghasilkan air yang sudah digunakan
aman untuk dilepas di lingkungan dan tidak mengandung material
berbahaya;
2. Menjaga ekosistem air
Apabila telah keluar lumpur dan air dari proses pengolahan, maka sudah dapat
digunakan kembali. Seperti halnya air hasil dari pengolahan IPAL dapat
dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dan lumpurnya dapat diproses pada tahap
selanjutnya untuk melalui proses dekomposisi. Dekomposisi menggunakan proses
secara anaerob yang ada pada bangunan yang bernama tangki imhoff dan
menghasilkan produk sebagai berikut:
1. Lumpur yang dapat dimanfaatkan untuk proses pertanian;
2. bahan bakar yang didapat dari gas yang dihasilkan
Berdasarkan proses tersebut maka pengolahan air limbah tersebut
dikelompokkan dalam beberapa proses yaitu sebagai berikut (Tchobanoglous,
1991):
21

a. Pengolahan fisika;
b. Pengolahan secara biologi;
c. dan proses pengolahan secara kimia yang terjadi pada aerasi.

Gambar 2.3. Diagram proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


(Sumber: Linsley, 1991)

2.7. Demografi Gampong


Gampong Tibang merupakan gampong yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Aceh Besar. Gampong tibang memiliki luas wilayah 256,2 ha. Adapun
batas-batas Gampong Tibang adalah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan: Gampong Alue Naga/Deah Raya
• Sebelah Selatan berbatasan dengan: Gampong Jeulingke
• Sebelah Barat berbatasan dengan: Gampong Lambaro Skep
• Sebelah Timur berbatasan dengan: Gampong Baet Aceh Besar
Gampong tibang terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Meulagu, Dusun
Meurah, dan Dusun Meulinje. Gampong Tibang terletak di dalam wilayah
22

administratif Kecamatan Syiah Kuala, dengan letak yang berdekatan dengan Pusat
Kota Banda Aceh menyebabkan kondisi sosial-ekonomi gampong sebagian besar
berpengaruh dengan kebudayaan perkotaan. Namun, mata pencaharian penduduk
sebagian besar juga masih bergantung dengan alam (perairan) baik itu tambak
ataupun perairan laut (nelayan). Saat ini kian meningkatnya perekonomian Kota
Banda Aceh berpengaruh dengan perekonomian penduduk di Gampong Tibang.
Akibat adanya perkembangan perekonomian Kota Banda Aceh menjadi daya tarik
sehingga banyaknya pendatang yang masuk dan menetap di Gampong Tibang dan
memberikan nilai tambah bagi kehidupan perekonomian masyarakat di wilayah
Gampong Tibang.
Sebelumnya, dusun-dusun di wilayah Gampong Tibang sudah memiliki
sarana sanitasi namun sarana sanitasi tersebut kurang memadai dikarenakan kondisi
masyarakatnya yang tergolong menengah ke bawah dengan saat itu kesadaran
masyarakat akan pentingnya sanitasi masih amat kurang sehingga menunjukkan
sarana dan prasarana sanitasi yang dimiliki masyarakat Gampong Tibang dinilai
masih sederhana. Secara rinci dapat ditunjukkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kondisi Sarana Sanitasi


Jamban Kakus Tempat
MCK umum
pribadi Cemplung terbuka
No. Dusun Pema Peman Peman Peman
Jml Jml Jml Jml
nfaat faat faat faat
(unit) (unit) (unit) (unit)
(KK) (KK) (KK) (KK)
Tgk.
1. 230 230 0 0 0 0 0 0
Meurah
Tgk.
2. 90 90 0 0 0 0 0 0
Meulinje
Tgk.
3. 179 179 0 0 0 0 0 0
Meulagu
Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2017
23

Program SANIMAS IDB memiliki tujuan membantu meningkatkan taraf


kualitas kesehatan yang dimiliki terkhusus oleh masyarakat dengan penghasilan
rendah di lingkungan padat penduduk dan termasuk ke dalam wilayah daerah
menengah kumuh hingga kumuh. Berdasarkan buku rencana kegiatan Program
SANIMAS 2017 yang memuat data pemetaan pokja sanitasi Gampong Tibang
bahwa masyarakat di Gampong Tibang menggunakan jamban keluarga dengan
fasilitas sumur resapan. Fasilitas sumur resapan menjadi tidak layak untuk
dijalankan kecuali untuk rumah yang memiliki halaman yang luas (Ranudi, 2018)
Masyarakat Gampong Tibang dengan adanya Program IDB SANIMAS
terdorong untuk melakukan rembug dusun yang menghasilkan usulan untuk
dilakukan pembangunan sarana sanitasi komunal berupa IPAL komunal untuk
meningkatkan keadaan sanitasi lingkungan wilayah Gampong Tibang menjadi
lebih baik. Berdasarkan hasil pemetaan sanitasi dan rembug warga secara
demokratis terdapat di dalam buku Program Sanitasi Berbasis Masyarakat Islamic
Development Bank SANIMAS IDB 2017 diperoleh keputusan bahwa pada tanggal
15 Mei 2017 ditetapkan Dusun Tgk. Meurah, 15 Juni 2017 telah ditetapkan Dusun
Tgk. Meulinje dan 17 Juni 2017 telah ditetapkan Dusun Tgk. Meulagu sebagai
lokasi penerima manfaat pembangunan sarana dan prasarana sanitasi komunal
SANIMAS IDB dalam bentuk IPAL komunal, dengan sebelumnya masyarakat di
Gampong Tibang masih menggunakan sarana drainase lingkungan untuk lokasi
pembuangan limbah dapur dan kamar mandi sehingga pada musim penghujan
masyarakat seringkali terserang diare terutama anak-anak. Sehingga masyarakat
dan SANIMAS IDB di bawah Satuan Kerja Penyehatan Lingkungan Permukiman
Berbasis Masyarakat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat mengembangkan program SANIMAS IDB untuk
pembangunan IPAL komunal di dalam meningkatkan akses pelayanan
prasarana/sarana sanitasi bagi warga masyarakat yang bermukim di wilayah
Gampong Tibang Kota Banda Aceh. Berikut data kependudukan dan jumlah
penerima manfaat, ditunjukkan pada Tabel 2.5.
24

Tabel 2.5. Data Kependudukan dan Penerima Manfaat


No. Lokasi IPAL Jumlah Penduduk Jumlah Penerima
Manfaat
1. Dusun Tgk. Meurah 751 jiwa 50 KK
2. Dusun Tgk. Meulinje 302 jiwa 83 KK
3. Dusun Tgk. Meulagu 620 jiwa 71 KK

Sumber data: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2017

IPAL komunal yang merupakan program SANIMAS IDB di Gampong


Tibang diselenggarakan dengan menerapkan pendekatan pembangunan
berkelanjutan berbasis masyarakat melalui pelibatan masyarakat secara utuh dalam
semua tahap kegiatan mulai dari pengorganisasian masyarakat, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan sampai dengan upaya berkelanjutan di dalam
peningkatan kualitas prasarana/sarana sanitasi IPAL komunal. Saat ini terdapat tiga
unit IPAL komunal yang berada di tiga dusun berbeda yaitu Dusun Tgk. Meurah,
Dusun Tgk. Meulinje dan Dusun Tgk Meulagu yang masih beroperasi di wilayah
Gampong Tibang Kota Banda Aceh.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan
pengamatan dan pengujian sampel air limbah domestik untuk menentukan nilai
persentase efisiensi penurunan kadar polutan efluen pada IPAL komunal di
Gampong Tibang Kota Banda Aceh berdasarkan baku mutu air limbah domestik
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun
2016.

3.2. Waktu dan Lokasi


3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh. Pengambilan sampel dilakukan
di 3 (tiga) unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal Gampong Tibang
Kota Banda Aceh, kemudian untuk tahapan selanjutnya yaitu pengujian sampel
dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Berikut
pengambilan sampel dilakukan pada lokasi yang ditunjukkan Gambar 3.1.

25
26

Gambar 3.1. Peta Lokasi IPAL Komunal Gp. Tibang Kota Banda Aceh
27

3.2.2. Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2019.
Adapun pengambilan sampel inlet dilakukan pada tanggal 09 September pada pukul
08.00 WIB dan untuk pengambilan sampel outlet pada tanggal 10 September 2019
pada pukul 15.00 WIB dengan langsung membawa sampel uji ke Laboratorium
Terpadu Universitas Syiah Kuala dan Laboratorium Badan Riset Dan Standarisasi
Industri.

3.3. Metode Pengambilan Data


Penelitian ini menggunakan sumber-sumber data berupa data primer dan data
sekunder. Adapun data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Data-data primer antara lain; sampel uji dari IPAL komunal Gampong
Tibang, nilai persentase efisiensi
Efisiensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna ketepatan cara
berupa suatu usaha atau kerja dalam pengoperasian sesuatu.
Perhitungan efisiensi IPAL komunal ditandai dengan adanya nilai
persentase removal polutan pencemar. Perhitungan efisiensi
menggunakan rumus sebagai berikut (Tawakal, 2017)
A−B
% Removal = ( ) x 100 %
A

Keterangan =
A= nilai parameter influen
B= nilai parameter efluen
2. Data Sekunder
Data-data sekunder di dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Data Gampong Tibang Kota Banda Aceh
b. Data IPAL Komunal Gampong Tibang Kota Banda Aceh
28

3.4. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian ini merupakan tahapan proses penelitian (lihat Gambar
3.2.). Adapun penjelasan tahapan dari proses penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi di Kota Banda Aceh
terkait judul topik penelitian (Limbah cair domestik, IPAL komunal, dan
peran serta masyarakat)
2) Mempersiapkan administrasi perizinan
3) Melakukan observasi lapangan
4) menyiapkan instrumen penelitian, sebagai upaya untuk mempermudah
pada saat proses penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Pemenuhan informasi terkait data primer dan data sekunder penelitian.
Data primer antara lain: Sampel uji IPAL komunal dilakukan pengujian
di Laboratorium Terpadu Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Adapun data sekunder yaitu antara lain: data Gampong Tibang dan data
IPAL komunal wilayah Gampong Tibang
2) Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Penelitian ini
dilakukan dengan melakukan pengujian sampel IPAL komunal guna
menghasilkan data kuantitatif dan nilai efisiensi IPAL komunal di
Gampong Tibang Kota Banda Aceh berdasarkan baku mutu air limbah
domestik
3) Hasil dari penelitian ini berupa data konkret analisis kinerja unit IPAL
komunal di Gampong Tibang Kota Banda Aceh. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai persentase
efisiensi penurunan kadar polutan efluen pada IPAL komunal di
Gampong Tibang Kota Banda Aceh.
29

3. Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Kualitas efluen IPAL komunal di Gampong Tibang Kota Banda Aceh
berdasarkan baku mutu air limbah domestik serta nilai efisiensi IPAL
komunal Gampong Tibang
2) Pengambilan data kesimpulan dan saran
3) Penulisan laporan
Berikut secara jelas prosedur penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada
Gambar 3.2. berupa diagram alir penelitian.
30

Mulai

Identifikasi dan Perumusan


Masalah

Pengambilan
Data

Data Primer
Data Sekunder
- Data kualitas efluen IPAL
1. Data Gampong Tibang
Komunal Gampong Tibang
Kota Banda Aceh
Kota Banda Aceh 2. Data IPAL Komunal
- Gambaran konsep desain Gampong Tibang Kota
Banda Aceh
ulang IPAL komunal alternatif
untuk menurunkan kadar BOD
dan COD

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian

3.5. Tahap Analisis Laboratorium


Pada tahapan ini, sampel uji inlet dan outlet dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan parameter air limbah. tahapan uji yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
31

1. Pemeriksaan parameter uji BOD


(berdasarkan SNI 6989.72-2009)
1) Persiapan untuk proses analisa BOD
2) Air sampel dimasukkan ke dalam winkler dengan hati-hati sampai
jangan sampai terdapat gelembung udara
3) Sampel kemudian ditambahkan MnSO4 dan 1 ml alkali iodide azida,
lalu botol winkler ditutup kemudian dihomogenkan dengan
membolak-balikkan botol hingga membentuk gumpalan sempurna
4) Setelah itu sampel dibiarkan mengendap dengan kurun waktu 5-10
menit hingga membentuk endapan sempurna
5) Lalu ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml lalu botol ditutup dan
dihomogenkan hingga endapan larut sempurna
6) Setelah itu sampel dipipet sebanyak 50 ml untuk dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat
(Na2S2O3) 0,025 N sampai berwarna kuning muda
7) Lalu ditambahkan amilum sebanyak 1 ml ke dalam larutan sehingga
berubah warna menjadi biru tua dan dititrasi dengan Na2S2O3 sampai
warna menjadi bening, catat jumlah titrasi yang digunakan
8) Dimasukkan botol-botol yang telah berisi air sampel ke dalam
inkubator BOD
9) Sampel yang diinkubasi selama lima hari dengan suhu 20oC dianalisis
dengan cara yang sama seperti di atas.
2. Pemeriksaan parameter uji COD
(berdasarkan SNI 6989.73-2009)
1) Sampel sebanyak 2,5 ml dimasukkan ke dalam tabung COD lalu
dilanjutkan penambahan 1,5 ml larutan campuran K2Cr2O7-HgSO4
2) Dibolak-balikkan dan dikocok lalu di diamkan selama 5 menit agar
terlarut sempurna
3) Tabung COD dimasukkan ke dalam reaktor COD pada suhu 150oC
selama dua jam
32

4) Setelah pemanasan dua jam, sampel tersebut didinginkan hingga


sesuai dengan suhu kamar
5) Selanjutnya, dilanjutkan dengan menghubungkan antara
spektrofotometer UV-1800 dengan komputer untuk mempermudah
kegiatan, lalu sampel kemudian dimasukkan ke dalam kuvet
6) Lalu diatur peletakan kuvet di dalam spektrofotometer, kuvet berisi
aquadest di atas dan kuvet berisi sampel di bawah
7) Lalu dibaca hasilnya
3. Pemeriksaan parameter uji PH meter
(berdasarkan SNI 06-6989.11-2004)
1) Dilakukan kalibrasi alat PH meter dengan larutan penyangga sesuai
dengan instruksi kerja alat yang digunakan setiap kali akan dilakukan
pengukuran
2) Lalu, dikeringkan dengan kertas tisu dan kemudian elektroda dibilas
dengan air aquadest
3) Lalu dibilas elektroda dengan air sampel
4) Lalu dicelupkan elektroda ke dalam sampel uji hingga PH meter
menunjukkan pembacaan tetap
5) dicatat hasil yang tertera pada layar tampilan PH meter
4. Pemeriksaan parameter uji Ammonia
(berdasarkan SNI 06-6989.30-2005)
1) Diatur terlebih dulu program nya, disesuaikan untuk mengukur kadar
amonia
2) Persiapan sampel, ditambahkan 0,1 ml sampel ke dalam tabung uji
yang berisi reagen pengencer untuk uji nitrogen amonia rentang tinggi
3) Persiapan blanko, ditambahkan 0,1 ml air bebas amonia ke dalam
tabung uji yang berisi reagen pengencer untuk uji nitrogen amonia
rentang tinggi
4) Ditambahkan kandungan tersebut dengan satu bantal amonia salisilat
reagen bubuk untuk sampel 5 ml pada tiap botol
33

5) Ditambahkan isi satu bantal amonia sianurat bubuk reagen ke setiap


botol
6) Ditutup botol dengan erat dan dikocok perlahan untuk melarutkan
bubuk
7) Ditekan Timer > OK, masa reaksi 20 menit akan dimulai
8) Setelah masa menunggu berakhir, dibersihkan blankonya dan
dimasukkan ke dalam dudukan sel bundar 16 mm
9) Ditekan Zero, maka display akan menampilkan 0.0 mg/L NH3-N
10) Dibersihkan botol sampel dan dimasukkan ke dalam dudukan sel
bundar 16 mm
11) Ditekan Read, hasil akan menunjukkan pada mg/L NH3-N tertentu
5. Pemeriksaan parameter Uji TSS (Total Suspended Solid)
(berdasarkan SNI 06-6989.3.2004)
1) Dilakukan penyaringan dengan peralatan vakum, dibasahi saringan
dengan sedikit air suling
2) Diaduk sampel uji dengan pengaduk berupa magnetik sampai
homogen
3) Diambil menggunakan pipet sampel uji yang ada, hal ini dilakukan
pada saat sampel uji diaduk dengan pengaduk magnetik
4) Dicuci kertas saring dengan 3 x 10 ml air suling lalu dibiarkan kering
sempurna dan kemudian dilanjutkan dengan proses vakum selama 3
menit hingga mencapai kering sempurna
5) Dipindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaringan
dan dipindahkan pada wadah timbang aluminium sebagai penyangga.
Dipindahkan cawan Gooch dari rangkaiannya
6) Dikeringkan di dalam oven kurang lebih selama 1 jam pada suhu
103oC-105oC, lalu didinginkan di dalam desikator untuk
menyeimbangkan suhu lalu ditimbang
7) Diulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan
dilakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai
34

perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan


sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg
8) Lalu dilalui perhitungan sebagai berikut:
(A−B)x 1000
Mg TSS per liter =
volume contoh uji (ml)

Keterangan:
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
6. Pemeriksaan Parameter Uji Minyak dan Lemak
(berdasarkan SNI 06-6989.10-2004)
1) Dipindahkan sampel uji ke corong pisah. Ditentukan volume sampel
uji seluruhnya (ditandai botol sampel uji pada meniskus air atau
ditimbang berat sampel ujinya)
2) Dikocok dengan kuat selama dua menit, lalu dibiarkan lapisan
memisah kemudian dikeluarkan lapisan air
3) Dikeluarkan lapisan pelarut melalui corong yang teah dipasang kertas
saring dan 10g Na2SO4 anhidrat yang keduanya telah dicuci dengan
pelarut ke dalam labu yang bersih dan sudah ditimbang
4) Jika tidak dapat diperoleh lapisan yang jernih atau tembus pandang,
lalu terdapat emusi lebih dari 5 ml, maka akan dilakukan sentrifugasi
selama 5 menit pada putaran 2400 rpm. Dipindahkan bahan yang
disentrifugasi ke corong pisah dan dikeringkan lapisan pelarut melalui
corong dengan kertas saring dan 10 g Na2SO4 yang keduanya telah
dicuci sebelumnya dan sudah ditimbang
5) Digabungkan lapisan air dan sisa emulsi atau padatan dalam corong
pisah. Diekstrasi kemudian dua kali lagi dengan pelarut 30 ml tiap
kalinya, sebelumnya dicuci terlebih dahulu wadah sampel uji dengan
tiap bagian pelarut
6) Apabila terdapat emulsi pada tahap ekstraksi berikutnya, ulangi poin
lima
35

7) Digabungkan ekstrak di dalam labu destilasi yang sudah ditimbang,


termasuk cucian terakhir dari saringan Na2SO4 anhidrat dengan
tambahan 10 ml ampai 20 ml pelarut
8) Kemudian pelarut didestilasi dalam penangan air pada suhu 85oC
9) Saat terlihat kondensasi pelarut sudah berhenti, dipindahkan labu dari
penangas air. Lalu didinginkan di dalam desikator selama tiga puluh
menit dan pastikan labu dalam keadaan kering dan kemudian
ditimbang sampai diperoleh berat tetap. Lalu dilakukan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut:
A−B x 1000
Kadar minyak dan lemak (mg/L) =
sampel uji (ml)

Keterangan:
A = berat labu + ekstrak (mg)
B = berat labu kosong (mg)
7. Pemeriksaan Parameter Uji Total Coliform
(berdasarkan SNI 01.2332.1-2006)
Hari pertama
1) Pipet 10 ml sampel air limbah di dalam lauryl tryptose broth
2) Diinokulasi dengan biakan escheria coli
3) Diinokulasi deretan tabung ini pada suhu tiga puluh lima derajat
celcius selama 48 jam
Hari kedua
1) Diamati tabung tersebut yang sudah diinokulasi sebelumnya
2) Disediakan tabung kaldu BGLB dan tabung E.C
3) Diinokulasi tabung pada bagian b sebelumnya dengan satu mata
ose lauryl tryptose broth yang menunjukkan hasil positif
4) Diinokulasi tabung BGLB pada suhu 35oC selama 48 jam diamati
pembentukan gas
5) Diinokulasi tabung E.C. penangas air pada suhu 44,5oC selama 24
jam dan perhatikan pembentukan gasnya
Hari ketiga
36

1) Dari tabung BGLB yang menunjukkan hal positif, digores


lempeng agar EMB. Diinokulasi pada suhu 35oC selama 24 jam
2) Dibandingkan angka index yang diperlukan oleh tabung BGLB
dengan tabung MPN untuk Koliform
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. IPAL komunal Gampong Tibang


4.1.1. Kinerja IPAL Komunal Gampong Tibang
Penilaian kinerja IPAL komunal yang berlokasi di Gampong Tibang
merupakan bagian dari aspek teknis yang berisi tinjauan keadaan eksisting sistem
dan teknologi yang dijalankan di dalam IPAL komunal dan analisis terhadap
kualitas efluen dari IPAL komunal berdasarkan baku mutu air limbah domestik.
Sarana sanitasi komunal berupa IPAL komunal yang berada di wilayah
Gampong Tibang merupakan Program kegiatan SANIMAS IDB yang merupakan
bagian dari Satuan Kerja Penyehatan Lingkungan Permukiman Berbasis
Masyarakat Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. IPAL komunal Gampong Tibang yang didirikan pada tahun
2017 saat ini berjumlah tiga unit IPAL komunal yang berada di tiga dusun berbeda
yaitu Dusun Tgk. Meurah, Dusun Tgk. Meulinje dan Dusun Tgk Meulagu, dengan
uraian sebagai berikut:
1. IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah
IPAL komunal yang berada di Dusun Tgk. Meurah yang lokasinya berada
pada pekarangan Gedung Serba Guna yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.

37
38

Gambar 4.1. IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah


(Sumber: Dokumen Pribadi)
Adapun profil eksisting IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah ditunjukkan
pada Gambar 4.2.
39

INLET

0.80 6"

3"
1.50 Bak Pemecah

4.50 Bak Setler

12.00
3"
Bak Bak
2.00 AF AF

Bak Bak
2.00 AF AF

Bak Bak
2.00 AF AF

OUTLET 4"

1.50 1.50
3.00

Gambar 4.2. Profil Eksisting IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah


(Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2017)

2. IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje


lokasi IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje berada di dalam pekarangan
rumah milik Geuchik Gampong Tibang periode sebelumnya, tanah ini berada di
Dusun Tgk. Meulinje dekat Masjid Baitussalam Gampong Tibang bersebelahan
dengan jalan umum. IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje ditunjukkan pada
Gambar 4.3.
40

Gambar 4.3. IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Selain itu, untuk profil eksisting IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje
ditunjukkan pada Gambar 4.4.
41

Gambar 4.4. Profil Eksisting IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje


(Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2017)

3. IPAL komunal Dusun Tgk. Meulagu


IPAL komunal yang berada di Dusun Tgk. Meulagu. Lokasi IPAL komunal
Tgk. Meulagu berada pada penghujung lorong Tgk. Zaini seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.5.
42

Gambar 4.5. IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulagu


(Sumber: Dokumen Pribadi)
Selanjutnya Gambar 4.6. menunjukkan profil eksisting IPAL komunal Dusun
Tgk. Meulagu.

12.00
0.95 3.20 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 0.95

6"

Bak Bak Bak Bak Bak Bak Bak Bak


Inlet Bak Setler ABR ABR ABR AF AF AF Outlet 3.20

2" 3" 4"

Gambar 4.6. Profil Eksisting IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulagu


(Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2017)

Berdasarkan Buku 3 (tiga) Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik-


Terpusat Skala Permukiman-Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
(2016), sistem pengolahan yang umum di dalam IPAL komunal dibagi menjadi
tiga yaitu sistem pengolahan aerob, anaerob, dan campuran dengan unit-unit di
dalam IPAL komunal yaitu sistem perpipaan dan unit pengolahan. Sistem
pengolahan yang digunakan di dalam IPAL komunal di Gampong Tibang
43

menggunakan sistem anaerob yaitu untuk Dusun Tgk. Meurah dan Tgk. Meulinje
menggunakan sistem Anaerobic filter dan untuk Dusun Tgk. Meulagu
menggunakan sistem Anaerobic Baffled Reactor yang dikombinasikan dengan
Anaerobic Filter (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2017). Berikut ini Tabel 4.1.
menunjukkan data sistem pengolahan air limbah domestik IPAL komunal
Gampong Tibang.

Tabel 4.1. Sistem Pengolahan IPAL Komunal Gampong Tibang


Lokasi
No. Tahun Sistem Pengolahan Keterangan
IPAL
Dusun Tgk.
1. 2017 Anaerobic Filter Berfungsi
Meurah
Dusun Tgk.
2. 2017 Anaerobic Filter Berfungsi
Meulinje
Anaerobic Baffled
Dusun Tgk.
3. 2017 Reactor dan Anaerobic Berfungsi
Meulagu
Filter

Adapun komponen di dalam sistem pembuangan dan pengolahan air limbah


domestik di dalam IPAL komunal Gampong Tibang eksisting terdiri dari komponen
perpipaan dan komponen pengolahan limbah yaitu sebagai berikut:
1. Komponen Perpipaan: Saluran pembuangan komunal
Saluran pembuangan limbah masyarakat untuk IPAL komunal yang ada di
wilayah Gampong Tibang menggunakan saluran komunal dengan
perpipaan PVC yang terdiri dari pipa induk, sekunder, dan pipa tersier
2. Komponen Pengolahan Limbah
Bangunan pengolahan limbah IPAL komunal Gampong Tibang memiliki
fungsi untuk menampung air limbah domestik komunal yang dialirkan
melalui perpipaan. Komponen pengolahan air limbah yang digunakan
adalah Grease trap/grit chamber, manholes, Settler, Anaerobic Baffled
44

Reactor, dan Anaerobic Filter. Secara lengkap dapat dilihat pada Gambar
4.7. sampai dengan Gambar 4.8.
1) Grease Trap/Grit Chamber, merupakan bak kontrol pada IPAL
komunal Gampong Tibang yang tersusun struktur batu bata dan kedap
air, dilengkapi dengan pipa masuk dan pipa keluar dan diberi lubang-
lubang yang memiliki fungsi untuk memisahkan lemak dan sampah dari
air bekas cuci ataupun memasak

Gambar 4.7. Profil Bak Kontrol


Sumber: dokumen pribadi

2) Manholes, merupakan bak kedap air yang berada pada interval tertentu
di sepanjang saluran perpipaan, dipersimpangan pipa, dan pada
khususnya di titik jalur pipa berubah arah vertikal atau horizontal.
Manholes pada unit IPAL komunal di Gampong Tibang berfungsi
sebagai akses untuk pemeriksaan, pembersihan, ataupun perbaikan
45

Gambar 4.8. Profil Manholes


Sumber: dokumen pribadi

3) Bak inlet
Bak inlet pada IPAL komunal Gampong Tibang berfungsi menyaring
bahan kasar sebelum masuk ke unit IPAL komunal selanjutnya
4) Bak pemecah limbah
Pada unit operasional ini berfungsi untuk memecah padatan yang
tertahan pada screen dan padatan ini kemudian dapat dikembalikan ke
dalam aliran air limbah atau dibuang, bak pemecah limbah hanya
terdapat di IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah dan Tgk. Meulinje.
5) Bak Settler
Bak settler atau bak pengendap. Unit ini pada IPAL komunal Gampong
Tibang memiliki fungsi yang sama dengan Settling tank/Septic tank
yang di dalamnya terdapat proses pengendapan atau sedimentasi, lalu
selanjutnya di unit ini juga terjadi stabilisasi.
6) Anaerobic Baffled Reactor
ABR adalah reaktor pada IPAL komunal Gampong Tibang yang
menggunakan rangkaian dinding dengan mengarahkan aliran air limbah
bergerak dari bawah ke atas (upflow) melalui dinding, unit ini
mendukung kontak yang terjadi lebih intensif dengan biomassa
anaerobik dan mendukung peningkatan kinerja pengolahan air limbah.
IPAL komunal Dusun Tgk. Meulagu adalah satu-satunya unit IPAL
46

komunal di wilayah Gampong Tibang yang menggunakan sistem ABR


yang dikombinasikan dengan Anaerobic Filter di IPAL komunal
Gampong Tibang.
7) Anaerobic Filter
Filter anaerobik merupakan suatu sistem dengan kompartemen-
kompartemen atau ruang yang dipasang media yang berfungsi sebagai
filter sekaligus tempat menempelnya bakteri. Media filter yang
digunakan di dalam IPAL komunal yang ada di Gampong Tibang
menggunakan botol air mineral bekas yang dibuat sedemikian rupa
hingga dapat berfungsi sebagai tempat tumbuh dan perkembang biaknya
mikroorganisme pengurai limbah.
8) Bak outlet
Bak outlet pada IPAL komunal Gampong Tibang memiliki fungsi
sebagai unit untuk memonitoring kualitas dan pengambilan sampel air.

4.1.2. Penilaian Kualitas Efluen


Pengambilan sampel air limbah domestik IPAL komunal Gampong Tibang
dilakukan pada tanggal 9 September-10 September 2019. Sampel air limbah
domestik yang diuji adalah sampel inlet dan sampel outlet lalu dibawa dan diuji di
Laboratorium Terpadu Universitas Syiah Kuala untuk parameter uji pH, BOD,
COD, Total Coliform dan Ammonia. Lalu kemudian untuk parameter uji TSS dan
Minyak dan Lemak dilakukan di Laboratorium Balai Riset Dan Standarisasi
Industri atau BARISTAND.
Penilaian kualitas efluen pada 3 (tiga) unit IPAL komunal Gampong Tibang
berdasarkan parameter air limbah domestik yang sesuai dengan baku mutu air
limbah domestik yaitu antara lain sebagai berikut:
a. pH
Berikut hasil uji efluen untuk parameter pH pada sampel outlet IPAL
komunal Gampong Tibang, ditunjukkan oleh Gambar 4.9.
47

Baku Mutu
pH parameter pH
7,8 6-9
7,7
7,71
7,6
7,5
7,4 7,48
7,3 7,37
7,2
7,1 7,18
7 7,08 7,09
6,9
6,8
6,7
IPAL Dusun Meurah IPAL Dusun Meulinje IPAL Dusun Meulagu

Influen Efluen

Gambar 4.9. Hasil Uji Efluen Parameter pH

Gambar 4.9. merupakan hasil uji parameter pH di Laboratorium Terpadu


Universitas Syiah Kuala. Berdasarkan hasil uji, kadar pH di tiga lokasi IPAL
komunal Gampong Tibang tidak melampaui standar baku mutu air limbah
domestik. Pada penelitian ini, baku mutu air limbah domestik yang digunakan
adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68
Tahun 2016, dengan pH 6,0-9,0 dan metode uji SNI 06-6989.11-2014. Data
di atas juga menunjukkan bahwa pH terendah adalah efluen IPAL komunal
Dusun Tgk. Meurah dan pH tertinggi adalah efluen IPAL komunal Dusun
Tgk. Meulagu.
Secara umum adanya parameter pH di dalam air menunjukkan asam atau
basa suatu perairan, keberadaan pH berpengaruh dalam air limbahdengan
nilai yang sangat ekstrim dapat mempersulit pengolahan secara biologis.
Kadar pH yang berada di dalam air limbah dipengaruhi oleh mikroorganisme
dan karakteristik air limbah. Air dengan nilai pH yang tinggi dipengaruhi oleh
keberadaan NH3 dalam kadar yang berlebih (Retnoningsih, 2010).
Sedangkan, IPAL komunal berfungsi optimal ditandai dengan nilai pH yang
cenderung netral.
48

b. COD
Berikut hasil uji efluen untuk parameter COD pada outlet IPAL komunal
Gampong Tibang, ditunjukkan pada Gambar 4.10.

COD Baku Mutu


100 mg/l
450
400
408,2
350
300
250
200
150 179,9
157,7
100 135,4
115,1 116,8
50
0
IPAL Dusun Meurah IPAL Dusun Meulinje IPAL Dusun Meulagu

Influen Efluen

Gambar 4.10. Hasil Uji Efluen Parameter COD

Gambar 4.10. menggambarkan grafik hasil pengujian dari Laboratorium


terpadu Universitas Syiah Kuala. Berdasarkan tabel tersebut diperoleh
informasi bahwa kadar COD di tiga wilayah IPAL komunal Gampong Tibang
tersebut semuanya sudah melewati baku mutu yang sudah ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016
dengan metode uji SNI 6989.73-2009, yaitu dengan baku mutu kadar COD
sebesar 100 mg/l. Adapun kadar COD Terendah terdapat pada IPAL komunal
Dusun Tgk. Meurah sebesar 115,1 mg/l dan kadar COD tertinggi pada IPAL
komunal Dusun Tgk. Meulinje yaitu sebesar 135,4 mg/l. Kadar COD
merupakan tolok ukur tingkat pencemaran yang disebabkan oleh bahan
organik. Menurut Ali (2015), kadar COD dipengaruhi oleh keberadaan zat
organik di dalam air. Kadar COD mempengaruhi keseimbangan ekosistem
perairan, COD di dalam perairan mempengaruhi jumlah oksigen di dalam air.
49

Kadar COD yang tinggi dan masih melebihi baku mutu disebabkan IPAL
komunal dalam menyisihkan kadar COD masih relatif rendah (Wijayaningrat,
2018). IPAL komunal Gampong Tibang terletak di 3 (tiga) dusun yang
berbeda, dengan sistem pengolahan yang berbeda. Khusus IPAL komunal
Dusun Tgk. Meulagu menggunakan kombinasi sistem ABR dan AF di dalam
sistem pengolahannya, hingga hasil untuk kadar COD mengalami penurunan
yang cukup baik meskipun masih melewati baku mutu yang ada.
Sistem pengolahan yang menggunakan teknologi ABR mampu
menurunkan kadar COD hingga 70-95% (Sasshe, 1998). Faktor yang
mempengaruhi IPAL komunal menurunkan kadar COD di dalam sistem
pengolahannya adalah waktu tinggal dan perawatan dan atau pemeliharaan
IPAL (Susilo, 2009).
c. BOD
Berikut hasil uji efluen untuk parameter BOD air limbah domestik pada
outlet IPAL komunal Gampong Tibang, ditunjukkan pada Gambar 4.11.

BOD Baku Mutu


60
30 mg/l

56
50

40
42,3 41,2 40
30

26,7 28,4
20

10

0
IPAL Dusun Meurah IPAL Dusun Meulinje IPAL Dusun Meulagu

Influen Efluen

Gambar 4.11. Hasil Uji Efluen Parameter BOD

Gambar 4.11. merupakan hasil pengujian dari Laboratorium Terpadu


Universitas Syiah Kuala. Berdasarkan Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa
50

berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68


Tahun 2016 bahwa hanya IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje yang
melewati baku mutu yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 41,2 mg/l. Adapun
baku mutu untuk parameter BOD yang ditetapkan adalah sebesar 30 mg/l
dengan metode uji SNI 6989.72-2009. Selain itu, untuk nilai kadar BOD
terendah berdasarkan Tabel 4.4. adalah IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah.
Menurut Ranudi (2018) nilai BOD yang tinggi menunjukkan kualitas air
yang rendah, dengan dominasi pencemar adalah bahan organik sehingga
memicu tumbuh-kembang bakteri patogen dan bau hasil dari metabolisme,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup
disekitarnya, dan munculnya penyakit-penyakit seperti tipes, kolera, dan
sebagainya. Kadar BOD yang tinggi mampu menurunkan kadar oksigen di
dalam air dan dapat memberikan dampak buruk bagi ekosistem perairan yang
membutuhkan oksigen untuk keberlangsungan hidupnya.
d. Ammonia
Berikut adalah hasil uji efluen untuk parameter Ammonia pada outlet IPAL
komunal Gampong Tibang. Berikut ditunjukkan oleh Gambar 4.12.

Ammonia Baku Mutu


10 mg/l
1,4

1,2
1,206
1

0,8 0,864 0,896 0,858 0,87


0,851
0,6

0,4

0,2

0
IPAL Dusun Meurah IPAL Dusun Meulinje IPAL Dusun Meulagu

Influen Efluen

Gambar 4.12. Hasil Uji Efluen Parameter Ammonia


51

Gambar 4.12. menggambarkan secara jelas hasil uji dari Laboratorium


Terpadu Universitas Syiah Kuala. Adapun penelitian ini mendasar pada baku
mutu air limbah domestik yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 dengan metode uji SNI 06-6989.30-2005.
Berdasarkan hasil pengujian kadar Ammonia pada 3 (tiga) unit IPAL komunal
Gampong Tibang bahwa tidak ada efluen dari 3 (tiga) unit IPAL komunal
yang berlokasi di Gampong Tibang yang melewati baku mutu yang sudah
ditetapkan. Berdasarkan Gambar 4.12. diperoleh data untuk unit IPAL
komunal yang memperoleh kadar Ammonia tertinggi adalah IPAL komunal
Dusun Tgk. Meulagu sebesar 0,870 mg/l dan untuk unit IPAL komunal yang
dengan kadar Ammonia terendah adalah IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje
dengan kadar Ammonia 0,858 mg/l.
Tingginya kadar Ammonia dapat menyebabkan kadar oksigen terlarut di
dalam air semakin rendah dan munculnya permasalahan serius di dalam
perairan (Susana, 2014). Pada air limbah domestik, oksidasi zat organik
secara mikrobiologi (Pratiwi, 2007).
e. Minyak dan Lemak
Hasil uji efluen untuk parameter minyak dan lemak pada outlet IPAL
komunal Gampong Tibang, ditunjukkan pada Gambar 4.13.
52

Minyak dan Lemak Baku Mutu


5 mg/l
0,25

0,2
0,2 0,2 0,2 0,2

0,15

0,1
0,1 0,1

0,05

0
IPAL Dusun Meurah IPAL Dusun Meulinje IPAL Dusun Meulagu

Influen Efluen

Gambar 4.13. Hasil Uji Efluen Parameter Minyak Dan Lemak

Gambar 4.13. menggambarkan hasil pengujian yang dilakukan di


Laboratorium Penguji Baristand Industri Banda Aceh (LABBA).
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa berdasarkan baku mutu
yang sudah ditetapkan untuk parameter Minyak dan Lemak oleh Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 yaitu
sebesar 5 mg/l dengan metode uji SNI 06-6989.10-2004, bahwa tiga unit
IPAL komunal Gampong Tibang tidak ada yang melewati baku mutu yang
sudah ditetapkan. Adapun untuk nilai kadar Minyak dan Lemak tertinggi
adalah IPAL komunal Dusun Tgk. Meulagu sebesar 0,2 mg/l dan nilai kadar
Minyak dan Lemak terendah sebesar <0,1 mg/l yaitu pada dua unit IPAL
komunal Dusun Tgk. Meurah dan Dusun Tgk. Meulinje.
Kadar Minyak dan Lemak dengan kadar berlebih akan membentuk
gumpalan di permukaan air dan dapat menyebabkan terganggunya proses
difusi oksigen dari udara ke dalam air dan juga dapat berdampak negatif bagi
biota air. Selain itu, keberadaan Minyak dan Lemak dapat menimbulkan
pengerasan dan penyumbatan di saluran maupun pada screen (Akbar, 2015).
53

f. TSS
Berikut hasil uji efluen untuk parameter TSS pada outlet IPAL komunal
Gampong Tibang, ditunjukkan pada Gambar 4.14.

TSS Baku Mutu


30 mg/l
600

500
479
400

300

200

100
16 18 26 6 30
0
IPAL Dusun Meurah IPAL Dusun Meulinje IPAL Dusun Meulagu

Influen Efluen

Gambar 4.14. Hasil Uji Efluen Parameter TSS

Gambar 4.14. merupakan hasil pengujian dari Laboratorium Penguji


Baristand Industri Banda Aceh (LABBA). Berdasarkan data tersebut dapat
diperoleh informasi bahwa berdasarkan baku mutu air limbah domestik yaitu
untuk parameter TSS pada IPAL komunal Gampong Tibang dapat diketahui
bahwa tidak ada yang melampaui baku mutu. Adapun nilai baku mutu untuk
parameter TSS adalah 30 mg/l dengan metode uji SNI 06-6989.3.2004. Kadar
TSS tertinggi berdasarkan Tabel di atas adalah IPAL komunal Dusun Tgk.
Meulagu dengan kadar TSS sebesar 30 mg/l, dan kadar TSS terendah adalah
efluen dari IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje.
TSS adalah salah satu indikator polutan di dalam air. TSS merupakan
jumlah padatan tersuspensi dengan bobot atau ukuran yang lebih kecil dari
sedimen yang membuatnya sulit untuk larut dan mengendap di dalam air, hal
tersebut yang memicu kekeruhan di dalam air. Pada upaya penyisihan kadar
54

TSS, sistem pengolahan ABR adalah yang dianggap lebih mendukung dengan
persentase kinerja 40%-70% (Wijayaningrat, 2018).
Kadar TSS yang melebihi standar kualitas air biasanya disebabkan oleh
penyumbatan di tahap screening, dengan begitu sampah-sampah yang masuk
jumlahnya banyak sehingga hanya sedikit jumlah air limbah yang dapat
masuk ke tahap selanjutnya. Kadar TSS yang menyebabkan terganggunya
proses pengolahan hingga air limbah yang dapat terdekomposisi jumlahnya
sedikit dan tidak sesuai dengan banyaknya mikroorganisme sehingga dapat
menyebabkan kematian mikroorganisme (Ranudi, 2018).
g. Koliform Total
Berikut Gambar 4.15. menunjukkan hasil uji efluen untuk parameter
Koliform Total pada outlet IPAL komunal Gampong Tibang.

Baku Mutu
Koliform Total 3000
1200 jml/100ml

1000 1100 1100 1100 1100

800

600

400

200 290
240

0
IPAL Dusun Meurah IPAL Dusun Meulinje IPAL Dusun Meulagu

Influen Efluen

Gambar 4.15. Hasil Uji Efluen Untuk Parameter Koliform Total

Gambar 4.15. menggambarkan tentang hasil uji dari Laboratorium


Terpadu Universitas Syiah Kuala. Adapun, penelitian ini menggunakan baku
mutu yang berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Nomor 68 Tahun 2016 yaitu sebesar 3000 MPN/100 ml dengan metode uji
SNI 01.2332.1-2006. Berdasarkan hasil pemeriksaan Koliform Total di tiga
55

unit IPAL komunal Gampong Tibang, bahwa hanya IPAL komunal Dusun
Tgk. Meulagu yang sudah melewati baku mutu yang ditetapkan dengan kadar
Koliform Total sebesar >1.100 Jml/100ml. selain itu, untuk unit IPAL
komunal yang memiliki kadar Koliform Total terendah adalah Dusun Tgk.
Meurah dengan kadar Total Coliform sebesar 240 Jml/100ml. Bakteri
Koliform Total menjadi salah satu indikator terkontaminasi atau tidaknya
suatu perairan dengan patogen. Sungai atau perairan yang terindikasi bakteri
Koliform Total akan menyebabkan penyakit apabila dikonsumsi oleh
manusia sebagai air minum. Suatu perairan yang sudah tercemar oleh
Escheria Coli ataupun Bakteri Koliform Total yang melebihi kadar
persyaratannya maka akan menyebabkan diare (Peraturan Menteri
Kesehatan, 2010).

4.2. Efisensi IPAL Komunal Gampong Tibang


IPAL komunal merupakan instalasi pengolahan air limbah. Pada penelitian
ini, IPAL komunal digunakan untuk proses pengolahan air limbah domestik
wilayah Gampong Tibang Kota Banda Aceh, sehingga menghasilkan efluen yang
sifatnya aman untuk dilepas ke lingkungan. IPAL komunal dapat dikatakan tepat
sasaran ketika di dalam pengoperasiannya mampu menyisihkan kandungan polutan
yang terdapat di dalam air limbah domestik dan dapat menghasilkan efluen yang
memenuhi syarat baku mutu yang sudah ditetapkan (Wijayaningrat, 2018).
Penelitian ini mengambil sampel uji dari 3 (tiga) unit IPAL komunal yang
terdapat di wilayah Gampong Tibang Kota Banda Aceh untuk mendapatkan data
terkait efisiensi dari adanya IPAL komunal di wilayah Gampong Tibang Kota
Banda Aceh. Berikut hasil uji inlet dan outlet tiga unit IPAL komunal Gampong
Tibang, ditunjukkan pada Tabel 4.2. sampai dengan 4.4.
56

Tabel 4.2. Hasil Uji Sampel Inlet Dan Outlet IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah
Baku Hasil pemeriksaan
No. Parameter Satuan
Mutu Inlet Outlet
1. pH 6-9 - 7,08 7,37
2. BOD 30 mg/l 56,0 26,7
3. COD 100 mg/l 157,7 115,1
4. TSS 30 mg/l 16 18
Minyak
5. dan 5 mg/l <0,1 <0,1
Lemak
6. Ammonia 10 mg/l 0,864 0,851
Total
7. 3000 Jml/100ml >1.100 240
Coliform

Tabel 4.3. Hasil Uji Sampel Inlet Dan Outlet IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje
Baku Hasil pemeriksaan
No. Parameter Satuan
Mutu Inlet Outlet
1. pH 6-9 - 7,09 7,48
2. BOD 30 mg/l 42,3 41,2
3. COD 100 mg/l 179,9 135,4
4. TSS 30 mg/l 26 6
Minyak
5. dan 5 mg/l <0,1 <0,1
Lemak
6. Ammonia 10 mg/l 0,896 0,858
Total
7. 3000 Jml/100ml >1.100 290
Coliform
57

Tabel 4.4. Hasil Uji Sampel Inlet Dan Outlet IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulagu
Baku Hasil pemeriksaan
No. Parameter Satuan
Mutu Inlet Outlet
1. pH 6-9 - 7,18 7,71
2. BOD 30 mg/l 40 28,4
3. COD 100 mg/l 408,2 116,8
4. TSS 30 mg/l 479 30
Minyak
5. dan 5 mg/l 0,2 0,2
Lemak
6. Ammonia 10 mg/l 1,206 0,870
Total
7. 3000 Jml/100ml >1.100 >1.100
Coliform

Berdasarkan tabel di atas, hasil pengujian pada sampel inlet dan outlet dapat
diperoleh informasi bahwa pada 3 (tiga) unit IPAL komunal di Gampong Tibang
terdapat parameter yang melewati baku mutu air limbah domestik yaitu antara lain
parameter COD dan BOD. Namun untuk parameter lainnya seperti TSS, pH, dan
minyak dan lemak serta Koliform Total tidak ada yang melewati baku mutu.
Kualitas efluen IPAL komunal Gampong Tibang dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain karakteristik air limbah yaitu perbedaan jenis air limbah domestik dan
perbedaan beban efluen ke dalam unit IPAL komunal, kemampuan unit pengolahan
dalam menyisihkan kadar polutan di dalam air limbah berdasarkan hasil
perhitungan nilai efisiensi, serta masih kurangnya kesadaran masyarakat
berdasarkan analisis observasi di wilayah studi.
Evaluasi kualitas efluen IPAL komunal Gampong Tibang didasarkan pada
perolehan persentase removal polutan air limbah domestik dengan kualitas efluen
yang dihasilkan oleh IPAL komunal. Adapun perhitungan yang digunakan adalah
sebagai berikut.
(A−B)𝑥 100%
% Removal = ( )
A
58

Keterangan =
A= nilai parameter influen
B= nilai parameter efluen
Berdasarkan rumus perhitungan di atas, IPAL komunal Gampong Tibang
dalam menyisihkan kadar polutan antara lain ditunjukkan pada Tabel 4.5. sampai
dengan Tabel 4.7.

Tabel 4.5. Hasil Uji Dan Persentase Nilai Efisiensi IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah
Baku Hasil pemeriksaan
No. Parameter Satuan
Mutu Inlet Outlet Efisiensi
1. pH 6-9 - 7,08 7,37 -
2. BOD 30 mg/l 56,0 26,7 52,3%
3. COD 100 mg/l 157,7 115,1 27%
4. TSS 30 mg/l 16 18 -12,5%
Minyak
5. dan 5 mg/l <0,1 <0,1 -
Lemak
6. Ammonia 10 mg/l 0,851 0,864 -1,5%
Total
7. 3000 Jml/100ml >1.100 240 -
Coliform
*warna merah menandakan efluen melewati baku mutu
59

Tabel 4.6. Hasil Uji Dan Persentase Nilai Efektivitas IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje
Baku Hasil pemeriksaan
No. Parameter Satuan
Mutu Inlet Outlet Efisiensi
1. pH 6-9 - 7,09 7,48 -
2. BOD 30 mg/l 42,3 41,2 3%
3. COD 100 mg/l 179,9 135,4 25%
4. TSS 30 mg/l 26 6 77%
Minyak
5. dan 5 mg/l <0,1 <0,1 -
Lemak
6. Ammonia 10 mg/l 0,896 0,858 4,2%
Total
7. 3000 Jml/100ml >1.100 290 -
Coliform
*warna merah menandakan efluen melewati baku mutu

Tabel 4.7. Hasil Uji Dan Persentase Nilai Efektivitas IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulagu
Baku Hasil pemeriksaan
No. Parameter Satuan
Mutu Inlet Outlet Efisiensi
1. pH 6-9 - 7,18 7,71 -
2. BOD 30 mg/l 40 28,4 29%
3. COD 100 mg/l 408,2 116,8 71,4%
4. TSS 30 mg/l 479 30 93,7%
Minyak
5. dan 5 mg/l 0,2 0,2 -
Lemak
6. Ammonia 10 mg/l 1,206 0,870 28%
Total
7. 3000 Jml/100ml >1.100 >1.100 -
Coliform
*warna merah menandakan efluen melewati baku mutu
60

Berdasarkan Tabel 4.12. sampai dengan Tabel 4.14 dapat diperoleh informasi
bahwa dari tiga unit IPAL komunal yang lebih efektif dalam menyisihkan kadar
polutan adalah IPAL komunal Dusun Tgk. Meulagu dibandingkan dengan dua unit
IPAL komunal yang ada di wilayah Gampong Tibang lainnya yaitu IPAL komunal
Dusun Tgk. Meurah dan IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan perbedaan sistem pengolahan yang
digunakan pada IPAL komunal Gampong Tibang. IPAL komunal Dusun Tgk.
Meulagu menggunakan sistem kombinasi antara Anaerobic Baffled Reactor dengan
Anaerobic Filter sedangkan dua unit IPAL komunal lainnya hanya menggunakan
sistem pengolahan Anaerobic Filter.

4.3. Analisis dan Evaluasi Kualitas Efluen IPAL komunal Gampong Tibang
Hasil analisis dan evaluasi mengenai kinerja dan efisiensi IPAL komunal
Gampong Tibang terdapat beberapa parameter yang memiliki nilai efluen di atas
syarat yang sudah ditetapkan.
1. IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah
IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah memiliki permasalahan berupa nilai COD
yang berada di atas baku mutu air limbah domestik berdasarkan baku mutu
air limbah domestik yang sudah ditetapkan. Adapun, berdasarkan informasi
yang didapat dari kegiatan wawancara serta observasi, bahwa sebagian dari
penerima manfaat hanya menyambungkan saluran grey water dan tidak
menyambungkan saluran black water yang ada di rumah mereka dengan
IPAL komunal. Adanya sampah dan batu yang ada di bak kontrol ataupun
manhole juga menunjukkan tingkat kepedulian masyarakat yang masih
kurang.
2. IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje
IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje memiliki permasalahan berbeda yaitu,
efluen untuk parameter BOD dan COD masih berada di atas baku mutu air
limbah domestik. Sama hal nya dengan IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah,
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, untuk IPAL dusun ini jumlah
61

penerima manfaat yang menyambungkan saluran black water dengan IPAL


komunal juga tidak sebanyak IPAL komunal Dusun Tgk. Meulagu
3. IPAL komunal Dusun Tgk. Meulagu
IPAL komunal di dusun ini memiliki permasalahan yaitu nilai COD yang
berada di atas baku mutu air limbah domestik. Meskipun nilai inlet dan outlet
yang mengalami penurunan dengan nilai efisiensi yang mencapai 71,4%
tetapi belum mencapai baku mutu yang ditetapkan dalam upaya menyisihkan
kadar polutan COD.
Berdasarkan permasalahan yang ada dan analisis yang sudah dilakukan,
Gampong Tibang menurut kepala KSM Wadah Suci untuk Gampong Tibang
merupakan daerah dengan banyaknya usaha mencuci atau laundry sehingga hal
tersebut menjadi pemicu nilai COD yang di dapat pada inlet IPAL komunal
termasuk tinggi. Laundry di dalam kegiatannya menggunakan deterjen yang
berfungsi sebagai zat kimia yang digunakan untuk membersihkan pakaian. Zat
kimia yang terkandung di dalam limbah deterjen mengandung 25 senyawa kimia
berbahaya untuk lingkungan yaitu surfaktan, builders filler dan bahan tambahan.
Penggunaan deterjen pada limbah cair laundry memepengaruhi karakteristik air
limbah terutama COD. COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
menguraikan bahan organik secara kimiawi. Semakin tinggi COD semakin rendah
oksigen terlarut di dalam air, dan itu dapat mengganggu kelangsungan hidup biota
perairan. Adapun untuk menurunkan kadar BOD dan COD adalah dengan
menyarankan penggunaan sistem pengolahan kombinasi yaitu Anaerobic Baffled
Reactor dan Anaerobic Filter. Konsep desain ulang difokuskan pada upaya untuk
menurunkan kadar BOD dan COD sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Wijayaningrat (2018) tentang evaluasi IPAL komunal di DI. Yogyakarta serta Adi
dkk (2016) di dalam Jurnal Teknik ITS. Berikut adalah keadaan eksisting IPAL
komunal Dusun Tgk. Meurah dan IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje seperti yang
ada pada Gambar 4.16. dan Gambar 4.17.
62

INLET

0.80 6"

3"
1.50 Bak Pemecah

4.50 Bak Setler

12.00
3"
Bak Bak
2.00 AF AF

Bak Bak
2.00 AF AF

Bak Bak
2.00 AF AF

OUTLET 4"

1.50 1.50
3.00

Gambar 4. 16. IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah (eksisting)


63

Gambar 4. 17. IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje (eksisting)

Berdasarkan keadaan eksisting desain IPAL komunal untuk Dusun Tgk.


Meurah dan IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje, konsep desain ulang yang
disarankan adalah dengan melakukan desain ulang kombinasi ABR dan AF di
dalam sistem pengolahan anaerobik yang digunakan pada IPAL Komunal
Gampong Tibang.
64

4.3.1. Proyeksi Penduduk Gampong Tibang Kota Banda Aceh


Kepadatan penduduk memiliki hubungan erat dengan kualitas lingkungan.
Kualitas lingkungan akan menurun seiring dengan peningkatan kepadatan
penduduk yang tinggi. Oleh karena itu di dalam upaya untuk melakukan desain
ulang terhadap IPAL komunal guna menurunkan kadar polutan BOD dan COD
pada efluen IPAL komunal Gampong Tibang khususnya pada Dusun Tgk. Meurah
dan Dusun Tgk. Meulinje yaitu dengan melalukan proyeksi penduduk untuk dua
puluh tahun ke depan, sebagai salah satu data untuk melakukan desain teknis pada
alternatif IPAL Komunal Gampong Tibang yang akan dilakukan desain ulang.
Tabel 4.8. menunjukan jumlah penduduk eksisting penduduk Gampong Tibang
Kota Banda Aceh.

Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Gampong Tibang Tahun 2013-2017

No Tahun Jumlah Penduduk


1 2013 1.452
2 2014 1.454
3 2015 1.458
4 2016 1.485
5 2017 1.515

Selanjutnya, dilakukan perhitungan proyeksi penduduk untuk Tahun 2039


dengan menggunakan metode perhitungan yaitu aritmatika, geometrik dan least
square. Adapun nilai standar deviasi terkecil diperoleh dari hasil perhitungan
metode least square dengan hasil proyeksi jumlah penduduk untuk Tahun 2039
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.9. Demikian, hasil perhitungan dengan
metode ini yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya.
65

4.9. Jumlah Penduduk Gampong Tibang Tahun 2018-2039 Dengan Menggunakan Metode
Perhitungan Least Square
No Gampong Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1 2018 1.520
2 2019 1.536
3 2020 1.551
4 2021 1.567
5 2022 1.583
6 2023 1.598
7 2024 1.614
8 2025 1.630
9 2026 1.646
10 2027 1.661
11 Tibang 2028 1.677
12 2029 1.693
13 2030 1.708
14 2031 1.724
15 2032 1.740
16 2033 1.755
17 2034 1.771
18 2035 1.787
19 2036 1.803
20 2037 1.818
21 2038 1.834
22 2039 1.850

Jumlah Penduduk Gampong Tibang Tahun 2039


∑𝑦. ∑𝑥 2 − ∑𝑥. ∑(𝑥𝑦)
𝑎=
𝑁∑𝑥 2 − (∑𝑥)2

(7.364)(55) − (15)(22.249)
=
5(55) − (15)2

405.020 − 333.735
=
275 − 225
71.285
=
50
= 1.425,7
66

𝑁∑(𝑥𝑦) − ∑𝑥. ∑𝑦
𝑏=
𝑁∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
5 (22.249)−(15)(7.364)
= 5(55)−(15)2

111.245 − 110.460
=
275 − 225
785
=
50
= 15,7

X2039 = (2039-2013+1)
= 27

Y2039 = a + bx2039

= 1.425,7+ 15,7(27)

= 1.850 Jiwa

4.3.2. Perhitungan dan Konsep Desain Dimensi Kompartemen ABR dan AF


untuk Dusun Tgk. Meurah
Konsep hasil desain ulang Dusun Tgk. Meurah berfokus pada konsep desain
ulang untuk sistem pengolahan ABR dan AF di dalam mengupayakan penurunan
kadar BOD dan COD, ditunjukkan pada Gambar 4.18. dan Gambar 4.19.
67

3"
Bak Bak Bak
3.00 ABR ABR ABR

6.00

Bak Bak Bak


3.00 AF AF AF

4"
OUTLET

1.00 1.00 1.00


3.00

Gambar 4.18. Konsep Desain Ulang Kompartemen ABR Dan AF di Sistem Pengolahan IPAL
Komunal Dusun Tgk. Meurah
68

INLET

0.80 6"

1.50 3"
Bak Pemecah

4.50 Bak Setler

12.00

3"
Bak Bak Bak
3.00 ABR ABR ABR

Bak Bak Bak


3.00 AF AF AF

OUTLET 4"

1.00 1.00 1.00


3.00

Gambar 4.19. Konsep Desain Ulang Kompartemen ABR Dan AF di Sistem Pengolahan IPAL
Komunal Dusun Tgk. Meurah (garis merah menandakan fokus desain ulang yang dilakukan)

Gambar 4.19. menunjukkan hasil konsep desain yang sudah dilakukan,


dengan penyesuaian lahan yang ada di Dusun Tgk. Meurah Gampong Tibang Kota
Banda Aceh.
69

A B C

E E

D D

A B C

Gambar 4.20. Konsep Desain Ulang: Denah Potongan Kompartemen ABR Dan AF IPAL
Komunal Dusun Tgk. Meurah

Adapun untuk denah potongan tampak samping dan denah potongan tampak
depan IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah ditunjukkan pada Gambar 4.21. sampai
dengan Gambar 4.25.
1. Denah potongan tampak samping
1) Potongan A-A
70

Gambar 4.21. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meurah (Potongan A-A)

2) Potongan B-B

Gambar 4.22. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meurah (Potongan B-B)
71

3) Potongan C-C

Gambar 4.23. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meurah (Potongan C-C)

2. Denah Potongan Tampak Depan


1) Potongan D-D

Gambar 4.24. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meurah (Potongan D-D)
72

2) Potongan E-E

Gambar 4.25. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meurah (Potongan E-E)

Kriteria Desain Kompartemen ABR dan AF IPAL Komunal

Diketahui

Standar air bersih yang digunakan : 90-100 (berdasarkan jumlah


penduduk dalam satuan kota)

Debit (Q) air buangan yang dihasilkan : 70-80% x Q air bersih (ditentukan)

Q max day air buangan (ditentukan) : (1,1-1,3) x Q air limbah

HRT (Hidraulic Retention Time) : 24 Jam

➢ ABR = 6-8 jam (dipilih)


➢ AF = 12-36 jam (dipilih)
73

Ketentuan menghitung dimensi IPAL

Lebar Kompartemen (L) : 2 m – 3 m (disesuaikan dengan


kebutuhan lahan)

Kedalaman Basah (T) : 2 m (ditentukan)

Ambang bebas (h) : 0,3 – 0,5 m (dipilih)

Qr x HRT
Panjang Ruang Kompartemen : T x L

Perhitungan Dimensi IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah:


(Sumber data sekunder: Materi DED, RAB, dan Konsolidasi SANIMAS IDB,
2017- Ditjen Cipta Karya)
Diketahui:
IPAL komunal Dusun Tgk. Meurah: 179 jiwa
Kebutuhan air/orang/hari = 100 liter/hari

A. Menghitung kebutuhan air


= jiwa x kebutuhan air
=179 jiwa x 100 liter/orang/hari
=17.900 liter/hari

B. Timbulan air limbah domestik (Q) yang dihasilkan:


= Q x 80%
= 17.900 liter/hari x 0,8
= 14.320 liter/hari atau 14,32 m3/hari

C. Qmaxday air buangan yang dihasilkan:


= Q x 1,1
= 0,59 m3/jam x 1,1
74

= 0,64 m3/jam

D. Perhitungan Kompartemen ABR


Q = 0,64 m3/jam
HRT = 6 jam
Lebar = 3 m (Disesuaikan dengan kebutuhan lahan)
Tinggi kedalaman basah =2m
Tinggi ruang bebas = 0,5 m

Volume bak pengendap


= Q x HRT
= 0,64 m3/jam x 6 jam
= 3,84 m3

Panjang
V
=
(T x L)

3,84 m3
=
6m
= 0,64 m sebanding dengan 1 m

Volume Efektif
=P x L x T
=1m x 3m x 2m
= 6 m3

Jumlah unit Kompartemen ABR yang direncanakan


= 3 unit kompartemen

Dimensi Volume Total Kompartemen ABR


= Volume efektif x jumlah unit kompartemen
75

= 6 m3 x 3
= 18 m3
E. Perhitungan loading rate BOD dan COD pada kompartemen ABR
BOD masuk = 56 mg/l
Efisiensi (Bak Settler) = 25% (Kementerian Pekerjaan Umum,
2017 ; dan Nusa Idaman Said, 2017)
Efisiensi (Bak ABR) = BOD 70-95% (Nusa Idaman Said, 2017)
BOD keluar = 42 mg/l

Beban BOD di dalam air limbah


= 15,36 m3/hari x 42 g/m3
= 645,12 g/hari
= 0,64 kg/hari

Beban BOD di dalam Air Limbah pada Kompartemen ABR


= 15,36 m3/hari x 56 g/ m3
= 860,16 g/hari
= 0,86 kg/hari

Jumlah BOD yang dihilangkan di dalam Kompartemen ABR


= 0,86 kg/hari x 70%
= 0,60 kg/hari

COD masuk = 157,7 mg/l


Efisiensi (Bak settler) = 25% (Kementerian Pekerjaan Umum,
2017 ; dan Nusa Idaman Said, 2017)
Efisiensi (Bak ABR) = COD 65-90% (Nusa Idaman Said, 2017)
COD keluar = 118,27 mg/l

Beban COD di dalam air limbah:


= 15,36 m3/hari x 118,27 g/ m3
76

= 1816,62 g/hari
= 1,816 kg/hari
Beban COD di dalam Air Limbah pada Kompartemen ABR
= 15,36 m3/hari x 157,7 g/m3
= 2422,27 g/hari
= 2,42 kg/hari

Jumlah COD yang dihilangkan di dalam Kompartemen ABR


= 2,42 g/hari x 65%
= 2,42 g/hari x 0,65
= 1,57 kg/hari

F. Perhitungan Kompartemen AF
Q = 0,64 m3/jam
HRT = 12 jam
Lebar = 3 m (Disesuaikan dengan kebutuhan lahan)
Tinggi kedalaman basah = 2 m
Tinggi ruang bebas = 0,5 m

Volume bak pengendap


= Q x HRT
= 0,64 m3/jam x 12 jam
= 7,68 m3

Panjang
V
=
(T x L)

7,68 m3
=
6m
= 1,28 m sebanding dengan 1 m
77

Volume Efektif
=P x L x T
=1m x 3m x 2m
= 6 m3

Tinggi media filter 60% dari Tinggi kedalaman basah


= Tinggi kedalaman basah x 60%
= 2 m x 0,6
= 1,2 m

Volume media filter


= 1 m x 3 m x 1,2 m
= 3,6 m3

Jumlah unit Kompartemen AF


= 3 unit kompartemen

Dimensi Volume Total Kompartemen AF


= Volume efektif x Unit kompartemen
= 6 m3 x 3
= 18 m3

G. Perhitungan loading rate BOD dan COD untuk kompartemen AF:


BOD masuk = 56 mg/l
Efisiensi (Bak settler) = 25% (Kementerian Pekerjaan
Umum, 2017 ; dan Nusa Idaman Said,
2017)
Efisiensi (Bak AF) = BOD 70-90% (Nusa Idaman Said,
2017)
BOD keluar = 42 mg/l
Beban BOD di dalam air limbah = 0,64 kg/hari
78

Volume Total media pada media biofilter anaerob


= Volume media filter x jumlah kompartemen
= 3,6 m3 x 3 unit kompartemen
= 10,8 m3

BOD loading per volume media:


= Beban BOD/ volume total media
= 0,64 kgBOD/hari/ 10,8 m3
= 0,059 kgBOD/ m3hari

Beban BOD air limbah di dalam Kompartemen AF


0,86 kgBOD /hari
=
10,8 m3

= 0,079 kgBOD/m3hari

Jumlah BOD yang dihilangkan di dalam Kompartemen AF


= 0,079 kgBOD/m3hari x 70%
= 0,055 kgBOD/m3hari
= 55 mg/l.hari

COD masuk = 157,7 mg/l


Efisiensi (bak settler) = 25% (Kementerian Pekerjaan
Umum, 2017 ; dan Nusa Idaman Said,
2017)
Efisiensi (Bak AF) = COD 65-90% (Nusa Idaman Said,
2017)
COD keluar = 118,27 mg/l
Beban COD di dalam air limbah = 1,816 kg/hari

Volume total media pada biofilter anaerob:


= Volume media filter x jumlah kompartemen
79

= 3,6 m3 x 3 unit kompartemen


= 10,8 m3
COD loading per volume media:
= Beban COD/ volume total media
= 1,816 kgCOD/hari/ 10,8 m3
= 0,168 kgCOD/ m3hari

Beban COD air limbah di dalam Kompartemen AF


2,42 kgCOD /hari
=
10,8m3

= 0,22 kgCOD/m3hari

Jumlah COD yang dihilangkan di dalam Kompartemen AF


= 0,22 kgCOD/m3hari x 65%
= 0,143 kgCOD/m3hari
= 143 mg/l.hari

4.3.3. Perhitungan dan Konsep Desain Dimensi Kompartemen ABR dan AF


untuk Dusun Tgk. Meulinje
Desain ulang yang dilakukan untuk IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje
dilakukan untuk menurunkan kadar polutan BOD dan COD dengan berfokus pada
sistem pengolahan ABR dan AF ditunjukkan pada Gambar 4.26. dan Gambar 4.27.
80

4.00
2.00 1.00 1.00

Bak Bak
Bak AF ABR ABR 3.00

6.00

Bak Bak
Bak AF
ABR ABR 3.00

OUTLET

4"
3"

Gambar 4.26. Konsep Desain Ulang Kompartemen ABR Dan AF di Sistem Pengolahan IPAL
Komunal Dusun Tgk. Meulinje
81

Gambar 4.27. Konsep Desain Ulang Kompartemen ABR Dan AF di Sistem Pengolahan IPAL
Komunal Dusun Tgk. Meulinje (garis merah menandakan fokus desain ulang yang dilakukan)

Gambar 4.27. menunjukkan hasil konsep desain yang dilakukan, desain ulang
dilakukan dengan penyesuaian terhadap lahan yang ada di Dusun Tgk. Meulinje
Gampong Tibang Kota Banda Aceh.
82

A B C

E E

D D

A B C

Gambar 4.28. Konsep Desain Ulang: Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL
Komunal Dusun Tgk. Meulinje

Adapun untuk denah potongan tampak samping dan denah potongan tampak
depan IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje ditunjukkan pada Gambar 4.29. sampai
dengan Gambar 4.33.
83

1. Denah potongan tampak samping


1) Potongan A-A

Gambar 4.29. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meulinje (Potongan A-A)

2) Potongan B-B

Gambar 4.30. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meulinje (Potongan B-B)
84

3) Potongan C-C

Gambar 4.31. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meulinje (Potongan C-C)

2. Denah potongan tampak depan


1) Potongan D-D

Gambar 4.32. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meulinje (Potongan D-D)
85

2) Potongan E-E

Gambar 4.33. Denah Potongan Kompartemen Sistem Pengolahan IPAL Komunal Dusun Tgk.
Meulinje (Potongan E-E)

Kriteria Desain Kompartemen ABR dan AF IPAL Komunal


Diketahui
Standar air bersih yang digunakan : 90-100 (berdasarkan jumlah
penduduk dalam satuan kota)

Debit (Q) air buangan yang dihasilkan : 70-80% x Q air bersih (ditentukan)

Q max day air buangan (ditentukan) : (1,1-1,3) x Q air limbah

HRT (Hidraulic Retention Time) : 24 Jam

➢ ABR = 6-8 jam (dipilih)


➢ AF = 12-36 jam (dipilih)
86

Ketentuan menghitung dimensi IPAL

Lebar Kompartemen (L) : 2 m – 3 m (disesuaikan dengan


kebutuhan lahan)

Kedalaman Basah (T) : 2 m (ditentukan)

Ambang bebas (h) : 0,3 – 0,5 cm (dipilih)

Qr x HRT
Panjang Ruang Kompartemen : T x L

Perhitungan Dimensi:
(Sumber data sekunder: Materi DED, RAB, dan Konsolidasi SANIMAS IDB,
2017- Ditjen Cipta Karya)
Diketahui:
IPAL komunal Dusun Tgk. Meulinje: 302 jiwa
Kebutuhan air/orang/hari = 100 liter/hari

A. Menghitung kebutuhan air


= jiwa x kebutuhan air
=302 jiwa x 100 liter/orang/hari
=30.200 liter/hari

B. Timbulan air limbah domestik (Q) yang dihasilkan:


= Q x 80%
= 30.200 liter/hari x 0,8
= 24.160 liter/hari atau 24,16 m3/hari

C. Qmaxday air buangan yang dihasilkan:


= Q x 1,1
= 1 m3/jam x 1,1
= 1,1 m3/jam
87

D. Perhitungan Kompartemen ABR


Q = 1,1 m3/jam
HRT = 6 jam
Lebar = 3 m (Disesuaikan dengan ketersediaan lahan)
Tinggi kedalaman basah = 2 m
Tinggi ruang bebas = 0,5 m

Volume bak pengendap


= Q x HRT
= 1,1 m3/jam x 6 jam
= 6,6 m3

Panjang
V
=
(T x L)

6,6 m3
=
6m
= 1,1 m sebanding dengan 1 m

Volume Efektif
=P x L x T
=1m x 3m x 2m
= 6 m3

Jumlah unit Kompartemen ABR


= 4 unit kompartemen

Dimensi Volume Total Kompartemen ABR


= Volume efektif x Unit kompartemen
= 6 m3 x 4
88

= 24 m3
E. Perhitungan loading rate BOD dan COD dan penyisihannya di dalam
kompartemen ABR:
BOD masuk = 42,3 mg/l
Efisiensi (Bak Settler) = 25% (Kementerian Pekerjaan
Umum, 2017 ; dan Nusa Idaman Said,
2017)
Efisiensi (Bak ABR) = BOD 70-95% (Nusa Idaman Said,
2017)
BOD keluar = 31,72 mg/l

Beban BOD di dalam air limbah


= 26,4 m3/hari x 31,72 g/m3
= 837,408 g/hari
= 0,83 kg/hari

Beban BOD di dalam Kompartemen ABR


= 26,4 m3/hari x 42,3 mg/l
= 1116,72 g/hari
= 1,116 kg/hari

Jumlah BOD yang dihilangkan di dalam Kompartemen ABR


= 1,116 kg/hari x 70%
= 0,78 kg/hari

COD masuk = 179,9 mg/l


Efisiensi (Bak Settler) = 25% (Kementerian Pekerjaan
Umum, 2017 ; dan Nusa Idaman Said,
2017)
Efisiensi (Bak ABR) = COD 65-90% (Nusa Idaman Said,
2017)
89

COD keluar = 134,92 mg/l


Beban COD di dalam air limbah:
= 26,4 m3/hari x 134,92 g/ m3
= 3561,88 g/hari
= 3,561 kg/hari

Beban COD di dalam Kompartemen ABR


= 26,4 m3/hari x 179,9 g/ m3
= 4749,36 g/hari
= 4,74 kg/hari

Beban COD yang dapat dihilangkan di dalam Kompartemen ABR


= 4,74 kg/hari x 65%
= 3,08 kg/hari

F. Perhitungan Kompartemen AF
Q = 1,1 m3/jam
HRT = 12 jam
Lebar = 3 m (Disesuaikan dengan ketersediaan lahan)
Tinggi kedalaman basah = 2 m
Tinggi ruang bebas = 0,5 m

Volume bak pengendap


= Q x HRT
= 1,1 m3/jam x 12 jam
= 13,2 m3

Panjang
V
=
(T x L)
90

13,2 m3
=
6m
= 2,2 m sebanding dengan 2 m

Volume Efektif
=P x L x T
=2m x 3m x 2m
= 12 m3

Tinggi media filter 60% dari Tinggi kedalaman basah


= Tinggi kedalaman basah x 60%
= 2 m x 0,6
= 1,2 m

Volume media filter


= 2 m x 3 m x 1,2 m
= 7,2 m3

Jumlah Unit Kompartemen


= 2 unit kompartemen

Dimensi Volume Total Kompartemen AF


= Volume efektif x Unit kompartemen
= 12 m3 x 2
= 24 m3

E. Perhitungan loading rate BOD dan COD untuk kompartemen AF:


BOD masuk = 42,3 mg/l
Efisiensi (Bak Settler) = 25% (Kementerian Pekerjaan
Umum, 2017 ; dan Nusa Idaman Said,
2017)
91

Efisiensi (Bak AF) = BOD 70-90% (Nusa Idaman Said,


2017)
BOD keluar = 31,72 mg/l
Beban BOD di dalam air limbah = 0,83 kg/hari

Volume Total media pada media biofilter anaerob


= Volume media filter x jumlah kompartemen
= 7,2 m3 x 2 unit kompartemen
= 14,4 m3

BOD loading per volume media:


= Beban BOD/ volume total media
= 0,83 kgBOD/hari/ 14,4 m3
= 0,057 kgBOD/ m3hari

Beban BOD air limbah di dalam Kompartemen AF


1,116 kgBOD /hari
=
14,4 m3

= 0,077 kgBOD/m3hari

Jumlah BOD yang dihilangkan di dalam Kompartemen AF


= 0,077 kgBOD/m3hari x 70%
= 0,054 kgBOD/m3hari
= 54 mg/l.hari

COD masuk = 179,9 mg/l


Efisiensi (Bak Settler) = 25% (Kementerian Pekerjaan
Umum, 2017 ; dan Nusa Idaman Said,
2017)
Efisiensi (Bak AF) = COD 65-90% (Nusa Idaman Said,
2017)
92

COD keluar = 134,92 mg/l


Beban COD di dalam air limbah = = 3,561 kg/hari
Volume total media pada biofilter anaerob:
= Volume media filter x jumlah kompartemen
= 7,2 m3 x 2 unit kompartemen
= 14,4 m3

COD loading per volume media:


= Beban COD/ volume total media
= 3,561 kgCOD/hari/ 14,4 m3
= 0,247 kgCOD/ m3hari

Beban COD air limbah di dalam Kompartemen AF


4,74 kgCOD /hari
=
14,4 m3

= 0,32 kgCOD/m3hari

Jumlah COD yang dihilangkan di dalam Kompartemen AF


= 0,32 kgCOD/m3hari x 65%
= 0,214 kgCOD/m3hari
= 214 mg/l.hari
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan dari
penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kinerja unit IPAL komunal Gampong Tibang berdasarkan Buku 3
Pembangunan Infrastruktur SANIMAS IDB Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya di dalam kategori
baik dan terpenuhinya komponen-komponen seperti sistem perpipaan dan
sistem pengolahan pada tiga unit IPAL komunal Gampong Tibang.
2. IPAL komunal Gampong Tibang menggunakan sistem pengolahan anaerob,
hasil perhitungan efisiensi IPAL Dusun Tgk. Meurah dengan nilai tertinggi
pada parameter BOD (52,3%) sedangkan terendah yaitu Ammonia (-1,5%);
IPAL Dusun Tgk. Meulinje dengan nilai efisiensi tertinggi pada parameter
TSS (77%) dan terendah adalah BOD (3%); dan IPAL komunal Dusun Tgk.
Meulagu nilai efisiensi tertinggi pada parameter TSS (93,7%) dan terendah
yaitu BOD (29%).
3. Penurunan kadar polutan BOD dan COD di dalam sistem pengolahan IPAL
komunal Dusun Tgk. Meurah dan Dusun Tgk Meulinje dianjurkan dan
direkomendasikan menggunakan alternatif sistem pengolahan kombinasi
Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Filter dan adapun untuk Dusun
Tgk. Meulagu untuk meningkatkan efisiensi adalah dengan melakukan
pemeliharaan berkala. Hal tersebut juga berlaku untuk semua unit IPAL
komunal Gampong Tibang untuk meningkatkan efisiensi IPAL komunal
untuk menyisihkan kadar polutan terlarut.
5.2. Saran
Setelah melakukan evaluasi dan menarik kesimpulan, penulis juga perlu
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada pembaca atau peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini, perlu
dilakukan perluasan topik pembahasan berupa analisis lingkungan dari

93
94

aspek sosial dan budaya masyarakat yang terlayani terhadap kinerja IPAL
komunal khususnya di Gampong Tibang
2. Kepada pemerintah khususnya, diharapkan untuk terus melakukan
pemantauan, pemeliharaan, dan pengawasan lebih lanjut di dalam proses
pemanfaatan IPAL komunal untuk meningkatkan efisiensi IPAL komunal
dalam menyisihkan kadar polutan berdasarkan baku mutu air limbah
domestik yang sudah ditetapkan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdurahman, D. (2006). Biologi Kelompok Pertanian Dan Kesehatan Untuk


Sekolah Menengah Kejuruan Kelas XII. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Achmadi, U. F. (2012). Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Adi, H. P., Razif, M., & Moesriati, A. (2016). Perancangan Ulang Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Anaerobic Baffled Reactor
dan Anaerobic Filter. Jurnal Teknik ITS, 5(2), D74-D78.
Akbar, M. A. (2015). Evaluasi Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal
Berbasis Masyarakat di Kecamatan Panukang Kota Madya Makassar. Tugas
Akhir. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Arnstein, S. R. (1971). A Ladder of Citizen Participation. Journal of the Royal.
Town Planning Institute.
Agoes, A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara.
Bungkaes, H. R., Posumah, J. H., & Kiyai, B. (2013). Hubungan efektivitas
pengelolaan program raskin dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Desa Mamahan Kecamatan Gemeh Kabupaten Kepualauan Talaud. ACTA
DIURNA KOMUNIKASI, 2(2).
Cohen, J. M., & Uphoff, N. T. (1977). Rural development participation: Concepts
and measures for project design implementation and evaluation. Cornell
University, New York. Center for International Studies, Ithaca, NY.
Daryanto. (1995). Masalah Pencemaran. Bandung: Tarsito.
Departemen Kimpraswil. (2003). Pedoman dan atau petunjuk Teknik dan Manual:
Air Minum Perkotaan Bagian: 6 (Volume I). Jurnal Balitbang. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. (1989). Metode Perhitungan Debit Banjir SK SNI
M-181989-F. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Irdianty, E. (2011). Studi Deskriptif Sanitasi Dasar di Tempat Pelelangan Ikan
Lempasing Teluk Betung Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Indonesia.

95
96

Fajarwati, A. (2000). Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan Domestik Kota


Palembang (Studi Kasus: Kecamatan Ilir Timur I dan Kecamatan Ilir Timur
II)(Skripsi). Bandung: Program Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Hammer, M., J. (1997). Water And Wastewater Technology. New York: John Wiley
Sons, Inc.
Karmana, O. (2007). Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Karyadi, L. (2010). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Komunal Di RT 30 RW 07 Kelurahan Warungboto,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program
Studi Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2016). Buku 3:
Pembangunan Infrastruktur SANIMAS IDB. Kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2016). Buku Rencana
Kegiatan Masyarakat Program SANIMAS IDB. Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (2003) Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 112 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Republik Indonesia.
Kodoatie, R.J. dan Roestam, S. (2005). Pengelolaan sumber daya air terpadu.
Yogyakarta: Andi.
Linsley, R.K. dan J. F. (1991). Teknik Sumber Daya Air. Penerjemah Djoko
Sasongko. Jakarta: Erlangga.
Mahida, U. N. (1984). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
Rajawali.
97

Mahyuddin, M., Soemarno, S., & Prayogo, T. B. (2015). Analisis Kualitas Air Dan
Strategi Pengendalian Air Sungai Metro Di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. Indonesian Journal Of Environment And Sustainable Development,
6(2).
Mara, D. (2004). Domestic Wastewater Treatment in Developing Countries. USA:
Eartscan.
Mara, D., dan Cairncross, S. (1994). Pemanfaatan Air Limbah dan Ekskreta.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Martopo, S. (1987). Dampak Limbah Terhadap Lingkungan. Bahan Diskusi Kursus
Singkat Penanganan Limbah Secara Hayati. Yogyakarta.
Masruri. (2014). Analisis Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan. Padang: Akademia permata.
Metcalf & Eddy. (2003). Wastewater Engineering: Treatment and Reuse. New
York: McGraw Hill Companies, Inc.
Mubin, F., Binilang, A., & Halim, F. (2016). Perencanaan Sistem Pengolahan Air
Limbah Domestik Di Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Jurnal Sipil Statik,
4(3).
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Panambunan, U. & Sumampouw. (2017) Efektivitas Instalasi Pengolahan Air
Limbah Komunal Domestik Berdasarkan Parameter Kimia dan Bakteri Total
Coliform di Kelurahan Malendeng Kota Manado. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, (9) No.3.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
Persyaratan Kualitas Air Minum. Menteri Kesehatan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016). Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Domestik. Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
98

04/PRT/M/2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah


Domestik. Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 101 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Republik Indonesia.
Pratiwi. (2007). Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Purwanto, B. (2004). Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota
Tangerang. Jurnal Percik Vol. 5 (1).
Putri, A.R.S. (2016). Pengaruh Koordinasi Terhadap Efektivitas Penertiban
Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Pabrik Di Kawasan Timur Kabupaten
Bandung (Studi Pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Bandung). Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, 42(2), 1-1.
Rahmawati, D., Handayani, R. D., & Fauzzia, W. (2018). Hygiene dan Sanitasi
Lingkungan Di Obyek Wisata Kampung Tulip. Jurnal Abdimas BSI: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1).
Rahmi, P. (2010). Pembuatan Biogas dari Air Limbah Domestik. Skripsi. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Ranudi, R. S. E. (2018). Evaluasi Pengelolaan IPAL Komunal di Kabupaten
Sleman. Tugas Akhir. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Reksosoebroto, S. (2001). Hygiene Sanitasi. Jakarta: Rinneka Cipta.
Retnoningsih, M. dan Yulia, M. (2010). Pengaruh pH, Konsentrasi Awal Ammonia
dan Waktu Operasi Pada Elektrolisa Ammonia. Jurnal Repository
Universitas Diponegoro. Semarang.
Rhomaidhi. (2008). Pengelolaan Sanitasi Secara Terpadu Wilayah Sungai Widuri
(Studi Kasus Kampung Nitiprayan Yogyakarta. Tugas Akhir. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Said, N. I. (2017). Teknologi Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Erlangga.
Said, N. I. dan Hidayat W. (2019). Perencanaan Dan Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan
Aerob. Daerah Istimewa Yogyakarta: Gosyen Publishing.
99

Sasse, L. (1998). DEWATS: Decentralised WasteWater Treatment in Developing


Countries. BORDA.
Sidhi, A. N., Raharjo, M., & Dewanti, N. A. Y. (2016). Hubungan Kualitas Sanitasi
Lingkungan Dan Bakteriologis Air Bersih Terhadap Kejadian Diare Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Adiwerna Kabupaten Tegal. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(3), 665-676.
Slamet, J. S. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Soemarwoto, O. (1983). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Soeparman dan Suparmin. (2002). Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Sudjarwo, Hermanto & Tanaka, Nao. (2014). Manual Teknologi Tepat Guna
Pengolahan Air Limbah. PUSTEKLIM. Yogyakarta.
Sufi, R. dan Agus B. W. (2006). Ragam Sejarah Aceh. Aceh: Badan Perpustakaan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Sugiharto. (1987). Dasar-dasar pengelolaan air limbah. Jakarta: UI Press.
Suharto, Ign. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Susana, T. (2004). Sumber Polutan Nitrogen Dalam Air Laut. Jurnal Oseana.
Volume XXIX (3): 25-33.
Susilawaty, A, Djafar, M. H. Daud, A. (2007). Efektivitas Sistem jaringan
Multimedia dalam Menurunkan TSS, BOD, NH3-, PO4 dan Total Koliform
pada Limbah Cair Rumah Tangga. Jurnal Sains dan Teknologi.
Susilo, et al. (2009). Pengaruh Variasi Waktu Tinggal Terhadap Kadar BOD dan
COD Limbah. Jurnal Sumber Daya Alam Dan Lingkungan, Jawa Timur.
Tapioka dengan Metode Rotating Biological Contactor
Susilowarno, G. (2007). Bilogi SMA. Jakarta: Grasindo.
Sutrisno, T. C. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tawakal, A. I. (2017). Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kecamatan
Berbah Daerah Istimewa Yogyakarta. Tugas Besar. Yogyakarta: Program
100

Studi Teknik Lingkungan Fakultas Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam


Indonesia.
Tchobanoglous, G., & Burton, F. L. (1991). Wastewater engineering treatment,
disposal and reuse. McGraw-Hill, Inc
Ulliaji, A., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2016). Efektivitas Variasi Dosis Kaporit
Dalam Menurunkan Kadar Amoniak Limbah Cair Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (e-Journal), 4(4),
819-826.
Umar. (2003). Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Ujung Pandang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hassanudin.
Undang-Undang Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Undang-undang Republik Indonesia.
Utomo, S. (2012). Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) dan Keberadaannya di
dalam Limbah. Jurnal Konversi, 1(1)
Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum. Malang: UPT. Penerbita UMM.
Wijayaningrat, A. T. P. (2018). Evaluasi Kinerja IPAL Komunal di Kecamatan
Banguntapan dan Bantul D.I. Yogyakarta Ditinjau Dari Parameter Fisik dan
Kimia. Tugas Akhir. Yogyakarta: Teknik Lingkungan Universitas Islam
Indonesia.
Wijono. (2010). Manajemen Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Surabaya: CV. Duta Prima Airlangga.
Zakaria, M. (2008). Manual Teknologi Tepat Guna Pengolahan Air Limbah. Jurnal
PUSTEKLIM. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran A
Perhitungan Standar Deviasi
1. Tabel Standar Deviasi dari Hasil Perhitungan Aritmatika

2. Tabel Standar Deviasi dari Hasil Perhitungan Geometrik

3. Tabel Standar Deviasi dari Hasil Perhitungan Least Square

101
102

Lampiran B

Kriteria Desain IPAL Komunal

Kriteria Desain Kompartemen ABR dan AF IPAL


Komunal

Sumber: - Materi DED Konsolidasi IPAL Komunal Ditjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan
Umum

- Buku Perencanaan dan Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik


dengan Proses biofilter anaerob-aerob (Ir. Nusa Idaman Said, M. Eng, APU dan Ir.
Wahyu Hidayat, M.Si.)

Standar air bersih yang digunakan : 90-100 (berdasarkan jumlah


penduduk dalam satuan kota)

Debit (Q) air buangan yang dihasilkan : 70-80% x Q air bersih (ditentukan)

Q max day air buangan (ditentukan) : (1,1-1,3) x Q air limbah

HRT (Hidraulic Retention Time) : 24 Jam

➢ ABR = 6-8 jam (dipilih)


➢ AF = 12-36 jam (dipilih)

Ketentuan menghitung dimensi IPAL

Lebar Kompartemen (L) : 2 m – 3 m (disesuaikan dengan


kebutuhan lahan)

Kedalaman Basah (T) : 2 m (ditentukan)

Ambang bebas (h) : 0,3 – 0,5 cm (dipilih)

Panjang Ruang Kompartemen : (Qr x HRT) / (T x L)


103

Lampiran C

A. Denah Desain Ulang IPAL Komunal Dusun Tgk. Meurah

TEKNIK LINGKUNGAN
SAINS DAN TEKNOLOGI
6.00 UIN AR-RANIRY

3.00 3.00
INLET
PROVINSI
ACEH
0.80 6" 0.50
0.40
KOTA
1.50 3" 2.50
Bak Pemecah 1.20 BANDA ACEH
3.00
0.40
KECAMATAN
C 0.50
A B
POTONGAN A - A SYIAH KUALA
0.40
2.50
4.50 1.20
Bak Setler JENIS PRASARANA
6.00 IPAL KOMUNAL
0.40
3.00 3.00
E E
1.00 1.00 1.00 LOKASI
12.00 0.50 DUSUN TGK. MEURAH
POTONGAN D - D
0.40
3" 2.50
Bak Bak Bak 1.20 JUDUL GAMBAR
3.00 ABR ABR ABR 3.00
0.40 DENAH DAN POTONGAN
D D IPAL KOMUNAL
POTONGAN B - B 0.50

DIBUAT OLEH
A B C
2.00 2.50
Bak Bak Bak 6.00 CUT SYARMILA SUGESTI
3.00 AF AF AF
DENAH POTONGAN IPAL KOMUNAL 3.00 3.00 NIM: 150702108

0.50 1.00 1.00 1.00 PEMBIMBING I


4"
OUTLET 0.40 POTONGAN E - E
AULIA ROHENDI., M.Sc.
1.00 1.00 1.00 2.50 NIDN. 2010048202
1.20
3.00
0.40
DENAH IPAL KOMUNAL
POTONGAN C - C
PEMBIMBING II

YEGGI DARNAS., M.T.


NIP. 197906202014032001
104

B. Denah Desain Ulang IPAL Komunal Dusun Tgk. Meulinje

TEKNIK LINGKUNGAN
7.00 SAINS DAN TEKNOLOGI
2.00 1.00 1.00 3.00 UIN AR-RANIRY

0.50
0.40 PROVINSI
ACEH
2.50
Bak Bak 1.20
3.00 Bak AF ABR ABR
4.00 KOTA
4.50 0.40 BANDA ACEH
Bak Setler 2.00 1.00 1.00
6.00 6.00
3.00 3.00
0.50 KECAMATAN
6.00
POTONGAN A - A 0.40 SYIAH KUALA
Bak Bak
3.00 Bak AF
ABR ABR 2.50
1.20 2.00
Dinding Pemecah
Limbah 1.50 JENIS PRASARANA
0.40 IPAL KOMUNAL
OUTLET 0.50
3" 3" 0.80
4"
POTONGAN D - D LOKASI
3" INLET
DENAH IPAL KOMUNAL 1.50 2.00 2.50 DUSUN TGK. MEULINJE

JUDUL GAMBAR
4.00
A B C 3.00 3.00 2.00 1.00 1.00 DENAH DAN POTONGAN
6.00 IPAL KOMUNAL
POTONGAN B - B
0.50
0.40 DIBUAT OLEH
2.50
1.20 2.00 CUT SYARMILA SUGESTI
E E
NIM: 150702108
0.50 0.40

PEMBIMBING I
2.00 2.50 POTONGAN E - E
AULIA ROHENDI., M.Sc.
NIDN. 2010048202
D D

3.00 3.00
6.00 PEMBIMBING II
A B C
POTONGAN C - C
DENAH POTONGAN IPAL KOMUNAL
YEGGI DARNAS., M.T.
NIP. 197906202014032001
105

Lampiran D

Dokumentasi Kegiatan

Pengambilan sampel uji

Pengambilan sampel uji


106

Pengambilan sampel uji

Outlet IPAL komunal


107

Inlet IPAL komunal

Bak Kontrol
108

Manhole
109

Lampiran E
Lembaran Hasil Uji Laboratorium
110
111
112
113
114
115
116
117

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Nama : Cut Syarmila Sugesti


2. NIM : 150702108
3. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang/27 September 1997
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Kebangsaan : Indonesia
7. Status Perkawinan : Belum Kawin
8. Alamat : Jln. Kayee Adang II No 15, Lamgugop, Syiah Kuala,
Banda Aceh
9. Orang Tua/Wali
a. Ayah : Tawakkal Z.A
b. Pekerjaan : Wiraswasta
c. Ibu : Susana
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
e. Alamat Orangtua : Jln. Danau Ranau IX FB 1 No. 29, Villa Regensi II,
Tangerang, Banten
10. Riwayat Pendidikan
a. SD : SD Negeri Kutajaya 1 Pasar Kemis Kabupaten
Tangerang
b. SMP : SMP Negeri 1 Pasar Kemis Kabupaten Tangerang
c. SMA : SMA Negeri 4 Kabupaten Tangerang
d. Perguruan Tinggi : Teknik Lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN)
Ar-Raniry Banda Aceh
Banda Aceh, 14 Januari 2020
Penulis,

Cut Syarmila Sugesti


NIM. 150702108

Anda mungkin juga menyukai