Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air limbah domestik adalah air yang berasal dari usaha atau kegiatan
permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan perumahan.
Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air seni, limbah kamar mandi,
dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga.
Kabupaten Tana Tidung merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Utara yang memiliki kepadatan yang rendah dengan kepadatan
penduduk yang tercatat pada tahun 2021 adalah 6 jiwa/km2 dan jumlah penduduk
total adalah 25.584 jiwa. Sehingga dibutuhkan kondisi lingkungan yang baik pula,
utamanya terkait dengan sarana dan prasarana sanitasi. Namun, kondisi sanitasi di
Kabupaten Tana Tidung pada kenyataannya masih belum dapat dikatakan baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi eksisting saluran drainase yang kotor dan
sering meluap. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat berperilaku
bersih dan sehat, ketidakberdayaan masyarakat didalam pemenuhan rumah sehat
dan layak huni, keterbatasan prasarana dan sarana lingkungan yang layak, serta
banyaknya warga yang menyalurkan air buangan bekas cuci, dapur, dan kamar
mandi (greywater) langsung menuju saluran drainase. Apabila hal tersebut tetap
dibiarkan, maka dapat menyebabkan pengendapan dan peluapan pada saluran
drainase dan tercemarnya sungai yang dapat mengakibatkan berbagai masalah
baru terkait manusia dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan pada kondisi eksisting yang ada, maka dilakukan perencanaan
instalasi pengolahan limbah domestik dengan menggunakan unit anaerobic
baffled reactor yang dipilih karena keunggulannya dalam kemudahan
pengoperasian karena tidak membutuhkan tenaga operasional khusus, stabil dan
tahan terhadap hydraulic dan organic shock loading, mudah dalam pemeliharaan
karena hanya butuh dilakukan pengurasan setiap 2-3 tahun sekali. Biaya yang
dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan relatif murah karena tidak
membutuhkan tenaga dan pemeliharaan khusus.
1.2 Tujuan Perencanaan
Tujuan dari tugas perencanaan ini adalah merencanakan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik dengan unit anaerobic baffled reactor
yang sesuai, sehingga diharapkan dapat mengurangi pencemaran oleh limbah
domestik hasil buangan rumah tangga ke saluran drainase maupun ke Sungai di
Kabupaten Tana Tidung

1.3 Ruang Lingkup Perencanaan


Ruang lingkup dari kegiatan perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Domestik dengan unit anaerobic baffled reactor ini meliputi:
 Penentuan debit puncak dan debit minimum air buangan.
 Alternatif pengolahan.
 Perencanaan desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik
dengan unit anaerobic baffled reactor.
 Menentukan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
 Penentuan penempatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Domestik dengan unit Anaerobic Biofilter.
 Wilayah perencanaan sistem penyaluran air buangan domestik ini adalah
di Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan
Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Limbah Domestik


Air limbah domestik menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan pemukiman
yang berwujud cair. Pada umumnya mengandung bahan atau zat membahayakan.
Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak
diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan dan lingkungan
hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001). Sumber air
limbah dari kegiatan rumah tangga seperti dari urine, kegiatan mandi, mencuci
peralatan rumah tangga, mencuci pakaian serta kegiatan dapur lainnya. Idealnya
sebelum air limbah dibuang ke saluran air harus diolah terlebih dahulu dalam
tangki peresapan. Prinsip dasarnya adalah bahwa air limbah yang dilepas ke
lingkungan sudah tidak berbahaya lagi bagi kesehatan lingkungan. Air Limbah
yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak sangat luas, misalnya
dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab
ketidakseimbangan ekosistem sungai dan sebagainya.

2.2 Komposisi Limbah Cair


Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting:
1. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba pentogen.
2. Air seni (urine), umumnya mengandung nitrogen dan posfor, serta
kemungkinan kecil mikroorganisme.
3. Grey Water merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci, dan kamar
mandi. Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta sedangkan
campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water.
2.3 Karakteristik Air Limbah Domestik
Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat dan karakteristik
fisika, kimia, dan biologi. Studi karkteristik limbah perlu dilakukan agar dapat
dipahami sifat-sifat tersebut dan sejauh mana tingkat pencemaran dapat
ditimbulkan limbah terhadap lingkungan. Dalam menentukan karakteristik limbah
maka ada tiga jenis sifat yang harus diketahui yaitu:
A. Sifat Fisik
 Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan
kedalam dua kelompok besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel
dapat dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut maupun
tersuspensi dapat bersifat organis dan anorganis tergantung dari mana sumber
limbah. Disamping kedua jenis padatan ini ada padatan terendap karena
mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa
waktu akan mengendap sendiri karena beratnya. Zat padat tersuspensi yang
mengandung zat-zat organik pada umumnya terdiri dari protein, ganggang dan
bakteri.
1) Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada
partikel koloid yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang
yang terdapat dalam limbah, kekeruhan merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh
membuat hilang nilai estetikanya.
2) Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai dalam
limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang menimbulkan
penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran dari nitrogen, sulfur dan
fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya
bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses
alamiah.
3) Suhu
Limbah yang mempunyai suhu panas akan mengganggu pertumbuhan biota
tertentu. Suhu yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan suhur alami.
Suhu berfungsi memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi
pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi
lebih besar dari pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.
4) Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi, mangan, humus,
plankton, tanaman air, dan buangan industri. Warna berkaitan dengan kekeruhan
dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian pula
warna dapat disebabkan oleh zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna
menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun warna tidak
menimbulkan racun.
B. Sifat Kimia
1) Biological Oxygen Demand (BOD)
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat
organis dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung
karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari
sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah
bakteri untuk menguraikan semua zat-zat organik yang terlarut maupun sebagian
tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Nilai ini hanya
merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat
organik ini terjadi secara alami. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat
biota lainnya yang membutuhkan oksigen menjadi kekurangan dan akibatnya
biota yang memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin tinggi angka BOD
semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.
2) Chemical Oxygen Demand (COD)
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktunya
dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan
oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan
yang tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam
limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak
realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan analisis COD. COD
adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis
dan organis sebagaimana pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat organik. Semakin dekat nilai BOD terhadap COD
menunjukkan bahwa semakin sedikit bahan anorganik yang dapat dioksidasi
dengan bahan kimia. Pada limbah yang mengandung logam-logam pemeriksaan
terhadap BOD tidak memberi manfaat karena tidak ada bahan organik dioksida.
Hal ini bisa jadi karena logam merupakan racun bagi bakteri. Pemeriksaan COD
lebih cepat tetapi tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara biologis.
Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.
3) Keasaman Air (pH)
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang
mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril sebagai akibatnya
membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota tertentu.
Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat hidup seperti ikan. Air yang
mempunyai pH rendah membuat air korosif terhadap bahan-bahan kontruksi besi
dengan kontak air. Limbah atau air buangan rumah tangga mempunyai pH<7 atau
bersifat asam. Adapun pH yang baik untuk air minum maupun air limbah adalah
netral.
4) Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat, garam-
garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya
kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi
kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Untuk menurunkan kesadahan air
dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan
ion CaCO, ion Mg bikarbonat dan lain-lain.
5) Lemak dan Minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam limbah bersumber
dari instalasi yang mengolah bahan baku mengandung minyak. Lemak dan
minyak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri.
Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput.
6) Oksigen Terlarut (DO)
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi
BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat
menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Kemampuan
air untuk mengadakan pemulihan secara alami banyak tergantung pada
tersedianya oksigen terlarut. Angka oksigen yang tinggi menunjukkan keadaan
semakin baik. Pada temperatur dan tekanan udara alami kandungan oksigen dalam
air alami bisa mencapai 8 mg/lt. Aerator salah satu alat yang berfungsi
meningkatkan kandungan oksigen dalam air. Lumut dan sejenis ganggang
menjadi sumber oksigen karena proses fotosintesis melalui bantuan sinar
matahari. Semakin banyak ganggang semakin besar kandungan oksigennya.
7) Klorida
Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas
berfungsi desinfektan tetapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion
natrium menyebaban air menjadi asin dan dapat merusak pipa-pipa instalasi.
8) Phospat
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan
organisme lainnya yang dikenal dengan eutrophikasi. Ini terdapat pada ketel uap
yang berfungsi untuk mencegah tigginya kadar phospat sehingga tumbuh-
tumbuhan dalam air berkurang jenisnya pada gilirannya tidak merangsang
pertumbuhan tanaman air. Kesuburan tanaman ini akan menghalangi kelancaran
arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut.
C. Sifat Biologis
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hamper
dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108
organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun
berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh,
metabolisme, dan reproduksi). Secara tradisional mikroorganisme dibedakan
menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh karena
itu, mikroorganisme kemudian dimasukkan kedalam ketegori protista, status yang
sama dengan binatang ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan secara terpisah.
(Ginting, Perdana. 2007)

2.4 Anaerobic Biofilter


Pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini merupakan pengembangan
dari proses-proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. Pengolahan air
limbah dengan proses biofilter anaerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak
pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), bak pengendap akhir, dan jika perlu
dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.
Air limbah yang berasal dari aktifitas toilet dan non toilet terlebih dahulu
disaring secara fisik kemudian masuk ke bak penampung untuk selanjutnya
dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak
pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak
pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah
aliran dari atas ke dan bawah ke atas.
BAB III
KONDISI EKSISTING WILAYAH STUDI

3.1. Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Tana Tidung merupakan bagian dari wilayah Provinsi


Kalimantan Utara yang dimana Kabupaten Tana Tidung memiliki luas wilayah
administrasi seluas 4.828,58 km2 . secara astronomi terletak diantara 1160 42’ 50
– 1170 49’ 50 Bujur Timur dan 312’12” – 30 46’ 41’ Lintang Utara.

Akhir tahun 2020, wilayah administrasi Kabupaten Tana Tidung terdiri dari
5 Kecamatan, dengan luas daratan masing-masing kecamatan, yaitu: Kecamatan
Sesayap (97.671 Ha), Kecamatan Sesayap Hilir (257.149 Ha), Kecamatan Muruk
Rian (135.503 Ha), Kecamatan Betayau (116.502 Ha), dan Kecamatan Tana Lia
(140.879 Ha).

Gb. 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Tana


Tidung
3.2. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Wilayah Kecamatan Sesayap adalah bagian dari wilayah Kabupaten Tana
Tidung, dengan luas wilayah 393,92 km2, jumlah penduduk 10.489 jiwa, Laki-laki
13.656 orang, Perempuan 11.928 orang. Batas Wilayah Kecamatan Sesayap
sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan
 Sebelah Timur : Kecamatan Sesayap Hilir
 Sebelah Selatan : Kabupaten Bulungan
 Sebelah Barat : Kabupaten Malinau
Secara administrasi Kecamatan Sesayap terdapat 7 Desa. Dengan rata-rata
suhu udara di Kecamatan Sesayap pada tahun 2020 adalah 27,70°C, dengan rata-
rata titik maksimal pada 31,66°C dan rata-rata titik minimal pada 24,66°C.

3.3. Tata Guna Lahan


Wilayah daratan Kecamatan Sesayap masih merupakan kawasan hutan
kaena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak dibandingkan
kawasan-kawasan lainnya. Area kawasan hutan mencapai Ha atau sekitar 40.085,0
Ha, daerah persawahan/lading sekitar 515,0 Ha , perkebunan dengan luas sekitar
61.092,0 Ha, sehingga total luas lahan keseluruhan sekitar 101.692 Ha

3.4 Iklim
Kecamatan Sesayap sepanjang tahun 2021 adalah 26,9°C yang berkisar
antara 21,8°C – 35,4°C. Sedangkan curah hujan selama tahun 2021 antara 151
mm sampai 376,9 mm. Untuk kelembaban udara tercatat relatif tinggi antara 83%
sampai dengan 87% dengan rata-rata tahun 2008 adalah 85%.

3.5 Kondisi Eksisting Kabupaten Tana Tidung


Kondisi air buangan di Kabupaten Tana Tidung berasal dari berbagai
macam sumber antara lain: limbah domestik (rumah tangga) berupa air sabun,
deterjen dan limbah black water, lingkungan perdagangan atau jasa komersial baik
warung, toko, maupun pasar serta berasal dari fasilitas-fasilitas umum seperti
puskesmas, sekolah, pasar, rumah dan restauran yang ada di Kota tersebut.
Ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
memelihara lingkungan sekitar yang sehat. Semua jenis air buangan tersebut perlu
adanya pengolahan sehingga air buangan tidak mencemari lingkungan. Adapun
pertimbangan perlunya pengolahan terhadap air buangan adalah segi estetika
(bau), kemungkinan terjadinya penyakit dan musnahnya kehidupan air. Hal
tersebut sangat merugikan manusia dan lingkungan. Bahaya yang ditimbulkan
dari air buangan tersebut mau tidak maumembuat kita untuk merencanakan sistem
jaringan pengolahan air limbah dan buangan. Suatu daerah diperlukan suatu
sistem pengolahan yang baik, untuk mencegah timbulnya efek-efek samping
seperti timbulnya penyakit dan terjadinya pencemaran akibat dari adanya air
limbah domestik tersebut. Perlu dilakukan Perencanaan dalam membangun
sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik yang efektif dan
efisien.
Berdasarkan studi literature volume limbah cair yang dihasilkan oleh setiap
orang mulai dari mandi, cuci dan lain-lain mencapai 100 liter/hari. Lebih rinci lagi
menyebutkan rata-rata air limbah dari daerah permukiman sebagaimana tercermin
dalam tabel berikut:
Tabel 3.1 Rata-rata Aliran Air Limbah dari Daerah Permukiman
Jumlah Limbah per Rata-Rata
No. Sumber
Orang per Hari (liter) (lt/orang/hari)
1. Apartemen 200-300 260
2. Hotel, penghuni tetap 150-220 190
3. Tempat tinggal keluarga:
- Rumah pada umumnya 190-350 280
- Rumah yang lebih baik 250-400 310
- Rumah mewah 300-550 380
- Rumah pondok 120-200 150
Besarnya jumlah pencemar domestik yang masuk ke badan air ditentukan
oleh kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari pembuangan limbah serta
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air limbah yang dihasilkannya.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas diperlukan suatu kajian pengelolaan
limbah kota sehingga diharapkan nantinya air limbah domestik Kota Tarkan dapat
dikelola sebelum dibuang ke lingkungan.
3.6 Data Penduduk dan Fasilitas Umum
3.6.1 Data Penduduk
Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat
diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk
merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Data jumlah penduduk di
Kabupaten Tana Tidung, tiap tahunnya cukup mengalami peningkatan dan
penurunan. Hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam penentuan dimensi IPAL
dan debit pengaliran. Data yang digunakan yaitu data jumlah penduduk 5 tahun
terakhir yaitu: 2017, 2018, 2019, 2020, 2021.
Tabel 3.2 Data Penduduk di Wilayah Perencanaan
JUMLAH PENDUDUK (jiwa)
Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021
Sesayap 9.476 10.118 10.850 11.670 10.489

(Sumber: BPS Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka, 2022)

3.6.2 Data Fasilitas Umum dan Sosial


Penduduk Kabupaten Tana Tidung, menyediakan beberapa fasilitas umum
diantaranya fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan dan
perkantoran, pasar serta rumah makan dan toko. Data fasilitas umum dan sosial ini
digunakan untuk memperkirakan kuantitas air buangan domestik yang berasal dari
non penduduk. Data jumlah dan penyebaran fasilitas untuk masing–masing
kecamatan dapat diketahui sebagai berikut:
1. Fasilitas Pendidikan
Kecamatan Sesayap terdapat beberapa fasilitas pendidikan yang terdiri dari
TK, SD, SMP dan SMA sebagaimana dirinci pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Fasilitas Pendidikan di Wilayah Perencanaan
Jumlah Fasilitas Untuk Pendidikan
Kecamatan
TK SD SMP SMA
Sesayap 5 7 2 1
(Sumber: Kecamatan Sesayap Dalam Angka tahun 2022)
2. Fasilitas Kesehatan
Guna menunjang kesehatan masyarakat, telah disediakan beberapa jenis
fasilitas kesehatan yaitu puskesmas posyandu dan sebagainya.
Tabel 3.4 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Perencanaan
Jumlah Fasilitas Kesehatan
Kecamatan
Rumah Sakit Puskesmas Posyandu
Sesayap 1 1 10
(Sumber: Kecamatan Sesayap Dalam Angka tahun 2022)
3. Fasilitas Peribadatan
Jenis fasilitas peribadatan di Kecamatan Sesayap terdiri dari masjid dan
langgar
Tabel 3.5 Fasilitas Peribadatan di Wilayah Perencanaan
Jumlah Fasilitas Untuk Peribadatan
Kecamatan
Masjid Gereja Mushola Pura
Sesayap 7 12 11 1
(Sumber: Kecamatan Sesayap Dalam Angka tahun 2022)
4. Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan yang ada Kecamatan Sesayap, dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 3.6 Fasilitas Pusat Perdagangan/Jasa Di Wilayah Perencanaan
Jumlah Fasilitas Untuk Perdagangan
Kecamatan Pasar Permanen/Non
Toko Warung Supermaket
Permanen
Sesayap 28 64 342 5
(Sumber: Kecamatan Sesayap Dalam Angka tahun 2022)

3.6.3 Data Pemakaian Air Bersih Penduduk Dan Fasilitas


Analisis sektor domestik merupakan aspek penting dalam menganalisis
kebutuhan penyediaan di masa mendatang. Analisis sektor domestik untuk masa
mendatang dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk pada
wilayah yang direncanakan. Kebutuhan air domestik untuk kota dibagi dalam
beberapa kategori, yaitu:
 Kota kategori I (metropolitan)
 Kota kategori II (kota besar)
 Kota kategori III (kota sedang)
 Kota kategori IV (kota kecil)
 Kota kategori V (desa)
Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada tiap – tiap kategori dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7 Kriteria Perencanaan Air Bersih

Gb. 3.2 Kriteria Perencanaan Dirjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

Analisis sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan pada


analisis data pertumbuhan terakhir fasilitas – fasilitas sosial ekonomi yang ada
pada wilayah perencanaan. Kebutuhan air non domestik menurut kriteria
perencanaan pada Dinas PU dapat dilihat dalam berikut ini:
Tabel 3.8 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V (Desa)
Sektor Nilai Satuan
Sekolah 5 Liter/Murid/Hari
Rumah Sakit 200 Liter/Bed/Hari
Puskesmas 1200 Liter/Unit/Hari
Masjid 3000 Liter/Unit/Hari
Mushola 2000 Liter/Unit/Hari
Pasar 12000 Liter/Hektar/Hari
Komersial / Industri 10 Liter/Unit/Hari
(Sumber: Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996)

Anda mungkin juga menyukai