PENDAHULUAN
Pendahuluan
Limbah organik berbahaya dan mikroorganisme pathogenik
yang berasal dari aktivitas industri, domestik, dan rumah sakit
merupakan faktor terbesar dalam kerusakan lingkungan, khususnya
pada pencemaran air di Indonesia (Anto T,S dan Suherman, 2005).
Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak
Page | 1
digunakan dan dapat berbentuk benda padat, cair, gas, debu, suara,
getaran dan lain-lain yang dapat menimbulkan pencemaran (Bambang
& Budianto,1993).
Air limbah dapat juga dibedakan berdasarkan kemampuan
mengurai dari bahan pencemar (degradable) dan tidak dapat mengurai
(non-degradable). Akibat yang ditimbulkan oleh limbah cair sangat
bergantung pada sifat dari bahan pencemar yang dikandungnya, dapat
beracun langsung, efek bioakumulasi, menurunkan oksigen terlarut
(DO), merubah sifat fisik dan kimia air, mengganggu estetika
(Bambang & Budianto, 1993).
Limbah cair domestik atau limbah cair rumah tangga menjadi
ancaman serius, karena limbah tersebut dipastikan mencemari
lingkungan khususnya air tanah dan dapat berfungsi sebagai media
pembawa bibit penyakit (Devi, 2001). Hal itu terjadi karena sistem
pembuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat dialirkan
ke tangki septic dan diresapkan ke dalam tanah, atau dibuang
langsung ke saluran umum.
Sasaran pengolahan air adalah untuk mengurangi BOD, COD,
partikel tercampur, membunuh organisme pathogen, menghilangkan
bahan nutrisi, komponen beracun yang tidak dapat didegradasikan
agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
Limbah domestik sangat mempengaruhi tingkat kekeruhan,
BOD, COD, dan kandungan organic pasokan air. Metoda dasar
penanganan limbah domestik terdiri dari tahap pengolahan dasar,
pengolahan kedua, dan penanganan tersier (BPLHD, 2004).
Pengolahan dasar meliputi pembersihan grit, penyaringan,
penggilingan, dan sedimentasi.
Salah satu jenis operasi yang sering dijumpai di dalam industri,
khususnya industri kimia adalah industri yang melibatkan
pengontakan antara zat padat dengan suatu jenis fluida (zat cair atau
gas), biasanya pengontakan ini dilakukan di dalam suatu bejana atau
Page | 2
tabung di mana ditempatkan zat padat dengan ukuran tertentu
(Bergeyk & Liedekerken,1981). Fluidanya dialirkan melewati unggun
tersebut (dari bawah ke atas atau sebaliknya).
Ada dua cara pengontakan zat padat fluida ini yaitu:
1. Unggun tetap (fixed bed) di mana fluida mengalir dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas melewati suatu unggun zat padat yang
diam.
2. Unggun terfluidisasi (fluidized bed) di mana fluida mengalir
melewati unggun partikel-partikel padat dengan kecepatan yang relatif
tinggi sehingga partikel-partikel padatnya akan terangkat dan
terpisahkan satu sama lain.
Di laboratorium fluidized bed digunakan sebagai alat pemisah
dan pencampur partikel untuk mendapatkan partikel yang homogeny
atau memiliki sifat spesifik yang dibutuhkan dalam produksi
(Bambang,1999).
Chemical Oxygen Demand (COD) sering disebut sebagai
Kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) merupakan jumlah oksigen dalam
ppm atau mg/l yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk
menguraikan benda organik secara kimiawi (Sugiharto, 1987).
Pengujian COD digunakan untuk mengukur padanan oksigen
dari bahan organik dalam air limbah yang dapat dioksidasi secara
kimiawi dengan penggunaan dikromat pada larutan asam. Meskipun
diharapkan bahwa nilai BOD tertinggi mendekati COD, namun hal ini
jarang sekaliterjadi dalam praktek (Linsley, 1991). Bahan pencemar
yang dapat dihilangkan atau dikurangi oleh bahan kimia adalah:
1. Material tersuspensi baik organic maupun anorganik;
2. Phospat terlarut dapat direduksi bila kadar kurang daripada 1 mg/l
dengan bahan pengendap alum, feri sulfat;
3. Beberapa kalsium, magnesium, silica, dapat dihilangkan dengan
CaOH, khusus untuk kalsium dan magnesium efisiensi lebih tinggi
tercapai bila kapur dalam air terdiri dari karbonat yang tinggi;
Page | 3
4. Beberapa logam berat dapat dihilangkan dengan kapur dan cukup
efektif dalam pengendapan cadmium, chromium, coper, nikel,
plumbum, dan perak;
5. Pengurangan bakteri dan virus dapat dicapai dengan kapur pada
kondisi pH 10,5 11,5 dengan cara penggumpalan dan
sedimentasi. Koagulan utama yang dipakai adalah lime, alum feri
chloride, ferisulfat. Di bawah ini ditunjukkan reaksi kapur dengan;
a. Phosphate;
CaO + H2O Ca(OH)2
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2CaCO3 + 2H2O
3Ca(OH)2+2PO4 -3
Ca3(PO4)4 + 6OH
4Ca(OH)2+3PO4 +H2O -3
Ca4 H(PO4)3 + 9OH
b. Alum;
Al2 (SO4)3 . 14 H2O + 2 PO4 -3
2 Al2 (OH)3 + 3 SO4 +6 CO2 + 14
-2
H2O
Al2 (SO4)3 . 18 H2O + 3 Ca (HCO3)2 3 CaSO4 + 2 Al (OH)3 + 6
CO2 +18H2O
Alumunium hidroksida mengendap perlahan sambil membawa bahan
tersuspensi dan bahan-bahan yang dihasilkan lainnya.
c. Ferro sulfat;
FeSO4H2O+Ca(HCO3)2 Fe(HCO3)2 + CaSO4 + 7 H2O
Fe(HCO3)2+2Ca(OH)2 Fe(OH)2 + 2 CaCO3 + 2 H2O
4Fe(OH)2+O2+H2O 4Fe(OH)3
d. Feri Chloride;
FeCl3 + 3 H2O Fe (OH)3 +3 H + 3 Cl 3 H + 3 HCO3 3 H2CO3
FeCl3 + 3 Ca (OH)2 3CaCl2 + 2Fe (OH)2
Page | 4
Dalam penelitian ini akan digunakan metoda perancangan
(design) penyisihan beberapa parameter limbah cair rumah tangga
(domestik) dengan Fixed-Bed Column Up-Flow pada laju alir konstan
dan temperatur ruang. Sampel yang digunakan mempunyai
karakteristik fisika berupa; kekeruhan,bau, warna, sedangkan
karakteristik kimia dapat terdiri dari kimia anorganik dan kimia
organik yang langsung diambil sumber limbahnya.
Sistem pengolahan menggunakan aliran dari bawah ke atas
berdasarkan perbedaan tekanan hidrostatik mengikuti prinsip kerja
fluidisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi
unggun pasir dan ukuran diameternya terhadap penyisihan kandungan
COD, TSS, dan pH sehingga dapat menjawab permasalahan
pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh limbah cair domestik.
Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah:
a. Limbah cair Domestik yang dariPerumahan Mutiara Indah Jl.Banda
Aceh Medan Lhokseumawe
b. K2Cr2O7 anhidrous (p.a.)
c. Ferro Ammonium Sulfat (FAS),(p.a)
d. H2SO4 pekat
e. Ferroin Indicator Solution (FIS)
f. Ag2SO4 (p.a)
g. FeSO4.7H2O (p.a).
h. Larutan penyangga (buffer) pH
4, pH 7, dan pH 10
Alat yang digunakan berupa:
a. Pipa PVC 4 inci, 6m; dan pipa PVC inci, 12 m
b. Pompa aquarium (benam) dan Pengaduk
c. Elbow 4 inch 2 buah, Lem PVC, dan Plastik ball
Page | 5
d. Slang plastik inci 15 meter
e. Pompa dan penyambung pipa
f. Neraca Analitis (digital) danAyakan bertingkat (Vibrating screen)
g. Cawan pengering, Kertas saring, Penjepit cawan, Desikator
h. Batu apung, pasir, Arang kayu, dan kerikil.
i. Reaktor COD meter, dan perangkat pH meter
j. Perlengkapan penyaring dan Oven
Page | 6
a:batang penyangga pengaduk
b:otor pengaduk
c:daun pengaduk
d:pipa air limbah masuk kolam
e:pompa (benam) air limbah
f.pipa over flow air limbah
g:wadah penampungan hasil poros
h.pipa over flow produk
*:
waktu star up 30 menit
*
:proses semi kontinyu.
Langkah-langkah dari peralatan kerja sebagai berikut:
1. Dipersiapkan dan rangkaikan alat Fixed-Bed Column berbentuk
pipa U
2. Sebelum material unggunpenelitian disusun pada peralatan maka
peralatan dicuci lebih dahulu sampai bersih dari pengotor yang
dapat larut.
3. Sebelum pengoperasian air limbah, air bersih dialirkan dulu sampai
tidak terjadi perubahan warna antara air masuk dan air keluar
dalam peralatan susunan unggun 30 menit
4. Air limbah dari tangki umpan (7) setelah dianalisa parameter
awalnya COD, TSS, dan pH dipompakan oleh pompa benam ke
kolom pengontrol level (1);
5. Dipasang pompa benam dan perangkat pengaduk sesuai dengan
kebutuhan
6. Air limbah dari tangki umpan
7. Setelah dianalisa parameter awalnya dipompakan oleh pompa
benam ke kolom pengontrol level (1);
8. Pada tangki (1) dijaga level konstan secara over flow dan dialirkan
ke ruang up flow (3, 4, 5) secara gravitasi;
Page | 7
9. Selanjutnya limbah dialirkan ke ruang up-flow melalui lapisan
unggun diam berdasarkan perbedaan tekanan hidrostatik.
10. Pada ruang (2, 3, 4, dan 5) terjadi penangkapan impurities
(partikel) oleh unggun secara filtrasi dan adsorpsi yang mengikuti
sistem kerja fixed bed, di mana produk yang keluar melalui bagian
atas secara over flow (h) dan ditampung melalui wadah (g).
11. Cairan (produk) yang telah mengalami penyisihan zat organik dan
anorganik pada lapisan unggun keluar secara overflow melalui
bagian atas ruang up-flow dianalisa parameter COD, TSS, dan pH.
Analisa COD dilakukan dengan metoda Closed Reflux
Titrimetric Method dengan larutan standar Ferrous Ammonium
Sulfate (FAS).
Page | 8
pencemar melalui permukaan zat padat (unggun) serta terjadi
penyempitan porositasnya di mana proses ini disebut adsorpsi dan
filtrasi (Bernasconi et al, 1995).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisihan kandungan
COD pada tinggi unggun pasir 50 cm dan diameter 0,815 mm sebesar
53%, sedangkan pada tinggi unggun pasir 70cm dan diameter 0,278
mm sebesar 79%. Peningkatan kemampuan penyisihan COD terjadi
seiring dengan bertambah tebal (tinggi) susunan unggun dan ukuran
diameter unggun pasir yang kecil. Dapat dijelaskan bahwa limbah
yang mengandung zat organik dan anorganik akan tertahan melalui
porositas dan teradsorpsi oleh permukaan bahan padatan.
Efisiensi penyisihan COD mengalami peningkatan selama
bertambahnya tinggi susunan unggun dalam kolom dan kecilnya
ukuran diameter unggun pasir yang digunakan. Semakin tinggi
susunan unggun yang digunakan maka semakin lama terjadi kontak
dengan media padatan dan semakin banyak zat organik dan anorganik
yang dapat disisihkan.
Juga menyebabkan terjadinya peningkatan derajat kebolaan
seiring dengan mengecilnya ukuran unggun partikel pasir sehingga
mengakibatkan penyempitan porositas (Herawati dkk,1988).
Proses Sequencing Batch Reactor (SBR) mampu menyisihkan
COD 68 81%, sedangkan Bioreaktor Unggun Tetap (BUT) dapat
menyisihkan COD 36 49% (Lucia,dkk, 2004). Berdasarkan tes
laboratorium dengan metoda Fitoremediasi di Bali diperoleh efisiensi
penyisihan BOD 80 90%, COD 86 96%, TSS 75 95%, Total N
50 70%, Total P 70 90%, dan bakteri Coliform 99% (Ginting,
P,1998).
Page | 9
Tabel 1.1 Pengaruh waktu proses terhadap kandungan COD dalam
cairan sebelum dan sesudah proses.
Keterangan:
H10 = Hasil pada 10 menit; H20 = Hasil pada 20 menit; H30 = Hasil
pada 30
menit
Tabel 1.2 Data penyisihan persentase COD terhadap rata-rata diameter
unggun pasir dengan waktu proses 30 menit.
Page | 10
Gambar1.2 Hubungan penyisihan COD terhadap berbagai diameter
rata rata unggun pasir.
Page | 11
penambahan luas permukaan kontak air limbah dengan unggun dan
terjadi penekanan dan penambahan penyempitan porositas oleh oleh
gaya berat unggun itu sendiri (Mc Cabe dkk,1985). Data pengamatan
perubahan pHterhadap tinggi unggun dan diameter rata-rata unggun
pasir diberikan pada Tabel 3. Berdasarkan data pengamatan proses
pengolahan limbah dengan fixed bed column up-flow dengan variabel
tinggi unggun dan diameter unggun pasir yang berbeda terjadi
mekanisme penyisihan zat organik dan anorganik,
sehingga terjadi perubahan sifat kimia air limbah berupa pH.
Hal ini ditandai dengan penangkapan dan penyerapan bahan
organik dan anorganik melalui permukaan zat padat (unggun) pasir
serta penyempitan porositasnya, sehingga membuat kondisi limbah
menjadi alkalinitas (Gintings, 1998), di mana semakin lama waktu
pengontakan dengan media pemisah yang bersifat basa, maka sifat
kimia (pH) air limbah menuju ke sifat basa.
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi susunan
unggun dan semakin kecil ukuran diameter unggun pasir maka
perubahan pH semakin besar karena terjadi waktu kontak yang
semakin lama di dalam kolom proses (Bernasconi dkk, 1995).
Perubahan nilai pH air menjadi lebih tinggi karena terkontaminasi
dengan unggun pasir yang mengandung kalsium. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi peningkatan nilai pH, dimana kenaikan harga pH
pada diameter 0, 278 mm dan tinggi unggun 50 cm sebesar 0,16,
sedangkan pada tinggi unggun pasir 70 cm dan diameternya 0, 278
mm, pH diperoleh sebesar 0, 21.
Penyisihan bahan padat tersuspensi (TSS) di dalam air limbah
dapat terjadi karena penahanan oleh partikel unggun melalui
porositasnya dan ketebalan susunan unggun yang dilewati oleh aliran
air limbah di dalam kolom proses.Semakin kecil ukuran diameter
unggun semakin besar persentase penyisihan kandungan TSS di dalam
air limbah, dan semakin tebal susunan partikel unggun di dalam
Page | 12
kolom juga semakin besar persentase pemisahan TSS yang terjadi
dalam proses.
Dimana semakin kecil diameter unggun pasir yang digunakan
semakin sempit pembentukan porositas dan semakin besar permukaan
kontak yang dialami oleh air limbah, sehingga semakin banyak
padatan tersuspensi dapat ditahan (dipisahkan) (Bernasconi dkk,
1995).
Penyusunan ketebalan susunan unggun dapat menentukan
keberhasilan pemisahan padatan tersuspensi dalam air limbah, hal ini
dikarenakan semakin luas pengontakan dengan unggun oleh aliran
limbah dan semakin kecil porositas unggunnya maka semakin besar
persentase penyisihan TSS yang diperoleh. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi penurunan kandungan TSS setelah mengalami
proses pengolahannya. Penurunan ini terjadi seiring dengan
bertambahnya tebal (tinggi) unggun dan kecilnya ukuran diameter
unggun pasirnya. Pada kondisi operasi diameter unggun 0,278 mm
dan tinggi unggun 50 cm tejadi penyisihan TSS sebesar 70%,
sedangkan pada kondisi diameter 0,278 mm dan tinggi unggun 70 cm
mengalami penyisihan kandungan TSS sebesar 76%.
Gambar 5 memberikan pengaruh tinggi unggun dan diameter
terhadap perubahan kandungan TSS pada proses pengolahan limbah
domestik dengan fixed bed column upflow.Semakin kecil ukuran
diameter unggun yang digunakan maka semakin sempurna sifat
kebolaan partikelnya, sehingga semakin sempit porositas unggun yang
terbentuk. Semakin kecil porositas maka semakin banyak bahan
tersuspensi dapat dipisahkan oleh celah antar partikel dan demikian
juga dengan penambahan tinggi unggun semakin besar tekanan oleh
gaya berat yang diberikan terhadap porositasnya.Total suspended
solid dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan ukuran diameter
partikel dengan ukuran porositasnya.
Page | 13
Tabel 1.3 Data pengamatan perubahan pH terhadap tinggi dan
diameter rata rata unggun pasir.
Keterangan:
Page | 14
Gambar 1.3 Hubungan tinggi dan diameter unggu pasir terhdap
perubahan Ph
Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa efisiensi penyisihan kandungan COD tertinggi dan
terbaik diperoleh pada penggunaan tinggi unngun 70 cm dan diameter
unggun pasir 0,278 mm yaitu sebesar 79%. Efisiensi pemisahan
kandungan TSS tertinggi dan terbaik diperoleh pada penggunaan
tinggi unggun 70 cm dan diameter unggun pasir 0,278 mm yaitu
sebesar 76%.
Page | 15
1.3.2 Defenisi pH Meter
pH meter adalah seperangkat alat elektronik yang terdiri dari
elektroda kaca ( katoda dan anoda) yang apabila elektroda dicelupkan
kedalam suatu larutan maka akan timbul beda potensial akibat dari ikatan
hidrogen dalam larutan tersebut. pH meter adalah alat untuk mengukur pH
larutan. Alat ini mengukur konsentrasi ion H+ dalam larutan sehingga nilai
pH dapat ditentukan.
1.3.3 pH
Semakin kecil nilai pH suatu larutan maka makin tinggi derajat keasaman
larutan, berarti semakin kuat sifat asam karena larutan banyak
mengandung asam (ion Hidrogen). Semakin besar nilai pH larutan maka
makin tinggi derajat kebasaan larutan, berarti semakin kuat sifat basa
karena larutan banyak mengandung banyak basa ( ion Hidroksida).
1.3.4 Indikator
Page | 16
lingkungan basa dan garam tidak berubah warna, sedangkan di lingkungan
asam akan berubah warna menjadi warna merah. Indikator universal
adalah gabungan dari beberapa indikator. Indikator merupakan alat untuk
mengidentifikasi asam atau basa yang berlaku secra internasional atau
umum. Setiap komponen indikator universal akan memberikan warna
tertentu yang terkait dengan nilai pH tertentu. Indikator universal ada yang
berupa larutan dan kertas serap.
Teori Asam-Basa
Teori Arhenius
Asam adalah zat elektrolit yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion H+
- Basa adalah zat elektrolit yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion OH-
Teori Bronsted-Lowry
Teori Lewis
Page | 17
- Basa adalah pemberi/donor pasangan elektron
Asam adalah zat elektrolit yang rasanya masam dan jika dilarutkan
melepaskan ion hidrogen. Asam akan mengubah larutan phenolphtaleine
menjadi merah, sedangkan dalam larutan basa phenolphtaleine akan
berubah menjadi biru.
Sifat-sifat asam :
- rasanya masam,
Basa adalah zat elektrolit yang rasanya seperti sabun dan jika
dilarutkan akan melepas ion hidroksida.
Sifat-sifat basa :
- menetralkan asam
Basa amfoter adalah basa yang bersifat asam dilingkungan basa dan
bersifat basa dilingkungn asam.
Page | 18
Pengertian larutan penyangga adalah larutan yng mampu
mempertahankan pH pad kisaran nya apabila terjad upaya untuk
menaikkan atau menurunkan pH.
Larutan penyangga asam terdiri dari asam lemah dan basa konjugasinya
(garamnya)
- Pengenceran
Page | 19
BAB II
PROSEDUR KERJA
Page | 20
a. Alat
1. pH meter : 1 buah
2. Erlenmeyer : 1 buah
b. Bahan
1. Aquades : secukupnya
Page | 21
13. Aluminium foil : secukupnya
3. Lalu di homogenkan.
5. Diulangi perlakuan yang sama dengan konsentrasi Na2 EDTA yang lain.
C. Prosedur Kalibrasi
Page | 22
3. Dibiarkan selama 15 menit
D. Pengukuran pH
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
Page | 23
3.1. Gambar Peralatan
Page | 24
A
D
C
E F
Page | 25
A = Tombol ON / OFF, fungsinya untuk menghidupkan dan mematikan
pH meter
E = Pengukur suhu
F = Elektroda
BAB IV
Page | 26
DATA PENGAMATAN
BAB V
Page | 27
PENGOLAHAN DATA
BE H2SO4 = 49 gr/Ek
V2 H2SO4 = 300 ml
Ditanya : Buatlah larutan H2SO4 0,005 N dan 0,01 N dan 0,015 N dari
H2SO4 98% dalam 300 ml aquadest !
Jawab :
BE NaOH = 40 gr/Ek
Page | 28
V2 NaOH = 300 ml
Ditanya : Buatlah larutan NaOH 0,005 N dan 0,010 N dan NaOH 0,015
N dari NaOH 50 % dalam 300 ml aquadest !
Jawab :
V1.N1 = V2 . N2
V1 = 0,1578 ml
V1.N1 = V2 . N2
V1 = 0,2368 ml
Perhitungan Garam
Gr = M.BE.V
Page | 29
= 0,5583 gram
Gr = M.BE.V
= 0,8933 gram
Gr = M.BE.V
= 1,1167 gram
a. Perhitungan pH Asam
0,005 N 0,01 N
Maka :
[H+] = a . Ma
[H+] = 2 . 0,005 N
[H+] = 0,01 N
pH = - log [H+]
pH = - log 0,01
pH = - log 1 x 10-2
Page | 30
pH = 2 log 1
pH = 2-0
pH = 2
0,01 N 0,02 N
Maka :
[H+] = a . Ma
[H+] = 2 . 0,01
[H+] = 0,02 N
pH = - log [H+]
pH = - log 2 x 10-2
pH = 2 log 2
pH = 2- 0,30
pH = 1,7
0,015 N 0,03 N
Maka :
[H+] = a . Ma
[H+] = 2 . 0,03
Page | 31
[H+] = 0,06 N
pH = - log [H+]
pH = - log 6 x 10-2
pH = 2 log 6
pH = 2- 0,77
pH = 1,23
b. Perhitungan pH Basa
0,005 N 0,005 N
Maka :
[OH-] = b . Mb
[OH-] = 1 . 0,005
[OH-] = 0,005 N
pOH = 3 log 5
pOH = 3-0,69
pOH = 2,31
Maka di dapat:
Page | 32
pH = 14 pOH
pH = 14 2,31
pH = 11,69
0,010 N 0,010 N
Maka :
[OH-] = b . Mb
[OH-] = 1 . 0,010
[OH-] = 0,010 N
pOH = 3 log 1
pOH = 3-0
pOH = 3
Maka di dapat:
pH = 14 pOH
pH = 14 3
pH = 11
Page | 33
NaOH Na+ + OH-
0,015 N 0,015 N
Maka :
[OH-] = b . Mb
[OH-] = 1 . 0,015
[OH-] = 0,015 N
pOH = 2 log 15
pOH = 2-1,17
pOH = 0,83
Maka di dapat:
pH = 14 pOH
pH = 14 0,83
pH = 13,17
Perhitungan pH Garam
Untuk KCl pH KCl sama dengan 7 karena terbuat dari asam kuat dan basa
kuat.
Page | 34
Na2EDTA 2 Na + + EDTA -2
Kb = 25 x 10 -4
POH = 6,74
PH = 7,25
Na2EDTA 2 Na + + EDTA -2
Kb = 1 x 10 -4
Page | 35
[OH-] = 7,07 x 10-7
POH = 6,16
PH = 7,84
Na2EDTA 2 Na + + EDTA -2
Kb = 4 x 10 -4
Page | 36
POH = 6 log 1,58
POH = 5,81
PH = 8,19
HT HP
Persen error = 100%
HT
1. Untuk H2SO4 0,005 N
= 0,05 100%
= 5%
= 0,2 100%
= 20 %
= 0,89 100%
= 89 %
Page | 37
4. Untuk NaOH 0,005 N
= 0,20 100%
= 20%
= 0,23 100%
= 23 %
= 0,16 100%
= 16 %
Maka:
100%
Page | 38
%E = 12,1 %
Maka:
100%
%E = 21,6
Maka:
100%
%E = 3,2 %
Maka:
Page | 39
100%
%E = 3,3%
Maka:
100%
%E = 42,2%
Page | 40
BAB VI
6.2 Kesimpulan
Page | 41
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Page | 42