Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia
nya saya dapat menyelesaikan laporan kimia analisa instrumen dengan modul pH
meter.
Laporan ini meliputi aspek penggunaan Ph meter , derajat keasaman dan hasil
praktikum praktikan.
Penyususn
Daftar isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I. PENDAHULUAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz) merupakan salah satu makanan pokok rakyat
indonesia setelah beras, jagung, dan sagu. Indonesia dilaporkan menghasilkan tidak kurang
dari 14 juta ton ubi segar per tahun. Ubi kayu mengandung karbohidrat cukup tinggi (> 80%
dari bobot kering), sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat
alternatif pengganti beras. Ubi kayu pahit masih jarang dikonsumsi sebagai bahan pangan
karena mengandung sianida yang cukup tinggi dan berbahaya bagi kesehatan. Dalam sistem
pencernaan, sianida dapat diubah menjadi asam sianida (HCN) bebas. Kandungan asam
sianida 50 mg/kg (ppm) bahan masih aman untuk dikonsumsi manusia, tetapi melebihi
kadar itu dapat menyebabkan keracunan [1].
Secara tradisional, dikenal beberapa proses pengolahan ubi kayu untuk mengurangi
kadar sianida, antara lain dengan cara pencucian, perendaman, pemasakan, dan
pengeringan hingga terbentuk gaplek. Perendaman dan perebusan yang berulang hanya
dapat menghilangkan kadar sianida 50% serta terjadi pengurangan kadar pati dalam ubi
kayu [2]. Namun cara tersebut membutuhkan waktu yang lama dan penurunan kadar
sianida yang belum o
mal. Salah satu cara yang diharapkan dapat menurunkan kadar sianida secara optimal
adalah perendaman dengan menggunakan natrium bikarbonat (NaHCO3).
Perendaman ubi kayu yang telah dibelah menjadi 4 potongan di dalam larutan
natrium bikarbonat konsentrasi 4% diduga mampu mempengaruhi permeabilitas dinding sel
sehingga senyawa sianida dapat dikeluarkan dari dalam sel. Efektifitas penurunan sianida
diperkirakan dipengaruhi oleh konsentrasi natrium bikarbonat yang digunakan, lama waktu
perendaman, dan intensitas kontak. Penelitian ini dimaksudkan untuk menurunkan
kandungan sianida pada ubi kayu pahit secara optimal dengan cara perbandingan
konsentrasi natrium bikarbonat dan pengaruh penggantian air rendaman sehingga
dihasilkan tepung ubi kayu yang aman dikonsumsi. Penggunaan natrium bikarbonat untuk
mengurangi sianida pernah dilakukan pada penelitian koro benguk dimana sianida
berkurang dari 19.49 ppm menjadi 18.36 14.71 ppm atau mg/kg [3].
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu varietas Malang 4
yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi)
Malang. Bahan tambahan yang digunakan adalah Natrium bikarbobat (NaHCO3) diperoleh
dari toko kimia Makmur Sejati Malang. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis diperoleh
dari toko kimia Makmur Sejati Malang dan Panadia Malang. Bahan kimia yang digunakan
yaitu aquades, KCN, NaOH, AgNO3, NaOH 1 M, Na Pikrat, chloroform, NaOH 2.5%, etanol
80%, petroleum eter, alkohol 10%, HCl 25%, kertas lakmus, NaOH 45%, Nelson,
Arsenomolibdat, indikator pp 1%, NaOH 0.1 N, buffer 4.0 dan 7.0.
Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah baskom plastik, pisau, telenan,
timbangan kue, sendok, dan spatula. Alat-alat yang digunakan untuk proses pembuatan
tepung ubi kayu adalah cabinet dryer, timbangan analitik merk XP-1500 (Jerman), ayakan 80
mesh, blender, dan glassware. Alat yang digunakan untuk analisis adalah glassware,
timbangan analitik (Metler AE 160), desikator (merk Simax), oven kadar air (merk Memmert
tipe U.30 kapasitas 220 0C), perangkat titrasi (merk Metrohm Herisau Multi Burrete E 485),
spektrofotometer (Unico UV-2100), cawan, mortar, destilator, pH meter, refluks, vortex,
penangas air, gelas plastik, kertas saring, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volume, bola
hisap, corong, lemari asam, labu Kjedahl, penjepit cawan, dan color reader.
Desain Penelitian
Penelitian ini disusun menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan dua faktor. Faktor I adalah metode penggantian larutan yang terdiri
dari 2 level (air diganti dan air tidak diganti) dan faktor II adalah konsentrasi natrium
bikarbonat yang terdiri dari 3 level (0%, 2%, 4%). Data dianalisis menggunakan
ANOVA dilanjutkan dengan uji lanjut BNT atau DMRT dengan selang kepercayaan
5%. Pemilihan perlakuan terbaik dilakukan dengan metode indeks efektivitas De
Garmo.
Tahapan Penelitian
Ubi kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu varietas
Malang 4 yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian (Balitkabi) Malang dengan umur panen 10 bulan. Ubi kayu yang sudah
disortasi dikupas untuk memisahkan ubi kayu dengan kulit arinya yang berwarna
cokelat dan dipisahkan bagian-bagian yang tidak dapat dimanfaatkan kemudian
ditimbang lalu dicuci untuk menghilangkan kotoran dan tanah yang masih melekat
pada ubi kayu selama pengupasan. Setelah dicuci, ubi kayu dibelah menjadi 4
bagian dan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tidak berkarat. Ubi kayu
yang telah dibelah menjadi 4 bagian direndam dalam air dengan perbandingan 1 : 3
(250 gram ubi kayu dalam 750 ml air). Perendaman ini bertujuan untuk mengurangi
bahkan menghilangkan kadar sianida pada ubi kayu. Natrium bikarbonat juga
ditambahkan untuk menghilangkan kadar sianida. Perendaman dilakukan selama 4
hari. Setelah proses perendaman selesai, ubi kayu dikeringkan menggunakan
cabinet dryer dengan suhu 55C selama 12 jam. Bahan yang telah dikeringkan
kemudian dihancurkan menggunakan blender kering untuk memperoleh partikel
yang lebih kecil. Setelah itu, bahan yang sudah hancur diayak menggunakan ayakan
80 mesh untuk memperoleh ukuran tepung yang seragam.
Prosedur Analisis
Analisis yang dilakukan pada bahan baku ubi kayu meliputi kadar pati, kadar
air, kadar sianida, kadar gula reduksi, dan derajat keasaman (pH). Analisis kadar
sianida dilakukan pada ubi kayu selama perendaman. Analisis yang dilakukan pada
ubi kayu setelah perendaman meliputi kadar sianida [4] dan derajat keasaman (pH).
Analisis yang dilakukan pada tepung ubi kayu meliputi analisis kimia dan fisik.
Analisis kimia meliputi analisis kadar sianida, kadar air, total asam, kadar pati, kadar
gula reduksi, dan derajat keasaman (pH). Sedangkan analisis fisik meliputi analisis
warna (kecerahan (L*) dan kekuningan (b+)), serta rendemen. [4]
Rerata kadar sianida ubi kayu varietas Malang 4 sebesar 118.41 ppm. Kadar
sianida pada ubi kayu varietas Malang 4 adalah > 100 ppm sehingga ubi ini masuk
dalam kelompok ubi kayu pahit [5]. Kadar sianida dalam ubi kayu ini masih sangat
tinggi sehingga apabila umbi tersebut langsung dikonsumsi tanpa proses
pengolahan terlebih dahulu dikhawatirkan dapat meyebabkan keracunan. Kadar pati
yang diperoleh dari analisis memiliki rerata 30.27%, dimana jumlah ini masih dalam
kisaran pati yang terdapat pada literatur yaitu antara 25-32%. Dengan kandungan
pati yang cukup tinggi, ubi kayu Malang 4 sangat baik digunakan sebagai bahan
baku pembuatan tepung ubi kayu. Semakin tinggi kadar asam sianida (HCN) maka
semakin pahit rasa ubi kayu dan kadar pati semakin meningkat [6]. Oleh karena itu,
industri tapioka umumnya menggunakan varietas ubi kayu berkadar HCN tinggi
(varietas pahit).
Pada larutan air yang diganti, rerata total asam lebih rendah karena sebagian asam
yang dihasilkan akibat adanya perombakan pati oleh mikroba terbuang bersama air. Total
asam terbentuk karena proses hidrolisis pati menjadi senyawa sederhana (glukosa) dimana
mikroba akan memanfaatkan glukosa sebagai nutrisi untuk pertumbuhan. Pada proses
fermentasi dengan menggunakan kapang akan terjadi hidrolisis pati, selulosa, dan pektin
menjadi asam-asam organik [20].
Penurunan total asam juga diduga karena natrium bikarbonat bersifat basa dan
memiliki kemampuan untuk merusak dan mengoksidasi asam dalam bahan pangan [17].
Natrium bikarbonat merupakan alkali natrium yang paling lemah, mempunyai pH 8.3 dalam
larutan air dalam konsentrasi 85%. Zat ini menghasilkan kira-kira 52% karbondioksida [21].
Keberadaan mikroba juga mempengaruhi perunan kadar pati pada bahan. Selama
proses fermentasi berlangsung, mikroba akan memecah pati menjadi komponen gula-gula
sederhana sehingga kadar pati semakin lama semakin berkurang [25].
SIMPULAN
1.3.3 Ph
Dalam analisis kimia, kita sering berhadapan dengan konsentrasi-
konsentrasiIon hidrogen yang rendah. Untuk menghindari kerumitan dalam
menuliskan angka-angka dengan faktor negatif sorensen (1909) memperkenalkan
eksponen ion hidrogen(ph) yang didefinisikan sebagai berikut:
Ph= - log [H+] = log 1/ [H+] Atau [H+] = 10-ph
Jadi, besarnya ph adalah sama dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen
dengan diberi tanda negatif atau logaritma dari kebalikan konsentrasi ion hidrogen .
ph larutan larutan air dalam kebanyakan kasus akan terletak antara nilai 0-14. Dalam
larutan 1M asam kuat berbasa satu
Ph= - log 1 = 0
Sedangkan ph dari larutan 1 M basa kuat monovalen adalah
Ph= - log 10-14 = 14
Jika larutan netral,
Ph = - log 10-7 = 7
1.3.4 indikator
Hind H+ + ind-
Warna anion indikator berbeda dari asam indikator nya. Larutan yang
kepada nya ditambahkan indikator itu, adalah suatu asam, yaitu mengandung ion-ion
hodrogen dalam jumlah besar, kesetimbangan diatas akan bergeser kearah kiri, yaitu
warna asam indikator yang tidak terdiosiasi menjadi kelihatan. Tetapi jika larutan
menjadi basa, yaitu ion-ion hidrogen dihilangkan, kesetimbanga akan bergeser kearah
pembentukan anion indikator, dan warna larutan berubah. Perubahan terjadi dalam
daerah jangka ph yang sempit, tetapi tertentu.
HNO3 H+ + NO3-
CH3COOH H+ + CH3COO-
Sebenarnya ion hidrogen atau proton tidak ada didalam air. Setiap proton
bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan sepasag
elektron bebas yang terdapat pada oksigen dan air dan terbentuk ion-ion hidronium.
Basa secara sedehana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan kedalam
air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satu
nya ion negatif. Hidroksida hidroksida logam yang larut seperti natrium hidroksida
atau kalium hidroksida hampir sempurna berdiosiasi dalam larutan air yang encer:
NAOH Na+ + OH-
KOH K+ + OH-
1.3.6 larutan penyangga
CH3COOH CH3COO- + H+
CH3COO- + H+ CH3COOH
CH3COOH + OH- CH3COO- + H2O