Anda di halaman 1dari 37

EFEKTIVITAS KUAT ARUS DAN LUAS PENAMPANG

LEMPENG ELEKTRODA ALUMINIUM (Al) PADA


ELEKTROKOAGULASI LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi


Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
Sebagai Beban Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Teknik
Lingkungan

Diajukan Oleh:
IRA MAGHFIRAH
NIM. 180702097
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Teknik Lingkungan

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2022M/1442H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT Berkat rahmat, hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
dengan judul “Optimasi Kuat Arus dan Luas Penampang Lempeng Elektroda
Aluminium (Al) pada Elektrokoagulasi Limbah Cair Rumah Tangga”.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik (S.T) pada program studi Teknik Lingkungan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan selesai bila tidak ada
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sangat tulus dan ikhlas kepada :
1. Kedua orang tua Ayahanda Marzuki dan ibunda Aisyah yang telah memberi
semangat, dukungan dan doa bagi penulis.
2. Dr. Azhar Amsal, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sains dan teknologi.
3. Dr. Eng. Nur Aida, M.Si, selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan.
4. Husnawati Yahya, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Teknik Lingkungan.
5. M. Faisi Ikhwali, M.Eng. Selaku Pembimbing Akademik.
6. Dr. Abdullah Mujahid Hamdan, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan untuk mengarah dan membimbing penulis serta memberikan ilmu,
saran dan solusi pada setiap permasalahan penulisan proposal tugas akhir ini.
7. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di Program Studi Teknik Lingkungan UIN
Ar-Raniry yang telah berkenan memberikan informasi dan pengetahuan selama
masa perkuliahan saya.
8. Para seluruh karyawan/staff di fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry
yang telah memberi bantuan selama masa perkuliahan.
Penulis berharap tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang.
Penulis menyadari bahwa tugas air ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
Oleh sebab itu saran dan kritikan sangat bermanfaat untuk menyempurnakan tugas
akhir ini. Sekian dan akhir kata saya ucapkan terima kasih.
i
Banda Aceh,15 Februari 2021
Penulis,

Ira Maghfirah
NIM.180702097

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………… 4
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………….. 4
1.5 Batasan Penelitian...........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Limbah Cair Domestik……………………………………………………... 6
2.2 Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga …………………………………..7
2.3 Standar Baku Mutu Air Limbah …………………………………………….9
2.4 Elektrokoagulasi …………………………………………………………….9
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elektrokoagulasi……………………..11
2.6 Hasil Telaah Pustaka Penelitian……………………………………………12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................14
3.1 Tahapan Umum ……………………………………………………………14
3.2 Pengambilan Sampel ………………………………………………………16
3.2.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Penelitian Sampel..........................16
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel………………………………………...17
3.2.3 Hasil Uji Pendahuluan pada Limbah Cair Rumah Tang…………….17
3.3 Ekperimen …………………………………………………………………17
3.3.1 Bahan dan Alat Eksperimen................................................................17
3.3.2 Desain Reaktor....................................................................................18
3.3.4 Prosedur Eksperimen..........................................................................20
iii
3.4 Pengukuran Parameter Air Limbah Rumah Tangga……………………….21
3.4.1 Bahan Pengukuran..............................................................................21
3.4.2 Prosedur Pengukuran Parameter Limbah Cair....................................22
3.5 Analisis Data……………………………………………………………….23
3.6 Waktu Penelitian…………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik……………………………..9


Tabel 2.2 Hasil Telaah Pustaka Penelitian……………………………………......12
Tabel 3.1 Hasil Uji Pendahuluan Limbah Cair Rumah Tangga……………….....17
Tabel 3.2 Bahan yang digunakan untuk eksperimen…………………….............18
Tabel 3.3 Variasi Variabel Bebas…………………………………………….......19
Tabel 3.4 Bahan-bahan pengukuran.……………………………………………..20
Tabel 3.5 Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………………...25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2 Air Limbah Rumah Tangga di Gampong Surien…………………...16


Gambar 3.3 Desain Reaktor Elektrokoagulasi…………………………………...19

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah penduduk Kota Banda Aceh seiring waktu akan mengalami
peningkatan penduduk. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (BPS)
penduduk Kota Banda Aceh saat ini mencapai 252.899 jiwa dan saat ini kepadatan
penduduk Kota Banda Aceh mencapai 4.121 jiwa per km 2. Akibat meningkatnya
pertumbuhan penduduk maka peningkatan sarana dan prasarana semakin
meningkat. Semakin meningkatnya sarana dan prasarana, maka jumlah limbah
domestik yang dihasilkan juga semakin meningkat. Menurut Permen LH No. 68
Tahun 2016, air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas
hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
Limbah cair rumah tangga dihasilkan dari aktivitas rumah tangga seperti
mencuci pakaian, mencuci piring, mandi, dan aktivitas lainnya yang menghasilkan
limbah. Limbah cair rumah tangga mengandung bahan-bahan organik seperti,
protein, karbohidrat, lemak dan anorganik seperti, butiran, garam dan metal, baik
itu yang tersuspensi maupun yang terlarut. Akibat adanya kandungan-kandungan
tersebut akan terjadinya pencemaran lingkungan yang akan memberi dampak
yang negatif bagi makhluk hidup (Ratnawati dan Ulfah, 2020). Sebagian besar
limbah cair rumah tangga dibuang ke lingkungan tanpa adanya pengolahan.
Akibatnya, sekitar 65% sungai yang ada di Indonesia mengalami pencemaran
akibat limbah cair domestik yang berasal dari rumah tangga di pemukiman
(Suswati dan Wibisono, 2013) .
Menurut Permen LH No. 68 Tahun 2016, Tentang Air Baku Limbah
Domestik, air limbah domestik terdiri dari parameter COD (Chemical Oxygen
Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), Ph
(Power of Hydrogen), minyak, lemak dan amoniak. Parameter ini dijadikan
sebagai acuan untuk menganalisis limbah cair domestik. Jika parameter tersebut
tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan, maka akan menimbulkan
berbagai bahaya terhadap lingkungan dan manusia

1
2

Limbah cair rumah tangga yang dibuang langsung ke lingkungan tanpa


adanya pengolahan ataupun pengelolaan dengan baik, akan mengakibatkan
terjadinya pencemaran air, turunnya kualitas air tanah dan pencemaran tanah.
Akibat dari pencemaran tersebut akan menimbulkan banyak penyakit bawaan,
hilangnya keseimbangan ekosistem lingkungan, mematikan biota air dan lainnya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu metode yang efektif dan efisien untuk
menurunkan zat-zat yang berbahaya yang terkandung di dalam limbah cair rumah
tangga. Salah satu metode yang tergolong efektif dan efisien dalam penurunan
zat-zat yang berbahaya yang terkandung dalam limbah cair rumah tangga dengan
menggunakan metode elektrokoagulasi (Hari dan Harsanti, 2010)
Metode elektrokoagulasi merupakan gabungan dari elektrolisis dan koagulasi
(Wahyudi dkk., 2014). Elektrokoagulasi suatu proses pengendapan partikel-
partikel halus yang ada di dalam air limbah dengan memanfaatkan energi listrik
(Yuliyani dan Widayatno, 2020). Elektrokoagulasi mampu menghilangkan
kontaminan yang terdapat di dalam air limbah seperti mikroba. Biaya operasinya
tergolong rendah, karena terdapat respon air yang menghasilkan medan listrik
melalui reaksi reduksi dan oksidasi (Iswanto, 2016). Pada dasarnya, prinsip kerja
dari metode elektrokoagulasi yang menggunakan lempeng elektroda aluminium
ataupun besi adalah melalui proses elektrokimia. Pada proses ini, kation bergerak
menuju katoda dan anion bergerak menuju anoda, kemudian akan terbentuk
flokulan yang akan mengikat kontaminan ataupun partikel-partikel dari air limbah
tersebut ke lapisan floc-foam pada permukaan cairan (Yuliyani dan Widayatno,
2020).
Metode elektrokoagulasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
suhu, kerapatan arus listrik, waktu operasi, tegangan, pH, ketebalan plat, jarak
elektroda, jenis plat elektroda dan luas permukaan lempeng elektroda, selain itu,
kelebihan elektrokoagulasi mampu mereduksi koloid atau partikel kecil, hal ini
dikarenakan arus listrik di dalam air akan mempercepat pergerakan koloid atau
partikel dalam air. Pada perlakuannya, arus listrik yang diberikan tidak
mempengaruhi temperatur, tidak memerlukan pengaturan pH, dan tidak perlu
menggunakan bahan kimia. Sementara itu, kekurangan metode ini adalah tidak
3

dapat digunakan untuk mengolah air limbah yang mempunyai sifat elektrolit
cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar elektroda. Di lain
sisi, reduksi logam berat dalam air limbah dipengaruhi oleh besar kecilnya arus
listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak
antar elektroda, sehingga penggunaan listrik yang akan kemungkinan mahal dan
batang anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu diganti
(Hernaningsih, 2016).
Metode elektrokoagulasi sudah digunakan untuk melakukan penurunan
parameter TSS, COD, BOD, pH, TDS, kekeruhan, Cr, fosfat, minyak, surfaktan,
dan lemak. Berbagai jenis limbah yang telah diolah dengan metode ini adalah
pengolahan air payau menjadi air bersih, pengolahan air limbah industri batik dan
sarung, tekstil, kelapa sawit, rumah potong hewan, pangan, penyamakan kulit,
laundry, pulp dan paper, air limbah industri tahu dan limbah cair rumah tangga
(Hernaningsih, 2016; Yuliyani dan Widayanto, 2020 dan Masrullita dkk., 2021).
Namun, sejauh pengetahuan penulis, belum ada yang menguji kemampuan kuat
arus dan luas plat penampang elektroda pada limbah cair rumah tangga.
Berdasarkan investigasi-investigasi sebelumnya (Hernaningsih, 2016;
Yuliyani dan Widayanto, 2020 dan Masrullita dkk., 2021), kuat arus dan waktu
elektrokoagulasi sangat berpengaruh pada efektifitas penurunan parameter
pencemar. Berdasarkan hasil investigasi Hernaningsih (2016), penurunan kadar
COD dan TSS yang efisien terjadi pada kuat arus 2,5 A dengan waktu 180 menit,
Sementara itu, berdasarkan penelitian Yuliyani dan Widayanto (2020), penurunan
kadar BOD, COD dan TSS yang efisien terjadi pada kuat arus 30A dengan waktu
75 menit. Namun, Masrullita dkk. (2021), menemukan bahwa pada pengolahan air
payau menjadi air bersih, penurunan kadar TDS yang efisien pada kuat arus 2,2
dengan waktu 110 menit, penurunan kadar kesadahan pada kuat arus 1,6 A
dengan waktu 110 menit, dengan menurunkan sebanyak 480 mg/l. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Masrullita dkk., (2021) penggunaan lempeng
aluminium (Al) sebagai elektroda di dalam proses elektrokoagulasi akan lebih
mudah tereduksi di dalam air dan akan membentuk ion Al 3+ yang berkaitan
dengan ion OH- yang akan mengikat kontaminan atau partikel tersuspensi yang
4

terdapat dari air limbah. Oleh karena itu, diperlukan investigasi terkait optimasi
kuat arus dan luas penampang lempeng elektroda pada elektrokoagulasi limbah
cair rumah tangga di Gampong Surien, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.

Air limbah di Gampong Surien memiliki warna yang kehitaman dan berbau
dan menurut BPS Kota Banda Aceh Gampong Surien merupakan salah satu
gampong di Kota Banda Aceh yang memiliki penduduk terpadat. Oleh karena itu,
limbah cair yang terdapat di Gampong Surien, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda
Aceh mengalami peningkatan.

1.2 Rumusan Masalah


Pertanyaan yang akan dijawab pada penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh variasi kuat arus dan luas penampang elektroda aluminium (Al) dalam
proses elektrokoagulasi terhadap degradasi parameter pH, BOD, COD, dan TSS
di dalam pengolahan limbah cair rumah tangga?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variasi kuat arus
dan luas penampang lempeng elektroda aluminium (Al) dalam proses
elektrokoagulasi terhadap degradasi parameter pH, BOD, COD, dan TSS di
dalam pengolahan limbah cair rumah tangga.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini akan menjadi penambahan informasi pertama
mengenai optimasi kuat arus dan luas lempeng elektroda pada pengolahan
limbah cair rumah tangga dengan menggunakan metode elektrokoagulasi.
2. Bagi Masyarakat, penelitian ini akan menghasilkan teknologi baru
pengolahan air limbah rumah tangga yang dapat digunakan masyarakat
untuk mengolah air limbah rumah tangga di Aceh khususnya bahkan di
Indonesia secara umumnya.
5

1.5 Batasan Penelitian


Berdasarkan permen LH No. 68 Tahun 2016 Tentang Air Baku Limbah
Domestik, air limbah domestik terdiri dari parameter COD, BOD, TSS, pH,
minyak, lemak dan amoniak. Penelitian ini hanya memfokuskan pada penurunan
parameter BOD, COD TTS dan pH dengan menggunakan metode
elektrokoagulasi. Terdapat beberapa unsur yang dapat menurunkan parameter
tersebut dengan menggunakan metode elektrokoagulasi seperti tegangan arus,
kuat arus, Jenis plat elektroda, waktu, jarak antara elektroda, suhu, susunan
elektroda, konduktivitas dan pH, akan tetapi pada penelitian hanya memfokuskan
pada kuat arus, luas penampang lempeng elektroda dan waktu yang dapat
mempengaruhi penurunan parameter air limbah domestik yaitu pH, BOD, COD
dan TSS.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair Domestik


Air limbah domestik atau rumah tangga adalah air limbah yang berasal dari
hasil kegiatan di dapur, kamar mandi dan WC (Farahdiba dkk., 2019; Hajime
dkk., 2020). Terdapat dua jenis air limbah domestik atau air limbah rumah tangga
yaitu gray water dan black water. Gray water merupakan air limbah yang berasal
dari aktivitas domestik seperti mencuci baju, mencuci piring dan mandi,
sedangkan black water berasal dari buangan biologis seperti tinja.
Sebagian besar penduduk Indonesia membuang limbah black water melalui
septic tank, akan tetapi limbah grey water sebagian besar dibuang langsung ke
sungai (Nainggolan dkk., 2016). Akibatnya, hampir 60% pencemaran di sungai
disebabkan oleh limbah domestik yang berasal dari rumah tangga (Kholif dan
Sugito, 2020; Sa’diyah dkk., 2018) dan saat ini air limbah domestik menjadi
polutan terbesar yang terdapat di perairan (Susanthi dkk., 2018), sehingga
mengakibatkan terjadinya peristiwa kerusakan ekosistem pada perairan (Lutfi,
2014; Imron dkk., 2019; Yuli dkk., 2020).
Air limbah domestik pada umumnya mengandung bahan organik dan
detergen. Kandungan bahan organik yang terdapat di dalam limbah cair berupa
protein, karbohidrat, minyak dan lemak (Wibowo dan Komarawidjaja, 2016).
Menurut Subekti (2016), limbah domestik mempunyai sifat utama, diantaranya:
1. Mengandung bakteri, parasit, dan kemungkinan virus dalam jumlah besar yang
sering terkontaminasi pada kerang dan di sekitar pantai
2. Mengandung bahan organik dan padatan tersuspensi sehingga BOD
(Biological Oxygen Demand) biasanya tinggi.
3. Padatan organik dan anorganik yang mengendap di dasar perairan. Komponen
organik akan terurai sehingga kandungan oksigen menjadi lebih
sedikit.Kandungan Unsur hara terutama komponen fosfor dan nitrogen tinggi
sehingga sering terjadinya eutrofikasi.
8

4. Mengandung bahan terapung berupa bahan organik dan anorganik di


permukaan air atau berupa suspensi. Kondisi ini seringkali menghambat laju
fotosintesis dan mengurangi proses pemurnian diri.

2.2 Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga


Air limbah domestik mempunyai karakteristik berdasarkan sumbernya,
digolongkan menjadi karakteristik fisika, kimia, dan biologi (Filiziati, 2013;
Indrayani dan Rahmah, 2018; Mubin dkk., 2016). Berikut ini beberapa
karakteristik fisika, kimia dan biologi pada limbah cair :
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika terdiri dari beberapa parameter diantaranya:
a. Total Solid (TS)
Total solid (TS) merupakan padatan yang terdiri dari bahan organik atau
anorganik yang dapat larut, mengendap atau tersuspensi di dalam air (Filiziati,
2013).
b. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan tersuspensi (diameter > 1 µ)
tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m). TSS terdiri dari
lumpur dan pasir halus .(Jiyah dkk., 2017).
c. Warna
Air bersih tidak berwarna, maka air yang berwarna menandakan adanya
polutan di dalamnya. Air limbah bisa berwarna abu-abu, kecoklatan, kekuningan,
hal ini tergantung dengan jenis limbahnya. Biasanya limbah cair rumah tangga
berwarna abu-abu akan tetapi dengan seiring waktu air limbah domestik bisa
berwarna kehitaman yang diakibatkan peningkatan anaerob di dalam air
(Filiziati, 2013).
d. Kekeruhan
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh adanya air yang tersuspensi, seperti
tanah liat, lumpur, bahan organik, plankton dan zat halus lainnya. Kekeruhan
merupakan sifat optik suatu larutan, yaitu hamburan dan penyerapan cahaya yang
melaluinya (Maryani dkk., 2014). Kekeruhan mengacu pada konsentrasi tidak
9

larut, keberadaan partikel dalam cairan yang diukur dalam Nephelometric


Turbidity Units (NTU) (Batubara, 2017).
e. Suhu
Suhu memegang peranan penting dalam organisme akuatik, laju reaksi dan
reaksi kimia, oleh karena itu kestabilan suhu berpengaruh terhadap
mikroorganisme yang berkembang dalam air limbah (Filiziati, 2013).
f. Bau
Bau disebabkan oleh udara yang dihasilkan dalam proses penguraian materi
atau penambahan zat ke dalam air limbah (Filiziati, 2013).

2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia terdiri dari beberapa parameter, diantaranya:
a. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah oksigen yang dibutuhkan untuk
penguraian bahan organik di dalam air (Guida dkk., 2007).
b. BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk penguraian bahan organik secara aerobik
(Manson dan O’Sullivan, 2006; Sitorus dan Mardina, 2020).
c. pH (Derajat keasaman)
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman dan kebasaan dalam suatu larutan (Filiziati, 2013).

3. Karakteristik Biologi
Mikroorganisme ditemukan dalam berbagai bentuk yang sangat luas di
hampir semua bentuk dalam air limbah. Kehadiran bakteri di unit pengolahan air
limbah adalah kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga memainkan peran
penting dalam mengevaluasi kualitas air. (Mubin dkk., 2016; Indrayani dan
Rahmah, 2018).

2.3 Standar Baku Mutu Air Limbah


Baku mutu air limbah telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan
10

Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik
Parameter Satuan Kadar Maksimum

Ph - 6˗9

BOD mg/L 30

COD mg/L 100

TSS mg/L 30

Minyak dan Lemak mg/L 5

Amoniak mg/L 10

Total Coliform Jumlah/100 mL 3000

Debit L/orang/hari 100

Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia


No. 68 Tahun2016

2.4 Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan salah satu proses elektrokimia yang sederhana
(Mureth dkk., 2021) untuk mendegradasikan polutan-polutan yang terkandung di
dalam air limbah (Nurdandi dan Afriani, 2018). Elektrokoagulasi juga diartikan
sebagai destabilisasi koloid, padatan halus tersuspensi, emulsi, atau kontaminan
terlarut dalam media berair dengan produksi elektro kimia dari koagulan dan
agen flokulan (seperti spesies aluminium atau besi) dan gelembung gas (Merma
dkk., 2020). Proses pada elektrokoagulasi mencakup pembuatan Koagulan in-
situ melalui proses pelarutan elektron dari anoda karbon biasanya terdiri dari besi
atau aluminium (Adamovic dkk., 2016 dan El-Taweel dkk., 2015). Elektroda
karbon yang terdapat pada elektrokoagulasi berfungsi untuk mengacaukan
suspensi partikel yang terdapat dalam air.
11

Prinsip dasar dari elektrokoagulasi adalah adanya reaksi reduksi dan


oksidasi (redoks). Peristiwa oksidasi di dalam sel elektrokoagulasi terjadi di
anoda sedangkan reduksi terjadi di katoda (Hanum dkk., 2015). Menurut Hari
dan Harsanti (2010), reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda sebagai berikut:
1. Reaksi pada Anoda
a. Adona yang menggunakan lempeng aluminium akan teroksidasi.
−¿+3 e¿
O → AL ( OH ) 3+3 H
Reaksi: A l 3+¿+3 H 2 ¿
(2.1)
b. Ion O H −¿¿ dari basa akan mengalami oksidasi membentuk gas oksigen ( O2 ) .
Reaksi: 4 O H −¿→2 H O +O +4 e ¿ 2 2
(2.2)
c. Anion lainnya seperti ¿ tidak dapat dioksidasi dari larutan, yang teroksidasi
adalah pelarutnya (H2O) sehingga dapat membentuk gas oksigen (O 2) pada
anoda.
−¿+O2+4 e¿
Reaksi: 2 H 2 O 4 H (2.3)
2. Reaksi Katoda
a. Ion H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen yang bebas
sebagai gelembung gas.
Reaksi: 2 H +¿+2e → H 2 ¿
(2.4)
b. Jika larutan mengandung ion logam alkali, alkali tanah, maka ion-ion ini tidak
dapat direduksi dari larutan tereduksi adalah pelarut (air) dan akan terbentuk
gas hidrogen (H2) di katoda.
−¿+ H 2¿
Reaksi: 2 H 2 O+2 e → 2O H (2.5)
c. Jika larutan mengandung ion logam lain, maka ion logam akan direduksi
menjadi logamnya dan terdapat pada batang katoda.
Dari reaksi yang terjadi pada proses elektrokoagulasi, katoda akan
menghasilkan gas hidrogen dan reaksi ion logam dan anoda akan menghasilkan
gas halogen dan mengendapkan flok yang terbentuk.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elektrokoagulasi


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi elektrokoagulasi,
diantaranya:
12

1. Jenis Plat Elektroda


Jenis plat elektroda yang digunakan pada elektrokoagulasi sangat
mempengaruhi terhadap penyisihan polutan dalam air limbah. Jenis plat elektroda
yang biasanya dipakai berupa tembaga (Cu), aluminium (Al) dan besi (Fe)
(Erawati dan Nazhifah, 2020).
2. Kuat Arus
Semakin tinggi kuat arus yang dialirkan maka kerapatan gelombang semakin
rapat, sehingga mempercepat penurunan polutan dan flotasi sludge (Yuliyani dan
Widayatno, 2020).
3. Waktu
Semakin lama waktu yang digunakan selama proses elektrokoagulasi dapat
terjadi interaksi antar partikel sehingga ukuran semakin besar dan kualitas air
menjadi semakin baik. (Budiany dkk., 2014).
4. Tegangan
Semakin besar tegangan, semakin besar penyisihan polutan yang terdapat di
dalam air limbah (Wahyudi dkk., 2014).
5. Jarak Antara Elektroda
Jarak antar elektroda memberi pengaruh terhadap penurunan parameter air
limbah. Semakin lebar jarak antar elektroda maka penurunan polutan dalam air
limbah juga akan semakin besar. Akan tetapi dalam elektrokoagulasi disarankan
menggunakan jarak elektroda yang kecil untuk menghemat energi (Elektrolisis
dkk., 2019).
6. Luas Plat elektroda
Semakin luas plat elektroda yang digunakan pada proses elektrokoagulasi
maka semakin bagus pada saat pengolahan air limbah dikarenakan luas luas plat
elektroda dapat mereduksi keseluruhan air limbah (Tuhu Agung R, 2018).

2.6 Hasil Telaah Pustaka Penelitian


Penelitian mengenai penggunaan metode elektrokoagulasi sudah dilakukan
pada penelitian terdahulu dengan menunjukkan hasil yang berbeda dan dengan
parameter yang berbeda. Berikut ini tabel hasil telaah pustaka penelitian
13

penggunaan metode elektrokoagulasi pada pengolahan air limbah.

Tabel 2.2 Hasil Telaah Pustaka Penelitian


No Penulis Judul Jurnal Nama Tahun Hasil Penelitian
Jurnal

1. Leni Pengaruh Variasi The 11th 2020 Hasil penelitian


Yuliyani Waktu Tinggal University menunjukkan bahwa
dan Tri dan Kuat arus Research pada proses
Widayatno terhadap Colloquium elektrokoagulasi,
Penurunan Kadar 2020 kuat harus yang
BOD, COD dan besar dapat
TSS Limbah Cair menurunkan kadar
Industri Tahu BOD dari 271,00
menggunakan mg/L menjadi
Elektrokoagulasi 159,00 mg/L, kadar
Kontinyu COD dari 501,67
mg/L menjadi
277,22 mg/L dan
kadar TSS dari
301,00 mg/L
menjadi 110,00
mg/L

2. Masrullita, Pengaruh Waktu Jurnal 2021 Hasil penelitian


Lukman dan Kuat Arus Teknologi menunjukkan bahwa
Hakim. Pada Pengolahan Kimia pada proses
Rizka Air Payau Unimal. elektrokoagulasi,
Nurlaila Menjadi Air Vol.10, No. 1 kuat harus yang
dan Nur Bersih dengan besar dapat
Azila Proses menurunkan TDS
Elektrokoagulasi dari 1430 mg/L
manjadi 940 mg/L,
total kesadahan dari
14

2565 mg/L menjadi


480 mg/L.

3. Ratna Pengaruh Kuat Jurnal Ilmiah 2021 Hasil penelitian


Kartika Arus dan Luas Teknik menunjukkan bahwa
Dewayani Penampang Lingkungan. pada proses
dan Elektroda Vol.12, No.2 elektrokoagulasi,
Haryanto Terhadap kuat harus yang
Penurunan Kadar besar dan luas
COD dan TSS lempeng yang
pada Limbah Cair semakin luas dapat
Batik menurunkan kadar
Menggunakan COD dari 699,5
Metode mg/L menjadi
Elektrokoagulasi 264,83 mg/L dan
kadar TSS dari 3626
mg/L menjadi 500
mg/L

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Umum


Tahapan umum pada penelitian ini dibagi ke dalam beberapa tahapan
diantaranya:
1. Tahapan studi literatur merupakan studi yang dilakukan untuk mencari
informasi dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian baik
dari buku, jurnal maupun skripsi.
2. Tahap pengamatan awal merupakan tahap pertama untuk mengetahui kondisi
air limbah rumah tangga, sehingga dapat ditentukan alternatif pengolahan
yang tepat.
3. Tahap persiapan merupakan tahap menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam penelitian dengan tujuan agar waktu dan pekerjaan yang
dilakukan dapat efektif.
4. Perancangan reaktor dan plat aluminium yang digunakan untuk mengangkat
flok-flok yang terdapat pada air limbah rumah tangga.
5. Pengambilan sampel air limbah rumah tangga sebanyak 20 l untuk dilakukan
eksperimen terhadap penurunan parameter BOD, COD, TTS dan pH.
6. Tahap eksperimen merupakan tahap untuk mengetahui pengaruh variabel
terhadap penurunan parameter BOD, COD, TTS dan pH yang terdapat di
dalam air limbah sesuai dengan PermenLHK No. 68 Tahun 2016 Baku Mutu
Air Limbah Domestik.
7. Tahap analisis data merupakan tahap ini dilakukan apabila sampel air limba
rumah tangga yang telah diuji parameternya sehingga menjadi informasi dan
bisa dipergunakan untuk menarik kesimpulan.
8. Tahapan penarikan kesimpulan yaitu menjawab beberapa persen efisiensi dari
kuat arus dan luas lempeng elektroda dari pengolahan air limbah rumah
tangga untuk mengadsorpsi COD, BOD dan TSS.

14
15

Observasi Awal
Mulai Studi Literatur

Perancangan Bak Reaktor dan


Tahap Persiapan
Plat Elektroda

Pengambilan Sampel Air Limbah


Sebanyak 20l Eksperimen

Penarikan Kesimpulan Analisis Data

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir


16

3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Penelitian Sampel


Pengambilan sampel dilakukan di Desa Surien, Kecamatan Meuraxa, Kota
Banda Aceh. Jenis sampel yang digunakan adalah limbah cair rumah tangga yang
terdapat di Gampong Surien, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh. Peta lokasi
dapat dilihat pada Gambar 3.2.1. Lokasi ini dipilih karena Gampong Surien
terletak di Kecamatan Meuraxa. merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
terbesar di Banda Aceh (BPS Kota Banda Aceh, 2020). Lokasi penelitian
dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan
lokasi untuk pengecekan parameter air limbah rumah tangga dilakukan di
Laboratorium FMIPA dan Teknik Pengujian Kualitas Lingkungan Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh.

Gambar 3.2.1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel


Sumber: Google Earth
17

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel menggunakan metode grab sampling atau sesaat.
Pengambilan sampel dilakukan di outlet pada rumah di Gampong Surien,
Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh sebanyak 550 ml (SNI 6989.59:2008)
dengan langkah-langkah sebagai berikut: Sampel sampah domestik diambil
langsung dari tempat pembuangan sampah satu rumah tangga di Gampong Surien,
Kecamatan Meraxa, Kota Banda Aceh. Waktu pengambilan sampel dilakukan
pada pagi hari antara pukul 07.00 – 10.00 WIB. Waktu tersebut dipilih karena
pada saat itu banyak kegiatan yang dilakukan seperti mencuci pakaian, mencuci
piring, mandi dan memasak. Sampel diambil menggunakan gayung bertangkai,
kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik sesuai dengan ketentuan (SNI
6989.59:2008) sebagai berikut:
1. Terbuat dari bahan kaca atau plastik atau polyethylene (PE),
polypropylene (PP) atau Teflon (Poly Tetra Fluoro Ethylene, PTFE).
2. Penutupnya kuat dan rapat.
3. Bersih dan bebas dari kontaminan.
4. Tidak mudah pecah..

3.2.3 Hasil Uji Pendahuluan pada Limbah Cair Rumah Tangga


Berikut ini hasil uji pendahuluan pada limbah cair rumah tangga di
Gampong Surien, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.

Tabel 3.1 Hasil Uji Pendahuluan Limbah Cair Rumah Tangga


No Parameter Hasil Analisis Unit
1 BOD 120 mg/L
2 COD 300 mg/L
3 TSS 1.210 mg/L
4 pH 8.5 -
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
No. 68 Tahun2016
18

3.3 Ekperimen

3.3.1 Bahan dan Alat Eksperimen


Bahan yang digunakan pada eksperimen ini dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan untuk eksperimen


Bahan Merek Spesifikasi Jumlah Kegunaan

Limbah cair - 10 liter 1 jerigen Sampel yang akan diteliti


rumah tangga

Power Supply Sunshin Tegangannya 1 buah Sebagai sumber arus pada


e 10 V, dengan proses elektrokoagulasi
variasi kuat
arus 3, 3.5,
dan 4A.

Bak Kaca - Ketebalan 0,5 1 buah Sebagai wadah penampung


cm, ukurannya limbah cair rumah tangga
30 × 25 × 25
cm

Plat - Ketebalan 0,3 6 buah Sebagai plat elektroda pada


Aluminum mm dengan proses elektrokoagulasi
variasi luas
permukaan
324 cm2, 400
cm2 dan 484
cm2

Kabel - 1 meter 6 buah Digunakan untuk


penghubung menghubungkan antara plat
elektroda dengan power
supply.

Penjepit - 6 buah Sebagai penghubung antara


Buaya kabel plat elektroda dengan
kabel penghubung
19

3.3.2 Desain Reaktor


Reakto r terdiri dari bak kaca yang berukuran 30 × 25 × 25 cm. Adapun
bentuk reaktor yang akan digunakan pada eksperimen ini dapat dilihat pada
Gambar 3.3

Gambar 3.3 Desain Reaktor Elektrokoagulasi.

Anoda

Katoda

3.3.3 Desain Eksperimen


Desain eksperimen terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas, sebagai
berikut:
1. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan beberapa faktor yang diamati serta diukur untuk
menentukan pengaruh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini terdiri
dari limbah cair rumah tangga, penurunan nilai TSS, penurunan nilai COD dan
penurunan nilai BOD.

2. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi perubahan untuk
menentukan antara fenomena yang diamati. Variabel bebas pada penelitian ini
terdiri dari waktu, kuat arus dan luas penampang elektroda aluminium (Al).
20

Semakin lama waktu yang digunakan pada proses elektrokoagulasi, maka akan
terjadi interaksi antar partikel sehingga ukuran semakin meningkat dan kualitas air
yang diolah semakin baik. Kuat arus merupakan faktor yang mempengaruhi pada
saat proses elektrokoagulasi, dikarenakan semakin besar kuat arus yang dialirkan
maka semakin besar penurunan parameter yang diturunkan. Waktu kontak yang di
variasikan yaitu 45, 65, dan 95 menit, kuat arus divariasikan yaitu 3, 3,5 dan 4 A.
Sedangkan luas penampang elektroda juga mempengaruhi pada saat proses
elektrokoagulasi, dikarenakan semakin luas plat elektroda yang digunakan pada
proses elektrokoagulasi maka semakin bagus pada saat pengolahan air limbah
dikarenakan luas luas plat elektroda dapat mereduksi keseluruhan air limbah. Luas
penampang elektroda divariasikan yaitu 324, 400 dan 484 cm2

Tabel 3.3 Variasi Variabel Bebas


Waktu Kuat Arus Luas Penampang
Elektroda

324 cm2

2A 400 cm2

484 cm2

324 cm2

45 menit 3A 400 cm2

484 cm2

324 cm2

4A 400 cm2

484 cm2

324 cm2

3A 400 cm2

484 cm2

65 menit 324 cm2

3,5 A 400 cm2


21

484 cm2

324 cm2

4A 400 cm2

484 cm2

324 cm2

3A 400 cm2

484 cm2

324 cm2

3,5 A 400 cm2

95 menit 484 cm2

324 cm2

4A 400 cm2

484 cm2

3.3.4 Prosedur Eksperimen


Adapun prosedur eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini sebagai
berikut:
1. Plat elektroda dipasang pada bak reaktor yang berukuran 30 × 25 × 25 cm
dengan jarak antar elektroda 3 cm dengan menggunakan elektroda aluminium
dengan luas permukaan 324 cm2.
2. Power supply dihubungkan dengan plat elektroda yang telah dipasang pada bak
reaktor.
3. Sampel air limbah rumah tangga dimasukkan ke dalam bak reaktor sebanyak
10l.
4. Power supply dinyalakan dengan kuat arus 3 A selama 45 menit dengan
tegangan 10 volt.
5. Prosedur 1 sampai empat diulangi untuk elektroda dengan luas 400, dan 484
cm2
22

6. Prosedur 1 sampai 5 diulangi untuk kuat arus 3,5 dan 4 A.


7. Prosedur 1 sampai 6 diulangi untuk waktu elektrokoagulasi 65 dan 95 menit.
8. Air limbah rumah tangga diambil sebanyak 550 ml untuk masing-masing
pengukuran BOD, COD, TSS dan pH (Fadhilah, 2018).

3.4 Pengukuran Parameter Air Limbah Rumah Tangga


3.4.1 Bahan Pengukuran
Adapun bahan-bahan pengukuran yang digunakan pada penelitian ini,
ditunjukkan pada Tabel 3.4, sebagai berikut:

Tabel 3.4 Bahan-bahan pengukuran


Bahan Besar Satuan Kegunaan

Air limbah 10 Liter

Kertas saring 1 Lembar Pengujian TSS


Whatman 45µm

K2Cr2O7 10,21 Gram Pengujian COD

H2SO4 168 Ml Pengujian COD dan BOD

HgSO4 33,3 Gram Pengujian COD

Ag2SO4 10,12 Ml Pengujian COD

Aquadest 2000 Ml Pengujian COD dan BOD

Larutan Baku 0,025 N Pengujian BOD


Na2S2O3

MnSo4 1 Ml Pengujian BOD

KOH-KI 1 Ml Pengujian BOD

Indikator amilum 1-2 Ml Pengujian BOD


23

3.4.2 Prosedur Pengukuran Parameter Limbah Cair


1. Pengukuran TSS
a. Dilakukan penyaringan dengan mengunakan peralatan penyaring. Kertas saring
dibasahi dengan air bebas mineral.
b. Diaduk sampel uji sampai diperoleh sampel uji yang homogen, kemudian
diambil sampel kuantitatif dengan volume tertentu dan dimasukkan ke dalam
media filter, kemudian dinyalakan sistem vakum. Setelah itu dibilas media
penyaring 3 kali dengan masing-masing 10 ml air bebas mineral, dilanjutkan
penyaringan dengan sistem vakum hingga tiris.
c. Dipindahkan glass-fiber filter. Secara hati-hati dari peralatan penyaring ke
media penimbang.
d. Dikeringkan media penimbang atau cawan yang berisi media penyaring dalam
oven minimal 1 jam pada suhu 103°C sampai dengan 105°C, kemudian
didinginkan di dalam desikator, dan ditimbang.
e. Dihitung TSS dan dilaporkan hasil (SNI 6989.3:2019)
2. Pengukuran COD
a. Sampel diuji di pipet 2,5 ml kemudian ditambahkan 1,5 ml larutan baku
K2Cr2O7 dan ditambahkan 3,5 ml larutan pereaksi asam sulfat (Hg2SO4 dan Ag2
SO4) ke dalam tabung.
b. Tabung ditutup dan dikocok perlahan hingga homogen.
c. Tabung diletakkan pada heating block yang telah dipanaskan pada suhu 150°C
dan digesti dilakukan selama 2 jam.
d. Sampel yang sudah direfluks diuji kemdian didinginkan perlahan-lahan sampai
suhu ruang. Ditutup sampel uji sesekali dibukai saat pendinginan untuk
mencegah adanya tekanan gas.
e. Sampel yang diuji dipindahkan secara kuantitatif dari tabung ke dalam
erlenmeyer untuk dititrasikan.
f. Indikator ferroin ditambahkan 1-2 tetes ke dalam Erlenmeyer dan dititrasi
dengan larutan standar FAS 0,05 M sampai terjadi perubahan warna bening
dari hijau-biru menjadi coklat kemerahan. Kemudian volume larutan FAS
dicatat sebagai B.
24

g. Tahapan pengerjaan sampel aquades sebagai blanko dilakukan dan dicatat


volume larutan FAS yang digunakan sebagai A.
h. Tahap pengolahan sampel dilakukan pada larutan KHP sebagai kontrol
standar. Volume larutan FAS yang digunakan dicatat (Andika et al., 2020)
3. Pengukuran BOD
a. Dua botol winkler disiapkan dan ditandai masing-masing A1 dan A2.
b. Larutan sampel diuji dan larutan pengencer air dimasukkan ke dalam masing-
masing botol Winkler A1 dan A2 sampai meluap. Kemudian setiap botol
ditutup dengan hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung udara.
c. Pengocokan dilakukan beberapa kali, kemudian ditambahkan air suling di
sekitar mulut botol Winkler yang tertutup.
d. Botol A2 disimpan dalam inkubator pada suhu 20°C ± 1°C selama 5 hari.
e. Botol A1, ditambahkan 1 ml larutan MnSO4, ditambahkan 1 ml larutan alkali
iodida azida dan ditambahkan 1 ml larutan H2SO4 dan ditambahkan 1-2 tetes
indikator kanji.
f. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri.
g. Langkah e dan f diulang untuk botol A2 yang telah diinkubasi selama 5 hari.
Hasil pengukuran yang didapat adalah nilai oksigen terlarut selama 5 hari (B2)
Penentuan standar kontrol dilakukan dengan menggunakan larutan glukosa
asam glutamat. Hasil pengukuran yang didapat adalah nilai oksigen terlarut nol
hari dan nilai oksigen terlarut 5 l (Andika et al., 2020).

3.5 Analisis Data


1. Efektivitas Penyisihan
Efektivitas setiap penyisihan parameter dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
C 0−C 1
Efektivitas ( % )= ×100 % (3.1)
C0
Dengan Co adalah kadar sebelum pengolahan air limbah dan C1 adalah ka
dar setelah pengolahan air limbah menggunakan metode elektrokoagulasi
(Mulyani, 2017).
25

2. Konsumsi Energi dan Elektroda


Konsumsi energi dan elektroda dalam metode elektrokoagulasi dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
U .i .t es
C energi = (3.2)
v
i. t et .
C elektroda= (3.3)
Fv
Operasi biaya (Rp) dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
OC=a Cenergy + b Celectroda (3.4)
dengan Cenergi adalah konsumsi energi, Elektroda adalah konsumsi elektroda, U
adalah rata-rata tegangan (V), I adalah kuat arus (A), tec adalah waktu, F adalah
konstanta Faraday (96.500 C/mol) dan v adalah volume larutan (m3). OC
merupakan operasional biaya (Rp) sedangkan a dan b merupakan konstanta
(Akyol dkk,. 2013)

3.6 Waktu Penelitian


Waktu penelitian ini dimulai dari pengajuan judul penelitian di awal bulan
September, sedangkan untuk penelitian akan dilakukan selama 3 bulan setelah
studi literatur yang telah dilakukan dan observasi awal yang telah dilakukan.
25

Tabel 3.5 Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian


September Oktober November Desember Januari Februari Maret
Kegiatan
No (2021) (2021) (2021) (2021) (2022) (2022) (2022)
Persiapan Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan Literatur
2 Uji Pendahuluan
3 Penyusunan Proposal
4 Seminar Proposal
5 Persiapan Alat dan Bahan
6 Pembuatan Bak Reaktor
7 PembuatanPlat Elektroda
Pengambilan Sampel Limbah Cair
8
Rumah Tangga
Uji Efektivitas Penurunan Kadar BOD,
9 COD, TSS dan Ph dengan
menggunakan metode elektrokoagulasi
10 Analisis Data
Persiapan dan Penyusunan Laporan
11
Akhir
12 Sidang Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA

Adamovic, S., Prica, M., Dalmacija, B., Rapajic, S., Novakovic, D., Pavlovic, Z.,
dan Maletic, S. (2016). Feasibility of electrocoagulation/flotation treatment
of waste offset printing developer based on the response surface analysis.
Arabian Journal of Chemistry, 9(1), 152–162.
Akyol, A., O.T. Can, E. Demirbs dan M. Kobya. (2013). A Comparative Study Of
Electrokoagulation and Elektro-Fenton for Treatment of Wastewater from
Liquid Organic Fertilizer Plant, Separation and Purifaction Technology
Journal, 112: 11-29
Al Kholif, M. (2018). Penurunan Beban Pencemar Pada Limbah Domestik
Dengan Menggunakan Moving Bed Biofilter Reaktor (Mbbr). Al-Ard: Jurnal
Teknik Lingkungan, 4(1), 1–8.
Andika, B., Wahyuningsih, P., dan Fajri, R. (2020). Penentuan Nilai BOD dan
COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jurnal Kimia Sains dan
Terapan, 2(1), 14-22
Azizah, R., dan Rahmawati, A. (2005). Perbedaan Kadar Bod, Cod, Tss, dan Mpn
Coliform pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD
Nganjuk. Jurnal Kesehatan Lingkungan Unair, 2(1), 3953.
BPS Kota Banda Aceh. (2020). Profil Kota Banda Aceh. Profil Kota Banda
Aceh, 144.
Budiany, R., Yayok, S., dan Mohamad, M. (2014). Proses Elektrokoagulasi
Pengolahan Limbah Laundry. Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan,
6(1), 15–22.
El-Taweel, Y. A., Nassef, E. M., Elkheriany, I., dan Sayed, D. (2015). Removal of
Cr(VI) ions from waste water by electrocoagulation using iron electrodes.
Egyptian Journal of Petroleum, 24(2), 183–192.

26
27

Erawati, E., dan Nazhifah, D. N. (2020). Kinetika Reaksi pada Pengolahan


Limbah Fe Sintesis dengan Metode Elektrokoagulasi. Proceeding of The
URECOL, 354–360.
Fadhilah, R. Y. (2018). Pengolahan Limbah Laboratorium Kimia dengan
Kombinasi Metode Elektrokoagulasi Filtrasi dan Pengikatan Logam dengan
Asam Jawa. Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar
Filliazati, M. (2013). Pengolahan Limbah Cair Domestik Dengan Biofilter Aerob
Menggunakan Media Bioball Dan Tanaman Kiambang. Jurnal Teknologi.
Guida, M., Mattei, M., Della Rocca, C., Melluso, G., dan Meriç, S. (2007).
Optimization of alum-coagulation/flocculation for COD and TSS removal
from five municipal wastewater. Desalination, 211(1–3), 113–127.
Hajimi, H., Salbiah, S., dan Susilawati, S. (2020). Penggunaan Serat Kelapa untuk
Pengolahan Limbah Cair Domestik. Jurnal Kesehatan Lingkungan: Jurnal
Dan Aplikasi Teknik Kesehatan Lingkungan, 17(2), 81. Lingkungan Lahan
Basah, 1(1), 1–10.
Hanum, F., Tambun, R., Ritonga, M. Y., dan Kasim, W. W. (2015). Aplikasi
Elektrokoagulasi Dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit.
Jurnal Teknik Kimia USU, 4(4), 13–17.
Hari, Bambang dan Harsanti, M. (2010). Pengolahan Limbah Cair Tekstil
Menggunakan Proses Elektrokoagulasi. 1–7.
Hernaningsih, T. (2016). Tinjauan Teknologi Pengolahan Air Limbah Industri
dengan Reviews Of Electrocoagulation Process On Waste Water Treatment.
9(1), 31–46.
Indrayani, L., dan Rahmah, N. (2018). Nilai Parameter Kadar Pencemar Sebagai
Penentu Tingkat Efektivitas Tahapan Pengolahan Limbah Cair Industri
Batik. Jurnal Rekayasa Proses, 12(1), 41.
Iswanto, B. (2016). Teknologi Elektrokoagulasi Hasil Penelitian Untuk
Pengolahan Limbah Domestik. Indonesian Journal of Urban and
Environmental Technology, 5(4), 113.
28

Jiyah, J., Sudarsono, B., dan Sukmono, A. (2017). Studi Distribusi Total
Suspended Solid (TSS) Di Perairan Pantai Kabupaten Demak Menggunakan
Citra Landsat. Jurnal Geodesi Undip, 6(1), 41–47.
Khatib, W. A., Ayari, A., Yasir, A. T., Talhami, M., Das, P., Quadir, M. A., dan
Hawari, A. H. (2021). Enhancing the electrocoagulation process for
harvesting marine microalgae (Tetraselmis sp.) using interdigitated
electrodes. Journal of Environmental Management, 292(April), 112761.
Kholif, M. Al, dan Sugito, S. (2020). Penyisihan Kadar Amoniak Pada Limbah
Cair Domestik Dengan Menggunakan Sistem Constructed Wetland Bio-
Rack. Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan), 6(1), 25–33
Lee, W., An, S., dan Choi, Y. (2021). Ammonia harvesting via membrane gas
extraction at moderately alkaline pH: A step toward net-profitable nitrogen
recovery from domestic wastewater. Chemical Engineering Journal,
Lutfi, M. (2014). Analisis Pengaruh Waktu Pretreatment dan Konsentrasi NaOH
terhadap Kandungan Selulosa , Lignin dan Hemiselulosa Eceng Gondok
Pada Proses Pretreatment Pembuatan Bioetanol Analysis of Pretreatment
Time and NaOH Concentration Effect on Cellulose , Lignin and. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 2(2), 110–116.
Mamais, D., Jenkins, D., dan Prrr, P. (1993). A rapid physical-chemical method
for the determination of readily biodegradable soluble COD in
municipalwastewater. Water Research, 27(1), 195–197.
Manson, S. M., dan O’Sullivan, D. (2006). Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika
Air Dan Debit Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat Pembuangan
Limbah Tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi, 3(2252), 58–66.
Merma, A. G., Santos, B. F., Rego, A. S. C., Hacha, R. R., dan Torem, M. L.
(2020). Treatment of oily wastewater from the mining industry using
electrocoagulation: Fundamentals and process optimization. Journal of
Materials Research and Technology, 9(6), 15164–15176.
Mulyani. I. M. (2017). Proses Elektrokoagulasi Untuk Menurunkan Kadar
Thorium dalam Limbah Hasil Pengolahan Logam Tanah Jarang. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
29

Mureth, R., Machunda, R., Njau, K. N., dan Dodoo-Arhin, D. (2021). Assessment
of fluoride removal in a batch electrocoagulation process: A case study in the
Mount Meru Enclave. Scientific African, 12, e00737.
Patel, S. R., dan Parikh, S. P. (2020). Statistical optimizing of the
electrocoagulation process for the removal of Cr(VI) using response surface
methodology and kinetic study. Arabian Journal of Chemistry, 13(9), 7032–
7044.
Sa’diyah, K., Syarwani, M., dan Udjiana, S. S. (2018). Pengolahan Air Limbah
Domestik Menggunakan Kombinasi Settlement Tank dan Fixed-Bed Column
Up-Flow. Jurnal Teknik Kimia Dan Lingkungan, 2(2), 84.
Said, N. I. (2000). Teknologi Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilm
Tercelup. Jurnal Teknologi Lingkungan, 1(2), 101–113.
Sa’diyah, K., Syarwani, M., dan Udjiana, S. S. (2018). Pengolahan Air Limbah
Domestik Menggunakan Kombinasi Settlement Tank dan Fixed-Bed Column
Up-Flow. Jurnal Teknik Kimia Dan Lingkungan, 2(2), 84.
Shabahaini, A.D., dan Tamjidillah, M. (2019). Pengaruh Jarak Antar Elektroda
Plat Besi Terhadap Produktivitas dan Efisiensi Generator HHO
Menggunakan Metode Elektrolisis Air Laut dengan Katalis KOH. , 4(1), 95-
107.
Susanthi, D., Purwanto, M. Y., & Suprihatin, S. (2018). Evaluasi Pengolahan Air
Limbah Domestik dengan IPAL Komunal di Kota Bogor. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 19(2), 229.
Tuhu Agung R, A. Z. (2018). Kinerja Elektrokoagulasi Sebagai Pengolahan
Alternatif Limbah Cair Tinja. Jurnal Envirotek, 10(2).
Wahyulis, N. C., Ulfin, I., Kunci, K., Fe, E., Kulit, I. P., dan Pendahuluan, I.
(2014). Optimasi Tegangan pada Proses Elektrokoagulasi Penurunan
Kadar Kromium dari Filtrat Hasil Hidrolisis Limbah Padat Penyamakan
Kulit.3(2),9–11.

Anda mungkin juga menyukai