PENDAHULUAN
Pendahuluan
Limbah organik berbahaya dan mikroorganisme pathogenik yang berasal
dari aktivitas industri, domestik, dan rumah sakit merupakan faktor terbesar dalam
kerusakan lingkungan, khususnya pada pencemaran air di Indonesia (Anto T,S dan
Suherman, 2005). Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak
digunakan dan dapat berbentuk benda padat, cair, gas, debu, suara, getaran dan
lain-lain yang dapat menimbulkan pencemaran (Bambang & Budianto,1993).
Page | 1
Air limbah dapat juga dibedakan berdasarkan kemampuan mengurai dari
bahan pencemar (degradable) dan tidak dapat mengurai (non-degradable). Akibat
yang ditimbulkan oleh limbah cair sangat bergantung pada sifat dari bahan
pencemar yang dikandungnya, dapat beracun langsung, efek bioakumulasi,
menurunkan oksigen terlarut (DO), merubah sifat fisik dan kimia air, mengganggu
estetika (Bambang & Budianto, 1993).
Limbah cair domestik atau limbah cair rumah tangga menjadi ancaman
serius, karena limbah tersebut dipastikan mencemari lingkungan khususnya air
tanah dan dapat berfungsi sebagai media pembawa bibit penyakit (Devi, 2001).
Hal itu terjadi karena sistem pembuangan air limbah yang umum digunakan
masyarakat dialirkan ke tangki septic dan diresapkan ke dalam tanah, atau
dibuang langsung ke saluran umum.
Sasaran pengolahan air adalah untuk mengurangi BOD, COD, partikel
tercampur, membunuh organisme pathogen, menghilangkan bahan nutrisi,
komponen beracun yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada
menjadi rendah.
Limbah domestik sangat mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COD,
dan kandungan organic pasokan air. Metoda dasar penanganan limbah domestik
terdiri dari tahap pengolahan dasar, pengolahan kedua, dan penanganan tersier
(BPLHD, 2004). Pengolahan dasar meliputi pembersihan grit, penyaringan,
penggilingan, dan sedimentasi.
Salah satu jenis operasi yang sering dijumpai di dalam industri, khususnya
industri kimia adalah industri yang melibatkan pengontakan antara zat padat
dengan suatu jenis fluida (zat cair atau gas), biasanya pengontakan ini dilakukan
di dalam suatu bejana atau tabung di mana ditempatkan zat padat dengan ukuran
tertentu (Bergeyk & Liedekerken,1981). Fluidanya dialirkan melewati unggun
tersebut (dari bawah ke atas atau sebaliknya). Ada dua cara pengontakan zat padat
fluida ini yaitu:
1. Unggun tetap (fixed bed) di mana fluida mengalir dari atas ke bawah atau dari
bawah ke atas melewati suatu unggun zat padat yang diam.
Page | 2
2. Unggun terfluidisasi (fluidized bed) di mana fluida mengalir melewati unggun
partikel-partikel padat dengan kecepatan yang relatif tinggi sehingga partikel-
partikel padatnya akan
terangkat dan terpisahkan satu sama lain.
Di laboratorium fluidized bed digunakan sebagai alat pemisah dan
pencampur partikel untuk
mendapatkan partikel yang homogeny atau memiliki sifat spesifik yang
dibutuhkan dalam produksi (Bambang,1999).
Chemical Oxygen Demand (COD) sering disebut sebagai Kebutuhan
oksigen kimiawi (KOK) merupakan jumlah oksigen dalam ppm atau mg/l yang
dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara
kimiawi (Sugiharto, 1987).
Pengujian COD digunakan untuk mengukur padanan oksigen dari bahan
organik dalam air limbah yang dapat dioksidasi secara kimiawi dengan
penggunaan dikromat pada larutan asam. Meskipun diharapkan bahwa nilai BOD
tertinggi mendekati COD, namun hal ini jarang sekaliterjadi dalam praktek
(Linsley, 1991). Bahan pencemar yang dapat dihilangkan atau dikurangi oleh
bahan kimia adalah:
1. Material tersuspensi baik organic maupun anorganik;
2. Phospat terlarut dapat direduksi bila kadar kurang daripada 1 mg/l dengan
bahan pengendap alum, feri sulfat;
3. Beberapa kalsium, magnesium, silica, dapat dihilangkan dengan CaOH, khusus
untuk kalsium dan magnesium efisiensi lebih tinggi tercapai bila kapur dalam air
terdiri dari karbonat yang tinggi;
4. Beberapa logam berat dapat dihilangkan dengan kapur dan cukup efektif dalam
pengendapan
cadmium, chromium, coper, nikel, plumbum, dan perak;
5. Pengurangan bakteri dan virus dapat dicapai dengan kapur pada kondisi pH
10,5 11,5 dengan cara penggumpalan dan sedimentasi. Koagulan utama yang
dipakai
adalah lime, alum feri chloride, ferisulfat. Di bawah ini ditunjukkan
Page | 3
reaksi kapur dengan;
a. Phosphate;
CaO + H2O Ca(OH)2
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2CaCO3 + 2H2O
3Ca(OH)2+2PO4 -3
Ca3(PO4)4 + 6OH
4Ca(OH)2+3PO4 +H2O -3
Ca4 H(PO4)3 + 9OH
b. Alum;
Al2 (SO4)3 . 14 H2O + 2 PO4 -3
2 Al2 (OH)3 + 3 SO4 +6 CO2 + 14 H2O
-2
c. Ferro sulfat;
FeSO4H2O+Ca(HCO3)2 Fe(HCO3)2 + CaSO4 + 7 H2O
Fe(HCO3)2+2Ca(OH)2 Fe(OH)2 + 2 CaCO3 + 2 H2O
4Fe(OH)2+O2+H2O 4Fe(OH)3
d. Feri Chloride;
FeCl3 + 3 H2O Fe (OH)3 +3 H + 3 Cl 3 H + 3 HCO3 3 H2CO3
FeCl3 + 3 Ca (OH)2 3CaCl2 + 2Fe (OH)2
Page | 4
penyisihan kandungan COD, TSS, dan pH sehingga dapat menjawab
permasalahan pencemaran lingkungan
yang dihasilkan oleh limbah cair domestik.
Metode Penelitian
Page | 5
j. Perlengkapan penyaring dan Oven
Page | 6
sampai bersih dari pengotor yang dapat larut.
3. Sebelum pengoperasian air limbah, air bersih dialirkan dulu sampai tidak
terjadi perubahan warna antara air masuk dan air keluar dalam peralatan susunan
unggun 30 menit
4. Air limbah dari tangki umpan (7) setelah dianalisa parameter awalnya COD,
TSS, dan pH
dipompakan oleh pompa benam ke kolom pengontrol level (1);
5. Dipasang pompa benam dan perangkat pengaduk sesuai dengan kebutuhan
6. Air limbah dari tangki umpan
(7) setelah dianalisa parameter awalnya dipompakan oleh pompa benam ke kolom
pengontrol level (1);
7. Pada tangki (1) dijaga level konstan secara over flow dan dialirkan ke ruang up
flow (3, 4, 5)
secara gravitasi;
8. Selanjutnya limbah dialirkan ke ruang up-flow melalui lapisan unggun diam
berdasarkan perbedaan tekanan hidrostatik.
9. Pada ruang (2, 3, 4, dan 5) terjadi penangkapan impurities (partikel) oleh
unggun secara filtrasi dan adsorpsi yang mengikuti sistem kerja fixed bed, di mana
produk yang keluar melalui bagian atas secara over flow (h) dan ditampung
melalui wadah (g).
10. Cairan (produk) yang telah mengalami penyisihan zat organik dan anorganik
pada lapisan unggun keluar secara overflow melalui bagian atas ruang up-flow
dianalisa parameter COD, TSS, dan pH. Analisa COD dilakukan dengan metoda
Closed Reflux Titrimetric Method dengan larutan standar Ferrous Ammonium
Sulfate (FAS).
Page | 7
menghasilkan rasio perpindahan rata-rata dari BOD, SS, Nitrogen, Fosfor, dan
bakteri Coliform adalah 99%; 93%; 79%; dan 74%.
Hasil pengolahan data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik, di mana data perhitungan penyisihan kandungan COD terhadap waktu
proses dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil pengukuran COD dengan variasi masing-
masing tinggi unggun dan diameter unggun pasir diberikan pada Tabel 4.2 Hasil
pengamatan pada proses pengolahan limbah dengan fixed bed
column up-flow dengan variabel tinggi unggun dan diameter unggun pasir yang
berbeda terjadi mekanisme penyisihan zat organik dan anorganik yang ditandai
dengan penangkapan dan penyerapan bahan pencemar melalui permukaan zat
padat (unggun) serta terjadi penyempitan porositasnya di mana proses ini disebut
adsorpsi dan filtrasi (Bernasconi et al, 1995).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisihan kandungan COD pada
tinggi unggun pasir 50 cm dan diameter 0,815 mm sebesar 53%, sedangkan pada
tinggi unggun pasir 70cm dan diameter 0,278 mm sebesar 79%. Peningkatan
kemampuan penyisihan COD terjadi seiring dengan bertambah tebal (tinggi)
susunan unggun dan ukuran diameter unggun pasir yang kecil. Dapat dijelaskan
bahwa limbah yang mengandung zat organik dan anorganik akan tertahan
melalui porositas dan teradsorpsi oleh permukaan bahan padatan.
Efisiensi penyisihan COD mengalami peningkatan selama bertambahnya
tinggi susunan unggun dalam kolom dan kecilnya ukuran diameter unggun pasir
yang digunakan. Semakin tinggi susunan unggun yang digunakan maka semakin
lama terjadi kontak dengan media padatan dan semakin banyak zat organik dan
anorganik yang dapat disisihkan.
Juga menyebabkan terjadinya peningkatan derajat kebolaan seiring dengan
mengecilnya ukuran unggun partikel pasir sehingga mengakibatkan penyempitan
porositas (Herawati dkk,1988).
Proses Sequencing Batch Reactor (SBR) mampu menyisihkan COD 68
81%, sedangkan Bioreaktor Unggun Tetap (BUT) dapat menyisihkan COD 36
49% (Lucia,dkk, 2004). Berdasarkan tes laboratorium dengan metoda
Fitoremediasi di Bali diperoleh efisiensi penyisihan BOD 80 90%, COD 86
Page | 8
96%, TSS 75 95%, Total N 50 70%, Total P 70 90%, dan bakteri Coliform
99% (Ginting, P,1998).
Keterangan:
H10 = Hasil pada 10 menit; H20 = Hasil pada 20 menit; H30 = Hasil pada 30
menit
Page | 9
Gambar 2 menunjukkan pengaruh tinggi dan diameter unggun pasir
terhadap persentase penyisihan COD pada proses pengolahan limbah domestik
dengan fixed bed column up flow. Proses yang sama juga terjadi pada penggunaan
ukuran diameter partikel unggun pasir, di mana semakin kecil ukuran partikel
unggun pasir yang digunakan maka semakin banyak pula
penyisihan kandungan COD yang dapat disisihkan, karena semakin luas
permukaan kontak yang terjadi antara air limbah dengan sorben dan semakin kecil
dan sempit porositas yang dilewati air limbah (Sugiharto, 1987).
Bahan organik dan anorganik di dalam air limbah menempel pada
permukaan unggun pasir dan tertahan pada celah-celah diantara unggun melalui
porositasnya. Hal ini juga disebabkan terjadi penambahan luas permukaan kontak
air limbah dengan unggun dan terjadi penekanan dan penambahan penyempitan
porositas oleh oleh gaya berat unggun itu sendiri (Mc Cabe dkk,1985). Data
pengamatan perubahan pHterhadap tinggi unggun dan diameter rata-rata unggun
pasir diberikan pada Tabel 3.Berdasarkan data pengamatan
proses pengolahan limbah dengan fixed bed column up-flow dengan variabel
tinggi unggun dan diameter unggun pasir yang berbeda terjadi mekanisme
penyisihan zat organik dan anorganik,
sehingga terjadi perubahan sifat kimia air limbah berupa pH.
Hal ini ditandai dengan penangkapan dan penyerapan bahan organik dan
anorganik melalui permukaan zat padat (unggun) pasir serta penyempitan
Page | 10
porositasnya, sehingga membuat kondisi limbah menjadi alkalinitas (Gintings,
1998), di mana semakin lama waktu pengontakan dengan media pemisah yang
bersifat basa, maka sifat kimia (pH) air limbah menuju ke sifat basa.
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi susunan unggun dan
semakin kecil ukuran diameter unggun pasir maka perubahan pH semakin besar
karena terjadi waktu kontak yang semakin lama di dalam kolom proses
(Bernasconi dkk, 1995). Perubahan nilai pH air menjadi lebih tinggi karena
terkontaminasi dengan unggun pasir yang mengandung kalsium. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi peningkatan nilai pH, dimana kenaikan harga pH pada
diameter 0, 278 mm dan tinggi unggun 50 cm sebesar 0,16, sedangkan pada tinggi
unggun pasir 70 cm dan diameternya 0, 278 mm, pH diperoleh sebesar 0, 21.
Penyisihan bahan padat tersuspensi (TSS) di dalam air limbah dapat
terjadi karena penahanan oleh partikel unggun melalui porositasnya dan ketebalan
susunan unggun yang dilewati oleh aliran air limbah di dalam kolom
proses.Semakin kecil ukuran diameter unggun semakin besar persentase
penyisihan kandungan TSS di dalam air limbah, dan semakin tebal susunan
partikel unggun di dalam kolom juga semakin besar persentase pemisahan TSS
yang terjadi dalam proses.
Dimana semakin kecil diameter unggun pasir yang digunakan semakin
sempit pembentukan porositas dan semakin besar permukaan kontak yang dialami
oleh air limbah, sehingga semakin banyak padatan tersuspensi dapat ditahan
(dipisahkan) (Bernasconi dkk, 1995).
Penyusunan ketebalan susunan unggun dapat menentukan keberhasilan
pemisahan padatan tersuspensi dalam air limbah, hal ini dikarenakan semakin luas
pengontakan dengan unggun oleh aliran limbah dan semakin kecil porositas
unggunnya maka semakin besar persentase penyisihan TSS yang diperoleh. Hasil
penelitian menunjukkan terjadi penurunan kandungan TSS setelah mengalami
proses pengolahannya. Penurunan ini terjadi seiring dengan bertambahnya tebal
(tinggi) unggun dan kecilnya ukuran diameter unggun pasirnya. Pada kondisi
operasi diameter unggun 0,278 mm dan tinggi unggun 50 cm tejadi penyisihan
Page | 11
TSS sebesar 70%, sedangkan pada kondisi diameter 0,278 mm dan tinggi unggun
70 cm
mengalami penyisihan kandungan TSS sebesar 76%.
Gambar 5 memberikan pengaruh tinggi unggun dan diameter terhadap
perubahan kandungan TSS pada proses pengolahan limbah domestik dengan fixed
bed column upflow.Semakin kecil ukuran diameter unggun yang digunakan maka
semakin sempurna sifat kebolaan partikelnya, sehingga semakin sempit porositas
unggun yang terbentuk. Semakin kecil porositas maka semakin banyak bahan
tersuspensi dapat dipisahkan oleh celah antar partikel dan demikian juga dengan
penambahan tinggi unggun semakin besar tekanan oleh gaya berat yang diberikan
terhadap porositasnya.
Total suspended solid dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan ukuran
diameter partikel dengan ukuran porositasnya.
Page | 12
Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
efisiensi penyisihan kandungan COD tertinggi dan terbaik diperoleh pada
penggunaan tinggi unngun 70 cm dan diameter unggun pasir 0,278 mm yaitu
sebesar 79%. Efisiensi pemisahan kandungan TSS tertinggi dan terbaik diperoleh
pada penggunaan tinggi unggun 70 cm dan diameter unggun
pasir 0,278 mm yaitu sebesar 76%.
Page | 13
1.3.2 Defenisi pH Meter
pH meter adalah seperangkat alat elektronik yang terdiri dari elektroda kac
( katoda dan anoda) yang apabila elektroda dicelupkan kedalam suatu larutan
maka akan timbul beda potensial akibat dari ikatan hidrogen dalam larutan
tersebut.
1.3.3 pH
pH adalah besaran untuk menentukan derajat keasaman suatu larutan.
Besaran ini ditetapkan konsentrasi ion Hidrogen dalam larutan tersebut. Skala pH
antara 0-14.Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, sedangkan yang bersifat
basa mempunyai pH lebih dari 7. Larutan yang memiliki pH nya sama dengan 7
adalah netral, artinya larutan tersebut tidak bersifat asam maupun basa.
Semakin kecil nilai pH suatu larutan maka makin tinggi derajat keasaman larutan,
berarti semakin kuat sifat asam karena larutan banyak mengandung asam (ion
Hidrogen). Semakin besar nilai pH larutan maka makin tinggi derajat kebasaan
larutan, berarti semakin kuat sifat basa karena larutan banyak mengandung banyak
basa ( ion Hidroksida).
1.3.4 Indikator
Ia umumnya merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang dipakai dalam
larutan yang sangat encer.
Page | 14
Lakmus merah dalam lingkungan asam dan garam tidak berubah warna,
sedangkan di lingkungan basa akan berubah warna menjadi biru.
Lakmus biru dalam lingkungan basa dan garam tidak berubah warna, sedangkan
di lingkungan asam akan berubah warna menjadi warna merah.
- Larutan indikator
- Indikator universal
Indikator universal tidak hanya menentukan suatu zat termasuk asam atau basa ,
tetapi juga mengukur derajat keasaman atau derajat kebasaan suatu zat.
Teori Asam-Basa
Teori Arhenius
- Asam adalah zat elektrolit yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion
H+
- Basa adalah zat elektrolit yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion
OH-
Teori Bronsted-Lowry
Page | 15
- Asam adalah spesi yang dapat memberikan proton (donor proton)
Teori Lewis
Asam adalah zat elektrolit yang rasanya masam dan jika dilarutkan melepaskan
ion hidrogen. Asam akan mengubah larutan phenolphtaleine menjadi merah, sedangkan
dalam larutan basa phenolphtaleine akan berubah menjadi biru.
Sifat-sifat asam :
- rasanya masam,
Basa adalah zat elektrolit yang rasanya seperti sabun dan jika dilarutkan akan
melepas ion hidroksida.
Sifat-sifat basa :
- menetralkan asam
Basa amfoter adalah basa yang bersifat asam dilingkungan basa dan bersifat basa
dilingkungn asam.
Page | 16
.
Larutan penyangga dapat dibagi menjadi larutan penyangga asam dan larutan penyngga
basa.
Larutan penyangga asam terdiri dari asam lemah dan basa konjugasinya
(garamnya)
Larutan penyangga basa terdiri dari basa lemah dan asam konjugasinya
(garamnya)
- Pengenceran
Di dalam darah, yaitu asam-basa konjugasi asam karbonat dan bikarbonat (H 2CO3 dan
HCO3-)
Page | 17
BAB II. PROSEDUR KERJA
a. Alat
1) pH meter : 1 buah
2) Erlenmeyer : 1 buah
b. Bahan
1) Aquades : secukupnya
Page | 18
9) Larutan NaOH 0,010 N : secukupnya
Page | 19
2.2 Prosedur Kerja
arloji.
5. Diulangi perlakuan yang sama dengan konsentrasi Na2 EDTA yang lain.
B. Pengukuran pH
Page | 20
BAB III. GAMBAR RANGKAIAN
Erlenmeyer
Botol semprot
Page | 21
Beaker glass
pH Meter
Page | 22
3.2. Gambar Rangkaian
D A B C
E F
Page | 23
3.3 Keterangan Gambar Rangkaian
E = Pengukur suhu
F = Elektroda
Page | 24
BAB IV. DATA PENGAMATAN
Page | 25
BAB V. PENGOLAHAN DATA
BE H2SO4 = 49 gr/Ek
V2 H2SO4 = 300 ml
Ditanya : Buatlah larutan H2SO4 0,005 N dan 0,01 N dan 0,015 N dari
H2SO4 98% dalam 300 ml aquadest !
Jawab :
Page | 26
BE NaOH = 40 gr/Ek
V2 NaOH = 300 ml
Ditanya : Buatlah larutan NaOH 0,005 N dan 0,010 N dan NaOH 0,015 N
dari NaOH 50 % dalam 300 ml aquadest !
Jawab :
V1.N1 = V2 . N2
V1 = 0,1578 ml
V1.N1 = V2 . N2
V1 = 0,2368 ml
Page | 27
Perhitungan Garam
Gr = M.BE.V
= 0,5583 gram
Gr = M.BE.V
= 0,8933 gram
Gr = M.BE.V
= 1,1167 gram
a. Perhitungan pH Asam
a. Perhitungan pH Asam
Untuk H2SO4 0,005 N
0,005 N 0,01 N
Maka :
Page | 28
[H+] = a . Ma
[H+] = 2 . 0,005 N
[H+] = 0,01 N
pH = - log [H+]
pH = - log 0,01
pH = - log 1 x 10-2
pH = 2 log 1
pH = 2-0
pH = 2
0,01 N 0,02 N
Maka :
[H+] = a . Ma
[H+] = 2 . 0,01
[H+] = 0,02 N
pH = - log [H+]
pH = - log 2 x 10-2
pH = 2 log 2
pH = 2- 0,30
Page | 29
pH = 1,7
0,015 N 0,03 N
Maka :
[H+] = a . Ma
[H+] = 2 . 0,03
[H+] = 0,06 N
pH = - log [H+]
pH = - log 6 x 10-2
pH = 2 log 6
pH = 2- 0,77
pH = 1,23
b. Perhitungan pH Basa
b. Perhitungan pH Basa
Untuk NaOH 0,005 N
0,005 N 0,005 N
Maka :
Page | 30
[OH-] = b . Mb
[OH-] = 1 . 0,005
[OH-] = 0,005 N
pOH = 3 log 5
pOH = 3-0,69
pOH = 2,31
Maka di dapat:
pH = 14 pOH
pH = 14 2,31
pH = 11,69
0,010 N 0,010 N
Maka :
[OH-] = b . Mb
[OH-] = 1 . 0,010
[OH-] = 0,010 N
Page | 31
pOH = - log [OH-]
pOH = 3 log 1
pOH = 3-0
pOH = 3
Maka di dapat:
pH = 14 pOH
pH = 14 3
pH = 11
0,015 N 0,015 N
Maka :
[OH-] = b . Mb
[OH-] = 1 . 0,015
[OH-] = 0,015 N
Page | 32
pOH = 2 log 15
pOH = 2-1,17
pOH = 0,83
Maka di dapat:
pH = 14 pOH
pH = 14 0,83
pH = 13,17
HTHP
| |
Persen error = HT 100%
1. Untuk H2SO4 0,005 N
error = |21,90
2 |
x 100
= 0,05 100%
= 5%
error = |1,72,04
1,7 |
x 100
Page | 33
= 0,2 100%
= 20 %
error =|1,232,33
1,23 |
x 100
= 0,89 100%
= 89 %
e rror= |11,699,24
11,69 |
x 100
= 0,20 100%
= 20%
error =|118,40
11 |
x 100
= 0,23 100%
= 23 %
error =|13,1711,06
13,17 |x 100
= 0,16 100%
= 16 %
Page | 34
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Page | 35
DAFTAR PUSTAKA
Instrumen.2016.PTKI : Medan.
Perintis: Medan.
Page | 36
Svehla,G.1985.Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro
Page | 37