Anda di halaman 1dari 24

WATER TREATMENT

1. TUJUAN PERCOBAAN
a. Minggu I
 Dapat mengoperasikan Jarr Test
 Dapat menentukan dosis optimum koagulan yang digunakan
b. Minggu II
 Mahasiswa dapat memahami dan menggambarkan proses pwngolahan air baku
menjadi air bersih.
 Mahasiswa dapat menghitunglaju alir koagulan yang digunakan.
 Mahasiswa mampu menganalisa air disetiap bak.

2. BAHAN YANG DIGUNAKAN


 Air
 Koagulan ( Tawas )
 Ericrom Black T
 EDTA

3. ALAT YANG DIGUNAKAN


 Jarr Test
 Turbidity Meter
 Buret
 Erlenmenyer
 Gelas Ukur
 Pipet ukur
 Pipet tetes
 Bume meter
 Labu takar
4. DASAR TEORI
Proses Pengolahan Air
Proses pengolahan air bertujuan agar didapatkan air yang memenuhi syarat untuk
didapatkan sebagai air bersih. Pengolahan air bersih melalui beberapa tahapan proses
yaitu :
1. Proses Penyaringan
2. Proses Koagulasi
3. Proses Flokulasi
4. Sedimentasi
5. Aerasi
6. Penyaringan
7. Proses penambahan disinfektan
Air baku yang biasanya digunakanunutk keperluan domestik atau industri berasal
dari air sungai, air danau, air laut dan air sumur. Kualitas akir baku dari berbagai sumber
tersebut mempunyai karakteristik kualitas dan kuntitas yang berbeda-beda. Air
baku digunakan selain untuk keperluan sehari-hari seperti makan dan minum di beberapa
sektor kegiatan digunakan sebagai air pendingin. Air umpan boiler dan air air untuk
keperluan proses produksi. Adanya kualitas air yang berbeda-beda dari berbagai sumber
air yang ada, menghendaki suatu system yang berbeda-beda dari berbagai sumber air
yang ada, menghendaki suatu system pengolahan air yang berbeda pula dan tergantung
dari penggunaan air tersebut.
Air yang digunakan sebagai air umpan boilermempunyai karakteristik kualitas
tertentu, sehingga untuk penyediaan air biasanya dilakukan 3 tahap pengolahan yaitu :
a. Pengolahan air beku
b. Pengolahan air secara external
c. Pengolahan air secara internal
Jenis pengolahan air baku tergantung dari asal air bakunya. Pengolahan air baku
biasanya terdiri dari pengolahan fisika seperti penyaringan dan sedimentasi. Serta
pengolahan secara kimia yang meliputi flokulasi, koagulasi, dan netralisasi.
Dalam makalah ini hanya akan diuraikan tentang pengolahan tahap kedua dan
ketiga . karena pengolahan tahap pertama yaitu pengolahan air beku sudah banyak
dibahas dalam penyedian air bersih pada umumnya.

A. KARAKTERISTIK KUALITAS AIR BAKU


a. Air Tanah
Air tanah tersedia sebagai air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal
berada dalam lapisan pembawa air yang bagian atasnya tidak dilapisi oleh lapisan yang
immpermeabel sehingga kualitas dan kuantitas air tanah dangkal juga dipengaruhi oleh
aktivitas yang ada dipermukaan tanah bagian atasnya.
Air tanah dalam beberapa dalam lapisan pembawa air yang terletak lebih bawah,
biasanya lebih dari 60 m permukaan tanah setempat. Lapisan pembawa airnya dilapisi
oleh suatu lapisan bantuan impermeable sehingga tidak memungkinkan air dari
permukaan bagian atas menyerap sampai kelapisan pembawa air ttanah dalam. Kualitas
maupun kuantitas air tanah tidak tergantung pada aktivitas dipermukaan atas, tetapi pada
daerah catchment area (daerah tangkapan hujan) yang berhubungan dengan lapisan
pembawa air yang bersangkutan. Kualitas air tanah banyak dipengaruhi struktur geologi
setempat. Parameter dominan yang biasanya muncul adalah: mineral seperti Ca, Mg, dan
Fe serta gas terlarut seperti CO 2. Air tanah biasanya hanya sedikit mengandung padatan
tersuspensi.
b. Air laut
Air laut tersedia dalam jumlah yang melimpah dengan kualitas air yang hampir
sama dan tetap untuk jangka waktu tertentu. Parameter dominan yang ada di air laut
adalah garam mineral seperti Na Cl (biasanya ditunjukkan dalam kadar salinitas) yang
sangat korosif terhadap peralatan proses produksi.
c. Air permukaan
Air permukaan yang sering dimanfaatkan adalah air danau dan air sungai.
Kualitasnya sangat tergantung dari aktivitas manusia yang berada di daerah aliran sungai.
Parameter yang cukup menonjol adalah mikroorganisme dan kadar padatan tersuspensi
atau kekeruhan.
B. PARAMETER KUALITAS AIR
a. Padatan Tersuspensi ( suspended solid / SS )
Sumber dari padatan tersuspensi berasal dari :
- Padatan anorganik, seperti lempung, kerikil, dan padatan buangan industri
- Padatan organik, seperti serat tumbuhan, mikroba, sisa buangan domestik dan industri
- Cairan laut seperti minyak dan lemak.
Pengukuran padatan tersuspensi dilakukan secara gravimetri dengan satuan mp, lt.
Ukuran diameter partikel dari padatan tersuspensi antara 1-100 am.

b. Kekeruhan ( turbidity )
Parameter kekeruhan biasa dilakukan untuk analisis kualitas air bersih bukan air
limbah. Nilai kekeruhan bisa menunjukkan tingkat atau kadar padatan tersuspensi di
dalam air. Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan metode photometri dengan cara
menetukan persentase cahaya yang diserap atau dihamburkan oleh cairan jika diberikan
cahaya dengan intensitas tertentu. 1 Jakson Turbidity Unit ( JTU ) sama dengan
kekeruhan yang dihasilkan oleh 1 mg SiO2 dalam liter air distilasi. Satuan kekeruhan
yang lain adalah Nephelometri Turbidity Unit ( NTU ) yang didasarkan pada prinsip
penghambatan cahaya.

c. Alkalinitas
Definisi : julah anion dalam air yang akan bereaksi untuk menetralisir ion II.
Merupakan suatu ukuran kemampuan air menetralisir asam. Parameter yang tergolong
alkalinitas :
- CO32-, HCO3-, H2BO3-, CO2
- OH-, HSiO3-, H2PO4-, NH3
Parameter yang pada umumnya diperhatikan sebagai alkalinitas adalah sebagai
bikarbonat ( HCO3 ), carbonat ( CO3 ), dan hidroksida ( OH- ). Sumber alkalinitas antara
lain disolusi garam bicarbonat. Gas CO2 yang terlarut dalam air berasal dari transfer
CO2 dari udara dan respirasi mikroorganisme. Gas CO2 ini akan melarutkan mineral
magnesium dan calsium dalam bentuk CaCO3 atau MgCo3, dan menghasilkan komponen
hardness dan alkalinitas menurut reaksi :
H2O + CO2 + MgCO3  Mg (HCO3)2  Mg 2+ + 2( HCO3- )
H2O + CO2 + CaCO3  Mg (HCO3)2  Ca2+ + 2(HCO3- )
Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan titrasi dengan asam. Jika digunakan 0,02 N
H2SO4 sebagai titran, maka 1 ml asam dapat menetralisir 1 mg alkalinitas sebagai CaCO 3.
Ion H+ dari asam bereaksi dengan komponen alkalinitas menurut persamaan reaksi :
H+ + OH-  H2O
H+ + CO32-  HC3-
H+ + HCO3-  H2CO3
Jika asam sebagai titran ditambahkan perlahan-lahan ke air yang mengandung
alkalinitas, maka gambaran penurunan pH air bis diliht di kurva berikut

Konversi karbonat menjadi bicarbonate pada prinsipnya sempurna pada pH =8,9.


Tetapi karena bikarbonat juga merupakan spesi alkalinitas sehingga masih dibutuhkan
sejumlah asam yang sama untuk menyempurnakan netralisasi. Sehingga netralisasi CO2
pada pH= 8,3 hanya setengahnya konversi OH- menjadi air berlangsung sempurna pada
pH =8,3 sehingga semua OH- dan CO 3- ikut terukur pada pH= 8,3. Pada pH 4,5 semua
bikarbonat telah terkonversi menjadi asam carbonat termasuk bicatbonat hasil netralisasi
karbonat. Sehingga jumlah asam yang diperlukan untuk menitrasi contoh air sampai pH
4,5 eqivalent dengan alkalinitas total ( CO3- , HCO3- , OH- ) dalam air.
P-Alkalinitas adalah nilaai alkalinitas yang ditunjukkan oleh jumlah asam yang
diperlukan untuk mencapai pH air contoh menjadi 8,3 sedangkan M-Alkalinitas adalah
ilai alkalinitas yang ditunjukkan oleh jumlah asam yang diperlukan untuk mencapai pH
air contoh dari 98,3 menjadi 4,5 .
Hubungan umum bentuk-bentuk alkalinitas :
pH 8,3 netralisasi OH- , ½ CO32
pH 8,3 netralisasi sisa ½ CO32 dan HCO3asal/murni
P=M semua alkalinitas adalh OH
P= ½ M semua alkalinitas Carbonat
P= 0 (pH dibawah 8,3) semua alkalinitas HCO3

Contoh penentuan spesi Alkalinita


200 ml air ,pH awal 10, dititrasi dengan 0,02 n H2SO4
- Sampai pH 4,5 butuh 30 ml asam
- Sampai pH 8,3 butuh 11 ml asam
Tentukan spesi alkalinitas dinyatakan dalam mg 1 CaCO3

Solusi
PH 10  POH =4
(OH) = 10-4 mol 1
10-4 mol x 50 g eqi = 5 mg 1 sebagai
1 mol eqi
1 mg alkalinitas CaCO3 butuh 1 ml 0.02 N H2SO4. Untuk mengukur OH dalam 1 liter
sampai butuh 5 ml asam, padahal volume sample 200 ml
Jadi kebutuhan asam adalah 200/1000 x 5 ml = ml
Untuk mencapai pH 8,3 butuh 11 ml : berarti untuk ½ CO 32- butuh 10 ml (sisa untuk
mencapai asam yang digunakan) dan jumlah yang sama 10 ml untuk sisa ½ CO 32- yang
berubah jadi bicarbonate. Jadi tinggal 9 ml sisa titran untuk mengukur alkalinitas
bicarbonate yang berasal dari larutan asli (30 ml-11 ml-10 ml)
CO32- = 20 ml setara dengan 20 mg alkalinitas seabgai CaCO3
20/200 X 1000 = 100 mg/l
HCO3-M = 9 ml setara dengan 9 mg alaklinitas sebagai CaCO3
9/200 X 1000 = 45 mg/l
Total = 5 + 10 + 45 = 150 mg/l seabagi CaCO3
d. Kesadahan (Hardness)
Definisi :
- Konsentrasiu kation metal multi valen dalam larutan
- Dapat bereaksi dengan anion dan timbul prespitasi padatan
- Biasanya dinyatakan dalam mg lt CaCO3
Kesadahan dikenkal; dulu macam, yaitu kesadahan karbonat dan non klarbonat
a. Carbonat : Bersifat sementara karena akan hilang atau terendapkan jika mengalami
pemansan
Contoh : -Ca bikarbonat Ca( HCO3)2
-Mg bikarbonat
b. Non carbonat : kesadhan tetap tidakn hilang mengendap jika
dipanaskan contoh :Ca atau Mg sulfat ,clorida, nitrat
Ca( HCO3)2 CaCO3 (s) + CO2 + H2O
Pengukuram kesadahan dilakukan dengan cara titrasi oleh EDTA dengan indicator EBT
membentuk komplek warna merah. Jika digunakan 0.01 M EDTA .1 1 titran
menubnjukkan kesadahan sebagai CaCO3
Klasifikasi air sadah :
Air lunak 50 mg/l sebagai CaCO3
Air sadah sedang 50-150 mg/l
Air sadah 150-300 mg/l
Air sangat sadah >300 MG/L
Air sadah yang jika digunakan memerlukan lebih baynyak sabun agar tetap berbusa.
Menurut standar WHO kesdahan maksimum untuk air minum adalah 500 mg/l sebagai CaCO3.
Demikian juga menurut peraturan Mentri Kesehatan No.416/890 untuk syarat kualitas air minum
konversi : 1 gennan degree = 17,9 mg/l CaCO3
e. O2 (gas oksigen)
Salah satu gas yang bayak mendapat perhatian dalam pengelohan air umpan boiler adalh
gas O2 yang larut dalam air baku. Daftar kesetimbangan nilai oksigen terlarut sebagai
fungsi dari suhu dan konsentrasi CT (salinitas) disajikan di tabel berikut :

Tabel C-3 Equilibrium concentration (mg/L) of dissolved oxygen as a function of


temperature and chloride
Satuan untuk parameter kualitas air biasanya dinyatakan dalam mg/l atau ppm (part per
million). Untuk parameter kesadahan dan alkalinitas selain satuan tersebut juga sering
dinyatakan dalam satuan mg/l sebagai CaCO3. Konsentrasi senyawa A dapat dinyatakan
sebagai konsentrasi eqivalent dari senyawa B dengan rumus :
[g/l]A x = (g/l)A dinyatakan sebagai B
Contoh : Nyatakan dalam konsentrasi eqivalent CaCO3 untuk :
a. 117 mg/l NaCl
Jawab :
a. 1 eqivalent CaCO3 = 40+12+3(16) = 50 g/eqivalent
1 eqivalent NaCl = 23 + 35,5 = 58,5 g/eqivalent
117 mg/l x 50 g/eqivalent / 58,5 g/eqivalen = 100 mg/l NaCl sebagai CaCO3.
Faktor-faktor konversi untuk berbagai senyawa disajikan dalam tabel berikut :
g Togncsium
MSCfz J5.2 47,6 I.05 0,95
cl toridc

hydro.xirIc hlgfOH) 1,7 I 0.58

h1agncs!um
Mg,(PO+)z 262,0 43,8 ),14 0,88
phosphate

60,?
MgSOs t*0,4 0,83 1,20

sulfate {Epsom ñJgSO‹ †H,O 2,47


123.3 0,41

Mangaocs<
62,9 0.80 j.26
l?3.¥
Mn(OHj• 89,0 44,4 1.i3 0,89

Potassium iodzdz KT 166.0 166.0 0.30

Silver chloridc AgCl I 4”>,3 0.35 2.87


169,9 169,9 0.2fi 3.40
Sil\-cr nilratc •‘\gNU›
S0. I 30,0 l,G7 0,60
'2ilica SiO:
Sodium 8J.0 84,0 0.60 l,68
b icarb0nute

I 66.0 53.0 0.94 1.06


Sodium carbonate
°38.S 0,85 I,1 7
Sodium chloride
Sudium 40,Q 4ti,0 I,2J 0.80

85,0 0,5S 1.70


Sodium nitrate ñaHO,
3¥0,? 0.40
Tri•sodium phos h4 POa l2lJ•O

IM.0 34.7 O,9l

358.2 I 19,4 0,42 2.39

Disodium phos l,06 0,9f


twhtdious)
Perhitungan

Menghitung banyaknya alum yang harus ditambahkan pada bak fakulator.


Dari lampiran 1, tabel 4 :
a. Diketahui :
D : Dosis alum 17mg/l
K : Konsentrasi alum pada 3.BE = 4,6% mg/cc
Q : Debit air pada ketinggian 32 cm = 82,1 l/dtk
Maka alum yang harus ditambahkan adalah :
P =
P =
P = 30,34 cc/dtk
P = 303,4 cc/10dtk

Karena terdapat dua keran aliran penambahan, maka perhitungan alum yang harus
ditambahkan dibagi dua.
P =
P = 151,7 cc/10 detik

b. Diketahui
D : Dosis alum 21mg/l
K : Konsentrasi alum pada 3.BE = 4,6% = 46
mg/l Q : Debit air pada ketinggian 32 cm = 82,1 l/dtk
Cara Menentukan Penambahan Alum pada Bak Flukolator
A. Penentuan Dosis Alum
1. Alat-alat yang digunakan
- Peralatan jar test : 1 set
- Beaker glass 1000 ml : 4 buah
- Pipet ukur 10 ml : 1 buah

2. Bahan yang digunakan


- Air baku sebanyak 4000 ml
- Aluminium sulfat secukupnya

3. Langkah kerja
- Memasukkan ke dalam masing-masing beaker glass air baku sebanyak 1000 ml
- Menambahkan alum ke dalam beaker glass dengan dosis yang berbeda
- Menghubungkan peralatan jas test ke arus listrik
- Mengaduk dengan kecepatan :
1 menit = 100 rpm
5 menit = 60 rpm
15 menit = didiamkan
- Menentukan dosis optimum penambahan alum dari percobaan ini
- Mengukur pH setelah flok mengendap

B. Pemeriksaan pH
Air permukaan di daerah tropis sering keruh dan mengandung zat-zat penyebab
warna. Kekeruhan dapat berasal dari erosi tanah, pertumbuhan ganggang atau kotoran
hewan yang terbawa air sewaktu mengalir di permukaan bumi. Warna dapat disebabkan
oleh substansi yang berasal dari pembusukan zat-zat organik, daun atau tanah seperti
gambut.
Koagulan yang umum digunakan adalah aluminium sulfat (Al2(SO4)3) dimana ion-
ion aluminium sulfat yang bermuatan positif tiga merupakan agen netralisasi. Untuk
mendapatkan koagulasi yang baik, koagulan dengan dosis optimum harus dibubuhkan
dalam air dan dicampurkan secara baik. Dosis optimal akan bervariasi tergantung pada
sifat alamiah air baku dan komposisi keseluruhan (pH, kekeruhan, komposisi kimia)
adalah tidak mungkin untuk menghitung dosis koagulan optimum untuk air baku
tertentu.
3.6.3 Proses Pengolahan Air
Dalam pengolahan air, agar diperoleh air bersih maka dilakukan proses tahap demi
tahap, yaitu mulai dari pengambilan air baku sampai air bersih yang sudah siap untuk
didistribusikan ke konsumen. Air bersih dan air buangan mempunyai karakteristik
tertentu seperti sifat fisik, kimia, dan biologi. Dalam proses pengolahan air ini harus
disesuaikan dengan ketidakmurnian dari air itu sendiri. Pengolahan air bersih
maksudnya adalahusaha-usaha untuk merubah sifat-sifat suatu zat. Dengan adanya
pengolahan air bersih ini maka akan didapatkan suatu air bersih yang memenuhi standar
kesehatan yang telah ditentukan.
Dalam proses pengolahan air ini pada umumnya dikenal dengan dua cara, yaitu :
1. Pengolahan lengkap (completed treatment process)
Pengolahan lengkap yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik fisika,
kimiawi, dan biologi. Pengolahan ini biasanya dilakukan terhadap air sungai kotor dan
keruh. Pada hakikatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga lingkungan
pengolahan, yaitu :
a. Pengolahan fisik
Pengolahan fisik ini untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang
kasar, penyisihan lumpur dan pasir serta mengurangi kadar organik yang ada dalam air
yang akan diolah.
b. Pengolahan kimia
Pengolahan kimia yaitu pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk
membantu proses selanjutnya. Misalnya dengan pembubuhan aluminium sulfat.
c. Pengolahan bakteriologi

Pengolahan ini bertujuan untuk memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung di


dalam air dengan jalan membuktikan desikfektan. Desinfektan yang digunakan adalah
kaporite.
2. Pengolahan sebagian (patril treatment process)
Pengolahan sebagian ini merupakan pengolahan air dimana hanya dilakukan
pengolahan kimiawi atau pengolahan bakteriologi saja. Pengolahan ini umumnya
dilakukan untuk :
a. Mata air bersih
b. Air sumur yang dangkal

3.6.4 Koagulant Aluminium Sulfat


Dalam bidang pengolahan air bersih, penambahan dari beberapa bahan kimia
digunakan untuk berbagai proses. Pada pengolahan air bersih di PDAM Instalasi Lahat I
menggunakan aluminium sulfat sebagai pembentukan koagulant yang berfungsi
membentuk partikel padal lebih besar (flok) agar bias diendapkan dari hasil reaksi
partikel kecil (koloidal), selanjutnya proses pengolahan air dapat dilanjutkan.
Aluminium sulfat atau tawas mempunyai rumus kimia Al 2(SO4)3 18 H2O dengan
berat molekul 666,4 gram/mold an density 1,69 gram/liter. Alum larut sempurna dalam
air, daya larutnya 500 gram/liter pada 15 oC. Alum lebih banyak digunakan sebagai
bahan penggumpal karena :
1. Berbentuk serbuk dan Kristal
2. Lebih efektif untuk menurunkan kadar karbonat
3. Harganya murah
4. Mudah disimpan

3.6.5 Pembentukan Larutan Aluminium Sulfat


Aluminium sulfat terdapat dalam bentuk butiran halus dalam kantong aluminium sulfat
berwarna putih keabu-abuan sampai coklat muda yang merupakan material asam
berkristal dan bersifat korosif, metode pembubuhan aluminium sulfat yang paling umum
adalah dalam bentuk larutan. Suatu larutan dibuat dalam sebuah tangki dengan kapasitas
yang cukup untuk pembubuhan koagulan 10 jam atau lebih. Diperlukan dua tangki, satu
tangki beroperasi sementara, larrutan disiapkan pada lainnya.
Contoh :
Bila kita ingin membuat 5% larutan aluminium sulfat sebanyak 1000 liter, yaitu sebagai
berikut :
1. Menimbang aluminium sulfat 5% x 1000 liter = 50 kg
2. Memasukkan aluminium sulfat kedalam bak aluminium sulfat yang lebih ditimbang.
3. Mengisi bak dengan air sepertiga dari bak dan mengaduk sampai homogeny.
4. Mengisi terus bak sampai larutan menjadi 1000 liter.

3.6.6 Koagulasi (pengumpulan)


Koagulasi merupakan salah satu tahapan proses dalam pengolahan air yang
menggunakan bahan pengumpal. Koagulasi berasal dari bahasa latin “Coagulare” yang
berarti bergerak bersama. Dalam proses kimia koagulasi dapat diartikan sebagai
mekanisme penetralan.
Koagulasi adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air akan membantu pada
proses pengendapan paertikel-partikel. Alat pembubuhan koagulasi ini dibedakan pada
cara pembubuhan yaitu:
1. Memakai pompa, pembubuhan zat kimia dengan bantuan pompa
2. Secara gravitasi, dimana zat kimia (larutan) mengendap dengan sendirinya karena
gravitasi.
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses koagulasi :
a. Dosis koagulasi
b. Kecepatan pengadukan
c. pH dan waktu
Air baku yang akan diolah ditambahkan bahan kimia penggumpal. Bahan kimia
penggumpal yang lebih intensif dalam pengolahan air adalah aluminium sulfat atau yang
dikenal dengan tawas.
Tujuan dari penggumpalan untuk memudahkan air lebih homogeny sehingga
terbentuk flok-flok. Agar pengalirannya dan pembentukan flok- flok yang lebih besar
dibutuhkan pengadukan yang lambat dengan adanya bantuan sekat-sekat pada bak
penggumpalan.
Dengan adanya sekat-sekat ini berarti waktu pengalirannya agak lama, sehingga
campuran akan semakin merata dan mempercepat terbentuknya butiran-butirran yang
lebih besar agar memudahkan terjadinya pengendapan pada proses berikutnya.

3.6.7 Sedimentasi
Proses ini terjadi berdasarkan gaya gravitasi bumi terhadap flok-flok yang telah
terbentuk flok-flok yang mempunyai density yang lebih besar daripada air akan
mengendap dengan sendirinya. Pada bak ini sebagian besar kotoran air akan dipisahkan
tetapi tidak semuanya mengendap seperti kotoran-kotoran halus yang melayang,akan
disaring pada proses selanjutnya.

3.6.8 Filtrasi (penyaringan)


Proses penyaringan merupakan proses pembersihan dari sisa-sisa kotoran kecil
yang masih melayang-layang didalam air setelah proses pengendapan. Filter yang biasa
terdiri dari selapis pasir atau pasir atau pasir dan batu dan batu kerikil. Bila air lolos
melalui filter tersebut, partikel-partikel terapung dan bahan-bahan penggumpal akan
bersentuhan dengan butir-butir pasir dan melekat ke pasir tersebut. Hal ini akan
memperkecil ukuran celah-celah yang dapat dilalui air dan menghasilkan daya
penyaring. Dengan lewatnya maka akan semakin banyak bahan yang terperangkap oleh
tumpukan pasir. Dan air tersebut akan ditambahkan bahan kimia pada proses desinfeksi.

3.6.9 Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan membunuh kuman-kuman yang terdapat dalam air dapat
menimbulkan bibit penyakit. Jenis bahan kimia yang dipergunakan untuk di proses
desinfeksi antara lain larutan kaporit dan gas chlor.
3.6.10 Pemeriksaan Dosis Aluminium Sulfat dengan Jar Test
Jar test adalah suatu metode untuk mengvaluasi proses koagulasi. Apabila
percobaan dilakukan secara tepat maka akan diperoleh informasi yang dapat membantu
operator instalasi dalam mengoptimalkan proses penjernihan air. Jar test memberikan
data mengenai kondisi optimum untuk parameter-parameter :
a. dosis koagulasi
b. pH sebelum dan sesudah proses
c. metoda pembubuhan bahan kimia.

5. LANGKAH KERJA
Percobaan 1
1. Mengambil air dari kolam.
2. Membuat larutan dengan konsentrasi 100, 150, 200, dan 250 ppm dengan air sampel.
3. Melakukan pengadukan cepat selama 5 menit dengan magnetic stirrer.
4. Mengurangi kecepatan dan melakukan pengadukan selama 15 menit.
5. Memberhentikan pengadukan dan mendiamkan selama 30 menit.
6. Melakukan pengukuran pH dan turbidity.
Percobaan 2
1. Mengukur panjang, lebar dan tinggi bak koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.
2. Menjawab soal-soal yang diberikan.
3. Melakukan analisis dari percobaan yang dilakukan.
6. DATA PENGAMATAN

Pengukuran volume
1) Air baku
Bangun I = V.Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1,2m x 1,7m
= 5, 508 m3

Bangun II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,0 5 m x 1,2 m
= x 2,7 m
2
= 0,081 m3

Total volume = Volume I + Volume II


= 5, 508 m3 + 0,081 m3
= 5, 589 m3

Garis Kemiringan = a = √ b2 +c 2
= √ 1 ,22 +0,0 52
= √ 1 , 4 4 + 0,0025
= 1,2014 m

2) Koagulasi
Bangun a
Bagian I = V. Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1,25m x 1,8m
= 6,075 m3

Bangian II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,011m x 1,2 5 m
= x 2,7 m
2
= 0,01856 m3

Total volume bangun a = Volume bagian I + Volume bagian II


= 6,075 m3 + 0,01856 m3
= 6, 4462m3

Bangun b
Bagian I = V. Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1,25m x 1,91m
= 6,4462 m3

Bangun II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,09 m x 1,2 5 m
= x 2,7 m
2
= 0,015187 m3
Total volume bangun b = Volume bagian I + Volume bagian II
= 6, 4462 m3 + 0,015187 m3
= 6, 59812m3
Garis Kemiringan
Bangun a = √ 1 ,2 52 +0,0 112
= 1,2583 m
Bangun b = √ 1,25 2+0,009
= 1,2532 m

3) Flokulasi
Bangun a
Bagian I = V. Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1,25m x 2,05m
= 6,226875 m3

Bagian II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,09 m x 1,2 5 m
= x 2,7 m
2
= 0,273375 m3

Bangun b
Bagian I = V. Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1,25m x 2,14m
= 6, 5002 m3

Bangun II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,09 m x 1,2 5 m
= x 2,7 m
2
= 0,273375 m3

Total volume bangun b = Volume bagian I + Volume bagian II


= 6, 5002 m3 + 0,273375 m3
= 6, 577362 m3
Garis Kemiringan
Bangun a = √ 1 ,252 +0,0 9 2
= 1,12859 m
Bangun b = √ 1,25 2+0,009

Total garis kemiringan = 2,25718 m3

4) Sedimentasi 1
Bangun a
Bagian I = V. Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1,25m x 2,28m
= 6,9255 m3

Bangian II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,09 m x 1 , 12 5 m
= x 2,7 m
2
= 0,273375 m3

Total volume bangun a = Volume bagian I + Volume bagian II


= 6,925 m3 + 0,273375 m3
= 7,19887m3

Bangun b
Bagian I = V. Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1,125m x 2,37m
= 7,19887 m3

Bangun II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,0 53 m x 1 ,1 2 5 m
= x 2,37 m
2
= 0,809375 m3

Total volume bangun b = Volume bagian I + Volume bagian II


= 7,19887 m3 + 0,809375 m3
= 6,80038125m3
Garis Kemiringan
Bangun a = √ 1 ,1 252 +0,0 92
= 1,12589 m
Bangun b = √ 1 ,1 25 2+ 0 ,532
Total garis kemiringan = 2,37218 m

5) Aerasi
Bangun I = V. Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1, 55m x 2,02m
= 8,4537m3

Bangun II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,0 53 m x 1,12 5 m
= x 2,7 m
2
= 1,318275 m3

Total volume bangun b = Volume bagian I + Volume bagian II


= 8,4537 m3 + 1,318275 m3
= 9,771975m3
Garis Kemiringan
= √ 1 ,5 52 +0,6 32
= 1,6731 m
6) Sedimentasi 2
Bangun I = V. Persegi Panjang = P x l x t
= 2,7 m x 1, 55m x 1,8m
= 7,533m3

Bangun II = V. Segitiga = Luas alas x t


a xt
= xT
2
0,2 m x 1,12 5 m
= x 2,7 m
2
= 1, 4185 m3

Total volume bangun b = Volume bangun I + Volume bangun II


=7,533 m3 + 1, 4185 m3
= 7,951m3
Garis Kemiringan
= √ 1 ,5 52 +0 , 22
= 1, 56285 m

Anda mungkin juga menyukai