Abstrak
Limbah cair rumah tangga mengandung kadar organik yang tinggi, sehingga jika
dibuang langsung ke lingkungan dapat merusak ekosistem lingkungan, salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar pencemar yang terdapat pada
limbah cair rumah tangga yaitu elektrokoagulasi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh variasi rapat arus dan kontak waktu dengan
menggunakan lempeng elektroda aluminium (Al) dalam proses elektrokoagulasi
terhadap degradasi parameter pH, BOD, COD, dan TSS di dalam pengolahan limbah cair
rumah tangga dan menganalisis efektivitas penurunan bahan pencemar pada limbah
cair rumah tangga menggunakan metode elektrokoagulasi. Penelitian ini menngunakan
dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas yang terdiri dari pH, COD dan TSS
dan variasi waku 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit dan rapat arus 40 A/m 2, 45 A/m2
dan 50 A/m2. Penurunan COD dan TSS tertinggi terjadi pada rapat arus 50 A/m 2 dengan
180 menitdengan kadar awal 381 mg/l dan 371 mg/l menjadi 77 mg/l efisiensi
penurunan 79.79% dan 10 mg/l efisiensi penurunan 97.30 % dan nilai pH menjadi
optimal dari 5.9 menjadi 8. Hal ini menunjukkan bahwa elektrokoagulasi efektif dan
efisien digunakan untuk penurunan kadar pencemar yang terdapat dalam limbah cair
rumah tangga.
Keywords: Elektrokoagulasi, limbah cair rumah rumah tangga, Rapat arus, plat
aluminium
A. Pendahuluan
Limbah cair rumah tangga dihasilkan dari aktivitas rumah tangga seperti
mencuci pakaian, mencuci piring, mandi, dan aktivitas lainnya yang menghasilkan
limbah. Limbah cair rumah tangga mengandung bahan-bahan organik seperti,
protein, karbohidrat, lemak dan anorganik seperti, butiran, garam dan metal,
baik itu yang tersuspensi maupun yang terlarut. Akibat adanya kandungan-
kandungan tersebut akan terjadinya pencemaran lingkungan yang akan memberi
dampak yang negatif bagi makhluk hidup (Ratnawati dan Ulfah, 2020). Sebagian
besar limbah cair rumah tangga dibuang ke lingkungan tanpa adanya
pengolahan. Akibatnya, sekitar 65% sungai yang ada di Indonesia mengalami
pencemaran akibat limbah cair domestik yang berasal dari rumah tangga di
pemukiman (Kholif dan Sugito, 2020) . Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi
Aceh (BPS) penduduk Kota Banda Aceh saat ini mencapai 252.899 jiwa dan saat
ini kepadatan penduduk Kota Banda Aceh mencapai 4.121 jiwa per km 2.
Peningkatan jumlah penduduk, dapat mengakibatkan peningkatan terhadap
limbah cair domestik. Menurut Permen LH No. 68 Tahun 2016, air limbah
domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia
yang berhubungan dengan pemakaian air.
Menurut Permen LH No. 68 Tahun 2016, Tentang Air Baku Limbah Domestik,
air limbah domestik terdiri dari parameter COD (chemical oxygen demand), BOD
(biological oxygen demand), TSS (total suspended solid), pH (power of hydrogen),
minyak, lemak dan amoniak. Parameter ini dijadikan sebagai acuan untuk
menganalisis limbah cair domestik. Jika parameter tersebut tidak sesuai dengan
baku mutu yang telah ditetapkan, maka akan menimbulkan berbagai bahaya
terhadap lingkungan dan manusia. Pengolahan ataupun pengelolaan dengan
baik, akan mengakibatkan terjadinya pencemaran air, turunnya kualitas air tanah
dan pencemaran tanah. Akibat dari pencemaran tersebut akan menimbulkan
banyak penyakit bawaan, hilangnya keseimbangan ekosistem lingkungan,
mematikan biota air dan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode yang
efektif dan efisien untuk menurunkan zat-zat yang berbahaya yang terkandung di
dalam limbah cair rumah tangga. Salah satu metode yang tergolong efektif dan
efisien dalam penurunan zat-zat yang berbahaya yang terkandung dalam limbah
cair rumah tangga dengan menggunakan metode elektrokoagulasi (Kadir, 2022).
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat kefektifitas
elektrokoagulasi dalam menurunkan kadar pencemar yang terdapat di dalam
limbah cair rumah tangga.
B. Kajian Teori
Air limbah domestik atau rumah tangga adalah air limbah yang berasal dari
hasil kegiatan di dapur, kamar mandi dan WC (Farahdiba dkk., 2019; Hajime dkk.,
2020). Terdapat dua jenis air limbah domestik atau air limbah rumah tangga
yaitu gray water dan black water. Gray water merupakan air limbah yang berasal
dari aktivitas domestik seperti mencuci baju, mencuci piring dan mandi,
sedangkan black water berasal dari buangan biologis seperti tinja. Sebesar
penduduk Indonesia membuang limbah black water melalui septic tank, akan
tetapi limbah grey water sebagian besar dibuang langsung ke sungai (Haratama,
2020). Akibatnya, hampir 60% pencemaran di sungai disebabkan oleh limbah
domestik yang berasal dari rumah tangga (Kholif dan Sugito, 2020; Sa’diyah dkk.,
2018) dan saat ini air limbah domestik menjadi polutan terbesar yang terdapat di
perairan (Susanthi dkk., 2018), sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa
kerusakan ekosistem pada perairan (Lutfi, 2014; Imron dkk., 2019; Yuli dkk.,
2020).
Air limbah domestik pada umumnya mengandung bahan organik dan
detergen. Kandungan bahan organik yang terdapat di dalam limbah cair berupa
protein, karbohidrat, minyak dan lemak (Michalska dkk., 2022). Limbah domestik
mempunyai sifat utama yaitu, Mengandung bakteri, parasit, dan kemungkinan
virus dalam jumlah besar yang sering terkontaminasi pada kerang dan di sekitar
pantai, mengandung bahan organik dan padatan tersuspensi sehingga BOD
(biological oxygen demand) biasanya tinggi. Padatan organik dan anorganik yang
mengendap di dasar perairan. Komponen organik akan terurai sehingga
kandungan oksigen menjadi lebih sedikit.Kandungan Unsur hara terutama
komponen fosfor dan nitrogen tinggi sehingga sering terjadinya eutrofikasi.
Mengandung bahan terapung berupa bahan organik dan anorganik di
permukaan air atau berupa suspensi. Kondisi ini seringkali menghambat laju
fotosintesis dan mengurangi proses pemurnian diri (Pratama dkk., 2020). Air
limbah domestik mempunyai karakteristik berdasarkan sumbernya, digolongkan
menjadi karakteristik fisika, kimia, dan biologi (Hidayah dkk., 2018; Indrayani dan
Rahmah, 2018; Suryawan, 2018). Karakteristik fisika terdiri dari TSS, TS,
kekeruhan, warna dan bau, karakteristiik kimia terdiri dari COD, BOD dan pH dan
karakteristik biologi terdiri dari mikroorganisme.
Elektrokoagulasi merupakan salah satu proses elektrokimia yang sederhana
(Mureth dkk., 2021) untuk mendegradasikan polutan-polutan yang terkandung
di dalam air limbah (Nurdandi dan Afriani, 2018). Elektrokoagulasi juga diartikan
sebagai destabilisasi koloid, padatan halus tersuspensi, emulsi, atau kontaminan
terlarut dalam media berair dengan produksi elektro kimia dari koagulan dan
agen flokulan (seperti spesies aluminium atau besi) dan gelembung gas (Merma
dkk., 2020). Proses pada elektrokoagulasi mencakup pembuatan Koagulan in-
situ melalui proses pelarutan elektron dari anoda karbon biasanya terdiri dari
besi atau aluminium (El-Taweel dkk., 2015 dan Adamovic dkk., 2016 ). Elektroda
karbon yang terdapat pada elektrokoagulasi berfungsi untuk mengacaukan
suspensi partikel yang terdapat dalam air.
Prinsip dasar dari elektrokoagulasi adalah adanya reaksi reduksi dan
oksidasi (redoks). Peristiwa oksidasi di dalam sel elektrokoagulasi terjadi di
anoda sedangkan reduksi terjadi di katoda (Purnama dan Trisnawati, 2021).
Reaksi yang terjadi pada anoda yang menggunakan lempeng aluminium akan
, kemudian ion O H−¿¿ dari basa akan
−¿+3 e¿
O → AL ( OH ) 3+3 H
teroksidasi A l 3+¿+3 H 2 ¿
dan anion lainnya seperti ¿ tidak dapat dioksidasi dari larutan, yang teroksidasi
adalah pelarutnya (H2O) sehingga dapat membentuk gas oksigen (O2) pada
−¿+O2+4 e¿
anoda dengan 2 H 2 O 4 H (Igwegbe dkk., 2021)
Reaksi yang terjadi pada katoda adalah ion H + dari suatu asam akan direduksi
menjadi gas hidrogen yang bebas sebagai gelembung gas dengan reaksi yang
terjadi 2 H +¿+2e → H ¿. Jika larutan mengandung ion logam alkali, alkali tanah, maka
2
ion-ion ini tidak dapat direduksi dari larutan tereduksi adalah pelarut (air) dan
akan terbentuk gas hidrogen (H2) di katoda dengan reaksi
−¿+ H 2¿
2 H 2 O+2 e → 2O H dan jika larutan mengandung ion logam lain, maka ion
logam akan direduksi menjadi logamnya dan terdapat pada batang katoda.
Reaksi yang terjadi pada proses elektrokoagulasi, katoda akan menghasilkan gas
hidrogen dan reaksi ion logam dan anoda akan menghasilkan gas halogen dan
mengendapkan flok yang terbentuk (Loukanov dkk., 2020).
C. Metodologi Penelitian
Penelitan ini dilakukan dengan melakukan eksperimen limbah cair
rumah tangga. Limbah cair urmah tangga akan di eksperimenkan dengan
menggunakan metode elektrokoagulasi kemudian akan dianalisis kadar
parameter setelah melakukan eksperimen. Kadar parameter yang diuji adalah
COD, TSS dan pH.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bak kaca aquarium
untuk reaktor elektrokoagulasi. Alat lainnya yaitu plat aluminium, kabel
penghubung, penjepit buaya, kran air, jerigen , desikator, neraca analitik, pH
indicator, kertas saring, kertas whatman, beker glass, Erlenmeyer. Bahan
utama penelitian yaitu limbah cair rumah tangga di Gampong Laksana,
Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
Reaktor tempat proses elektrokoagulasi memiliki kapasitas 8 liter.
Limbah cair rumah tangga dianalisa kadar awal untuk menentukan nilai COD,
TSS, dan pH. Kemudian dimasukkan ke dalam reaktor untuk dilakukan proses
pengolahan elektrokoagulasi. Plat elektroda aluminium dengan luas 320 cm2
dimasukkan kedalam reaktor yang sudah terisi limbah cair rumah tangga.
Reaktor yang sudah terisi limbah cair RPH diolah dengan variasi rapat arus 40
A/m2, 45 A/m2 dan 50 A/m2 dan Waktu kontak yang di variasikan yaitu 30, 60,
90, 120, 150 dan 180 menit. Setelah proses elektrokoagulasi selesai dilakukan,
dilanjutkan proses analisa untuk menentukan kadar konsentrasi akhir COD,
TSS, DO, pH.
400
350
300
COD (mg/L)
250
200
150
100
Baku Mutu
50
0
0 30 60 90 120 150 180
Gambar 2 Grafik penurunan kadar COD terhadap variasi rapat arus 40 A/m 2, 45 A/m2, 50 A/m2
dan waktu kontak 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit.
100
90
Efektivitas TSS (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 30 60 90 120 150 180
Gambar 3 Grafik Presentase kadar COD terhadap variasi rapat arus 40 A/m 2, 45 A/m2,
50 A/m2 dan waktu kontak 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit
31
350
300
TSS (mg/L)
250
200
150
100
50
Baku Mutu
0
0 30 60 90 120 150 180
Gambar 4 Grafik penurunan kadar TSS terhadap variasi rapat arus 40 A/m 2, 45 A/m2,
50 A/m2 dan waktu kontak 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit.
100
90
Efektivitas TSS (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 30 60 90 120 150 180
10
9
8
7
6
pH
5
4
3
2
1
0
0 30 60 90 120 150 180
Gambar 4.8 Grafik kenaikan kadar parameter pH limbah cair rumah tangga
34
Jadi, semakin tinggi rapat arus yang dialirkan pada saat proses elektrokoagulasi maka
semakin tinggi penyisihan kadar COD, TSS dan perubahan terhadap nilai pH. Semakin besar
rapat arus yang dialirkan maka pelarutan aluminium di anoda semakin meningkat,
menghasilkan jumlah Al3+ dan Al (OH)- yang lebih banyak. Meningkatkannya konsentrasi Al 3+
dapat meningkatkan reaksi netralisasi muatan kontaminan membentuk flok. Selain itu,
dengan meningkatnya kerapatan arus maka terjadinya peningkatan kecepatan t
erbentuknya gelembung gas hidrogen di katoda dan ukuran gelembung gas hidrogen
menjadi kecil. Gelembung gas yang kecil memberi area permukaan yang lebih besar untuk
meningkat untuk mengikat partikel dilarutan sehingga menghasilkan efisiensi pemisahan
yang baik (Yusbarani, 2014). Oleh karena itu karena peningkatan rapat arus sangat
mempengaruhi penurunan parameter COD dan TSS serta dapat mengoptimalkan pH.
Semakin lama waktu kontak pada saat proses elektrokoagulasi maka kadar COD dan
TSS semakin mengalami penurunan dan dapat mengoptimalkan pH. Hal ini disebabkan
karena terjadinya proses oksidasi dan reduksi. Pada elektroda-elektroda terbentuknya gas
O2 dan H2 yang menyebabkan terjadi peroses pengikatan koloid-koloid yang membentuk
folok berukuran besar dan terlotasi di atas cairan ( Trisnawati dan Purnama, 2021).
Kemudian dilakukan uji regresi linear berganda untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh antara dua variabel yaitu rapat arus dan waktu kontak pada metode
elektrokoagulasi terhadap penurunan parameter COD dan TSS serta perubahan nilai pH.
Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan variabel rapat arus dan waktu kontak pada
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Semakin tinggi rapat arus dan semakin lama waktu maka semakin tinggi penurunan
parameter pencemar yaitu COD, TSS dan perubahan nilai pH. Penurunan kadar COD,
TSS dan perubahan nilai pH terbaik terjadi pada rapat arus 50 A/m 2 dan waktu 180
menit, dengan kadar awal COD 381 mg/L menjadi 77 mg/L efisiensi penurunan 79.79 %,
TSS kadar awal 371 mg/L menjadi 10 mg/L efisiensi penurunan 97.30 % dan nilai pH
awal 5.6 menjadi 8.
2. Pengolahan limbah cair rumah tangga secara elektrokoagulasi efektif pada rapat arus 50
A/m2 dan waktu 180 menit dengan efisiensi penurunan pada COD 79.79 % dari kadar
awal 381 mg/L menjadi 77 mg/L dan TSS 97.30 % dari 371 mg/L menjadi 10 mg/L serta
perubahan nilai pH dari 5.6 menjadi 8, sehingga kadar COD, TSS dan ph telah memenuhi
baku mutu yang telah di tetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia No.68 Tahun 2016.
DAFTAR PUSTAKA