Anda di halaman 1dari 140

PENGETAHUAN PRODUK AIR

DAN AIR LIMBAH

Disampaikan oleh:
Kelompok Kerja Teknis
PT.
Guna Patra Gumelar
Ruang Lingkup
Pengetahuan produk

1. Pengetahuan Air Minum


2. Pengetahuan Air Industri
3. Pengetahuan Air Limbah
1. AIR MINUM
1. Proses Pengolahan Air Minum

Meliputi proses:
 Sedimentasi
 Koagulasi
 Filtrasi
 Desinfektansi
1.1 Sedimentasi
 proses pengendapan awal sebelum
ditambah koagulan
 mengendapkan partikel – partikel
kecil seperti lumpur dan pasir yang
dapat mengendap dengan sendirinya
 mengurangi tingkat kekeruhan air
sehingga penggunaan (dosis)
koagulan berkurang
1.2 Koagulasi
 proses pengendapan setelah
pengendapan awal
 mengendapkan partikel halus dalam
air keruh yang tidak dapat
mengendap pada pengendapan awal
 menggunakan koagulan sehingga
partikel – partikel halus menggumpal
membentuk gumpalan (flok)
Koagulan
 Adalah bahan kimia yang digunakan
untuk penjernihan air keruh (air
baku yang akan diolah menjadi air
minum atau air industri)
 Terdiri dari garam – garam
anorganik senyawaan Fe dan Al,
dengan air membentuk Al(OH)3 dan
Fe(OH)3 yang berupa koloid
Bahan kimia sebagai koagulan
Jenis koagulan pH air optimum
Alum, Al2(SO4)3 18H2O 6,5 – 8,5

Ferri klorida, FeCl3 3,5 – 6,5 dan diatas 6,5

Ferri sulfat, Fe2(SO4)3 3,5 – 7,0 dan diatas 9,0


Ferro sulfat + air kapur
8,5 dan diatasnya
(= lime), FeSO 4 + Ca(OH)2

Chlorinated Copperas (FeSO4 7H2O + Cl2) 3,5 – 6,5 dan diatasnya


1.3 Sifat Air Baku

Terdapat dua sifat air baku yaitu air


yang hendak diolah:
 pH
 Kekeruhan
1) pH
Pengukuran pH air baku bertujuan untuk:
 menenttukan jenis koagulan yang akan

digunakan untuk penjernihan, atau


 menyesuaikan jenis koagulan yang sudah

ada
Bahan kimia pengatur pH
Terdapat dua macam bahan kimia
pengatur pH, yaitu:

 Asam atau garam yang bersifat


asam
 Basa atau garam yang bersifat basa
Asam
 Bahan kimia asam
• Asam, HCl, H2SO4
• Garam yang bersifat asam, Al2(SO4)3,
FeSO4, Fe2(SO4)3, dan lain – lain
Basa
 Bahan kimia basa
 Basa, NaOH, KOH, Ca(OH)2
 Garam yang bersifat basa, Na2CO3,
K2CO3
2) Kekeruhan
 Pengukuran kekeruhan air baku

bertujuan:
 untuk menentukan dosis koagulan
Kekeruhan terdiri dari:
 partikel – partikel diskret dan non

diskret
 partikel yang terlarut dan

tersuspensi
 tanah yang melarut, lumpur, pasir,

produk karat, erosi, algae, tumbuh-


tumbuhan, dan sebagainya
Dosis Koagulan
 Kekeruhan tinggi, keperluan
koagulan tinggi dan sebaliknya
 Penggunaan koagulan harus
ditentukan optimumnya
Alat
Alat yang digunakan untuk pengukuran
koagulan adalah Jar Test
 Terdiri dari:
 Enam tabung gelas beker ukuran 1 liter
 Stirrer, dilengkapi dengan pengukuran
kecepatan pengadukan (rpm)
 Stopwatch, yaitu pengukur waktu
pengadukan
Produk
Produk yang dihasilkan dari proses
koagulasi adalah air jernih yang masih
mengandung partikel–partikel halus,
baik yang terlarut maupun yang
tersuspensi
1.3 Filtrasi
Tujuan :
 Memperoleh air bersih yang bebas

dari partikel – partikel halus yang


tersuspensi dengan cara disaring
Caranya
Air yang dihasilkan dari proses
koagulasi dialirkan lewat
setumpukan pasir (pasir silika) yang
disangga oleh lapisan kerikil dan
kerakal. Tebal pasir dengan ukuran
efektif 0,45 – 0,70 mm adalah
sampai 600 – 700 mm dan ukuran
kerikil – kerikil 2 – 5 mm dengan
ketebalan 300 – 600 mm.
1.4 Desinfektansi
Tujuan
 Memperoleh air yang bebas dari

bakteri yang dapat menyebabkan


sakit
Bahan kimia sebagai desinfektan
Banyak bahan kimia yang digunakan
sebagai desinfektan, umumnya
adalah gas klor (Cl2) atau kaporit
(CaOCl2)
bakteri + Cln → mati
2. Kualitas Air Minum
Kualitas air minum meliputi :
 Sifat fisika
 Sifat kimia
 Kimia anorganik dan pH
 Kimia organik
 Sifat mikrobiologi
 Sifat radioaktifitas
1) Sifat fisika
Air minum tidak berbau, tidak
berasa, zat padat terlarut rendah,
dan harus jernih (tidak keruh)
2) Sifat kimia
 Terdapat dua sifat kimia, yaitu kimia
anorganik dan kimia organik
 Kimia anorganik terdiri dari anorganik
tidak beracun, anorganik beracun dan
anorganik sangat beracun
 Parameter kimia organik hampir
semuanya beracun karena berasal dari
biosida (berasal dari pupuk, obat
pembasmi hama, obat pembasmi rumput
dan air buangan rumah tangga)
3) Sifat mikrobiologi
Parameter mikrobiologi meliputi:
 Bakteri koli tinja
 Bakteri koli total
 Bakteri total
 Bakteri koli berasal dari tinja manusia dan
hewan berdarah panas
 Bakteri yang berasal dari tanah, tanaman
dan lainnya disebut bakteri patogen
 Bakteri total adalah semua bakteri yang
terdapat dalam air minum
4) Sifat radioaktifitas
 Unsur radioaktifitas adalah unsur yang secara spontan
dapat memancarkan sinar – sinar alfa, beta dan gama
 Terdapat dua jenis parameter radioaktifitas dalam air
minum yaitu aktifitas alfa dan aktifitas beta dengan
panjang gelombang pendek
 Aktifitas alfa adalah memancarkan sinar alfa yang
bermuatan positif
 Aktifitas beta adalah memancarkan sinar beta yang
bermuatan negatif
 Unsur radioaktifitas berasal dari alam atau buangan reaktor
nuklir
 Dalam air minum terdapat dalam padatan tersupensi atau
cairannya
2. AIR INDUSTRI
1. Lingkup

Yang dimaksud air industri adalah:


 Air umpan ketel

 Air ketel
2. Proses Pengolahan Air
Industri
Meliputi:
 Sedimentasi
 Koagulasi
 Filtrasi
 Pelunakan
 Stabilisasi dengan fosfat
 Pengaturan pH
 Degassing
2.1 Pelunakan
 Adalah proses menghilangkan
kesadahan (hardness)
Hardness (kesadahan)

 Disebabkan oleh terdapatnya garam


– garam Kalsium (Ca) dan
Magnesium (Mg)
 Pembentuk kerak pada tubing ketel
Kerak ketel
 Menurunkan nilai pertukaran panas
(heat exchenger)
 Tidak dihasilkan uap super heated
Proses:
• Soda kapur
• Kation Exchanger
1). Proses soda – kapur
 Menggunakan soda [Na2CO3] dan
kapur [Ca(OH)2] dalam
perbandingan 3 : 1 sampai 3 : 10
 Hot process atau cold process
Reaksi:

Mg ++ + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 + Ca++


(dalam air)

Ca++ [dari Ca(OH)2] + Ca++ (dalam air) + Na2CO3 →


CaCO3 + 2Na+
Kesadahan
Syarat kesadahan air umpan ketel
adalah sama dengan nol
2). Proses kation exchanger
Yaitu proses pertukaran kation dari
Na+ (dari Na zeolit) dan Ca++
(dari air)
Reaksi

Na2Z + Ca++ (dalam air) → CaZ


(masuk zeolit) + Na+ (masuk air)
Regenerasi

 Bila air lunak yang keluar dari


tabung zeolit saat mencapai
kesadahan 0,56 oD
 Dengan menggunakan Natrium
klorida (NaCl)
2.2 Stabilisasi dengan fosfat
Stabilisasi dengan fosfat adalah
menginjeksikan larutan fosfat ke air
umpan ketel
Tujuan:

Mengubah endapan silikat pada tubing


ketel dengan fosfat, sehingga tubing
dapat dibersihkan dengan pelarut air
panas
Sisa fosfat
 Sisa fosfat di dalam air umpan ketel:
20 – 40 ppm
 Terdapatnya sisa fosfat maka dapat
dicegah terbentuknya endapan silikat
Garam fosfat
Garam fosfat yang digunakan

Terdapat tiga jenis garam fosfat:


 Natrium fosfat, Na3PO4

 Natrium monohidrofoslfat, Na2HPO4

 Natrium dihidrofofat, NaH2PO4


Pemilihan

Pemilihan bergantung pada:


 pH air yang keluar dari kation

exchanger
 Spesifikasi sisa fosfat ketel
Garam fosfat pH Air

Na3PO4 < 6,5

Na2HPO4 6,5 – 7,5

NaH2PO4 > 7,5


2.3 Pengaturan pH
 Air keluar dari kation exchanger pH-
nya rendah
 Dinaikkan menjadikan pH antara 9 –
10 (disesuaikan dengan spesifikasi
air umpan ketel) dengan
menggunakan larutan NaOH
Pengaruh pH
 Bila pH air umpan ketel tidak

terpenuhi,.air akan bersifat korosif


2.4 Degessing
Artinya mengusir gas yang melarut
dalam air umpan ketel

Terdapat dua jenis gas:


 Gas Oksigen (O2)

 Gas Karbon dioksida (CO2)


Proses Degassing
 Degassing gas O2 dan CO2 dapat
dilakukan: dengan thermal degassing
(pengusiran dengan cara
pemanasan)
 Degassing gas O2 dengan
menambah bahan kimia, misalnya
Na2SO3, atau N2H4
Pengaruh gas O2 dan CO2

 Bersifat korosif
 Penyebab pembusaan
Sifat – sifat Air Umpan Ketel
Sifat – sifat air umpan ketel
tergantung pada tekanan ketel.
Contoh:
Sifat – sifat Batasan

pH 9 – 10

Kesadahan, oD 0

Sulfat, mg/L Maks. 150

Klorida, mg/L Maks. 150

Sisa Fosfat, mg/L 20 – 40


3. AIR LIMBAH
1. Ketentuan Umum
 Air
adalah semua air yang terdapat di alam
dan atau berasal dari sumber air yang di
atas permukaan tanah. Tidak termasuk air
yang terdapat di laut.
 Sumber air
adalah tempat dan wadah air yang
terdapat di atas permukaan tanah, seperti
sungai, danau, waduk
 Baku mutu air pada sumber air,
disingkat Baku mutu air
adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar yang terdapat
dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai
dengan peruntukannya
 Baku mutu air limbah
adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari
sumber pencemaran ke dalam air pada
sumber air sehingga tidak mengakibatkan
dilampauinya baku mutu air
 Pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas air turun sampai ketingkat
tertentu yang menyebabkan air menjadi
kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai
dari peruntukannya
 Sumber pencemaran
adalah setiap kegiatan yang
membuang atau mengeluarkan zat
atau bahan pencemar, yang dapat
berbentuk cair, gas atau paertikel
tersuspensi dalam kadar tertentu ke
dalam lingkungan.
 Zat atau Bahan Pencemar
adalah zat atau bahan dalam bentuk
cair, gas atau partikel tersuspensi
dalam kadar tertentu di lingkungan
yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuh –
tumbuhan dan atau benda
 Baku Mutu Air pada Sumber Air
Kep. 02/MENKLH/I/1988

Golongan A
adalah air yang dapat dipergunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
Golongan B
adalah air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga
Golongan C
adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
Golongan D
adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan
dapat dimafaatkan untuk perkotaan, industri, listrik tenaga air
2. Pedoman Baku Mutu Limbah
Cair
 Air sebagai sumberdaya alam harus
dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak
 Air perlu dipelihara kualitasnya agar
tetap bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya
3. Kandungan Unsur dalam
Limbah Cair Industri Migas

1). Garam – garam anorganik,


berupa kation dan anion
Kation Anion

1. Besi terlarut (Fe) 1. Sianida (CN)


2. Mangan terlarut (Mn) 2. Sulfida (S)
3. Fluorida (F)
3. Barium (Ba) 4. Amoniak bebas (NH3)
4. Tembaga (Cu) 5. Nitrat (NO3 – N)
5. S e n g (Zn) 6. Nitrit (NO2 – N)
6. Krom heksa valen (Cr+6) 7. Klorida
7. Krom total (Cr+3 + Cr+6) 8. Lain – lain
8. Cadmium (Cd)
• Alkalinitas
• Asiditas
9. Raksa (Hg) • pH
10. Timbal (Pb) 9. Suhu
11. Stanium (Sn)
12. Arsen (As)
13. Selenium (Se)
14. Nikel (Ni)
15. Kobal (Co)
2). Zat – zat Pengguna Oksigen dalam
Air
 Oksigenterlarut dalam air buangan

merupakan sesuatu yang sangat


diperlukan bagi ekologi air
 Yaitu zat – zat organik atau pereduksi

anorganik sangat memerlukan oksigen


terlarut
 Hilangnya/berkurangnya kandungan

oksigen terlarut akan menyebabkan


terjadinya pencemaran
 Pencemaran oleh zat – zat
pengguna oksigen terlarut
dinyatakan sebagai:

 COD (Chemical Oxygen Demand)


 BOD (Biochemical Oxygen Demand)
 TOD (Total Oxygen Demand)
 Tingginya COD dan BOD
menunjukkan semakin menaik
tingkat pencemaran air limbah
3). Total Suspended Solid (TSS)
adalah sejumlah padatan tersuspensi
dinyatakan dalam mg/Liter yang
terkandung dalam air limbah
Terdiri dari:
 Padatan tersuspensi

 Bahan koloidal

TSS menunjukkan kekeruhan air limbah.


Semakin tinggi kekeruhan menunjukkan mutu air
limbah menurun
4). pH
adalah sifat keasaman atau kebasaan air limbah

 Air limbah yang memenuhi syarat adalah bersifat


netral pada range pH antara 6 – 9.
 Umumnya air limbah lapangan EP mempunyai pH
antara 8 – 8,5 sehingga sifatnya adalah basa.
5). Minyak
Air limbah kilang Migas atau air limbah lapangan EP
diklasifikasikan atas 4 jenis aliran
a. Air berminyak mengandung bahan
berbau
Bahan berbau dalam air limbah disebabkan oleh gas H2S,
gas merkaptan, gas – gas hidrokarbon, fenol dan amoniak

b. Air berminyak bebas bahan berbau


Air limbah kilang tidak mengandung gas H2S, gas RSH
(merkaptan), gas–gas hidrokarbon, fenol dan amoniak
c. Air tidak berminyak yang mengandung
senyawa anorganik
Air limbah ini tidak mengandung minyak tetapi
mengandung garam – garam anorgaik terlarut berupa
kation. dari logam – logam berat dan anion,. sebagai
pencemar

d. Air bersih
Air limbah ini tidak mengandung minyak, garam – garam
anorganik (bukan sebagai pencemar), sehingga dapat
langsung dibuang keperairan bebas sesuai dengan
peruntukannya
Baku Mutu Limbah Cair untuk
Industri Pengilangan Minyak

Dari Lampiran IV SK Menteri Negara


KLH, KEP 93/MENKLH/II/1991,
parameter Baku Mutu Limbah Cair
untuk Industri Pengilangan Minyak
adalah: :
1. BOD5
2. COD
3. Fenol
4. H2S (Sulfida)
5. Minyak dan Lemak
6. Cr+6 (krom heksavalen)
7. NH3–N (amonia total)
8. pH
Pengendalian limbah cair
 Untuk menjamin terpeliharanya
kualitas air maka perlu dilakukan
pengendalian terhadap pembuangan
limbah cair
4. Kadar Maksimum setiap
Parameter
 Kadar maksimum setiap parameter dan
debit limbah cair maksimum tidak boleh
dilampaui
 Kadar maksimum setiap parameter atau
debit limbah cair maksimum hanya
diperbolehkan dilampaui sepanjang beban
pencemaran tidak dilampaui
 Penetapan debit limbah cair maksimum
didasarkab pada produksi bulanan
senyatanya dari pembuang limbah cair
5. Mutu Limbah Cair
 Mutu limbah cair yang dibuang ke
dalam air pada sumber air tidak
melampaui baku mutu limbah cair
yang telah ditetapkan
 Tidak mengakibatkan turunnya
kualitas air pada sumber air
penerima limbah
6. Lembaga Pengatur Air
 Menteri Kesehatan RI tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum dan
Air Bersih
 Menteri Lingkungan Hidup tentang
Baku Mutu Air Limbah
 Pemerintah Republik Indonesia
tentang Kriteria Kualitas Air
7. Arti Parameter Pencemar Air

7.1 Parameter fisika


1). Suhu
 Tidak boleh lebih dari 85oF (30oC),
kecuali apabila disebabkan oleh alam
 Bila lebih dari 85 oF akan menyebabkan
pengaruh psikologi
 Untuk keperluan rumah tangga, tidak
boleh lebih dari 85oF, bila terjadi
kenaikkan suhu, kenaikkannya tidak boleh
lebih dari 5 oF atau kecepatan kenaikkan
suhu di atas 1 oF/jam
 Dalam air limbah disyaratkan 35 – 45 oC
2). Warna
Disebabkan oleh:
 benda – benda terlarut dalam air

(lumpur), koloidal, tumbuh –


tumbuhan (algae), ion – ion logam
terlarut terutama Besi dan Mangan,
dan produk korosi
 Dalam air pada sumber air 5 – 25

skala Pt-Co
3). Bau dan Rasa
Disebabkan oleh:
 Penguraian zat – zat organik
 Kehidupan air, yaitu algae dan kandungan mikroorganisme terutama
yang mengandung minyak
 Besi dan Mangan dan logam – logam lain yang menghasilkan produk
korosi
 Buangan industri, terutama Fenol
 Desinfektan Klor atau jenis desinfektan yang lain
 Biologikal syntetik organik yang tidak terdegradasi
 Dalam air pada sumber air disyaratkan tidak berbau
4). Kekeruhan (turbidity)
Disebabkan oleh:
 Bahan – bahan yang tersuspensi

dalam air, yaitu lumpur, tanah liat,


kehidupan dan kematian algae atau
organisme lain
5). Zat padat jumlah (total solid)
 Adalah semua zat yang tersisa sebagai

residu bila air diuapkan pada suhu 103oC


 Merupakan penjumlahan dari zat padat

terlarut dan zat padat tersuspensi


 Zat padat terlarut misalnya garam–garam

anorganik dan zat – zat organik


 Dalam air limbah zat padat terlarut 1500 –

5000 mg/L dan zat padat tersuspensi 100


– 500 mg/L
7.2 Parameter Kimia
1). pH

 Adalah ukuran besarnya konsentrasi ion H+


 Bila konsentrasi ion H+>10–7, air bersifat asam
 Bila konsentrasi ion H+<10–7, air bersifat basa
 Harga pH menunjukkan sifat keasaman atau
kebasaan air
 Sebagai kontrol sifat korosif air
 Untuk menentukan jenis proses pengolahan air
 Dalam air limbah disayaratkan 5 – 9
2). Kromium Jumlah (sebagai
Cr+6)
 Merupakan penjumlahan dari Krom

trivalen (Cr+3) dan Krom heksavalen


(Cr+6)
 Krom heksavalen (Cr+6) adalah

toksis, sedang Krom trivalen (Cr+3)


jarang terdapat dalam air
 Dalam air limbah disayaratkan

0,05 – 1 mg/L
Asal Krom
 Krom dalam air buangan berasal dari

cooling tower
 Kedalam air pendingin (cooling

tower) sengaja ditambahkan


senyawaan Kromat untuk mencegah
terjadinya korosi
Cara Penanggulangan
 Air buangan yang mengandung

Krom, sebelum dibuang ke perairan,


Krom heksavalen (Cr+6) diubah
menjadi Krom trivalen (Cr+3) dan
akhirnya diendapkan sebagai
Kromium hidroksida Cr(OH)3 dengan
penambahan larutan NaOH.
 Atau ditambahkan larutan garam

Barium
3). Timbal (sebagai Pb)
 Keberadaannya dalam air buangan bila

terjadi kontak antara air dan pipa yang


terbuat dari Timbal
 Timbal dapat lepas bila air buangan

bersifat asam dan kandungan CO2 dalam


konsentrasi tinggi
 Timbal dapat terakumulasi dan bila

konsentrasinya di atas 0,05 mg/L bersifat


racun
 Dalam air limbah disyaratkan 0,03 – 2

mg/L
4). Arsenikum (sebagai As)
 Pencemar Arsen sering berhubungan

dengan penggunaan pestisida dan


herbisida
 Arsen bersifat racun, terutama dalam

bentuk senyawaan hidrida (AsH3)


dan sengawaan Arsen trioksida
(As2O3)
 Dalam air limbah disyaratkan

0,05–1 mg/L
5). Sulfida (sebagai H2S)
 Sebagai pencemar berasal dari buangn
kilang minyak, buangan industri kertas,
buangn industri gas, dan hasil sintesis
tumbuh – tumbuhan
 Dapat juga berasal dari hasil peruraian zat
organik oleh bakteri anaerobik
 Dalam air buangan yang tidak
mengandung suspended solid terdapat
campuran HS– dan H2S yang terdeteksi
dari besarnya pH
 Dalam air buangan disyaratkan 0,01 – 1
mg/L
6). Amoniak (sebagai NH3–N)
 Dalam air permukaan berasal dari air

seni dan tinja


 Dalam air buangan berasal dari hasil

oksidasi zat organik (HaObCcNd)


secara mikrobiologik
a b 3
HaObCcNd + (c    d) O
4 2 4 → 2

a 3
(  d) H 2 O
2 2
cCO2 + + dNH3
 Amoniak berada dimana – mana baik
pada air tanah, air permukaan
maupun air sungai
 Dalam air limbah disyaratkan 0,2 –
20 mg/L
7) Nitrat (sebagai NO3 – N)
 Berasal dari buangan industri bahan

peledak, piroteknik, pupuk, cat dan


sebagainya
 Kadar tertinggi terdapat dalam air

tanah di daerah – daerah yang diberi


pupuk yang mengandung Nitrat
 Dalam air limbah disyaratkan

10 – 50 mg/L
Bentuk senyawa Nitrat
 Nitrat NO3, adalah bentuk senyawa
Nitrogen yang merupakan
senyawaan yang stabil
 Nitrat dalam konsentrasi tinggi dapat
menstimulasi pertumbuhan
ganggang, sehingga air kekurangan
Oksigen yang menyebabkan
kematian ikan
8). Nitrit (sebagai NO2–N)
 Dalam air limbah, Nitrit berasal dari bahan
inhibitor korosi yang dipakai di industri – industri
 Nitrit sangat membahayakan kesehatan, karena
dapat bereaksi dengan hemoglobin darah
(terutama dalam air minum)
 Nitrit dapat menghasilkan Nitroamina pada air
buangan, dan Nitroamina ini dapat menimbulkan
kanker
 Nitroamina merupakan hasil antara dari proses
oksidasi dari amoniak (NH3) dan nitrat (NO3)
 Dalam air limbah disyaratkan 0,06 – 5 mg/L
9). Phenol (sebagai C6H5OH)
 Berasal dari kilang minyak, pabrik

coke dan sebagian industri kimia.


 Konsentrasi antara 10 – 100 µg

dapat dideteksi dari test bau dan test


rasa
 Kandungan sebesar 1 µg/L dapat

menambah jumlah Klor pada sistem


klorinasi air minum
Keberadaan Phenol
 Dalam air keberadaannya selalu bersama
– sama dengan senyawaan phenol yang
lain seperti orto–chlorophenol, meta-
chlorophenol, para-chlorophenol, orto -
cresol, orto-cresol, orto-cresol, 2.3
dichlorophenol, 2,4 dichlorophenol, 2,5
dichlrophenol, 2,6 dichlorophenol, 3,4
dichlorophenol
 Dalam air limbah disyaratkan
0,01 – 2 mg/L
10). Minyak (sebagai minyak
mineral)
 Berasal dari industri baik yang
mengolah minyak mentah, lapangan
EP, dan industri – industri/mesin –
mesin yang menggunakan minyak
(solar, pelumas)
 Dalam air limbah disyaratkan
1 – 100 mg/L
Terdapat dua jenis limbah berminyak:
1. Air berminyak mengandung bahan
berbau
Air ini disamping mengandung minyak juga mengandung
bahan – bahan berbau yang terdapat di dalamnya. Bahan –
bahan berbau berupa gas H2S, NH3, CN dan Phenol
2. Air berminyak tidak mengandung bahan
berbau
Air limbah ini mengandung minyak tetapi tidak mengandung
bahan berbau
11). Oksigen Terlarut (sebagai O2)
 Oksigen terlarut berasal dari penetrasi udara ke dalam air
dan dari fotosintesis tumbuh – tumbuhan air
 Oksigen melarut dalam air
 Penting bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya
 Pencemaran air dapat dideteksi dari kandungan Oksigen
terlarut
 Kandungan Oksigen dalam air limbah tergantung pada
suhu, tekanan baromater udara dan kadar mineral di dalam
air
12). Kebutuhan Oksigen Kimia
(sebagai O2)
 COD = Chemical Oxygen Demand

 adalah banyaknya Oksigen

dinyatakan dalam mg O2/L, yang


dibutuhkan untuk mengoksidasi zat
organik dalam air
 Perhitungan mendasarkan atas

reaksi kimia
a b 3 a 3
HaObCcNd + (c    d) O 2 → CO2 + (  d) H 2 O + dNH3
4 2 4 2 2

 Pengujian COD merupakan analisis yang


menggunakan suatu reaksi kimia
 Pengujian COD tidak dapat membedakan antara
zat – zat yang sebenarnya tidak teroksidasi dan
zat – zat yang teroksidasi secara biologik
 Besarnya COD menrupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat – zat organik, yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mikrobiologik dan mengakibatkan berkurangnya
jumlah oksigen terlarut di dalam air
 Dalam air limbah disyaratkan 40 – 600 mg/L
13). BOD5 (sebagai O2)
 Adalah banyaknya oksigen

dinyatakan dalam mg O2/L, yang


dibutuhkan oleh bakteri untuk
mengoksidasi zat organik dalam air
limbah
 Perhitungan berdasarkan prosedur

standar empiris
Tingkat pencemaran
 BOD tinggi menunjukkan tingkat

pencemaran tinggi
 BOD tinggi berarti air kekurangan oksigen

terlarut yang dibutuhkan untuk kehidupan


ikan dan kehidupan air lainnya
 Karena kehidupan air mati, maka akan

menimbulkan bau
Angka BOD
 Angka BOD adalah jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk degradasi


hampir semua zat organik yang terlarut
dan sebagian zat organik yang tersuspensi
Degradasi zat organik
 Degradasi zat organik dilakukan oleh

bakteri
 Makin banyak bakteri berarti

penurunan BOD makin banyak


Pengolahan mikrobiologi
 Air buangan yang mengandung

minyak, fenol, deterjen dan


sebagainya perlu diberikan bakteri
ke dalamnya, disebut proses
pengolahan mikrobiologi
Uji coba
 Pemberian bakteri perlu diuji coba,

disebut waktu adaptasi


Racun bakteri
 Bakteri tidak dapat hidup apabila air

buangan mengandung sianida,


tembaga, krom dan sebagainya,
disebut keracunan
 Derajad keracunan dapat

diperkirakan melalui test BOD


Arti BOD5
 Reaksi antara bakteri dan zat organik sangat

lamban, sehingga memerlukan waktu


 Waktu 2 hari, reaksi mencapai 50%

 Waktu 5 hari, reaksi mencapai 75%

 Waktu 20 hari, reaksi mencapai 100%

 Reaksi test BOD dilakukan pada suhu 20 oC,

selama 5 hari, ditulis (angka 20


menunjukkan suhu inkubasi dan angka 5
menunjukkan lama waktu inkubasi)
a b 3 bakteri
HaObCcNd + (c    d) O 2
4 2 4     

a 3
cCO2 + (  d) H 2 O
2 2
+ dNH3

 Beberapa literatur mencantumkan


lamanya waktu inkubasi yaitu 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8 hari, kemudian
dikonversi ke 5 hari
 Test BOD sebagai simulasi (berbuat
seolah – olah terjadi) suatu proses
biologi secara alamiah
Faktor konversi
Dari Faktor Konversi ke BOD5
BOD2 1,852
BOD3 1,370
BOD4 1,136
BOD5 1,000
BOD6 0,909
BOD7 0.854
BOD8 0,813
Test BOD
a. Reaksi BOD dilakukan di dalam botol yang
tertutup.

 Jumlah oksigen yang telah digunakan adalah:


(to – t5)
(dibuat = 9 mg/L dengan cara aerasi)

to = kadar oksigen saat t = 0 hari ( mula– mula)


t5 = kadar oksigen saat t = 5 hari ( mula– mula)
(konsentrasi sisa > 2 mg/L)

 Bila sampel mengandung BOD > 6 mg/L harus


diencerkan)
b. Ada 5 gangguan dalam test BOD
• nitrifikasi
• zat beracun
• kemasukkan udara pada botolnya
• kekurangan nutrien (garam anorganik)
• kekurangan bakteri yang dibutuhkan
dalam proses itu
1) Nitrifikasi
 Nitrifikasi adalah proses

pembentukan nitrit (NO2– ) sebagai


hasil oksidasi dari garam amonium.
 Proses berjalan antara 2 – 10 hari,

yaitu NH4+ (dari NH3 + H+) →


NO2– → NO3–
2NH4+ +3O2 2NO2–+ 4H++
bakteri
    

2H2O
bakteri
2NO2– + O2 2NO3–
    

 Dari reaksi nitrifikasi ternyata

membutuhkan oksigen
2). Zat beracun
 Dapat memperlambat pertumbuhan

bakteri (yaitu memperlambat reaksi BOD),


bahkan membunuh organisme tersebut.
 Sangat beracun: Cr(VI), (Cr (III) tidak),

Hg, Pb, CN–


 Kurang beracun: fenol, bermacam –

macam senyawa hidrokarbon


 Sebelum test BOD harus diadakan test

adaptasi bakteri
3). Kemasukkan udara
 Masuknya udara ke dalam botol

harus dihindari
 Botol tertutup rapat

 Tidak terdapat gelembung udara

dalam botol
 Dalam sampel tidak terdapat

ganggang dan lumut (fotosintesis)


 Dilakukan ditempat yang gelap
4). Kekurangan nutrien
 Sampel umumnya mengandung

nutrien, tetapi jumlahnya tidak


cukup
 Dilakukan dengan menambahkan

nutrien kepada setiap botol BOD


yang cukup untuk selama masa
inkubasi
5). Kekurangan bakteri

 Bakteri dapat berkurang jumlahnya


karena kondisi inkubasi tidak sesuai
 Bakteri tidak cocok untuk jenis air
limbah yang akan di test BOD
 Pada pembenihan bakteri harus
dilakukan dengan baik
8. Pengolahan Air Limbah

 Banyak cara untuk mengolah air


limbah
 Tergantung dari jenis pencemarnya
 Dilakukan dengan cara kimia, fisika
dan biologi
1). Pengolahan dengan Bahan
Kimia
 Termasuk diantaranya adalah:

 Koagulasi

 Flokulasi

 Netralisasi

 Oksidasi (termasuk aerasi)

 Ion exchange
2). Pengolahan dengan Cara
Fisika
• Termasuk diantaranya adalah:
• Gravitasi
• Filtrasi
• Karbon aktif
• Sentrifugasi
• Evaporasi (penguapan)
• API, PPI, CPI, flotasi udara
3). Pengolahan dengan Cara
Biologi
Termasuk diantaranya adalah:
• Biological massa
• Oxidation ponds
• Activated sludge
• Trickling filters
9. Pencemar dan Cara
Pengolahannya
Pencemar Cara Pengolahan
1. Warna 1. Oksidasi
2. Koagulasi

3. Sedimentasi

4. Filtrasi

2. Kekeruhan 1. Koagulasi
2. Sedimentasi
3. Filtrasi
3. Rasa dan Bau 1. Oksidasu kuat
2. Absorpsi dengan karbon aktif
3. Elektrodialisis
4. Injeksi NH3 dan Cl2
4. COD dan BOD 1. Biologikal
2. Oksidasi dengan bahan kimia
3. Aerasi

5. Mn dan Fe 1. Pengendapan dengan bahan


kimia
2. Oksidasi
6. Logam berat (kation) 1. Aerasi
2. Oksidasi
7. NH3 dan CN 1. Aerasi
2. Oksidasi

8. Minyak 1. Oil trap


2. API separator
3. PPI separator
4. CPI separator
5. Air filtration
6. Coagulation sedimentation
7. Activated sludge
8. Filtration
9. Activated carbon
10. Bahan Kimia untuk Oksidasi
Oksidasi adalah suatu reaksi dengan
menggunakan oksigen

• Oksigen
• Kaporit
• Hipoklorit
• Permanganat
• Udara
• Gas klor dalam larutan NaOH
• Perhidrol
• Ozon
11. Aerasi
Aerasi adalah memasukkan gas ke
dalam air buangan
 Udara
 Oksigen
 Gas klor
 Aerosol air
 Karbon dioksida
 Ozon
Tujuan Aerasi

 Untuk oksidasi, untuk mengoksidasi logam


 Menambah jumlah oksigen, untuk kehidupan air
atau bakteri
 Mengusir karbon dioksida, karena korosif
 Menghilangkan metana, karena dapat
menyebabkan kebakaran
 Menghilangkan minyak yang volatil, karena dapat
menyebabkan kebakaran
 Menghilangkan bau dan rasa
 Memasukkan Ozon, untuk pembunuh kuman
 Memasukkan karbon dioksida, untuk pelunakan
air
12. Pemisahan Minyak
Prinsipnya.adalah sedimentasi.
 Suspended solid turun kebawah

sedang suspended minyak naik


keatas.
 Dilakukan dalam bak pengendapan

dengan aliran.
 Terjadi pemisahan karena sebagai

akibat perbedaan gravitasi


Metode Pemisahan Minyak
Terdapat 2 metode
• Metode plat sejajar
• Metode plat vertikal
a. Plat Sejajar
 adalah pemisah minyak jenis bak horizontal
dengan air mengalir (bak pengendap
dengan aliran)
 Dapat memisahkan minyak sampai < 30
mg/L
Jenisnya:
 Tray separator

 Tube separator

 Paralel plate separator (PPS)

 API separator
b. Plat Vertikal
• adalah pemisah minyak jenis bak tidak
hanya plat sejajar, tetapi juga plat
vertikal/miring, yaitu dengan
membentuk sudut tertentu
• Dipilh untuk lahan yang sempit
• Dapat memisahkan minyak sampai < 10
mg/L
Jenisnya:
 Tube settler

 Titled plate separator (TPS)

 Titled plate interceptor (TPI)

 Corrugated plate interceptor (CPI)


1). Gravitasi
 adalah pemisahan minyak berdasarkan atas
perbedaan antara berat jenis minyak dan
berat jenis air.
 Proses ini tidak dapat memcah emulsi
 Efektifitas pemisahan tergantung pada suhu
air, density dan ukuran partikel, serta
jumlah dan sifat – sifat zat tersuspensi
dalam air limbah
 Jenisnya:
• Gravity separator awal, yaitu memisahkan
partikel – partikel besar
• Gravity utama, yaitu memisahkan minyak dari air
2). Sedimentasi
 Adalah proses memisahkan minyak dan air

dimana partikel – partikel yang mempunyai


density besar akan turun ke bawah, sedang
partikel – partikel density rendah akan naik ke
atas.
 Partikel – partikel density besar berupa

suspended solid turun ke dasar bak


 Partikel – partikel density rendah umumnya

berupa minyak, mengapung dibagian atas


permukaan air
Jenisnya:
 Bak pengendap tanpa aliran

 Bak pengendap dengan aliran


3). Flotasi Udara
 adalah memisahkan minyak dengan cara

memasukkan udara ke dalam air limbah selama 1


– 5 menit dengan tekanan 40 – 60 psig.
 Selanjutnya air dialirkan ke dalam tangki flotator

 Dalam tangki flotator terjadi kontak antara udara

– minyak yang tersuspensi dan antara udara –


padatan tersuspensi
 Minyak akan terbawa oleh udara, kemudian

muncul dipermukaan
 Sedang padatan tersuspensi membentuk flok dan

turun ke bawah membentuk endapan


 Dapat memisahkan minyak sampai 20 mg/L
Jenisnya:
• Circulatir flotator, yaitu flotator udara
dengan cara sirkulasi
• Multi stage flotator, yaitu flotator udara
dengan tangki flotasinya didesain
dengan bertingkat – tingkat
4). Adsorpsi Karbon aktif

 adalah cara pemisahan minyak dalam air buangan dengan


menggunakan karbon aktif
 Digunakan pada akhir proses sebelum air dibuang ke badan
air
 Disamping memisahkan minyak, dapat memisahkan sisa –
sisa zat organik, menghilangkan bau dan warna,
menghilangkan fenol dan menurunkan BOD/COD
 Dapat memisahkan minyak sampai < 1 mg/L
 Spent karbon dapat diaktifkan kembali dengan cara dibakar
pada suhu 600 oC, diarangkan pada suhu 600 – 700 oC atau
dioksidasi dalam uap atau gas misalnya steam atau karbon
dioksida pada suhu 800 – 900 oC.
Terimakasih

pt. guna patra gumelar

Anda mungkin juga menyukai