Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK LINGKUNGAN

Perbandingan Standar Baku Mutu Air Limbah di


Indonesia dengan Belanda

Kelompok 2 :

Michael Tiojordy 6101801103


Stevanus James 6101801119
William Bernardus 6101801133
Yulius Kevin 6101801157
Jonathan Tirtadjaja 6101801215

Kelas : E
Dosen
Prof. Yong-Chan Seo, Ph. D. & Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ir., M.Eng., Ph.D.

Asisten Dosen
Addina Shafiyya Ediansjah, S.T., M.T. & Finna Fitriana, S.T., M.Sc.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BANDUNG
2021
STANDAR BAKU MUTU AIR LIMBAH DI INDONESIA

Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Semua makhluk
membutuhkan air untuk hidup. Air yang digunakan oleh makhluk hidup akan kembali lagi ke
alam dalam bentuk air limbah. Menurut peraturan menteri lingkungan hidup republik
Indonesia nomor 68 tahun 2016 air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan
yang berwujud cair. Air limbah domestik adalah air yang dihasilkan dari skala rumah tangga
dan usaha dan/atau kegiatan berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu dilakukan
pengolahan air limbah sebelum dibuang ke media lingkungan. Baku mutu air limbah adalah
suatu batasan atau ukuran dari kadar unsur pencemar di dalam air limbah yang akan dibuang
ke permukaan air. Di Indonesia sendiri standar baku mutu air limbah domestik diatur dalam
Peraturan menteri lingkungan hidup republik Indonesia nomor 68 tahun 2016.

Peraturan menteri ini nantinya menjadi acuan kepada :


1. Gubernur atau pemerintah daerah dalam menerapkan baku mutu air limbah.
2. Pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota,
dalam menerbitkan izin lingkungan dan SPPL.
3. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pengolahan air limbah domestik dalam
menyusun perencanaan pengolahan air limbah domestik dan penyusunan dokumen
lingkungan hidup.

Pengolahan air limbah domestik dapat dilakukan secara tersendiri atau terintegrasi.
Tersendiri berarti mengolah air limbah tanpa menggabungkan dengan kegiatan lainnya
sedangkan terintegrasi berarti menggabungkan air limbah dengan kegiatan lainnya ke dalam
satu sistem pengolahan limbah. Pengolahan air limbah yang dilakukan wajib memenuhi
ketentuan baku mutu air limbah domestik. Pada tabel 1 menunjukkan baku mutu air limbah
domestik.

Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Domestik Tersendiri


Sumber : Permen Lingkungan Hidup no 68 tahun 2016
Untuk peraturan air limbah domestik terintegrasi dapat dilihat pada Lampiran II Permen
Lingkungan Hidup no 68 tahun 2016.
Dalam pengolahan air limbah domestik wajib dilakukan pemantauan untuk
mengetahui pemenuhan ketentuan baku mutu air limbah. Ketentuan persyaratan teknis baku
mutu air limbah dapat dilihat pada pasal 4 ayat 2. Hasil pemantaun tersebut harus mencakup
catatan air limbah domestik yang diproses harian, catatan debit dan pH harian limbah
domestik, dan hasil analisa laboratorium terhadap air limbah domestik yang paling sedikit
dilakukan 1 kali dalam 1 bulan. Lalu hasil pemantauannya dilaporkan secara berkala kepada
bupati/walikota setiap 1 kali dalam 3 bulan. Setiap usaha atau kegiatan air limbah juga perlu
operasional standar pengolahan air limbah dan sistem tanggap darurat. Jika terjadi
pencemaran akibat kondisi yang tidak normal maka perlu dilaporkan kegiatan
penanggulangan pencemaran kepada bupati/walikota.

Jika suatu usaha atau kegiatan tersebut tidak mampu mengolah air limbah domestik
sendiri wajib menyerahkan kepada pihak lain yang usaha dan kegiatannya mengolah air
limbah domestik. Pihak lain yang mengolah air limbah wajib memiliki izin lingkungan,
memiliki izin pembuangan dan baku mutu air limbah domestik sesuai dengan tabel 1.

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI INDONESIA

Sistem pengolahan air limbah di Indonesia menggunakan teknologi IPAL (Instalasi


Pengolahan Air Limbah). Penerapan teknologi IPAL diperuntukan untuk pengolahan limbah
yang berbentuk cairan misalnya seperti air bekas cucian yang mengandung deterjen dan
sabun, air tinja dan oli/minyak bekas dari bengkel. Teknologi IPAL dapat mengurangi potensi
bahaya terhadap lingkungan karena dengan diterapkannya teknologi IPAL, air limbah yang
dibuang ke saluran air diolah/ diproses terlebih dahulu agar menjadi baku air yang siap
diproses lebih lanjut dan tidak mencemari lingkungan sekitar. Apabila lingkungan sekitar
tercemar dapat menimbulkan permasalahan yang baru seperti permasalahan sosial dan
kesehatan. Sumur-sumur warga yang berada di sekitar saluran dapat terdampak dari
pencemaran yang ditimbulkan oleh resapan dari kotornya saluran air. Air dapat mengandung
sejumlah bakteri yang tidak baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat setempat karena apabila
air yang sudah tercemar tersebut dikonsumsi dapat memunculkan penyakit-penyakit misalnya
seperti tipes, diare, kolera dan berbagai macam penyakit lainnya.

Sistem pengolahan air limbah domestik yang menggunakan teknologi IPAL dibagi menjadi 2
sistem yaitu SPALD-T (Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat) dan SPALD-S
(Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat). SPALD-S merupakan sistem
pengelolaan yang dilakukan dengan mengolah air limbah domestik di lokasi sumber, yang
selanjutnya lumpur hasil olahan diangkut dengan sarana pengangkut ke sub sistem
pengolahan lumpur tinja. Sedangkan SPALD-T merupakan sistem pengelolaan yang
dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara kolektif ke sub sistem
pengolahan terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke badan air permukaan. Pemilihan jenis
SPALD sekurang-kurangnya harus mempertimbangkan kepadatan penduduk, kedalaman
muka air tanah, kemiringan tanah, permeabilitas tanah, dan kemampuan pembiayaan. Proses
pengolahan air limbah domestik pada sub sistem pengolahan terpusat dapat dilakukan dengan
cara pengolahan fisik, kimiawi, dan biologis. Pengolahan fisik dapat dilakukan dengan cara
pengapungan, penyaringan, pengendapan air limbah domestik, pengentalan (thickening) dan
pengeringan (dewatering) untuk lumpur. Kemudian untuk pengolahan secara kimiawi dapat
dilakukan dengan pemberian suatu zat kimia ke dalam air limbah domestik dan lumpur.
Selain itu untuk pengolahan secara biologis dapat dilakukan dengan cara aerobik, anaerobik,
kombinasi aerobik-anaerobik, dan anoksik.

PERMASALAHAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Jika dilihat dari kandungan dalam air limbah sendiri, limbah cair yang dibuang masih
terkandung bahan-bahan kimia tertentu yang dapat merusak lingkungan dan ekosistem di
sekitarnya. Karena selain masyarakat yang dapat memanfaatkan baku air pada saluran
tersebut terdapat juga sejumlah biota dan hewan yang menggunakan air tersebut. Selain itu
air yang mengandung bahan kimia juga dapat merusak tingkat keasaman (PH) pada air tanah
dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap pada lingkungan sekitar.

Selain dari kandungan air limbah yang masih tercemar, banyak studi yang menyebutkan
bahwa banyak bangunan yang ada di indonesia tidak sesuai dengan SNI. Pemerintah sendiri
memiliki standar untuk bangunan pengolahan setempat yakni SNI 2398:2017 tentang Tata
Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Pengolahan Lanjutan (Sumur Resapan, Bidang
Resapan, Up Flow Filter, dan Kolam Sanita). Selain itu, pemerintah juga telah memiliki
regulasi terkait air limbah domestik yakni Peraturan Pekerjaan Umum dan Menteri
Perumahan No. 4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik (SPALD). Walaupun banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya bangunan
pengelolaan setempat di setiap rumah, namun seperti yang sudah disebutkan bahwa
masyarakat tidak mengetahui standar yang harus digunakan dalam membangun pengolahan
setempat tersebut sehingga air yang dikeluarkan merupakan limbah yang belum dikelola.
Walaupun beberapa masyarakat memiliki sistem septic tank yang sudah diterapkan, beberapa
dari mereka tidak melakukan penyedotan tangki septik secara regular sehingga bakteri yang
ada akan menumpuk dan mencemarkan terhadap tanah sekitar.

Menurut PMLHK (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) No 5 Tahun 2021
sendiri perlu diadakannya verifikasi untuk memastikan berfungsinya sarana dan prasarana
pengolahan Air Limbah, serta terpenuhinya Baku Mutu Air Limbah yang ditetapkan dalam
Persetujuan Teknis. Sedangkan dari kebanyakan pemukiman yang ada, Kesesuaian standar
teknis pemenuhan Baku Mutu Air Limbah sendiri tidak terpenuhi.

STANDAR BAKU MUTU AIR LIMBAH DI BELANDA

Standar baku mutu air limbah di Belanda mengacu kepada regulasi yang ditetapkan oleh Uni
Eropa. Regulasi tersebut berlaku untuk semua jenis limbah. Peraturan tersebut mengatur
kadar maksimum BOD sebesar 25 mg/L, COD sebesar 125 mg/L, TSS sebesar 35 mg/L, total
zat fosfor sebesar 2 mg/L, dan total zat nitrogen sebesar 15 mg/L. Untuk selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 1 (the comparison of national legal regulation concerning treated
wastewater quality parameters in selected EU Member States).
PERBANDINGAN STANDAR ANTARA INDONESIA DAN BELANDA

Dalam regulasi standar baku mutu air, terdapat perbedaan antara standar yang
digunakan oleh Indonesia dan juga standar yang akan digunakan oleh Belanda. Belanda
merupakan salah satu negara di Uni-Eropa yang memiliki dataran yang sangat rendah
sehingga sebagian besar daratannya tenggelam, atau lebih rendah daripada permukaan laut.
Selain itu, Belanda juga merupakan salah satu dari tiga negara teratas yang memenuhi EU
Urban Waste Treatment Directive, sehingga dapat disimpulkan bahwa Belanda merupakan
salah satu negara yang sangat baik dalam hal pengolahan limbah. Peraturan yang dipakai oleh
negara Belanda dalam standar baku mutu air limbah mengacu kepada regulasi yang juga
digunakan oleh Uni-Eropa, yang tidak dibatasi hanya untuk limbah suatu industri saja, tetapi
juga berlaku untuk semua jenis limbah. Pada negara Belanda, semua jenis limbah akan
dibuang ke dalam sebuah sistem atau saluran kotoran (sewage), kemudian limbah tersebut
akan diolah pada fasilitas pengolahan air limbah. Regulasi peraturan pengolahan air limbah di
negara Belanda mengatur kadar maksimum BOD sebesar 25 mg/L, COD sebesar 125 mg/L,
TSS sebesar 35 mg/L, total zat fosfor sebesar 2 mg/L, dan total zat nitrogen sebesar 15 mg/L.
Parameter tersebut sedikit berbeda dengan parameter yang digunakan di Indonesia, sebagai
contoh nilai BOD dan TSS yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk limbah
domestik lebih tinggi daripada nilai BOD dan TSS yang terdapat dalam regulasi peraturan
oleh Uni-Eropa. Dengan nilai parameter Uni-Eropa yang lebih rendah, hal ini menandakan
bahwa regulasi yang ditetapkan di Uni-Eropa lebih ketat dibandingkan regulasi yang
ditetapkan di Indonesia.

Dalam pengolahan air limbah, negara Belanda telah menggunakan teknologi Nereda
yang menggunakan biomassa aerobik dalam mengolah limbah cair. Teknologi ini
dikembangkan oleh Professor Mark van Loosdrecht dari Delft University of Technology
(DUT) pada tahun 1995. Konsep yang digunakan oleh teknologi Nereda ini adalah bakteri
aerobik yang menggumpal menjadi butiran kemudian akan mengubah limbah menjadi
zat/komponen yang tidak berbahaya. Amonium yang terdapat pada limbah akan dioksidasi
menjadi nitrat dan bakteri yang terdapat dalam granular akan mengubah nitrat menjadi gas
nitrogen. Kemudian, butiran tersebut mengendap di dasar tangki dan mampu untuk mengolah
limbah kembali. Dengan bakteri yang telah menggumpal, waktu yang dibutuhkan untuk
mengendap menjadi lebih cepat apabila dibandingkan dengan metode pengolahan limbah
konvensional yang membutuhkan proses pengendapan juga. Metode Nereda ini dinilai lebih
efisien dan juga ramah lingkungan.

Teknologi Nereda yang digunakan oleh Belanda ini memiliki kelebihan lebih banyak
dibandingkan SPALD-T yang ada di Indonesia. Teknologi Nereda memberikan cara
pengolahan limbah yang lebih baik dibandingkan SPALD-T. Selain itu juga, pembangunan
fasilitas pengolahan limbah yang menggunakan teknologi Nereda juga akan lebih murah
karena hanya membutuhkan sekitar 25% dari luas lahan yang digunakan oleh fasilitas
pengolahan air limbah konvensional. Teknologi Nereda juga lebih efisien dalam penggunaan
lahan dan juga pemeliharaan sistem pengolahan air limbah dibandingkan dengan SPALD-T.
Berdasarkan data yang didapatkan dari IPAL yang telah menggunakan teknologi Nereda di
Belanda, diketahui persentase COD antara influent dan effluent yang tereduksi sebesar 96,9%,
persentase BOD lebih besar dari 99,4%, persentase NH4 sebesar 99,8% persentase N-Total
lebih besar dari 94,7%, persentase P-Total lebih besar dari 97,2%, persentase N-N sebesar
98,1%, dan persentase TSS lebih besar dari 98,5%. Besarnya persentase tersebut
menunjukkan bahwa teknologi Nereda ini sangat efektif dalam mengolah limbah. Selain lebih
efisien, teknologi Nereda juga menghasilkan kualitas pengolahan limbah yang lebih baik
dibandingkan teknologi SPALD-T. Dalam segi kapasitas pelayanan, teknologi Nereda ini
mampu melayani sekitar 5000 hingga 858000 jiwa, sedangkan dalam teknologi SPALD-T,
terdapat 3 skala cakupan pelayanan; skala kawasan tertentu, skala kawasan permukiman
dengan layanan 50 hingga 20000 jiwa, dan skala perkotaan dengan minimal kapasitas sebesar
20000 jiwa.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengolahan air limbah yang ada di
Belanda telah mengungguli Indonesia dari berbagai segi, mulai dari regulasi standar baku
mutu air, sistem pengolahan, dan juga pengelolaannya. Belanda memiliki regulasi yang lebih
ketat dan sistem pengolahan yang lebih efektif dan juga efisien serta kualitas hasil
pengolahan yang lebih baik dengan Indonesia. Dengan regulasi yang kurang ketat akan
menyebabkan terjadinya kualitas air yang sangat buruk.

SOLUSI

Seperti yang sudah dibahas di atas bahwa sistem yang ada di belanda yaitu sistem nereda
dapat dikatakan mengungguli sistem yang ada di Indonesia yaitu SPALD, mulai dari sisi
regulasi standar baku mutu air sendiri, seharusnya di Indonesia yang memiliki masalah lebih
banyak terkait dengan Limbah domestik yang ada harus lebih memperketat regulasi yang ada
di Indonesia. Selain dari sisi regulasi, sistem pengolahan yang diterapkan di Indonesia masih
kurang memadai, bisa diambil contoh dari sistem nereda yang dapat berjalan dengan lebih
efisien dan diterapkannya di Indonesia untuk lebih mengurangi limbah serta pengelolaan
limbah yang lebih efektif dan efisien agar lebih ramah terhadap lingkungan.

Selain itu, sistematik dari air limbah sendiri tidak dapat menangani semua dari air limbah
yang dihasilkan, terlepas dari upaya pemerintah dan fasilitas limbah, peran dari masyarakat
merupakan suatu hal yang penting dan memiliki tanggung jawab kepada diri sendiri untuk
menjaga dan meminimalisir resiko yang dapat ditanggung oleh lingkungan. Dalam hal ini
limbah domestik yang dihasilkan rumah tangga dapat dipilih, mana yang dapat dibuang pada
saluran dan mana yang tidak. Seperti minyak goreng, cat, berbagai bahan kimia, sisa
makanan, obat-obatan dan lainnya sebaiknya tidak dibuang melewati saluran pembuangan
sebab dapat menimbulkan permasalahan.

Selain hal yang sudah disebutkan diatas, terdapat beberapa solusi yang dapat dilakukan
terhadap bagian septic tank serta salur pembuangan, sebagai berikut.
1. Perbaikan tangki septik individual bagi yang rumah tangga yang sudah memiliki
tangki septik namun kondisinya tidak layak secara teknis.
2. Pembangunan tangki septik individual bagi setiap pembangunan rumah baru.
3. Pembangunan MCK umum + tangki septik komunal bagi keluarga yang belum
memiliki jamban dan secara ekonomi tidak mampu.
4. Pembangunan IPAL komunal sebagai pengolahan lanjutan dari tangki septik komunal

Referensi :

An Analytical Review of Different Approaches to Wastewater Discharge Standards with


Particular Emphasis on Nutrients.
https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/s00267-020-01344-y.pdf

Better World SOLUTIONS. Nereda: A New Technique for Water Purification.


https://www.betterworldsolutions.eu/nereda-a-new-technique-for-water-purification/

Keputusan tentang persyaratan kualitas dan pemantauan air 2009. Belanda


https://wetten.overheid.nl/BWBR0027061/2017-01-01#Paragraaf2

Nawasis. 2020. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T).


http://nawasis.org/portal/galeri/read/sistem-pengelolaan-air-limbah-domestikterpusat-spald-t-/

Nawasis. 2020. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S).


http://nawasis.org/portal/download/infografis/473-spald-s-pdf.pdf

Netherlands National Water Plan 2016-2021.


https://www.government.nl/topics/water-management/documents/policy-notes/2015/12/14/na
tional-water-plan-2016-2021

Netherlands in top 3 of EU members that fully comply with treatment of urban waste water.
2013. Netherlands in top 3 of EU members that fully comply with treatment of urban waste
water | Dutch Water Sector

POKJA AMPL. 2015. Belajar Sanitasi dari Negeri Belanda.


http://www.ampl.or.id/read_article/belajar-sanitasi-dari-negeri-belanda/

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No 68 Tahun 2016
Baku Mutu Air Limbah Domestik.
http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/BatangTubuhPermenPUPR_042017.pdf
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No 4 Tahun
2017 Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.
http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/BatangTubuhPermenPUPR_042017.pdf

Quality of waste water in Netherlands.


https://www.government.nl/topics/water-management/water-quality/quality-of-waste-water

Richtlijn 2008/105/EG van het Europees Parlement en de Raad van 16 december 2008 inzake
milieukwaliteitsnormen op het gebied van het waterbeleid tot wijziging en vervolgens
intrekking van de Richtlijnen 82/176/EEG, 83/513/EEG, 84/156/EEG, 84/491/EEG en
86/280/EEG van de Raad, en tot wijziging van Richtlijn 2000/60/EG
https://eur-lex.europa.eu/legal-content/NL/TXT/?uri=CELEX:32008L0105 \

Smeets, P. W., Medema, G. J., dan Dijk, J. C. 2009. The Dutch Secret: How to Provide Safe
Drinking Water without Chlorine in the Netherlands. Delf University of Technology.
https://dwes.copernicus.org/articles/2/1/2009/dwes-2-1-2009.pdf

Nereda.
https://www.royalhaskoningdhv.com/en-gb/nereda/nereda-wastewater-treatmenttechnology.
Diakses pada 30 November 2021.

Better World Solutions. Nereda: A New Technique for Water Purification.


https://www.betterworldsolutions.eu/nereda-a-new-technique-for-water-purification/. Diakses
pada 30 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai