Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER

TEKNOLOGI AIR DAN BUANGAN INDUSTRI

Disusun Oleh :

Nama : Andrie Kurniawan Indra

Nim : 180140143

Kelas : A2

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
LHOKSEUMAWE
2020
POTENSI LIMBAH PABRIK KECAP DAN PENGOLAHANNYA

Industri kecap merupakan jenis industri domestik yang dalam proses


pembuatannya disamping menghasilkan produk utama kecap juga menghasilkan
limbah dalam bentuk cair yang berasal air pencucian botol, air rendaman kedelai
(baceman), maupun air dari proses produksi. Menurut Indriyati (1997), limbah cair
organik dari industri kecap mengandung protein, karbohidrat dan lemak dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Limbah cair pabrik kecap merupakan salah satu jenis
limbah cair industri yang mempunyai kandungan bahan organik cukup tinggi dan
kandungan warna yang cukup pekat. Bahan-bahan yang tekandung dalam limbah ini
merupakan bahan-bahan polutan yang potensial menurunkan kualitas lingkungan.
Hasil pengamatan Sulistiyanti, B. Erika limbah cair kecap mengandung COD yang
cukup tinggi yaitu 31.698 mg/l, BOD : 21.238 mg/l, padatan tersuspensi : 3.776 mg/l,
fosfat : 7,47 mg/l, Nitrit : tidak terdeteksi, N total : 78,40 mg/l, minyak dan lemak :
20 mg/l dan surfaktan anion : 8,64 mg/l. Pembuangan air limbah baik yang
bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi
baku mutu limbah.

Pengolahan limbah industri kecap dapat dilakukan dengan cara sebagai


berikut.

Nama Fungsi

Bak Control Menampung sementara air limbah dan tempat


memisahkan kotoran-kotoran kasar (sampah) yang
mengalir dengan air limbah.
Kolam pemisah Memisahkan lemak/minyak dalam air limbah dengan
Minyak/Lemak pengapungan
Bak equalisasi Menampung air limbah dari berbagai sumber serta
tempat homogenisasi air limbah sebelum diolah lebih
lanjut
Bak pengendap awal Tempat memisahkan padatan suspended solid dalam
air limbah dengan cara gravitasi.
Bioreator anaerob Mengolah atau menguraikan polutan-polutan organik
yang ada dalam air limbah dengan mikroba yang
bersifat anaerob.
Bioreaktor aerob Mengolah atau menguraikan polutan-polutan organik
yang belum sempat terurai pada bioreactor anaerob
dengan mikroba yang bersifat aerob .
Bak pengendap air Memisahkan padatan (Mikroba) yang ikut mengalir
dengan air limbah yang telah diolah secara gravitasi.

Limbah cair mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi dengan
saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah-sampah berukuran besar seperti
daun, kertas plastik dan sebagainya yang terikut bersama limbah. Dari bak control
mengalir kedalam bak pemisah lemak atau minyak (oil & grease trap).

Bak ini bertujuan untuk memisahkan lemak dan minyak dengan pengapungan
serta untuk mengendapkan kotoran-kotoran kasar padat yang ikut mengalir. Air
limpasan dari bak pemisah lemak dan minyak dialirkan ke dalam unit equalisasi
IPAL. Equalisasi berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang harus dialirkan ke
unit-unit IPAL selanjutnya supaya jumlahnya konstan umumnya dialirkan dengan
menggunakan pompa.

Dari bak equilisasi air limbah mengalir masuk ke bak pengendap awal yang
berfungsi untuk mengendapkan padatan, misalnya berupa tanah yang berasal dari
pencucian botol kemasan produk dan kotoran organic tersuspensi lainnya dalam air
limbah. Selain itu bak pengendap juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa
organic yang berbentuk padatan karena didalam bak ini juga akan tumbuh mikroba
pengurai polutan limbah.

Air limpaan dari bak pengendap awal selanjutnya mengalir ke dalam


bioreactor anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah. Bioreactor anaerob tersebut
diisi dengan media khusus biofiller tipe sarang tawon dari bahan plastik yang
berfungsi untuk tempat melekat, tumbuh dan berkembangbiak mikroba. Disini
polutan-polutan organic yang ada dalam air limbah akan diuraikan oleh bakteri
anaerob melalui reaksi biokimia menjadi gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida
(CO2). Beberapa lama setelah beroperasi, pada permukaan media biofiller akan
terbentuk lapisan tipis yang merupakan gumpalan mikro-organisme. Mikroorganisme
inilah yang berfungsi mnguraikan polutan-polutan organic yang ada dalam air limbah.

Air limbah dari bioreactor anaerob kemudian mengalit kedalam bioreaktor


aerob yang juga dilengkapi media isian biofiller berupa sarang tawon. Disinia yang
bekerja adalah mikroba aerobic yang memerlukan oksigen dalan aktivitasnya.
Kebutuhan oksigen dipenuhi dengan mensuplai udar dari luar melalui unit blower
dengan mensuplai udara dari luar melalui unit blower dengan system aerasi. Sambil
diaerasi atau dihembuskan udara dari luar, mikroorganisme aerob akan menguraikan
polutan-polutan organik yang belum sempat terurai pada bioreactor anaerob.

Dalam system ini air limbah akan “bersentuhan” dengan mikroorganisme baik
yang tersuspensi dalam cairan maupun yang menempel pada permukaan media yang
mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian polutan organic.
Disamping itu disini juga akan terjadi proses nitrifikasi senyawa-senyawa ammonia
oleh mikroba, sehingga system ini disamping mengurangi polutan senyawa-senyawa
ammonia. Proses ini sering dinamakan aerasi kontak.

Dari bioreactor aerob, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Didalam bak ini
mikroba yang ikut mengalir diendapkan kemudian dipompa balik kembali ke bagian
inlet bioreactor aerob untuk mempertahankan konsentrasi mikroba tetap selalu tinggi.
Air limpasan dari bak pengendap akhir mengalir ke bak control biologis yang telah
diisi dengan ikan sebagai media control hidup. Dari bak control biologis, air olahan
seudah dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum karena telah memenuhi
baku mutu yang ditetapkan pemerintah.

PENGOLAHAN LIMBAH SECARA KIMIA DAN BIOLOGI


Proses Pengolahan Kimia

Pengolahan limbah cair dengan proses kimia merupakan salah satu bagian
yang sangat penting dalam proses pengolahan limbah cair. Bahkan di dalam proses
fisika dan biologi pun di dalamnya sering terjadi proses kimia secara bersamaan.
Untuk limbah yang mengandung COD tinggi, jelas proses pengolahannya adalah
proses kimia (Alaerts, 1984, 39). Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanya
digunakan untuk netralisasi limbah asam maupun basa, memperbaiki proses
pemisahan lumpur, memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi
minyak dan lemak, meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta
mengoksidasi warna dan racun (Siregar, 2005, 44).

Flokulasi Kimia

Menurut Siregar, flokulasi dimaksudkan untuk meningkatkan kontak antara


partikel koloid yang terdistabilisasi sehingga dapat terjadi penggabungan antara
mikro flok menjadi flok yang lebih besar. Flokulasi adalah proses lambat yang
bergerak secara terus menerus selama partikelpartikel tersuspensi bercampur di dalam
air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan begerak menuju proses
sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah untuk mengendapkan flokflok dengan
penambahan flokulan. Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan
pengadukan atau agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah
penambahan flokulan. Flokulasi adalah proses fisika yang mana air yang terpolusi
diaduk untuk meningkatkan tumbukan interpartikel yang memacu pembentukan
partikel-partikel besar sehingga dalam waktu 1-2 jam partikel-partikel tersebut akan
mengendap. Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat
proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-
partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan
proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar
serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain
bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan
mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak
memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar
serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan
proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik.

Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak
flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi
proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan
flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok.

Proses Pengolahan secara Biologi

Proses Lumpur Aktif (Activated Sludge)

Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif konvensional secara umum
terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi, dan bak pengendap akhir serta bak
klorinasi untuk membunuh bakteri pathogen. Unit proses biologi adalah proses-proses
pengolahan air limbah yang memanfaatkan aktifitas kehidupan mikroorganisme
untuk memindahkan polutan. Proses-proses biokimia juga meliputi aktifitas alami
dalam berbagai keadaan. Sebagian besar air limbah, misalnya air limbah domestik
mengandung zat-zat organik domestik sehingga proses biologi merupakan tahapan
yang sangat penting. Proses lumpur aktif merupakan salah satu proses pengolahan
secara biologis aerobik dengan mempertahankan jumlah massa mikroba dalam suatu
reaktor dan dalam keadaan tercampur sempurna.

Suplai oksigen adalah mutlak dari peralatan mekanis, yaitu aerator dan
blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen juga dibutuhkan pengadukan
yang sempurna. Perlakuan untuk memperoleh massa mikroba yang tetap adalah
dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuangan lumpur dalam jumlah
tertentu Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif dapat dilakukan
dengan baik dan relatif mudah karena pertumbuhan mikroba dalam kondisi
tersuspensi sehingga dapat terukur dengan baik melalui analisa laboratorium.

Permasalahan dalam lumpur aktif antara lain :

a) Membutuhkan energi yang besar

b) Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa
mikroba dalam reaktor c) Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.

Menurut Suhardi (1990), kelebihan dari proses ini adalah waktu retensi dari
activated sludge berkisar dari 0,5-30 jam tergantung dari jenisnya. Namun
kebanyakan waktu retensinya sekitar 3-8 jam. Nampak bahwa waktu retensi lebih
singkat bila dibandingkan dengan waktu retensi kolam aerasi (3-10 hari) dan kolom
anaerob (20-30 hari). Umur lumpur dapat bervariasi antara 5-15 hari untuk sistem
lumpur aktif konvensional. Parameter penting yang mengendalikan operasi lumpur
aktif adalah beban organik atau beban BOD, suplai oksigen, pengendalian dan operasi
bak pengendapan akhir (Alaerts, 1984, 91).

Anda mungkin juga menyukai