Anda di halaman 1dari 24

PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

UNTUK PEMBANGUNAN SHELTER DI DESA PEMENANG KABUPATEN LOMBOK


UTARA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lombok utara adalah daerah terparah akibat goncangan gempa bumi di


Lombok,bangunan-bangunan permanen dan semi permanen tidak mampu
menahan goncangan akibat gempa bumi dengan skala 7 skala
richter.rumah,masjid dan bangunan lain yang rubuh mengubur segala sesuatu
yang ada di dalemnya mulai dari harta benda hingga manusia,Hingga Selasa
(21/8/2018), BNPB mencatat jumlah korban dalam bencana gempa
bumi di Lombok, NTB.Angka korban jiwa mencapai 515 orang dan korban luka-
luka 7.145 orang.Perkembangan terbaru penanganan korban gempa di Lombok
juga terus berjalan.
berdasarkan pendataan sementara kerusakan akibat gempa di Lombok,
Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga saat ini terdapat 71.962 unit rumah rusak
dimana 32.016 rusak berat, 3.173 rusak sedang, dan 36.773 rusak ringan.

Kerusakan fisik lainnya, terdapat 671 unit fasilitas pendidikan rusak


dimana 124 PAUD, 341 SD, 95 SMP, 55 SMA, 50 SMK, dan 6 SLB. Juga
terdapat kerusakan 52 unit fasilitas kesehatan (1 RS, 11 puskesmas, 35 pustu, 4
polindes, 1 gedung farmasi), 128 unit fasilitas peribadatan (115 masjid, 10 pura,
3 pelinggih), 20 unit perkantoran, 6 unit jembatan, dan jalan-jalan rusak dan
ambles akibat gempa.
Akiba gempa bumi ini banyak warga yang kehilangan tempat tinggal mereka dan terpaksa
tidur di pengungsian dan dengan bertambahnya jumlah pengungsi,dalam garis besar limbah
yang dihasilkan sangat beragam, dari limbah padat hingga limbah cair. Untuk limbah padat saat
ini sudah banyak bisa ditangani oleh pemerintah setempat dilihat dari semakin terorganisirnya
pengambilan sampah padat dari pemukiman menuju TPA. Berbeda dengan sampah atau
limbah padat, limbah cair pada umumnya belum terlalu diperhatikan oleh pemerintah kota atau
kabupaten saat ini. Limbah cair produksi pengungsian lebih banyak kita jumpai langsung
dialirkan ke badan air tanpa melalui proses pengolahan yang baik.
Untuk mengurangi pencemaran akibat limbah cair yang telah terjadi
khususnya di Kabupaten Lombok utara diperlukan sistem pengelolaan air limbah
yang di sebutkan di atas, minimal untuk tempat pengungsian sementara(shelter),
tentu akan sangat baik jika shelter ini dibangun sistem yang disebutkan di atas.
Pengolahan air limbah ini tentu memiliki efek langsung yang baik untuk penduduk
dan membantu pemerintah,mewujudkanmisi meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat agar tercipta lingkungan masyarakat yang sehat dan produktif.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
a. Berapa besar volume air limbah yang dihasilkan oleh masyarakat pemenang kabupaten
Lombok utara?
b. Bagaimana perencanaansistem pengolahan air limbah di masyarakat pemenang kabupaten
Lombok utara?

1.3 Batasan Masalah


Untuk mendapatkan hasil pembahasan yang maksimal maka penulis perlu membatasi
masalah yang akan dibahas. Batasan masalah dalam perencanaantugas akhir ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Lokasi perencanaan adalah dit pemenang kabupaten Lombok utara.
b. Tidak melakukan pengujian laboratorium terhadap bahan pencemar yang terkandung dalam
air limbah domestik.
c. Tidak menganalisis struktur desain dan hanya mendapatkan dimensi dari bak-bak instalasi
pengolahan air limbah.
d. Mengasumsikan kedalaman struktur drainase yang tersedia yakni -1.3 meter.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah:
a. Mengetahui volume air limbah yang dihasilkan dari masyarakat pemenang kabupaten
Lombok utara.
b. Merencanakan instalasipengolahan air limbah pada masyarakat pemenang kabupaten
Lombok utara.
.
1.5 Manfaat Perencanaan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam perencanaan ini adalah:
a. Memberi masukan atau informasi kepada instasi terkait mengenai saluran air limbah yang
efektif pada lokasi di desa pemenang kabupaten Lombok utara
b. Sebagai referensi bagi perencanaan dan mahasiswa tentang studi perencanaan saluran
pembuangan limbah.

1.6 Lokasi Perencanaan


Lokasi perencanaan adalah di dusun karang montong timur desa pemenang kecamatan
Lombok utara,Peta lokasi perencanaan ditunjukkanpada Gambar 1.1
LOKASI

Gambar 1.1Petalokasi perencanaan

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Rahmiwati (2015) dalam perencanaannya mendapatkan hasil yang menunjukkan debit
sebesar 240 m3/dt membutuhkan dimensi bak pengolah yang dari perhitungan teknologi
pengolahan biofilter anaerob dan aerob yaitu untuk bak penampung air limbah (bak ekualisasi)
(6m x 5m x 2m), bak pengendapawal (4m x 5m x 2m),biofilter anaerob (9m x 5m x 2m), bak
biofilter aerob (6.4m x 5m x 2m), bak pengendap akhir(4mx 5m x 2m). Rencana anggaran biaya
yang didapatkan dari perencanaan instalasi pengolahahan air limbahnya saja sebesar
Rp.313.353.500,-.
Mufida dkk (2013) melakukan perencanaanpada Pabrik Tahu Duta Malang yang
berkapasitas produksi 900kg kedelai perhari menghasilkan limbah cair sebesar 17.745
m3dengan kualitas BOD5, COD, TSS, dan pH berturut-turut adalah 1.340 mg/L, 1.852 mg/L,
1.520 mg/L, dan 4.09. Berdasarkan baku mutu limbah cair yang telah ditentukan oleh
pemerintah, maka dibutuhkan perencanaan instalasi pengolahan limbah cair pabrik tahu
tersebut. Untuk mengolah limbah cair pabrik tahu dapat menggunakan kombinasi sistem
anaerobik - aerobik dengan biofilter karena limbah cair pabrik tahu dapat terurai secara
biologis dengan peranan mikroorganisme. Instalasi yang dibutuhkan yaitu bak pemisah minyak,
bak ekualisasi, bak anaerobik dan bak aerobik yang dilengkapi biofilter, serta bak penjernih.
Bak pemisah minyak multifungsi untuk saponifikasi, bak ekualisasi dapat menurunkan kadar
TSS, bak anaerobik memiliki efisiensi sebesar 75% dan efisiensi bak aerobik 95%, serta bak
penjernih yang dilengkapi dengan pompa sirkulasi lumpur. Dari pengolahan tersebut tidak
didapatkan lumpur dan diperkirakan BOD5, COD, TSS berturut-turut sebesar 15.9 mg/L , 22.0
mg/L, 1.5 mg/L, dan pH 6.50.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Perhitungan Debit Air Limbah
Besarnya debit air limbah gabungan limbah tinja dan air limbah lainnya dari kegiatan
rumah tangga seperti mandi, cuci, masak dan lainnya besarnya adalah 80% dari konsumsi air
bersih pemakai yang besarnya antara (45-150 liter/orang/hari) (Anonim, 2011)
Qr = Ka x 80% x Jp............................................................................(2.1)
dengan:
Qr = debit air buangan rata-rata (lt/hari)
Ka = kebutuhan air domestik (lt/orang/hari)
Jp = jumlah penduduk (orang)

serta,
Qpeak= 5 p0.8 Qmd + QInfiltrasi...............................................................(2.2)
dengan:
Qpeak = debit puncak (m3/detik)
p = jumlah penduduk per seribu orang
Qmd = debit harian maksimum (m3/detik)
= 1.2 x Jp x Ka x 80 %
Qi = debit infiltrasi selama perjalanan aliran

Tabel2.1Kebutuhan air domestik berdasarkan jumlah penduduk

Tabel 2.1 (Lanjutan)


(Sumber : Anonim, 2011)

2.2.2 Pengolahan Air Limbah


2.2.2.1 Teknologi Pengolahan Air Limbah
Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya menggunakan
teknologi pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan antara proses biologis dengan
proses kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobik
(dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses
biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan bebanBOD yang
tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerob-aerob
antara lain yakni:
- Pengelolaannya sangat mudah.
- Biaya operasinya rendah.
- Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.
- Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.
- Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
- Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
- Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

2.2.2.2 Pengolahan Anaerob


Pengolahan anaerobik merupakan suatu proses pengolahan yang tidak menggunakan
oksigen dalam menguraikan bahan organik oleh bakteri secara biokimia. Sebagaimana reaksi
umumnya:
C,H,O,N,P,S + NO3,PO43-,SO4C O2,CH4,N2,PH3,H2S – sel baru + energi
Pada umumnya, untuk pengolahan secara anaerob di kawasan tropis sangat menolong
mengurangi pencemaran pada tingkat-tingkat tertentu. Sehingga kombinasi pengolahan jenis
lain dengan pengolahan aerobik merupakan pilihan untuk mendapatkan biaya optimal dalam
pengolahan limbah. Pada pengolahan anaerobik harus absen (tidak ada) dari oksigen,
akibatnya unit pengolahan sistem ini harus selalu tertutup.Kecuali untuk kolam anaerobik,
biasanya permukaannya dibiarkan terbuka, karena ada proses fermentasi yang akan
memunculkan buih / scum yang memadat di permukaan, dan akan melindungi air dibawahnya
dari udara luar sehingga proses anaerobik akan tetap berlangsung baik. Dibawah ini diberikan
beberapa kriteria untuk unit-unit pengolahan anarobik yang umum digunakan.

Proses di dalam tangki septik adalah proses pengendapan dan pengeraman lumpur.
Sistem pemisahan antara dua kompartemen tangki dimaksudkan agar terjadi endapan
sempurna. Sedangkan besaran lumpur setelah mengalami dekomposisi pada umumnya sekitar
(30-40 l/kapita/tahun). Waktu detensi aliran untuk kesempurnaan pengendapan dan proses
dekompossi suspensi adalah (2-3) hari.

2.2.2.3 Pengolahan Aerob


Proses dekomposisi bahan organik dengan sistem aerobik digambarkan melalui proses
sebagai berikut dibawah ini:
C,H, O, N, P, S, ...+ O2CO2, H2O,PO43-, SO42-,+ sel baru + energi
Keberadaan oksigen terlarut di dalam air mutlak diperlukan untuk proses dekomposisi
tersebut. Pada unit proses pengolahan air limbah secara aerobik, keberadaan optimal oksigen
terlarut direkayasa secara teknologi dengan menggunakan aerator mekanik, diffuser, kontak
media yang terbuka terhadap udara luar dan proses photosintesis.
Umumnya penggunaan unit pengolahan aerobik adalah untuk pengolahan lanjutan yang
disebut dengan secondary treatment atau pengolahan sekunder. Pemilihan unit yang akan
dipakai untuk pengolahan ini tergantung besar beban (biologi dan hidrolis) yang akan diolah
dan bergantung pada hasil pengolahan yang dikehendaki (ultimate objective). Dibawah ini akan
diuraikan beberapa gambaran dan kriteria desain unit-unit pengolahan aerobik yang biasa
digunakan.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Bak kontaktor anaerob diisi
dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari
dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh
bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media
filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan
zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
Air limpasan dan bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak
kontaktor aerob ini diisi dengan media dan bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi
atau diberi dengan udara sehingga mikroonganisme yang ada akan menguraikan zat organik
yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan
demikian air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun
yang menempel pada permukaan media dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik,
deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia
menjadi lebih besar. Proses ini sering dinamakan dengan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak pengendap akhir,
lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke
bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow)
dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan
senyawa khlor untuk membunuh microorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar
setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan
kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut, dapat menurunkan zat organik (BOD, COD),
ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.

2.2.2.4 Pemilihan Media Biofilter


Unit ini dilengkapi filter media untuk tempat berkembangnya koloni bakteri membentuk
film (lendir) akibat fermentasi oleh enzim bakteri terhadap bahan organik yang ada didalam
limbah.Film ini akan menebal sehingga menutupi aliran air limbah dicelah diantara media filter
tersebut,sehingga perlu pencucian berkala terhadap media, misalnya dengan metoda back
washing.Media yang digunakan bisa dari kerikil, bola-bola plastik atau tutup botol pelasik
dengandiameter antara (5-15cm). Aliran dapat dilakukan dari atas atau dari bawah.Dimensi
dihitung berdasarkan:
a. Beban organik yaitu 4-5 kg COD /m3/hari.
b. Volume tangki dihitung berdasarkan waktu detensi (1.5-2 hari).
c. Jika menggunakan perkiraan kasar dapat dihitung volume (pori dan massa) anaerobik filter
(0.5-1 m3/kapita).
d. Umumnya anaerobik filter digunakan sebagai pengolahan kedua setelah septik tank jika
alternatif peresapan ke tanah tidak mungkin dilakukan.

2.2.2.5 Perencanaan Sistem Bangunan Pengolahan Air Limbah


Perencanaan pengolah air limbah ini meliputi perencanaan dimensi bak. Dimensi Bak
direncanakan berdasarkan volume tampung yang diperoleh dari debit air limbah yang dihasilkan
serta waktu tinggal air limbah yang ada dalam bak tersebut.
a. Bak ekualisasi
Untuk proses pengolahan air limbah rumah sakit atau layanan kesehatan, jumlah air
limbah maupun konsentrasi polutan organik sangat berfluktuasi. Hal ini dapat menyebabkan
proses pengolahan air limbah tidak dapat berjalan dengan sempurna. Untuk mengatasi hal
tersebut yang paling mudah adalah dengan melengkapi unit bak ekualisasi.
Bak ekualisasi ini berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang akan diolah serta
untuk menyeragamkan konsentrasi zat pencemarnya agar homogen dan proses
pengolahan air limbah dapat berjalan dengan stabil. Selain itu dapat juga digunakan
sebagai bak aerasi awal pada saat terjadi beban yang besar secara tiba-tiba (shock load).
Waktu tinggal di dalam bak ekualisasi umumnya berkisar antara 6 – 10 jam.Untuk
menghitung volume bak ekualisasi yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Volume Bak Ekualisasi (m3) = Waktu Tinggal (Jam) x Debit Air Limbah (m3/jam)

b. Bak Pengendap Awal


Bak pengendap awal berfungsi untuk mengendapkan dan menghilangkan kotoran dan
padatan tersuspensi air limbah yang terbawa dari jaringan air limbah. Kotoran atau polutan
yang berupa padatan tersuspensi misalnya lumpur anorganik seperti tanah liat akan
mengendap dibagian dasar bak pengendap. Pada bak ini aliran air limbah dibuat agar
sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi untuk mengendap.
Kriteria yang diperlukan untuk menentukan untuk menentukan bak pengendap awal
antara lain adalah waktu tinggal hidrolik, beban permukaan (surface loading),dan
kedalaman bak.
Waktu tinggal hidrolik (Hidrolic Retention Time,WTH) adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mengisi bak dengan kecepatan yang seragam yang sama dengan aliran rata-rata per
hari.
Perhitungan waktu tinggal:
T = 24 x V/Qr........................................................................(2.3)
dengan:
T = Waktu Tinggal (jam)
V = Volume Bak (m3)
Qr = Debit akhir rata-rata buangan air limbah (m3/hari)
Beban permukaan (surface loading) sama dengan debit akhir rata-rata dibagi dengan luas
permukaan bak:
Vo = Qr/A........................................................................................(2.4)
dengan :
Vo = Beban Permukaan (m3/m2hari)
Qr = Debit akhir rata-rata buangan air limbah (m3/hari)
A = Total luas permukaan (m2)

c. Biofilter Anaerob
Didalam proses pengolahan ini terjadi pengolahan air limbah secara anaerob oleh
bakteri anaerob. Di dalam proses ini akan dihasilkan gas methan, gas amoniak dan H2S
yang menyebabkan bau busuk. Oleh karena itu untuk pengolahan ini dibuat tertutup dan
dilengkapi dengan pipa pengeluaran gas dan penggunaan media sarang tawon.

d. Biofilter Aerob
Proses biofilter ini dilengkapi dengan proses aerasi. Proses aerasi umumnya dilakukan
dengan menghembuskan udara melalu diffuser dengan menggunakan blower udara.
Didalam proses ini terjadi kondisi aerobik sehingga polutan organik yang masih belum
terurai diproses anaerob akan diuraikan menjadi karbon dioksida dan air.
Sedangkan amoniak atau ammonium yang terjadi pada proses biofilter anaerob akan
dioksidasi (proses nitrifikasi) akan diubah menjadi nitrat (NH 4+NO3). Selain itu gas H2S yang
terbentuk akibat proses anaerob akan diubah menjadi sulfat (SO 4) oleh bakteri sulfat yang
ada dalam biofilter aerob.

e. Bak Pengendap Akhir


Lapisan biofilm yang ada dibiofilter aerob kemungkinan dapat terlepas dan dapat
menyebabkan air olahan menjadi keruh. Untuk mengatasi hal tersebut didalam biofilter
anaerob dan aerob, air limpasan dari biofilter aerob dialirkan ke bak pengendap akhir. Bak
pengendap akhir berfungsi untuk memisahkan atau mengendapkan kotoran padatan
tersuspensi (TSS) yang ada dalam air limbah agar air olahan IPAL menjadi jernih.
2.2.3 Sistem Penyaluran Air Limbah
2.2.3.1 Sistem Penyaluran Konvensional
Sistem penyaluran konvensional (Conventional Sewer) merupakan suatu jaringan
perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa bangunanterdiri dari jaringan
pipa persil, pipa lateral, dan pipa induk yang melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan
yang cukup luas (Dewiandratika, 2002). Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksa
manhole yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut
mencapai 7 meter, maka air buangan harus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan
secara gravitasi ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan
diri. (Gambar 2.1).

(Sumber: Anonim, 2017)

Gambar 2.1Sistem penyaluran konvensional

Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem penyaluran konvensional:


- Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor.
- Diameter pipa minimal 100 mm, karena membawa padatan.
- Aliran dalam pipa harus aliran seragam.
- Slope pipa harus diatur sehingga V cleanning terpenuhi (0.6 m/det). Aliran dalam saluran
harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan padatan.
- Kecepatan maksimum pada penyaluran konvensional 3m/detik.
Daerah yang cocok untuk penerapan sistem penyaluran konvensional antara lain:
- Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional atau dekat dengan
daerah yang punya sistem ini.
- Daerah yang mempunyai kepekaan lingkungan tinggi, misalnya daerah perumahan mewah,
pariwisata.
- Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilan cukup tinggi, dan
mampu membayar biaya operasional dan perawatan.
- Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila tidak dibangun
jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan pengolahan sendiri.

2.2.3.2 Sistem Riol Dangkal (shallow Sewer)


Shallow sewerage disebut juga Simplified Sewerage atau Condominial Sewerage.
Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah sistem ini mengangkut air buangan dalam
skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih landai (Dewiandratika, 2002). Perletakan
saluran ini biasanya diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer sangat tergantung pada
pembilasan air buangan untuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan dengan cara
konvensional yang mengandalkan self cleanning.
Sistem ini cocok diterapkan sebagai sewerage di daerah perkampungan dengan
kepadatan tinggi, tidak di lewati oleh kendaraan berat dan memiliki kemiringan tanah sebesar
1% Shallow sewer harus dipertimbangkan untuk daerah perkampungan dengan kepadatan
penduduk tinggi dimana sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan
kamar mandi pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Sistem ini melayani air
buangan dari kamar mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta dilengkapi dengan
pengolahan mini.

Gambar 2.2Layout saluran shallow seweragepada perumahantidak teratur (A) dan teratur (B)
(Sumber: Anonim, 2017)
2.2.3.3 Sistem Riol Ukuran Kecil (Small Bore Sewer)
Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang, hanya untuk
menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci, dapur dan limpahan air dari
tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat padat. Saluran tidak dirancang untuk self
cleanning, dari segi ekonomis sistem ini lebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional
(Dewiandratika, 2002).
Daerah pelayanan relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya pipa persil dan servis yang
menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan pipa induk tidak diperlukan, kecuali untuk
beberapa daerah perencanaan dengan kepadatan penduduk sangat tinggi dan timbulan air
buangan yang sangat besar. Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana
(Gambar 2.3).

(Sumber: Anonim, 2017)

Gambar 2.3 Skema small bore sewer

Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini:


- Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan,tangki ini
biasanya tangki septik.
- Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan.
- Aliran yang terjadi dapat bervariasi.
- Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan self cleanning karena tidak
harus membawa padatan.
- Kecepatan maksimum 3m/det.

2.2.4 Aliran Melalui Pipa


Aliran melalui pipa biasanya merupakan saluran tertutup yang berpenampang lingkaran
dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (full flow). Fluida yang
dialirkan melalui pipa biasanya berupa zat cair atau gas dan tekanannya bisa lebih besar atau
lebih kecil dari tekanan atmosfer. Sedangkan aliran pipa pada desain penyaluran air limbah
adalah zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka.
Formula desain pipa pengaliran ini yang digunakan adalah pedoman
Manning.Kecepatandengan formula manning dihitung dengan menggunakan persamaan
dibawah.
2 1
1 A
V= x
n P( ) x S … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(2.5)
3 2

dengan:
V : kecepatan (m/dt)
n : koefisien kekasaran pipa
A : luas penampang (m2)
P : keliling penampang basah (m)
S : kemiringan saluran
Untuk nilai koefisisien kekasaran pipa dipakai berdasarkan jenis dasar saluran yang digunakan
dalam desain. Nilai n berbagai jenis saluran disajikan pada (tabel 2.2).

Tabel 2.2 Nilai koefisien kekasaran pipa

(Sumber: Anonim, 2011)

2.2.5 Perencanaan Perlengkapan Bak Pengolahan Air Limbah


Perencanaan peralatan bak pengolah ini merupakan pelengkap dari perencanaan ini
untuk mendukung tercapainya keberhasilan dalam pengolahan air limbah. Adapun perencanaan
peralatan bak pengolah meliputi pemilihan media biofilter, dan peralatan pemasok udara.

2.2.5.1 Pemilihan Media Biofilter


Media terstruktur dapat digunakan untuk berbagai keperluan selain biofilter. media ini
memiliki semua karakteristik yang ada pada media ideal. Media terstruktur telah digunakan
pada biofilter selama lebih dari 25 tahun untuk pengolahan air buangan rumah tangga maupun
air limbah industri. Salah satu jenis media terstruktur yang sering digunakan adalah media dari
bahan plastik tipe sarang tawon. Konstruksi media terstruktur biasanya merupakan lembaran
dari bahan PVC (polyvinyl chlorida) yang dibentuk secara vacum.
Pembentukan dengan cara vakum kontinyu adalah proses otomatis kecepatan tinggi yang
dapat memproduksi material dalam jumlah besar. Metoda konstruksi ini memungkinkan media
terstruktur diproduksi dengan harga yang lebih murah per unit luas permukaan dibandingkan
pencetakan secara injeksi. PVC pada awalnya bersifat hidrophobic namun biasanya menjadi
basah atau mempunyai sifat kebasahan yang baik dalam waktu satu sampai dua minggu.

Tabel 2.3Spesifikasi media tipe sarang tawon

Tipe : Sarang
Tawon,Cross
Flow
Materia : PVC
l
Ukuran : 120cm x50 x
Modul 60cm
Ukuran : 3 cm x 3 cm
Lubang
Keteba : 0,5 mm
lan
Luas : 150-220m2/m3
Spesifi
k
Berat : 30-35 kg/m3
Porosit : 0,98
as
Rongg
a
Warna : Bening
transparan dan
hitam

Gambar 2.4Bentuk media terstruktur tipe sarang tawon (cross flow)


(Sumber: Anonim, 2017)

Lembaran-lembaran PVC disambung membentuk blok segi-empat banyak digunakan


untuk biofilter. Beberapa media mempunyai tube dalam yang hanya megnalirkan sepanjang
satu axis. Jenis lain dari media terstruktur yang dikenal sebagai cross corrugated packing yang
memungkinkan aliran mengalir sepanjang dua axis. Hampir semua media terstruktur digunakan
untuk biofilter adalah adalah jenis aliran silang (cross flow). Media terstruktur, tipe sarang tawon
crossflow mempunyai luas permukaan spesifik yang bervariasi tergantung dari diameter celah
bebas atau volume rongganya. Salah satu contoh media tipe sarang tawon dari bahan PVC
dengan ukuran lubang 3cm x 3cm mempunyai luas spesifik 150 – 220 m2/m3, berat 30 – 35
kg/m3 dan porositas rongga 98%.

2.2.5.2 Peralatan Pemasok Udara


Difuser dan Aerator yaitu di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem anaerobik
aerobik biofilter, harus dilengkapi dengan peralatan pemasok udara atau oksigen untuk proses
aerasi di dalam kolam aerobik biofilter. Sistem aerasi dapat dilakukan dengan menggunakan
blower dan difuser atau dengan sistem aerasi mekanik misalnya dengan aerator permukaan.
Beberapa contoh tipe difuser/aerator yang dipakai pada sistem ini dapat dilihat seperti pada
gambar 2.6.

Gambar 2.5Beberapa contoh tipe aerator dan diffuser


(Sumber: Anonim, 2017)

Cara yang paling mudah untuk pengecekan oksigen yang disuplai dalam kolam aerobik
biofilter cukup atau tidak, dapat dilihat dari oksigen terlarut (DO) air limbah di kolam aerobik
biofilter maupun di air hasil olahan DO di dalam kolam aerobik biofilter yang direkomendasikan
adalah antara 2 - 4 mg/l.
Beberapa tipe blower udara yang sering digunakan untuk pengolahan air limbah dengan
sistem lumpur aktif antara lain yaitu: roots andsubmersible roots blower denganroots blower
berbeda dengan pompa udara pada mekanisme memproduksi aliran udara yang lebih besar
dari pompa udara. Rotor berotasi menyebabkan udara diserap dari inlet dan dimampatkan
keluar menuju outlet.
Salah satu contoh root blower dapat dilihat pada beberapa keunggulanrootblower
adalahaliran udara stabil, sedikit variasi tekanan, kemudi dengan kualitas tertinggi dan gir
teraplikasikan akurat, udara bersih tanpa minyak lembab, konstruksi sederhana dan kuat,
pemeliharaan mudah, menstandarkan produk dengan gugus kendali mutu.

Gambar 2.6Roots blower


(Sumber: Anonim, 2017)

Submersible Roots Blower mempunyaibeberapa keunggulannya antara lain,tekanan:


1000¡X6000mmAq, aliran udara: 1.8-10.2 m3/min, tidak ada kebisingan, tidak ada alat
soundproofing danstruktur kokoh untuk memastikan ketahanan.

Gambar 2.7Submersible roots blower


(Sumber: Anonim, 2017)

Blower udara tipe diafragmaberbeda dengan blower udara tiperoot blower atau
ring blower. Tipe blower diafragma memproduksi aliran udara lebih kecil
dibandingkan blower Udara. Umumnya digunakan untuk pengolahan air limbah
dengan kapasitas kecil. Bentuknya kecil dan kompak dengan dengan tingkat
kebisingan yang rendah.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Langkah Perencanaan
3.1.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dimaksud disini adalah survei lokasi yang merupakan langkah awal
yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran atau sketsa sementara tentang lokasi
perencanaan, pengumpulan literatur-literatur dan referensi yang menjadi landasan teori, serta
pembuatan proposal pelaksanaan. Dengan adanya tahap persiapan ini akan memberikan
gambaran tentang langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya.

3.1.2 Pengumpulan Data


Data pendahuluan:
a. Data hasil survei dan hasil pengamatan kondisi geografis dan sumber badan air penerima
yang terdekat di wilayah tersebut.
b. Jumlah unit rumah di Perumahan Graha Kartika Perdana Kabupaten Lombok Barat.

3.1.3 Menghitung Volume Air Limbah


Volume air limbah diperlukan untuk merencanakan dimensi bak air limbah tampungan
pada perencanaan pengolahan air limbah domestik di instalasi pengolahan air limbah. Debit
dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan tingkat layanan air baku.

3.1.4 Perencanaan Jaringan Perpipaan


Jaringan perpipaan penyalur air limbah pada Perumahan Graha Kartika
Perdanadirencanakan dengan kriteria di bawah ini (Anonim, 2011),
- Pipa dari kloset (black water)
i. Diameter pipa minimal 4 inchi
ii. Kemiringan pipa (1-3)%

- Pipa untuk pengaliran air limbah non tinja (grey water)


i. Diameter pipa minimal 4 inchi
ii. Kemiringan (0.5-1)%
iii. Khusus air limbah dari dapur harus dilengkapi dengan grease trap

- Perencanaan Pipa Persil


Pipa persil adalah saluran dari bangunan rumah tangga, bangunan kantor, bangunan
umum, dsb yang menyalurkan air limbah ke pipa retikulasi. Perencanaan pipa persil air
limbah mengacu pada kriteria dan tata cara perencaan teknis yang berlaku. Perencaaan
pipa persil air limbah meliputi:
i. Letak pipa (dipasang selurus mungkin)
ii. Diameter minimum (4 inchi)
iii. Kemiringan minimum (2%)
iv. Dimensi pipa

- Perencanaan Pipa Retikulasi


Pipa retikulasi adalah saluran pengumpul air limbah untuk disalurkan ke pipa utama.
Pipa retikulasi terdiri atas pipa servis, (saluran pengumpul air limbah dari beberapa
bangunan ke pipa lateral) dan pipa lateral (saluran pengumpul dari pipa servis ke pipa
induk). Perencanaan debit rata-rata (m3/hari) pada masing-masing seksi pipa lateral harus
memperhitungkan luas daerah tangkapan (Ha), klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air
limbah yang dilayani (m3/hari/Ha).Perencanaan dimensi pipa retikulasi memperhitungkan:
i. Debit rata-rata tanpa infiltrasi
ii. Debit jam maksimum/puncak (dengan infiltrasi)
iii. Debit jam minimum (tanpa infiltrasi)
Perencanaan dimensi pipa harus mempertimbangkan debit jam maksimum dan debit
jam minimum untuk perencanaan penggelontoran di beberapa bagian pipa. Perencanaan
pipa retikulasi air limbah meliputi:
i. Letak pipa
ii. Diameter dan bahan pipa
iii. Metode konstruksi (open trench atau pipe jacking)
iv. Kemiringan minimum
Sebagai lahan perumahan tentu saja kondisi topografi rencana yang tersedia di lokasi
perencanaan memiliki kemiringan yang kecil atau landai. Kemiringan merupakan syarat
utama untuk sistem perpipaan beroperasi dengan baik yang hanya mengandalkan
kecepatan gravitasi. Saluran yang membawa padatan harus memperhatikan kecepatan
minimal pembilasan sendiri (self cleaning). Kecepatan aliran terendah pada saat debit
puncak berlangsung harus berkisar antara 0.6-3.0 m/detik (Fajarwati, 2000).
Untuk menghindari kurangnya kecepatan aliran karena kemiringan landai dan debit
yang kecil, perencanaan ini memanfaatkan bak ekualisasi sebelum air limbah masuk ke
pipa retikulasi untuk menyeragamkannya sehingga air yang masuk telah berbentuk cair
tanpa padatan. Saluran yang membawa limbah bebas dari padatan tidak harus memenuhi
kecepatan untuk self cleaning dengan kecepatan maksimum 3.0 m/detik (Dewiandratika,
2002).

-Perencanaan Pipa Induk (Main Trunk Sewer)


Pipa Induk adalah saluran yang menyalurkan air limbah dari pipa lateral (retikulasi)
menuju instalasi pengolahan air limbah. Bila diperlukan pipa induk dapat dilengkapi dengan
pipa cabang yang berfungsi menyalurkan air limbah dari pipa lateral (retikulasi) ke pipa
induk.

-Perencanaan Bangunan Pelengkap pada Sistem Jaringan


Bangunan Pelengkap pada sistem jaringan adalah semua bangunan yang diperlukan
untuk menunjang kelancaran penyaluran air limbah dan untuk menunjang kemudahan
pemeliharaan sistem jaringan air limbah.Bangunan pelengkap pada sistem jaringan air
limbah meliputi:
- Manhole
- Bangunan pemisah lemak

3.1.5 Penentuan Model IPAL


Beberapa kriteria dalam penentuan model IPAL untuk Perumahan Graha Kartika Perdana
adalah sebagai berikut:
a. Sistem pengoperasian dan pengolahannya harus mudah.
b. Efisiensi dari pengolahan limbah harus mampu menghasilkan buangan yang memenuhi
baku mutu air yang telah ditentukan.
c. Lahan yang diperlukan untuk pembangunan instalasi tidak terlalu besar.
d. Konsumsi energi, baik listrik maupun energi yang lain diharapkan rendah.
e. Mampu menguraikan air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
f. Dapat meminimalkan padatan tersuspensi (TSS).
g. Biaya pembangunan instalasi dan biaya perawatan harus sesuai dengan skala industri
kecil atau rumahan.

3.1.6 Perencanaan dan Perhitungan Desain IPAL


Teknologi pengolahan air limbah yang akan digunakan di Perumahan Graha Kartika
Perdana direncanakan menggunakan IPAL Biofilter Anaerob-Aerob. Didalam teknologi ini
pengolahan ini terdapat beberapa bak pengolahan, antara lain bak ekualisasi, bak pengendap
awal, bak anaerob, bak aerob dan pengendap akhir. Macam-macam bak ini digunakan untuk
menentukan media yang digunakan serta untuk menentukan kriteria perencanaan berikutnya.
-Kriteria Perencanaan Biofilter Anaerob-Aerob (Ditjen Cipta Karya)
a. Bak Ekualisasi
i. Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 6 - 10 jam
b. Bak Pengendap Awal
i. Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 3-5 jam
ii. Beban Permukaan = 20 - 50 m3/m2.hari
c. Biofilter Anaerob
i. Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 6 - 8 jam
ii. Tinggi ruang lumpur = 0.5 m
iii. Tinggi Bed Media pembiakan mikroba = 0.9 - 1.5 m
iv. Tinggi air di atas bed media = 20 cm
v. Beban BOD per satuan permukaan media (LA) = 5 -30 g BOD/m2.hari
d. Biofilter Aerob
i. Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 6 - 8 jam
ii. Tinggi ruang lumpur = 0.5 m
iii. Tinggi Bed Media pembiakan mikroba = 1.2 m
iv. Tinggi air di atas bed media = 20 cm
v. Beban BOD per satuan permukaan media (LA) =5 -30g BOD/m2.hari
e. Bak Pengendap Akhir
i. Waktu Tinggal (retention time) rata-rata = 2 - 5 jam
ii. Beban Permukaan (Surface Loading) rata-rata = 10 m3/m2.hari
iii. Beban Permukaan = 20 - 50 m3/m2.hari

f. Media Pembiakan Mikroba


i. Tipe : Sarang Tawon (Cross flow)
ii. Ukuran modul : 120 cm x 50 cm x 60 cm
iii. Material : PVC Sheet
iv. Ketebalan : 0.3 mm
v. Warna : hitam atau transparan
3.2 Analisa Data
a. Jumlah unit rumah diPerumahan desa pememnang Lombok utara.
b. Analisa debit air limbah, dipengaruhi oleh jumlah unit rumah dan tingkat pelayanan air baku.
c. Menghitung dan merencanakan sistem perpipaan pengolahan air limbah.
d. Menentukan teknologi pengolahan air limbah domestik.
e. Menentukan dan merencanakan sistem bangunan Instalasi pengolahan air limbah.
f. Menghitung rencana anggaran biayasistempenyaluran air limbah.

3.3 Bagan Alir (Flow Chart)

Mulai

Data :
Data topografi
Data jumlah unit rumah
Analisis volume dan debit maksimum air limbah

Perencanaan dimensi IPAL


a. Bak ekualisasi
b. Bak pengendapan awal
c. Bak anaerob
d. Bak aerob
e. Bak pengendapan akhir

Perencanaan jaringan perpipaan penyalur air limbah

Perencanaan bangunan pelengkap sistem jaringan


a. Terminal clean out / bak kontrol
b. Manhole
2
c. Bangunan pemisah lemak

Teknologi Pengolahan Air Limbah dengan Biofilter


Anaerob dan Aerob

Gambar desain rencana

Selesai

Gambar 3.1 Bagan alir perencanaan

Anda mungkin juga menyukai