Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Praktikum

Adapun tujuan praktikum pH meter adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui prinsip kerja pH Meter.
2. Untuk mengetahui pH suatu larutan, apakah bersifat asam atau bersifat
basa.
3. Untuk membandingkan pH suatu larutan secara teoristis dan praktek.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan.

1.2. Prinsip Kerja pH Meter

pH Meter adalah sebuah perangkat untuk pengukuran pH. pH meter


yang tak lain hanya voltameter yang tepat terhubung ke pH elektroda berupa
elektroda ion selektif. Tegangan yang dihasilkan oleh elektroda pH adalah
proporsional ke logarithm dari aktivitas H +. pH meter voltameter layar akan
diskalakan sehingga yang ditampilkan adalah hanya pengukuran hasil pH.

1.3. Landasan Teori

1.3.1 Penyisihan Cod,Tss,dan pH dalam limbah cair domestik dengan


metode Fixed bed column up flow

Pendahuluan
Limbah organik berbahaya dan mikroorganisme pathogenik
yang berasal dari aktivitas industri, domestik, dan rumah sakit
merupakan faktor terbesar dalam kerusakan lingkungan, khususnya
pada pencemaran air di Indonesia (Anto T,S dan Suherman, 2005).
Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak

Page | 1
digunakan dan dapat berbentuk benda padat, cair, gas, debu, suara,
getaran dan lain-lain yang dapat menimbulkan pencemaran (Bambang
& Budianto,1993).
Air limbah dapat juga dibedakan berdasarkan kemampuan
mengurai dari bahan pencemar (degradable) dan tidak dapat mengurai
(non-degradable). Akibat yang ditimbulkan oleh limbah cair sangat
bergantung pada sifat dari bahan pencemar yang dikandungnya, dapat
beracun langsung, efek bioakumulasi, menurunkan oksigen terlarut
(DO), merubah sifat fisik dan kimia air, mengganggu estetika
(Bambang & Budianto, 1993).
Limbah cair domestik atau limbah cair rumah tangga menjadi
ancaman serius, karena limbah tersebut dipastikan mencemari
lingkungan khususnya air tanah dan dapat berfungsi sebagai media
pembawa bibit penyakit (Devi, 2001). Hal itu terjadi karena sistem
pembuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat dialirkan
ke tangki septic dan diresapkan ke dalam tanah, atau dibuang
langsung ke saluran umum.
Sasaran pengolahan air adalah untuk mengurangi BOD, COD,
partikel tercampur, membunuh organisme pathogen, menghilangkan
bahan nutrisi, komponen beracun yang tidak dapat didegradasikan
agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
Limbah domestik sangat mempengaruhi tingkat kekeruhan,
BOD, COD, dan kandungan organic pasokan air. Metoda dasar
penanganan limbah domestik terdiri dari tahap pengolahan dasar,
pengolahan kedua, dan penanganan tersier (BPLHD, 2004).
Pengolahan dasar meliputi pembersihan grit, penyaringan,
penggilingan, dan sedimentasi.
Salah satu jenis operasi yang sering dijumpai di dalam industri,
khususnya industri kimia adalah industri yang melibatkan
pengontakan antara zat padat dengan suatu jenis fluida (zat cair atau
gas), biasanya pengontakan ini dilakukan di dalam suatu bejana atau

Page | 2
tabung di mana ditempatkan zat padat dengan ukuran tertentu
(Bergeyk & Liedekerken,1981). Fluidanya dialirkan melewati unggun
tersebut (dari bawah ke atas atau sebaliknya).
Ada dua cara pengontakan zat padat fluida ini yaitu:
1. Unggun tetap (fixed bed) di mana fluida mengalir dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas melewati suatu unggun zat padat yang
diam.
2. Unggun terfluidisasi (fluidized bed) di mana fluida mengalir
melewati unggun partikel-partikel padat dengan kecepatan yang relatif
tinggi sehingga partikel-partikel padatnya akan terangkat dan
terpisahkan satu sama lain.
Di laboratorium fluidized bed digunakan sebagai alat pemisah
dan pencampur partikel untuk mendapatkan partikel yang homogeny
atau memiliki sifat spesifik yang dibutuhkan dalam produksi
(Bambang,1999).
Chemical Oxygen Demand (COD) sering disebut sebagai
Kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) merupakan jumlah oksigen dalam
ppm atau mg/l yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk
menguraikan benda organik secara kimiawi (Sugiharto, 1987).
Pengujian COD digunakan untuk mengukur padanan oksigen
dari bahan organik dalam air limbah yang dapat dioksidasi secara
kimiawi dengan penggunaan dikromat pada larutan asam. Meskipun
diharapkan bahwa nilai BOD tertinggi mendekati COD, namun hal ini
jarang sekaliterjadi dalam praktek (Linsley, 1991). Bahan pencemar
yang dapat dihilangkan atau dikurangi oleh bahan kimia adalah:
1. Material tersuspensi baik organic maupun anorganik;
2. Phospat terlarut dapat direduksi bila kadar kurang daripada 1 mg/l
dengan bahan pengendap alum, feri sulfat;
3. Beberapa kalsium, magnesium, silica, dapat dihilangkan dengan
CaOH, khusus untuk kalsium dan magnesium efisiensi lebih tinggi
tercapai bila kapur dalam air terdiri dari karbonat yang tinggi;

Page | 3
4. Beberapa logam berat dapat dihilangkan dengan kapur dan cukup
efektif dalam pengendapan cadmium, chromium, coper, nikel,
plumbum, dan perak;
5. Pengurangan bakteri dan virus dapat dicapai dengan kapur pada
kondisi pH 10,5 11,5 dengan cara penggumpalan dan
sedimentasi. Koagulan utama yang dipakai adalah lime, alum feri
chloride, ferisulfat. Di bawah ini ditunjukkan reaksi kapur dengan;

a. Phosphate;
CaO + H2O Ca(OH)2
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2CaCO3 + 2H2O
3Ca(OH)2+2PO4 -3
Ca3(PO4)4 + 6OH
4Ca(OH)2+3PO4 +H2O -3
Ca4 H(PO4)3 + 9OH

b. Alum;
Al2 (SO4)3 . 14 H2O + 2 PO4 -3
2 Al2 (OH)3 + 3 SO4 +6 CO2 + 14
-2

H2O
Al2 (SO4)3 . 18 H2O + 3 Ca (HCO3)2 3 CaSO4 + 2 Al (OH)3 + 6
CO2 +18H2O
Alumunium hidroksida mengendap perlahan sambil membawa bahan
tersuspensi dan bahan-bahan yang dihasilkan lainnya.

c. Ferro sulfat;
FeSO4H2O+Ca(HCO3)2 Fe(HCO3)2 + CaSO4 + 7 H2O
Fe(HCO3)2+2Ca(OH)2 Fe(OH)2 + 2 CaCO3 + 2 H2O
4Fe(OH)2+O2+H2O 4Fe(OH)3

d. Feri Chloride;
FeCl3 + 3 H2O Fe (OH)3 +3 H + 3 Cl 3 H + 3 HCO3 3 H2CO3
FeCl3 + 3 Ca (OH)2 3CaCl2 + 2Fe (OH)2

Page | 4
Dalam penelitian ini akan digunakan metoda perancangan
(design) penyisihan beberapa parameter limbah cair rumah tangga
(domestik) dengan Fixed-Bed Column Up-Flow pada laju alir konstan
dan temperatur ruang. Sampel yang digunakan mempunyai
karakteristik fisika berupa; kekeruhan,bau, warna, sedangkan
karakteristik kimia dapat terdiri dari kimia anorganik dan kimia
organik yang langsung diambil sumber limbahnya.
Sistem pengolahan menggunakan aliran dari bawah ke atas
berdasarkan perbedaan tekanan hidrostatik mengikuti prinsip kerja
fluidisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi
unggun pasir dan ukuran diameternya terhadap penyisihan kandungan
COD, TSS, dan pH sehingga dapat menjawab permasalahan
pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh limbah cair domestik.

Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah:
a. Limbah cair Domestik yang dariPerumahan Mutiara Indah Jl.Banda
Aceh Medan Lhokseumawe
b. K2Cr2O7 anhidrous (p.a.)
c. Ferro Ammonium Sulfat (FAS),(p.a)
d. H2SO4 pekat
e. Ferroin Indicator Solution (FIS)
f. Ag2SO4 (p.a)
g. FeSO4.7H2O (p.a).
h. Larutan penyangga (buffer) pH
4, pH 7, dan pH 10
Alat yang digunakan berupa:
a. Pipa PVC 4 inci, 6m; dan pipa PVC inci, 12 m
b. Pompa aquarium (benam) dan Pengaduk
c. Elbow 4 inch 2 buah, Lem PVC, dan Plastik ball

Page | 5
d. Slang plastik inci 15 meter
e. Pompa dan penyambung pipa
f. Neraca Analitis (digital) danAyakan bertingkat (Vibrating screen)
g. Cawan pengering, Kertas saring, Penjepit cawan, Desikator
h. Batu apung, pasir, Arang kayu, dan kerikil.
i. Reaktor COD meter, dan perangkat pH meter
j. Perlengkapan penyaring dan Oven

Gambar 1.1 Aliran proses penyisihan COD dalam limbah cair


domestik
Keterangan :
1. kolam limbah cair masuk
2.kolam isian batu apung
3.kolam isisan unggun pasir
4.kolam isian arang kayu
5.kolam isian batu kerikil
6.box penyangga pengaduk
7.wadah penampung limbah.
8.kran bungan waktu shut dwon

Page | 6
a:batang penyangga pengaduk
b:otor pengaduk
c:daun pengaduk
d:pipa air limbah masuk kolam
e:pompa (benam) air limbah
f.pipa over flow air limbah
g:wadah penampungan hasil poros
h.pipa over flow produk
*:
waktu star up 30 menit
*
:proses semi kontinyu.
Langkah-langkah dari peralatan kerja sebagai berikut:
1. Dipersiapkan dan rangkaikan alat Fixed-Bed Column berbentuk
pipa U
2. Sebelum material unggunpenelitian disusun pada peralatan maka
peralatan dicuci lebih dahulu sampai bersih dari pengotor yang
dapat larut.
3. Sebelum pengoperasian air limbah, air bersih dialirkan dulu sampai

tidak terjadi perubahan warna antara air masuk dan air keluar
dalam peralatan susunan unggun 30 menit
4. Air limbah dari tangki umpan (7) setelah dianalisa parameter
awalnya COD, TSS, dan pH dipompakan oleh pompa benam ke
kolom pengontrol level (1);
5. Dipasang pompa benam dan perangkat pengaduk sesuai dengan
kebutuhan
6. Air limbah dari tangki umpan
7. Setelah dianalisa parameter awalnya dipompakan oleh pompa
benam ke kolom pengontrol level (1);
8. Pada tangki (1) dijaga level konstan secara over flow dan dialirkan
ke ruang up flow (3, 4, 5) secara gravitasi;

Page | 7
9. Selanjutnya limbah dialirkan ke ruang up-flow melalui lapisan
unggun diam berdasarkan perbedaan tekanan hidrostatik.
10. Pada ruang (2, 3, 4, dan 5) terjadi penangkapan impurities
(partikel) oleh unggun secara filtrasi dan adsorpsi yang mengikuti
sistem kerja fixed bed, di mana produk yang keluar melalui bagian

atas secara over flow (h) dan ditampung melalui wadah (g).
11. Cairan (produk) yang telah mengalami penyisihan zat organik dan
anorganik pada lapisan unggun keluar secara overflow melalui
bagian atas ruang up-flow dianalisa parameter COD, TSS, dan pH.
Analisa COD dilakukan dengan metoda Closed Reflux
Titrimetric Method dengan larutan standar Ferrous Ammonium
Sulfate (FAS).

Hasil dan Pembahasan


Berbagai penelitian yang pernah dilakukan dalam pengolahan
limbah cair domestik, antara lain
Tatsuki dkk, (1998), menyatakan bahwa, pengolahan limbah cair
rumah tangga oleh bioreaktor membran di bawah permukaan air
dengan penyaring gravitasi menghasilkan rasio perpindahan rata-rata
dari BOD, SS, Nitrogen, Fosfor, dan bakteri Coliform adalah 99%;
93%; 79%; dan 74%.
Hasil pengolahan data pada penelitian ini disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik, di mana data perhitungan penyisihan
kandungan COD terhadap waktu proses dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil pengukuran COD dengan variasi masing-masing tinggi unggun
dan diameter unggun pasir diberikan pada Tabel 4.2 Hasil pengamatan
pada proses pengolahan limbah dengan fixed bed
column up-flow dengan variabel tinggi unggun dan diameter unggun
pasir yang berbeda terjadi mekanisme penyisihan zat organik dan
anorganik yang ditandai dengan penangkapan dan penyerapan bahan

Page | 8
pencemar melalui permukaan zat padat (unggun) serta terjadi
penyempitan porositasnya di mana proses ini disebut adsorpsi dan
filtrasi (Bernasconi et al, 1995).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisihan kandungan
COD pada tinggi unggun pasir 50 cm dan diameter 0,815 mm sebesar
53%, sedangkan pada tinggi unggun pasir 70cm dan diameter 0,278
mm sebesar 79%. Peningkatan kemampuan penyisihan COD terjadi
seiring dengan bertambah tebal (tinggi) susunan unggun dan ukuran
diameter unggun pasir yang kecil. Dapat dijelaskan bahwa limbah
yang mengandung zat organik dan anorganik akan tertahan melalui
porositas dan teradsorpsi oleh permukaan bahan padatan.
Efisiensi penyisihan COD mengalami peningkatan selama
bertambahnya tinggi susunan unggun dalam kolom dan kecilnya
ukuran diameter unggun pasir yang digunakan. Semakin tinggi
susunan unggun yang digunakan maka semakin lama terjadi kontak
dengan media padatan dan semakin banyak zat organik dan anorganik
yang dapat disisihkan.
Juga menyebabkan terjadinya peningkatan derajat kebolaan
seiring dengan mengecilnya ukuran unggun partikel pasir sehingga
mengakibatkan penyempitan porositas (Herawati dkk,1988).
Proses Sequencing Batch Reactor (SBR) mampu menyisihkan
COD 68 81%, sedangkan Bioreaktor Unggun Tetap (BUT) dapat
menyisihkan COD 36 49% (Lucia,dkk, 2004). Berdasarkan tes
laboratorium dengan metoda Fitoremediasi di Bali diperoleh efisiensi
penyisihan BOD 80 90%, COD 86 96%, TSS 75 95%, Total N
50 70%, Total P 70 90%, dan bakteri Coliform 99% (Ginting,
P,1998).

Page | 9
Tabel 1.1 Pengaruh waktu proses terhadap kandungan COD dalam
cairan sebelum dan sesudah proses.

Keterangan:
H10 = Hasil pada 10 menit; H20 = Hasil pada 20 menit; H30 = Hasil
pada 30
menit
Tabel 1.2 Data penyisihan persentase COD terhadap rata-rata diameter
unggun pasir dengan waktu proses 30 menit.

Page | 10
Gambar1.2 Hubungan penyisihan COD terhadap berbagai diameter
rata rata unggun pasir.

Gambar 2 menunjukkan pengaruh tinggi dan diameter unggun


pasir terhadap persentase penyisihan COD pada proses pengolahan
limbah domestik dengan fixed bed column up flow. Proses yang sama
juga terjadi pada penggunaan ukuran diameter partikel unggun pasir,
di mana semakin kecil ukuran partikel unggun pasir yang digunakan
maka semakin banyak pula penyisihan kandungan COD yang dapat
disisihkan, karena semakin luas permukaan kontak yang terjadi antara
air limbah dengan sorben dan semakin kecil dan sempit porositas yang
dilewati air limbah (Sugiharto, 1987).

Bahan organik dan anorganik di dalam air limbah menempel


pada permukaan unggun pasir dan tertahan pada celah-celah diantara
unggun melalui porositasnya. Hal ini juga disebabkan terjadi

Page | 11
penambahan luas permukaan kontak air limbah dengan unggun dan
terjadi penekanan dan penambahan penyempitan porositas oleh oleh
gaya berat unggun itu sendiri (Mc Cabe dkk,1985). Data pengamatan
perubahan pHterhadap tinggi unggun dan diameter rata-rata unggun
pasir diberikan pada Tabel 3. Berdasarkan data pengamatan proses
pengolahan limbah dengan fixed bed column up-flow dengan variabel
tinggi unggun dan diameter unggun pasir yang berbeda terjadi
mekanisme penyisihan zat organik dan anorganik,
sehingga terjadi perubahan sifat kimia air limbah berupa pH.
Hal ini ditandai dengan penangkapan dan penyerapan bahan
organik dan anorganik melalui permukaan zat padat (unggun) pasir
serta penyempitan porositasnya, sehingga membuat kondisi limbah
menjadi alkalinitas (Gintings, 1998), di mana semakin lama waktu
pengontakan dengan media pemisah yang bersifat basa, maka sifat
kimia (pH) air limbah menuju ke sifat basa.
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi susunan
unggun dan semakin kecil ukuran diameter unggun pasir maka
perubahan pH semakin besar karena terjadi waktu kontak yang
semakin lama di dalam kolom proses (Bernasconi dkk, 1995).
Perubahan nilai pH air menjadi lebih tinggi karena terkontaminasi
dengan unggun pasir yang mengandung kalsium. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi peningkatan nilai pH, dimana kenaikan harga pH
pada diameter 0, 278 mm dan tinggi unggun 50 cm sebesar 0,16,
sedangkan pada tinggi unggun pasir 70 cm dan diameternya 0, 278
mm, pH diperoleh sebesar 0, 21.
Penyisihan bahan padat tersuspensi (TSS) di dalam air limbah
dapat terjadi karena penahanan oleh partikel unggun melalui
porositasnya dan ketebalan susunan unggun yang dilewati oleh aliran
air limbah di dalam kolom proses.Semakin kecil ukuran diameter
unggun semakin besar persentase penyisihan kandungan TSS di dalam
air limbah, dan semakin tebal susunan partikel unggun di dalam

Page | 12
kolom juga semakin besar persentase pemisahan TSS yang terjadi
dalam proses.
Dimana semakin kecil diameter unggun pasir yang digunakan
semakin sempit pembentukan porositas dan semakin besar permukaan
kontak yang dialami oleh air limbah, sehingga semakin banyak
padatan tersuspensi dapat ditahan (dipisahkan) (Bernasconi dkk,
1995).
Penyusunan ketebalan susunan unggun dapat menentukan
keberhasilan pemisahan padatan tersuspensi dalam air limbah, hal ini
dikarenakan semakin luas pengontakan dengan unggun oleh aliran
limbah dan semakin kecil porositas unggunnya maka semakin besar
persentase penyisihan TSS yang diperoleh. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi penurunan kandungan TSS setelah mengalami
proses pengolahannya. Penurunan ini terjadi seiring dengan
bertambahnya tebal (tinggi) unggun dan kecilnya ukuran diameter
unggun pasirnya. Pada kondisi operasi diameter unggun 0,278 mm
dan tinggi unggun 50 cm tejadi penyisihan TSS sebesar 70%,
sedangkan pada kondisi diameter 0,278 mm dan tinggi unggun 70 cm
mengalami penyisihan kandungan TSS sebesar 76%.
Gambar 5 memberikan pengaruh tinggi unggun dan diameter
terhadap perubahan kandungan TSS pada proses pengolahan limbah
domestik dengan fixed bed column upflow.Semakin kecil ukuran
diameter unggun yang digunakan maka semakin sempurna sifat
kebolaan partikelnya, sehingga semakin sempit porositas unggun yang
terbentuk. Semakin kecil porositas maka semakin banyak bahan
tersuspensi dapat dipisahkan oleh celah antar partikel dan demikian
juga dengan penambahan tinggi unggun semakin besar tekanan oleh
gaya berat yang diberikan terhadap porositasnya.Total suspended
solid dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan ukuran diameter
partikel dengan ukuran porositasnya.

Page | 13
Tabel 1.3 Data pengamatan perubahan pH terhadap tinggi dan
diameter rata rata unggun pasir.

Keterangan:

d = diameter rata-rata unggun pasir ,mm pH -30 = pH proses 30


menit

pH-s = pH sampel pH = perubahan pH

Tabel 1.4 Data penyisihan persentase TSS terhadap rata-rata diameter


unggun pasir dengan waktu proses 30 menit

Page | 14
Gambar 1.3 Hubungan tinggi dan diameter unggu pasir terhdap
perubahan Ph

Gambar 1.4 Hubungan tinggi dan diameter unggun terhadap


penyisihan kandungan COD

Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa efisiensi penyisihan kandungan COD tertinggi dan
terbaik diperoleh pada penggunaan tinggi unngun 70 cm dan diameter
unggun pasir 0,278 mm yaitu sebesar 79%. Efisiensi pemisahan
kandungan TSS tertinggi dan terbaik diperoleh pada penggunaan
tinggi unggun 70 cm dan diameter unggun pasir 0,278 mm yaitu
sebesar 76%.

Page | 15
1.3.2 Defenisi pH Meter
pH meter adalah seperangkat alat elektronik yang terdiri dari
elektroda kaca ( katoda dan anoda) yang apabila elektroda dicelupkan
kedalam suatu larutan maka akan timbul beda potensial akibat dari ikatan
hidrogen dalam larutan tersebut. pH meter adalah alat untuk mengukur pH
larutan. Alat ini mengukur konsentrasi ion H+ dalam larutan sehingga nilai
pH dapat ditentukan.

1.3.3 pH

pH adalah besaran untuk menentukan derajat keasaman suatu


larutan. Besaran ini ditetapkan konsentrasi ion Hidrogen dalam larutan
tersebut. Skala pH antara 0-14.Larutan asam memiliki pH kurang dari 7,
sedangkan yang bersifat basa mempunyai pH lebih dari 7. Larutan yang
memiliki pH nya sama dengan 7 adalah netral, artinya larutan tersebut
tidak bersifat asam maupun basa.

Semakin kecil nilai pH suatu larutan maka makin tinggi derajat keasaman
larutan, berarti semakin kuat sifat asam karena larutan banyak
mengandung asam (ion Hidrogen). Semakin besar nilai pH larutan maka
makin tinggi derajat kebasaan larutan, berarti semakin kuat sifat basa
karena larutan banyak mengandung banyak basa ( ion Hidroksida).

1.3.4 Indikator

Indikator adalah suatu zat, yang warnanya berbeda-beda sesuai


dengan konsentrasi ion hidrogen.Ia umumnya merupakan suatu asam atau
basa organik lemah yang dipakai dalam larutan yang sangat encer.
Indikator asam-basa dapat berupa :- Kertas lakmus merah dan biru Lakmus
merah dalam lingkungan asam dan garam tidak berubah warna, sedangkan
di lingkungan basa akan berubah warna menjadi biru. Lakmus biru dalam

Page | 16
lingkungan basa dan garam tidak berubah warna, sedangkan di lingkungan
asam akan berubah warna menjadi warna merah. Indikator universal
adalah gabungan dari beberapa indikator. Indikator merupakan alat untuk
mengidentifikasi asam atau basa yang berlaku secra internasional atau
umum. Setiap komponen indikator universal akan memberikan warna
tertentu yang terkait dengan nilai pH tertentu. Indikator universal ada yang
berupa larutan dan kertas serap.

Penggunaan nya yaitu dengan cara menambahkan larutan indikator


universal ( unntuk indikator universal berupa kertas serap) pada zat yng
akan diukur pH-nya. Hasilnya kemudian dicocokkan dengan tabel warna
standar indikator universal. Indikator universal tidak hanya menentukan
suatu zat termasuk asam atau basa , tetapi juga mengukur derajat keasaman
atau derajat kebasaan suatu zat.

1.3.5 Larutan Asam dan Basa

Teori Asam-Basa

Teori Arhenius

Asam adalah zat elektrolit yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion H+

- Basa adalah zat elektrolit yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion OH-

Teori Bronsted-Lowry

- Asam adalah spesi yang dapat memberikan proton (donor proton)

- Basa adalah spesi yang dapat menerima proton (akseptor proton)

Teori Lewis

- Asam adalah penerima/akseptor pasangan elektron

Page | 17
- Basa adalah pemberi/donor pasangan elektron

Asam adalah zat elektrolit yang rasanya masam dan jika dilarutkan
melepaskan ion hidrogen. Asam akan mengubah larutan phenolphtaleine
menjadi merah, sedangkan dalam larutan basa phenolphtaleine akan
berubah menjadi biru.

Sifat-sifat asam :

- rasanya masam,

- mengubah lakmus biru menjadi merah,

- menghantarkan arus listrik,

- melepas ion hidogen jika dilarutkan, dan

- korosif terhadap logam

Basa adalah zat elektrolit yang rasanya seperti sabun dan jika
dilarutkan akan melepas ion hidroksida.

Sifat-sifat basa :

- terasa licin bila terkena kulit,

- mengubah warna lakmus merah menjadi biru,

- menghantarkan arus listrik,

- melepas ion hidroksida bila dilarutkan, dan

- menetralkan asam

Basa amfoter adalah basa yang bersifat asam dilingkungan basa dan
bersifat basa dilingkungn asam.

1.3.6 Larutan Penyangga

Page | 18
Pengertian larutan penyangga adalah larutan yng mampu
mempertahankan pH pad kisaran nya apabila terjad upaya untuk
menaikkan atau menurunkan pH.

Larutan penyangga dapat dibagi menjadi larutan penyangga asam dan


larutan penyngga basa.

- Larutan penyangga asam

Larutan penyangga asam terdiri dari asam lemah dan basa konjugasinya
(garamnya)

Contohnya HCN dan KCN

- Larutan penyangga basa

Larutan penyangga basa terdiri dari basa lemah dan asam


konjugasinya (garamnya)

Contoh : NH3 dan NH4+

Fungsi larutan penyangga

Fungsi dari larutan penyangga adalah untuk mempertahankan pHlarutan


terhadap:

- Penambahan sedikit asam (a mol)

- Penambahan sedikit basa (b mol)

- Pengenceran

Larutan penyangga dalam tubuh

Larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup :

Di dalam darah, yaitu asam-basa konjugasi asam karbonat dan bikarbonat


(H2CO3 dan HCO3-)

Page | 19
BAB II

PROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan Bahan

Page | 20
a. Alat

1. pH meter : 1 buah

2. Erlenmeyer : 1 buah

3. Botol semprot : 1 buah

4. Beaker glass 500 ml : 1 buah

5. Batang pengaduk : 1 buah

6. Kaca arloji : 1 buah

7. Labu ukur : 1 buah

b. Bahan

1. Aquades : secukupnya

2. Larutan Na2 EDTA 0,05 M: secukupnya

3. Larutan Kcl 0,0002 N : secukupnya

4. Larutan Kcl 0,0005 N : secukupnya

5. Larutan H2SO4 0,005 N : secukupnya

6. Larutan H2SO4 0,01 N : secukupnya

7. Larutan H2SO4 0,015 N : secukupnya

8. Larutan NaOH 0,005 N : secukupnya

9. Larutan NaOH 0,010 N : secukupnya

10. Larutan NaOH 0,015 N : secukupnya

11. Larutan Na2 EDTA 0,08 M : secukupnya

12. Larutan Na2 EDTA 0,01 M : secukupnya

Page | 21
13. Aluminium foil : secukupnya

2.2 Prosedur Kerja

A. Pembuatan Larutan H2SO4 dan NaOH

1. Dipipet larutan H2SO4 0,0407 ml dengan konsentrasi 0,005N ,


0.0815 ml, dengan konsentrasi 0,01N, 0,1222 ml dengan konsentrasi
0,015 N . Dan larutan NaOH 0.0789 ml dengan konsentrasi 0,005N ,
0,1578 ml dengan konsentrasi 0,01N, dan 0,2368 ml dengan konsentrasi
0,015 N . Kemudian masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 300
ml.

2. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas.

3. Lalu di homogenkan.

B. Pembuatan Larutan Na2 EDTA

1. Ditimbang Na2EDTA 0,005 M sebanyak 0,5583 gram diatas kaca


arloji.

2. Dimasukkan kedalam beaker glass lalu diencerkan dengan aquades


sebanyak 300 ml dan diaduk dengan menggunakan batang pengaduk.

3. Dimasukkan kedalam labu ukur dan ditera sampai tanda garis.

4. Dihomogenkan larutan dengan membolak-balikkan labu ukur.

5. Diulangi perlakuan yang sama dengan konsentrasi Na2 EDTA yang lain.

C. Prosedur Kalibrasi

1.Periksa apakah alat berada dalam keadaan baik

2. Dimasukkan elektroda kedalam larutan yang akan diuji

Page | 22
3. Dibiarkan selama 15 menit

4. Dihidupkan dengan menekan tombol On pada saat pemakaian

D. Pengukuran pH

1. Dipersiapkan peralatan dan bahan yang akan di analisa.Larutan yang


telah dibuat masing-masing dituangkan kedalam erlenmeyer.

2. Dihidupkan alat pH meter, dipasang elektroda kaca pada pH meter lalu


dihubungkan kabel ke arus listrik dan dicelupkan elektroda ini kedalam
erlenmeyer yang berisi larutan Na2EDTA, lalu dibiarkan stabil.
3. Diangkat elektroda kaca dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan

tissue, setelah itu dimasukkan elektroda kaca tersebut kedalam larutan


lain nya yang akan diuji dan dicatat pada lembar data nilai pH yang
terbentuk pada alat pH meter beserta suhu dan tegangannya.Kemudian
seluruh peralatan yang digunakan harus dibersihkan.

BAB III

GAMBAR RANGKAIAN

Page | 23
3.1. Gambar Peralatan

Erlenmeyer Botol semprot

Beaker Glass pH Meter

3.2. Gambar Rangkaian

Page | 24
A

D
C
E F

3.3 Keterangan Gambar Rangkaian

Page | 25
A = Tombol ON / OFF, fungsinya untuk menghidupkan dan mematikan
pH meter

B = Tombol pH, fungsinya untuk mengukur besar pH

C = Tombol temperatur, fungsinya mengukur suhu

D = Tombol mV, fungsinya untuk mengukur tegangan

E = Pengukur suhu

F = Elektroda

BAB IV

Page | 26
DATA PENGAMATAN

Tabel 4.1 Tabel Data Pengamatan pH Meter

No. Larutan Konsentrasi pH Temperatur Tegangan


( C) ( mV)
1. Kcl 0,0002 N 8,51 29,7 0,40
2. Kcl 0,0005 N 7,85 29,7 0,45
3. Na2 EDTA 0,005 M 7,58 30,0 - 030
4. H2SO4 0,005 N 1,90 29,8 303
5. H2SO4 0,01 N 2,04 29,9 294
6. H2SO4 0,015 N 2,33 29,8 27,7
7. NaOH 0,005 N 9,24 29,6 037
8. NaOH 0,010 N 8,40 29,5 -84
9. NaOH 0,015 N 11,06 29,9 -238
10. Na2 EDTA 0,008 M 7,02 30,1 4
11. Na2 EDTA 0,01 M 4,73 30,1 136

BAB V

Page | 27
PENGOLAHAN DATA

5.1 Perhitungan Asam

1. Diketahui : H2SO4 Pekat = 98%

BJ H2SO4 = 1,84 gr/L

BE H2SO4 = 49 gr/Ek

V2 H2SO4 = 300 ml

Ditanya : Buatlah larutan H2SO4 0,005 N dan 0,01 N dan 0,015 N dari
H2SO4 98% dalam 300 ml aquadest !

Jawab :

a. Menghitung nilai Normalitas H2SO4 98%


N1= % . BJ . 1000
BE
= 0,98 . 1,84 gr/L . 1000
49 gr/Ek
= 36,8 N
b. Mencari volume larutan H2SO4 0,005N yang dipipet
V1.N1 = V2 . N2
V1. 36,8N = 300 mL . 0,005 N
V1 = 0,0407 ml
c. Mencari volume larutan H2SO4 0,01N yang dipipet
V1.N1 = V2 . N2
V1. 36,8N = 300 mL . 0,01 N
V1 = 0,0815 ml
d. Mencari volume larutan H2SO4 0,015N yang dipipet
V1.N1 = V2 . N2
V1. 36,8N = 300 mL . 0,015 N
V1 = 0,1222 ml

5.2 Perhitungan basa

1. Diketahui : NaOH = 50%

BJ NaOH = 1,52 gr/L

BE NaOH = 40 gr/Ek

Page | 28
V2 NaOH = 300 ml

Ditanya : Buatlah larutan NaOH 0,005 N dan 0,010 N dan NaOH 0,015
N dari NaOH 50 % dalam 300 ml aquadest !

Jawab :

a. Menghitung nilai Normalitas NaOH 50 %


N1= % . BJ . 1000
BE
= 0,5 . 1,52 gr/L . 1000
40 gr/Ek
= 760 Ek/L
40
= 19 N
b. Mencari larutan NaOH 0,005N yang dipipet
V1.N1 = V2 . N2
V1 . 19 N = 300 mL . 0,005 N
V1 = 0,0789 mL
c. Mencari larutan NaOH 0,010 N yang dipipet

V1.N1 = V2 . N2

V1. 19 N= 300 mL . 0,010 N

V1 = 0,1578 ml

d. Mencari larutan NaOH 0,015 N yang dipipet

V1.N1 = V2 . N2

V1. 19 N= 300 mL . 0,015 N

V1 = 0,2368 ml

Perhitungan Garam

1) Untuk perhitungan Na2EDTA 0,005 M

Gr = M.BE.V

= 0,005 . 372,24 . 0,3

Page | 29
= 0,5583 gram

2) Untuk perhitungan Na2EDTA 0,008 M

Gr = M.BE.V

= 0,008 . 372,24 . 0,3

= 0,8933 gram

3) Untuk perhitungan Na2EDTA 0,010 M

Gr = M.BE.V

= 0,010 . 372,24 . 0,3

= 1,1167 gram

5.3 Perhitungan pH secara teori

a. Perhitungan pH Asam

Untuk H2SO4 0,005 N

H2SO4 2H+ +SO42-

0,005 N 0,01 N

Maka :

[H+] = a . Ma

[H+] = 2 . 0,005 N

[H+] = 0,01 N

pH = - log [H+]

pH = - log 0,01

pH = - log 1 x 10-2

Page | 30
pH = 2 log 1

pH = 2-0

pH = 2

Untuk H2SO4 0,01 N

H2SO4 2H+ + SO42-

0,01 N 0,02 N

Maka :
[H+] = a . Ma

[H+] = 2 . 0,01

[H+] = 0,02 N

pH = - log [H+]

pH = - log 2 x 10-2

pH = 2 log 2

pH = 2- 0,30

pH = 1,7

Untuk H2SO4 0,015 N

H2SO4 2H+ + SO42-

0,015 N 0,03 N

Maka :
[H+] = a . Ma

[H+] = 2 . 0,03

Page | 31
[H+] = 0,06 N

pH = - log [H+]

pH = - log 6 x 10-2

pH = 2 log 6

pH = 2- 0,77

pH = 1,23

b. Perhitungan pH Basa

Untuk NaOH 0,005 N

NaOH Na+ + OH-

0,005 N 0,005 N

Maka :

[OH-] = b . Mb

[OH-] = 1 . 0,005

[OH-] = 0,005 N

pOH = - log [OH-]

pOH = - log 0,005

pOH = - log 5 x 10-3

pOH = 3 log 5

pOH = 3-0,69

pOH = 2,31

Maka di dapat:

Page | 32
pH = 14 pOH

pH = 14 2,31

pH = 11,69

Untuk NaOH 0,010 N

NaOH Na+ + OH-

0,010 N 0,010 N

Maka :

[OH-] = b . Mb

[OH-] = 1 . 0,010

[OH-] = 0,010 N

pOH = - log [OH-]

pOH = - log 0,010

pOH = - log 1 x 10-3

pOH = 3 log 1

pOH = 3-0

pOH = 3

Maka di dapat:

pH = 14 pOH

pH = 14 3

pH = 11

Untuk NaOH 0,015 N

Page | 33
NaOH Na+ + OH-

0,015 N 0,015 N

Maka :

[OH-] = b . Mb

[OH-] = 1 . 0,015

[OH-] = 0,015 N

pOH = - log [OH-]

pOH = - log 0,015

pOH = - log 15 x 10-2

pOH = 2 log 15

pOH = 2-1,17

pOH = 0,83

Maka di dapat:

pH = 14 pOH

pH = 14 0,83

pH = 13,17

Perhitungan pH Garam

Untuk KCl pH KCl sama dengan 7 karena terbuat dari asam kuat dan basa
kuat.

Untuk Massa Na2EDTA 0,008 M

Page | 34
Na2EDTA 2 Na + + EDTA -2

0,008 0,016 0,008

Kb = 25 x 10 -4

[OH-] = 1,,78 x 10-7

POH = -log [OH-]

POH = - log 1,,78 x 10-7

POH = 7 log 1,78

POH = 6,74

PH = 7,25

Untuk Massa Na2EDTA 0,005 M

Na2EDTA 2 Na + + EDTA -2

0,005 0,01 0,005

Kb = 1 x 10 -4

Page | 35
[OH-] = 7,07 x 10-7

POH = -log [OH-]

POH = - log 7,07 x 10-7

POH = 7 log 7,07

POH = 6,16

PH = 7,84

Untuk Massa Na2EDTA 0,01 M

Na2EDTA 2 Na + + EDTA -2

0,01 0,02 0,01

Kb = 4 x 10 -4

[OH-] = 1,58 x 10-6

POH = -log [OH-]

POH = - log 1,58 x 10-6

Page | 36
POH = 6 log 1,58

POH = 5,81

PH = 8,19

5.4 Perhitungan Persen Error

HT HP
Persen error = 100%
HT
1. Untuk H2SO4 0,005 N

= 0,05 100%

= 5%

2. Untuk H2SO4 0,01 N

= 0,2 100%

= 20 %

3. Untuk H2SO4 0,015 N

= 0,89 100%

= 89 %

Page | 37
4. Untuk NaOH 0,005 N

= 0,20 100%

= 20%

5. Untuk H2SO4 0,010 N

= 0,23 100%

= 23 %

6. Untuk H2SO4 0,015 N

= 0,16 100%

= 16 %

7. Untuk KCl 0,0005 N

Harga Teori (HT) : 7

Harga Praktek (HP) : 7,85

Maka:

100%

Page | 38
%E = 12,1 %

8. Untuk KCl 0,0002 N

Harga Teori (HT) :7

Harga Praktek (HP) : 8,51

Maka:

100%

%E = 21,6

9. Untuk Larutan Na2EDTA

Larutan Na2EDTA 0,008 M

Harga Teori (HT) : 7,25

Harga Praktek (HP) : 7,02

Maka:

100%

%E = 3,2 %

10. Untuk Larutan Na2EDTA 0,005M

Harga Teori (HT) : 7,84

Harga Praktek (HP) : 7,58

Maka:

Page | 39
100%

%E = 3,3%

11. Untuk Larutan Na2EDTA 0,01 M

Harga Teori (HT) : 8,19

Harga Praktek (HP) : 4,73

Maka:

100%

%E = 42,2%

Page | 40
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Kesimpulan

1. Prinsip kerja pH meter yaitu sebuah perangkat untuk pengukuran pH. pH


meter yang tak lain hanya voltameter yang tepat terhubung ke pH elektroda
berupa elektroda ion selektif. Tegangan yang dihasilkan oleh elektroda pH
adalah proporsional ke logarithm dari aktivitas H+. pH meter voltameter layar
akan diskalakan sehingga yang ditampilkan adalah hanya pengukuran hasil
pH.

2. pH dari suatu larutan asam adalah < 7,

pH dari suatu larutan basa adalah > 7,

pH dari larutan netral adalah 7.

3. % error tertinggi yaitu terdapat pada larutan H 2SO4 0,01 N dikarenakan


harga praktek jauh lebih besar dari harga teori nya.

4. Jenis indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui ph suatu larutan


adalah indikator universal, larutan indikator dan kertas lakmus merah dan
biru.

Page | 41
6.2 Saran

Sebaiknya dalam pengujian pH selanjutnya dapat dilakukan dengan


menggunakan peralatan yang lebih memadai untuk tercapai efisiensi waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti,Sri.Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen.2016.PTKI :Medan.

Bakri,Mustafal.2012.SPM KIMIA DAN MA.Erlangga : Jakarta.

Cendekia.2015.Saat-Saat Menjelang UJIAN NASIONAL KIMIA UNTUK


SMA/MA 2015/2016.SEWU : Bandung.

Nurbudianto,Yoga,Meta Juniastri,Dini Kurniawati,Tim Alfa

Suryatin,Budi.2004.SAINS Materi dan Sifatnya SMP 3.Bina Media Perintis:


Medan.

Svehla,G.1985.Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan


Semimikro Edisi Ke Lima.PT.Kalman Media Pusaka:Jakarta.

Page | 42

Anda mungkin juga menyukai