MAKANAN
DISUSUN OLEH :
AGUNG RISMANTO (2016090118)
ASTRID SETIA INDARWATI (2016090048)
DEWI PARAMITA (2016090072)
MARIA GRATIA REGINALDIS T (201690052)
UNIVERSITAS PAMULANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan industri, kontribusi pencemaran oleh industri mengalami
peningkatan secara tajam. Di pulau Jawa, industri pencemaran,secara signifikan terutama
di daerah perkotaan. Beberapa parameter pencemaran air telah melampaui baku mutu
yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini memicu meningkatnya perhatian masyarakat
dan pemerintah pada pencemaran lingkungan. Industri, termasuk industri pangan, saat ini
dituntut untuk mengolah air limbah yang dihasilkan hingga memenuhi baku mutu
sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan air limbah industri pangan umumnya
dilakukan dengan menggunakan sistem lumpur aktif, karena sistem ini telah terbukti
efektif untuk mengolah air limbah dengan kandungan utama bahan organik. Menurut
Kristanto (2002), teknologi lumpur aktif mampu menurunkan total padatan tersuspensi
(TSS) hingga 91%, COD (chemical oxygen demand) 62%, dan BOD5 (biochemical
oxygen demand) 97%.
Beban bahan organik (COD, BOD) air limbah yang makin besar menyebabkan
penurunan kemampuan degradasi IPAL (instalasi pengolahan air limbah) yang ada,
sehingga tingkat efisiensi pengolahan mengalami penurunan. Untuk mengantisipasi
peningkatan beban bahan organik air limbah di masa yang akan datang, maka perlu
dilakukan karakterisasi kondisi operasi dan optimasi proses pengolahan air limbah
sehingga diperoleh tingkat efisiensi pengolahan yang tinggi.
B. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah merupakan sebuah proses yang mengolah air buangan yang sudah
tidak bisa dipakai lagi (disebut “limbah”) untuk dapat dikembalikan ke siklus air di
lingkungan sekitar sehingga dapat digunakan kembali sebagai air baku. Jika limbah yang
diolah dapat langsung digunakan sebagai air bersih disebut reklamasi air (water
reclamation). Pengolahan yang digunakan meliputi beberapa metode dalam sebuah
infrastruktur sistem yang terintegrasi yang disebut Instalasi Pengolahan
Limbah(wastewater treatment plant, WWTP).
Limbah yang diolah meliputi limbah rumah tangga, limbah padat (solid waste), limbah
kotoran manusia (human waste), buangan air hujan atau salju (stormwater), dan buangan
dari pengolahan air (disposal water treatment). Jika limbah lebih banyak berasal dari
limbah perkotaan baik rumah tangga atau industri kecil disebut “sewage” dan
pengolahannya disebut “sewage treatment”.
Dalam membuat instalasi pengolahan limbah, perlu diperhatikan tujuan hasil akhirnya:
(1) dibuang (disposal) atau (2) digunakan kembali (reuse). Jika kita ingin
membuangnya maka terdapat beberapa regulasi yang diatur sebelum dibuang sehingga
tidak mencemari lingkungan. Setiap negara memiliki regulasi yang berbeda-beda terkait
hasil buangan pengolahan limbah baik melalui sungai ataupun laut. Adapun jika kita
ingin menggunakan kembali air limbah sebagai air bersih, maka beberapa metode perlu
digunakan agar memenuhi standar air bersih atau air minum yang ditentukan, akan tetapi
harganya akan jauh lebih mahal karena melibatkan banyak proses pengolahan. Selain itu,
pengotor (impurities) yang dipisahkan perlu dipertimbangkan pula untuk pembuangannya
jika mengandung bahan-bahan pencemar berbahaya yang dapat mencemari lingkungan.
Instalasi pengolahan limbah secara garis besar terdiri atas 3 proses:
a. Metode sedimentasi
Metode sedimentasi merupakan proses pengendapan dengan gaya gravitasi untuk
menghilangkan padatan terlarut (suspended solids) dari limbah. Terdapat 2 jenis cara
yaitu (1) kolam pengendapan (sedimentation pond) dan (2) clarifier yaitu tanki yang
dibangun dengan proses mekanis dapat menghilangkan padatan melalui proses
sedimentasi secara kontinu, selain itu terdapat juga unit clarifier yang lebih komplek
dengan menggunakan skimmer sebagai alat penghilang buih sabun (soap scum) dan
padatan non-polar seperti minyak yang mengapung diatas permukaan air.
b. Metode filtrasi
Suspensi padatan koloid dalam limbah cair akan dihilangkan dengan proses filtrasi baik
dengan filter pasir, karbon aktif, atau sistem membran. Metode filtrasi ini penting untuk
mengurangi total padatan terlarut (TDS). Sistem bioreaktor membran sering juga
digunakan untuk sistem pemulihan (recovery) dan sistem pemanfaatan kembali (reuse).
MBR (Membrane Bio-Reactor) adalah kombinasi proses membran (mikrofiltrasi atau
ultrafiltrasi) dengan sistem pertumbuhan bakteri dalam bioreaktor. MBR terdiri atas 2
konfigurasi: internal atau submerged MBR, dan external atau sidestream MBR.
Perbedaan keduanya ada pada peletakan membran, dimana internal MBR berada dan
didalam dan external BMR diluar system.
2. Oxidation (Oksidasi)
Proses oksidasi mengindikasikan jumlah senyawa organik dalam limbah. Dengan
melakukan proses oksidasi maka nilai BOD dan COD dalam limbah dapat direduksi,
serta toksisitas yang disebabkan oleh bahan pencemar dapat dikurangi sebelum dibuang
ke lingkungan. Pengukuran BOD dan COD sangatlah penting untuk melihat karakteristik
limbah yang akan diolah.
a. BOD (Biochemical Oxygen Demand), adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan
mikroorganisme aerobik untuk menghancurkan materi organik dalam air (limbah) pada
suhu tertentu (20 C) selama periode tertentu (5 hari), satuan BOD yaitu miligram O2 per
liter. Total BOD lebih berpengaruh terhadap jaring makanan (food web) dalam limbah,
hal ini karena nilai BOD mengindikasikan seberapa banyak senyawa organik dalam
limbah sebagai sumber makanan bakteri untuk dioksidasi oleh bakteri. Semakin tinggi
nilai BOD maka semakin rendah oksigen terlarut dalam limbah karena dikonsumsi oleh
bakteri. Limbah yang memiliki nilai BOD-nya tinggi biasanya mengandung nitrat dan
fosfat tinggi yang berasal dari limbah makanan.
Proses oksidasi secara biologi sangatlah penting untuk menghilangkan senyawa organik
dalam limbah yang dapat sebagai sumber makanan oleh ekosistem lingkungan sebelum
dibuang. Instalasi pengolahan limbah biasanya didesign agar mempunyai tingkat efisiensi
mereduksi BOD lebih dari 96%.
Nilai BOD juga dapat merepresentasikan kualitas air limbah sekalipun tidak signifikan,
berikut tabel kondisi kualitas limbah berdasarkan nilai BOD-nya:
Tingkat BOD
(ppm) Kualitas Air
1–2
Sangat bagus, sedikit mengandung limbah organic
3–5
Bagus, limbah kondisinya bersih
Buruk, mengandung limbah organik dan terjadi aktivitas
6–9 dekomposisi limbah oleh bakteri
Sangat buruk, limbah mengandung tinggi senyawa organik
> 50 dan banyak aktivitas dekomposisi oleh bakteri
b. COD (Chemical Oxygen Demand), adalah jumlah ketersediaan elektron dalam
senyawa organik dalam air (limbah) untuk mereduksi oksigen terlarut dalam air. Hal ini
perlu dibedakan dengan TOC (Total Organic Compound) yang mengukur jumlah total
senyawa organik dalam air. Nilai TOC biasanya lebih besar dibandingkan COD karena
tidak semua senyawa organik dapat teroksidasi. Adapun nilai COD akan lebih besar
dibandingkan BOD karena tidak semua senyawa organik yang dapat teroksidasi mampu
dioksidasi oleh bakteri sebagai sumber makanan. Pengukuran COD dengan cara
mengoksidasi senyawa organik dengan senyawa pengoksidasi seperti potasium dikromat
(V) dan potasium manganat (VII) menghasilkan karbon dioksida, air, dan ammonia.
Umumnya, nilai COD dapat menentukan jumlah polutan organik dalam air permukaan
atau air limbah, sehingga nilai COD sangatlah penting untuk menentukan kualitas air.
Satuan yang digunakan yaitu miligram oksigen per liter larutan.
Beberapa proses dapat digunakan untuk menurunkan BOD dan COD pada limbah
meliputi koagulasi biasa dengan flocculant polimer kation, mirobiologi, elektrokoagulasi,
peroksi-koagulasi, reagent Fenton, dan elektro-Fenton. Koagulasi biasa dapat mereduksi
BOD dan COD sekitar 30% – 40%, pada limbah industri biasanya dikombinasikan
dengan proses lainnya seperti peroksi-koagulasi menggunakan H2O2 saja atau dengan
reagen Fenton (kombinasi H2O2 dan katalis Fe2+) tergantung kualitas airnya.
3. Polishing
Beberapa kondisi air limbah biasanya bersifat fluktuatif kualitasnya, sehinggu perlu
dilakukan pengaturan parameter seperti pH atau perlakuan tambahan sebelum dibuang ke
lingkungan. Polishing dilakukan tergantung dari hasil kualitas limbah setelah ditreatment
sebelum dibuang (disposal) atau digunakan kembali (reuse). Kadang digunakan juga
karbon filter untuk menghilangkan kontaminan dan pengotor yang yang masih ada dalam
limbah dengan adsorpsi oleh karbon aktif.
Setiap instalasi pengolahan limbah akan memperhatikan kualitas limbah dan keluarannya
disesuaikan dengan regulasi setempat sebelum dibuang ke sungai atau danau. Di
Indonesia setiap limbah baik dari rumah tangga perkotaan atau industri akan mengikuti
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014, tentang Baku Mutu Air
Limbah. Tiap industri memiliki standar baku mutu air limbah yang berbeda-beda
dibedakan dengan jenis usahanya, akan tetapi jika jenis usahanya belum ditetapkan,
pemerintah Indonesia memberlakukan standard yang umum sebagai berikut:
C. Jenis Produk
Bahan inti yang digunakan PT. Maya Food Industries dalam industri pengalengan ikan yaitu
ikan mackerel dan ikan sardine. Ikan mackerel yang digunakan diimpor dari negara China
dan Jepang sedangkan ikan sardine yang digunakan dimpor dari negara China. Produk
pengalengan ikan ini mempunyai beberapa macam variasi saus seperti media minyak, saus
tomat, saus teriyaki, saus balado dan saus cabe. Masa umur simpan produk ikan kaleng
tersebut yaitu 3 tahun dalam suhu ruang. Produk pangan tersebut ditargetkan untuk semua
umur namun tidak disarankan untuk balita serta orang-orang yang mempunyai alergi
terhadap ikan.
Kemasan primer yang digunakan yaitu kaleng dengan bentuk silinder besar tipe 300, silinder
kecil tipe 200 dan kaleng tipe club can. Kemasan silinder besar tipe 300 mempunyai
kapasitas berat bersih sebesar 425 gram, kemasan silinder kecil tipe 200 mempunyai
kapasitas berat bersih sebesar 155 gram dan kemasan kaleng tipe club can mempunyai
kapasitas berat bersih sebesar 125 gram. Produk dengan kemasan tipe club can
didistribusikan secara ekspor sedangkan produk dengan kemasan berbentuk silinder dapat
didistribusikan secara ekspor maupun lokal. Kemasan kaleng tersebut didapatkan dari PT.
Cometa Can dan PT. Ancol Trang yang berasal dari Jakarta.
Kemasan sekunder ikan kaleng yaitu menggunakan karton yang di-supply dari PT. Bahana
Buana Box dan PT. Puri Nusa Eka Persada yang berasal dari Semarang. Setiap karton
mampu memuat jumlah kaleng yang berbeda-beda berdasarkan jenis produk yang dikemas.
Pada produk Botan MIB dengan menggunakan kaleng silinder tipe 300 dapat dikemas
sebanyak 48 kaleng per karton sedangkan produk Botan MIK dengan kaleng silinder tipe 200
dapat dikemas sebanyak 100 kaleng per karton. Pada produk Alam Indo SPB dengan
menggunakan kaleng silinder tipe 300 dapat dikemas sebanyak 24 kaleng per karton
sedangkan produk Alam Indo SPK dengan menggunakan kaleg silinder tipe 200 dapat
dikemas sebanyak 50 kaleng per karton. Pada produk yang menggunakan club can dapat
dikemas sebanyak 50 kaleng per karton.
D. PROSES PRODUKSI
PT. Maya Food Industries melakukan proses produksi berdasarkan permintaan buyer dan
ketersediaan bahan-bahan yang dibutuhkan. Proses produksi dapat berjalan selama 1 minggu
penuh atau hanya beberapa hari, tergantung pada jumlah produk yang ingin diproduksi.
Selain itu, proses produksi dilakukan pada hari Senin sampai Jumat dan setiap hari Sabtu
hanya digunakan untuk sanitasi atau membersihkan ruang produksi secara menyeluruh.
Proses produksi di PT. Maya Food Industries dilakukan secara bertahap
I. Pengolahan Tersier
Pengolahan tambahan yaitu pengolahan tersier atau dikenal dengan advanced waste
water treatment berguna dalam menghilangkan atau mengurangi konsentrasi TSS, BOD serta
nutrien (N, P). Penerapan proses pengolahan tersier yaitu dengan menggunakan filtrasi pasir,
eliminasi fosfor (secara kimia dan biologi) dan eliminasi nitrogen (nitrifikasi dan denitrifikasi)
(Direktorat, 2007). Pengolahan tersier pada IPAL ini terdapat pada Wet Land dimana pada bak
tersebut dipenuhi oleh batu dan tanaman yang akan menyerap nutrisi pada air limbah. Tanaman
dalam Wet Land disebut sebagai tanaman akuatik yang mendapatkan nutrisi dari fosfor dan
nitrat / amonium. Bila nutrien tanaman akuatik tersebut dikeluarkan ke perairan (sungai maupun
danau), maka dapat menyebabkan berlebihnya pertumbuhan biota air yang kemudian dapat
mengakibatkan pendangkalan badan air dan eutrofikasi sehingga unsur hara perlu dieliminasi.
Nitrogen dalam efluen kebanyakan berupa senyawa amonia yang bersifat toksik pada ikan bila
konsentrasinya tinggi (Direktorat, 2007).
BAB III
PROSES PENGOLAHAN
Setling
Industri makanan dan minuman adalah industry yang mengolah bahan mentah
atau barang menjadi barang jadi yang berupa makanan dan minuman. Industri makanan
dan minuman bermacam-macam tergantung jenis pangan yang diolah sehingga limbah
yang dihasilkan dari industry pangan juga berbeda-beda tergantung dari jenis pangan
yang diolah. Parameter penilaian limbah antara lain adalah padatan tersuspensi,
alkalinitas, nitrogen organic, nilai fenol, kadar logam, dan nilai BOD serta COD. Limbah
cair industry pangan merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan, sehingga
perlu dilakukan pengolahan.
Terdapat tahap dalam proses pengolahan air limbah industry makanan dan
minuman, yaitu tahap Pra Treatment dan Treatment. Tahap pra treatment meliputi
filter/penyaringan sederhana, screen press, sumppit, cooling tower, dan bak equalisasi
serta agiator. Sedangkan tahap Treatment meliputi Bak Aerasi/lumpur aktif, Final
Clarifierm dan kolam indicator.
Mengingat pentingnya pengolahan limbah dari pihak industry maka pemerintah
menetapkan aturan UU RI No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengolahan
Lingkungan Hidup, maka setiap industry maupun instansi/badan usaha harus bertangung
jawab terhadap terhadap pengelolahan limbah yang dihasilkan dari kegiatannya.
Kelemahan dari beberapa metode pengolahan limbah diatas ialah prosesnya
membututkan biaya yang cukup mahal sehingga sebagian industry makanan dan
minuman (pangan) kecil tidak mengolah limbah industrinya, sehingga diharapkan bagi
para pemilik industry pangan kecil dapat menggunakan metode sederhana dalam
pengolahan limbahnya yang dihasilkan tidak bersifat merugikan.
PENUTUP
Demikian Makalah ini dibuat sebagai syarat Ujian Akhir Semester mata kuliah Teknlogi
Pengolahan Limbah. Dengan harapan adanya evaluasi dan saran dalam upaya tindak
lanjut yang berkelanjutan agar lebih baik pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
E-Jurnal Agroindustri Indonesia Oktober 2012 Available online at : Vol. 1 No. 2, p 110 -
117 http://journal.ipb.ac.id/index.php/e-jaii/index ISSN: 2252 - 3324
https://iqshalahuddin.wordpress.com/2016/07/12/instalasi-pengolahan-limbah-wastewater-
treatment-plant/