Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia Setiap hari manusia


selalu melibatkan air dalam aktivitasnya seperti makan, minum, memasak,
mencuci, dan lain lain. Air yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari hari
akan menghasilkan air limbah. Air limbah adalah air bekas yang sudah tidak
dimanfaatkan atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia,
disebabkan adanya kandungan pencemar yang melebihi ambang batas/baku mutu
yang ditetapkan. Kandungan pencemar yang masuk kedalam lingkungan akan
mempengaruhi kehidupan dalam lingkungan tersebut.
IPAL merupakan instalasi pengolahan air limbah yang berfungsi untuk
mengurangi kandungan pencemar yang terdapat dalam air buangan sehingga
ketika dialirkan ke badan air tidak akan mengakibatkan pencemaran. Sebelum
mengalirkan air limbah dari pemukiman penduduk ke IPAL maka diperlukan
suatu sistem untuk mengatur penyaluran air limbah tersebut. SPAB adalah suatu
sistem yang mengatur penyaluran air limbah atau air buangan dari pemukiman
menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Kecamatan Jambangan Kota Surabaya adalah daerah dengan jumlah
penduduk ± 49.310 Jiwa yang tersebar di Empat Kelurahan diantaranya,
Jambangan, Kebonsari, Karah dan Pagesangan. Jumlah penduduk yang cukup
banyak mengakibatkan jumlah air limbah yang dihasilkan juga cukup banyak.
Dalam hal ini sangat dibutuhkan solusi untuk menangani permasalahan Air
Limbah di Kecamatan Jambangan. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan
bangunan Sistem Penyaluran Air Buangan (SPAB) dan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) di Kecamatan Jambangan dengan harapan penyaluran air limbah
di Kecamatan Jambangan Kota Surabaya dapat terpenuhi dan lingkungan menjadi
lebih baik.

1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.21 Maksud

Maksud dari perencanaan penyaluran air buangan ini adalah untuk


menyediakan sistem penyaluran air buangan di Kecamatan Jambangan
secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan air buangan yang tidak
mencemari lingkungan.

1.22 Tujuan
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan di Kecamatan Jambangan
bertujuan untuk meningkatkan penyaluran air buangan secara optimal dan
kemudian akan disalurkan ke Instalasi Pengelolaan Air Buangan, sehingga
air buangan dapat dikembalikan lagi ke badan air tanpa menyebabkan
pencemaran dalam lingkungan tersebut.

1.3 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pekerjaan tugas ini adalah:
a. Lokasi wilayah perencanaan
Lokasi wilayah yang direncanakan adalah di Kecamatan Jambangan,
Kota Surabaya.
b.Data yang dibutuhkan
Data yang dibutuhkan adalah: data jumlah penduduk dalam jangka
waktu 5 tahun terakhir, data jumlah fasilitas yang terdapat didaerah
kecamatan Jambangan, dan peta wilayah Kecamatan Jambangan.
c. Pengolahan data
Pengolahan data meliputi:
 Menyusun kriteria perencanaan untuk pembangunan sistem
penyediaan air bersih di Kecamatan Jambangan.
 Memproyeksikan jumlah penduduk di waktu yang akan datang
 Memproyeksikan pemakaian air rata-rata dan perhitungan faktor jam
puncak dan hari maksimum.
 Memproyeksikan penduduk yang akan mendapatkan pelayanan air
bersih dan daerah pelayanannya dalam tahum per tahun.

2
 Perhitungan Sistem Penyaluran Air Limbah: Analisis Kapasitas Air
Bersih, Perhitungan Debit Air Limbah, Perencanaan Jenis/Bahan
Dan Diameter Perpipaan, Perhitungan Self Cleaning Velocity,
Penggelontoran, Perhitungan Kemiringan Saluran (Slope).

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


 BAB I
Membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup,
serta sistematika penulisan.
 BAB II
Membahas tentang tinjauan pustaka yang diperlukan dalam
penyusunan tugas SPAB. Tinjauan pustaka meliputi dasar-dasar teori
SPAB mulai dari air limbah, sistem penyaluran air limbah, metode
proyeksi penduduk, perkiraan jumlah fasilitas, pemilihan daerah, serta
dasar-dasar perancangan SPAB yang meliputi analisis kapasitas air
bersih, Perhitungan debit air limbah, perencanaan jenis atau bahan dan
diameter perpipaan, perhitungan Self Cleaning Velocity, Perhitungan
Kemiringan Saluran (Slope).
 BAB III
Membahas tentang gambaran umum daerah Kecamatan Jambangan
dengan cara mengolah data-data yang telah meliputi aspek fisik dan
aspek sosial. Aspek fisik berupa posisi geografis, batas administrasi,
kondisi iklim, topografi, serta tata guna lahan yang ada saat ini.
Sedangkan aspek sosial terdiri dari kondisi kependudukan Kecamatan
Jambangan.
 BAB IV
Membahas mengenai Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan
secara garis besar di Kecamatan Jambangan. Mencakup proyeksi
penduduk, Analisis Kapasitas Air Bersih, Perhitungan Debit Air
Limbah, Perencanaan Jenis atau Bahan dan Diameter Perpipaan,
Perhitungan Self Cleaning Velocity, Perhitungan Kemiringan Saluran
(Slope).

3
 BAB V
Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
 LAMPIRAN
Lampiran berisi peta dan gambar perencanaan sistem penyaluran air
buangan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI AIR BUANGAN


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah),
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memilki nilai ekonomis. Sistem pengelolaan air limbah
ada dua macam sistem yaitu sistem pembuangan air limbah setempat (on site
system) dan pembuangan terpusat (off site system). Berdasarkan UU RI No.23
Tahun 1997, limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Limbah merupakan
buangan dalam bentuk zat cair yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
yang karena sifat dan konsenterasinya atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, dan
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Air limbah domestik adalah air yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama (KEPMENLH NO.112 TH.2003). Sumber air limbah
berasal dari kegiatan Domestik, kegiatan komersial, kegiatan industri dan
peternakan. Air limbah dari Kegiatan domestik bersumber dari air limbah kegiatan
rumah tangga. Air limbah rumah tangga dibagi menjadi 2 antara lain:
a. Grey water
Grey water adalah air limbah rumah tangga yang berasal dari sisa
mencuci, mandi dan air dari dapur.
b. Black water
Black water adalah air limbah rumah tangga yang mengandung bahan
organik yang tinggi seperti tinja.
Air limbah dari kegiatan komersial merupakan air limbah yang dihasilkan
dari Rumah Sakit, Hotel, Restoran. Air limbah industri berasal dari berbagai
kegiatan industri akibat proses produksi ini pada umumnya lebih sulit dalam
pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Air limbah dari peternakan

5
berasal dari kegiatan pemandian hewan, pemotongan hewan dan pencucian
kandang hewan. akibat proses produksi ini pada umumnya lebih sulit dalam
pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas.
Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya
yaitu (0,1%) dari zat padat. Zat padat yang ada tersebut terbagi atas 70% zat
organik (terutama protein, karbohidrat, dan lemak) serta kira–kira 30% anorganik
terutama pasir, garam dan logam. Sedangkan karakteristik air limbah diperlukan
untuk menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga efektifitas dan
efisiensinya dapat tercapai. Karakteristik air limbah terdiri dari sifat fisik, kimia
dan biologis.
a. Sifat fisik
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya
sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting meliputi
kandungan zat padat, kejernihan, bau, warna, dan temperatur. Bau pada air
limbah dapat menunjukkan apakah air limbah tersebut masih baru atau telah
busuk.
b. Sifat kimia
Bahan kimia dalam air limbah diklasifikasikan sebagai bahan kimia
organik dan bahan kimia anorganik. Bahan kimia organik terlarut dapat
menghabiskan oksigen dalam air limbah serta akan menimbulkan bau yang tidak
sedap. Selain itu akan lebih berbahaya jika bahan tersebut merupakan bahan
beracun. Kandungan bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan
lingkungan melalui berbagai cara.
c. Sifat Biologis
Keterangan biologis diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi
air yang akan dipergunakan kembali. Selain itu juga untuk menaksir tingkat
kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air. Terdapat kehidupan
mikrobiologis didalam air limbah diantaranya: bakteri, jamur, ganggang,
protozoa, virus, dan lain-lain. Bakteri tersebut meliputi bakteri yang membantu
proses perombakan zat organik maupun bakteri patogen yang dapat menjadi
sumber kuman penyakit bagi manusia.

6
2.2 SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri menuju tempat untuk
pengolahan limbah tersebut.
Sistem penyaluran air limbah dibagi menjadi 2 yaitu sistem pengolahan
setempat (on site sanitation) dan sistem pengolahan terpusat (off site
sanitation).Sistem pengolahan setempat (on site sanitation) adalah sistem
pembuangan air limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan dan disalurkan
dalam suatu jaringan yang akan menuju tempat pengolahan air limbah, namun
dibuang langsung ditempat (Arsyad, 2015).
Keuntungan sistem pengolahan setempat adalah :
1. Biaya pembuatan relatif murah
2. Bisa dibuat oleh setiap sektor maupun pribadi
3. Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana
4. Operasi dan pemeliharaan merupakan taggung jawab sendiri.
Kekurangan sistem pengolahan setempat adalah :
1. Pada umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci
2. Dapat mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan
pemeliharaan tidak dilakukan sesuai aturannya
3. Tidak dapat diterapkan pada semua daerah.
Sistem pengolahan terpusat (off site sanitation) adalah sistem pembuangan
air buangan (mandi, cuci, dapur, kotoran) yang disalurkan keluar dari lokasi
pekarangan masing-masing ke tempat saluran pengumpul air buangan selanjutnya
dan disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum
dibuang ke badan air.
Keuntungan sistem pengolahan terpusat adalah :
1. Dapat menampung semua air limbah
2. Menyediakan pelayanan yang terbaik
3. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi
4. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari
5. Memiliki masa pemakaian yang lebih lama

7
Kerugian sistem pengolahan terpusat adalah :
1. Memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik
2. Memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi
3. Menggunakan teknologi yang tinggi
4. Tidak dapat dilakukan perseorangan
5. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang
6. Membutuhkan waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan.
Berdasarkan penyaluran menuju sistem pengolahan, air limbah dibagi
menjadi sistem penyaluran tercampur, sistem penyaluran terpisah dan sistem
penyaluran kombinasi.
a. Sistem Penyaluran Tercampur
Sistem penyaluran tercampur adalah sistem pengumpulan air buangan
yang tercampur dengan air hujan. Sistem ini digunakan apabila daerah
pelayanan merupakan daerah yang padat dan sangat terbatas untu
membangun saluran pembuangan air secara terpisah dengan saluran air
hujan. Debit masing-masing air buangan relatif kecil sehingga dapat
disatukan serta kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda
juga karena memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke
tahun( Sugiharto, 1987)
Keuntungan dari sistem penyaluran tercampur adalah :
1. Hanya diperlukan satu sistem penyaluran sehingga otomatis
2. Terjadi pengenceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi air
buangan menurun
Kerugian dari sistem penyaluran tercampur adalah :
1. Diperlukan area yang luas dan biaya tambahan untuk menempatkan
instalasi pengolahan air buangan.
2. Diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat.

b. Sistem Penyaluran Terpisah


Sistem penyaluran terpisah adalah sistem dimana air buangan disalurkan
sendiri dalam jaringan tertutup dan air hujan disalurkan sendiri dalam saluran
drainase khusus untuk air yang tidak tercemar.

8
Penggunaan sitem terpisah dilakukan dengan pertimbangan :
1. Saluran air limbah berupa saluran tertutup, sedangkan saluran air Hujan
dapat terbuka maupun tertutup.
2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air limbah dan air hujan
3. Air buangan pada umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu,
sedangkan air hujan harus segera disalurkan ke badan air
4. Sesuai jika diterapkan pada daerah yang mempunyai fluktuasi curah hujan
yang cukup besar
Keuntungan sistem penyaluran terpisah adalah :
1. Air hujan tidak diolah dan lngsung dialirkan ke badan air
2. Dimensi saluran yang tidak terlalu besar
Kerugian sistem penyaluran terpisah adalah :
1. Memerlukan tempat yang luas untuk 2 sistem pengumpul air.
c. Sistem Penyaluran Kombinasi
Sistem penyaluran kombinasi adalah sistem penyaluran dimana air
limbah dan air hujan dialirkan bersama-sama sampai pada tempat tertentu baik
melalui saluran terbuka maupun tertutup, tetapi sebelum mencapai tempat
pengolahan, air hujan dan air limbah dipisahkan dengan bangunan regulator. Air
limbah dimasukkan kedalam saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi
pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air (Arsyad,
2015). Penggunaan sitem terpisah dilakukan dengan pertimbangan :
1. Perbedaan yang besar antara kuantitas air hujan yang akan dialirkan ke
jaringan dan kuantitas air limbah pada adaerah pelayanan
2. Dalam kota banyak dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya
dibuang ke sungai tersebut
3. Periode musim kemarau dan musim penghujan yang lama dan fluktuasi air
yang berbeda.
Keuntungan sistem penyaluran Kombinasi adalah :
1. Beban instalasi pengolahan tidak terlalu besar dan air hujan yang mengalir
difungsikan sebagai air penggelontor bagi air limbah pada saat awal
musim hujan.
Kerugian sistem penyaluran kombinasi adalah :

9
1. Diperlukannya konstruksi yang lebih rumit karena terdapat dua sistem
penyaluran.

2.3 METODE PROYEKSI PENDUDUK


Proyeksi penduduk merupakan langkah paling awal yang dilakukan
dalam perencanaan. Proyeksi penduduk dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kebutuhan di tahun yang kita rencanakan sebagai tahun patokan. Dengan
proyeksi penduduk dapat pula diketahui perkembangan penduduk yang akan
datang dengan data yang ada saat ini ataupun data tahun-tahun yang lalu.
Perhitungan Proyeksi penduduk ada beberapa faktor yang mempengaruhi,
diantaranya :
 Jumlah populasi penduduk dalam suatu area
Bila perkembangan penduduk pada masa lampau tidak terdapat
penurunan, maka proyeksi penduduk akan semakin teliti.
 Kecepatan pertambahan penduduk
Bila angka kecepatan pertambahan penduduk pada masa lampau
semakin besar, maka proyeksi penduduk akan berkurang ketelitiannya.
 Kurun waktu proyeksi
Semakin panjang kurun waktu proyeksi, maka proyeksi penduduk akan
semakin berkurang ketelitiannya. Data penduduk masa lampau sangat
penting untuk menentukan proyeksi penduduk pada masa yang akan
datang. Jadi pada dasarnya proyesi penduduk pada masa yang akan
datang sangat bergantung pada data penduduk saat sekarang ataupun
masa lampau.

Adapun metode proyeksi penduduk yang biasa digunakan ada beberapa


macam, antara lain:
1. Metode Aritmatik
Metode aritmatik didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata
setiap tahunnya. Metode ini digunakan jika data berkala menunjukan jumlah
penambahan yang relatif sama setiap tahunnya. Metode ini juga merupakan
metode proyeksi dengan regresi sederhana. Persamaan yang digunakan adalah:

10
Pn = Po + (r.dn) ......................................................... (2.1)
Dimana :
Pn : jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)
Po : jumlah penduduk tahun awal (jiwa)
dn : periode waktu proyeksi
r : rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun (jiwa)

2. Metode Geometrik
Metode geometrik didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-
rata tahunan. Sering digunakan untuk meramalkan data yang perkembangannya
melaju sangat cepat. Persamaan yang digunakan adalah:
Pn = Po (1+r)dn ......................................................... (2.2)
Dimana:
Pn : jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)
Po : jumlah penduduk tahun awal (jiwa)
dn : periode waktu proyeksi
r : rata-rata prosentase pertumbuhan penduduk per tahun (%)

3. Metode Least Square


Metode ini merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan
antara sumbu Y dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk dan X adalah
tahunnya dengan cara menarik garis linier antara data-data tersebut dan
meminimumkan jumlah pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak
data-data dengan garis yang dibuat. Persamaan yang digunakan adalah:
Pn = a + b. N................................................................. (2.3)
Dimana:
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
n : beda tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a dan b: konstanta, konstanta a dan b dapat dicari menggunakan rumus :
{(∑ 𝒑)(∑ 𝒕𝟐 )−(∑ 𝒕)(∑ 𝒑.𝒕)}
𝐚= 𝟐
{𝒏(∑ 𝒕𝟐 )−(∑ 𝒕) }

{𝐧(∑ 𝒑.𝒕)−(∑ 𝒕)(∑ 𝒑)}


𝐛= 𝟐 ………………………………………………...(2.4)
{𝒏(∑ 𝒕𝟐 )−(∑ 𝒕) }

11
Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk,
terlebih dahulu menguji nilai koefisien korelasi I untuk tiap-tiap metode.
Metode dengan nilai uji koefisien korelasi paling mendekati satu dipakai untuk
memproyeksikan penduduk. Persamaan yang digunakan adalah:
{n(∑ 𝑥𝑦)− (∑ 𝑦)(∑ 𝑥)}
I= .…………………………………....(2.5)
√⌊𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦)2 ⌋ [𝑛(∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2 ]

Nilai y untuk masing-masing metode berbeda, untuk metode aritmatik


nilai y adalah jumlah pertumbuhan penduduk, nilai y untuk metode geometri
adalah ln dari jumlah penduduk dan untuk metode least square nilai y adalah
jumlah penduduk.

2.4 PERKIRAAN FASILITAS


Jumlah serta jenis fasilitas yang ada pada daerah layanan menentukan
besarnya kebutuhan air non domestic. Adanya pertambahan penduduk akan
menyebabkan pertambahan fasilitas. Perlu diketahui bahwasanya jumlah suatu
fasilitas yang sudah ada, tidak dapat diproyeksikan. Namun, jumlah fasilitas
yang ada tersebut dapat diperkirakan untuk tahun yang akan datang. Sehingga
tidak ada proyeksi fasilitas, namun yang ada adalah perkiraan jumlah fasilitas
yang ada ditahun yang akan datang. Selain pertambahan penduduk,
pertambahan fasilitas juga dipengaruhi faktor-faktor berikut :
a. Jenis fasilitas.
b. Perluasan fasilitas yang ada.
c. Perkembangan sosial ekonomi.
Perkiraan jumlah fasilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan perbandingan jumlah penduduk.
Ʃ𝒑𝒏 Ʃ𝒇𝒏
=
Ʃ𝒑𝒐 Ʃ𝒇𝒐

Dimana:
pn : jumlah penduduk tahun proyeksi yang diinginkan
po : jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
fn : jumlah fasilitas pada tahun proyeksi yang diinginkan (unit)
fo : jumlah fasilitas pada awal taun proyeksi(unit)

12
2.5 PERHITUNGAN DEBIT AIR LIMBAH
Dalam menentukan besarnya debit air limbah, ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, antara lain:

1. Sumber air limbah


2. Besarnya pemakaian air bersih
3. Curah hujan
4. Daya resap
5. Keadaan air tanah
6. Jenis bahan saluran, cara-cara penyambungan, dan banyaknya bahan
pelengkap lainnya.
Hal-hal yang harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :
a. Debit Air Limbah Rata-Rata Harian
Dari hasil perkiraan besarnya debit penggunaan air bersih untuk
rumah tangga, bangunan umum, institusional dan sebagainya, tidak
keseluruhannya akan mengalir sebagai air limbah. Kehilangan ini terjadi
karena adanya evaporasi, penyiraman tanaman, minum, yang besarnya
diperkirakan sebesar 15%-40%. Dengan kata lain, debit air limbah rata-
rata harian merupakan jumlah dari debit air limbah domestik dan debit air
limbah non domestik. Untuk mencari besarnya debit air limbah domestik
dapat digunakan rumus:
Qd = (60%-85%) x q d………………….…….…….(2.6)
Sedangkan untuk mencari besarnya debit air limbah non domestik
digunakan rumus:
Qnd = (60%-85%) x q nd ……………………… .(2.7)
Sehingga besarnya debit air limbah rata-rata per harinya adalah :
Qave = Qd + Qnd …………… .……………… .(2.8)
Di mana :
Qd = debit air limbah domestik (L/det)
Qnd = debit air limbah non domestik (L/det)
Qave = debit rata-rata air limbah per hari (L/det)
q d = kebutuhan air bersih domestik (L/orang/hari)
q nd = kebutuhan air bersih non domestik (L/orang/hari)

13
(Sumber : Metcalf and Eddy, 1981
b. Debit Infiltrasi Air Tanah dan Air Hujan
Jika digunakan sistem terpisah, harus diperhitungkan pula debit air
yang masuk ke dalam jalur perpipaan, yaitu infiltrasi air tanah dan air
hujan. Infiltrasi ini tidak dapat dihindarkan karena hal tersebut disebabkan
oleh :
 Pekerjaan sambungan pipa yang kurang sempurna.
 Jenis material saluran dan perlengkapan yang dipakai.
 Kondisi air tanah dan fluktuasi muka tanah.
 Celah-celah yang terdapat pada permukaan saluran (manhole) dari
bangunan pelengkap saluran.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Qave inf = ( Finf x Luas Area ) / 86400 …………………….(2.9)
Di mana :
Qave inf = debit rata-rata infiltrasi (L/det)
Finf = faktor infiltrasi (dari grafik average infiltration allowance)
Luas Area = luas area pelayanan (Ha)

Gambar 2.1. Grafik Average Infiltration Rate Allowance

Dari debit rata-rata infiltrasi, didapatkan Q peak infiltration dengan


persamaan berikut :
Qpeak inf = f peak inf x Qave inf………..…………….(2.10)

14
Dimana :
Qpeak inf = debit puncak infiltrasi (L/det)
f peak inf = faktor peak infiltrasi (dari grafik peak infiltration allowance)

Gambar 2.2. Grafik Peak Infiltration Allowance


(Sumber : Metcalf and Eddy, 1981)

d. Fluktuasi Pengaliran
Fluktuasi air limbah tergantung pada fluktuasi pemakaian air bersih. Pada
waktu pemakaian air bersih memuncak, besarnya debit air limbah pun akan
meningkat. Hal yang sama akan berlaku apabila pemakaian air bersih berada
dalam debit minimum. Fluktuasi air limbah yang perlu diperhitungkan, yaitu :
 Debit air limbah rata-rata (Qr)
Qr = Qd + Qnd……………………………….(2.11)
Di mana: Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
Qd = debit air limbah domestik (L/det)
Qnd = debit air limbah non domestik (L/det)

 Debit air limbah puncak (Qpeak)


Qpeak = fpeak x Qr………………………………(2.12)
Di mana: Qpeak = debit air limbah puncak (L/det)
Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
fpeak = faktor puncak

15
Gambar 2.3. Grafik Peak Factor
(Sumber : Metcalf and Eddy, 1981)
 Debit air limbah minimum (Qmin)
Qmin = 1/5 x (P/1000)0.2 x Qr…………….…..(2.13)
Di mana : Qmin = debit air limbah minimum (L/det)
Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
P = penduduk
 Debit air limbah total (Qtot)
Qtot = Qinf + Qpeak………………….……..(2.14)
Di mana : Qtot = debit air limbah total (L/det)
Qinf = debit infiltasi (L/det)
Qpeak = debit air limbah puncak (L/det)

Perhitungan fluktuasi aliran ini penting dan berpengaruh cukup besar pada
sistem penyaluran air limbah, diantaranya adalah:
 Kemungkinan terjadinya pengendapan dalam saluran bila kecepatan
alirannya terlalu lambat.
 Akibat pengendapan tersebut menyebabkan terjadinya proses pembusukan
air limbah.
 Diperlukan penggelontoran bila kecepatan minimum tidak dapat lagi
dicapai, sehingga air limbah akan mengendap.

Besarnya kebutuhan air bersih domestik dapat dihitung berdasarkan


pemakaian dari tiap orang dalam sehari. Sedangkan besarnya kebutuhan air untuk
16
kebutuhan non domestik dihitung berdasarkan pemakaian per unit, per tempat
tidur (TT), atau per orang sesuai dengan jenis layanan dalam satu hari. Dari
perkiraan besarnya penggunaan air bersih untuk rumah tangga, bangunan umum,
institusional, dan sebagainya tidak semuanya akan mengalir sebagai air limbah
yang akan mencapai sistem penyaluran air limbah. Kehilangan ini dapat terjadi
karena evaporasi, penggunaan lain untuk menyiram tanaman, kegiatan mencuci
mobil yang biasanya masuk ke saluran drainase, dan lain sebagainya.
Diperkirakan besarnya kehilangan air tersebut 20-30%. Sehingga besarnya air
limbah yang mencapai saluran adalah 70-80%.

e. Air Limbah Rumah Tangga


Perhitungan debit air limbah didasarkan pada jumlah pemakaian air
minum. Volume air limbah adalah 80% volume air minum. Perhitungan untuk
pemakaian air minum penduduk sebaiknya menggunakan data primer. Apabila
data primer tidak ada, data sekunder yang biasa digunakan adalah data pemakaian
air PDAM untuk rumah yang hanya penggunakan PDAM sebagai satu satunya
sumber air minum. Untuk pendekatan secara umum, berdasarkan berdasarkan SK-
SNI dari kementrian PU kriteria pemakaian air minum untuk kategori kota telah
dikelompokan menjadi sebagai berikut.
Tabel 2.1 Tingkat Pemakaian Air Minum Rumah Tangga Berdasar Kategori Kota

Jumlah Tingkat Pemakaian Air Debit Air Limbah


No Kategori Kota
Penduduk Minum (Ltr/orang/hari) (Ltr/orang/hari)

1 Kota Metropolitan >1000 190 152


2 Kota Besar 500-1000 170 136
3 Kota Sedang 100-500 150 120
4 Kota Kecil 20-100 130 104
5 Kota Kecamatan 3 - 20 100 80
Kota Pusat
6 <3 30 24
Pertumbuhan
Sumber : SK-SNI Air Minum, 2000.

17
f..Air Limbah Domestik Non Rumah Tangga
Air limbah non rumah tangga yang masuk katagori domestik dan bisa
diolah bersama dengan air limbah rumah tangga.
Tabel 2.2 Tingkat Pemakaian Air Minum Non Rumah Tangga

Debit Air Limbah


Domestik Non Tingkat
No Satuan (ltr/equivalen
Rumah Tangga Pemakaian Air
orang/hari)
1 Sekolah 100 Liter/murid/hari 8
2 Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari 160
Puskesmas
3 (Tidak Rawat 2000 Liter/hari 1600
Inap)
4 Masjid 3000 Liter/hari 2400
5 Kantor 10 Liter/karyawan/hari 8
6 Pasar 12000 Liter/hektar/hari 9600
7 Hotel/Losmen 150 Liter/bed/hari 120
8 Rumah Makan 100 Liter/kursi/hari 80
Kompleks
9 60 Liter/orang/hari 48
Militer
Sumber : SK-SNI Air Minum, 2000.

2.6 SISTEM PERPIPAAN


Pipa yang umumnya digunakan untuk saluran limbah cair adalah:
1. Pipa asbes semen (asbestos cement pipe) Pipa asbes semen tahan terhadap
korosi akibat asam, tahan terhadap kondisi limbah yang sangat septik dan
pada tanah yang alkalis.
2. Pipa beton (concrete pipe) Pipa jenis ini sering digunakan untuk saluran
limbah cair ukuran kecil dan sedang (diameter 600 mm). Penanganannya
mudah tetapi umumnya tidak tahan terhadap asam.
3. Pipa besi cor (cast iron pipe) Keuntungan pipa ini adalah umur pengunaan
yang cukup lama, kuat menahan beban, dan karakteristik aliran yang baik.

18
Hanya saja secara ekonomis tidak menguntungkan karena mahal, sulit untuk
pengunaan secara khusus (misalnya untuk saluran yang melewati rawa).
4. Pipa tanah liat (vetrified clay pipe) Keuntungan pipa jenis ini adalah tahan
korosi akibat produksi H2S limbah cair. Sedangkan kelemahannya pipa ini
mudah pecah dan umumnya dicetak dalam ukuran pendek.
5. PVC (polyvinyl chloride) Pipa ini banyak digunakan karena mempunyai
banyak keuntungan antara lain: mudah dalam penyambungan, ringan, tahan
korosi, tahan asam, fleksibel, dan karakteristik aliran sangat baik.
Macam sistem perpipaan pada sistem penyaluran air buangan antara lain:
a. Pipa hubungan seri
Sistem pemipaan dengan susunan seri merupakan jaringan pipa tanpa
cabang ataupun loop. Jaringan ini memiliki satu sumber, satu ujung dan node
yang menyambung 2 pipa yang berada dalam satu jalur. Jaringan pemipaan jenis
ini sangat kecil dan dipakai untuk pendistribusian air kawasan yang kecil.

b. Pipa bercabang
Sistem perpipaan dengan susunan bercabang merupakan kombinasi dari
jaringan pemipaan susunan seri. Dimana, jaringannya terdiri dari satu sumber dan
memiliki banyak cabang. Sistem ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sebuah
komunitas dan investasi yang dikeluarkan tidaklah besar.

c. Pipa tertutup (Loop)


Sistem pemipaan ini merupakan sistem yang mana jaringannya saling
terhubung yang terdiri dari node-node yang menerima aliran air lebih dari satu
bagian. Dengan sistem ini masalah-masalah yang dihadapi pada sistem seri
ataupun bercabang dapat ditangani seperti masalah tekanan. Namun, sistem
pemipaan dengan jaringan ini lebih rumit jika dibandingkan dengan sistem seri
atau bercabang. Untuk biaya operasi dan investasi yang cukup besar. Sistem ini
biasanya dipakai pada daerah yang cukup luas dengan jumlah pemakai yang
cukup besar.

19
d. Pipa Kombinasi
Sistem perpipan jenis ini merupakan sistem jaringan pemipaan yang
umumdigunakan untuk daerah yang luas. Sistem ini merupakan gabungan antara
sistem jaringan bercabang dan sistem jaringan loop.

Pada sistem perpipaan, terdapat beberapa macam pipa yang digunakan


untuk menyalurkan air limbah/buangan pada sistem penyaluran air buangan, yaitu
antara lain:

1. Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak di dalam rumah
dan langsung menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan. Memiliki
diameter 3-4 inci, kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya dengan pipa
servis, membentuk sudut 45° dan apabila perbandingan antara debit dari persil
dengan debit dari saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak
lurus. Perencanaan pipa persil Air Limbah meliputi: letak pipa, diameter
minimum, kemiringan minimum, bak kontrol dan dimensi pipa harus mengacu
pada kriteria dan tatacara perencanaan teknis yang berlaku.
2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil
yang kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter
pipa servis sekitar 6-8 inci, kemiringan pipa 0,5-1 %. Lebar galian pemasangan
pipa servis minimal 0,45 m dengan kedalaman benam awal 0,6 m. Sebaiknya pipa
ini disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.

3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis
untuk dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah
pelayanan. Diameter awal pipa lateral minimal 8 inci, dengan kemiringan pipa
sebesar 0,5-1%.

Perencanaan pipa retikulasi (pipa service dan pipa lateral) air limbah
meliputi: letak pipa, diameter dan bahan pipa, metode konstruksi (open trench
atau pipe jacking), kemiringan minimum, manhole. Perencanaan debit rata-rata

20
(m3/hr) pada masing-masing seksi pipa lateral harus memperhitungkan luas daerah
tangkapan (ha), klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air limbah yang dilayani
(m3/hr/ha). Perencanaan dimensi pipa retikulasi harus memperhitungkan:
a. Debit rata-rata (tanpa infiltrasi)
b. Debit jam maksimum/puncak (dengan infiltrasi)
c. Debit jam minimum (tanpa infiltrasi)
Perencanaan dimensi pipa dan pompa harus memperhitungkan debit jam
maksimum dan debit jam minimum untuk perencanaan penggelontoran di
beberapa seksi pipa. Perencanaan pipa retikulasi harus mengacu pada kriteria dan
tata cara perencanaan teknis yang berlaku.
4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa
lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-
masing pipa. Kemiringan pipa sekitar 0,2–1%.

5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-
pipa cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan.
Kemiringan pipanya sekitar 0,2- 1%.

Jenis pipa saluran limbah cairan yang dipergunakan tidak hanya satu
macam, hal ini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

 Kondisi lapangan (drainase, topografi, jenis tanah, dan kemiringan)


 Karakteristik aliran
 Ketahanan material terhadap kondisi setempat
 Ketahanan terhadap gerusan
 Ketahanan asam, basah, dan korosi
 Kemudahan dalam penanganan dan instalasinya
 Kesediaan dalam berbagai ukuran yang dibutuhkan
 Kehematan

21
2.7 PERHITUNGAN DIMENSI PIPA dan SELF CLEANING VELOCITY
Perhitungan dimensi sistem penyaluran air limbah didasarkan pada
kebutuhan sampai pada akhir periode desain yang direncanakan. Batasan-batasan
yang dijadikan pedoman dalam merencanakan diameter saluran air limbah :
VMaks dalam pipa tidak melebihi 2.5 m/dt.
VMin dalam pipa tidak kurang dari 0.3 m/dt (pada saat debit minimum).
Tinggi renang minimum 50 mm (pada saat QMin).
Tinggi renang pada saat QMaks antara 60% sampai 80% dari diameter pipa.
Nilai d/D ditentukan berdasarkan pada grafik perbandingan QMin/QFull atau juga
dapat digunakan nilai d/D antara 0.6-0.8

Gambar 2.4. Hydraulics Elements for Circular Sewers


(Metcalf and Eddy, 1981)
Perhitungan Self Cleaning Velocity berfungsi sebagai pengecekan kondisi
aliran perpipaan terhadap kontrol sulfida dan kontrol endapan dengan menghitung
kecepatan terhadap pengikisan lendir yang ditimbulkan oleh bakteri sulfida dan
kecepatan yang dapat membersihkan endapan yang ada pada dasar pipa.
Kecepatan aliran disyaratkan 0,6 - 3 m/dtk.
Menentukan perbandingan kedalaman air pada kondisi aliran peak dan
aliran penuh (d/D). Nilai d/D ini juga berfungsi untuk menentukan kedalaman
berenang minimum sehingga dapat diketahui pipa mana yang tidak memenuhi
kedalaman berenang minimum sehingga harus digelontor. Pada saat nilai d/D ini

22
dimasukkan maka nilai kecepatan endapan dapat langsung dicek apakah sudah
masuk dalam range 0,6 - 3 m/dtk atau belum.
a. Qfull
Qfull adalah debit maksimum air limbah.
rumus:
𝑸𝒑𝒆𝒂𝒌
𝑸𝒇𝒖𝒍𝒍 = ……………………..………………(2.15)
𝑸𝒑/𝑸𝒇 𝒂𝒔𝒖𝒎𝒔𝒊

dimana:
Qfull : debit maksimum (m3/detik)
Qpeak : debit total air limbah (liter/detik)
Qp/Qf asumsi : Qp/Qf maksimum yang ditentukan

b. D pipa
Diameter pipa adalah diameter pada pipa yang dipilih untuk digunakan
dalam penyaluran air buangan.
rumus:
𝟎.𝟑𝟕𝟓
𝑸𝒇𝒖𝒍𝒍 𝒙 𝒏
𝑫 = ((𝟎.𝟑𝟏𝟏𝟕 𝒙 𝒔𝒍𝒐𝒑𝒆𝟎,𝟓 )) ……………………………...(2.16)

dimana:
D : diameter pipa (mm)
Qfull : Qfull (m3/detik)
n : koefisien manning
slope : slope ditentukan

c. d/D
d/D adalah perbandingan kedalaman air pada kondisi aliran peak dan
aliran penuh. Nilai d/D ini juga berfungsi untuk menentukan kedalaman
berenang minimum sehingga dapat diketahui pipa mana yang tidak
memenuhi kedalaman berenang minimum sehingga harus digelontor. Pada
saat nilai d/D ini dimasukkan maka nilai kecepatan endapan dapat
langsung dicek apakah sudah masuk dalam range 0,6 - 3 m/dtk atau belum.
Untuk pipa berdiameter kecil sampai dengan 600 mm, angka d/D
maksimum 0,6 ; Untuk pipa (D > 600 mm), angka d/D maksimum = 0,8.

23
rumus:
𝑫𝒑𝒊𝒑𝒂
𝒅/𝑫 = ……...…………………...(2.17)
𝑫 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏

dimana:
Dpipa : diameter pipa hasil perhitungan (mm)
Dpipayangdigunakan : diameter pipa yang digunakan (mm)

d. Nilai Φ
rumus:
𝜱 = 𝟏 − 𝟐 (𝒅/𝑫) ……………..………………….……….(2.18)
dimana:
d/D : perbandingan kedalaman air pada kondisi aliran peak dan aliran
penuh

e. Nilai A/Af
A/Af adalah perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran
penuh.
rumus:
𝟏 𝟏
𝑨/𝑨𝒇 = [𝝅 𝒄𝒐𝒔−𝟏 𝜱] − [𝝅 𝜱√𝟏 − 𝜱𝟐 ] ….………………(2.19)

dimana:
Φ : nilai Φ
𝜋 : 3,14

f. Nilai A
A adalah luas penampang saluran pada kondisi peak.
rumus :
𝑫𝟐
𝑨 = 𝑨/𝑨𝒇 𝒙 𝝅 𝒙 ………………………..………………..(2.20)
𝟒

dimana :
A : luas penampang saluran pada kondisi peak (m2)
A/Af : perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
𝜋 : 3,14
D : diameter pipa yang digunakan/dipilih (mm)

24
g. Nilai P/Pf
P/Pf adalah perbandingan keliling basah pada aliran peak dengan aliran
penuh.
rumus :
𝟏
𝑷/𝑷𝒇 = 𝒄𝒐𝒔−𝟏 𝚽 ………………………………………(2.21)
𝝅

dimana :
𝜋 : 3,14
Φ : nilai Φ

h. Nilai P
P adalah keliling basah pada aliran peak.
rumus :
𝑷 = 𝑷/𝑷𝒇 𝒙 𝝅 𝒙 𝑫 ……………………….…………………(2.22)
dimana :
P : keliling basah pada aliran peak (m)
P/Pf : perbandingan keliling basah pada aliran peak dengan aliran penuh
𝜋 : 3,14
D : diameter pipa yang digunakan/dipilih (mm)
i. Nilai R/Rf
R/Rf adalah perbandingan jari jari saluran pada aliran peak dengan aliran
penuh.
rumus :
𝑹/𝑹𝒇 = 𝑨/𝑨𝒇 𝒙 (𝑷/𝑷𝒇) −𝟏 ……………………………….(2.23)
dimana :
A/Af : perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
P/Pf : perbandingan keliling basah pada aliran peak dengan aliran penuh

j. Nilai V/Vf
V/Vf adalah kecepatan saluran pada aliran peak dengan aliran penuh.
rumus :
𝟐
𝑽/𝑽𝒇 = 𝑹/𝑹𝒇 𝟑 …………………….…………………….(2.24)
dimana :
25
R/Rf : perbandingan jari jari saluran pada aliran peak dengan aliran penuh

k. Nilai Q/Qf
Q/Qf adalah perbandingan debit peak dengan debit penuh.
rumus :
𝑸/𝑸𝒇 = 𝑨/𝑨𝒇 𝒙 𝑽/𝑽𝒇 ……………………………...…….(2.25)
dimana :
A/Af : perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
V/Vf : kecepatan saluran pada aliran peak dengan aliran penuh

l. Nilai Slope
S atau slope adalah kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan.
rumus :
𝟏𝟔
𝟎.𝟑𝟑 𝟏𝟑
𝑺 = 𝟎, 𝟏𝟎𝟗𝟒 𝒙 (𝑹/𝑹𝒇 𝒙 𝑸𝒑𝒆𝒂𝒌𝟑/𝟖 ) ………….……………….(2.26)

dimana :
R/Rf : perbandingan jari jari saluran pada aliran peak dengan aliran
penuh
Qpeak : debit total air buangan (liter/detik)
m. Kecepatan aliran (V)
Nilai V adalah kecepatan aliran pada kondisi aliran puncak. Kecepatan
aliran pada kondisi peak/puncak harus berada dalam range kecepatan self
cleaning 0,6 m/dtk.
rumus :
𝟐
𝟐 𝟏 𝟏
𝟏 𝟏 𝑨 𝟑
𝑽= 𝒙 𝑹𝟑 𝒙 𝑺𝟐 atau 𝑽 = 𝒙 (𝑷) 𝒙 𝑺𝟐 …….……..........(2.27)
𝒏 𝒏

dimana :
V : kecepatan aliran pada kondisi aliran puncak (m/dtk)
n : koefisien manning
R : perbandingan luas penampang saluran dan keliling basah pada
aliran peak
S : kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan

26
2.8 Kedalaman Tanah / Tinggi Galian Pemasangan Pipa
Pemasangan pipa mengikuti slope pipa yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemasangan pipa diusahakan sedemikian rupa sehingga pemompaan tidak
diperlukan. Pompa digunakan apabila pemasangan pipa telah atau hampir
mencapai 7 meter. Pemasangan pipa untuk pipa pertama, kedalaman ditambah
sekitar 1 m untuk kedalaman awal. Hal ini berguna sebagai antisipasi bila pada
jalur pemasangan pipa terdapat pemasangan pipa lain, seperti pipa air minum
ataupun adanya saluran drainase.
a. Slope tanah
Slope tanah adalah kemiringan tanah yang digunakan dalam
pemasangan pipa.
rumus :
(𝒆𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍−𝒆𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓)
𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑻𝒂𝒏𝒂𝒉 = 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒊𝒑𝒂
……………..(2.28)

dimana :
Slope tanah : kemiringan tanah yang digunakan dalam
pemasangan pipa (m)
Elevasi muka awal : elevasi tanah awal saat pemasangan pipa (m)
Elevasi muka akhir : elevasi tanah akhir saat pemasangan pipa (m)
Panjang pipa : panjang pipa yang digunakan/dipasang ( m)
b. Elevasi pipa awal
Elevasi pipa awal adalah ketinggian awal pipa saat dipasang.
rumus :
𝑬𝒍𝒗 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍 = 𝑬𝒍𝒗 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍 – 𝟏 𝒎 – 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒑𝒊𝒑𝒂 ….(2.29)
dimana :
Elevasi pipa awal : ketinggian awal pipa saat dipasang (m)
Elevasi muka awal : elevasi tanah awal saat pemasangan pipa (m)
Diameter pipa : diameter pipa yang digunakan (m)

c. ∆H (headloss)
rumus :
∆𝑯 = 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒙 𝒔𝒍𝒐𝒑𝒆 …….……………………..(2.30)
dimana :

27
Panjang pipa : panjang pipa yang digunakan/ dipasang (m)
Slope : kemiringan yang ditentukan, yakni sebesar 0,006 m

d. Elevasi pipa akhir


Elevasi pipa akhir adalah ketinggian akhir pipa saat dipasang.
rumus :
𝑬𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 = 𝑬𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍 − ∆𝑯 ………(2.31)
dimana :
Elevasi pipa awal : ketinggian awal pipa saat dipasang (m)
∆H : headloss yang telah dihitung

e. Tinggi galian
Tinggi galian adalah tinggi tanah yang harus digali untuk pemasangan
pipa.
rumus :
𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒈𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 = 𝑬𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑬𝒍𝒆𝒗𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 …..(2.32)
dimana :
Elevasi muka akhir : elevasi tanah akhir saat pemasangan pipa (m)
Elevasi pipa akhir : ketinggian akhir pipa saat dipasang (m)

28
2.9 BANGUNAN PELENGKAP SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
Bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan merupakan bangunan
yang dibutuhkan untuk melengkapi bangunan induk. Bangunan pelengkap sistem
penyaluran air buangan ada 9, yaitu:
2.9.1 Manhole
Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air buangan
yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan
saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut selama
pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang saluran, baik dengan
ketinggian sama maupun berbeda. Manhole dapat ditempatkan pada:
a. Permulaan saluran lateral.
b. Setiap perubahan arah: vertikal, yaitu pada ketinggian terjunan lebih
besar dari dua kali diameter digunakan jenis drop manhole. Horizontal,
pada belokan lebih besar 22.50.
c. Setiap perubahan diameter.
d. Setiap perubahan bangunan.
e. Setiap pertemuan atau percabangan beberapa pipa.
f. Setiap terjadi perubahan kemiringan lebih besar dari 450.
g. Sepanjang jalan lurus, dengan jarak tertentu dan sangat tergantung pada
diameter saluran.
Berikut adalah tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran.
Tabel 2.3 Jarak Manhole Menurut Diameter

Diameter (mm) Jarak antara


Manhole (m)
<200 50-100
200-500 100-125
500-1000 125-150
>1000 150-200

Sumber: M Arsyad,2015
Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah

29
melakukan pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman
manhole. Berikut adalah tabel ukuran diameter manhole menurut kedalaman:
Tabel 2.4 Diameter manhole menurut kedalaman

Kedalaman (m) Diameter (m)


<0,8 0,75
0,8-2,5 1-1,2
>2,5 1,2-1,8

Sumber: M Arsyad,2015
Terdapat beberapa bentuk manhole yang dapat digunakan untuk daerah
pelayanan dengan kondisi tertentu:
a. Bentuk persegi panjang atau bujur sangkar, digunakan apabila:
 Beban yang diterima kecil.
 Kedalaman kecil (75-90 cm).
 Pada bangunan siphon, dimensi 60 cm x 75 cm, 75 cm x 75 cm
tidak memerlukan tangga karena pengoperasiannya cukup dari
permukaan tanah.
b. Bentuk bulat, digunakan apabila
 Beban yang diterima besar, baik vertikal maupun horizontal.
 Kedalaman besar.
 Dimensinya berdasarkan kedalaman.
Berikut adalah kriteria/persyaratan manhole:
 Manhole harus ditutup dengan tutup yang dilengkapi kunci, agar
tidak dibuka/dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
 Bersifat padat dan kokoh.
 Kuat menahan gaya-gaya dari luar.
 Accessibility tinggi, tangga dari bahan anti korosi.
 Dinding dan pondasinya kedap air.
 Terbuat dari beton atau pasangan batu kali. Jika diameternya >2.50
m, konstruksinya beton bertulang.
 Bagian atas dinding manhole, sebagai perletakan tutup manhole,
merupakan konstruksi yang flexibel, agar dapat selalu disesuaikan

30
dengan level permukaan jalan yang mungkin berubah, sehingga
tutup manhole tidak menonjol atau tenggelam terhadap permukaan
jalan.
Ketebalan dinding manhole serta lantai kerja tergantung pada:
 Kedalaman.
 Kondisi Tanah.
 Beban yang diterima.
 Material yang digunakan.

Umumnya ketebalan manhole adalah 5” - 9” (125-225 mm). Perumusan


ketebalan dinding:
T = 2 + d/2 (inchi) ..................................................... (2.33)
d = diameter manhole (ft)
Bahan yang digunakan adalah konstruksi beton, pasangan batu kali,
pasangan batu bata. Pada bagian atasnya digunakan” precast concrete‟.

2.9.2 Ventilasi
Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan yang
berfungsi:
 Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif dan juga gas-
gas yang korosif.
 Untuk mencegah terlepasnya gas-gas berbau yang terkumpul pada
saluran.
 Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi zat-zat organik
dalam saluran.
 Untuk mencegah terjadinya tekanan di atas dan di bawah tekanan
atmosfer yang dapat menyebabkan aliran balik pada water seal alat-alat
palmbing.
2.9.3. Terminal Clean Out
Cleanout adalah bangunan pelengkap saluran yang biasanya diletakkan
pada ujung awal saluran, pada jarak 150-200 ft dari manhole. Jarak antar cleanout
berkisar 250-300 ft. Cleanout berfungsi sebagai:

31
 Tempat untuk memasukkan alat pembersih ujung awal pipa
servis/lateral.
 Tempat memasukkan alat penerangan saat dilakukan pemeriksaan.
 Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan.
 Menunjang kinerja manhole dan bangunan penggelontor.
 Turut berperan dalam proses sirkulasi udara.
 Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan
namun untuk menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8”.
2.9.4. Drop Manhole
Drop Manhole adalah bangunan yang dipasang jika elevasi permukaan air
pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih besar
dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu manhole
pertemuan. Sebelum sampai di roil pertemuan itu, roil pemasukannya harus
dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke bawah diluar mnhole dengan
samnungan T atau Y.
Drop Manhole berfungsi untuk menghindari terjadinya spalshing air
buangan yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu operator. Selain
itu drop manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S yang terbentuk
dalam saluran. Dua jenis drop manhole yang sering digunakan:
- Tipe Z (pipa drop 90 )
- Tipe Y (pipa drop 45 )
2.9.5. Junction dan transition
Junction adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk
menyambungkan satu atau lebih saluran pada satu titik temu dengan saluran
induk. Junction ini dilengkapi dengan manhole agar memudahkan pemeliharaan,
karena penyumbatan akibat akumulasi lumpur sering terjadi.
Transition adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambung
saluran bila terjadi perubahan diameter dan kemiringan. Transition juga
dilengkapi dengan manhole. Junction dan transition dapat menyebabkan
berkurangnya energi aliran, untuk memperkecil kehilangan energi, maka perlu
dipenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
 Kecepatan aliran dari setiap saluran yang bersatu harus seragam

32
 Dinding saluran dibuat selicin mungkin
 Perubahan sudut aliran pada junction tidak boleh terlalu tajam.
 Sudut pertemuan antara saluran yang masuk (saluran cabang) dan
saluran yang keluar (saluran utama) maksimum 45.
2.9.6. Belokan
Dalam pembuatan belokan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
 Dinding saluran harus selicin mungkin.
 Bentuk saluran harus seragam, baik radius maupun kemiringan
saluran.
 Untuk mempermudah pemeriksaan terhadap clogging, perlu dibuat
manhole.
 Untuk meminimalisir kehilangan energi akibat belokan, maka perlu
dihindari radius lengkung belokan yang sangat pendek. Batas bentuk
radius lengkungan dari pusat adalah lebih besar dari 3 kali diameter
saluran.
 Dihindari adanya perubahan penampang melintang saluran.
2.9.7. Bangunan penggelontor
Bangunan penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran
dalam saluran, mencegah pembusukkan kotoran dalam saluran, dan menjaga
kedalaman air pada saluran. Penggelontoran diperlukan untuk penyaluran air
buangan dengan sistem konvensional, sementara penyaluran air buangan dengan
menggunakan sistem Small Bore Sewer (SBS), tidak memerlukan penggelontoran,
karena pipa saluran hanya mengalirkan effluent cair dari air buangan tidak berikut
padatannya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada bangunan penggelontor ini
adalah, air penggelontor harus bersih tidak mengandung lumpur, pasir, dan tidak
asam. Basa atau asin, selain itu air penggelontor tidak boleh mengotori saluran.
a. Jenis Penggelontoran
Berdasarkan kontinuitasnya, penggelontoran dibagi menjadi dua:
- Sistem kontinu
Penggelontoran dengan sistem kontinu, adalah sistem dimana
penggelontoran dilakukan secara terus menerus dengan debit konstan. Dalam

33
perencanaan dimensi saluran tambahan debit air buangan dari penggelontoran
harus diperhitungkan.
Dengan menggunakan sistem kontinu maka, kedalaman renang selalu
tercapai, kecepatan aliran dapat diatur, syarat pengaliran dapat terpenuhi, tidak
memerlukan bangunan penggelontor di sepanjang jalur pipa, tetapi cukup berupa
bangunan pada awal saluran atau dapat berupa terminal cleanout yang
dihubungkan dengan pipa transmisi air penggelontor. Selain itu, kelebihan dari
penggunaan sistem kontinu ini adalah kemungkinan saluran tersumbat kecil dapat
terjadi pengenceran air buangan, serta pengoperasiannya mudah. Sedangkan
kekurangannya yaitu, debit penggelontoran yang konstan memerlukan dimensi
saluran lebih besar, terjadi penambahan beban hidrolis pada bangunan.
- Sistem periodik
Dalam sistem periodik, penggelontoran dilakukan secara berkala pada
kondisi aliran minimum. Penggelontoran dilakukan minimal sekali dalam sehari.
Dengan sistem periodik, penggelontoran dapat diatur sewaktu diperlukan, debit
gelontor akan sesuai dengan kebutuhan.
Dimensi saluran relatif tidak besar karena debit gelontor tidak
diperhitungkan. Penggunaan sistem penggelontoran secara periodik, akan
menyebabkan lebih banyaknya unit bangunan penggelontor di sepanjang saluran,
selain itu ada kemungkinan pula saluran tersumbat oleh kotoran yang tertinggal.
b. Volume air penggelontor
Volume air gelontor tergantung pada:
 Diameter saluran yang digelontor
 Panjang pipa yang digelontor
 Kedalaman minimum aliran pada pipa yang digelontor.
Untuk perencanaan penggelontoran sistem kontinu perhitungannya
dilakukan bersama dengan perhitungan dimensi penyaluran air buangan,
sedangkan untuk sistem periodik perhitungan perencanaannya sebagai berikut:
V gelontor = tg x Qg ......................................... (2.34)
Keterangan:
V gelontor : Volume air gelontor (m3)
Tg : Waktu gelontor (detik)

34
Qg : Debit air gelontor (m3/detik)
c. Alternatif Sumber Air Penggelontor
Air penggelontor dapat berasal dari berbagai sumber. Air penggelontor
dapat berasal dari air buangan dalam pipa riol itu sendiri atau air dari luar seperti
air tanah, air hujan, air PDAM, air sungai, danau dan sebagainya. Air
penggelontor yang dari luar harus tawar (bukan air asin), untuk menghindari
terjadinya penambahan kadar endapan/suspensi atau kadar kekerasan dan
kontaminan yang lebih besar.

2.9.8 Syphon
Syphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal/
miring. Misalnya, bila saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan raya
rendah, saluran irigasi, lembah, dan sebagainya, dimana elevasi dasarnya lebih
rendah dari elevasi dasar saluran riol.
a. Kriteria perencanaan
 Diameter minimum 15 cm namun untuk memberikan kecepatan yang
lebih tinggi diameter bisa lebih kecil (minimal 10 cm) namun untuk
menghindari penyumbatan siphon harus dilengkapi pipa penguras
(drain).
 Pipa harus terisi penuh.
 kecepatan pengaliran harus konstan agar mampu menghanyutkan
kotoran atau buangan padat, kecepatan desain biasanya lebih besar
(0.6-0.9) m/detik.
 Dibuat tidak terlalu tajam agar mudah dalam pemeliharaan.
 Perencanaan harus mempertimbangkan debit minimum, rata-rata, dan
maksimum.
 Pada awal dan akhir siphon harus dibuat sumur pemeriksaan untuk
memudahkan pembersihan.

b. Pendimensian
Dimensi pipa siphon dapat dihitung dengan persamaan kontinuitas
Q = A.V=1/4 π D2 ............................................. (2.35)

35
Keterangan:
Q : Debit air buangan (m3/detik)
V : Kecepatan aliran dalam siphon (m/detik)
D : Diameter pipa siphon (m)

c. Kehilangan tekanan
Kehilangan tekanan dalam siphon berperan dalam perencanaan
siphon, dengan mengetahui kehilangan tekanan maka perbedaan
ketinggian awal dan akhir saluran siphon dapat ditentukan dengan tepat.
Berikut persamaan untuk menentukan kehilangan tekanan:
h = v2/2g (1+a+b.L/D) ..................................... (2.36)
a = 1/v-1
b = 1,5 (0.019819+0.0005078)
Keterangan:
h : Kehilangan tekanan sepanjang siphon
a : Koefisien kontraksi pada mulut dan belokan pipa
b : Koefisien gaya gesek antar air dengan pipa
L : Panjang pipa
D : Diameter pipa
Agar pengaliran berjalan lancar, elevasi awal siphon harus lebih tinggi dari
elevasi akhir siphon. Tinggi yang dibutuhkan adalah headloss selama pengaliran
yang berasal dari entrance loss, headloss sepanjang pipa dan headloss dibelokan.
d. Inlet chamber
Inlet chamber berfungsi sebagai bangunan peralihan dari pipa air buangan
yang sifat alirannya terbuka menuju pipa siphon yang sifat alirannya bertekanan,
selain itu inlet chamber pun berfungsi untuk mendistribusikan air buangan ke
dalam masing-masing pipa siphon sesuai dengan kondisi alirannya. Inlet
chamber berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang yang dilengkapi dengan
unit pembagi aliran.
Dimensi:
 Lebar = diameter pipa air buangan + diameter pipa siphon aliran
rata-rata + diameter pipa siphon aliran max +2”.

36
 Panjangnya disesuaikan dengan panjang manhole.
 Ketinggiannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
overflow ke dalam manhole di sampingnya.

e. Outlet chamber
Fungsi outlet chamber adalah kebalikan dari inlet chamber. Bentuk
dimensinya sama dengan inlet chamber hanya dilengkapi dengan sekat dan
terjunan agar alirannya tidak kembali masuk ke pipa siphon lainnya. Dimensi
sekat memiliki ketinggian yang disesuaikan dengan kedalaman alirannya
sedangkan ketinggian terjunan dipertimbangkan terhadap kedalaman penanaman
pipa air buangan.

f. Drain
Untuk pembersihan pipa bagian dasar, diperlukan pipa drain yang
menyalurkan kotorannya ke bak penampung yang terdapat dalam manhole,
selanjutnya dipompa. Bentuknya berupa pipa horizontal yang dihubungkan
dengan pipa siphon dan menggunakan „Y connection‟ serta dilengkapi dengan
valve. Diameternya sama dengan diameter pipa siphon. Tempat
penyambungannya pada bagian sisi pipa siphon yang menurun.

g. Stasiun pompa
Stasiun pompa terdiri sumuran pengumpul (wet well / sump well) yang
berfungsi sebagai suatu reservoir penyeimbang untuk menahan perbedaan volume
air buangan yang masuk dan volume air buangan yang dapat dikeluarkan pompa,
juga sebagai bak ekualisasi untuk memperkecil beban fluktuasi pompa. Jumlah
dan lokasi stasiun pompa biasanya ditentukan dari perbandingan biaya konstruksi
dan operasi serta perawatan, dengan biaya konstruksi dan perawatan saluran
berdiameter besar dan dangkal. Jenis pompa untuk air buangan diantaranya:
1) Pompa sentrifugal
2) Pneumatic ejector
3) Screw pump

37
Untuk penyaluran air buangan, umumnya digunakan pompa sentrifugal
bertipe non clogging, yang dapat membawa air buangan yang mengandung
partikel padat. Klasifikasi pompa sentrifugal:
1. Axial flow/propeller pumps
Digunakan untuk air hujan. Karakteristik pompa ini adalah mahal, headnya
< 9 meter dan Ns = 8000-16000 rpm.
2. Mixed flow/angle flow
Digunakan untuk ait hujan dan juga air buangan. Pompa ini memiliki Ns =
4200-9000 rpm dan paling murah.
3. Radial flow pump
Digunakan untuk air buangan dan lebih banyak yang menggunakannya
karena jarak antara impeller-nya jauh sehingga memperkecil penyumbatan.
Pompa ini memiliki Ns = 4200-6000 rpm dan harganya tidak terlalu mahal. Ns
adalah specific speed yang menunjukkan efisiensi dari pompa.
Penggolongan klasifikasi pompa ini biasanya ditentukan oleh spesifik
speed (Ns) pada titik efisiensi maksimum dan dapat dilihat sebagai berikut:
Ns = N.Q1/2 (H3/4) ......................................... (2.37)
Keterangan:
N : Rotasi impeller (rpm)
Q : Debit pada efisiensi optimum
H : Total head (feet)
Operasi pompa sentrifugal pada Ns yang rendah mempunyai efisiensi yang tinggi.

2.9.9. Spesifikasi Teknis Tinggi Galian Pipa


Tinggi galian pipa merupakan hal yang sangat penting karena
berhubungan langsung dengan kecepatan air. Pada proses penggalian, pipa harus
dipasang lurus pada kedalaman yang tepat sesuai dengan gambar rencana.
Sebelum penggalian pipa dimulai, data lapangan secara detail disiapkan sesuai
dengan rencana penyelidikan data ulang kondisi daerah pelayanan. Panjang
pelaksanaan pekerjaan penggalian pipa disesuaikan dengan kemampuan pipa yang
akan dipasang agar tidak meninggalkan galian pipa yang terbuka. Lebar galian
harus dibuat lebih agar dapat memasukkan penyangga, penguat galian, peralatan

38
pembangunan sipil dan harus cukup untuk meletakkan dan menyambungkan pipa
dengan baik.
Harus dilakukan persiapan-persiapan tersendiri untuk menampung
sementara bahan galian, yang diperlukan untuk pengurugan kembali. Bahan galian
yang tidak dapat digunakan sebagai bahan urugan atau keperluan lain, dinagkat
dari lapangan untuk dibuang ke tempat pembuangan ahir yang telah disepakati.
Pengurugan harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan bahwa tanah yang digunakan bukan termasuk tanah lempung
asli (kadar clay <20%).
Pengurugan dilakukan secara berlapis dengan tebal lapisan 20 cm,
kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat berat. Bahan urugan harus bebas
dari akar-akaran, bahan organik, sampah dan batuan yang lebih besar dari 10 cm.

39
BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN

3.1 LETAK ADMINISTRATIF DAN GEOGRAFIS


Kecamatan Jambangan Secara administratif terletak di Kota Surabaya,
Provinsi Jawa. Luas wilayah Kecamatan Jambangan 385.167 m2 atau 0,38 Km2.
Kecamatan Jambangan dibagi menjadi 4 kelurahan meliputi kelurahan
pagesangan, kelurahan karah, kelurahan jambangan dan kelurahan Kebon Sari.
Kecamatan Jambangan terbagi menjadi 126 RT (Rukun Tetangga) dan 26 RW
(Rukun Warga). Wilayah Utara kecamatan Jambangan berbatasan dengan
Kecamatan Wonokromo, sebelahSelatan berbatasan dengan Kota Sidoarjo,
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Karangpilang dan sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Gayungan.

(Sumber: Google Maps 2017)


Gambar 3.1 Peta Lokasi Kecamatan Jambangan
3.2 KLIMATOLOGI
Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya termasuk kota-kota yang
ada di sekitar garis kaltulistiwa. Pada umumnya kota tersebut beriklim
tropis basah, dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Kondisi suhu udara rata-rata berkisar antara 23-33○C.

40
3.3 TOPOGRAFI DAN TATA GUNA LAHAN
Letak ketinggian elevasi Kecamatan Jambangan yang masukdalam
kawasan Surabaya selatan adalah ±7 m diatas permukaanlaut (dpl). Secara
umum Kecamatan Jambangan wilayahnya didominasi oleh daerah
terbangun, yaitu permukiman, dan fasilitas-fasilitas umum, seperti gedung
perdagangan dan perkantoran.

3.4 DEMOGRAFI
Indikator untuk melihat dan mengkaji sejauh mana pertumbuhan
dan perkembangan di wilayah kecamatan jambangan adalah jumlah dan
kepadatan penduduk. Jumlah penduduk Kecamatan selama 5 tahun
terakhir, yaitu mulai tahun 2011-2015 yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Jambangan, Surabaya

Jumlah Penduduk
Tahun
(jiwa)

2012 47.419

2013 49.640
2014 51.290
2015 47.548
2016 49.310
Sumber: Badan Statistik Kota Surabaya, 2016

3.5 FASILITAS UMUM

Selain menggunakan data jumlah penduduk Kecamatan Jambangan


dari tahun 2011-2015 data lain yang digunakan adalah data Fasilitas umum
yang terdapat di Kecamatan Jambangan. Fasilitas umum yang terdapat di
Kecamatan Jambangan meliputi, Tempat Ibadah, Sekolah, Panti Asuhan,
Sarana Kesehatan dan Pasar. Jumlah fasilitas umum yang terdapat di
kecamatan jambangan akan disajikan dalam Tabel 3.2

41
Tabel 3.2 Fasilitas umum Kecamatan Jambangan, Surabaya

Panti
Tempat Fasilitas Sarana
No Tahun Asuh Pasar Industri
Ibadah Pendidikan Kesehatan
an
1 2012 135 22 3 1 1 16
2 2013 43 24 3 1 1 16
3 2014 84 25 3 1 1 7
4 2015 89 26 3 1 1 7
5 2016 89 26 3 1 1 7
Sumber: Badan Statistik Kota Surabaya, 2016

42
BAB IV

PERENCANAAN SISTEM AIR BUANGAN

4.1 ANALISA PROYEKSI PENDUDUK

Analisa perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk dilakukan


dengan menggunakan tiga metode berikut:
a. Metode Aritmatik
Metode aritmatik yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
penduduk dihitung dengan menghitung selisih dari jumlah penduduk pada
tahun ke-n dengan jumlah penduduk tahun ke- n-1. Berikut Tabel
pertumbuhan penduduk menggunakan Metode Aritmatika

Tabel 4.1 Perhitungan jumlah penduduk dengan Metode Aritmatika

Jumlah
No Tahun Penduduk X Y X^2 Y^2 XY
(jiwa)
1 2012 47.419 0 0 0 0 0
2 2013 49.640 1 2.221 1 4932841 2221
3 2014 51.290 2 1.650 4 2722500 3300
4 2015 47.548 3 -3.742 9 14002564 -11226
5 2016 49.310 4 1.762 16 3104644 7048
JUMLAH 10 1.891 30 3575881 1343
R -0,456010957
Sumber: Hasil Perhitungan.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai regresi dengan
metode aritmatika pertumbuhan penduduk Kecamatan Jambangan sebesar -
0,456010957.

b. Metode Geometrik
Metode Geometrik yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
penduduk dihitung dengan menghitung LN dari jumlah penduduk pada
tahun ke-n.

Tabel 4.2 Perhitungan jumlah penduduk dengan Metode Geometri

43
Jumlah
No Tahun Penduduk X Y x^2 y^2 xy
(jiwa)
1 2012 47.419 1 10,7668 1 115,9235 10,76678
2 2013 49.640 2 10,8126 4 116,9113 21,62510
3 2014 51.290 3 10,8453 9 117,6195 32,53575
4 2015 47.548 4 10,7695 16 115,9820 43,07798
5 2016 49.310 5 10,8059 25 116,7671 54,02941
JUMLAH 15 54 55 583,2034 162,03503
R 0,170024848
Sumber: Hasil Perhitungan.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai regresi pertumbuhan
penduduk dengan metode Geometrik sebesar 0,170024848

c. Metode Least Square


Metode Least Square yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan penduduk dihitung dengan Y = jumlah penduduk.

Tabel 4.3 Perhitungan jumlah penduduk dengan Metode Least Square

Jumlah
No Tahun Penduduk X Y X^2 Y^2 XY
(jiwa)
1 2012 47.419 1 47.419 1 2248561561 47419
2 2013 49.640 2 49.640 4 2464129600 99280
3 2014 51.290 3 51.290 9 2630664100 153870
4 2015 47.548 4 47.548 16 2260812304 190192
5 2016 49.310 5 49.310 25 2431476100 246550
JUMLAH 15 245.207 55 12035643665 737311
R 0,16612519
Sumber : Hasil Perhitungan.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai regresi pertumbuhan


penduduk dengan metode Least Squaresebesar 0,166125199

Berdasarkan perhitungan yang telah diperlihatkan diatas, nilai


regresi yang mendekati angka 1 adalah metode aritmatika dengan nilai r =
0,4 namun, setelah dilakukan percobaan untuk proyeksi penduduk dengan
metode aritmatika hasil proyeksi tidak mengalami perubahan atau tetap

44
seperti tahun sebelumnya, kemudian digunakan metode geometri untuk
memproyeksikan penduduk dengan nilai r = 0,1 dan didapatkan perubahan
jumlah penduduk, sehingga metode geometrik inilah yang selanjutnya
digunakan dalam memproyeksikan pertumbuhan penduduk 10 tahun
mendatang di Kecamatan Jambangan.Hasil perhitungan proyeksi jumlah
penduduk Kecamatan Jambangan tahun 2017 - 2026 ditampilkan pada
Tabel 4.4

Tabel 4.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Jambangan Tahun 2017 –


2026
Jumlah Proyeksi
Tahun
Penduduk (jiwa)

2017 49.746
2018 50.185
2019 50.629
2020 51.076
2021 51.527
2022 51.982
2023 52.442
2024 52.905
2025 53.373
2026 53.844
Sumber: Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan proyeksi penduduk menunjukkan pertambahan


penduduk Kecamatan Jambangan semakin tahun semakin meningkat.

4.2 PROYEKSI FASILITAS


Proyeksi fasilitas merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan untuk
merencanakan daerah pelayanan penyaluran air minum dan penyaluran air
limbah. Karena perkembangan penduduk yang dari tahun ke tahun
semakin meningkat, maka fasilitas yang diperlukan pun juga ikut
meningkat jumlahnya. Dengan adanya data mengenai proyeksi fasilitas
nantinya diharapkan dapat dihitung jumlah kebutuhan air bersih non
domestik. Adapun data fasilitas umum yang didapatkan sebagai berikut :

45
Tabel 4.5 Data Fasilitas Umum Kecamatan Jambangan Tahun 2016

Tempat Fasilitas Panti Sarana


No Tahun Pasar Industri
Ibadah Pendidikan Asuhan Kesehatan
1 2012 135 22 3 1 1 16
2 2013 43 24 3 1 1 16
3 2014 84 25 3 1 1 7
4 2015 89 26 3 1 1 7
5 2016 89 26 3 1 1 7
Sumber : Hasil Perhitungan

Dalam hal ini tidak dilakukan proyeksi fasilitas karena setelah


dilakukan perhitungan untuk proyeksi fasilitas hasilnya tidak
merepresentasikan sebuah proyeksi, jadi untuk proyeksi fasiitas
menggunakan data jumlah fasilitas pada tahun terakhir.

4.3 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH

Perencanaan sistem penyaluran air minum guna memasok


kebutuhan air di Kecamatan Jambangan ini dikhususkan pada kebutuhan
air untuk kebutuhan domestik saja. Jumlah kebutuhan air domestik
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebiasaan, pola dan tingkat
kehidupan yang didukung oleh adanya perkembangan sosial ekonomi.
Kebutuhan air bersih di Kecamatan Jambangan didasarkan pada standar
kebutuhan air bersih domestik PU Cipta Karya. Adapun standar tersebut
disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kriteria Penyediaan Air Minum Berdasarkan Jumlah Penduduk


Penyediaan Air
No Kategori Kota Jumlah Penduduk
(L/orang/hari) Kehilangan
SR HU
1 Metropolitan >1.000.000 190 30 20%
2 Kota Besar 500.000-1.000.000 170 30 20%
3 Kota Sedang 100.000 - 500.000 150 30 20%
4 Kota Kecil 20.000- 1.000.000 130 30 20%
5 Desa <20.000 100 30 20%

Sumber: Dirjen PU Cipta Karya, 2007.

46
Dari tabel kriteria kebutuhan air minum, dapat diketahu bahwa
Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya termasuk jenis kota metropolitan,
karena jumlah penduduk di Kota Surabaya lebih dari 1.000.000 jiwa.
Standar kebutuhan air domestik yang dijadikan sebagai acuan dalam
proyeksi kebutuhan air di Kecamatan Jambangan sampai tahun 2026.

a. Penentuan Blok Pelayanan dan Kebutuhan Air Bersih Per Blok

Untuk mempermudah pelayanan dalam perencanaan SPAB, maka


daerah pelayanan ini dibagi menjadi blok-blok pelayanan. Pada
perencanaan Kecamatan Jambangan dibagi menjadi 5 blok pelayanan.
Pembagian blok tersebut memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah:
 Kepadatan penduduk dari luas daerah terbangun pada tiap
desa/kelurahan.
 Jaringan jalan
 Topografi
 Tata guna lahan dari tiap desa/kelurahan tersebut
 Batas wilayah desa/kelurahan
Dengan adanya pembagian blok akan mempemudah pengawasan
pelayanan. Berikut merupakan tabel pembagian blok pelayanan
pembuangan air limbah, yang mana pada blok 1 saluran air limbah
diarahkan menuju ke IPAL I sedangkan blok 2 diarahkan ke menuju ke
IPAL II dan blok 3 diarahkan menuju ke IPAL III dan terakhir blok 4
menuju ke IPAL IV. Dengan membagi daerah pelayanan menjadi
beberapa blok, maka dapat di ketahui kebutuhan air bersih tiap blok dari
perbandingan persentase luas area terlayani dengan luas masing-masing
daerah yang menjadi bagian dari blok tersebut dan dapat diketahui
kebutuhan air bersih tiap blok dari perhitungan kebutuhan air domestik
dan non-domestik masingmasing blok tersebut. Dengan asumsi persentasi
penduduk yang terlayani berdasarkan perencanaan dan fasilitas umum
(non-domestik) terlayani 100% dalam masing-masing blok. Pembagian
blok pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut.

47
Tabel 4.7 Pembagian Blok dan Kebutuhan Air Bersih Tiap Blok Kecamatan
Jambangan

jumlah
Jumlah % luas total
Luas % penduduk luas
Blok Kelurahan penduduk yang penduduk
(Ha) pelayanan yang terlayani
2025 terlayani terlayani
terlayani
1 Karah 110 19346 80 100 15476 110 15476
2 Jambangan 8 10901 60 90 6540 7 6540
3 Kebonsari 9 10894 80 70 8715 6 8715
4 Pagesangan 12 14606 80 90 11685 11 11685
Sumber: Hasil Perhitungan

Perencanaan sistem penyaluran air bersih guna memasok


kebutuhan air di Kecamatan Jambangan ini ditujukan pada kebutuhan
masarakat sehari – hari khususnya kebutuhan domestik. Kebutuhan
domestik adalah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk memenuhi
kegiatan sehari-hari atau rumah tangga seperti minum, memasak, mandi,
cuci, menyiram tanaman, halaman, pengangkutan air buangan (dapur dan
toilet), sehingga kebutuhan air domestik merupakan bagian terbesar dalam
perencanaan kebutuhan air. Jumlah kebutuhan air domestik dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti kebiasaan, pola dan tingkat kehidupan yang
didukung oleh adanya perkembangan sosial - ekonomi.

Penentuan kebutuhan air bersih rata-rata pada Kecamatan


Jambangan untuk kebutuhan air perorang yang dilihat dari jumlah
penduduk dan jenis kotanya didasarkan pada tabel 4.6 menurut Standar PU
Cipta Karya. Dari tabel kriteria kebutuhan air minum, dapat diketahui
bahwa Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya termasuk jenis kota
metropolitan, karena jumlah penduduk di Kota Surabaya lebih dari
1.000.000 jiwa. Standar kebutuhan air domestik yang dijadikan sebagai
acuan dalam proyeksi kebutuhan air di Kecamatan Jambangan sampai
tahun 2025.

48
Jumlah penduduk Kecamatan Jambangan pada tahun 2020 adalah
51076 jiwa, dengan tingkat pelayanan yang ada 100%. Maka jumlah
penduduk yang terlayani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Untuk menentukan kebutuhan jam puncak guna pembagian


pengambilan air pada masing masing pipa sekunder, maka harus
mengetahui jumlah penduduk terlebuh dahulu. Ketika seluruh proyeksi
jumlah penduduk sudah didapat maka langkah selanjutnya yaitu,
menentukan tingkat pelayanan yang mana nilai ini diasumsikan bernilai
80%. Kemudian, untuk mementukan jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pelayanan, maka dapat digunakan rumus:

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pelayanan = Jumlah penduduk


x % tingkat pelayanan

Contoh perhitungan pada tahun 2020 yaitu:

Jumlah penduduk (Tingkat Pelayanan) = 51.076 jiwa x 80%

= 40860,8 jiwa

Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya termasuk dalam kota


metropolitan, maka nilai kebutuhan air penduduk yaitu 120. Kebutuhan air
ini digunakan untuk mnentukan kebutuhan air domestik dimana rumus
yang digunakan sebagai berikut:

b. Kebutuhan Air Domestik = Jumlah penduduk x 120

Kebutuhan Air Domestik = Jumlah penduduk x 120

= 40860,8 orang x 120

= 4.903.200 l/hari

= 56,75 l/detik

Sedangkan untuk mengetahui kebutuhan air non-domestik


diasusmsikan menggunakan nilai 15% lalu dihitung menggunakan rumus:

49
c. Kebutuhan Air Non-domestik = 15% x Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air Non-domestik = 15% x Kebutuhan air domestik

= 15% x 56,75l/detik

= 8,51 l/detik

Setelah mengetahui kebutuhan air domestik dan non-domestik,


maka selanjutnya dapat menghitung jumlah kehilangan air akibat
kebocoran yang mana digunakan asumsi nilai 25% dari kebutuhan
domestik dan non-domestik, berikut rumus menghitung jumlah kehilangan
air akibat kebocoran:

d. Kehilangan Air Akibat Kebocoran = 25% (Kebutuhan Domestik +


Kebutuhan Non-domestik)

Kehilangan Air Akibat Kebocoran = 25% (56,75 l/detik + 8,51 l/detik)

= 25% (65,26 l/detik)

= 16,31 l/detik

Hasil perhitungan kebutuhan air Kecamatan Jambangan Kota Surabaya


dapat dilihat di Tabel 4.8 yang dilampirkan.

4.3 PERHITUNGAN DEBIT AIR BUANGAN


Dalam merencanakan Sistem Penyaluran Air Buangan, debit air
buangan harus diketahui untuk mengetahui diameter pipa yang akan
digunakan, kemiringan pemasangan pipa, tinggi galian tanah saat
pemasangan pipa dan lain sebagainya. Perhitungan debit air buangan pada
pipa 1, dari manhole 1 ke manhole 2 adalah sebagai berikut :

a. Debit Air Limbah


Contoh perhitungan yang diambil adalah pada pipa 1, yaitu :
Qam = (120/86400) x Jumlah penduduk x 80%
= (120/86400) x 15476 x 80 %

= 17,20 l/ detik

50
b. Debit Air Rata-Rata
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Qr = (120/(86400x1000)) x Jumlah penduduk x80%
= (120/(86400x1000)) x 15476x80%
= 0,017 m3/detik
c. Debit Air Limbah Maksimum
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok1, yaitu :
Qmax = 1,25 x Q average
= 1,25 x 0.017
= 0,021 m3/detik

d. Faktor Peak
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
F peak diambil berdasarkan grafik dengan melihat nilai debit rata-rata
F peak = 3,2
e. Debit peak
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Q peak = Q average x F peak x 86400
= 0,017x 3,2 x 86400
= 4754,4 m3/hari
f. Faktor ave Infiltrasi
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Fpeak Infiltrasi = dilihat dari grafik dengan melihat luas wilayah
= 6 m3/ha.hari
g. Debit Rata-rata Infiltrasi
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Q ave infiltrasi = Luas wilayah x F ave Infiltrasi
= 110 x 6
= 660 m3/hari
h. Faktor Peak infiltrasi
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
F peak infiltrasi = diambil dari grafik dengan melihat luas wilayah

51
= 10,2
i. Debit Peak Infiltrasi
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada pipa 1, yaitu :
Q peak infiltrasi = Fpeak x Luas wilayah
= 10,2 x 110 ha
= 1122 m3/hari
j. Debit peak Total
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok 1, yaitu :
Q peak total = Q peak + Q peak infiltrasi
= 4754,4 + 1122
= 5876,35 m3/hari
k. Debit Minimum
Contoh perhitungan yang diambil adalah pada blok1, yaitu :
Q min = 1/5 x (P/1000)0,2 x Qr
= 1/5 x (15476/1000)0,2 x 0,017
= 0,006 m3/hari/1000 m
Hasil perhitungan kedalaman tanah untuk pemasangan pipa yang lain
dapat dilihat di Tabel 4.9 terlampir

4.4 PERHITUNGAN DIAMETER PIPA

Dalam membangun perencanaan suatu intstalasi misalkan untuk


membangun untuk penanaman pipa saluran air limbah pada suatu daerah
adalah menentukan diameter pipa. Setelah dilakukan semua perhitungan
seperti langkah-langkah di atas tersebut, langkah selanjutnya adalah
menentukan diameter pipa atau berapa besar pipa yang akan di gunakan
dalam perencanaan pipa air limbah di Kecamatan Jambanagan

Berikut ini adalah data perhitungan penggunaan besar diameter


pipa pada perencanaan air limbah atau air buangan di Kecamatan
Jambangan.

l. Perhitungan debit maksimum air limbah


Qpeak
Qfull =
Qp/Qf asumsi

52
0,1602 l/detik
=
0,6718
= 0,0002 m3/detik

m. Perhitungan diameter pipa


0.375
Qfull x n
D= ( )
(0,3117 x slope0,5 )
0,0002 m3/detik 𝑥 0,016 0.375
= ( )
(0,3117 𝑥 0,0060,5 )
= 0,03754 m

n. Perhitungan perbandingan kedalaman air pada kondisi aliran peak


dan aliran penuh
Dpipa
d/D =
D pipa yang digunakan
0,03754 m
=
0,15 m
= 0,25
Untuk hasil perhitungan diameter pipa yang lain dapat dilihat di
Tabel 4.10 terlampir terlampir

4.6 PENANAMAN PIPA


Perhitungan dimensi dan penanaman pipa untuk saluran air limbah
atau air buangan dilakukan dengan menghitung perbedaan elevasi tanah,
slope medan, slope rencana pipa dan selanjutnya adalah dengan
menntukan nilai d/D untuk memperoleh nilai Qpeak, Qmin, dan nilai
Qfull. Untuk dimensi ABR setelah memperoleh hasil perhitungan mass
balance kemudian dilakukan perhitungan dimensi unit ABR dan
kedalaman penanaman pipa saluran air limbah atau air buangan di dalam
tanah.
Pada awal penanaman pipa penggalian tanah dari permukaan tanah
sedalam 1 m, sedangkan untuk pipa selanjutnya berdasarkan kedalaman
akhir penanaman pipa sebelumnya, asalkan kedalaman akhir penanaman

53
pipa tidak melebihi dari 7 m. Apabila melebihi dari 7 m maka harus
menggunakan bangunan pelengkap yaitu pompa.

Untuk pipa sekunder dan tersier, kedalaman penanaman awalnya


adalah 2 (dua) meter. Hal ini dikarenakan, letak pipa primer harus lebih
rendah dari pipa sekunder dan tersier agar aliran air limbah dapat terjadi
secara gravitasi.

o. Perhitungan slope tanah


(elevasi muka awal − elevasi muka akhir)
Slope Tanah =
panjang pipa
(9 m − 8 m)
=
715,4 m
= 0,0014 m

p. Perhitungan elevasi pipa awal


Elevasi pipa awal = Elevasi muka awal – 1 m – diameter pipa
= 9 m – 1 m – 0,37 m
=7,63 m

q. Perhitungan ∆H / headloss
∆H = panjang pipa x slope
= 715,4 m x 0.0014 m

=1,0 m

r. Perhitungan elevasi pipa akhir


Elevasi pipa akhir = Elevasi pipa awal − ∆H
= 8 m − 1,0 m

=7,0 m

s. Perhitungan kedalaman tanah


Kedalaman Tanah = Elevasi muka akhir − Elevasi pipa akhir
= 8 m − 6,6 m
=1,4 m

54
Berdasarkan dengan tahap-tahap perhitungan Kedalaman tanah/tinggi
galian untuk pemasangan pipa di atas, dapat diketahui bahwa pada pipa 1 dengan
elevasi pipa awal 9 m dan elevasi pipa akhir 8 m, kedalaman tanah untuk
pemasangan pipa 1 adalah sebesar 1,4 m. Hasil perhitungan kedalaman tanah
untuk pemasangan pipa yang lain dapat dilihat di tabel 4.12 terlampir

4.7 BANGUNAN PELENGKAP


Dalam Perencanaan suatu sistem Penyaluran air Limbah atau buangan
terdapat bangunan pelengkap berupa Manhole merupakan lubang untuk
memeriksa memelihara dan memperbaiki saluran. Manhole dilengkapi dengan
tutup dari beton dan cast iron galvanized beserta anak tangga sebagai akses jalan
dalam melakukan perawatan. Macam-macam manhole berupa manhole lurus,
manhole belokan, dan manhole pertemuan saluran.
Banyaknya jumlah manhole yang dibutuhkan dalam saluran perpipaan
didasarkan pada kondisi eksisting jalan dan diameter pipa yang dipasang. Jumlah
manhole yang dibutuhkan untuk jalur A-B adalah sebagai berikut:
Panjang saluran = 715,4meter

Diamater pipa = 375 mm


Jarak antar manhole = 100 m
Sehingga, jumlah manhole yang dibutuhkan adalah:
Jumlah manhole = Panjang saluran/ jarak antar manhole
= 715,4 meter/ 100 m
= 7 buah manhole
Jenis manhole yang digunakan sepanjang jalur A-B adalah manhole lurus
sebanyak 7 buah.
Perhitungan jumlah Manhole selanjutnya dapat dilihat di Tabel 4.13 yang
terlampir .

55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari perencanaan penyaluran air buangan
Kecamatan Jambangan adalah sebagai berikut :
1. Proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Jambangan menggunakan
metode Geometri untuk memperoleh jumlah penduduk sehingga diketahui
jumlah kebutuhan air hingga tahun pelayanan 2025. Jumlah kebutuhan air dari
tahun 2017-2026 sebesar 1033,6 liter/detik. Dari kebutuhan air tersebut
kemudian dihitung jumlah air limbah yang dihasilkan. 80% dari kebutuhan air
dinyatakan sebagai air buangan, dan debit air limbah yang dihasilkan adalah
826,8 liter/detik.
2. Sistem penyaluran air buangan di Kecamatan Jambangan ditetapkan
berdasarkan hasil analisis penulis untuk pengembangan ke depannya.
3. Sistem penyaluran air buangan di Kecamatan Jambangan mengikuti
gravitasi. Sistem penyaluran air buangan ini menggunakan sistem terpisah.
Telah dilakukan perhitungan terhadap diameter pipa, dan tinggi galian sehingga
kecepatan air buangan tidak terhambat dan tidak terjadi kemampatan. Terdapat
penggelontoran pada jaringan pipa dengan adanya penggelontoran pada
jaringan pipa maka dibutuhkan lubang manhole yang cukup untuk melakukan
perawatan.

5.2 SARAN
Sistem penyaluran air buangan perlu dirancang ulang kembali apabila
telah melewati tahun perencanaan yakni tahun 2025, untuk pertimbangan
kapasitas pelayanan dan juga diameter pipa eksisting yang ada. Sehingga jika
terjadi peningkatan dan sistem tidak mampu menyalurkan lagi, maka diameter
pipa harus diganti ke diameter yang lebih besar.
Sistem penyaluran air buangan yang telah terbangun perlu dilakukan
operasi dan pemeliharaan yang baik sehingga tidak mengalami kerusakan yang
dapat menghambat proses penyaluran.

56
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Muh. 2015. Perencanaan Sistim Perpipaan Air Limbah Kawasan


Pemukiman Penduduk. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.6 No.1.
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2016. Surabaya dalam Angka Tahun 2016.
Surabaya.
Dirjen Cipta Karya. 2003. Pengelolaan Air Limbah Perkotaan. Departemen
Permukiman dan Prasaran Wilayah. Jakarta
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Metcalf dan Eddy. 1981. Waste Water Engineering Collection and Pumping of
Waste Water. New York: Mc Graw.Hill Book Co.

57

Anda mungkin juga menyukai